family change · dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu, yakni sistem internal dan sistem...
TRANSCRIPT
14 Universitas Kristen Petra
2. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk membantu melakukan penelitian ini, teori yang akan peneliti gunakan adalah
prinsip-prinsip komunikasi, keluarga sebagai suatu sistem, proses utama dalam
keluarga sebagai suatu sistem, komunikasi keluarga, Family Change (Perubahan dalam
Keluarga), keluarga harmonis, disfungsi keluarga, definisi stres, macam-macam stres,
stressor, sumber stres dalam keluarga, remaja, sifat remaja, peraturan (rules), persepsi,
hambatan dalam komunikasi, studi kasus. Untuk memperjelas, peneliti akan
memaparkannya sebagai berikut.
1.1.Prinsip-Prinsip Komunikasi
Terdapat sembilan prinsip komunikasi yang satu dengan lainnya saling
berkaitan. Prinsip atau karakteristik pertama menurut Mulyana (2010) adalah
bahwa manusia tidak dapat tidak berkomunikasi/setiap perilaku mempunyai
potensi komunikasi. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not
communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi,
komunikasi terjadi bila seorang memberi makna pada perilaku orang lain atau
perilakunya sendiri. Selanjutnya komunikasi adalah seperangkat tanda, tanda atau
simbol adalah sesuau yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya,
berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Tanda meliputi kata-kata (pesan
verbal), perilaku non verbal dan objek yang maknanya disepakati bersama.
Prinsip ketiga adalah setiap pesan memiliki dimensi isi dan dimensi pesan,
Berlo dalam menyatakan pesan mempunyai tiga aspek yaitu kode, isi, dan
perlakuan. Berkaitan dengan prinsip ini, dimensi isi menunjukkan muatan (isi
pesan tersebut) komunikasi yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi
hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya atau mengisyaratkan dan
bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. Sehingga dari dimensi hubungan
kita dapat mengetahui bagaimana hubungan para peserta komunikasi dan
bagaimana seharusnya pesan tersebut dimaknai. Prinsip selanjutnya adalah
komunikasi merupakan proses transaksional, komunikasi adalah suatu proses
15 Universitas Kristen Petra
artinya tidak memiliki awal dan akhir, merupakan proses yang berkelanjutan atau
berlangsung terus menerus (continous). Selanjutnya prinsip yang kelima adalah
komunikasi merupakan proses of adjustment, artinya komunikasi akan berjalan
baik jika para pesertanya mempunyai sistem tanda yang sama. Prinsip yang keenam
adalah komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Makna pesan juga
bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas cahaya,
dan sebagainya), waktu, sosial, dan psikologis. Sehingga pesan yang di-enkode dan
di-dekode disesuaikan dengan konteks tersebut.
Prinsip ketujuh adalah komunikasi bersifat sistemik, yang artinya setiap
individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system). Setidaknya dua sistem
dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu, yakni sistem internal dan sistem
eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu
ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya
dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok
suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja, dan
sebagainya). sistem internal ini mengandung semua unsur yang membentuk
individu yang unik, termasuk ciri-ciri kepribadiannya, intelegensi, pendidikan,
pengetahuan, agama, bahasa, motif, keinginan, cita-cita, dan semua pengalaman
masa lalunya, yang pada dasarnya tersembunyi.
Berbeda dengan sistem internal, sistem eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam
lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara,
isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan disekitarnya, penataan ruangan, cahaya
dan temperatur ruangan. Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah produk
dari perpaduan antara sistem internal dan sistem eksternal. Lingkungan dan objek
mempengaruhi komunkasi kita,namun persepsi kita atas lingkungan kita juga
mempengaruhi cara kita berperilaku. Prinsip selanjutnya adalah komunikasi
berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan, dalam prinsip ini kesengajaan
merupakan suatu kontinum, yaitu dari yang tidak disengaja sampai pada yang
disengaja artinya betul-betul direncanakan dan disadari. Prinsip yang terakhir
adalah komunikasi bersifat unrepeatable dan irreversible (Mulyana, 2010).
16 Universitas Kristen Petra
1.2. Keluarga sebagai suatu sistem
Peran teori sistem dalam pengembangan penelitian komunikasi pada awal
perkawinan dan keluarga sangat penting karena memusatkan perhatian pada sifat
secara keseluruhan dan keterkaitan satu sama lain terhadap pola interaksi
dibandingkan dengan mengurus anggota keluarga masing-masing. Ketika dua
orang atau lebih membentuk sistem relasional, ciri yang paling penting dari
hubungan semacam itu adalah komunikasi. Hubungan terbentuk, dipelihara, dan
diubah oleh interaksi yang dikomunikasikan antar anggota, itulah gagasan menurut
Duncan & Rock (1993) dalam Galvin, Dickson, & Morrow (2006).
Galvin, Dickson, & Morrow (2006) juga menangkap sentralitas teori sistem
terhadap perkembangan awal penelitian komunikasi keluarga. Teori sistem umum
berfungsi sebagai fondasi intelektual menyeluruh bagi beberapa ilmuwan perintis
yang mengeksplorasi sistem sosial, seperti keluarga, dan sebagai fondasi yang
mendukung program penelitian masa depan. Teori keluarga sebagai suatu sistem,
sering disebut sebagai teori proses keluarga, yang merupakan salah satu cabang dari
Teori umum sebagai sistem (General Systems Theory-GST). Keluarga sebagai
sistem menyediakan lensa yang khas untuk mempelajari interaksi; dinamika sistem
dijelaskan oleh fungsi yang mereka mainkan di keseluruhan sistem yang artinya
berasal dari peran yang dilakukan praktik untuk melayani tujuan keseluruhan.
Littlejohn (2005) menguraikan dalam konsep komunikasi keluarga sebagai
sebuah sistem yang terdiri dari elemen-elemen. Orang tua yang terdiri dari ayah
dan ibu serta anak merupakan objek dari sebuah sistem. Jika salah satu elemen dari
sistem keluarga terganggu maka akan mempengaruhi anggota keluarga lainnya.
Dalam keluarga juga berlaku aturan dan kontrol bagi anggotanya. Biasanya orang
tua yang memegang peranan tersebut. Terkait dengan peran orangtua yang
memegang fungsi kontrol dalam keluarga hal ini juga dikemukakan oleh DeVito
(2007) yang memberikan penjelasan tentang empat karakteristik hubungan anggota
keluarga. Karakteristik yang pertama yaitu adanya peran yang jelas dari masing-
masing anggota meskipun tidak tertulis. Peran ini mengandung tugas dan
kewajiban serta hak masing-masing anggota keluarga. Apa saja yang harus
17 Universitas Kristen Petra
dilakukan, dan apa saja yang menjadi hak bagi setiap orang. Karakteristik yang
kedua adalah bahwa setiap anggota memahami tanggung jawab masing-masing.
Bahwa sebagai bagian dari keluarga setiap orang memiliki tanggung jawab
terhadap anggota lain. Tanggung jawab bukan hanya dalam hal fisik atau finansial
namun juga termasuk tanggung jawab untuk menjaga emosi. Misalnya, menjaga
agar anggota keluarga lain merasa aman, berbahagia, terhindar dari rasa sedih,
kesepian, melindungi dari rasa takut, khawatir dan sebagainya.
