farmakologi gangguan neuromuskuloskeletal

13
Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok. 147 FARMAKOLOGI DALAM GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL dr. Akhmad Edi, Jumat, 3 Januari 2014 ampi B/07.30-09.30 1. Antikonvulsi/anti-kejang Mekanisme aksi: o Penguatan transmisi GABAergik (Inhibitorik) Contoh : barbiturat, benzodiazepin, valproat, vigabatrin. o Pengurangan transmisi eksitatorik (biasanya glutamatergik) Contoh : barbiturat, primidon. o Modifikasi konduktan ionik Contoh : phenytoin, carbamazepin, valproat, ethosuximide. 1) Antikonvulsi untuk serangan parsial dan tonik klonik umum: Phenytoin (diphenylhidantoin dan turunannya); Carbamazepin; Valproat; Barbiturat; Lamotrigin, gabapentin, oxcarbazepin, topiramat & vigabatrin, zonisamide (baru) (1) Phenytoin Struktur kimia hydantoin bersubstitusi diphenyl. Bentuk prodrug: fosphenytoin; Mekanisme kerja: mengubah konduktans Na + , K + dan Ca 2+ , potensial membran dan konsentrasi asam amino dan neurotransmiter (norepineprin, acetylcholin, GABA); Penggunaan klinis : phenytoin efektif mengatasi serangan pasial dan serangan tonik klonik umum; Farmakokinetik : Absorpsi tergantung formulasi bentuk sediaan; Na + -phenytoin absorpsi sempurna, peak 3-12 jam. IM beberapa obat mengendap dalam otot, fosphenytoin diabsorpsi dengan baik; PB kuat, distribusi ke LCS ~ obat bebas dalam plasma, akumulasi dalam retikulum endoplasma (sel otak, hati, otot, dan lemak). Metabolisme: parahidroksilasi konjugasi as.glukoronat. Waktu paruh 12-36 jam rata-rata 24 jam; Eliminasi: metabolit tidak aktif diekskresi kedalam urin, sebagian kecil tanpa diubah; Kadar terapeutik : 10-20 g/mL;

Upload: putri-artika-dora

Post on 31-Dec-2015

112 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Blok Neuromuskuloskeletal

TRANSCRIPT

Page 1: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

147

FARMAKOLOGI DALAM GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

dr. Akhmad Edi, Jumat, 3 Januari 2014

ampi B/07.30-09.30

1. Antikonvulsi/anti-kejang

Mekanisme aksi:

o Penguatan transmisi GABAergik (Inhibitorik)

Contoh : barbiturat, benzodiazepin, valproat, vigabatrin.

o Pengurangan transmisi eksitatorik (biasanya glutamatergik)

Contoh : barbiturat, primidon.

o Modifikasi konduktan ionik

Contoh : phenytoin, carbamazepin, valproat, ethosuximide.

1) Antikonvulsi untuk serangan parsial dan tonik klonik umum:

Phenytoin (diphenylhidantoin dan turunannya);

Carbamazepin;

Valproat;

Barbiturat;

Lamotrigin, gabapentin, oxcarbazepin, topiramat & vigabatrin, zonisamide

(baru)

(1) Phenytoin

Struktur kimia hydantoin bersubstitusi

diphenyl. Bentuk prodrug: fosphenytoin;

Mekanisme kerja: mengubah konduktans

Na+, K+ dan Ca2+, potensial membran dan

konsentrasi asam amino dan neurotransmiter

(norepineprin, acetylcholin, GABA);

Penggunaan klinis : phenytoin efektif mengatasi serangan pasial dan

serangan tonik klonik umum;

Farmakokinetik :

Absorpsi tergantung formulasi bentuk sediaan;

Na+-phenytoin absorpsi sempurna, peak 3-12 jam. IM beberapa

obat mengendap dalam otot, fosphenytoin diabsorpsi dengan baik;

PB kuat, distribusi ke LCS ~ obat bebas dalam plasma, akumulasi

dalam retikulum endoplasma (sel otak, hati, otot, dan lemak).

Metabolisme: parahidroksilasi konjugasi as.glukoronat. Waktu paruh

12-36 jam rata-rata 24 jam;

Eliminasi: metabolit tidak aktif diekskresi kedalam urin, sebagian kecil

tanpa diubah;

Kadar terapeutik : 10-20 g/mL;

Page 2: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

148

Interaksi Obat: phenylbutazone dan sulfonamid mendesak ikatan protein.

