fakultas tarbiyah institut agama islam...
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR
DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII-B SEMESTER
GENAP MTs NU 20 KANGKUNG KENDAL TAHUN AJARAN
2009/2010 PADA MATERI POKOK
USAHA DAN ENERGI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Fisika
Oleh :
Arif Kurnia Rahman NIM : 063611003
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ABSTRAK Arif Kurnia Rahman (NIM : 063611003). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-B Semester Genap MTs NU 20 Kangkung Kendal Tahun ajaran 2009/2010 pada materi pokok Usaha dan Energi. Skripsi Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadris Program Studi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2011.
Pembelajaran fisika di kelas VIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal masih didominasi guru yang menggunakan metode ceramah dan jarang melaksanakan diskusi. Hal ini menyebabkan peserta didik tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga aktivitas belajar peserta didik belum berkembang baik, akibatnya hasil belajar peserta didik masih rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal pada mata pelajaran fisika materi pokok usaha dan energi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, di mana tiap siklusnya meliputi 4 tahap yakni, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Faktor yang diteliti adalah aktivitas belajar dan hasil belajar (kognitif). Data hasil belajar kognitif diambil melalui nilai tes setiap akhir siklus, sedangkan data aktivitas belajar diperoleh melalui lembar observasi.
Dari hasil penelitian, hasil belajar kognitif peserta didik sebelum tindakan masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu nilai reratanya 51,98 dengan presentase ketuntasan klasikal 43,90%. Setelah diberikan tindakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, nilai tes rerata hasil belajar pada siklus I dan II berturut-turut adalah 70,73 dan 81,22 dengan persentase ketuntasan klasikal 78,05% dan 90,24%. Sedangkan nilai rerata aktivitas belajar pada siklus I dan II berturut-turut adalah 60,98 dan 69,51 dengan persentase ketuntasan klasikal 53,66% dan 82,93%.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-B Semester Genap MTs NU 20 Kangkung Kendal Tahun ajaran 2009/2010 pada materi pokok Usaha dan Energi.
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini
tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga
skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat
dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Mei 2011
Deklarator,
Arif Kurnia Rahman NIM. 063611003
MOTTO
öΝ èδ ö‘ Íρ$ x©uρ ’Îû Í÷ö∆F{ $# ( # sŒ Î* sù |MøΒ z•tã ö≅©.uθ tGsù ’n? tã «!$# 4 ¨β Î) ©!$# �=Ïtä† t, Î#Ïj. uθ tGßϑø9 $# ∩⊇∈∪
“Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imron :159) 1
1 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : CV J-ART, 2005). hlm. 72.
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan dan kebanggaan hati, kupersembahkan karya tulis yang
sederhana ini untuk orang-orang yang telah memberi arti dalam hidupku,
1. Ayahanda dan ibunda tercinta (Rosyidi dan Suharti), ini adalah bagian dari perjuangan,
cita-cita, iringan doa restumu. Karena jasa dan kasih sayangmu aku akhirnya dapat
menyelesaikan kuliah. Pengorbananmu sungguh luar biasa
2. Kakakku Latif Helmy doa dan motivasi darimu semoga mengantarkan aku menuju
gerbang kesuksesan.
3. Keluarga besarku di kangkung Kendal yang selalu membantu, mendoakan dan memberi
semangat selama perjalanan hidupku
4. Erna Musthofiyah dan keluarga besarnya yang telah memotivasi aku selama kuliah
5. Semua Kenshi UKM Kempo Dojo Miftahul Jannah IAIN Walisongo
6. Semua mahasiswa Tadris Fisika, khususnya angkatan 2006, tempat berbagi cerita
selama berjuang bersama
7. Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini
Pada akhirnya semua itu punya arti karenanya, kupersembahkan karya sederhana ini
untuk segala ketulusan kalian semua.
Penulis
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga menjadikan kita lebih bermakna
dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa cahaya Illahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil manfaatnya
dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun
yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan
kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
2. Drs. Wahyudi, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tadris
3. Andi Fadllan, S.Si,M.Sc., selaku pembimbing I dan H. Abdul Kholiq, M.Ag., selaku
pembimbing II yang telah berkenan memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan
dalam penulisan skripsi ini
4. Wenti Dwi Yuniarti, S.Pd., M.Kom sebagai dosen wali yang telah banyak berjasa
kepada penulis untuk membimbing penulis selama masa studi
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini
6. Petugas perpustakaan, baik Fakultas, Institut IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan ijin dan layanan yang ramah
7. Drs. Khofidhin selaku Kepala MTs NU 20 Kangkung Kendal yang telah memberikan
izin tempat penelitian dalam skripsi ini
8. Dewi Sinta, S.Pd, selaku Guru Pembimbing penelitian.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya untaian
terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah membalas semua amal kebaikan
mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya.
Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini
belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin
Semarang, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ----------------------------------- ---------------------------- i
ABSTRAK --------------------------------------------------------------------------- ii
HALAMAN PERSETUJUAN ---------------------------------------------------- iii
HALAMAN PENGESAHAN ----------------------------------------------------- iv
DEKLARASI ------------------------------------------------------------------------ v
MOTTO ------------------------------------------------------------------------------ vi
PERSEMBAHAN ------------------------------------------------------------------- vii
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- viii
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------- x
DAFTAR LAMPIRAN ------------------------------------------------------------- xii
DAFTAR GAMBAR ---------------------------------------------------------------- xiii
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------- xiv
BAB I : PENDAHULUAN ----------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang Masalah ------------------------------------------ 1
B. Identifikasi Masalah ----------------------------------------------- 5
C. Pembatasan Masalah ---------------------------------------------- 5
D. Penegasan Istilah -------------------------------------------------- 5
E. Rumusan Masalah ---- --------------------------------------------- 7
F. Tujuan Penelitian -------------------------------------------------- 7
G. Manfaat Penelitian ------------------------------------------------- 7
BAB II : LANDASAN TEORI -------------------------------------------------- 8
A. Pembelajaran Fisika ----------------------------------------------- 8
B. Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar ----------------------------- 14
C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT--------------------- 26
D. Hubungan antara Model Pembelajaran NHT terhadap
Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Fisika ---- 32
E. Materi Usaha dan Energi ----------------------------------------- 33
F. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT pada
materi pokok Usaha dan Energi --------------------------------- 39
G. Kajian Penelitian yang Relevan------------------------------------ 41
H. Rumusan Hipotesis--------------------------------------------------- 43
BAB III : METODE PENELITIAN --------------------------------------------- 44
A. Jenis Penelitian ---------------------------------------------------- 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ----------------------------------- 55
C. Instrumen Penelitian ---------------------------------------------- 55
D. Pengumpulan Data Penelitian ------------------------------------ 58
E. Analisis Data Penelitian ------------------------------------------ 61
F. Indikator Keberhasilan ------------------------------------------- 63
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ------------------- 64
A. Analisis Hasil Penelitian ---------------------------------- 64
B. Pembahasan Hasil Penelitian ---------------------------- 79
BAB V : PENUTUP -------------------------------------------------------------- 84
A. Simpulan ----------------------------------------------------------- 84
B. Saran ---------------------------------------------------------------- 85
C. Penutup ------------------------------------------------------------- 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11..
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Silabus
RPP siklus I
RPP siklus II
Kisi-kisi LKS Siklus I
Lembar kerja siswa untuk peserta didik siklus I
Kisi-kisi LKS Siklus II
Lembar kerja siswa untuk peserta didik siklus II
Kriteria penskoran aktivitas belajar peserta didik
Analisis lembar observasi aktivitas belajar peserta didik siklus I
Analisis lembar observasi aktivitas belajar peserta didik siklus II
Kisi-kisi Soal evaluasi Siklus I
Soal kognitif siklus I
Kisi-kisi Soal evaluasi Siklus II
Soal kognitif siklus II
Kunci jawaban soal kognitif siklus I dan II
Perhitungan Validitas dan Reabilitas Soal Instrumen
Nilai pra siklus peserta didik
Analisis hasil belajar kognitif siklus I
Analisis hasil belajar kognitif siklus II
Daftar nama peserta didik
Daftar nama kelompok peserta didik
Dokumentasi pembelajaran
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Prosedur pelaksanaan PTK
Alur penelitian tindakan kelas
Grafik perbandingan nilai aktivitas belajar siklus I dan II
Grafik perbandingan nilai kognitif siklus I dan II
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Hasil analisis nilai awal peserta didik
Hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus I
Perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus I
Hasil belajar kognitif pada siklus I
Hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus II
Perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus II
Hasil belajar kognitif pada siklus II
Perbandingan perolehan nilai observasi aktivitas belajar pada siklus I
dan siklus II
Perbandingan perolehan nilai hasil belajar kognitif pada siklus I dan
siklus II
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelajaran ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga ilmu pengetahuan alam yang di
dalamnya mencakup fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep, atau prinsip, tetapi juga proses penemuan.
Pembelajaran ilmu pengetahuan alam diharapkan dapat menjadi pembelajaran
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
pengembangan lebih lanjut menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
dalam proses pembelajaran IPA guru membutuhkan strategi agar peserta didik
dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang
diharapkan. Salah satu cara yang ditempuh adalah penggunaan metode atau
model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pelajaran maupun kondisi
internal kelas. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode atau model
pembelajaran yaitu sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai
tujuan.
Banyak peserta didik pada jenjang sekolah menengah yang menganggap
pelajaran IPA khususnya fisika sulit dan menakutkan. Seperti di MTs NU 20
Kangkung Kendal, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata
pelajaran IPA ditemukan beberapa permasalahan, di antaranya:
1. Pembelajaran yang dilakukan selama ini cenderung ceramah belum divariasi
dengan model pembelajaran yang lain. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan
peserta didik dalam menganalisis atau memahami permasalahan yang terdapat
pada soal masih kurang.
2. Pelaksanaan pembelajaran cenderung kurang melibatkan peserta didik.
Sehingga peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran ditandai dengan :
2
a. Apabila guru mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan umpan balik,
peserta didik cenderung tidak merespon.
b. Apabila guru memberi kesempatan bertanya tentang materi pelajaran, pada
umumnya peserta didik tidak memanfaatkannya.
c. Peserta didik hanya mau menjawab pertanyaan guru bila ditunjuk, itupun
tidak semua peserta didik.1
Permasalahan tersebut berakibat pada hasil belajar peserta didik yang
masih rendah. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata mata pelajaran IPA satu tahun
terakhir yaitu 59,2.2 Hasil ini masih di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) sekolah yaitu sebesar 60.
Dari observasi tersebut, terlihat bahwa keberhasilan pembelajaran belum
tercapai. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembelajaran adalah
diperlukan strategi pembelajaran yang dapat mendukung situasi pembelajaran,
agar pembelajaran fisika menjadi menarik, mudah difahami dan menyenangkan.
