pengaruh leukosit thdp mencit
DESCRIPTION
leukositTRANSCRIPT
-
PENGARUH AKTIFITAS FISIK MAKSIMAL TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT DAN
HITUNG JENIS LEUKOSIT PADA MENCIT (Mus musculus L) JANTAN
TESIS
Oleh
NOVITA SARI HARAHAP 067008009/BM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
PENGARUH AKTIFITAS FISIK MAKSIMAL TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT DAN
HITUNG JENIS LEUKOSIT PADA MENCIT (Mus musculus L) JANTAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan
dalam Program Studi Ilmu Biomedik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
NOVITA SARI HARAHAP 067008009/BM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Judul Tesis : PENGARUH AKTIFITAS FISIK MAKSIMAL TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT DAN
HITUNG JENIS LEUKOSIT PADA MENCIT (Mus musculus L) JANTAN Nama Mahasiswa : Novita Sari Harahap Nomor Pokok : 067008009 Program Studi : Biomedik
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Yasmeini Yazir) (Prof. dr. Azmi S. Kar. SpPD, KHOM) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur (dr. Yahwardiah Siregar, PhD) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc) Tanggal Lulus: 26 Agustus 2008
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Telah diuji pada Tanggal : 26 Agustus 2008 ____________________________________________________________________ PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. dr. Yasmeini Yazir Anggota : 1. Prof. dr. Azmi S. Kar. SpPD, KHOM 2. dr.Dedi Ardinata, M.Kes 3. Drs. Jumadin IP, M.Kes
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
ABSTRAK
Aktifitas Fisik Maksimal (AFM) dapat meningkatkan ambilan oksigen pada sel otot yang aktif, menimbulkan pembentukan radikal bebas yang pada akhirnya dapat menyebabkan peningkatan jumlah leukosit dan mempengaruhi persentase hitung jenis leukosit. Jumlah leukosit perifer dapat menjadi sumber informasi untuk diagnostik dan prognosa adanya gambaran kerusakan organ dan pemulihan setelah aktifitas fisik. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh aktifitas fisik maksimal terhadap jumlah leukosit dan hitung jenis sel leukosit. Penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan pretest-posttest group design. Subyek penelitian adalah mencit jantan Mus musculus L, strain Balpsy, berumur kira-kira 2 4 bulan dengan berat badan antara 30 35 gram. Hewan coba diperoleh dari Badan Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Medan. Pada subyek diberikan aktifitas fisik maksimal berupa renang sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam. Selanjutnya dilakukan uji normalitas distribusi data, kemudian dilanjutkan analisis data dengan menggunakan uji t berpasangan (jika distribusi data normal) atau Wilcoxon (bila distribusi data tidak normal). Terjadi peningkatan jumlah leukosit sebelum dan setelah AFM (6338.10 525.8111542.86 1084.70) secara signifikan (p = 0.000). Terjadi peningkatan hitung jenis leukosit sebelum dan setelah AFM, limfosit (37.95 2.94 59.95 4.50) secara signifikan (p = 0.000). Terjadi penurunan hitung jenis leukosit sebelum dan setelah AFM, neutrofil (57.19 2.84 38.90 4.34) secara signifikan (p = 0.000), eosinofil (1.52 0.51 0.19 0.4) secara signifikan (p = 0.000), monosit (3.19 0.75 1.10 0.44) secara signifikan (p = 0.000), sedangkan hitung jenis basofil tidak terjadi perubahan. AFM dapat meningkatkan jumlah leukosit dan hitung jenis limfosit secara signifikan dan AFM dapat menurunkan hitung jenis neutrofil, eosinofil dan monosit secara signifikan, sedangkan hitung jenis basofil tidak ada perubahan. Kata kunci : Leukosit, Aktifitas fisik maksimal.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
ABSTRACT
The Maximal Physical Activity (MPA) could increase ovygen intake in the active muscle cell, causing the formation of the free radical mhich is at high point could cause an increase in the number of leucocytes and influence the percentage of leucocytes count. The number of peripheral leucocytes could become the source of information for diagnostic and prognosis of organ damage and restoration after the physical activity. The aim of the research is of knowing the influence of the maximal physical activity on the number of leucocytes and specific count of the leucocytes cell. This research is experimental with the pretest-posttest group design. The subject of the research were male mice Mus musculus L, strain Balpsy, aged approximately 2-4 months, weighing in between 30-35 gram. The animals were received from Badan Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV). First the subject were given the maximal physical activity in the form of swimming as strongly as possible until almost sank. Then, a test of normality on data distribution was done, continued by the analysis of the data using the t test in pair (if the distribution of data was normal) or Wilcoxon test (when the distribution of the data was abnormal). The number of leucocytes before and after MPA (6338.10 525.8111542.86 1084.70) increase significantly (p = 0.000). The increase also happened in specific count of leucocytes before and after MPA, lymphocytes (37.95 2.94 59.95 4.50) significantly (p = 0.000). A decline took place in specific count of the leucocytes before and after MPA, neutrophyl (57.19 2.84 38.90 4.34) significantly (p = 0.000), eosinophyl (1.52 0.51 0.19 0.4) significantly (p = 0.000), monocyte (3.19 0.75 1.10 0.44) significantly (p = 0.000), however, there was no change in the specific count of basophyl. MPA could increase the number of leucocytes and specific count of the lymphocytes significantly, and MPA could lower specific count of neutrophly, eosinophyl and monocyte significantly, where as the specific count of basophyl did not show any difference. Key word : Leucocytes, the Maximal Physical Activity.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, atas limpahan berkat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul Pengaruh
Aktifitas fisik maksimal terhadap Jumlah Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit pada
Mencit (Mus musculus) Jantan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
jenjang pendidikan strata 2 pada Program Studi Biomedik Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
Proses penulisan Tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan dan
doa dari berbagai pihak, pada kesempatan ini ucapan terimakasih saya sampaikan
kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, Msc, Direktur Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Yahwardiah Srg, PhD, Ketua Program Studi Biomedik Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Prof. dr. Yasmeini Yazir, selaku ketua komisi pembimbing yang senantiasa
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan dan
pemikiran dengan penuh kesabaran kepada penulis untuk menyelesaikan tesis
ini.
5. Prof. dr. Azmi S Kar Sp.PD. KHOM, anggota komisi pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan transfer ilmu, masukan serta dukungan
yang diberikan untuk penyelesaian tesis ini.
6. dr. Dedi Ardinata, M..Kes, selaku dosen pembanding yang telah memberikan
masukan mulai dari usulan penelitian hingga penyelesaian tesis ini.
7. Drs. Jumadin I.P. M.Kes, dosen pembanding yang juga banyak memberikan
masukan untuk perbaikan tesis ini.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
8. Seluruh staf dosen Program Studi Biomedik Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan pembelajaran dan selama
penulis mengikuti pendidikan.
Kepada Ibunda dan Almarhum Ayahanda, ananda mengucapkan terima kasih tak
terhingga atas kasih sayang serta dukungannya. Kepada suamiku tercinta
dr. Awaluddin Sibuea, terima kasih atas pengertian, perhatian dan dukungan
semangat, serta anak-anakku tersayang (Fanny, Rafli dan Akbar) yang selama dua
tahun ini banyak waktu bersama yang terlewatkan, menjadi inspirasi untuk dapat
menyelesaikan pendidikan ini.
Kepada teman-teman Biomedik seangkatan 2006, terima kasih atas bantuan
morilnya, kalian adalah teman-temanku yang terbaik.