Karakteristik hubungan yang ketiga adalah bahwa keluarga sebagai tempat
berbagi cerita dan impian masa depan. Dengan saling berbagi maka anggota
keluarga dapat saling mengenal anggota keluarga lain lebih mendalam. Seringkali
antar anggota keluarga memiliki pertalian darah namun belum tentu dapat saling
memahami, karena seperti disebutkan oleh Littlejohn (2005) sebagai suatu sistem
yang terbuka anggota keluarga berinteraksi dengan lingkungannya sehingga
anggota keluarga dapat mengalami perubahan sikap atau pemikiran karena adanya
input dari anggota diluar keluarga.
Konsep mengenai hubungan antar anggota keluarga juga dikemukakan oleh
Miller (2003) dalam Littlejohn (2005) yang mengemukakan bahwa pendekatan
dialektika dalam studi komunikasi sebagai sebuah sistem mengenal kecenderungan
adanya perubahan dan stabilitas sebagai individu, sistem, keluarga dan budaya
yang semuanya saling terkait. Individu sebagai bagian dari sistem memiliki peran
yang akan mempengaruhi tindakan anggota lainnya. Sementara sebagai sistem
yang terbuka keluarga juga dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya. Maka ciri
setiap keluarga memiliki kecenderungan yang berbeda dengan keluarga lainnya
karena adanya faktor pengaruh dari luar keluarga.
Karakteristik keempat adalah peneguhan aturan didalam keluarga. Hubungan
yang cukup dekat antara anggota keluarga meneguhkan sebuah aturan bahwa ada
hal-hal tertentu yang boleh dan tidak boleh dilakukan atau dibicarakan baik dengan
anggota keluarga atau orang diluar keluarga. Tujuannya adalah melindungi anggota
keluarga terhadap lingkungan diluar keluarga dan saling menjaga anggota keluarga
dari perilaku atau pesan-pesan yang tidak perlu menjadi tema pembicaraan diantara
18 Universitas Kristen Petra
anggota keluarga. Biasanya dalam keluarga ada aturan yang tidak tertulis apa saja
yang boleh dan tidak boleh dilakukan anggota keluarga. Aturan ini ditetapkan oleh
anggota keluarga yang lebih senior seperti orang tua, kakek, nenek, atau kakak.
Disampaikan secara lisan ataupun ditunjukkan dengan perilaku yang diharapkan
akan dicontoh oleh anggota keluarga lainnya.
1.2.1. Proses Utama dalam Keluarga Sebagai Suatu Sistem
Menurut Galvin, Blyund, dan Brommel (2008) terdapat tujuh
karakteristik yang paling sering ditekankan untuk sistem sosial seperti
halnya keluarga, yakni:
1) Interdependence (Saling Bergantungan)
Interdependence menyiratkan bahwa perubahan pada satu bagian
sistem, mempengaruhi keseluruhan sistem. Perubahan dalam satu keluarga
anggota atau unit (misalnya pasangan perkawinan) mempengaruhi
keluarga. Gagasan saling ketergantungan ditangkap dalam definisi Burgess
tentang keluarga sebagai "kesatuan kepribadian yang berinteraksi”, bagian-
bagian yang saling terkait sehingga bergantung satu sama lain untuk
fungsinya. Keluarga beroperasi sebagai sistem yang sangat saling
tergantung karena sentralitasnya, dan efeknya yang tahan lama, anggotanya.
2) Wholeness (Keutuhan)
Sama seperti kue yang muncul dari oven merupakan transformasi dari
bahan aslinya dari gula, tepung, atau coklat, keluarga yang muncul dari
interaksi anggotanya memiliki karakteristik unik tersendiri. Pola interaksi
"muncul dari pengaturan khusus mereka dalam sistem tertentu dan dari
transaksi antar bagian yang dimungkinkan hanya dengan pengaturan itu".
Seluruh keluarga dapat dicirikan oleh sifat-sifat yang muncul yang secara
berbeda mewakili setiap anggota individu. Pola komunikasi yang khas
antara anggota keluarga muncul sebagai akibat dari keutuhan ini, karena
saudara kandung terlibat dalam godaan yang terus-menerus atau orang tua
terlibat dalam argumen yang dapat diprediksi.
3) Patterns/Self Regulation (Pola/Ketetapan/Keteraturan)
19 Universitas Kristen Petra
Setiap sistem keluarga mengembangkan pola yang membuat hidup
cukup mudah ditebak dan mudah dikelola. Aturan komunikasi mewakili
jenis pola atau perjanjian hubungan khusus yang menentukan dan
membatasi perilaku anggota keluarga dari waktu ke waktu, membangun
rasa keteraturan. Teori keluarga awal memandang keluarga sebagai suatu
sistem sebagai komitmen terhadap stabilitas, yang mencerminkan rasa
stabilitas mekanistik yang disebut kalibrasi. Dengan demikian keluarga
"dikalibrasi" melalui sistem umpan balik untuk mengatur perilaku mereka
sesuai dengan peraturan mereka. Saat ini, para ahli teori mengenali
perjuangan dialektis yang sedang berlangsung tentang hubungan manusia
yang menjaga sistem dalam beberapa tingkat fluks yang berlanjut, serta
kebutuhan keluarga untuk mengatasi perubahan perkembangan dan krisis
yang tidak dapat diprediksi. Pemikir saat ini mendukung model evolusioner
perubahan keluarga yang menggabungkan kemungkinan perubahan
spontan atau tidak dapat diprediksi.
4) Complex Relationship (Hubungan yang Kompleks)
Keluarga diorganisasikan ke dalam banyak subsistem interpersonal,
terdiri dari dua orang atau lebih dan hubungan antara atau di antara
mereka. Bayangkan sebuah subsistem tiga orang yang memiliki tiga anak
di bawah umur (ibu anak laki-laki, saudara perempuan, ibu perempuan)
dan pola untuk masing-masing dilebur, juga untuk tiga serangkai. Secara
historis, konsep dasar organisasi keluarga yang kritis adalah hierarki
kekuasaan generasi, seperti subsistem orang tua dengan rahasia dan
batasan emosional/seksualnya. Saat ini, lebih banyak keluarga yang
mengalami pembalikan generasi karena imigrasi dan berbagai tingkat
kecanggihan teknologi antar generasi. Akhirnya, setiap sistem keluarga
mencerminkan sistem psikobiologis masing-masing individu serta norma
budaya.
5) Interactive Complexity/Punctuation (Komplekstitas Interaktif/Tanda
Baca)
20 Universitas Kristen Petra
Dari perspektif sistem, pola interaksi truf menyebabkan / efek analisis.
Sifat pola interaksi yang sedang berlangsung membuat usaha yang sia-sia
untuk mengidentifikasi "tindakan apa yang terjadi lebih dulu." Oleh
karena itu, tidak ada gunanya menugaskan atau menyalahkan perilaku satu
anggota karena setiap tindakan secara bersamaan memicu perilaku baru
dan merespons perilaku sebelumnya. Posisi ini, diberi label lensa "bebas
penyakit" untuk melihat hubungan, berpendapat bahwa menyalahkan
salah satu anggota terhadap kesulitan tidak masuk akal karena semua
anggota berperan dalam menciptakan pola bermasalah. Bahkan jika
peristiwa penghasutan tunggal dapat diidentifikasi, masalahnya sekarang
terjalin dalam pola komunikasi mereka yang sedang berlangsung. Dalam
keluarga alkoholik, pola kunci bisa menjadi simetris saat pasangan
tersebut memberlakukan oposisi terus-menerus. Pola klasik adalah siklus
menarik diri (meninggalkan) ("Laki-laki itu menarik diri karena
perempuannya mengomel, perempuan itu menggerutu karena laki-lakinya
menarik diri") hal tersebut menunjukkan tidak ada gunanya dalam
menemukan "penyebab utama". Hanya fokus pada pola yang saat ini
berfungsi untuk mengungkap masalah kompleks yang sedang
berlangsung.
