farmakokinetik

19
MAKALAH FARMAKOKINETIK DASAR PENANGANAN HEWAN COBA OLEH : KELOMPOK III NAMA : SUPRIYATI SELLY TOLLA (F1F1 13 051) AMELIA (F1F1 13 067) NUR FATIMAH (F1F1 13 092) WD NIRMALA NUR (F1F1 13 060) KELAS : B ASISTEN : SITTI NURNITA S JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO

Upload: indah-wulan-adjah

Post on 09-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

maklah

TRANSCRIPT

MAKALAH FARMAKOKINETIK DASARPENANGANAN HEWAN COBA

OLEH : KELOMPOK IIINAMA :SUPRIYATI SELLY TOLLA(F1F1 13 051)AMELIA(F1F1 13 067)NUR FATIMAH(F1F1 13 092)WD NIRMALA NUR(F1F1 13 060) KELAS:BASISTEN:SITTI NURNITA S

JURUSAN FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HALU OLEOKENDARI2015

BAB IPENDAHULUANA.LATAR BELAKANGTikus (Rattus sp) termasuk binatang pengerat yang merugikan dan termasuk hama terhadap tanaman petani. Selain menjadi hama yang merugikan, hewan ini juga membahayakan kehidupan manusia. Sebagai pembawa penyakit yang berbahaya, hewan ini dapat menularkanpenyakit seperti wabah pes dan leptospirosis. Hewan ini, hidup bergerombol dalam sebuah lubang. Satu gerombol dapat mencapai 200 ekor. Di alam tikus ini dijumpai di perkebunan kelapa, selokan dan padang rumput. Tikus ini mempunyai indera pembau yang sangat tajam.Tikus putih yang digunakan untuk percobaan laboratorium yang dikenal ada tiga macam galur yaitu Sprague Dawley, Long Evans dan Wistar. Tikus galur Sprague-Dawley dinamakan demikian, karena ditemukan oleh seorang ahli Kimia dari Universitas Wisconsin, Dawley. Dalam penamaan galur ini, dia mengkombinasikan dengan nama pertama dari istri pertamanya yaitu Sprague dan namanya sendiri menjadi Sprague Dawley. Tikus putih memiliki beberapa sifat yang menguntungkan sebagai hewan uji penelitian di antaranya perkembangbiakan cepat, mempunyai ukuran yang lebih besar dari mencit, mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino, kepala kecil, dan ekor yang lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya cepat, temperamennya baik, kemampuan laktasi tinggi, dan tahan terhadap arsenik tiroksid.Mencit (Mus musculus L.) termasuk mamalia pengerat (rodensia) yang cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomisnya dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik. Mencit yang sering digunakan dalam penelitian di laboratorium merupakan hasil perkawinan tikus putih inbreed maupun outbreed. Dari hasil perkawinan sampai generasi 20 akan dihasilkan strainstrain murni dari mencit.Mencit sering digunakan dalam penelitian dengan pertimbangan hewan tersebut memiliki beberapa keuntungan yaitu daur estrusnya teratur dan dapat dideteksi, periode kebuntingannya relatif singkat, dan mempunyai anak yang banyak serta terdapat keselarasan pertumbuhan dengan kondisi manusia.Kelinci Eropa (Oryctogalus cuniculus) terdapat di daratan Eropa dalam tiga bentuk yaitu liar (wild), yang dijinakkan (feral) dan jinak (domestic). Namun, di Amerika Utara hanya ada bentuk feral dan jinak. Kelinci tipe liar atau tipe keturunannya berkembang di Iberian Peninsula dan menyebar ke daerah lain di Mediteranian. Famili bentuk domestic adalah sangat khusus dengan variasi yang besar pada keturunannya dan strain yang digunakan untuk produksi daging, sebagai hewan kesayangan dan produksi hewan percobaan. Kelinci tipe feral yang kembali ke bentuk semula (dari domestic ke tipe liar) dapat ditemukan di pulau Farallon lepas pantai San Fransisco, pulau San Juan di Fuca straits, Washington dan pulau Channel dekat Santa Barbara, California.B.TUJUAN Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :1.Untuk mengetahui klasifikasi hewan uji mencit, tikus putih dan kelinci2.Untuk mengetahui perlakuan hewan uji3.Untuk mengetahui cara pemberian obat terhadap hewan uji4.Untuk mengetahui cara pemusnahan hewan uji5.Untuk mempelajari contoh perhitungan dosis hewan