Medan, September 2008
Penulis
Novita Sari Harahap
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Novita Sari Harahap
2. Tempat/Tanggal lahir : Medan, 18 September 1974
3. Agama : Islam
4. Status : Menikah
5. Alamat : Jl. Benteng Hilir Perumahan Banyu Indah
Blok C No 61 Medan
6. Telpon/HP : 77494758 / 081375770455
7. Pendidikan :
SD Negeri 060855 Medan Tahun 1981-1987
SMP Negeri 10 Medan Tahun 1987-1990
SMAK Negeri Medan Tahun 1990-1993
Sarjana (S1) Fakultas Kedokteran USU Tahun 1994-1998
Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran USU Tahun 1998-2000
Sekolah Pascasarjana, Program Biomedik, USU Tahun 2006-2008
8. Riwayat Pekerjaan :
Dokter PTT Puskesmas Sei Tualang Raso Tanjung Balai Tahun 2001-2004
Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keolahragaan UNIMED Tahun 2004 - Sekarang
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.................................................................................................... i
ABSTRACT.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP....................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3 Kerangka Teori ...................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................... 6
1.5 Hipotesis ............................................................................................... 7
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8
2.1 Aktifitas Fisik ....................................................................................... 8
2.2 Radikal Bebas dan Stres Oksidatif........................................................ 11
2.3 Leukosit ................................................................................................ 15
2.4 Hitung Jenis Leukosit ........................................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 23
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 23
3.2 Lokasi dan Waktu... ............................................................................. 23
3.3 Populasi Penelitian................................................................................ 23
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................... 24
3.5 Kerangka Konsep ................................................................................. 24
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
3.6 Definisi Operasional .............................................................................. 24
3.7 Bahan ..................................................................................................... 25
3.8 Alat ........................................................................................................ 25
3.9 Pelaksanaan Penelitian........................................................................... 26
3.10 Analisa Data ......................................................................................... 31
3.11 Jadwal Penelitian.................................................................................. 32
3.12 Kerangka Kerja..................................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 34
4.1 Hasil....................................................................................................... 34
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 59
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 59
5.2 Saran ..................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 61
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman 1. Penelitian Pengaruh Aktifitas Fisik terhadap Jumlah Leukosit
dan Hitung Jenis Leukosit ................................................................. 4 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 32 3. Distribusi Jumlah Leukosit dengan Aktifitas Fisik Maksimal ........... 38 4. Hasil Uji t Berpasangan Rata-rata Jumlah Leukosit dengan
Aktifitas Fisik Maksimal ................................................................... 39 5. Distribusi Hitung Jenis Neutrofil dengan Aktifitas Fisik Maksimal .. 42 6. Hasil Uji Wilcoxon terhadap Hitung Jenis Neutrofil dengan
Aktifitas Fisik Maksimal .................................................................... 43 7. Distribusi Hitung Jenis Eosinofil dengan Aktifitas Fisik Maksimal .. 44 8. Hasil Uji Wilcoxon terhadap Hitung Jenis Eosinofil dengan
Aktifitas Fisik Maksimal .................................................................... 45 9. Distribusi Hitung Jenis Basofil dengan Aktifitas Fisik Maksimal ..... 46 10. Distribusi Hitung Jenis Limfosit dengan Aktifitas Fisik Maksimal .... 47 11. Hasil Uji Wilcoxon terhadap Hitung Jenis Limfosit dengan
Aktifitas Fisik Maksimal ..................................................................... 48 12. Distribusi Hitung Jenis Monosit dengan Aktifitas Fisik Maksimal ... 49 13. Hasil Uji Wilcoxon terhadap Hitung Jenis Monosit dengan
Aktifitas Fisik Maksimal .................................................................... 50
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman
1. Pengaruh Aktifitas Fisik Maksimal terhadap Peningkatan Jumlah Leukosit................................................................................................. 6
2. Kerangka Konsep.................................................................................. 24
3. Kamar Hitung Improved Neubauer ...................................................... 29
4. Cara Membuat Sediaan Hapus ............................................................. 30
5. Kerangka Kerja..................................................................................... 33
6. Aktifitas Fisik Maksimal Renang Sekuat-kuatnya ............................... 35
7. Aktifitas Fisik Maksimal Renang Sekuat-kuatnya ............................... 35
8. Aktifitas Fisik Maksimal Renang Sekuat-kuatnya ............................... 36
9. Aktifitas Fisik Maksimal Renang Sekuat-kuatnya ............................... 36
10. Mencit Hampir Tenggelam .................................................................. 37
11. Mencit Hampir Tenggelam ................................................................... 37
12. Hapusan Darah Jenis Neutrofil ............................................................. 40
13. Hapusan Darah Jenis Eosinofil ............................................................. 40
14. Hapusan Darah Jenis Limfosit ............................................................... 41
15. Hapusan Darah Jenis Monosit ............................................................... 41
16. Pengaruh Aktifitas Fisik Maksimal terhadap Jumlah Leukosit ............. 51
17. Pengaruh Aktifitas Fisik Maksimal terhadap Hitung Jenis Neutrofil .... 54
18. Pengaruh Aktifitas Fisik Maksimal terhadap Hitung Jenis Eosinofil .... 55
19. Pengaruh Aktifitas Fisik Maksimal terhadap Hitung Jenis Limfosit ..... 57
20. Pengaruh Aktifitas Fisik Maksimal terhadap Hitung Jenis Monosit ...... 58
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Surat Ethical Clearence ............................................................................. 66
2. Hasil Laboratorium Jumlah Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit.............. 67
3. Hasil Uji Statistik Jumlah Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit................. 69
4. Pernyataan Telah Melakukan Penelitian dari Laboratorium FMIPA UNIMED...................................................................................... 83
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan harapan
dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan dan
martabat manusia. Aktifitas fisik dapat memberikan pengaruh terhadap berbagai
aspek kehidupan seperti psikologis, sosial, ekonomi, budaya, politik dan fungsi
biologis. Terhadap fungsi biologis Aktifitas fisik merupakan modulator dengan
spektrum pengaruh yang luas dan dapat terjadi pada berbagai tingkat fungsi.
Pengaruh aktifitas fisik terhadap fungsi biologis dapat berupa pengaruh positif yaitu
memperbaiki maupun pengaruh negatif yaitu menghambat atau merusak.
(Adam, 2002, Harjanto, 2005)
Manfaat aktifitas fisik bila dilakukan dalam keadaan sehat secara teratur dan
menyenangkan, dengan intensitas ringan sampai sedang akan meningkatkan
kesehatan dan kebugaran tubuh. Aktifitas aerobik yang demikian akan memperbaiki
dan memperlambat proses penurunan fungsi organ tubuh, serta dapat meningkatkan
ketahanan tubuh terhadap infeksi. Aktifitas fisik dengan intensitas maksimal dan
melelahkan, dilaporkan justru dapat menyebabkan gangguan imunitas. Atlet yang
berlatih dengan intensitas latihan yang maksimal dan melelahkan untuk menghadapi
suatu pertandingan, sering tidak dapat melanjutkan ke pertandingan berikutnya
karena sakit atau cedera. (Hartanti et al., 1999)
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Aktifitas fisik akan menyebabkan perubahan homoiostasis dalam tubuh yang akan
berpengaruh terhadap sistem ketahanan tubuh imunologik. Batas toleransi perubahan
homoiostasis dalam tubuh adalah sempit, (Sherwood,1996) oleh karena itu pemberian
beban aktifitas fisik maksimal, baik selama latihan maupun saat pertandingan yang
berat dapat menyebabkan gangguan terhadap sistem ketahanan tubuh imunologik
yang mempengaruhi penampilan atlet, dan pada akhirnya menyebabkan
kegagalan atlet meraih prestasi puncak. (Rowbottom, 1998, Putra, 1999)
Pada beberapa penelitian mengenai pemberian beban maksimal saat pelatihan fisik
atau kelelahan yang berat ditemukan adanya perubahan jumlah leukosit pada darah
tepi, yang diduga menjadi penyebab meningkatnya kejadian infeksi saluran nafas,
karena terjadi penekanan fungsi imunitas, sehingga terjadi penurunan penampilan
atlet. (Castel, 1993, Ksnig, 2000) Jumlah leukosit perifer dapat menjadi sumber
informasi untuk diagnostik dan prognosa, gambaran adanya kerusakan organ dan
pemulihan setelah aktifitas fisik yang maksimal. (McCarthy DA et al, 1987, Ali,
2008)
Pada penelitian terdahulu, ditemukan bahwa 33% dari 140 orang pelari maraton
menderita infeksi saluran nafas atas setelah melakukan pertandingan, sedangkan
kejadian infeksi pada kontrol hanya 15%. (Mackinnon, 1998) Insiden infeksi saluran
nafas pada pelari maraton ternyata meningkat 6 kali lipat setelah pertandingan.
(Shephard, 1999, Simonson, 2004) Kelelahan akibat aktifitas fisik maksimal akan
menyebabkan terjadinya perubahan komponen seluler dari imunitas yang dapat
dilihat pada darah tepi. (Keast, 1996) Kemampuan fagosit dari NK sel juga
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
mengalami perubahan akibat pertandingan yang berat. Akibatnya akan terjadi suatu
periode yang sangat peka terhadap infeksi. Beban maksimal juga menyebabkan
menurunnya produksi antibodi (Maree, 2000, Woods, 2000) dan penurunan fungsi
limfosit secara umum. (Keast, 1996)
Selanjutnya aktifitas fisik maksimal dapat memicu terjadinya ketidakseimbangan
antara produksi radikal bebas dan sistem pertahanan antioksidan tubuh, yang dikenal
sebagai stres oksidatif. (Leeuwenburgh & Heinecke, 2001) Menurut Ji (1999), selama
aktifitas fisik maksimal, konsumsi oksigen seluruh tubuh meningkat sampai 20 kali,
sedangkan konsumsi oksigen pada serabut otot diperkirakan meningkat 100 kali lipat.
