farmakologi mencit

20
MAKALAH FARMAKOLOGI UJI ANALGESIK METODE REFLEKS GELIAT (WRITHING REFLEX) Disusun oleh : Adistasya Satria Sukoco 201310410311001 Neli Silvia Ningrum 201310410311002 Putri Sari Astuti 201310410311003 Rofiqoh Asiyah Zulmi 201310410311007 Helma Nadya 201310410311008 Lita Filzatil Fitri 201310410311009 Putri Harlina 201310410311010 Nur Muhammad Aminulloh 201310410311014 Dita Yuliana Fransiska 201310410311289 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Tahun Ajaran 2014/2015

Upload: adisstassya

Post on 13-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

UJI ANALGESIK METODE REFLEKS GELIAT (WRITHING REFLEX)

TRANSCRIPT

MAKALAH FARMAKOLOGIUJI ANALGESIK METODE REFLEKS GELIAT (WRITHING REFLEX)

Disusun oleh :Adistasya Satria Sukoco201310410311001Neli Silvia Ningrum201310410311002Putri Sari Astuti201310410311003Rofiqoh Asiyah Zulmi201310410311007Helma Nadya201310410311008Lita Filzatil Fitri201310410311009Putri Harlina201310410311010Nur Muhammad Aminulloh201310410311014Dita Yuliana Fransiska201310410311289

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANGTahun Ajaran 2014/2015

KATA PENGANTARAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga tersusunnya tugas makalah ini.Dengan menyelesaikan materi VI praktium Farmakologi yang berjudul UJI ANALGESIK METODE REFLEKS GELIAT (WRITHING REFLEX) ini mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami perbadaan dari mula kerja obat, lama kerja obat, dan saat obat mencapai efek maksimum pada tikus yang diberi obat asetosal, infus lempuyang pahit berbagai dosis dan tikus yang hanya diberi aquadest. Dalam praktikum ini mahasiswa dapat memberikan bahan uji (asetosal, infus lempuyang pahit berbagai dosis dan aquadest) pada masing-masing kelompok uji mencit, yang selanjutnya diinduksi asam asetat glacial secara intaperitoneum yang memberikan efek nyeri yang berupa reflek geliat dimana setiap 5 menit dalam 60 menit dihitung jumlah reflek geliatnya.Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan, untuk itu penyusun sangat menghara krtik dan sran yang bersifat membangun.Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangFarmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral,rektal dan parenteral serta yang lainnya harus ditentukan dan ditetapkan petunjuk tentang dosis-dosis yang dianjurkan. Hewan coba atau hewan uji adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologic. Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Analgetika adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum. Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping analgetika dibedakan dalam dua kelompok yaitu: 1. Analgetika yang berkhasiat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgetika, kelompok opiat) 2. Analgetika yang berkhasiat lemah (sampai sedang), bekerja terutama pada perifer dengan sifat antipiretika dan kebanyakan juga mempunyai sifat antiinflamasi dan anti reumatik. Analgetika lemah (sampai sedang). Analgetika jenis ini, yang juga disebut analgetika yang bekerja pada sistem saraf perifer atau kecil memiliki spektrum kerja farmakologi yang mirip walaupun struktur kimianya berbeda. Disamping kerja analgetika senyawa-senyawa ini menunjukkan kerja antipiretika dan juga komponen kerja antiflogistika dengan kekecualian turunan asetilanilida. Sebaliknya senyawa-senyawa ini tidak mempunyai sifat-sifat psikotropik dan sifat sedasi dari hipoanalgetika. Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering dialami meskipun nyeri sendiri dapat berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis. Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan karena itu menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri. Semua mediator nyeri itu merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung- ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-kejang. Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara, yakni dengan: a. Analgetika perifer, yang merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri periferb. Anestetika lokal, yang merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris c. Analgetika sentral (narkotika), yang memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum d. Antidepresiva trisiklis, yang digunakan pada nyeri kanker dan saraf, mekanisme kerjanya belum diketahui, misalnya amitriptilin e. Antiepileptika, yang meningkatkan jumlah neurotransmitter di ruang sinaps pada nyeri,mis pregabalin. Juga karbamazepin, okskarbazepin, fenitoin, valproat, dll.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana reaksi mencit yang telah diinduksi asam asetat glacial ?2. Apakah obat analgesik yang telah diberikan memberikan efek yang maksimal ?3. Bagaimana mekanisme dari obat yang memberikan khasiat analgesik ?4. Bagaimana perbedaan mula kerja obat (onset of action), lama kerja obat (duration of action) dan saat obat mencapai efek yang maksimum dari masing-masing obat yang diberikan ? C. Maksud dan Tujuan1. Mengamati dan mengetahui respon geliat mencit yang telah diinduksi asam asetat glacial.2. Mengetahui obat analgesik mana yang telah memberikan efek maksimal.3. Mampu menjelaskan mekanisme kerja obat analgesik.4. Dapat menjelaskan perbedaan mula kerja obat (onset of action), lama kerja obat (duration of action) dan saat obat mencapai efek yang maksimum dari masing-masing obat yang diberikan.