BAB IIPEMBAHASANA.KLASIFIKASI HEWAN UJI1. Tikus (Rattus novergicus) (Akbar, 2010)Kingdom : AnimaliaFilum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Subordo : Odontoceti Familia : Muridae Genus : Rattus Spesies : Rattus norvegicus2. Mencit (Mus musculus) (Akbar, 2010) Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata Class : Mammalia Ordo: Rodentia Family : Muridae Genus : Mus Species : Mus musculus3. Kelinci (Akbar,2010) Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Logomorphia Famili : Leporidae Genus: Lepus Spesies : Lepus nigricolli

B.PERLAKUAN HEWAN UJIPerlakuan hewan uji diantaranya : a. Makanan hewan harus disimpan didalam bungkus yang tertutup.b. Semua spesies hewan harus diberi makan sesuai dengan fisiologi dankebutuhannya.c. Semua spesies harus diberi makanan dan air minum berkualitas baik sebanyak yang dibutuhkannya (SOP 003/SF ITB/2015 Halaman 3 dari 6).Dalam memanfaatkan hewan percobaan untuk penelitian kesehatan digunakan prinsip 3R, yaitu :1. replacement, ada dua alternatif untuk replacement yaitu a.replacement relatif yaitu tetap memenfaatkan hewan percobaan sebagai donor organ, jaringan atau sel.b.replacement absolut yaitu tidak memerlukan bahan dari hewan, melainkan memanfaatkan galur sel ( cell lines) atau program komputer.2. reduction, yaitu mengurangi pemanfaatan jumlah hewan percobaan sehingga sesedikit mungkin dengan bantuan ilmu statistik, program komputer, dan teknik-teknik biokimia serta tidak mengulangi penelitian dengan hewan percobaan apabila tidak perlu. 3. refinement, yaitu mengurangi ketidak nyamanan yang diderita oleh hewan percobaan sebelum, selama, dan setelah penelitian misalnya dengan pemberian analgetik (Hanafiah dkk, 2001).C.CARA PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN UJI :Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat (Katzug, B.G, 1989).Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah - masalah seperti berikut:a. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemikb. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lamac. Stabilitas obat di dalam lambung atau ususd. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam - macam rutee.Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokterf. Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam- macam ruteg. Kemampuan pasien menelan obat melalui oral.Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. Efek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obat yang bekerja setempat misalnya salep (Anief, 1990).Efek sistemik dapat diperoleh dengan cara:a. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectalb. Parenteral dengan cara intravena, intra muskuler dan subkutanc. Inhalasi langsung ke dalam paru -paru.Efek lokal dapat diperoleh dengan cara:a. Intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung, telingab. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paruc. Rektal, uretral dan vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur, saluran kencing dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada keringat badan atau larut dalam cairan badanRute penggunaan obat dapat dengan cara:a. Melalui rute oralb. Melalui rute parenteralc. Melalui rute inhalasid. Melalui rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina dan sebagainyae. Melalui rute kulit (Anief, 1990)Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah lidah), rektal (dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal, intramuskular, subkutan, dan intraperitonial, melibatkan proses penyerapan obat yang berbeda - beda. Pemberian secara parenteral yang lain, seperti melalui intravena, intra - arteri, intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan proses penyerapan, obat langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi reseptor ( receptor site) cara pemberian yang lain adalah inhalasi melalui hidung dan secara setempat melalui kulit atau mata. Proses penyerapan dasar penting dalam menentukan aktifitas farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses penyerapan akan memperngaruhi aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan ( Siswandono dan Soekardjo, B., 1995).Rute pemberian obat dapat diberikan secara peoral, subkutan, intramuscular, itravena dan intraperitoneal. Rute peroral dapat diberikan dengan mencampurkan obat bersama makanan, bisa pula dengan jarum khusus ukuran 20 gauge dan panjang kira-kira 5 cm untuk memasukkan senyawa langsung ke dalam lambung melalui esophagus, ujungnya bulat dan berlubang ke samping. Rute subkutan paling mudah dilakukan pada mencit. Obat-obat dapat diberikan kepada mencit dengan jarum yang panjangnya 0,5-1,0 cm dan ukuran 22-24 gauge. Obat bisa disuntikkan di bawah kulit di daerah punggung atau di daerah perut. Kekurangan dari rute ini adalah obat harus dapat larut dalam cairan hingga dapat disuntikkan. Rute pemberian obat secara intramuscular lebih sulit karena otot mencit sangat kecil, obat bisa disuntikkan ke otot paha bagian belakang dengan jarum panjang 0,5-1,0 cm dan ukuran 24 gauge. Suntikkan tidak boleh terlalu dalam agar tidak terkena pembuluh darah. Rute pemberian obat secara itravena haruslah dalam keadaan mencit tidak dapat bergerak, ini dapat dilakukan dengan memasukkan mencit ke dalam tabung plastik cukup besar agar mencit tidak dapat berputar ke belakang dan supaya ekornya keluar dari tabung, jarum yang digunakan berukuran 28 gauge dengan panjang 0,5 cm dan suntikkan pada vena lateralis ekor, cara ini tidak dapat dilakukan karena ada kulit mencit yang berpigmen jadi venanya kecil dan sukar dilihat walaupun mencit berwarna putih. Cara interperitonial hampir sama dengan cara intramuscular, suntikkan dilakuakn di daerah abdomen diantara cartilage xiphoidea dan symphysis pubis (Adnan dan Munisa, 2013).