Dalam kegiatan pembelajaran antara guru, peserta didik, materi pelajaran serta
metode mengajar tidak dapat dipisahkan. Guru mempunyai peranan yang penting
dalam kegiatan pembelajaran karena guru merupakan salah satu kunci
keberhasilan dari proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang baik,
membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan adalah tugas seorang guru.3 Seorang guru dituntut melakukan
inovasi-inovasi terhadap kegiatan belajar-mengajar agar peserta didik tidak
mengalami kebosanan dalam menerima penjelasan materi pelajaran yang
diberikan oleh guru.
Menurut teori kontruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam
kegiatan pembelajaran adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
1 Wawancara, Guru IPA MTs NU 20 Kangkung Kendal, (Kendal : 2009), tgl 28 November 2009
2 Daftar Nilai Kompetensi Siswa MTs NU 20 Kangkung Kendal mata pelajaran IPA tahun ajaran 2008/2009
3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet.1, hlm.47
3
pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk
proses ini, dengan memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan
secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.4 Dengan dasar
itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan
‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, peserta didik membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar-
mengajar. Peserta didik menjadi pusat kegiatan bukan guru.
Salah satu pembelajaran yang bernaung dalam teori kontruktivis adalah
kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok
untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Tujuan
dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan pada
semua peserta didik untuk dapat terlibat aktif dalam proses berfikir dan kegiatan
belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu
teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.5 Model pembelajaran
kooperatif salah satunya yaitu Numbered Heads Together (NHT). NHT atau
penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai
alternatif terhadap struktur kelas tradisional.6 Model ini memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
4 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, ( Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2007 ), hlm. 13. 5 Ibid., hlm. 41. 6 Ibid., hlm. 62.
4
jawaban yang paling tepat.7 Selain itu, model ini juga mendorong peserta didik
untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Model ini bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik.
Materi Usaha dan Energi merupakan salah satu materi pokok pelajaran
fisika kelas VIII semester genap. Usaha dan Energi merupakan materi dengan
konsep yang sederhana dan fenomenanya dapat diamati dan sering kali di jumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT), guru berusaha menunjukkan kepada
peserta didik bahwa materi Usaha dan Energi pada dasarnya adalah dekat,
kongkrit dan berkaitan langsung dengan pengalaman yang ada dalam kehidupan
sehari-hari.
Dari permasalahan tersebut, penulis mencoba memberikan pemecahan
masalah yang terjadi dalam kelas dengan menawarkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka peneliti bermaksud meneliti kajian tersebut sehingga
pembelajaran yang berlangsung di MTs NU 20 Kangkung dapat menjadikan
peserta didik berfikir dan bertindak secara mandiri dan kreatif. Untuk itu peneliti
akan mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Aktivitas
Belajar dan Hasil Belajar Peserta didik Kelas VIII-B Semester Genap MTs NU
20 Kangkung Kendal Tahun Ajaran 2009/2010 Pada Materi Pokok Usaha dan
Energi”
7 Anita Lie, Cooperatif Learning Mempraktekkan Cooperatif Learning di ruang-ruang kelas,
(Jakarta : Grasindo, 2002), hlm. 59.
5
B. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka terdapat beberapa
permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Belum efektifnya proses pembelajaran di MTs NU 20 Kangkung Kendal,
dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang selama ini berlangsung masih
menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional yaitu metode
ceramah.
2. Masih banyak peserta didik yang kurang bersemangat dalam belajar fisika,
sehingga keaktifan dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fisika
belum tercapai.
C. Pembatasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
selama pembelajaran berlangsung.
2. Materi penelitian ini dibatasi pada materi pokok Usaha dan Energi.
3. Hasil belajar yang dievaluasi yaitu hasil belajar kognitif dan penilaian
aktivitas belajar.
D. Penegasan Istilah
Untuk memperoleh pengertian yang jelas agar tidak terjadi
kesalahfahaman dalam memahami isi judul penelitian ini, maka terlebih dahulu
dibuat penegasan istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini,
sebagai berikut:
6
1. Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah sebuah kelompok strategi
pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi
untuk mencapai tujuan bersama.8
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together atau
penomoran berfikir bersama adalah merupakan tipe dari pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk pola interaksi peserta didik dan sebagai
alternatif struktur kelas tradisional.9 Model ini memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
3. Aktivitas belajar
Aktivitas belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah
laku, jadi melakukan kegiatan. Inilah yang menjadikan aktivitas merupakan
prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.10 Dengan
demikian jelas bahwa dalam kegiatan belajar, peserta didik harus aktif
berbuat, atau dengan kata lain dalam belajar sangat membutuhkan adanya
aktivitas, tanpa aktivitas, belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.
4. Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
belajar.11 Pada penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah berupa nilai
akhir yang diperoleh peserta didik pada tiap siklusnya.
8 Trianto, Op. Cit, hlm. 42.
9 Ibid., hlm. 62. 10 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2001), hlm.93. 11 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1999), hlm.37.
7
5. Materi Usaha dan Energi
Usaha yaitu apa yang dihasilkan oleh gaya ketika ia bekerja pada
benda sementara benda itu bergerak dalam jarak tertentu.12 Energi adalah
kemampuan benda untuk melakukan kerja.13
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat
dirumuskan apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta
didik kelas VIII-B semester genap MTs NU 20 Kangkung Kendal Tahun Ajaran
2009/2010 pada materi pokok Usaha dan Energi ?
F. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini memiliki tujuan untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-B semester genap MTs NU 20
Kangkung Kendal Tahun Ajaran 2009/2010 pada materi pokok Usaha dan Energi.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peserta didik MTs NU 20 Kangkung Kendal
a. Meningkatkan peran aktif peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Meningkatkan hasil belajar sehingga dapat belajar tuntas.
c. Adanya perubahan variasi dalam proses pembelajaran sehingga mendorong
peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan menumbuhkan rasa
senang belajar fisika
12 Douglas C. Giancoli, FISIKA, jilid 1 edisi kelima (Jakarta: Erlangga, 2001). hlm. 173. 13 Ibid., hlm. 178.
8
2. Bagi Guru MTs NU 20 Kangkung Kendal
1. Adanya perubahan model pembelajaran sebagai bahan informasi guru
dalam memilih model pembelajaran yang lebih tepat sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik khususnya
pada mata pelajaran fisika.
2. Membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran fisika.
3. Dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas ini agar guru dapat
mengembangkan secara kreatif terutama dalam pemilihan model
pembelajaran yang tepat dengan materi.
3. Bagi pihak MTs NU 20 Kangkung Kendal
a. Diperoleh panduan inovatif model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together yang dapat dipakai untuk kelas-kelas lainya di MTs NU 20
Kangkung Kendal.
b. Diharapkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan
sumbangan yang baik bagi Sekolah dalam rangka memperbaiki dan
meningkatkan kegiatn belajar mengajar yang selanjutnya dapat
meningkatkan mutu dan kualitas sekolah.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Fisika
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu
maupun masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-
menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas
hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang
penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke
generasi.1
Belajar, sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan
makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat
manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian, belajar tidak
hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pelajar saja. Baik
mereka yang sedang belajar ditingkat sekolah dasar, sekolah tingkat pertama,
sekolah tingkat atas, perguruan tinggi, maupun mereka yang sedang
mengikuti kursus, pelatihan, dan kegiatan pendidikan lainnya. Tetapi lebih
dari itu, pengertian belajar sangat luas dan tidak hanya sebagai kegiatan yang
terjadi di bangku sekolah saja.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar
memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini
memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu.2
1 Baharudin, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008),
Cet.3, hlm. 12. 2 Ibid, hlm. 13.
10
Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
a. Hilgrad dan Bower yang dikutip oleh Baharudin mengemukakan :
1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or memory, memorize; 3) to acquire trough experience; 4) to become in forme of to find out.
Belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau
menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai
pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.3
b. Howard L. Kingsley yang dikutip oleh Wasty Soemanto mengemukakan :
learning is the process by which behaviour (in the broader sense) is originated or changed through practice or training.
Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan
atau diubah melalui praktek atau latihan.4
c. Crobach yang dikutip oleh Baharudin mengemukakan :
Learning is shown by change in behavior as a result of experience.
Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman.5
Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian belajar dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai bentuk perubahan yang dialami
peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil praktek atau latihan. Peserta didik dianggap telah
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya,
dimana perubahan ini bersifat permanen.
Belajar/mencari ilmu itu adalah merupakan keharusan yang mesti
dilakukan oleh manusia yang memiliki cita-cita luhur. Karena dengan
3 Ibid 4 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineke Cipta, 1990), hlm. 98. 5 Baharudin, Op.Cit, hlm.13.
11
belajar maka jendela wawasan dunia dapat terlihat dan apa yang dicita-
citakan bisa tercapai.
2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses komunikasi antara peserta didik
dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap.6
Tujuan pembelajaran adalah membantu peserta didik agar memperoleh
berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku peserta didik
bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Dalam pembelajaran fisika di sebagian sekolah dasar, sekolah
menengah, secara umum peserta didik memandang pelajaran fisika sebagai
pelajaran yang tidak menyenangkan, tidak menarik dan bahkan mungkin
membosankan. Dalam menanggulangi hal ini maka salah satu faktor yang
dapat dilakukan agar pembelajaran sains dapat menarik dan dapat
menghasilkan prestasi yang tinggi adalah dengan melibatkan peserta didik
secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran ini peserta didik
terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat atau berlatih
menggunakan objek kongkrit sebagai bagian dari pelajaran.
Dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran
berarti guru sudah menggunakan cara yang berbeda dari kegiatan
pembelajaran yang bersifat tradisional sehingga pembelajaran fisika akan
lebih menarik dan peserta didik akan menjadi berminat terhadap sains fisika.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu bentuk
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik terhadap
sains fisika yaitu dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam
pembelajaran.
6 Asep Jihad, dkk., Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), Cet.1, hlm.
11
12
Dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya seorang guru
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:7
a. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan
lingkungan otentik, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan
seseorang berproses dalam belajar.
b. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik peserta
didik karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam
proses konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan
kemampuan.
c. Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan.
d. Penilaian hasil belajar terhadap peserta didik dilakukan secara formatif
sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara
berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat.
3. Teori Pembelajaran Fisika
Teori pembelajaran fisika yang dapat mempengaruhi cara guru fisika
mengajar fisika antara lain:
a. Filsafat Konstruktivisme
Menurut filsafat konstruktivisme yang dikemukakan oleh Von
Glasersfeld yang dikutip oleh Paul Suparno, pengetahuan itu adalah
bentukan (konstruksi) kita sendiri yang sedang menekuninya. Untuk
mengetahui sesuatu, peserta didik haruslah aktif sendiri mengkonstruksi.
