farmako lingkup bahasan bbs-2 2015
DESCRIPTION
Farmako Lingkup Bahasan BBS-2 2015TRANSCRIPT
LINGKUP BAHASAN BBS FARMAKOLOGI & TERAPEUTIK
Pokok BahasanSub Pokok BahasanSpecific Learning ObjectivesKodeNarasumberWaktu
1. Obat dan permasalahannya
1. Obat dan permasalahannya
1.1. Menjelaskan pengertian obat
1.2.Menjelaskan bahan berkhasiat dari obat
1.3. Menjelaskan penamaan obat
1.4. Menjelaskan bentuk sediaan obat
1.5. Menjelaskan cara pemberian obat
1.6. Menjelaskan penyimpanan obat
1.7. Menjelaskan kadaluarsa obat
BBS-FT-K1Drs. WakidiDrs. Admar Djas
1x50
2. Absorbsi
2. Absorbsi
2.1. Menjelaskan defenisi absorbsi
2.2. Menjelaskan perpindahan obat antar jaringan
2.3.Menjelaskan faktor yang mepengaruhi absorbsi
BBS-FT-K2Drs. Admar DjasDrs. Wakidi
1x50
3.Distribusi
3.Distribusi
3.1. Menjelaskan defenisi distribusi
3.2. Menjelaskan volume distribusi
3.3. Menjelaskan protein bindingBBS-FT-K3dr. Yunita Sari Pane, MSidr. Zulkarnain Rangkuty,MSi1x50
4. Biotrans-formasi
4. Biotransfor-masi
4.1. Menjelaskan defenisi biotransformasi
4.2. Menjelaskan fase I biotransformasi
4.3. Menjelaskan fase II biotransformasi
4.4. Menjelaskan enzim yang terlibat
4.5. Menjelaskan sitokrom P450 dan isoform
4.6. Menjelaskan faktor genetik dalam biotransformasi obatBBS-FT-K4dr. Sake Juli Martina, SpFKdr. Yunita Sari Pane,MSi1x50
5.Eksresi
5.Ekskresi
5.1. Menjelaskan defenisi ekskresi
5.2. Menjelaskan organ ekskresi obat
5.3. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi ekskresi obatBBS-FT-K5dr. Siti Syarifahdr. Sake Juli Martina, SpFK
1x50
1x50
6. Hubungan dosis-respon
6. Hubungan dosis-respon
6.1. Menjelaskan defenisi: dosis efektif, dosis lethal, dosis toksik
6.2. Menjelaskan cara membaca kurva dosis repons:
- antagonis kompetitif
- antagonis non kompetitif6.3. Menjelaskan dosis dan reaksi obat: allodynia, hiperalgesia, idiosinkrasi, alergiBBS-FT-K6dr. Sake Juli Marina, SpFKdr. Siti Syarifah
1x50
7. Cara Pemberian Obat*
7. Cara Pemberian Obat*
7.1. Menjelaskan pengertian cara pemberian obat
7.2. Menjelaskan hubungan bentuk sediaan obat dengan cara pemberian obat
7.3. Menjelaskan jenis-jenis cara pemberian obat, keuntungan dan kerugiannyaBBS-FT-K7dr. Zulkarnain Rangkuty,MSidr. Sake Juli Martina, SpFK
1x50
8. Perhi-tungan dosis obat pediatrik*
8. Perhitungan dosis obat pediatrik*
8.1. Formula Clark8.2.Formula Fried
8.3.Formula Crowling
dst
BBS-FT-K8Drs. Admar Djas, Apt, MSidr. Zulkarnain Rangkuty,MSi1x50
9.Perihal resep
9.Perihal resep
9.1. Menjelaskan pengertian resep
9.2. Menjelaskan jenis-jenis resep
9.3. Menjelaskan elemen resep
9.4. Menjelaskan peresepan yang rasionalBBS-FT-K9Drs. Wakidi, Apt, MSiProf. Aznan Lelo, Ph.D, Sp.FK
1x50
10.Efek non terapi
10.Efek non terapi
10.1. Menjelaskan pengertian efek non terapi: efek samping, efek toksik
10.2. Menjelaskan efek non erapi yang dapat diramalkan
10.3. Menjelaskan efek non terapi yg tdk dpt diramalkanBBS-FT-K10dr. Datten Bangun, MSc, Sp,FKdr. Zulkarnain Rangkuty,MSi1x50
11.Interaksi farmakokinetik
11.Interaksi farmakokinetik
11.1. Menjelaskan pengertian interaksi farmakokinetik
11.2. Menjelaskan interaksi absorbsi di saluran cerna