Phenobarbital dan carbamazepin menginduksi enzim mikrosomal hati

(menurunkan kadar plasma phenytoin), INH menghambat metabolisme

phenytoin;

Efek toksisitas/efek samping :

Nistagmus, kelumpuhan otot ektraokuler halus;

Diplopia dan ataksia perlu penyesuaian dosis;

Hiperplasi ginggiva, hirsutisme’;

Penggunaan kronik: Neuropati perifer (refleks tendon yang

dalam hilang), osteomalasia (karena abnormalitas metabolisme

vit.D);

Reaksi idiosinkrasi: relatif jarang seperti ruam kulit, demam,

dermatitis eksfoliatif, limfadenopati, agranulositosis.

Turunan Phenytoin :

Mephenytoin dan ethotoin efektif mengatasi kejang umum dan

parsial. Efek samping: dermatitis, agranulositosis, hepatitis.

Ethotoin dianjurkan pada alergi terhadap metabolisme phenitoin;

Phenacemid. Toksik, merupakan pilihan terakhir, mekanisme kerja

belum diketahui, absorpsi baik dan dimetabolisme sempurna.

Efek toksik psikosis, reaksi depresi. Reaksi idiosinkrasi:

hepatitis, nefritis, anemia aplastik dll.

(2) Carbamazepine

Merupakan senyawa trisiklik (mirip

imipramin) yang efektif dalam

pengobatan depresi bipolar;

Mekanisme kerja : sama seperti

phenytoin, menyakat kanal ion

natrium pada kadar terapeutik.

Bekerja secara prasinaptik

menghambat transmisi sinaptik. Interaksi dengan reseptor adenosin.

Menghambat up take dan rilis norepineprin. Memperkuat kerja

pascasinaptik GABA

Penggunaan klinik : untuk serangan kejang parsial dan tonik klonik

umum. Digunakan secara kombinasi dengan phenytoin pada kasus yang

sukar dikendalikan. Berguna untuk penderita dengan mania (gangguan

bipolar);

Farmakokinetik : Ketersediaan hayati 70 %, PB 75 %, kadar LCS 30 %

dari kadar plasma;

Waktu paruh 36 jam;

Eliminasi < 1% dieliminasi ginjal tanpa diubah, sisanya dimetabolisme

menjadi 10,11-Epoxid glukoronidasi 10,11- Dihydroxid ;

Dosis awal 200mg/hr dosis rumat 800-1200 mg, kadar terapeutik 5-1

mg/l;

Page 3: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

149

Efek yang tak diinginkan: mual, muntah BAB tak teratur, mengantuk,

pusing, nystagmus, diplopia, gangguan bicara, ataksia, diskinesia,

parestesia;

Efek samping lainnya : retensi air, hiponatremia, penurunan

osmolalitas, insuffisiensi jantung (gangguan ritme dan hantaran impuls),

exantema, urtikaria, petechiae, demam, fotosensibilitas, erythema

multiforme, steven-johnson syndrome, SLE, lekopeni sementara,

trombositopeni sementara, agranulositosis, anemia aplastik, eosinifilia,

hepatitis, cholestasis, kerusakan tubulus ginjal, lymphadenopati,

splenomegali, intoksikasi akut (sangat sensitif, kram cerebral, stupor,

koma, depresi pernafasan).

Interaksi obat:

Menginduksi metabolisme antikoagulan oral, clonazepam,

kortikosteroid, doksisiklin, kontrasepsi, phenytoin, asam

valproat, vit. D;

Ethosuximid, Phenytoin, Phenobarbital mempercepat metabolisme

carbamazepin;

Cimetidin, Diltiazem, Erythromicin, INH, Verapamil memperlambat

pembongkaran carbamazepin.

(3) Oxcarbazepine

Efek sama seperti carbamazepin;

Indikasi serangan kejang sama dengan

carbamazepin;

Farmakokinetik : waktu paruh 1-2 jam.