Peningkatan konsumsi oksigen ini berakibat meningkatnya produksi radikal bebas
yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Stres oksidatif dapat berakibat terjadinya
peningkatan jumlah leukosit melebihi 10.000 sel/l. Peningkatan leukosit merupakan
respon protektif terhadap stres seperti invasi mikroba, aktifitas yang berat, anestesi
dan pembedahan. (Andrian, 2001, Tortora dan Grabowski, 2003)
Keterlibatan anion superoksida pada kerusakan jaringan akibat aktifitas, pertama
kali dilaporkan sekitar tahun 1970-an, akan tetapi baru tahun 1982 dikemukakan
hubungan sebab akibat, antara pembentukan radikal bebas dengan kerusakan sel oleh
Davies et al. (Astuti, 1999) Penelitiannya membuktikan adanya radikal bebas pada
otot tungkai dan hati tikus, yang ditandai dengan adanya semiquinone, disertai
dengan berbagai kerusakan seluler akibat peroksida-lipid, diantaranya hilangnya
kelenturan retikulum sarkoplasma dan uncoupling mitokondria. Peningkatan kadar
anion superoksida dalam sel, berakibat terjadinya akumulasi produk-antara, yaitu
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
peroksida-lipid, yang dapat mengubah integritas membran dan dapat menyebabkan
kematian sel. (Astuti, 1999) Penelitian lain pada tikus putih setelah pemberian
aktifitas fisik maksimal berupa renang sampai hampir tenggelam, ditemukan adanya
peningkatan jumlah limfosit darah tikus putih. (Jawi, 2001)
Beberapa penelitian mengenai pengaruh aktifitas fisik berat terhadap jumlah
leukosit dan hitung jenis leukosit, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Penelitian Pengaruh Aktifitas Fisik terhadap Jumlah Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit
Nama peneliti Subjek Jenis latihan Efek
Andersen, 1955 Atlet Latihan fisik berat Leukopenia, neutrofilia
Mc. Carthy & Dale, 1988
Orang tdk terlatih Latihan fisik berat Limfositosis, neutropenia
Sodique, 2000 Orang tdk terlatih Latihan fisik berat Pr : Leukositosis, eosipenia, neutropenia, monositopenia. Lk: leukositosis, basofilopenia, limfositosis.
Ali Shaukat, 2000
Orang tdk terlatih Latihan fisik berat Lk:leukositosis
Risyet et al, 2003
Atlet Bukan atlet
Latihan fisik berat Lk:Leukositosis, Lk:leukositosis, neutrofilosis dan monositosis.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukan, ada indikasi bahwa aktifitas dapat
mempengaruhi pembentukan radikal bebas dan mempengaruhi jumlah leukosit.
Untuk itu perlu diteliti lebih lanjut mengenai hubungan sebab antara stres oksidatif
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
akibat aktifitas makismal yang dapat ditunjukkan dengan perubahan dari jumlah
leukosit dan jenis-jenis leukosit.
1.2. Perumusan Masalah
Apakah aktifitas fisik maksimal dapat mempengaruhi jumlah leukosit sehingga
dapat digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan sel. Masalah lainnya apakah
aktifitas fisik maksimal dapat mempengaruhi jumlah dari eosinofil, basofil, neutrofil,
limfosit dan monosit.
1.3. Kerangka Teori
Aktifitas otot yang meningkat selama aktifitas maksimal dan melelahkan,
mengakibatkan konsumsi oksigen meningkat 20 kali dibanding pada waktu istirahat,
sehingga meningkatkan metabolisme energi melalui fosforilasi oksidatif. Aktifitas
fisik maksimal potensial untuk menimbulkan ketidakseimbangan antara radikal bebas
dengan antioksidan, yaitu saat antioksidan tidak dapat mengatasi radikal bebas yang
terbentuk selama aktifitas fisik. Situasi ini dikenal sebagai stres oksidatif. Stres
oksidatif yang dihasilkan dari aktifitas fisik maksimal dapat menyebabkan kerusakan
enzim, reseptor protein, membran lipid, dan DNA. Substansi oksigen reaktif
merupakan ancaman serius terhadap sistem pertahanan antioksidan seluler dan
meningkatkan kerentanan jaringan terhadap kerusakan oksidatif. (Leeuwenburgh &
Heinecke, 2001) Stres oksidatif digambarkan sebagai suatu peningkatan produksi
radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan. Banyak sumber yang
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
potensial terhadap peningkatan produksi radikal bebas di dalam tubuh, salah satunya
adalah akibat aktifitas leukosit. Aktifitas fagositosis dimulai setelah ada isyarat
kemotaksis. Kerusakan jaringan akibat stres oksidatif menyebabkan leukosit
berdiapedesis ke jaringan yang rusak dan memfagositosis jaringan yang rusak, terjadi
peningkatan leukosit.
Aktifitas fisik maksimal
Peningkatan ambilan oksigen pada sel otot yang aktif
Peningkatan pembentukan radikal bebas
Respon akut Adaptasi
Perusakan sel otot yang aktif
Respon akut Peningkatan pertahanan Peningkatan jumlah leukosit antioksidan antioksidan
Gambar 1. Pengaruh Aktifitas Fisik Maksimal terhadap Peningkatan Jumlah Leukosit
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aktifitas fisik
maksimal terhadap jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
1.4.2. Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini didesain untuk mencapai tujuan-tujuan berikut :
a. Untuk mengkaji secara jelas perubahan dari jumlah leukosit yang terjadi akibat
pengaruh aktifitas fisik maksimal.
b. Untuk mengkaji secara jelas perubahan dari hitung jenis leukosit yang terjadi
akibat pengaruh aktifitas fisik maksimal.
1.5. Hipotesis
1. Aktifitas fisik maksimal dapat menyebabkan terjadinya perubahan jumlah
leukosit
2. Aktifitas fisik maksimal dapat menyebabkan terjadinya perubahan hitung jenis
leukosit.
1.6. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai informasi ilmiah
bagi dunia kesehatan/kedokteran dan olahraga khususnya mengenai pengaruh
aktifitas fisik maksimal terhadap jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik adalah kerja fisik yang menyangkut sistem lokomotor tubuh yang
ditujukan dalam menjalankan aktifitas hidup sehari-harinya, jika suatu aktifitas fisik
memiliki tujuan tertentu dan dilakukan dengan aturan-aturan tertentu secara sistimatis
seperti adanya aturan waktu, target denyut nadi, jumlah pengulangan gerakan dan
lain-lain disebut latihan. Sedangkan yang dimaksud dengan olahraga adalah latihan
yang dilakukan dengan mengandung unsur rekreasi. (Doyle, 1997, Lesmana, 2002)
Menurut Fox (1993) aktifitas fisik berdasarkan sumber tenaganya atau
pembentukan ATP melalui tiga sistem,yaitu 1) Sistem aerobik, 2) Sistem glikolisis
anaerobik (Lactic acid system) dan 3) Sistem ATP- Creatin Phospat ( phosphagen
system). Aktifitas aerobik merupakan aktifitas yang bergantung terhadap ketersediaan
oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga juga akan
bergantung pada kerja optimal organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga
pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber
energi dapat berjalan sempurna. Aktifitas ini biasanya merupakan aktifitas olahraga
dengan intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu
yang cukup lama, seperti jalan kaki, bersepeda atau jogging. Aktifitas anaerobik
merupakan aktifitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi yang cepat
dalam waktu yang singkat namun tidak dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
waktu yang lama. Aktifitas ini juga biasanya memerlukan interval istirahat agar ATP
(Adenosin Tri Phospat) dapat diregenerasi sehingga kegiatannya dapat dilanjutkan
kembali. Jenis olahraga yang memiliki aktifitas anaerobik dominan adalah lari cepat
(sprint), push-up, body building, gimnastik atau loncat jauh. Dalam beberapa jenis
olahraga beregu atau juga individual akan terdapat gerakan-gerakan/aktifitas seperti
meloncat, mengoper, melempar, menendang bola, memukul bola, atau juga mengejar
bola dengan cepat yang bersifat anaerobik. Oleh sebab itu, maka beberapa cabang
olahraga seperti sepakbola, bola basket atau tenis lapangan merupakan kegiatan
olahraga dengan kombinasi antara aktifitas aerobik dan anaerobik. Pada ATP- Creatin
phospat, aktifitas dengan beban maksimal dan waktu yang sangat pendek. (Ina, 2001)
Olah raga menurut jenisnya ada 3 macam, yaitu latihan kondisi (orhiba, aerobik
dan yang belum dikenal banyak total fitnes), latihan rekreasi (berburu, tenis) serta
latihan prestasi untuk memecahkan rekor yang ada (atletik, bulu tangkis, renang).
Latihan rekreasi dan prestasi memerlukan latihan kondisi, dengan maksud agar
kemampuan kerja atau kesegaran jasmani dapat melayani keinginin pemiliknya.