BAB IIDASAR TEORI1. AnalgetikaAnalgetika adalah senyawa yang dalam dosis teraupetik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum. Analgetik ada 2 yaitu analgetika berkhasiat kuat dan analgetika lemah. Untuk mempengaruhi nyeri dengan obat terdapat kemungkinan-kemungkinan berikut :a. Mencegah sensibilitas reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintesis protagladin dan analgetika yang bekerja pada perifer.b. Mencegah pembentukan rangsangan dalam reseptor nyeri dengan memakai anastetik permukaan atau anastesik infiltrasi.c. Menghambat penerusan rangsang dalam serabut saraf sensorik dengan anastetika konduksi.d. Meringankan nyeri atau menghilangan melalui kerja dalam sistem saraf pusat dengan analgetik yang bekerja pada pusat atau obat nekrosis.e. Mempengaruhi pengalaman nyeri dengan psikofarmaka (trankulansia, neuroleptika, anti-depresif).(Sumber : Grnst Mutschler, Dinamika Obat, edisi kelima. 1991.)2. Efek farmakologi obatMerupakan fungsi obat dari konsentrasi obat ditempat kerja obat. Ada 3 fase yang didapatkan dari hubungan waktu dan efek obat yaitu : mula kerja (onset of action), puncak efek (peak efect), lama kerja obat ( duration of action). Ketiga fase ditentukan oleh kecepatan absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat. Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan berakhir sampai mencpai konsentrasi efektif minimum (MEC =Minimum Effective Consentratiton).Puncak kerja terjadi pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma. Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efect farmakologis.Kurva respon-waktu mengevaluasi tiga parameter dari kerja obat : (1) mula, (2) puncak, dan (3) lama.Perlu untuk memahami hubungan antara respon-waktu dengan pemberian obat. Jika kadar obat dalam plasma atau serum menurun dibawah ambang atau MEC, maka ini berarti dosis yang memadai tidak tercapai; kadar obat terlalu tinggi menyebabkan toksisitas.(Sumber : Joyce L. Kee dan Evelyn R. Nayes_Farmakologi_pendekatan proses keperawatan).Pada metode geliat, mekanisme aksi stimulus nyeri berdasarkan pada produksi nyeri disebabkan oleh cairan tubuh : Pelepasan cairan tubuh tertentu kedalam peritonium, dapat mengakibatkan rasa nyeri yang parah. Hal ini disebabkan bahwa bagian parietal dari rongga peritoneum sangat sensitive terhadap stimulus fisik dan kimia. Walaupun tanpa efek inflamasi. Pelepasan cairan gastrik ke dalam perofrasi gastrik atau ulser duodenum atau kebocoran dari kantong empedu. Cairan pankreas atau urine ke dalam rongga peritoneum dapat berakibat rasa nyeri yang parah. Urine, dapat menyebabkan rasa nyeri sebagai akibat dari sifat hipertoniknya atau disebabkan oleh kandungan campuran buffer natrium osfat serta ion kalsium. Nyeri akibat cairan pankreas disebabkan oleh kandungan tripsin dan kallikerin.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIANA. Alat dan BahanAlat yang digunakan :1. Spuit 1 buah2. Sonde 1 buah3. Stop watch 5 buahBahan dalam prosedur kerja :1. Mencit 5 ekor dengan BB 25g, 26g, 21g, 23g, 19g.2. Asam asetat glacial 0,05-0,1% (0,1 ml/20g).3. Aquadest4. Asetosal 52 mg/kgBB.5. Infus lempuyang pahit 30mg/10 g BB.6. Infus lempuyang pahit 90mg/10 g BB.7. Infus lempuyang pahit 300mg/10 g BB.