Dimetabolisme 10 Hydroxicarbazepin

(>aktif) Dihydroxycarbazepin dengan t

½ 8-12 jam;

Efek samping : hipersensitif, ada reaksi silang dengan carbamazepin;

ADR ~ Carbamazepin : hiponatremia;

Interaksi: induksi enzim hepatis < Carbamazepin

(4) Phenobarbital

Antiseizure tertua, meskipun

dipertimbangkan paling aman

dianjurkan pemakaian obat lain yang

efek sedasinya lebih ringan. seizure

pada bayi;

Mekanisme aksi:

Inhibisi transmisi eksitatorik (konduktan natrium, kalsium pada

konsentrasi tinggi);

Terikat pada pengatur alosterik reseptor GABA-benzodizepin;

Menyakat sinap eksitatorik glutamat

Penggunaan klinis :

Serangan kejang tonik klonik;

Petit mal epillepsy (absences);

Page 4: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

150

Serangan atonik;

Spasme infantile.

Farmakokinetik :

Ketersediaan biologik 100 %;

VD 0,5 l/kg PB: 50 % T ½ dewasa 4 hr anak anak 3 hr;

Eliminasi 25 % dieliminasi ginjal tanpa diubah, eliminasi renal

meningkat pd urin alkali. Sisanya dikonjugasi dengan As.

Glukoronat dlm hati.

Dosis antielpilepsi: 60-400 mghr, pd anak 6-8 mg/kg. Kadar terapi dlm

plasma: 10-40 g/ml;

Efek yang tidak diharapkan :

Terjadi toleransi;

Perubahan ukuran tidur fisiologik;

Kebingungan, pusing, nystagmus, sakit kepala, gangguan

koordinasi;

Sakit otot, persendian, neuralgia;

Efek toksik: gangguan penglihatan, diplopia, ataxia, depresi

pernapasan, udem paru, penurunan tekanan darah, hipotermi,

cystitis hemoragik;

Pemberian intraarteriel (tak sengaja) vasokonstriksi, trombus,

gangrene;

Withdrawl syndroma: tremor, hiperrefleksia, takut, pusing,

keluhan gastrointestinal;

Muka merah, exantema, urtikaria, bronchospasmus;

Jarang: disfungsi hati, nekrose hati;

Sangat jarang: SLE, polyartritis nodosa, steven johnson syndrome,

induksi enzim mitokondrial

Interaksi obat :

Alkohol meningkatkan efek;

Mempercepat metabolisme kontrasepsi oral,vit. D & K,

antidepressiva, tuberkulostatika, chloramphenicol,

kortikosteroid, digitoxin, doksisiklin, griseofulvin, metronidazol,

metoprolol, neuroleptika, fenitoin, propranolol, dsb;

Hydroxilasi phenobarbital diperlambat oleh asam valproat,

cimetidin;

Inkompatibilitas dengan beberapa caiarn infuse.

(5) Pirimidon (2-Desoxypheniobarbital)

Dipasarkan tahun 50-an, dimetabolisme menjadi phenobarbital dan

phenylethylmalonamide (PEMA);

Mekanisme kerja: sama seperti PHENITOIN;

Penggunaan klinis: untuk serangan kejang parsial & tonik klonik;

Farmakokinetik:

Absorpsi sempurna, kadar puncak PO: 3 jam;

VD 0,6 L/kg, PB 30 % T ½ 6-8 jam;

Dosis 10-20 mg/kg/hr, kadar terapeutik: 8-12 g/ml

Page 5: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

151

Efek toksik: sama seperti Phenobarbital.

(6) Vigabatrin (-vinyl-GABA)

Mekanisme kerja: inhibitor reversible GABA aminotransferase;

Penggunaan klinis: untuk partial seizure & syndroma west. Dosis 500

mg 2x perhari dinaikkan sampai 2-3 g/hr;

Farmakokinetik: absorpsi cepat, kadar puncak 1-3 jam, VD 0,8 L/kg T ½

6-8 jam (efek lebih lama), PB kecil, metabolit tidak aktif dan eliminasi

melalui ginjal;

Efek toksik: kantuk, pusing, peningkatan BB. ES. Agitasi, bingung,

psikosis. Defek lap pandang yang irreversible.

(7) Lamotrigin

Mekanisme kerja: mempengaruhi kanal ion natrium dan kalsium;

Penggunaan klinis: serangan kejang parsial, (absen dan mioklonik pd

anak);

Efek yg tak diinginkan: pening, sakit kepala, diplopia, mual, somnolen,

dan ruam kulit (1-2 % pasien anak dermatitis (life threatening);

Farmakokinetik : absorpsi hampir sempurna, VD 1-1,4 l/kg, PB 55 %,

metabolisme dengan glukoronidasi dg T ½ 24 jam, diekskresi melalui

urin. Dosis 100 – 300 mg/hr kadar terapeutik 3g/ml. Interaksi dengan

penginduksi enzim, valproat meningkatkan T ½ 2x lipat.