6) Openness (Keterbukaan)
Sistem manusia dianggap terbuka, berbeda dengan sistem mekanis
seperti mesin, karena memungkinkan pertukaran dengan lingkungan
sekitar. Dengan demikian, informasi (orang, gagasan, dan pengalaman)
mengalir bolak-balik melintasi batas yang memisahkan keluarga dari
lingkungan yang lebih luas. Anggota keluarga mempertahankan simpang
susun konstan, tidak hanya di dalam batas keluarga, tapi juga melintasi
batas keluarga ke ekosistem yang lebih besar termasuk institusi kesehatan,
pendidikan, hukum, politik dan ekonomi serta teman dan keluarga besar.
Meskipun mungkin batas-batasnya kuat, fleksibel atau hampir tidak ada,
keluarga memerlukan beberapa tingkat pertukaran dengan lingkungan
21 Universitas Kristen Petra
untuk mengelola pertumbuhan dan perubahan. Pentingnya batasan adalah
guna untuk memeriksa sistem.
7) Equifinality
Sistem keluarga dianggap berorientasi pada tujuan. Equifinality
menyiratkan bahwa suatu negara atau tujuan akhir tertentu dapat dicapai
dengan cara yang berbeda dari titik awal yang berbeda (Littlejohn, 2002)
dalam Galvin, Bylund, & Brommel (2008). Ada banyak cara untuk
mencapai tujuan yang sama. Misalnya, tujuan "membesarkan anak
berpendidikan tinggi" atau "menciptakan keluarga bahagia" dapat dicapai
dengan berbagai cara di berbagai keluarga.
1.3. Komunikasi Keluarga
Keluarga adalah keadaan atau situasi dimana proses komunikasi pertama kali
dibentuk dan diajarkan adanya rasa dipelihara, dicintai, dan didukung (Galvin,
2007, p.5). Selain itu menurut Galvin dan Brommel (1991) dalam Tubbs & Moss
(2000, p.215) keluarga juga merupakan jaringan orang-orang yang berbagi
kehidupan dalam jangka waktu yang lama, yang terikat oleh hubungan darah dan
komitmen, legal atau tidak yang menganggap diri mereka sebagai keluarga, dan
yang berbagi pengharapan masa depan mengenai hubungan yang berkaitan.
Ascan dan Mery Anne (2002) dalam jurnalnya menyampaikan komunikasi
keluarga adalah komunikasi yang melibatkan banyak orang dan simbol-simbol
untuk dapat dimengerti oleh orang banyak dan dapat saling memahami satu sama
lain dalam sebuah perkumpulan yang inti dimana terdapat nuansa kerumahan dan
identitas, juga pengalaman berbagi tentang masa lalu dan masa datang. Komunikasi
pada teorinya, harus menggunakan simbol, proses kognitif yang tercipta dan
dinterpretasikan. Mereka juga menjelaskan bahwa komunikasi keluarga memiliki
tantangan yang harus dilewati yaitu sikap aktif karena komunikasi merupakan
proses yang secara bersamaan berada di tempat tertentu, antar kelompok sosial, dan
melibatkan komunikasi dengan orang lain, maka komunikasi keluarga
membutuhkan keaktifan yang bergantung dari faktor berbagai faktor keluarga,
22 Universitas Kristen Petra
struktur keluarga itu sendiri dan bagaimana cara mereka menanggapi atau bereaksi
dengan komunikasi itu sendiri (2002).
Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian komunikasi keluarga adalah
komunikasi/interaksi terjadi diantara orang tua dengan anak dalam rangka
memberikan kesan, keinginan, sikap, pendapat, dan pengertian, yang dilandasi rasa
kasih sayang, kerja sama, penghargaan, kejujuran, kepercayaan dan keterbukaan
diantara mereka.
Hafied Cangara (2002) menjelaskan fungsi komunikasi dalam keluarga ialah
meningkatkan hubungan insani (Human relation), menghindari dan mengatasi
konflik-konflik pribadi dalam keluarga, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta
berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi dalam
keluarga dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang
berkomunikasi. Dalam hidup berkeluarga dan bermasyarakat seseorang bisa
memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak
sahabat. Melalui komunikasi dalam keluarga, juga dapat dibina hubungan yang
baik, sehungga dapat menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik
diantara anggota keluarga.
Bentuk relasi dan komunikasi orang tua kepada anak menurut Segrin & Flora
(2005) meliputi dua dimensi yaitu dimensi kehangatan dan kontrol. Disatu sisi
orang tua diharapkan dapat memberikan kehangatan kepada anak sehingga anak
merasa nyaman bersama keluarga dan menjadi tempat untuk mengemukakan segala
hal yang menjadi perasaan dan pemikirannya. Namun disisi lain orang tua juga
menjalankan fungsi kontrol terhadap tindakan dan pemikiran anak, sehingga anak
akan memiliki arahan yang tepat dalam menjalani kehidupannya. Fungsi kontrol
sendiri terbagi menjadi dua yaitu kontrol terhadap perilaku (behavior control) dan
kontrol terhadap psikologis (psychological control). Kontrol perilaku meliputi
peraturan yang ditetapkan dalam keluarga dan batasan-batasan yang boleh
dilakukan oleh anak. Sedangkan kontrol psikologis meliputi hal-hal yang terkait
dengan pengendalian emosi, dan pemikiran-pemikiran yang menurut anggapan
orang tua boleh dilakukan oleh anak.
23 Universitas Kristen Petra
1.4.Family Change (Perubahan Keluarga)
Sebagai sebuah keluarga yang berkembang melalui siklus hidupnya, kesulitan
dapat terjadi selama transisi dari satu fase ke tahap lainnya. Transisi yang menekan
memerlukan perubahan signifikan di antara hubungan emosional terdekat keluarga.
Transisi melalui siklus hidup keluarga bisa menjadi stres karena mereka menentang
ikatan-ikatan antara anggota keluarga. Komunikasi secara terbuka dan pemrosesan
emosi dalam keterikatan utama sangat penting saat sistem keluarga berubah. Ketika
anggota keluarga dilekatkan dengan tidak aman, komunikasi terbuka semacam itu
sulit dilakukan, dan orang cenderung terjebak dalam menyerap keadaan akibat
defensif.
Keluarga yang mengalami tekanan besar diluar menganggap menerima
masalah yang tidak dapat diprediksi tersebut sebagai suatu simbol yang signifikan.
Pandangan dari keluarga sendiri mempengaruhi penerimaan anggota
keluarga/persepsi terhadap tekanan, jika seseorang menganggap dunia itu kacau,
tidak terorganisir, dan sering kali membahayakannya, perubahan apapun mungkin
akan dapat mengganggu. Sebaliknya, jika anggota lain melihat dunia bisa
diprediksi dan layak mengatur, perubahan mungkin dapat diatur olehnya atau
dikendalikan (Brommel, Blyund, Galvin, 2008).