11.3. Menjelakan interaksi dalam distribusi
11.4. Menjelaskan interaksi dalam metabolisme
11.5. Menjelaskan interaksi obat dalam ekskresiBBS-FT-K11dr. Zulkarnain Rangkuti, MSidr. Datten Bangun, MSc, Sp,FK
1x50
12. Interaksi farmakodinamik
12. Interaksi farmakodinamik
12.1. Menjelaskan pengertian interaksi farmakodinamik
12.2. Menjelaskan pengertian interaksi pada reseptor
12.3. Menjelaskan interaksi fisiologikBBS-FT-K1 1dr. Sake Juli Martina, SpFKdr. Yunita Sari Pane, MSi
1x50
13. Kaedah penulisan obat racikan*13. Kaedah penulisan obat racikan*BBS-FT-K13Drs. Admar DjasProf. Aznan Lelo, Ph.D, Sp.FK
1x50
14. Interaksi obat tidak tercampurkan
1. Interaksi obat tidak tercampurkan*
14.1. Menjelaskan pengertian interaksi obat tidak tercampurkan
14.2. Menjelaskan interaksi OTT secara kimia
14.3. Menjelaskan interaksi OTT secara fisikaBBS-FT-K14Drs. Admar Djasdr. Zulkarnain Rangkuti, MSi
1x50
15. Farmakologi sistem saraf tepi
15. Farmakologi sistem saraf tepi
15.1. Menjelaskan pembagian sistem saraf tepi
15.2. Menjelaskan transmisi neurohumoral
15.3. Menjelaskan respons organ efektor thd impuls saraf otonomBBS-FT-K15dr. Zulkarnain Rangkuti, MSiProf. dr. Aznan Lelo, PhD1x50
16. Farmakologi SSO_simpatis
16. Farmakologi SSO_simpatis
16.1. Menjelaskan neurotransmitter synthesis alteration
16.2. Menjelaskan stimulating adrenergic receptor
16.3. Menjelaskan blocking adrenergic receptor
16.4. Menjelaskan efek klinis obat-obat adrenergikBBS-FT-K16dr. Zulkarnain Rangkuti, MSiProf. dr. Aznan Lelo, PhD1x50
17. Farmakologi SSO_parasimpatis
17. Farmakologi SSO_parasimpatis
17.1. Menjelaskan neurotransmitter synthesis alteration
17.2. Menjelaskan stimulating cholinergic receptor
17.3. Menjelaskan blocking cholinergic receptor
17.4. Menjelaskan efek klinis obat-obat cholinergikBBS-FT-K17 dr. Sake Juli Martina, SpFKdr. Zulkarnain Rangkuti, MSi
1x50
18.Faktor yang mempengaruhi farmakologi obat18.Faktor yang mempengaruhi farmakologi obat18.1.Menjelaskan kondisi fisiologik: anak, usia lanjut
18.2. Menjelaskan kondisi patologik:
penyakit saluran cerna
penyakit kardiovaskuler
penyakit hati
penyakit ginjal
18.3.Menjelaskan peranan farmakogenetik
18.4. Faktor-faktor lain:
interaksi obat
toleransi
bioavailabilitas
efek plasebo
pengaruh lingkungan makanan/foodBBS-FT-K18dr. Datten Bangun, MSc, Sp.FKdr. Yunita Sari Pane, MSi
1x50
BLOK BASICS BIOMEDICAL SCIENCES-2Departemen Farmakologi dan TerapeutikDasar pembelajaran ilmu Farmakologi dan Terapeutik
Pendahuluan
Setiap kali seorang dokter atau pelaku kesehatan melayani pasiennya, setelah penegakan diagnosis penyakit dan penentuan problema utama, maka akhir tindakan adalah pengobatan apakah dengan pemberian obat atau tindakan pengobatan lain. Ilmu Farmakologi dan Terapeutik adalah cabang ilmu kedokteran yang membahas tentang obat mulai dari saat ditemukan, dikembangkan, diformulasi, diuji cobakan kepada hewan dan manusia sampai dengan penggunaannya di klinik. Obat sendiri bukanlah zat yang aman atau bebas dari efek samping atau efek yang merugikan. Oleh karena itu seorang dokter hendaklah mengetahui dengan benar tentang obat sehingga penderita tidak celaka atau meninggal.