(8) Felbamat

Digunakan untuk serangan kejang parsial;

Mekanisme kerja menyakat reseptor glisin;

Metabolisme hydroxilasi dan konjugasi T ½ 20 jam dosis 2000-3000

mg/hr kadar tx 30-100 g/ml;

Efek samping : anemi aplastik, hepatitis;

Interaksi: meningkatkan kadar fenitoin & valproat, menurunkan kadar

carbamazepin.

(9) Gabapentin

Digunakan untuk serangan kejang parsial dan tonik klonik umum;

Mekanisme kerja: mengubah metabolisme, rilis non sinaptik, up take

transporter GABA;

Farmakokinetik: absorpsi non-linier, PB -, T ½ 5-8 jam, diekskresi ke

dalam urin tanpa diubah;

Efek samping : Somnolen, pusing, ataksia, sakit kepala, dan tremor;

Interaksi dengan obat-obat diabaikan.

(10) Topiramat

Mekanisme kerja: menyakat kanal ion natrium;

Efektif untuk serangan kejang parsial dan tonik klonik umum;

Page 6: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

152

Farmakokinetik: absorpsi cepat, peak 2jam, KH 80 %, PB 15 %, T ½ 20-

30 jam ekskresi ke dalam urin 50-70 % tanpa diubah;

Efek samping : kantuk, lelah, pusing, lambat berfikir, parestesi, gelisah,

bingung, urolithiasis. Teratogenik pada binatang;

Interaksi menurunkan kadar estrogen.

2) Antikonvulsi untuk serangan absence (Ethosuximide & Valproat)

(1) Ethosuximide

Diperkenalkan tahun 60-an berasal dari struktur ureide siklik;

Mekanisme kerja : melibatkan kanal kalsium, juga menghambat Na+/K+

ATPase, menekan kecepatan metabolisme cerebral, dan menghambat

GABA aminotransferase;

Penggunaan klinis: untuk serangan absence;

Farmakokinetik: absorpsi sempurna, peak 3-7 jam, didistribusi ke

seluruh jaringan – tidak menembus jaringan lemak VD 0,7 l/kg, PB -,

kadar LCS = plasma. Metabolisme sempurna dengan hydroxilasi &

konjugasi metabolit tidak aktif T ½ 18-72 jam;

Efek toksik : lethargi, kelelahan, sakit kepala, cegukan, euphoria,

gangguan pencernaan (nyeri, mual, muntah);

Efek samping : ruam kulit, Steven Johnson Syndrome (sangat jarang),

{eosinofilia, trombositopenia, lekopenia, pansitopenia, SLE} terkait obat

lain.

(2) Valproat

Dipasarkan tahun 69-an di Perancis, 78an di USA;

Mekanisme kerja : menyakat kanal ion Na+, peningkatan GABA

(mekanisme tidak jelas);

Penggunaan klinis: serangan absence, mioklonik, gangguan bipolar,

profilaksis untuk migren;

Farmakokinetik: bioavailabilitas 80 %, peak 2 jam, PB 90 %, VD 0,15

l/kg, metabolisme dengan oksidasi & konjugasi T ½ 9-18 jam;

Efek toksik: nyeri perut bagian atas, mual, muntah;

Efek samping : peningkatan BB, rambut rontok, hepatotoksik,

trombositopeni. Teratogeik (spina bifida, abnomalitas kardiovaskuler,

orofasila dan digital;

Interaksi: valproat mendesak PB phenitoin, menghambat metabolisme

phenobarbital, phenitoin dan carbamazepin. Makanan memperlambat

absorpsi valproat sehingga dapat menurunkan toksisitas.

(3) Benzodiazepin

Enam jenis untuk epilepsi: diazepam (efektif untuk status epileptikus),

lorazepam, Clonazepam, Clorazepat, Nitrazepam, dan Clobazam;

Aspek negatif yang membatasi penggunaannya: efek sedasinya kuat dan

timbulnya toleransi

Page 7: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

153

Farmakokinetik :

Absorpsi : absorpsi cepat, kecuali clorazepate;

Onset of action : peningkatan kelarutan dalam lemak onset

lebih cepat

Duration of action : pemberian single dose dengan peningkatan

kelarutan lemak redistribusi ke jaringan lemak lebih cepat

durasi memendek;

Chronic use : dalam kesetimbangan dengan jaringan lemak;

Half life : sebagian menentukan durasi aksi obat;

Metabolism : lorazepam, oxazepam, temazepam tidak

dimetabolisme oleh liver.