Mc Goldrick dan Carter (2005) mengembangkan model tahap kehidupan
keluarga yang didasari oleh ekspansi, kontraksi, dan penyusunan kembali
(realigment) dari hubungan keluarga yang memberikan support terhadap masuk,
keluar dan perkembangan anggota keluarga. Model ini diberikan dengan
menggunakan aspek emosional, transisi, perubahan dan tugas yang diperlukan
untuk perkembangan keluarga.
24 Universitas Kristen Petra
Tahap
lingkaran
kehidupan
keluarga
Proses Emosional
Transisi
Perubahan status keluarga yang
dibutuhkan untuk perkembangan
Keluarga
dengan anak
dewasa yang
belum menikah
Menerima pemisahan
- Mengembangkan hubungan
saudara yang intim
- Pemisahan dengan keluarga
- Mampu bekerja sendiri
Keluarga yang
baru menikah
Komitmen dengan
sistem baru
- Membentuk sistem keluarga
- Menyusun kembali hubungan
dengan keluarga besar dan
teman-teman
Keluarga
dengan anak
muda/anak
yang masih
kecil
Menerima generasi
baru dari anggota yang
ada dalam sistem
- Mengambil peran orangtua
- Menyusun kembali hubungan
dengan keluarga besar terhadap
peran orangtua dan kakek nenek
- Menyediakan tempat untuk
anaknya
Keluarga
dengan anak
remaja
Meningkatkan
fleksibilitas keluarga
dari ketergantungan
anak
- Perubahan hubungan orang tua
anak dari masuk remaja ke arah
dewasa
- Memfokuskan kembali pada
masa mencari teman dekat dan
Karir
- Memulai perubahan perhatian
untuk generasi yang lebih tua
25 Universitas Kristen Petra
Keluar dan
pindahnya
anak-anak
Menerima sistem yang
keluar dan masuk
dalam jumlah yang
banyak ke dalam
kelurga
- Membicarakan kembali sistem
perkawinan sebagai keluarga
dyad
- Mengembangkan hubungan
orang dewasa ke orang dewasa
diantara anak-anak yang sudah
besar dengan orang tua
- Menyesuaikan hubungan
termasuk kepada menantu dan
Cucu
- Menerima ketidakmampuan dan
kematian dari orang tua
(kakek/nenek)
Keluarga
Lansia
Menerima perubahan
dari peran generasi
- Mempertahankan diri sendiri
atau pasangan dalam fungsi dan
minat dalam menghadapi
penurunan fisiologis, eksplorasi
terhadap keluarga baru dan
pilihan peran sosial
- Mendukung lebih banyak peran
sentral untuk generasi
pertengahan
- Membuat ruang sistem untuk
hal-hal yang bijaksana dan
pengalaman pada saat dewasa
akhir, mendukung generasi
yang lebih tua tanpa
memberikan fungsi yang
berlebihan kepada
26 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.1. Tahap Lingkaran Hidup Keluarga
Sumber: Family Communication; Cohesion and Change, (Galvin,
Bylund, & Brommel p.261)
1.5. Keluarga Harmonis
Menurut Gunarsa (2000) keluarga harmonis adalah bilamana seluruh anggota
keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan
dan menerima seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi, aktualisasi diri)
yang meliputi aspek fisik, mental dan sosial.
1.6. Disfungsi Keluarga
Disfungsi keluarga adalah suatu situasi terjadinya pertentangan atau
perselisihan antara satu individu dengan individu lainnya, sehingga menyebabkan
hilangnya rasa kasih sayang, kehangatan keluarga dan rasa menghargai. Sebuah
keluarga dikatakan mengalami disfungsi adalah manakala keluarga itu mengalami
gangguan dalam keutuhannya, peran orang tua, hubungan interpesonal keluarga
yang tidak baik dan lain-lain (Sarwono, 2006, p.207).
1.7.Orang tua tunggal (Single Parent)
Menurut Hurlock (1999) orangtua tunggal (single parent) adalah orangtua yang
telah menduda atau menjanda entah bapak atau ibu, mengasumsikan tanggung
jawab untuk memelihara anak-anak setelah kematian pasangannya, perceraian, atau
kelahiran anak di luar nikah. Orang tua tunggal memiliki peran yang lebih besar
karena tidak ada orang tua lain yang tinggal untuk berbagi penyaluran peran. Semua
mereka
- Menerima kehilangan pasangan,
sibling, dan teman sebaya dan
mempersiapkan untuk kematian
diri sendiri, menerima dengan
pandangan dan keutuhan
27 Universitas Kristen Petra
faktor ini berkontribusi besar terhadap jenis perilaku pengasuhan dan pengendalian
yang dapat terjadi pada keluarga tersebut (LittleJohn, 2005).
1.8. Definisi Stres
Anoraga (dalam Anggraeni, 2003) berpendapat bahwa stres merupakan
tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun secara mental terhadap suatu
perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan
dirinya terancam.
Stres melibatkan respon fisiologis terhadap stressors, kejadian atau situasi yang
dipandang sebagai pandangan negatif yang kuat atau kekuatan positif. Individu atau
anggota keluarga yang sedang stres mencerminkan ini ke dalam perubahan
fisiologis dan kecemasan yang meningkat saat mereka berusaha mengatasinya.
Sistem di bawah tekanan (stres) cenderung jatuh ke dalam pola yang dapat
diprediksi, beberapa berfungsi, beberapa tidak berfungsi, sebagai anggota keluarga
mencoba menangani kegelisahan tersebut.
1.8.1. Macam-Macam Stres
Selye (1975) membagi stres menjadi 2, yakni eustress dan
distress. Eustress berarti stres yang baik. Stres yang ini menantang
kamu untuk menjadi lebih maju, dan kamu bersemangat
menghadapinya. Contoh: kebutuhan untuk menang dalam sebuah
pertandingan. Distress berarti stres yang buruk. Stres yang ini membuat
kita terkadang bermalas-malasan, tidak memiliki semangat, dan mudah
terbawa emosi. Stres ini memiliki dampak negatif.
1.8.2. Stressors
Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) kondisi fisik,
lingkungan, dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut
dengan stressors. Stressors memiliki pengaruh besar pada suasana hati,
rasa kesejahteraan, perilaku, dan kesehatan kita.
Claude Bernard dalam artikel “STRESS AND HEALTH: Psychological,
Behavioral, and Biological Determinants” yang ditulis Schneiderman,
Ironson, dan Siegel (2005) mencatat bahwa pemeliharaan kehidupan
28 Universitas Kristen Petra
sangat bergantung pada bagaimana kita menjaga lingkungan internal agar
tetap konstan dalam menghadapi lingkungan yang terus berubah. Cannon
(1929) menyebutnya sebagai "homeostasis". Selye (1975) menggunakan
istilah "stres" untuk mewakili efek dari segala sesuatu yang secara serius
mengancam homeostasis. Stressors yang paling banyak ditemukan pada
anak-anak dan remaja kebanyakan akibat dari adanya kekerasan, pelecehan
(seksual, fisik, emosional, atau kelalaian), dan perceraian/konflik pada
perkawinan orang tua mereka. McMahon dalam artikel ini juga
memberikan ulasan bagus tentang konsekuensi psikologis dari stressors
tersebut.