Kegagalan terapi dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam memilih bentuk sediaan obat yang sesuai dengan kondisi klinis penderita dan farmakokinetik obat yang diresepkan. Umpamanya obat dengan kandungan yang sama (misalnya kanamycin) tersedia dalam bentuk sediaan injeksi lalu diberikan per-oral, maka obat tersebut tidak pernah sampai ke dalam aliran darah sistemik.
Kematian pada anak dapat terjadi sebagai akibat kesalahan dalam penentuan dosis. Perbedaan dosis dalam decimal sajapun telah dapat berakibat fatal. Secara farmakologis, anak bukanlah dewasa dalam ukuran kecil, karena anatomi dan fisiologi pada anak belum matang/sempurna (mature) seperti yang dijumpai pada orang dewasa.
Suatu obat akan bekerja ditubuh penderita apabila obat tersebut mampu sampai ke tempat kerjanya (site of action). Oleh karena itu, obat tersebut harus diberikan dengan cara tertentu. Penyerapan suatu obat ditentukan oleh banyak factor, salah satu diantaranya adalah yang berkaitan dengan sirkulasi ketempat penyerapan obat. Hal ini dapat dipantau dari mula, lama kerja dan efek obat yang ditimbulkannya.
Bagaimanapun, sesuatu zat yang masuk kedalam tubuh seseorang, termasuk obat-obatan, dianggap sebagai benda asing oleh tubuh manusia. Obat tersebut harus dikeluarkan/ dieliminasi dari tubuh. Salah satu proses eliminasi suatu obat adalah biotransformasi atau metabolisme.Hasil metabolisme obat dapat dipantau keberadaan metabolitnya melalui urine atau sekret yang lain. Namun, biasanya obat terserap dan masuk ke dalam aliran darah sitemik akan didistribusikan keseluruh tubuh, termasuk ketempat kerja obat. Misalnya obat penurun suhu tubuh (antipyretic), dimana pengaturan suhu tubuh berlangsung di otak, thermo regulatory centre (TRC). Perembesan obat ke otak dihalangi oleh sawar darah otak, sehingga ada obat yang tidak mampu menembusnya.
Ada kalanya dokter belum memperoleh efek yang diinginkan dengan dosis tertentu, sehingga dokter harus meningkatkan dosis obat tersebut atau menggabungkannya dengan obat lain untuk memperoleh efek yang lebih nyata. Dalam penggabungan tersebut, ada kalanya dilakukan sebelum obat memasuki tubuh pasien, apakah pada saat peracikan, penyuntikan atau pemberian infuse.
Seperti dikemukakan sebelumnya setiap obat tidak luput dari efek samping. Misalnya pada penggunaan anti-gatal anti-histamin chlortrimethone (CTM), pemakai akan mendapatkan efek terapi berupa berkurangnya rasa gatal, namun mengalami efek samping berupa mulut kering, ngantuk dan sebagainya. Salah satu upaya untuk menanggulangi keracunan obat adalah dengan cara meningkatkan eliminasi obat tersebut dari tubuh, termasuk meningkatkan ekskresinya melalui urine dengan cara merubah pH urine. Obat yang bersifat asam akan makin meningkat eliminasinya apabila pH urine dirubah menjadi basa.