(Soempeno, 1981, Brooks, 1995)
Aktifitas fisik akan menyebabkan perubahan-perubahan pada faal tubuh manusia,
baik bersifat sementara/sewaktu-sewaktu (respons) maupun yang bersifat menetap
(adaption). Aktifitas fisik dengan intensitas tinggi (antara sub maksimal hingga
maksimal) akan menyebabkan otot berkontraksi secara anaerobik. Kontraksi otot
secara anaerobik membutuhkan penyediaan energi (ATP) melalui proses glikolisis
anaerobik atau sistem asam laktat (lactid acid system). Glikolisis anaerobik akan
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
menghasilkan poduk akhir berupa asam laktat. Jadi, aktifitas dengan intensitas sub
maksimal hingga intensitas maksimal akan menyebabkan akumulasi asam laktat
dalam otot dan darah. (Bompa, 1990, Fox, 1993)
Pada aktifitas fisik terjadi peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan ini akan
mencapai maksimal saat penambahan beban kerja tidak mampu meningkatkan
konsumsi oksigen. Hal ini dikenal dengan konsumsi oksigen maksimum (VO2 max).
Sesudah VO2 max tercapai, kerja akan ditingkatkan dan dipertahankan hanya dalam
waktu singkat dengan metabolisme anaerob pada otot yang melakukan aktifitas.
Secara teoritis, VO2 max dibatasi oleh cardiac output, kemampuan sistem respirasi
untuk membawa oksigen darah, dan kemampuan otot yang bekerja untuk
menggunakan oksigen. Faktanya, pada orang normal (kecuali atlet pada yang sangat
terlatih), cardiac output adalah faktor yang menentukan VO2 max. (Bompa, 1990)
Pengaruh aktifitas fisik dapat seketika yang disebut respon akut dan pengaruh
jangka panjang akibat latihan yang teratur dan terprogram yang disebut adaptasi.
Termasuk respon akut adalah bertambahnya frekwensi denyut jantung, peningkatan
frekwensi pernafasan, peningkatan tekanan darah dan peningkatan suhu badan.
Termasuk adaptasi antara lain peningkatan massa otot, bertambahnya massa tulang,
bertambahnya sistem pertahanan antioksidan serta penurunan frekwensi denyut
jantung istirahat. (Sutarina dan Tambunan, 2004)
Aktifitas fisik yang dapat meningkatkan sistem pertahanan antioksidan adalah
aktifitas fisik dengan intensitas rendah dan intensitas sedang, karena aktifitas fisik
pada tingkat ini mengacu pada program aktifitas fisik yang dirancang untuk
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
meminimalkan pengeluaran radikal bebas. Sedangkan aktifitas fisik yang maksimal
dan melelahkan dapat meningkatkan jumlah leukosit dan neutrofil baik dalam
sirkulasi maupun di jaringan. (Cooper, 2000)
2.2. Radikal Bebas dan Stres Oksidatif
Sampai permulaan abad ke 20, tidak seorangpun percaya bahwa suatu senyawa
bernama radikal bebas dapat berada dalam keadaan bebas. Para ilmuwan masih
menggunakan istilah radikal bebas untuk suatu kelompok atom yang membentuk
suatu molekul. Perubahan terjadi ketika pada abad ke 20 seorang ilmuwan Rusia,
membuat radikal bebas organik pertama dari trifenilmetan, senyawa hidrokarbon
yang digunakan sebagai bahan dasar berbagai zat pewarna. Berdasarkan penelitian
para ilmuwan lainnya, istilah radikal bebas kemudian diartikan sebagai molekul yang
relatif tidak stabil, mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya. Molekul tesebut bersifat reaktif dalam mencari pasangan elektronnya.
Jika sudah terbentuk dalam tubuh maka akan terjadi reaksi berantai yang disebut
peroksidasi lipid dan menghasilkan radikal bebas baru yang akhirnya jumlahnya terus
bertambah. (Cuzzocrea et al., 2001)
Oksigen yang kita hirup akan diubah oleh sel tubuh secara konstan menjadi
senyawa yang sangat reaktif, dikenal sebagai senyawa reaktif oksigen yang
diterjemahkan dari reactive oxygen species (ROS), satu bentuk radikal bebas.
Perisitiwa ini berlangsung saat proses sintesa energi oleh mitokondria atau proses
detoksifikasi yang melibatkan enzim sitokrom P-450 di hati. Produksi ROS secara
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
fisiologis ini merupakan konsekuensi logis dalam kehidupan aerobik.
Sebagian ROS berasal dari proses fisiologis tersebut (ROS endogen) dan lainnya
adalah ROS eksogen, seperti berbagai polutan lingkungan (emisi kendaraan bermotor
dan industri, asbes, asap roko, dan lain-lain), radiasi ionisasi, infeksi bakteri, jamur
dan virus, serta paparan zat kimia (termasuk obat) yang bersifat mengoksidasi. Ada
berbagai jenis ROS, contohnya adalah superoksida (O2 ), hidroksil (OH), alkoksil
(RO), peroksil (ROO) dan hidroperoksil (ROOH). (Cuzzocrea et al., 2001)
Pada kenyatannya, segala sesuatu dalam hidup ini memang diciptakan sang
pencipta alam secara seimbang. Sistem defensif dianugerahkan terhadap setiap sel
berupa perangkat antioksidan enzimatis (glutathione, ubiquinol, catalase, superoxide
dismutase, hydroperoxidase, dan lain sebagainya). Antioksidan enzimatis endogen ini
pertama kali dikemukakan oleh Mc Cord dan Fridovich yang menemukan enzim
antioksidan alami dalam tubuh manusia dengan nama superoksida dismutase (SOD).
Hanya dalam waktu singkat setelah teori tersebut disampaikan, selanjutnya
ditemukan enzim-enzim antioksidan endogen lainnya seperti glutation peroksidase
dan katalase yang mengubah hidrogen peroksidase menjadi air dan oksigen.
(Cooper, 2000)
Sebenarnya radikal bebas, termasuk ROS, penting artinya bagi kesehatan dan
fungsi tubuh yang normal dalam memerangi peradangan, membunuh bakteri, dan
mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah dan organ-organ dalam tubuh kita.
Namun bila dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka
dia akan menyerang sel itu sendiri.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Struktur sel yang berubah turut merubah fungsinya, yang akan mengarah pada proses
munculnya penyakit. (Cooper, 2000)
Stres oksidatif (oxidative stress) adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas
(prooksidan) dan antioksidan yang dipicu oleh dua kondisi umum: kurangnya
antioksidan dan kelebihan produksi radikal bebas. Dugaan bahwa radikal bebas
tersebar di mana-mana, pada setiap kejadian pembakaran seperti merokok, memasak,
pembakaran bahan bakar pada mesin dan kendaraan bermotor. Paparan sinar
ultraviolet yang terus-menerus, pestisida dan pencemaran lain di dalam makanan kita,
bahkan karena aktifitas atau olah raga yang berlebihan, menyebabkan tidak adanya
pilihan selain tubuh harus melakukan tindakan protektif. Langkah yang tepat untuk
menghadapi "gempuran" radikal bebas adalah dengan mengurangi paparannya atau
mengoptimalkan pertahanan tubuh melalui aktivitas antioksidan.
(Claudia dan Alvaro, 2004)
Pada keadaan normal, radikal bebas terbentuk sangat perlahan, 5% dari konsumsi
oksigen akan membentuk radikal bebas kemudian dinetralisir oleh antioksidan yang
ada dalam tubuh. Namun jika laju pembentukan radikal bebas sangat meningkat
melebihi 5% karena terpicu oleh aktifitas yang berat dan melelahkan, jumlah radikal
bebas akan melebihi kemampuan kapasitas sistem pertahanan antioksidan. Radikal
bebas ini dapat menyerang membran sel sehingga mengakibatkan kerusakan sel-sel
otot dan tulang yang aktif bekerja. Kelelahan dan nyeri pada otot yang aktif yang
sering menyertai aktifitas fisik yang berat dan melelahkan, merupakan tanda paling
jelas adanya kegiatan radikal bebas. (Cooper, 2000)
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Mekanisme terbentuknya radikal bebas selama aktifitas fisik maksimal ada 2 cara.
Pertama disebabkan lepasnya elektron superoksida dari mitokondria.
Pada saat aktifitas fisik maksimal terjadi peningkatan konsumsi oksigen sampai 20
kali, bahkan dalam otot dapat mencapai 100 kali. Penggunaan oksigen yang berlebih
ini dapat memicu pembentukan radikal bebas di berbagai jaringan tubuh. Selama
aktifitas fisik maksimal, pengeluaran radikal bebas terutama superoksida dapat
meningkat dalam mitokondria, atau pusat-pusat energi di dalam sel.