Efek psikologis dari adanya ketidaknyamanan pada anak atau remaja ini
meliputi disregulasi pengaruh, perilaku yang provokatif, penghindaran
keintiman, dan gangguan pada keterikatan (Haviland et al 1995, Lowenthal
1998). Short dalam artikel milik Schneiderman, Ironson, dan Siegel (2005)
juga menjelaskan bahwa anak-anak dari orang tua yang bercerai memiliki
lebih banyak perilaku antisosial, kegelisahan, dan depresi yang dilaporkan
dibandingkan rekan-rekan mereka. Orang yang telah tumbuh dewasa dari
orang tua yang bercerai mengalami stres hidup yang lebih banyak, konflik
keluarga, dan kurangnya dukungan teman dibandingkan dengan orang tua
yang tidak bercerai (Short, 2002). Paparan terhadap lingkungan yang tidak
merespons juga telah digambarkan sebagai pemicu stres yang
menyebabkan ketidakberdayaan yang dipelajari (Peterson & Seligman
1984).
Seperti yang anda bayangkan, apa yang menjadi sumber stres utama
dalam 1 keluarga mungkin itu menjadi sumber stres yang minor bagi yang
lain. Peneliti keluarga telah memeriksa tekanan dan tangisan selama lebih
dari 50 tahun. Dalam karya klasiknya yang pertama, Hill dalam Galvin,
Bylund, Brommel (2008) mengidentifikasi gangguan keluarga yang
menyebabkan krisis. Ini termasuk (1) keluarga yang akan datang karena
kematian seorang anggota, (2) adanya penambahan anggota keluarga yang
29 Universitas Kristen Petra
baru atau kembalinya anggota keluarga, (3) rasa aib/malu, yang mungkin
dihasilkan dari adanya perselingkuhan, pecandu alcohol, atau tidak adanya
dukungan, (4) dan kombinasi di atas, yang bisa termasuk bunuh diri,
hukuman penjara, pembunuhan, atau penyakit kejiwaan. Stres yang utama
melepaskan sistem keluarga dari keseimbangan normalnya, dan
menimbulkan perubahan pada jangka panjang. Bila sumber stres yang
menjadi akibat paparan beberapa tahap rentang hidup, stres menjadi
bertambah (Afifi & Nussbaum, 2006) dalam Galvin, Bylund, & Brommel
(2008).
1.8.3. Sumber Stres dalam Keluarga
Dalam kerja mereka tentang perubahan dalam siklus hidup
keluarga, Carter & McGoldrick (2005) menyampaikan sebuah model
yang menggambarkan aliran proses tekanan (stress) melalui keluarga
dengan mengidentifikasi stress yang mencerminkan kecemasan
keluarga dan mempengaruhi sistem dari keluarga tersebut.
Gambar 2.1. Sumber Aliran Stres dalam Keluarga
Sumber: Family Communication; Cohesion and Change, (Galvin,
Bylund, & Brommel p.261)
30 Universitas Kristen Petra
Aliran / proses tekanan mencerminkan 2 dimensi waktu:
1. Vertical Stressors
Membawa masa lalu dan sekarang untuk ditanggung keluarga,
termasuk pola keluarga yang unik dari hubungan yang ditularkan dari
generasi ke generasi, termasuk dalam sikap keluarga, nilai-nilai,
harapan, rahasia, peraturan, tekanan masyarakat, dan penggambaran
masing-masing individu. Berikut adalah hal-hal yang termasuk dalam
vertical stressors :
a) Masyarakat Luas
- Rasisme
Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin
yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada
ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu,
bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk
mengatur ras yang lainnya.
- Seksisme
Seksisme adalah diskriminasi atau prasangka terhadap
seseorang yang bergantung terhadap seks, tetapi juga dapat
merujuk pada semua sistem diferensiasi pada seks individu.
Seksisme dapat merujuk pada kepercayaan atau sikap yang
berbeda.
- Kelas Sosial
Kelas sosial atau golongan sosial merujuk kepada
perbedaan hierarki (atau stratifikasi) antara insan atau
kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya. Biasanya
kebanyakan masyarakat memiliki golongan sosial, namun
tidak semua masyarakat memiliki jenis-jenis kategori
golongan sosial yang sama. Keistimewaan kelas tampaknya
membawa serta keuntungan yang berhubungan dengan
keanggotaan keluarga besar (Goldstein & Warren, 2000).
31 Universitas Kristen Petra
Status sosio ekonomi yang tinggi tampaknya memfasilitasi
partisipasi dalam jaringan dukungan sosial dan akses
terhadap dukungan, termasuk dari anggota keluarga yang
lebih besar, contoh yang jelas dalam pengukuran geografi
yang melibatkan tingkat pendidikan yang rendah dapat
berkontribusi pada jarak sosial dan emosional dari anggota
keluarga besar Johnson (2000) dalam Vangelisti (2004).
- Diskriminasi Usia
Diskriminasi usia atau ageisme adalah bentuk stereotipe
dan diskriminasi terhadap individu atau kelompok karena
umur mereka. Diskriminasi usia merupakan satu set
keyakinan, sikap, norma, dan nilai-nilai yang digunakan
untuk membenarkan prasangka dan tindakan diskriminasi.
- Homophobia
Homophobia adalah suatu jajaran yang meliputi sikap
dan rasa negatif terhadap Homoseksualitas atau orang yang
didefinisikan sebagai Lesbian, Gay, Biseksual dan
Transgender.
- Konsumerisme
Konsumerisme merupakan paham atau ideologi yang
menjadikan seseorang atau kelompok yang menjalankan
proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil
produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara
sadar dan berkelanjutan.
- Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan
32 Universitas Kristen Petra
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan.
b) Masyarakat yang lebih kecil/Komunitas
- Tidak memiliki komunitas
- Banyak pekerjaan
Pekerjaan mengacu pada tugas sebenarnya yang
dilakukan di tempat kerja atau di dalam rumah oleh anggota
keluarga. Termasuk dalam kategori kerja adalah pembagian
kerja, efek pekerjaan, tuntutan kerja, alokasi tanggung jawab
rumah tangga, masalah penitipan anak, dan status pekerjaan.
Dengan banyaknya pekerjaan dari keluarga maupun diluar
lingkungan keluarga ini dapat pula memicu terjadinya stres
dalam diri kita masing-masing (Vangelisti, 2004).
- Kurang memiliki waktu senggang
- Tidak fleksibelnya tempat kerja
- Tidak ada waktu untuk teman.
c) Keluarga Besar
- Pola Emosional Keluarga
Pola adalah bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu
set peraturan) yang bisa dipakai untuk menghasilkan suatu
atau bagian dari sesuatu. Sedangkan emosi adalah suatu
keadaan yang terangsang oleh organisme mencakup
perubahan-perubahan yang disadari, emosi juga merupakan
suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan
perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan
biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.sifatnya
dari perubahan perilaku. Jadi pola emosi keluarga adalah
bentuk tatanan yang biasa diterapkan oleh keluarga pada saat
mereka mengalami emosi untuk menghasilkan sesuatu atau
sebaliknya emosi tersebut muncul karena sesuatu.
33 Universitas Kristen Petra
- Mitos
Mitos atau mite (bahasa Belanda: mythe) adalah cerita
prosa rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau,
mengandung penafsiran tentang alam semesta dan
keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-
benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya.