Interaksi Obat :

Menambah efek farmakodinamik (misal alcohol);

Withdrawal BZD, pemberian bersama obat lain yang

meningkatkan resiko serangan;

Menghambat metabolisme BZD (misalnya nefazodone via P450 3A

3/4 menghambat metabolisme triazolam);

Diazepam dapat meningkatkan kadar digoxin and phenytoin dalam

darah.

Efek Toksik :

Sedasi dan gangguan penampilan

Psychomotor skills: mengemudi; bekerja dengan aktivitas

fisik yang membahayakan; menggunakan mesin

berbahaya/beresiko, terutama selama awal pengobatan;

Gangguan ingatan

Amnesia anterograde (keinginan/kejadian sebelum

tindakan bedah atau tindakan lain). Dose-related, and tolerance

may not develop. Lebih mungkin dengan triazolam;

Disinhibisi

Faktor resiko: riwayat agresifitas, impulsifitas, borderline

atau kepribadian antisocial.

Page 8: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

154

Abuse potential menurun apabila peresepan sesuai dan dengan

pengawasan;

Dependence dapat terjadi pada pemberian dosis normal selama

beberapa minggu;

Withdrawal dapat terjadi bahkan pada penghentian tidak secara tiba-

tiba (misal penurunan dosis 10% tiap 3 hari). Simptom meliputi:

takikardi, kenaikan tekanan darah, kejang otot, kecemasan, insomnia,

serangan panik, gangguan ingatan & konsentrasi, gangguan persepsi,

derealisasi, halusinasi, hyperpyrexia, seizures. Dapat berlanjut selama

sebulan.

2. ANTI ANXIETAS YANG BEKERJA PADA KOMPLEKS RESEPTOR GABA.

Contoh :

o Diazepam 5 mg, 2xsehari;

o Chlordiozepoxide 10-20 mg, 2-3xsehari;

o Lorazepam 1-2 mg, 1-2xsehari;

o Clobazam 20-30 mg, dosis terbagi;

o Alprazolam 0,25-0,5 mg, 2-3 xsehari;

o Estazolam 0,5-2 mg;

o Triazolam 0,125-0,5 mg.

3. Obat bekerja pada reseptor β

Propanolol

Dosis 2x10mg atau 2x20mg peroral;

Bekerja sebagai antagonis reseptor β adrenergik;

Efek merugikan mungkin terjadi : hipotensi, bradikardi, asma, eksaserbasi

diabetes melitus, disfungsi seksual, kelelahan, mudah tersinggung, mual

dan diare.

4. Obat bekerja pada reseptor α2

Clonidin

Dosis 0,1mg, 2x sehari;

Agonis pada reseptor (presinaps) α2 adrenergik. Agonis menurunkan

tonus simpatis;

Efek merugikan : hipotensi, sedasi, memperburuk arithmia, disfungsi

seksual, cemas, insomnia, depresi, mimpi buruk, halusinasi.

5. ANTI ANXIETAS YANG BEKERJA PADA SISTEM SEROTONERGIK.

Gangguan cemas menyeluruh;

Parsial agonis reseptor serotonergik tipe 1A (5 HT1A) , teori gangguan cemas

menyeluruh hiperfungsi sistem serotonergik, dimana reseptor 5 HT1A bersifat

menghambat sinergistik mengurangi tonus serotonergik;

Contoh : buspiron dosis 10-15 mg dalam dosis terbagi (hati-hati kalau pada

penderita gagal ginjal dan disfungsi hepar).

6. Pengendur Otot Rangka

Page 9: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

155

Agen penghambat rilis Acethylcholin (hemicholinium, toxin botulinum,

aminoglycosides, Ion Mg2+; Ca2+;

Obat depolarisasi (antikolinesterase): pyridostgmin, neostigmin,

endrophorium, distigmin, physostigmin (eserin);

Obat non-depolarisasi: tubocurarine, gallamin, pancuronium, alcuronium,

atracurium, vecuronium;

Tizanidin (adrenoseptor 2, inhibitor sinap di corda spinalis), Baclofen (agonis

GABAB).