Cara memberikan obat : Rute oralMencit dan tikusDiberikan dengan alat suntik yang dilengkapi dengan jarum atau kanula berujung tumpil dan berbentuk bola. Jarum/kanula dimasukkan ke dalam mulut perlahan-lahan, diluncurkan melalui langit-langit ke belakang sampai esofagus.

KelinciPemberian oral pada kelinci dilakukan dengan pertolongan mouth block (alat penahan rahang), berupa pipa kayu atau plastik yang berlubang, panjang 12 cm, diameter 3 cm, dan diameter lubang 7 mm. Letakkan mouth block di antara gigi-gigi depan dengan rahang dengan ibu jari dan telunjuk. Masukkan kateter melalui lubang pada mouth block sekitar 20-25 cm. Untuk memeriksa apakah kateter benar masuk ke esofagus dan bukan ke trakea, celupkan ujung luar kateter masuk ke trakea. IntravenaMencit :Penyuntikan dilakukan pada vena ekor (ada 4 vena pada ekor). Letakkan hewan pada wilayah tertutup sedemikian rupa sehingga mencit tidak leluasa untu k bergerak-gerak,dengan ekor menjulur ke luar. Hangatkan ekor dengan dicelupkan ke dalam air hangat (40 C-50 C). Pegang ujung ekor dengan satu tangan dan suntik dengan tangan yang lain.Tikus :Pada tikus yang tidak dianestesi, penyuntikan dapat dilakukan pada ekor (seperti pada mencit)., pada vena penis (khusus untuk tikus jantan), atau pada vena di permukaan dorsal kaki. Pada tikus yang dianestesi, penyuntikan dapat dilakukan pada vena femoralis.Kelinci dan marmut:Dapat dilakukan pada vena marginalis untuk marmur besaratau untuk marmut yang di anestesi. Subkutan Pada tikus dan mencit, penyuntikan dilakukan di bawah kulit pada daerah tengkuk. Pada kelinci, penyuntikan dilakukan di bawah kulit di daerah tengkuk atau di sisi pinggang. Untuk marmut dan kelinci, angkat sebagian besar kulit dan tusukkan jarum menembus kulit, sejajar dengan otot di bawahnya. Intramuskular Untuk mencit dan tikus, penyuntikan dilakukan pada otot gluteus maksimus atau bisep fermoris atau semitendinosus pada belakang. IntraperitonealUntuk semua hewan percobaan, penyuntikan dilakukan pada perut sebelah kanan garis tengah, jangan terlalu tinggi agar tidak mengenai hati dan kandung kemih, hewan dipegang pada punggung supaya kulit abdomen menjadi tegang. Pada saat pentyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen, suntikkan jarum membentuk sudut 10 menembus kulit dan otot masuk ke rongga peritoneal. IntradermalPada tikus dan marmut, penyuntikan dilakukan pada perut dan tubuh belakang atau kakai belakang yang telah dicukur bulunya. Tusukkan jarum ke kulit yang ditegengkan sedalam 0,67 mm (harmita dkk, 2007).D. PEMUSNAHAN HEWAN UJISebagai penelitian bomedik dapat diselesaikan dilaboratorium dengan cara kerja in vitro atau dengan menggunakan bahan hidup, seperti galur sel dan biakan jaringan. Hewan percobaan akan mengalami berbagai keadaan luar biasa yang menyebabkan penderitaan, seperti rasa nyeri ketidak nyamanan, ketidak senangan, dan pada akhirnya kematian. Sebagai bangsa yang beradap hewan percobaan yang menderita untuk kebaikan manusia wajib dihormati hak asasinya dan diperlakukan