- Triangle
- Rahasia
Rahasia adalah sesuatu yang disimpan tanpa seorang pun
yang tahu, baik itu teman dekatnya ataupun orang tuanya.
inilha yang dinamakan rahasia dan ketika rahasia tersebut
sudah diceritakan maka bukan lagi menjadi sebuah rahasia.
- Warisan
Sesuatu yang diwariskan, seperti harta, nama baik; harta
pusaka. Warisan sendiri dapat memicu stres bila hal tersebut
tidak sesuai dengan apa yang seseorang harapkan.
- Kerugian
Jumlah pengeluaran yang lebih besar dibandingkan
dengan pendapatan yang diterima atau kerugian dapat juga
dialami secara fisik seperti menderita, menanggung,
perasaan tidak puas yang mengganggap dirinya merasa
dirugikan. Hal ini dapat memicu stres.
d) Keluarga Dekat
- Kekerasan
Kekerasan merupakan sebuah ekspresi baik yang
dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang
mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada
kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan
oleh perorangan atau sekelompok orang, hal ini dapat
34 Universitas Kristen Petra
menyebabkan seseorang menjadi takut dan merasa tertekan
sehingga dapat memicu stres.
- Kecanduan
Kecanduan atau ketagihan adalah saat tubuh atau pikiran
kita dengan parahnya menginginkan atau memerlukan
sesuatu agar bekerja dengan baik.
- Penolakan
Penolakan adalah suatu tindakan anti terhadap apa yang
menjadi kebijakan ataupun peraturan yang dibuat oleh suatu
subyek yang tidak sependapat dengan banyak pihak.
- Depresi
Depresi adalah salah satu gangguan kesehatan mental
yang terjadi sedikitnya selama dua minggu atau lebih yang
memengaruhi pola pikir, perasaan, suasana hati (mood) dan
cara menghadapi aktivitas sehari-hari.
- Kurang Pengalaman
Pengalaman hidup melibatkan pengalaman pribadi dan
keluarga. Contoh kategori ini mencakup konstruksi sosial,
narasi pribadi, fenomenologi, pemalsuan pemfilteran
sendiri, interaksi simbolis, persepsi, realitas keluarga, dan
pengalaman kerja. Adanya kurang pengalaman terkadang
membuat kita bingung sendiri untuk melakukan suatu hal
sehingga terkadang membuat kita stres untuk menemukan
solusi terbaik (Vangelisti).
- Mimpi
Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan
penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra
lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai
gerakan mata yang cepat.
35 Universitas Kristen Petra
e) Individu
- Gambaran/riasan genetik
- Kemampuan
- Adanya Cacat
2. Horizontal Stressors
Aliran dalam sistem ini mencakup kecemasan yang dihasilkan oleh
tekanan pada keluarga. Saat bergerak melintasi waktu – baik yang dapat
diprediksi (dalam membangun aliran stress), peristiwa yang tidak
terprediksi yang mengganggu siklus kehidupan, dan peristiwa sejarah
masa lalu. Berikut hal-hal yang termasuk dalam Horizontal Stressors :
a) Developmental (Dapat Diprediksi)
- Life Cycle Transitions (Perubahan Siklus Hidup)
Perbedaan dalam pengalaman keluarga besar juga dapat
dilihat sepanjang jalan hidup. Misalnya, anak-anak kecil
tidak memiliki otonomi penuh mengenai anggota keluarga
besar yang mereka lihat dan berinteraksi dengannya, karena
orang tua mengasuh orang dewasa dapat membatasi atau
memfasilitasi interaksi ini sesuai keinginan mereka. Orang
dewasa muda mungkin bercabang dengan cara yang mereka
pilih, mengingat otonomi masa dewasa. Perpanjangan
keanggotaan keluarga berubah seiring bertambahnya usia
(Carstensen, Isaacowitz, & Charles, 1999) dalam Vengelisti.
Dalam adanya perbedaan pengalaman sehingga
memunculkan perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan
permasalahan masing-masing inilah yang menyebabkan
stres itu muncul.
- Migration (Perpindahan)
b) Unpredictable (Tidak Terprediksi)
- Untimely Death (Kematian Dini)
- Chronic Illness (Penyakit Kronis)
36 Universitas Kristen Petra
Tiap anggota keluarga dan sistem mereka menghadapi
beragam penyakit fisik dan mental yang berlebihan, dan,
pada saat-saat tertentu, keluarga mereka dapat hidup dengan
sangat sehat atau sakit. Kesehatan dan penyakit sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan proses komunikasi
keluarga dan hasilnya dan bahwa komunikasi keluarga dapat
berubah menjadi kegagalan dalam menilai sehingga dapat
menimbulkan stres dalam keluarga tersebut.
- Accident (Kecelakaan)
- Unemployment (Pengangguran)
c) Historical Events (Peristiwa Bersejarah)
- Perang
- Kejatuhan Ekonomi
- Iklim Politik
- Bencana Alam
1.9. Remaja
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia
yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki
peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan
perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,
mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang. Anak remaja yang
dibahas dalam penelitian ini adalah anak remaja yang sedang berkuliah dan sudah
memasufi fase kerja.
Menurut Hurlock (1999) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18
tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-
23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa
mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat
bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang,
37 Universitas Kristen Petra
dan remaja yang diperpendek. Remaja adalah masa yang penuh dengan
permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal
abad ke-20 oleh bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall
pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm
and stress).
1.9.1. Sifat Remaja
Perkembangan psikologis manusia adalah sesuatu yang didapatkan dari
hasil belajar dalam kehidupan. Ini sesuai dengan fitrah manusia yang
dianugerahkan akal sebagai alat untuk berpikir, berbudaya dan menjunjung
nilai-nilai peradaban. Namun dalam perjalanannya, seseorang akan
menghadapi perubahan-perubahan pada masa dimana kematangan secara
seksual bermula. Dalam masa ini, apabila seorang remaja tidak membekali
diri dengan informasi tentang hal yang akan terjadi pada diri mereka saat
puber, kemungkinan besar mereka akan mengalami reaksi negatif seperti
emosi yang tidak terkendali dan hal ini tentu akan berpengaruh pada
perkembangan psikologisnya.
Pada usia remaja, seseorang akan mengalami puncak emosional dalam
hidupnya. Pertumbuhan organ seksual memiliki peran yang tinggi dalam
perkembangan emosinya, misalnya saja muncul perasaan cinta dan hasrat
terhadap lawan jenis.
Perkembangan fisik akan bersama dengan perkembangan pada sisi
psikisnya. Meskipun jika dibandingkan dengan perkembangan fisik,
kejiwaan akan cenderung lebih lambat progresnya. Perubahan yang terjadi
berkenaan dengan hal kejiwaan tersebut mencangkup perubahan secara
emosi dan kecerdasan, berikut ini penjelasannya :
1. Perasaan yang lebih sensitif. Pada remaja perempuan hal ini bisa
kita lihat dengan perilaku yang mudah sekali cemas, menangis dan
tertawa. Sedangkan pada remaja laki-laki tidak terlalu terlihat.
38 Universitas Kristen Petra
2. Reaktif. Seorang remaja akan menunjukkan sikap mudah
memberikan respon terhadap rangsangan dari luar. Bahkan pada
beberapa remaja, sikap mereka akan menunjukkan sikap yang
agresif. Terkadang mereka pun bertindak tanpa berpikir.