Physostigmine

Mekanisme Aksi : Menghambat penghancuran asetilkolin oleh

acetylcholinesterase yang memfasilitasi transmisi impuls

melintasi myoneural junction dan memperpanjang efek sentral

dan perifer asetilkolin;

Farmakokinetik

Onset aksi: Mata :berangsur-angsur dalam waktu 2 menit;

parenteral: dalam waktu 5 menit;

Durasi: Mata : 12-48 jam; parenteral: 0,5-5 jam;

Absorbsi: IM, mata, S.C : mudah diserap;

Distribusi: persilangan penghalang darah ke otak dan

mudah membalikkan kedua efek antikolinergik sentral dan

perifer;

Durasi: Mata: 12-48 jam; parenteral: 0,5-5 jam;

Metabolisme: dalam hati;

Half-life: 15-40 menit;

Eliminasi: Via hidrolisis oleh cholinesterases.

Efek Samping :

Mata 10%: okular: lakrimasi, ditandai miosis, penglihatan

kabur, sakit mata;

Miscellaneous: diaphoresis;

1% sampai 10%: sistem saraf pusat: sakit kepala, browache

dermatologic: rasa terbakar, kemerahan

sistemik;

> 10%: gastrointestinal: mual, keluar air liur berlebih, diare,

sakit perut;

1% to 10%: kardiovaskular: palpitasi, bradikardia,

sistem saraf pusat: gelisah, gugup, halusinasi, kejang,

genitourinari: dorongan sering buang air kecil,

neuromuskuloskeletal: otot berkedut, pada mata: miosis,

pernapasan: dispnea, bronkospasme, paralisa pernapasan,

edema paru.

Overdosis/Efek Toksik :

Gejala overdosis/efek toksik termasuk kelemahan otot,

penglihatan kabur, keringat berlebihan, air liur berlebihan, mual,

muntah, bronkospasme, kejang.

Page 10: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

156

Jika physostigmine digunakan secara berlebihan atau tidak

adanya overdosis antikolinergik, pasien dapat bermanifestasi

berupa tanda-tanda toksisitas kolinergik. Pada titik ini agen

kolinergik (misalnya, atropin 0,015-0,05 mg / kg) mungkin

diperlukan.

Interaksi Obat : peningkatan toksisitas : Bethanechol, metakolin,

succinylcholine dapat meningkatkan neuromuscular blokade

dengan pemberian sistemik.

Tubocurarine

Mekanisme Aksi : blok acetylcholine dari mengikat ke reseptor

pada motor endplate untuk menghambat depolarisasi;

Farmakodinamik/Kinetics: Eliminasi: ~ 33% sampai 75% dari

dosis parenteral diekskresikan tidak berubah dalam urin dalam

24 jam; ~ 10% diekskresikan dalam empedu;

Efek Samping :

1% sampai 10%: kardiovaskular: Hipotensi;

<1%: Edema, kolaps sirkulasi, aritmia jantung, peningkatan

denyut jantung atau bradikardia, kulit memerah, ruam,

gatal-gatal, eritema, air liur meningkat, penurunan

motilitas GI, bronkospasme, reaksi hipersensitivitas, reaksi

alergi

Overdosis/Efek Toksik : gejala overdosis termasuk kelemahan

otot rangka berkepanjangan dan apnea, kolaps kardiovaskular.

Gunakan neostigmin, edrophonium atau pyridostigmine dengan

atropin untuk relaksasi otot rangka, dukungan ventilasi dan

sistem kardiovaskular melalui cara mekanis, cairan, dan pressors

mungkin diperlukan;

Interaksi Obat : peningkatan efek / toksisitas dengan

aminoglikosida, ketamin, magnesium sulfat, verapamil, quinidine,

klindamisin, furosemide.

Tizanidine

Mekanisme Aksi : agen agonis alpha2-adrenergik yang

menurunkan masukan rangsang ke neuron motorik alpha, turunan

dari imidazol terkait dengan clonidine, yang bertindak sebagai

relaksan otot yang bekerja sentral dengan bersifat agonis alpha2-

adrenergik, bertindak pada tingkat sumsum tulang belakang;

Farmakokinetik : durasi: 3-6 jam, bioavailabilitas: 40%, half-life:

2,5 jam. Waktu untuk konsentrasi serum puncak: 1-5 jam.