Kedua, terbentuknya radikal bebas selama aktifitas fisik maksimal, erat hubungannya
dengan proses iskemia-perfusi. Pada saat aktifitas fisik maksimal, terjadi hipoksia
relatif sementara di jaringan beberapa organ yang tidak aktif seperti ginjal, hati dan
usus. Hal ini untuk kompensasi peningkatan pasokan darah ke otot yan aktif dan
kulit. Disamping itu selama aktifitas fisik dengan intensitas tinggi dengan denyut nadi
80-85% denyut nadi maksimal, serabut otot menjadi relatif hipoksia, karena pada saat
otot berkontraksi dengan kuat, memeras pembuluh darah intramuskular di bagian otot
yang aktif, akibatnya terjadi penurunan aliran darah ke otot yang aktif untuk
sementara. Setelah selesai aktifitas fisik, darah dengan cepat kembali ke berbagai
organ yang kekurangan aliran darah tadi, sehingga terjadi perfusi yang dapat
menyebabkan sejumlah radikal bebas turut dalam sirkulasi. (Cooper, 2000)
Sumber utama produksi senyawa oksigen reaktif (ROS) selama aktifitas fisik
adalah sebagai berikut :
1. Rantai transfor elektron mitokondria, terutama pada komplek 1 (NADH-
ubiquinone reductase) dan komplek 3 (Ubiquinone-cytochrome c reductase),
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
yaitu tempat pembentukan radikal superoksida dan hydrogen peroksida.
2. Jalur xanthin oxidase melalui mekanisme iskemia-reperfusi jantung. Selama
iskemia, ATP diubah menjadi AMP. Jika suplai oksigen kurang AMP akan
diubah menjadi hypoxanthin yang selanjutnya diubah menjadi xanthin dan asam
urat oleh xanthin oxidase, yang akhirnya membentuk radikal superoksida.
3. Neutrofil dan respon inflamasi, yang merupakan sumber sekunder produksi ROS
selama periode recovery setelah latihan fisik berat.
4. Katekolamin, yaitu pada latihan fisik jangka panjang. Pada latihan ini terjadi
peningkatan metabolisme oksidatif yang melalui aktivasi reseptor -adrenergik
menyebabkan produksi ROS mitokondria meningkat. (Rohimah, 2005)
2.3. Leukosit
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.
Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 4000-11000
sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3, keadaan ini disebut leukositosis,
bila kurang dari 4000 sel/mm3 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya
maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan
hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti
yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti
bentuk bulat atau bentuk ginjal. (Bellanti, 1993)
Terdapat dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit;
monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan
dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap
spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian
besar precursor (pra zatnya). (Guyton, 1997)
Leukosit dan turunannya berperan sebagai (1) menahan invasi oleh patogen
(mikroorganisme penyebab penyakit, misalnya bakteri dan virus) melalui proses
fagositosis; (2) mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel kanker yang muncul di
dalam tubuh; dan (3) berfungsi sebagai petugas pembersih yang membersihkan
sampah tubuh dengan memfagosit debris yang berasal dari sel yang mati atau
cedera. Yang terakhir penting dalam penyembuhan luka dan perbaikan jaringan .
Untuk melaksanakan fungsinya, leukosit terutama menggunakan strategi cari dan
serang yaitu sel-sel tersebut pergi ke tempat invasi atau jaringan yang rusak. Alasan
utama mengapa sel darah putih terdapat di dalam darah adalah agar mereka cepat
diangkut dari tempat pembentukan atau penyimpanannya ke manapun mereka
diperlukan. (Sherwood, 1996)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui
proses diapedesis lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-
sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Jumlah leukosit per
mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-
25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai
jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai.
(Guyton, 1997)
Jumlah leukosit dalam sirkulasi sangat mudah dan cepat berubah. Nilai absolut
maupun relatif dapat berubah oleh stimulasi selama beberapa menit atau beberapa
jam. Dampak yang paling jelas terlihat bila kelenjar adrenal dirangsang, baik secara
farmakologis maupun sebagai respon terhadap kebutuhan fisiologis. Sebagian besar
stimulasi fisiologis seperti olahraga, emosi, pemaparan terhadap suhu yang ekstrim,
mengakibatkan leukositosis. (Widmann, 1983, Natale, 2003)
2.4. Hitung Jenis Leukosit
Leukosit tidak memiliki hemoglobin (berbeda dengan eritrosit), sehingga tidak
berwarna (putih) kecuali jika diwarnai secara khusus agar dapat terlihat di bawah
mikroskop. Tidak seperti eritrosit, yang strukturnya uniform, berfungsi identik, dan
jumlahnya konstan, tetapi leukosit bervariasi dalam struktur, fungsi dan jumlah.
Terdapat lima jenis leukosit yang bersirkulasi yaitu neutrofil, eosinofil, basofil,
monosit dan limfosit dan masing-masing dengan struktur serta fungsi yang khas.
Mereka semua berukuran sedikit lebih besar daripada eritrosit. (Sherwood, 1996)
Kelima jenis leukosit tersebut dibagi ke dalam dua kategori utama, bergantung
pada gambaran nukleus dan ada tidaknya granula di sitoplasma sewaktu dilihat di
bawah mikroskop. Neutrofil, eosinofil, dan basofil dikategorikan sebagai granulosit
(sel yang banyak mengandung granula) atau polimorfonukleus (banyak bentuk
nukleus). Nukleus sel-sel ini tersegmentasi menjadi beberapa lobus dengan beragam
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
bentuk, dan sitoplasma mereka mengandung banyak granula terbungkus membran.
(Sherwood, 1996; Guyton, 1997)
Terdapat tiga jenis granulosit berdasarkan afinitas mereka terhadap zat warna yaitu
eosinofil memiliki afinitas terhadap zat warna merah eosin, basofil cenderung
menyerap zat warna biru basa dan neutrofil bersifat netral, tidak memperlihatkan
kecenderungan zat warna. Monosit dan limfosit dikenal sebagai agranulosit (sel tanpa
granula) atau mononukleus (satu nukleus). Keduanya memiliki sebuah nukleus besar
tidak bersegmen dan sedikit granula. Monosit lebih besar daripada limfosit dan
memiliki nukleus berbentuk oval atau seperti ginjal. Limfosit, leukosit terkecil,
ditandai oleh nukleus bulat besar yang menempati sebagian besar sel (Sherwood,
1996). Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme penyerang
terutama dengan cara mencernakannya yaitu melalui fagositosis. Fungsi utama
limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem imum. (Guyton, 1997,
Nieman, 2000)
Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis
sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai
relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/ l). Hitung jenis leukosit berbeda
tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada
orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan
apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi
ini dapat mencapai 15%. Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti
lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit / l perlu dikoreksi.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
(Dharma, 2007) Selanjutnya akan dibahas satu persatu hitung jenis leukosit di bawah
ini.
2.4.1. Neutrofil
Neutrofil berkembang dalam sum-sum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, sel-sel
ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 um, satu
inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik
(0,3-0,8um) mendekati batas resolusi optik, berwarna salmon pinkoleh campuranjenis
romanovky.
Granul pada neutrofil ada dua :
a. Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.
b. Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal
(protein Kationik) yang dinamakan fagositin.
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokondria,
apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil merupakan garis
depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan
aktif. Adanya asam amino D oksidase dalam granula azurofilik penting dalam
penceran dinding sel bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses
fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil
berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada molekul tirosin dinding sel
bakteri dan menghancurkannya.
Dibawah pengaruh zat toksik tertentu seperti streptolisin toksin streptokokus
membrane granula-granula neutrofil pecah, mengakibatkan proses pembengkakan
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
diikuti oleh aglutulasiorganel- organel dan destruksi neutrofil. Neutrofil mempunyai
metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan glikolisis baik secara aerob
maupun anaerob. Kemampuan neutrofil untuk hidup dalam lingkungan anaerob
sangat menguntungkan, karena mereka dapat membunuh bakteri dan membantu
membersihkan debris pada jaringan nekrotik. Fagositosis oleh neutrofil merangsang
aktifitas heksosa monofosfat shunt, meningkatkan glikogenolisis. (Effendi, 2003)
2.4.2. Eosinofil
Jumlah eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9 m
(sedikit lebih kecil dari neutrofil). Inti biasanya berlobus dua, retikulum endoplasma,
mitokondria dan apparatus golgi kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid
yang dengan eosin asidofilik, granula adalah lisosom yang mengandung fosfatae
asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim. Eosinofil mempunyai
pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih
selektif dibanding neutrifil. Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan anti bodi,
ini merupakan fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap
komplek antigen dan antibody. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga
berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya
diubah oleh proses-proses Patologi. (Effendi, 2003)
2.4.3. Basofil
Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti satu,
besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi
granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, granul bentuknya
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis Romanvaki tampak
lembayung. Granula basofil metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin, dan
keadaan tertentu, basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan
hypersesitivitas kulit basofil. Hal ini menunjukkan basofil mempunyai hubungan
kekebalan. (Effendi, 2003)
2.4.4. Limfosit
Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% leukosit darah.