3. Kecenderungan melawan. Sebagian remaja akan menunjukkan
sikap cenderung kurang patuh kepada orang tua mereka. Dan
mereka cenderung lebih nyaman jika bersama dengan teman-teman
sebayanya.
4. Kritis. Remaja akan berkembang menjadi lebih kritis karena
perkembangan kecerdasannya menunjukkan gaya berpikir yang
lebih abstrak dari sebelumnya.
5. Suka mencoba hal baru. Remaja biasanya akan lebih tertantang
untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya belum pernah ia
lakukan. Hal in akan mendorong mereka memunculkan sikap coba-
coba (Sarwono, Psikologi Remaja, 2006).
1.10. Peraturan dalam Keluarga (Rules)
Menurut Mulyana (2007) banyak keluarga menggunakan peraturan untuk
memudahkan pengambilan keputusan. Aturan pada umumnya membuat struktur
yang membantu keluarga berfungsi. Terkadang orang tua menggunakan peraturan
seperti ini saat mereka menginstruksikan satu anak untuk membagi suguhan seperti
kue dan kemudian memberi anak kedua pilihan pertama di antara bagian tersebut.
Aturan juga bisa menyusun diskusi pengambilan keputusan. Misalnya, beberapa
keluarga menjaga peraturan tentang partisipasi yang setara dalam percakapan
pengambilan keputusan. Mereka tidak akan mengambil keputusan sampai semua
anggota keluarga terlibat memiliki pendapat yang hampir sama tentang topik
tersebut. Beberapa keluarga memiliki peraturan yang menentukan bahwa setiap
anggota keluarga harus mengatakan sesuatu sebelum keputusan dapat dicapai.
Keluarga lain memiliki peraturan yang mengatur batasan waktu untuk proses
tersebut dan keputusan harus dicapai bila waktunya telah berakhir.
39 Universitas Kristen Petra
Aturan berfungsi untuk menghindari konfrontasi dan mengurangi peran
kekuasaan melalui penyelesaian masalah sebelum menjadi konflik. Banyak
hubungan pernikahan atau keluarga saat ini menekankan bagaimana
menegosiasikan perbedaan sesuai peraturan yang memungkinkan semua anggota
sistem memasukkan beberapa masukan (Renick, Blumberg, & Markman, 1992)
dalam (Brommel, Blyund, Galvin, 2008).
1.11. Persepsi
Pada pandangan Desiderato (1976), persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi.
Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi.
Walaupun demikian, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya
melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspetasi, motivasi, dan memori.
Menurut Mulyana (2007) persepsi juga merupakan inti dari komunikasi,
sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan
penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi disebut sebagai
inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita
berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu
pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi
antarindividu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan
sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau
kelompok identitas.
Persepsi manusia sebenarnya terbagi menjadi dua yakni persepsi terhadap objek
dan persepsi terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia lebih sulit dan
kompleks, karena manusia bersifat dinamis. Persepsi terhadap lingkungan fisik
berbeda dengan persepsi terhadap lingkungan sosial. Perbedaan tersebut mencakup
hal-hal berikut :
1. Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik, sedangkan
persepsi terhadap orang melalui lambang verbal dan nonverbal : Dalam
40 Universitas Kristen Petra
mempersepsi lingkungan fisik, kita terkadang melakukan kekeliruan. Indra
tidak jarang menipu kita. Anda mungkin pernah menyaksikan bagaimana
tongkat lurus yang dimasukkan ke dalam bak air tampak bengkok.
2. Persepsi Sosial : Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek
sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkaran kita. Manusia
bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka bersifat berisiko.
3. Objek tidak bereaksi, sedangkan manusia bereaksi.
Pengaruh faktor personal pada persepsi salah satunya berdasarkan
pengalaman. Persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau kejadian dan
reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran)
masa lalu mereka dengan orang, objek, atau kejadian serupa. Ketiadaan
pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu objek jelas akan membuat
seseorang menafsirkan objek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau
pengalaman yang mirip.
Oleh karena kita terbiasa merespons suatu objek dengan cara tertentu,
kita sering gagal mempersepsikan perbedaan yang samar dalam objek lain yang
mirip. Kita memperlakukan objek itu seperti sebelumnya, padahal terdapat
rincian lain dalam objek tersebut. Kita misalnya sering tidak melihat kekeliruan
ejaan yang terdapat dalam tulisan makalah kita sendiri, namun lebih sering
menemukan kesalahan ejaan dalam tulisan orang lain. Bila berdasarkan
pengalaman kita sering melihat suatu objek diperlakukan dengan cara yang
lazim, kita mungkin akan bereaksi lain terhadap cara baru memperlakukan
objek tersebut, berdasarkan persepsi kita yang lama itu (Mulyana, 2007).
1.12. Hambatan dalam Komunikasi
Dalam setiap terjadinya proses komunikasi, bisa terjadi hambatan-
hambatan atau gangguan-gangguan yang bisa mempengaruhi kelancaran
proses perpindahan pesan. Gangguan komunikasi ini banyak ragamnya dalam
ilmu komunikasi seringkali diistilahkan dengan noise. Noise merupakan
segala macam hambatan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan.
Hambatan tersebut ada apabila pesan yang disampaikan mengalami
41 Universitas Kristen Petra
penurunan porsi dari pesan yang dikirimkan. Karena pesan yang diterimanya
terganggu maka penerima pesan bisa saja salah memaknai pesan yang
diterimanya. Hambatan dalam proses komunikasi sering terjadi karena faktor
bahasa, kebisingan, teknik, ketidaksamaan ruang lingkup, ketidaksamaan
pengetahuan, kepentingan, dan prasangka (Komala, 2009).
Menurut DeVito (2007) ada 5 jenis hambatan dalam sebuah
komunikasi, yakni:
1. Hambatan Fisik (Physical Barriers), meliputi segala aktifitas
eksternal yang mengganggu penyampaian pesan di antara
komunikator dan komunikan.
2. Hambatan Fisiologis (Physiological Barriers), yakni hambatan yang
terjadi dalam diri masing-masing komunikator dan komunikan,
seperti faktor biologis.
3. Hambatan Psikologis (Physicological Barriers), hambatan pada
mental individu sebagai pelaku komunikasi, kemudian berupa
prasangka, pemikiran yang tertutup, tingkat emosional yang
ekstrim.
4. Hambatan Sematis (Sematic Barriers), kesalahan dalam pemaknaan
antara komunikator dengan komunikan, biasanya berupa perbedaan
bahasa.
5. Hambatan intelektual, adalah hambatan yang terjadi karena
kelemahan pemahaman akan suatu pesan.
1.13. Studi Kasus
Menurut Yin (2003, p. 78) “Dalam studi kasus, ada dua strategi umum dan
tiga strategi analisis bukti studi kasus”. Strategi umum terdiri dari analisis bukti
kasus pada proposisi teoritik dan mengembangkan deskripsi kasus. Bukti-bukti
kasus kemudian dianalisis berdasarkan teori yang telah dipaparkan sebelumnya.