Dengan kata lain, dalam belajar peserta didik haruslah aktif mengolah
bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan akhirnya yang
terpenting merangkumnya sebagai suatu pengertian yang utuh.8
7 Ibid, hlm. 13. 8 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan,
(Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, 2007), hlm. 8.
13
b. Teori Multiple Intelligences
Teori multiple intelligences (intelegensi ganda atau majemuk)
ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner. Intelegensi menurut
Howard Gardner yang dikutip oleh Paul Suparno adalah kemampuan
untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu
seting yang bermacam-macam dan situasi yang nyata. Jelas bahwa
intelegensi bukan hanya kemampuan seseorang menjawab suatu test IQ
dalam suatu kamar tertutup yang lepas dari konteks lingkungannya.
Intelegensi dalam pengertian Gerdner bukan hanya kemampuan untuk
memecahkan persoalan teoritis, tetapi juga dalam pengalaman nyata dan
dalam berbagai situasi.9
c. Teori Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan Piaget banyak mempengaruhi pendidikan
sains, termasuk pendidikan fisika. Menurut Piaget yang dikutip oleh Paul
Suparno, perkembangan pemikiran kognitif anak berkembang pelan-pelan
mulai dari sensori motor, lalu kepemikiran kongkrit, dan baru kepimikiran
abstrak. Maka dalam pembelajaran fisika perlu mulai dari kejadian
kongkrit kemudian pada level lebih atas baru mulai dengan yang
abstrak.10
d. Doing Sciences
Doing Sciences menurut Bugliarello yang dikutip oleh Paul
Suparno adalah proses yang sesuai dengan metode ilmiah yang banyak
digunakan oleh para ahli fisika dalam menemukan hukum ataupun teori
fisika yang baru. Dengan doing sciences, dalam pembelajaran fisika,
peserta didik harus lebih banyak dihadapkan pada tindakan melakukan
percobaan dari pada membaca buku. Inilah yang menyebabkan
pembelajaran fisika menggunakan hands-on activities (kegiatan dengan
9 Ibid. hlm. 21. 10 Ibid, hlm. 33.
14
melakukan sesuatu). Peserta didik selalu aktif melakukan sesuatu kegiatan
nyata atau membuat suatu barang fisika.11
e. Less is more
Less is more artinya, dalam pembelajaran fisika, guru tidak
menekankan banyaknya bahan (bukan content oriented), sehingga peserta
didik terbelenggu dan malah tidak menguasai bahan itu secara mendalam.
Melainkan guru mengajarkan konsep yang penting saja, maka bahan fisika
dikurangi jumlahnya, tetapi dipelajari lebih mendalam.dengan demikian
peserta didik menjadi lebih kompeten. Bahan lain dapat didalami sendiri
setelah prinsip dan konsep dipegang. Dengan prinsip Less is more, peserta
didik tidak terbebani oleh banyaknya bahan yang dapat membuat mereka
posing dan stress. Akibatnya peserta dididk dapat lebih gembira dalam
mempelajari fisika. Dengan kegembiraan itu diharapkan mereka dapat
lebih menyukai fisika dan mempelajari lebih tekun.12
B. Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar
1. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah kegiatan atau kesibukan dalam sebuah proses
pendidikan.13
Menurut Paul B. Dierich dalam Nasution, aktivitas belajar adalah
kegiatan yang bersifat fisik maupun mental selama proses belajar.14 Kedua
aktivitas tersebut harus terkait, sehingga akan menghasilkan aktivitas belajar
yang optimal.
11Ibid, hlm.,49. 12 Ibid, hlm. 51-52. 13 Arnie Fajar, Portofolio dalam Pelajaran IPS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet.I,
hlm. 10 14 Nasution, Didaktik Asas - Asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara), hlm. 91
15
Menurut Soejono aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang
menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku maupun
kepribadian yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang
bersifat konstan dan berbekas 15. Aktivitas belajar akan terjadi pada peserta
didik apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori,
sehingga perilaku peserta didik berubah dari waktu sebelum dan sesudah
adanya situasi stimulus tersebut
Menurut Sardiman aktivitas belajar adalah berbuat, berbuat untuk
mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan.16 Inilah yang menjadikan
aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar -
mengajar.
Dengan demikian jelas bahwa dalam kegiatan belajar, peserta didik
harus aktif berbuat, atau dengan kata lain dalam belajar sangat membutuhkan
adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar tidak mungkin berlangsung dengan
baik.
Keaktifan peserta didik dapat dilihat dalam hal sebagai berikut :
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
b. Terlibat dalam pemecahan masalah
c. Bertanya kepada peserta didik lain atau guru bila tidak memahami
persoalan yang dihadapi
d. Berusaha mencari berbagai informasi untuk memecahkan masalah
e. Melaksanakan diskusi sesuai petunjuk guru
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil- hasil yang diperoleh
g. Melatih diri dalam memecahkan masalah yang sejenis
15 A G Soejono, Pendahuluan Dedaktif Metodik Umum (Bandung: Bina Karya, 1980), hlm.
63. 16 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2001), hlm. 93.