Normal, inti relative besar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat,
anak inti baru terlihat dengan electron mikroskop. Sitoplasma sedikit sekali, sedikit
basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Yang berwarna ungu dengan
Romonovsky mengandung ribosom bebas dan poliribosom. Klasifikasi lainnya dari
limfosit terlihat dengan ditemuinya tanda-tanda molekuler khusus pada permukaan
membran sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya membawa reseptor seperti
imunoglobulin yang mengikat antigen spesifik pada membrannya.
Lirnfosit dalam sirkulasi darah normal dapat berukuran 10-12um ukuran yang
lebih besar disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak. Kadang-kadang disebut
dengan limfosit sedang. Sel limfosit besar yang berada dalam kelenjar getah bening
dan akan tampak dalam darah dalam keadaan Patologis, pada sel limfosit besar ini
inti vasikuler dengan anak inti yang jelas. Limfosit-limfosit dapat digolongkan
berdasarkan asal, struktur halus, surface markers yang berkaitan dengan sifat
imunologisnya, siklus hidup dan fungsi. (Effendi, 2003)
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
2.4.5. Monosit
Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter
9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20um, atau lebih.
Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda.Kromatin
kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat tetap monosit. Sitoplasma
relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula
azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulum
endoplasma sedikit. Juga ribosom, poliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus
Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada
daerah identasi inti.
Monosit ditemui dalam darah, jaringan penyambung, dan rongga-rongga tubuh.
Monosit tergolong fagositik mononuclear (sistem retikuloendotel) dan mempunyai
tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk imunoglobulin dan
komplemen. Monosit beredar melalui aliran darah, menembus dinding kapiler masuk
kedalam jaringan penyambung. DaIam darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi
dengan limfosit dan memegang peranan penting dalam pengenalan dan interaksi sel-
sel imunokompeten dengan antigen. (Effendi, 2003)
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental
laboratorium dengan Rancangan pretest-posttest group design. Jumlah sampel
sebanyak 21 mencit jantan (Mus musculus L) yaitu berdasarkan rumus t (r-1) 20 .
Jika t adalah jumlah kelompok (dalam penelitian ini terdiri dari 1 kelompok) dan
r adalah jumlah ulangan per kelompok, maka jumlah ulangan yang diharapkan
(teoritis) adalah sebesar 1 (r 1) 20. (Sugandi, 1994)
3.2. Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Biologi, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri
Medan. Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah lebih kurang
5 (lima) minggu.
3.3. Populasi Penelitian
Hewan coba yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan Mus
musculus L, strain Balpsy, berumur kira-kira 2 4 bulan dengan berat badan antara
30 35 gram. Hewan coba diperoleh dari Badan Penyidikan dan Pengujian Veteriner
(BPPV) Medan.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Variabel bebas, yaitu aktifitas fisik maksimal berupa renang sekuat-kuatnya
sampai hampir tenggelam.
3.4.2. Variabel tergantung, yaitu hitung leukosit dan hitung jenis leukosit.
3.4.3. Variabel kendali, yaitu jenis kelamin, berat badan, makanan, umur, kandang
hewan coba, suhu yang ekstrim dan lingkungan.
3.5. Kerangka Konsep
Aktifitas fisik maksimal Jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit
Jenis kelamin Umur Berat badan Makanan Kandang hewan coba Suhu yang ekstrim Lingkungan
Gambar 2. Kerangka Konsep
3.6. Definisi Operasional
Aktifitas Fisik Maksimal adalah kerja fisik maksimal yang menyangkut sistem
lokomotor tubuh yang ditujukan dalam menjalankan aktifitas hidup sehari-harinya,
dalam penelitian ini aktifitas maksimal berupa renang sekuat-kuatnya sampai hampir
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
tenggelam atau nampak tanda-tanda kelelahan berupa tenggelamnya hampir semua
badan kecuali hidung dan melemahnya gerakan anggota gerak. Lamanya renang
berkisar antara 25-45 menit. (Jawi,2001)
Jumlah Leukosit yaitu jumlah total leukosit yang diambil dari darah tepi yang
diperiksa dengan menggunakan Kamar Hitung Improved Neubaeur dengan satuan
sel/mm3.
Hitung Jenis Leukosit yaitu jenis-jenis leukosit yang diambil dari darah tepi yang
diperiksa pada sediaan hapusan darah dengan mikroskop dengan satuan %.
3.7. Bahan
a) Darah EDTA
b) Larutan Turk untuk hitung jumlah leukosit.
c) Larutan Giemsa untuk pembuatan hapusan darah yang berguna untuk
pemeriksaan hitung jenis leukosit.
d) Minyak imersi
3.8. Alat
Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Stop watch untuk menghitung waktu atau lamanya mencit dapat berenang sampai
hampir tenggelam.
b) Pipet Leukosit
c) Kamar Hitung Improve Neubaeur
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
d) Objek glass (kaca objek) dan deck glass
e) Mikroskop cahaya
f) Bak yang dirancang dengan ukuran panjang 10 cm dan diameter 25 cm, dimana
hanya untuk satu ekor mencit berenang. (Ozaslan, M et al, 2004)
3.9. Pelaksanaan Penelitian
3.9.1. Penerbitan ethical clearance
Diminta penerbitan ethical clearance kepada komisi etik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3.9.2. Pemeliharaan hewan coba
Sebelum perlakuan, semua mencit diadaptasikan dan dipelihara secara
berkelompok (empat ekor mencit per kandang) dalam kandang hewan coba Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan, yang terbuat dari bahan plastik
( 30 x 20 x 10 cm) yang ditutup dengan kawat kasa halus. Makanan berupa pellet dan
minuman (air PAM) secara berlebih (ad libitum). Dasar kandang dilapisi dengan
sekam padi setebal 0,5 1 cm dan diganti setiap hari. Cahaya ruangan pemeliharaan
dikontrol persis 12 jam terang dan 12 jam gelap, sedangkan temperatur dan
kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran alamiah.
3.9.3. Perlakuan hewan coba
a) Sebelum perlakuan, diambil darah dari pangkal ekor mencit, kenudian dilakukan
pemeriksaan jumlah leukosit dengan alat Haemocytometer dan pemeriksaan
hitung jenis leukosit.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
b) Selanjutnya mencit satu persatu diberikan perlakuan aktifitas fisik maksimal
berupa renang sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam atau nampak tanda-tanda
kelelahan berupa tenggelamnya hampir semua badan kecuali hidung dan
melemahnya gerakan anggota gerak. Lamanya renang berkisar antara 25-45 menit
(Jawi, 2001).
c) Mencit diberi stimulus ((kepalanya ditekan kedalam air) agar terus tetap berenang
sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam sehingga aktifitas fisik maksimal
mencit tercapai.
d) Untuk memastikan bahwa mencit benar-benar telah melakukan aktifitas fisik
maksimal, peneliti dibantu oleh tim independen dari fakultas olahraga UNIMED.
e) Selanjutnya diambil darah dengan segera secara intrakardial
f) Kemudian dilakukan pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit.
3.9.4. Prosedur pemeriksaan jumlah leukosit
Alat yang diperlukan : a. Pipet Leukosit
b. Kamar hitung Improved Neubauer
c. Deck glass
Reagensia : Larutan Turk, saring sebelum dipakai
Cara Pemeriksaan :
1. Sampel darah kapiler atau darah EDTA / Oksalat Wintrobe
2. Pipet lekosit diisi dengan darah sampai garis 0,5 bila diduga lekopeni sampai
garis 1, bersihkan ujung pipet dengan kertas tissue
3. Sambil menahan darah pada ujung pipet, isi pipet dengan larutan Turk sampai
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
angka 11, letakkan pipet horizontal untuk menghindari mengalirnya larutan keluar
4. Ujung pipet ditekan dengan kedua jari kemudian digoyang membuat angka 8
selama 3 sampai 5 menit
5. Buang 3 tetes larutan tersebut, kemudian dnegan membuat sudut 30 derajat
teteskan larutan ke dalam kamar hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup
6. Diamkan kamar hitung selama 2 menit
7. Hitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x bidang besar kamar. Hitung
A+B+C+D
8. Perhitungan :Pengencer pipet 20 x luas bidang besar 1 mm2 dan tinggi kamar
hitung 1/10 mm. Lekosit yang dihitung dalam 4 bidang besar adalah A+B+C+D,
jumlah luasnya 4 mm3. Faktor perkalian 50 kali Jumlah lekosit adalah
(A+B+C+D) x 50 /mm3 (Depkes, 1992)
Nilai normal = 4000 11000/mm3
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
A B
C D
Gambar 3. Kamar Hitung Improved Neubauer
3.9.5 Prosedur pemeriksaan hitung jenis leukosit
3.9.5.1. Cara membuat sediaan hapus
1. Letakkan satu tetes kecil darah, pada 2 - 3 mm dari ujung kaca objek. Letakkan
kaca penghapus dengan sudut 30 - 45 derajat terhadap kaca objek di depan tetes
darah.
2. Tarik kaca penghapus ke belakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
sampai darah menyebar pada sudut tersebut.