Strategi umum kedua dilakukan dengan cara mengembangkan suatu kerangka
kerja deskriptif guna mengorganisasi studi kasus. Strategi kedua ini akan saat
42 Universitas Kristen Petra
bermanfaat jika alternatif teori untuk mengembangkan kasus belum cukup
tersedia. Selanjutnya, dalam kedua kerangka besar strategi umum diatas,
peneliti kasus dapat mengembangkan strategi analisis spesifik, seperti
penjodohan pola, pembuatan eksplanasi, dan analisis deret waktu. Strategi
analisis perjodohan pola dilakukan dengan membandingkan pola yang
didasarkan atas pengamatan empiris dengan pola yang telah diprediksikan. Jika
hasilnya sesuai maka akan menguatkan validitas internal. Strategi analisis
khusus kedua adalah pembuatan eksplanasi, yakni mirip dengan variabel-
variabel independen dalam penggunaan eksplanasi tandingan. Strategi terakhir
analisa deret waktu, yakni studi kasus yang berusaha menjelaskan perubahan-
perubahan masyarakat sehingga sifat perubahan dan waktunya dapat
dideskriptifkan dengan baik.
1.14. Nisbah Antar Konsep
Peran teori sistem dalam pengembangan penelitian komunikasi pada awal
perkawinan dan keluarga sangat penting karena memusatkan perhatian pada
sifat secara keseluruhan dan keterkaitan satu sama lain terhadap pola interaksi
dibandingkan dengan mengurus anggota keluarga masing-masing. Ketika dua
orang atau lebih membentuk sistem relasional, ciri yang paling penting dari
hubungan semacam itu adalah komunikasi. Hubungan terbentuk, dipelihara,
dan diubah oleh interaksi yang dikomunikasikan antar anggota.
Keluarga adalah keadaan atau situasi dimana proses komunikasi pertama
kali dibentuk dan diajarkan adanya rasa dipelihara, dicintai, dan didukung.
Selain itu keluarga juga merupakan jaringan orang-orang yang berbagi
kehidupan dalam jangka waktu yang lama, yang terikat oleh hubungan darah
dan komitmen, legal atau tidak yang menganggap diri mereka sebagai keluarga,
dan yang berbagi pengharapan masa depan mengenai hubungan yang berkaitan.
Keluarga merupakan sebuah sistem yang unik, dimana sistem tersebut terus
berjalan dan berkembang. Jalan dan perkembangannya dipengaruhi masa lalu,
43 Universitas Kristen Petra
masa kini, dan masa depan, yang mana hal ini menyangkut kualitas dari tata
cara dari sebuah keluarga. Beberapa proses yang terjadi dalam sistem keluarga
Proses sistem adalah karakteristik yang mendeskripsikan bagaimana
fungsi sistem keluarga sebagai kesatuan unit yang utuh yang terdiri dari saling
mempengaruhi, stabilitas, perubahan, umpan balik, dan equifalen. Komunikasi
keluarga adalah komunikasi yang melibatkan banyak orang dan simbol-simbol
untuk dapat dimengerti oleh orang banyak dan dapat saling memahami satu
sama lain dalam sebuah perkumpulan yang inti dimana terdapat nuansa
kerumahan dan identitas, juga pengalaman berbagi tentang masa lalu dan masa
datang. Komunikasi pada teorinya, harus menggunakan simbol, proses kognitif
yang tercipta dan dinterpretasikan. Keluarga yang mengalami tekanan besar
diluar menganggap menerima masalah yang tidak dapat diprediksi tersebut
sebagai suatu simbol yang signifikan. Pandangan dari keluarga sendiri
mempengaruhi penerimaan anggota keluarga/persepsi terhadap tekanan, jika
seseorang menganggap dunia itu kacau, tidak terorganisir, dan sering kali
membahayakannya, perubahan apapun mungkin akan dapat mengganggu.
Sebaliknya, jika anggota lain melihat dunia bisa diprediksi dan layak mengatur,
perubahan mungkin dapat diatur olehnya atau dikendalikan.
Keluarga yang harmonis adalah bilamana seluruh anggota keluarga
merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan
menerima seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi, aktualisasi diri)
yang meliputi aspek fisik, mental dan sosial.
Kondisi fisik, lingkungan, dan sosial yang merupakan penyebab dari
kondisi stres disebut dengan stressors. Stressors memiliki pengaruh besar pada
suasana hati, rasa kesejahteraan, perilaku, dan kesehatan kita. Stres merupakan
tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun secara mental terhadap suatu
perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan
dirinya terancam. Stres terdiri dari eustress dan distress. Dalam kerja mereka
tentang perubahan dalam siklus hidup keluarga, disampaikan bahwa sebuah
model yang menggambarkan aliran proses tekanan (stress) melalui keluarga
44 Universitas Kristen Petra
dengan mengidentifikasi sumber stres yang mencerminkan kecemasan keluarga
dan mempengaruhi sistem dari keluarga tersebut. Remaja adalah masa yang
penuh dengan permasalahan. Dalam masa ini, apabila seorang remaja tidak
membekali diri dengan informasi tentang hal yang akan terjadi pada diri mereka
saat puber, kemungkinan besar mereka akan mengalami reaksi negatif seperti
emosi yang tidak terkendali.
Banyak keluarga menggunakan peraturan untuk memudahkan
pengambilan keputusan. Aturan pada umumnya membuat struktur yang
membantu keluarga berfungsi. Sedangkan, persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. persepsi juga merupakan inti dari
komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang
identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi. Dalam
setiap terjadinya proses komunikasi, bisa terjadi hambatan-hambatan atau
gangguan-gangguan yang bisa mempengaruhi kelancaran proses perpindahan
pesan.
Penelitian ini akan menggunakan metode studi kasus karena penelitian
berkenaan dengan hal-hal mendasar, sifatnya mendalam, dan selalu berkenaan
dengan how atau why. Oleh sebab itu, penelitian ini akan membahas hal-hal apa
saja yang menyebabkan stres pada keluarga IL dalam adanya perubahan
keluarga.
45 Universitas Kristen Petra
1.15. Kerangka Pemikiran
Bagan 2.2. Kerangka Pemikiran
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
Komunikasi IL dengan kedua anaknya saat ia menjadi single parent
berjalan harmonis, kemudian tiba-tiba muncul BG yakni pacar IL di
kehidupan mereka dan IL mengajak kedua anaknya untuk tinggal
bersama di rumah BG, sehingga terjadi perubahan dalam keluarga
tersebut, seperti adanya kebiasaan baru yang diterapkan dalam kehidupan
keluarga IL oleh BG, sehingga memicu adanya tekanan (stres) dimana
pada awalnya sistem dalam keluarga tersebut berjalan baik menjadi
terganggu.
keluarga sendiri adalah sebuah sistem yang unik, dimana sistem tersebut
terus berjalan dan berkembang, jalan dan perkembangannya dipengaruhi
masa lalu, masa kini, dan masa depan yang mana hal tersebut
menyangkut kualitas tata cara dari keluarga tersebut.
Peneliti ingin mengetahui sumber stres yang terjadi dalam keluarga IL
dengan menggunakan teori sumber stres dalam keluarga yang terbagi
menjadi 2 yakni Vertical Stressors dan Horizontal Stressors
menggunakan metode studi kasus
Sumber Stres dalam Keluarga IL yang mengalami Perubahan
Menurut Galvin dan Brommel dalam Tubbs & Moss (2000, p.215)
keluarga merupakan jaringan orang-orang yang berbagi kehidupan
dalam jangka waktu yang lama, yang terikat oleh hubungan darah dan
komitmen, legal atau tidak.