16
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya.17
Tentu saja kegiatan-kegiatan tersebut tidak terpisah satu dengan yang
lain. Seperti halnya dalam kegiatan motorik, terkandung kegiatan mental dan
disertai dengan perasaan tertentu.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar antara lain :
a. Aktivitas belajar peserta didik
1) Setiap peserta didik berpartisipasi dalam melaksanakan tugas
belajarnya melalui berbagai cara.
2) Peserta didik berani mengajukan pendapat
3) Antar peserta didik terjalin hubungan sosial dalam melaksanakan
kegiatan belajar.
4) Setiap peserta didik bisa mengomentari dan memberikan tanggapan
terhadap pendapat peserta didik yang lainnya.
Jadi dalam hal ini poin utamanya adalah keberanian dalam
mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang
ada pada peserta didik dalam proses belajar mengajar berperan penting.
Karena peserta didik yang berani mewujudkan minat akan menimbulkan
suatu kegiatan positif belajar aktif. Keberanian tersebut karena memang
direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui
diskusi kelompok, di mana peserta didik tanpa ragu-ragu mengeluarkan
pendapat.
b. Aktivitas guru mengajar
1) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya.
2) Guru mengusahakan sumber belajar yang diperlukan oleh peserta
didik.
17 Nana Sudjana, Dasar - Dasar Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004).
hlm. 81.
17
3) Guru mendorong motivasi belajar peserta didik melalui penghargaan
atau hukuman.
4) Guru menggunakan berbagai metode dan media pengajaran dalam
proses mengajarnya.
Dalam hal ini perlu ditekankan adanya usaha guru untuk
mendorong peserta dalam meningkatkan kegairahan serta partisipasi
peserta didik secara aktif dalam proses belajar - mengajar, misalnya
merangsang peserta didik untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat.
Guru juga harus mampu menjalankan perannya sebagai inovator dan
motivator, yaitu membuat terobosan pembelajaran baru yang menarik
minat dan motivasi peserta didik untuk lebih aktif.
Dalam proses pembelajaran, sikap demokratis seorang guru harus
dimunculkan, agar peserta didik merasa dihargai dan bebas berpikir. Guru
memberikan kebebasan pada peserta didik untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat, dengan begitu akan tercipta suasana belajar yang
aktif dalam memberi dan menerima.
c. Program belajar
1) Bahan pengajaran diperkaya dengan media dan alat Bantu.
2) Bahan pengajaran menantang peserta didik untuk melakukan aktivitas
belajar.
3) Lingkup bahan pengajaran sesuai dengan kemampuan peserta didik
dan mengacu kepada kurikulum yang berlaku.18
Hal yang terpenting adalah bahwa program konsep materi dan
tujuan pembelajaran harus memenuhi kebutuhan, minat, serta
kemampuan peserta didik. Dengan begitu peserta didik akan merasa
menikmati tahap demi tahap dalam proses pembelajaran. Peserta didik
tidak akan tertekan dengan kondisi akademik, yang menuntut serba
18 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 80.
18
berhasil. Jika peserta didik sudah dapat menikmati program pembelajaran,
maka secara otomatis akan menciptakan suasana meriah tetapi terkontrol
dan efektif.
d. Suasana belajar
1) Tercipta suasana belajar peserta didik yang bebas untuk melakukan
interaksi sosial dengan peserta didik lainnya yang disertai
pengawasan.
2) Terjalin hubungan sosial yang baik antara guru dan peserta didik.
3) Ada persaingan yang sehat antar kelompok belajar peserta didik.
4) Tercipta suasana belajar peserta didik yang menyenangkan dan
menggairahkan, bukan paksaan dari guru.
5) Dimungkinkan aktivitas belajar di luar kelas jika diperlukan.19
Dalam suasana belajar ini yang paling pokok adalah terjalinnya
komunikasi yang baik, sehat, hangat, bersahabat, antara guru dan peserta
didik maupun antar peserta didik sendiri dalam proses pembelajaran.
Dengan begitu tidak ada rasa sungkan dalam kerja kelompok ataupun
diskusi.
e. Sarana belajar
1) Berbagai sumber belajar tersedia dan dapat digunakan oleh peserta
didik.
2) Fleksibilitas pengaturan ruang dan tempat belajar.
3) Fleksibilitas waktu untuk melakukan aktivitas belajar.
4) Media dan alat bantu pengajaran tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh
peserta didik.20
Sarana belajar sangatlah penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu keberadaan sarana belajar menjadi hal
pokok yang menunjang terciptanya belajar aktif. Setiap sekolah wajib
19 Nana Sudjana, Op.Cit, hlm. 13. 20 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 197.
19
memberikan pelayanan sarana belajar yang memadai bagi peserta didik.
Namun pada kenyataanya banyak juga sekolah yang masih terkendala
dengan pengadaan sarana belajar. Problem ini biasanya dialami oleh
sekolah yang masih berada di pedesaan. Hal ini tentu menghambat
terciptanya suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.
3. Hasil Belajar
Menurut Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki peserta didik setelah menjalani proses belajar.21
Menurut Mulyono Abdurrahman, hasil belajar adalah merupakan
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.22
Kemampuan di sini adalah mampu memahami suatu ilmu pengetahuan yang
didapat dari lingkungan atau orang lain seperti halnya guru.
Menurut W.S Winkel hasil belajar adalah perbuatan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.23
Menurut Asep Jihad hasil belajar adalah segala sesuatu yang dimiliki
peserta didik sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan.24
Dari keempat pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik secara
nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan
pengajaran.