Kontraindikasi sebelumnya mengalami hipersensitivitas terhadap

tizanidine;

Efek Samping :

>10%: kardiovaskular: Hipotensi, sistem saraf pusat:

Sedasi, mengantuk di siang hari, mengantuk,

gastrointestinal: xerostomia;

Page 11: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

157

1% sampai 10%: kardiovaskular: bradikardia, sinkop,

sistem saraf pusat: kelelahan, pusing, gelisah, gugup,

insomnia, dermatologi: pruritus, ruam kulit,

gastrointestinal: mual, muntah, dispepsia, sembelit, diare,

hati: peningkatan enzim hati, neuromuskuoskeletal:

kelemahan otot, tremor;

<1%: palpitasi, ekstrasistol ventrikel, gejala psikotik

seperti, halusinasi visual, delusi, gagal hati.

Overdosis/Efek Toksi : mulut kering, bradikardia, hipotensi.

Pengobatan: Lavage (dalam waktu 2 jam dari konsumsi) dengan

arang aktif, benzodiazepin untuk kontrol kejang, atropin dapat

diberikan untuk pengobatan bradikardia;

Interaksi Obat : peningkatan efek: kontrasepsi oral, peningkatan

toksisitas: efek hipotensi additive dapat dilihat dengan diuretik,

agonis adrenergik alpha lain, atau antihipertensi, depresi SSP

dengan alkohol, baclofen atau depresan SSP lainnya.

7. Relaksan Otot Polos (hyoscin, atropine, papaverin, ext. belladonna, tiemonium

methylsulfate).

8. Obat Untuk Parkinsonisme

Etiologi parkinsonisme : kebanyakan tak diketahui. Diduga ada induksi toksin:

MPTP (1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine), carbon monoxide dan

manganese, atau induksi obat: neuroleptik (antagonis reseptor dopamin)

kerusakan neuron nigrostriatal (neuron ihibisi);

Prinsip kerja obat untuk parkinsonism : memacu reseptor inhibisi dan/atau

menghambat reseptor eksitasi;

Obat dopaminergik (precursor dopamin): levodopa;

Agonis dopamin: bromocriptin, pergolide;

Agois dopamin nonergot (pramipexol, ropinirole);

Inhibitor MAO (Selegilin);

Inhibitor Cathecol-O-Methyltransferase (Amantadin);

Obat penyekat acethylcholine (benztropine, orphenadrine).

Levodopa

Mekanisme Aksi : meningkatkan kadar dopamin di otak,

kemudian merangsang reseptor dopaminergik di ganglia basal

untuk meningkatkan keseimbangan antara kolinergik dan aktivitas

dopaminergik;

Farmakokinetik : durasi: tidak tetap, biasanya 6-12 jam. Waktu

untuk puncak konsentrasi serum: Oral: 1-2 jam. Metabolisme:

Mayoritas obat perifer dekarboksilasi menjadi dopamin, sejumlah

kecil levodopa mencapai otak di mana ia juga dekarboksilasi

menjadi dopamin aktif. Half-life: 1,2-2,3 jam. Eliminasi: Terutama

dalam urin (80%) sebagai dopamin, norepinefrin, dan asam

homovanillic;

Page 12: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

158

Kontraindikasi : hipersensitif terhadap levodopa atau komponen

apapun, glaukoma sudut sempit, penggunaan inhibitor MAO dalam

sebelum 14 hari;

Efek Samping :

Kardiovaskular: hipotensi ortostatik, aritmia, nyeri dada,

hipertensi, sinkop, palpitasi, flebitis;

Sistem saraf pusat: pening, kecemasan, kebingungan, mimpi

buruk, sakit kepala, halusinasi, mengalami fenomena,

penurunan ketajaman mental, gangguan memori,

disorientasi, delusi, euforia, agitasi, mengantuk, insomnia,

kelainan gaya berjalan, gugup, ataksia, EPS, jatuh;

Gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah, sembelit,

perdarahan GI, ulkus duodenum, diare, dispepsia,

perubahan rasa, sialorrhea, mulas;

Genitourinari: perubahan warna urin, frekuensi kencing

Hematologi: anemia hemolitik, agranulositosis,

trombositopenia, leukopenia, penurunan hemoglobin dan

hematokrit, kelainan pada AST dan ALT, LDH, bilirubin,

BUN, tes Coombs';

Neuromuskuloskeletal: choreiform dan gerakan involunter,

paresthesia, nyeri tulang, nyeri bahu, kram otot, kelemahan;

Pada mata: blepharospasm;

Ginjal: sulit buang air kecil;

Pernapasan: dispnea, batuk;

Miscellaneous: cegukan, perubahan warna keringat.