BAB IVPEMBAHASANAnalgesik adalah kelas obat yang dirancang untuk merinngankan nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran. Obat-obat yang biasanya dipake untuk kelas obat ini adalah ibuprofen, naproxen, dan ada juga narkotika seperti morfin dan obat-obatan narkotika sintesis. Nyeri adalah perasaan tidak nyaman,baik ringan maupun berat. Nyeri ini hanya dapt dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh oranglain, serta mencakup pola pikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan juga perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan secara fisiologikal. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial menyebabkan kerusakan jaringan. (Perry&Potter,2005)

Mekanisme Kerja obat analgesik Mekanisme kerja obat analgetik merupakan sebuah mekanisme fisiologis tubuh terhadap zat-zat tertentu. Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer dan sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat pelepasan mediator sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin tidak terjadi. Sedangkan analgetik opioid bekerja di sentral dengan cara menempati reseptor di kornu dorsalis medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.

Mekanisme Nyeri Mekanisme nyeri merupakan sebuah mekanisme fisiologis tubuh. Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusakPROSEDUR KERJA1. Perhitungan dosis pada masing-masing mencit sesuai berat badan. Mencit BB 25g.Asetosal (52mg/kgBB) dosis (80mg/10ml)

(yang diberikan ke mencit) Mencit BB 26g.Aquadest dosis disamakan dengan Asetosal

(yang diberikan ke mencit) Mencit BB 21gInfus lempuyang pahit 70% (30mg/10g BB)

(yang diberikan ke mencit) Mencit BB 23gInfus Lempuyang pahit 70% (90mg/10gBB)

(yang diberikan ke mencit) Mencit BB 19gInfus lempuyang pahit 70% (300mg/10gBB)

(yang diberikan ke mencit)Asam asetat glacial 10 % 0,1 ml/20 g Mencit 1 : 0,1ml/20g BB = 25 g = 0,125 ml Mencit 2 : 0,1 ml/20g BB = 26 g = 0,13 mlMencit 3: 0,1 ml/20g BB = 21 g = 0,105ml