21 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 22.
22 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002), hlm. 37.
23 W. S. Winkel, Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Grasindo, 1994), Cet. 4, hlm. 51. 24 Asep Jihad,dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pessindo, 2009), hlm. 15.
20
Hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku meliputi bentuk
kemampuan yang menurut Taksonomi Bloom dan kawan-kawannya
diklasifikasi dalam 3 kemampuan (domain) yaitu : ranah kognitif (cognitive
domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor
domain).25 Adapun Taksonomi Bloom atau klasifikasi tersebut sebagai
berikut:
a. Cognitive Domain (ranah kognitif)
Ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat,
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut peserta
didik untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut.
Ranah kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar
yang berbeda-beda.26 Keenam tingkatan tersebut yaitu:
1) Mengingat, pada tahap ini menuntut peserta didik untuk mampu
mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya,
misalnya fakta, rumus, dan lain sebagianya.
2) Mengerti, pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan
kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah
diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini peserta didik
diharapkan menerjemahkan atau menyebut kembali yang telah
didengar dengan kata-kata sendiri.
3) Tingkat penerapan (Application), penerapan merupakan kemampuan
untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah dipelajari dalam
25 Sri Esti Wuryani D, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), Cet.3, hlm. 211. 26 Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2008), Cet. 1, hlm. 34-36.
21
situasi baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Menganalisis, analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,
memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen
suatu fakta, konsep pendapat, asumsi, hipotesis atau kesimpulan, dan
memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya
kontradiksi.
5) Menilai, pada tahap ini mengharapkan peserta didik mampu membuat
penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk
atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi di sini
lebih condong ke bentuk penilaian biasa daripada sistem evaluasi.
6) Mencipta atau kreasi, mencipta di sini diartikan sebagai kemampuan
peserta didik dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan
unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh.
b. Affective Domain (ranah afektif)
Peserta didik mampu melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat
pribadi terhadap hal-hal yang relatif sederhana tetapi bukan fakta, selain
itu peserta didik juga mampu memberikan respon yang melibatkan sikap
atau nilai yang telah mendalam di sanubarinya. Ranah afektif meliputi 5
tingkatan, meliputi:
1) Penerimaan, kesediaan peserta didik untuk memperhatikan rangsangan
atau stimulus (kegiatan kelas, musik, buku ajar)
2) Partisipasi, aktif berpatisipasi dalam suatu kegiatan. Pada tingkatan
ini, peserta didik tidak hanya menghadiri suatu kegiatan, tetapi juga
bereaksi terhadap sesuatu dengan beberapa cara.
3) Penilaian/penentuan sikap, meliputi kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian
itu.
22
4) Organisasi, kemampuan untuk membawa bersama-sama perbedaan
nilai, menyelesaikan konflik di antara nilai-nilai, dan mulai
membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
5) Pembentukan pola hidup, meliputi kemampuan untuk menghayati
nilai-nilai kehidupan sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi
pegangan dalam mengatur hidupnya dalam kurun waktu yang lama.27
c. Psychomotor Domain (ranah psikomotorik)
Ranah psikomotor berorientasi pada keterampilan motorik yang
berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang
memerlukan koordinasi antara syaraf dengan otot.28 Ranah psikomotorik
meliputi 4 kategori, meliputi:
1) Gerakan seluruh badan (gross body movemen), perilaku seseorang
dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara
menyeluruh.
2) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements), gerakan yang
dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indera
manusia dengan salah satu anggota badan.
3) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication), hal-hal yang
berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau
isyarat, misalnya; isyarat, dengan tangan, anggukan kepala,ekspresi
wajah dan lain-lain.
4) Kebolehan dalam berbicara (speech behaviors), hal-hal yang
berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan
lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara.
Perubahan salah satu atau ketiga domain yang disebabkan oleh
proses belajar dinamakan hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari ada
27 Sri Esti Wuryani D, Op.Cit, hlm. 215. 28 Martinis Yamin, Op.Cit, hlm. 44.
23
tidaknya perubahan ketiga domain tersebut yang dialami peserta didik
setelah menjalani proses belajar.29
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua
faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar. Adapun faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal
meliputi:30
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. Kondisi fisiologis umumnya sangat
berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Anak-anak yang
kurang gizi, kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak
kekurangan gizi, mereka cepat lelah, mudah mengantuk dan tidak
mudah menerima pelajaran.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang
dapat mempengaruhi proses belajar.31 Beberapa faktor psikologis
yang mempengaruhi proses belajar adalah:
a) Inteligensi
Menurut wechler dalam Dimyati, inteligensi adalah suatu
kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat
29 Asep Jihad, dkk, Op.Cit, hlm. 20 30Baharudin, Op. Cit. hlm. 19. 31 Ibid., hlm. 20.
24
bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan
lingkungan secara efisien.32
b) Perhatian
Menurut Ghazali dalam Slameto, perhatian adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju
kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.33
c) Minat
Hilgrad yang dikutip oleh Slameto memberi rumusan
tentang minat adalah sebagai berikut : “Interest is persisting
tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.34
d) Bakat
Di samping inteligensi, bakat merupakan faktor yang
besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang.