Interaksi Obat : benzodiazepin dapat menghambat efek

antiparkinson levodopa, memantau efek mengurangi. Antipsikotik

dapat menghambat efek antiparkinson levodopa melalui blokade

reseptor dopamin; menggunakan antipsikotik dengan dopamin

rendah blokade (clozapine, olanzapine, quetiapine). Diet tinggi

protein dapat menghambat efektivitas levodopa, hindari diet

protein tinggi.

Besi mengikat levodopa dan mengurangi bioavailabilitas

nya, dosis terpisah dari besi dan levodopa

Concurrent penggunaan levodopa dengan nonselektif MAOIs dapat

mengakibatkan reaksi hipertensi melalui penyimpanan meningkat

dan pelepasan dopamin, norepinefrin, atau keduanya. Gunakan

dengan carbidopa untuk meminimalkan reaksi jika kombinasi

diperlukan, jika tidak menghindari kombinasi. L-metionin, fenitoin,

piridoksin, dan spiramisin dapat menghambat efek antiparkinson

levodopa ini. Tacrine dapat menghambat efek levodopa melalui

aktivitas kolinergik ditingkatkan.

9. Obat Anti-Migren

Contoh : Ergotamin, Sumatriptan succinate (agonis serotonin), Flunarizin (vasodilator

perifer & cerebral activator), Pizotifen, Dimethothiazine dan Caffein.

Page 13: FARMAKOLOGI GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

Farmakologi Gangguan Neuromuskuloskeletal

Varo 19/26 H-1 MCQ 2, Semangat PD 2011! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran untuk besok.

159

Ergotamin

Mekanisme Aksi : Memiliki agonis parsial dan/atau antagonis terhadap

tryptaminergic, dopaminergik dan reseptor alpha-adrenergik tergantung

pada situs mereka, stimulan rahim sangat aktif, hal itu menyebabkan

penyempitan pembuluh darah perifer dan kranial dan menghasilkan

depresi pusat vasomotor sentral;

Farmakokinetik : penyerapan: oral, rektal: tidak menentu; ditingkatkan

dengan kafein coadministration. Metabolisme: secara luas di hati.

Bioavailabilitas: keseluruhan Buruk (<5%). Coadministration Dalam 0,5-3

jam setelah dengan kafein: Waktu untuk puncak konsentrasi serum.

Eliminasi: Dalam empedu sebagai metabolit (90%);

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ergotamine, kafein, atau

komponen apapun, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit hati atau

ginjal, hipertensi, penyakit ulkus peptikum, sepsis, hindari selama

kehamilan, penggunaan bersamaan dengan ritonavir, nelfinavir dan

amprenavir;

Efek Samping :

10%: kardiovaskular: takikardia, bradikardia, kejang arteri,

klaudikasio dan vasokonstriksi; pulih sakit kepala dapat terjadi

dengan penarikan tiba-tiba obat pada pasien pada terapi jangka

panjang, edema lokal, efek pembuluh darah perifer (mati rasa dan

kesemutan jari tangan dan kaki), sistem saraf pusat: mengantuk,

pusing, gastrointestinal: mual, muntah, diare, xerostomia;

1% sampai 10%: kardiovaskular: bradikardia atau takikardia

transient, tekanan prekordial dan nyeri, neuromuskuloskeletal:

kelemahan di kaki, perut atau nyeri otot, nyeri otot pada

ekstremitas, paresthesia;

Overdosis/Efek Toksik : gejala termasuk efek vasospastic, mual, muntah,

kelelahan, gangguan fungsi mental, hipotensi, hipertensi, tidak sadar,

kejang, syok dan kematian;

Interaksi Obat : peningkatan toksisitas: eritromisin, troleandomycin dan

antibiotik macrolide lainnya: pantau tanda-tanda toksisitas ergot. Ritonavir,

nelfinavir amprenavir dan meningkatkan kadar alkaloid ergot. Hindari

penggunaan bersama.

REFERENSI :

Slide ppt. kuliah dr. Akhmad Edi Farmakologi dalam Neuromuskuloskeletal.

“Selamat Merenungkan”, -dr. Akhmad Edi-