Mencit 4: 0,1 ml/20g BB = 23 g = 0,115 mlMencit 5 : 0,1 ml/20g BB = 19 g = 0,095 ml2. Berikan bahan uji pada masing-masing kelompok uji.3. 15 menit kemudian, semua hewan uji diinduksi dengan asam asetat glacial secara intraperitoneum. Setelah 5 menit, umumnya mencit mulai merasakan sakit dengan memperlihatkan reflek geliat. Amati dan hitung jumlah reflek geliat pada mencit tiap 5 menit.HASIL PENGAMATAN Pemberian asam asetat ini bertujuan untuk menimbulkan rangsang nyeri melalui rangsang kimia. Pemberian bahan kimia tertentu akan merusak jaringan sehingga memicu keluarnya/terlepasnya mediator-mediator nyeri seperti bradikinin, prostaglandin dari jaringan yang rusak yang kemudian merangsang reseptor nyeri di ujung-ujung saraf perifer yang selanjutnya diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri yang oleh saraf sensoris melalui tulang sumsum belakang dan talamus yang kemudian berupa rasa nyeri sebagai akibat dari rangsang otak tersebut. Digunakan asam asetat yang merupakan asam lemah pada dasarnya bersifat mengiritasi dan dapat membuat luka yang dapat menimbulkan rasa sakit/nyeri, tetapi senyawa ini merusak jaringan lebih sedikit atau tidak permanen bila dibandingkan dengan menggunakan asam atau basa kuat seperti asam klorida, dsb. Setelah penyuntikan terakhir mencit diamati geliatnya.Dari informasi ilmiah, rimpang lempuyang pahit mengandung minyak atsiri, sterol, asam lemak, tanin, glikosida(poliosa), saponin, senyawa pereduksi. Salah satu sifat minyakatsiri antara lain sebagai analgesik, seperti terlihat juga pada minyak atsiri rimpang Kaempheria galanga L.Kemungkinan adanya efek analgesik dari lempuyang pahit disebabkan karena adanya kandungan minyak atsiri, walaupun tidak tertutup kemungkinan kandungan lainnya.Bagaimana kerja asetosal sebagai obat penurun panas dan penghilang nyeri (analgesik) ?Asam asetilsalisilat atau asetosal banyak dijumpai dari berbagai nama paten, salah satunya yang terkenal adalah aspirin. Seperti halnya obat analgesik lain, ia bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi. Ia terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bentuk enzim cyclooxigenase (COX). Dengan penghambatan pada enzim COX , maka prostaglandin tidak terbentuk dan nyeri atau radangpun reda.Prostaglandin juga merupakan senyawa yang mengganggu peraturan suhu tubuh oleh hipotalamus sehingga menyebabkan demam . hipotalamus sendiri merupakan bagian dari otak depan kita yang berfungsi sebagai semacam tremostat tubuh, dimana disana terdapat reseptor suhu yang disebut termoreseptor. Termoreseptor ini menjaga tubuh agar memiliki suhu normal, yaitu 36,5-37,5 derajat celcius. Pada keadaan tubuh sakit karena infeksi atau cedera sehingga timbul radang, dilepaskanlah prostaglandin tadi sebagai hasil metabolisme asam arakidonat. Prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus, dimana hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (diatas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini disebabkan karena termostat tadi menganggap bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses menggigil ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh diatas normal karena memang setting hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam. Karena itu untuk bisa mengembalikan setting termostat menuju normal lagi, perlu menghilangkan prostaglandin tadi dengan obat-obat yang bisa menghambat sintesis prostaglandin.Mula Kerja (Onset of Action) adalah waktu dimana obat mulai memasuki plasma dan berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC Minimum Effective Concentration). Puncak Efek (Peak Effect) Puncak efek adalah proses dimana obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma. Lama Kerja (Duration of Action) Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis. Beberapa obat menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain dapat memakan waktu beberapa jam atau hari. Dalam praktikum kali ini tidak bisa ditentukan antara mula kerja, puncak kerja dan lama kerja obat secara tepat dan akurat. Karena praktikum ini menunjukkan uji analgesik yang bersifat kualitatif.

BAB VKESIMPULAN

Nilai efektivitas bahan uji terbesar dimiliki oleh infus lempuyang pahit dosis 30mg/10g BB (36%), ini membuktikan infus lempuyang pahit 30mg/10g BB memiliki efektifitas analgesic yang lebih tinggi. Sedangkan infuse lempuyang pahit 90mg/10g BB memiliki nilai persen efektifitas rendah (-14.88%). Ini membuktikan bahwa semakin besar dosis yang diberikan semakin besar pula efek analgesik yang ditimbulkan.

DAFTAR PUSTAKAwww.slideshare.net/mobile/siscacicu/laporan-praktikum-farmakologi-vi-writingFathiyah S, Fadhol, Nailis S, Nikmatul I. Buku Petunjuk Praktikum Farmakologi I Program Studi Farmasi. Malang : 10-12Grnst Mutschler, Dinamika Obat, edisi kelima. 1991.Joyce L. Kee dan Evelyn R. Nayes_Farmakologi_pendekatan proses keperawatan.