Akhir dari suatu pemeriksaan klinis pasien adalah pemberian obat atau peresepan obat. Penulisan resep yang benar akan memberi keberhasilan pengobatan yang prima. Penulisan resep yang benar merupakan kompetensi seorang dokter. Namun ada kalanya resep yang ditulis bukan dalam bentuk sediaan jadi yang terpisah atau tersendiri, tetapi dalam bentuk campuran. Apakah dalam: bentuk campuran: padat dengan padat, cair dengan cair, dan sebagainya, jumlah yang sangat sedikit, misalnya 1/3, 1/10 dari dosis sebenarnya. Dengan demikian, seorang calon dokter hendaklah mengetahui, memahami dan mampu menerapkan ilmu Farmakologi dan Terapeutik dengan benar dan rasional. Berikut ini dikemukakan peran mata kuliah farmakologi dan terapeutik sebagai dasar dalam menyiapkan mahasiswa kedokteran sebelum memasuki block system.
Kompetensi yang akan dicapai
Setelah mengikuti mata kuliah Farmakologi dan Terapeutik Dasar ini maka mahasiswa kedokteran memiliki kompetensi berikut sebelum memasuki block system, yaitu:
Mengenal, mengerti dalam membedakan bentuk sediaan obat-obatan dan dengan demikian mengerti cara penggunaannya diklinis sesuai dengan bentuk sediaan obat.
Mampu menerapkan rumus-rumus penghitungan dosis obat, terutama pada anak.
Mampu memilih cara pemberian obat yang benar sesuai dengan kepentingan klinis.
Mampu mempertimbangkan factor-faktor yang mempengaruhi penyerapan obat yang pada gilirannya mampu memperkirakan mula kerja obat (onset of action).
Memahami akan terjadinya biotransformasi suatu obat.
Memahami adanya dose response relationship
Memahami adanya drug receptor interaction, secara farmakologis dan fisiologis
Memahami adanya interaksi obat yang bersefat sinergis dan antagonis, baik secara farmaseutik ataupun farmakologik
Mampu menulis resep sesuai kaedah peresepan yang benar, baik untuk sediaan jadi ataupun racikan
Tujuan pembelajaran
1. Memperlihatkan bentuk-bentuk sediaan obat yang lazim digunakan di klinik
2. Memperkenalkan dan mempraktekkan berbagai pendekatan/rumus perhitungan dosis pada anak dan kasus tertentu.
3. Memperlihatkan bahwa cara pemberian obat yang berbeda akan menyebabkan mula kerja obat yang berbeda pula.
4. Memperlihatkan perbedaan efek anestesi local akibat penyerapannya ditempat penyuntikan terganggu.
5. Memperlihatkan dan membuktikan adanya metabolisme sediaan salisilat yang dipantau keberadaan salisilat dan metabolitnya di dalam urine.6. Memperlihatkan perbedaan efek farmakologi dua sediaan yang berbeda dari kelas terapi yang sama (dalam hal ini kelas terapi analgetika antipiretika) pada binatang percobaan yang sama akibat adanya perbedaan farmakokinetik (distribusi masing-masing obat yang diberikan)
7. menganalisa adanya sulfonamida di dalam urine. membandingkan absorbsi dan ekskresi dari 2 (dua) macam obat sulfonamida yang berbeda8. Memperlihatkan pertambahan efek obat akibat pertambahan dosis obat, dan Memperlihatkan efek interaksi obat (efek kerja kombinasi obat-obatan).9. Memperlihatkan efek minum sehari-hari yang mengandung kafein terhadap sistem kardiovaskuler10. Mengkaji interaksi farmakodinamik akibat efek perangsangan dan hambatan obat pada reseptor beta system kardiovaskular
11. Memperlihat efek obat yang dapat mempengaruhi pH urin, Memahami farmakologi obat obat yang dapat membasakan urine , Memahami farmakologi obat obat yang dapat mengasamkan urine.
12. Memperagakan kejadian interaksi obat yang tak tercampurkan secara farmaseutik. Memperkirakan kejadian interaksi obat tidak tercampurkan pada saat penyuntikan dan pemberian infus. Memperkirakan kerasionalan secara farmakologi gabungan obat-obatan tersebut13. Melatih dan memahirkan penulisan resep yang berisi sediaan jadi yang benar untuk kasus tertentu14. Melatih dan memahirkan penulisan resep yang berisi sediaan jadi yang benar untuk kasus tertentu3