3. Dengan gerak yang mantap doronglah kaca penghapus sehingga terbentuk
hapusan darah sepanjang 3-4 cm pada kaca objek.
4. Biarkan hapusan darah mengering di udara. (Depkes, 1992)
Gambar 4. Cara Membuat Sediaan Hapus
3.9.5.2. Cara mewarnai sediaan hapus
1. Letakkan sediaan hapus pada dua batang gelas di atas bak tempat pewarnaan.
2. Fiksasi sediaan hapus dengan metanol absolut selama 2-3 menit.
3. Genangi sediaan hapus dengan zat warna Giemsa 5%. Biarkan selama 20-30 menit.
4. Bilas dengan air, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat dengan
tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Biarkan mengering.
(Depkes,1992)
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
3.9.5.3. Pemeriksaan hitung jenis leukosit
1. Periksa hapusan darah yang telah diwarnai dan dikeringkan di bawah mikroskop
dengan pembesaran 10 x, cari bagian dimana eritrosit tersebar merata. Biasanya
terdapat di bagian tipis sediaan.
2. Lensa obyektif diganti dengan pembesaran 40x, kemudian 100x dan sediaan
diberi minyak emersi.
3. Golongkan dan catat tiap sel berinti pada daerah yang dilalui sampai genap 100
sel. Kemudian masing-masing dibuat persentasenya. (Depkes, 1992)
Nilai normal hitung jenis lekosit : (Dharma, 2007)
Eosinofil : 1 3 % Neutrofil Segmen : 50 -70 %
Basofil : 0 1 % Limfosit : 20 - 40 %
Neutrofil Batang : 2 6 % Monosit : 2 - 8 %
3.10. Analisa Data
Setiap data yang didapat terlebih dulu ditentukan distribusinya dengan uji
Normalitas. Apabila data berdistribusi normal akan dilakukan uji t berpasangan
dengan = 0.05, untuk melihat perbedaan hitung leukosit dan hitung jenis sel
leukosit antara sebelum dan sesudah aktifitas fisik maksimal sedangkan apabila data
berdistribusi tidak normal akan dilanjutkan dengan uji non parametrik.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
3.11. Jadwal Penelitian
Keseluruhan kegiatan penelitian dari persiapan sampai pada penulisan hasil
penelitian adalah lebih kurang lima minggu. Urutan kegiatan dan jadwal pelaksanaan
secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
MINGGU KE NO KEGIATAN
1 2 3 4 5
1 PERSIAPAN
2 PELAKSANAAN
3 ANALISA DATA
4 PENULISAN HASIL
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
3.12. Kerangka Kerja
Pemeliharaan Hewan Coba
(Tujuh Hari)
Pengambilan darah melalui pangkal
ekor mencit
Aktifitas fisik maksimal berupa renang sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam
Pengambilan darah intrakardial
Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
Uji Statistik
Pemeriksaan Jumlah Leukosit
Gambar 5. Kerangka Kerja
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Karakteristik subyek penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah mencit jantan Mus musculus L, strain Balpsy,
sebanyak 21 ekor, berumur 2 - 4 bulan dengan berat badan berkisar antara 30 35
gram. Pada subyek diberikan perlakuan untuk melakukan aktifitas fisik maksimal
(AFM) berupa renang sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam dengan waktu 25-45
menit (gambar 3 8). Sebelum dan setelah aktifitas fisik maksimal dilakukan
pemeriksaan jumlah leukosit dengan menggunakan kamar hitung Improve Neubauer
dan hitung jenis leukosit dengan sedaan hapusan darah. Penelitian dilakukan selama
3 hari dari tanggal 14 16 Juli 2008 di laboratorium FMIPA UNIMED dan
Laboratorium Kesehatan Daerah Medan.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Gambar 6. Aktifitas Fisik Maksimal Renang Sekuat-Kuatnya
Gambar 7. Aktifitas Fisik Maksimal Renang Sekuat-Kuatnya
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Gambar 8. Aktifitas Fisik Maksimal Renang Sekuat-Kuatnya
Gambar 9. Aktifitas Fisik Maksimal Renang Sekuat-Kuatnya
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Gambar 10. Mencit Hampir Tenggelam
Gambar 11. Mencit Hampir Tenggelam
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
3.1.2. Pengaruh aktifitas fisik maksimal terhadap jumlah leukosit
Sebelum dan setelah melakukan AFM berupa renang sampai hampir tenggelam,
dilakukan pemeriksaan jumlah leukosit dan didapat hasil seperti pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Distribusi Jumlah Leukosit dengan Aktifitas Fisik Maksimal Jumlah Leukosit Sebelum AFM
Jumlah Leukosit Setelah AFM
No Subjek
Sel/mm3 Mean SD Sel/mm3 Mean SD 1 6200 11800 2 5800 11200 3 6000 10800 4 5800 10200 5 5600 11200 6 7100 12400 7 6400 11400 8 6800 10800 9 6200 11000 10 6000 11200 11 7200 14000 12 6800 11800 13 6000 11000 14 7000 13200 15 5600
6338.10
525.81
9800
11542.86
1084.70
16 7000 12800 17 5800 13600 18 6800 10800 19 6800 11000 20 6200 11400 21 6000 11000
Keterangan : AFM : Aktifitas Fisik Maksimal Mean : Nilai Rata-rata SD : Standar Deviasi Pada tabel 3 di atas didapatkan bahwa nilai rata-rata jumlah leukosit setelah AFM
berupa renang sampai hampir tenggelam mengalami peningkatan (rata-rata =
11542.86 ) dari sebelum AFM (rata-rata = 6338.10 ). Kemudian data dilakukan uji
Normalitas, didapat hasil berupa data yang berdistribusi normal.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Selanjutnya dilakukan uji t berpasangan pada hasil pemeriksaan jumlah leukosit
seperti terlihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Hasil Uji t Berpasangan Rata-Rata Jumlah Leukosit dengan Aktifitas Fisik Maksimal
Variable Mean SD SE P value Ket Nilai jumlah leukosit Sebelum AFM Setelah AFM
6338.10 11542.86
525.81 1084.70
114.74 236.70
0.000
S
Keterangan : AFM : Aktifitas Fisik Maksimal Mean : Nilai Rata-Rata SD : Standar Deviasi SE : Standar Error P value : Tingkat kemaknaan S : Signifikan Dari hasil uji t berpasangan pada tabel 4 di atas diketahui bahwa rata-rata nilai
jumlah leukosit pada pengukuran sebelum AFM adalah 6338.10/mm3 darah dengan
standar deviasi 525.81. Pada pengukuran setelah AFM didapat rata-rata nilai jumlah
leukosit adalah 11542.86/mm3 darah dengan standar deviasi 1084.70/mm3 darah.
Terlihat nilai rata-rata perbedaan antara pengukuran sebelum dan setelah AFM adalah
5204.76 dengan standar deviasi 718.53 berarti dengan kata lain bahwa terjadi
peningkatan jumlah leukosit pada pengukuran setelah AFM. Rata-rata jumlah
leukosit setelah AFM naik sebesar 82.12% dari sebelum AFM, secara statistik
kenaikannya bermakna ( P < 0,05 ) Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.00,
dengan demikian H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan secara
signifikan antara rata-rata nilai jumlah leukosit sebelum dan setelah melakukan AFM.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
3.1.3. Pengaruh aktifitas fisik maksimal terhadap hitung jenis leukosit
Sebelum dan setelah melakukan AFM berupa renang sampai hampir tenggelam,
dilakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit dengan sediaan hapusan darah yang
terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit (gambar 9 12).
Gambar 12. Hapusan Darah Jenis Neutrofil
Gambar 13. Hapusan Darah Jenis Eosinofil
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Gambar 14. Hapusan Darah Jenis Limfosit
Gambar 15. Hapusan Darah Jenis Monosit
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
3.1.3.1. Hitung jenis neutrofil
Pada tabel 5 dibawah ini dapat dilihat hasil uji statistik hitung jenis neutrofil yang
telah dilakukan pengukuran sebelum dan setelah AFM berupa renang sampai hampir
tenggelam.