secara manusiawi . Beberapa prinsip dasar adalah :1.Untuk kemajuan pengetahuan biologi dan pengembangan cara-cara dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia diperlukan percobaan pada berbagai spesies hewan yang utuh. Ini dilakukan setelah pertimbangan yang seksama karena jika layak, harus digunakan metode seperti model mate-matika, simulasi komputer, dan sistem in vitro.2.Hewan yang dipilih untuk penelitian harus sesuai spesies dan mutunya, serta jumlahnya sekecil mungkin, namun hasil penelitiannya absah secara ilmiah.3.Peneliti dan tenaga kerja lainnya harus memperlakukan hewan percobaan sebagai mahluk perasa, memperhatikan pemeliharaan dan pemanfaatannya serta memahami cara mengurangi penderitaanya4.Peneliti harus menganggap bahwa prosedur yang menimbulkan rasa nyeri pada manusia, juga menimbulkan rasa nyeri pada spesies bertulang belakang, termasuk primata. 5.Pada akhir penelitian bahkan pada waktu dilakukan percobaan, hewan yang menderita nyeri hebat atau terus menerus atau menjadi cacat yang tidak dapat dihilangkan harus dimatikan tanpa rasa nyeri.6.Hewan yang akan dimanfaatkan untuk penelitian hendaknya dipelihara dengan baik, termasuk kandang, makanan, air minum, transportasi dan cara menanganinya sesuai tingkah laku dan kebutuhan biologi tiap spesies (Harmita dkk, 2007).E.PERHITINGAN DOSIS HEWAN UJI

BAB IIIPENUTUP1. KESIMPULANKesimpulan dari makalah ini adalah :1. Klasifikasi dari 3 hewan coba antara lain tikus (Rattus novergicus) dari genus Rattus dan famili Muridae, mencit (Mus musculus) dan famili Muridae, dan kelinci (Lepus nigricolli) dari genus Lepus.2. Cara memperlakukan hewan uji memiliki etika, yakni diperlakukan sama dengan manusia, antara lain pemberian makan, cara memegang, cara merawat, dan penggunaan hewan uji dalam penelitian hendaknya menggunakan prinsip 3 R.3. Pemberian obat untuk hewan uji menggunakan spoit dan kanula (khusus rute oral), namun tempat pemberian akan berbeda-beda tiap rute pemberian.4. Pada akhir penelitian bahkan pada waktu dilakukan percobaan, hewan yang menderita nyeri hebat atau terus menerus atau menjadi cacat yang tidak dapat dihilangkan harus dimatikan tanpa rasa nyeri.5. Dosis obat-obatan yang diberikan kepada hewan uji berbeda dengan dosis yang digunakan untuk manusia, dosis untuk hewan uji harus dikonversi kemudian dihitung dengan rumus yang ada.

DAFTAR PUSTAKAAdnan dan Munisa, 2013, Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan, Jurusan Biologi FMIPA UNM, Jakarta.Akbar Budhi, 2010, Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang Berfungsi Sebagai Antfertilitas, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Hanafiah, J, dan Amir, A., 2001, Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan, EGC, Jakarta.Harmita dan Maksum Rdji, 2007, Buku Ajar Analisis Hayati, EGC, Jakarta).Katzung, Bertram G., 1989, Farmakologi Dasar Dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.Siswandono dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal, Airlangga Press, Surabaya.