Tabel 5. Distribusi Hitung Jenis Neutrofil dengan Aktifitas Fisik Maksimal Hitung Jenis Neutrofil
sebelum AFM Hitung Jenis Neutrofil
setelah AFM No
subjek % Mean SD % Mean SD
1 55 32 2 60 39 3 58 34 4 55 32 5 56 39 6 54 45 7 60 45 8 60 39 9 55 37 10 56 35 11 54 37 12 54 36 13 56 44 14 65 42 15 60
57.19
2.84
39
38.90
4.34
16 57 41 17 58 41 18 60 34 19 55 48 20 55 39 21 58 39
Keterangan : AFM : Aktifitas Fisik Maksimal % : Persentase Jumlah Hitung Jenis Neutrofil Mean : Nilai Rata-rata SD : Standar Deviasi
Dari tabel 5 di atas didapatkan bahwa nilai rata-rata hitung jenis neutrofil setelah
AFM berupa renang sampai hampir tenggelam mengalami penurunan ( rata-rata =
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
38.90, SD = 4.34) dari sebelum AFM ( rata-rata = 57.19, SD = 2.84 ). Kemudian data
dilakukan uji Normalitas, didapat data hitung jenis neutrofil tidak berdistribusi
normal, maka untuk uji t berpasangan tidak dapat dilakukan, oleh karena itu
dilanjutkan dengan uji Wilcoxon seperti pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Hasil Uji Wilcoxon terhadap Hitung Jenis Neutrofil dengan Aktifitas Fisik Maksimal
Keterangan :
Hitung jenis neutrofil Mean SD P value Ket Sebelum AFM Setelah AFM
57.19 38.90
2.84 4.34
.000
S
AFM : Aktifitas Fisik Maksimal Mean : Nilai Rata-Rata SD : Standar Deviasi P value : Tingkat kemaknaan S : Signifikan
Dari tabel 6 di atas diketahui bahwa pengukuran hitung jenis neutrofil sebelum
dan setelah melakukan AFM didapatkan P = 0.000 maka Ho ditolak. Dengan
demikian terdapat perbedaan hitung jenis neutrofil antara sebelum dan setelah AFM
secara signifikan.
4.1.3.2. Hitung jenis eosinofil
Pada tabel 7 , dapat dilihat hasil uji statistik hitung jenis eosinofil yang didapat
dari pengukuran sebelum dan setelah AFM berupa renang sampai hampir tenggelam.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Tabel 7. Distribusi Hitung Jenis Eosinofil dengan Aktifitas Fisik Maksimal Hitung Jenis Eosinofil
Sebelum AFM Hitung Jenis Eosinofil
Setelah AFM No
subjek % Mean SD % Mean SD
1 2 1 2 2 0 3 1 0 4 1 0 5 1 0 6 2 0 7 1 0 8 2 1 9 2 0 10 1 0 11 2 0 12 1 0 13 2 0 14 2 1 15 2
1.52
.51
1
0.19
.40
16 1 0 17 1 0 18 2 0 19 1 0 20 1 0 21 2 0
Keterangan : AFM : Aktifitas Fisik Maksimal % : Persentase Jumlah Hitung Jenis Eosinofil Mean : Nilai Rata-rata SD : Standar Deviasi Dari tabel 7 di atas diketahui bahwa nilai hitung jenis eosinofil setelah
melakukan AFM berupa renang sampai hampir tenggelam lebih rendah (rata-rata =
0.19, SD = 0.40 ) dari sebelum AFM ( rata-rata = 1.52, SD = 0.51 ). Kemudian
dilakukan uji Normalitas, didapat data hitung jenis eosinofil tidak berdistribusi
normal, maka untuk uji t berpasangan tidak dapat dilakukan, oleh karena itu
dilanjutkan dengan uji Wilcoxon seperti pada tabel 8 berikut ini.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Tabel 8. Hasil Uji Wilcoxon terhadap Hitung Jenis Eosinofil dengan Aktifitas Fisik Maksimal
Keterangan :
Hitung Jenis Eosinofil Mean SD P value Ket Sebelum AFM Setelah AFM
1.52 0.19
0.15 0.40
.000
S
AFM : Aktifitas Fisik Maksimal Mean : Rata-Rata SD : Standar Deviasi P value : Tingkat Kemaknaan S : Signifikan Dari tabel 8 di atas diketahui bahwa pengukuran hitung jenis eosinofil sebelum
dan setelah melakukan AFM didapatkan P = 0.000 maka Ho ditolak. Dengan
demikian terdapat perbedaan hitung jenis eosinofil antara sebelum dan setelah AFM
secara signifikan.
4.1.3.3. Hitung jenis basofil
Pada tabel 9, dapat dilihat tidak ada perubahan hitung jenis basofil yang didapat
dari pengukuran sebelum dan setelah AFM berupa renang sampai hampir tenggelam.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Tabel 9. Distribusi Hitung Jenis Basofil dengan Aktifitas Fisik Maksimal Hitung Jenis Basofil
Sebelum AFM Hitung Jenis Basofil Setelah
AFM No
Subjek % Mean SD % Mean SD
1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0 9 0 0 10 0 0 11 0 0 12 0 0 13 0 0 14 0 0 15 0
0
0
0
0
0
16 0 0 17 0 0 18 0 0 19 0 0 20 0 0 21 0 0
Keterangan : AFM : Aktifitas Fisik Maksimal % : Persentase Jumlah Hitung Jenis Basofil Mean : Nilai Rata-rata SD : Standar Deviasi Dari tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa untuk nilai hitung jenis leukosit
khususnya basofil, tidak dapat dianalisis karena nilainya 0% karena tidak ada
perubahan pada saat sebelum dan setelah AFM sehingga variabel tersebut tidak
dilakukan uji statistik.
4.1.4.4. Hitung jenis limfosit
Pada tabel 10 di bawah ini dapat dilihat hasil uji statistik hitung jenis limfosit yang
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
didapat dari pengukuran sebelum dan setelah AFM berupa renang sampai hampir
tenggelam.
Tabel 10. Distribusi Hitung Jenis Limfosit dengan Aktifitas Fisik Maksimal Hitung Jenis Limfosit
Sebelum AFM Hitung Jenis Limfosit
Setelah AFM No
Subjek % Mean SD % Mean SD
1 40 65 2 36 60 3 38 65 4 40 66 5 40 60 6 40 54 7 35 54 8 36 60 9 40 62 10 40 65 11 40 64 12 41 62 13 40 62 14 30 54 15 34
37.95
2.94
55
59.95
4.50
16 39 60 17 39 58 18 35 58 19 40 65 20 40 50 21 34 60
Keterangan : AFM : Aktifitas Fisik Maksimal % : Persentase Jumlah Hitung Jenis Limfosit Mean : Nilai Rata-rata SD : Standar Deviasi Dari tabel 10 di atas didapatkan bahwa nilai rata-rata hitung jenis limfosit setelah
AFM berupa renang sampai hampir tenggelam mengalami peningkatan
(rata-rata = 59.95, SD = 4.50) dari sebelum AFM berupa renang sampai hampir
tenggelam (rata-rata = 37.95, SD = 2.94 ). Kemudian data dilakukan uji Normalitas,
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
didapat data hitung jenis limfosit tidak berdistribusi normal, maka untuk uji t
berpasangan tidak dapat dilakukan, oleh karena itu dilanjutkan dengan uji Wilcoxon
seperti pada tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11. Hasil Uji Wilcoxon terhadap Hitung Jenis Limfosit dengan Aktifitas Fisik Maksimal
Keterangan :
Hitung Jenis Limfosit Mean SD P value Ket Sebelum AFM Setelah AFM
59.95 37.95
2.94 4.50
.000
S
AFM : Aktifitas Fisik Maksimal Mean : Rata-Rata SD : Standar Deviasi P value : Tingkat Kemaknaan S : Signifikan Dari tabel 11 di atas diketahui bahwa pengukuran hitung jenis limfosit sebelum
dan setelah AFM didapatkan P = 0.000 maka Ho ditolak. Dengan demikian terdapat
perbedaan hitung jenis limfosit antara sebelum dan setelah AFM secara signifikan.
4.1.3.5. Hitung jenis monosit
Pada tabel 12, dapat dilihat hasil uji statistik hitung jenis monosit yang diukur
sebelum dan setelah AFM berupa renang sampai hampir tenggelam.
Novita Sari Harahap: Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Mus musculus L) Jantan, 2008. USU e-Repository 2008
-
Tabel 12. Distribusi Hitung Jenis Monosit dengan Aktifitas Fisik Maksimal Persentase monosit sebelum
AFM Persentase monosit
setelah AFM No
Subjek % Mean SD % Mean SD
1 3 2 2 2 1 3 3 1 4 4 2 5 3 1 6 4 1 7 4 1 8 2 0 9 3 1 10 3 1 11 4 1 12 4 1 13 2 1 14 3 1 15 4
3.19
.75
2
1.10
.44
16 3 1 17 2 1 18 3 1 19 4 1 20 4 1 21 3 1
Keterangan : AFM : Aktifitas Fisik Maksimal % : Persentase Jumlah Hitung Jenis Monosit Mean : Nilai Rata-rata SD : Standar Deviasi
Dari tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hitung jenis monosit
pada pengukuran setelah AFM lebih rendah (rata-rata = 1.10, SD = 0.44) dari
sebelum AFM (rata-rata = 3.19, SD = 0.75). Kemudian dilakukan uji Normalitas,
didapat data hitung jenis monosit tidak berdistribusi normal, maka untuk uji t
berpasangan tidak dapat dilakukan, oleh karena itu dilanjutkan d