Secara umum bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang.35
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar pribadi
manusia atau berasal dari orang lain atau lingkungannya. Dalam hal ini
Muhibbin Syah menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang
empengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu:36
32 Dimyati, dkk., Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet.3, hlm.245 33 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), Cet.3, hlm.56 34 Ibid, hlm.57 35 Baharudin, Op. Cit, hlm. 25 36 Ibid., hlm. 26.
25
1) Lingkungan sosial
Faktor yang termasuk kedalam lingkungan sosial adalah
lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat dan
lingkungan sosial keluarga. Lingkungan sosial yang lebih baik banyak
mempengaruhi kegiatan belajar adalah lingkungan sosial keluarga.
2) Lingkungan nonsosial
Faktor yang termasuk kedalam lingkungan nonsosial adalah:
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas
dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, suasana yang
sejuk dan tenang.
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan menjadi dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar dan lain
sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-
peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
c) Faktor materi pelajaran (pelajaran yang diajarkan ke peserta didik).
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa,
begitu juga metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan peserta didik.
26
C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai sistem pengajaran
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan
sesama peserta didik untuk mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur.37
Dalam firman Allah telah dijelaskan :
...... (#θçΡ uρ$yès? uρ ’n?tã Îh�É9 ø9 $# 3“ uθø) −G9$# uρ ( Ÿωuρ (#θçΡ uρ$yès? ’ n?tã ÉΟ øOM} $# Èβ≡uρô‰ ãèø9 $#uρ 4 (#θà) ¨? $#uρ ©! $# ( ¨βÎ) ©! $#
߉ƒÏ‰ x© É>$s)Ïèø9 $# ∩⊄∪
.......dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah: 2) 38
Dalam pembelajaran tersebut, peserta didik dibiarkan belajar dalam
kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk menguasai
bahan.39
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama. Pembelajaran disusun dalam dalam sebuah usaha
untuk meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik
dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama peserta didik yang berbeda latar
belakangnya.40
37 Anita Lie, Cooperatif Learning Mempraktekkan Cooperatif Learning di ruang-ruang kelas,
(Jakarta : Grasindo, 2002), hlm. 12. 38 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung :CV J-ART, 2005),
hlm.107. 39 Paul Suparno, Op.Cit. hlm. 134. 40 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, ( Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2007 ), hlm. 52.
27
Dari penjelasan tersebut pembelajaran kooperatif dapat diartikan
sebagai model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan
atau tim kecil, antara lima sampai enam orang yang mempunyai latar
belakang berbeda untuk kerjasama dengan sesama peserta didik dalam
mengerjakan tugas-tugas terstruktur.
2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan antara lain
sebagai berikut :
a. Meningkatkan hasil belajar lewat kerjasama kelompok yang
memungkinkan peserta didik belajar satu sama lain. Kemajuan hasil belajar
menjadi tujuan utama, sehingga masing-masing peserta didik mendapatkan
hasil positif.
b. Merupakan alternatif terhadap belajar kompetitif yang sering membuat
peserta didik lemah menjadi minder. Dengan belajar ompetitif peserta didik
yang lemah akan sulit maju dan merasa kecil dibandingkan yang pandai.
Sedangkan dengan belajar bersama ini justru yang lemah dibantu untuk
maju.
c. Memajukan kerjasama kelompok antar manusia. Dengan belajar bersama,
hubungan antar peserta didik makin akrab dan kerjasama mereka akan
semakin lebih baik.
d. Bagi peserta didik yang mempunyai intelegensi interpersonal lebih tinggi,
cara belajar ini sangat cocok dan memajukan. Mereka lebih mudah
mengkonstruksi pengetahuan lewat bekerjasama dengan teman, belajar
bersama dengan teman, dari pada sendirian.41
41 Paul Suparno. Op.Cit. hlm. 135
28
3. Langkah- langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif.42
Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyiapkan tujuan dan memotivasi
Peserta didik
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
peserta didik belajar
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada
peserta didik dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan Peserta didik ke
dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada peserta
didik bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transaksi secara efisien
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru memberi cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
42 Trianto. Op.Cit. hlm. 48.
29
4. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai
berikut:
a. Membiasakan peserta didik bekerja sama menurut paham demokrasi,
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan sikap
musyawarah dan tanggung jawab.
b. Kesadaran akan adanya kelompok menimbulkan rasa kompetitif yang
sehat, sehingga membangkitkan kemauan belajar dengan sungguh-
sungguh.
c. Guru tidak perlu mengawasi masing-masing murid secara individual,
dengan memperhatikan kelompok saja atau ketua kelompoknya.
d. Membiasakan anggota-anggotanya untuk melaksanakan tugas kewajiban
sebagai warga yang patuh pada aturan.43
5. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Sama halnya dengan model pembelajaran yang lain, model
pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa kelemahan/hambatan dalam
penerapannya. Kelemahan dari pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut:
a. Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap peserta didik untuk bekerja
dalam tim
b. Memerlukan latihan agar peserta didik terbiasa belajar dalam tim
c. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan
pembahasan materi pelajaran, materi pelajaran harus dipilih sebaik-baiknya
agar sesuai dengan misi belajar kooperatif
d. Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda
43 Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah Harapan Masyarakat,
(Semarang : AKFI media, 2009), Cet 1, hlm. 27.
30
e. Memerlukan kemampuan khusus bagi guru untuk mengkaji berbagai teknik
pelaksanaan kooperatif.44
6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan tipe dari
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
peserta didik dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.45
Numbered Heads Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spencer
Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek suatu pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Model ini memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat.46 Selain itu, model ini juga mendorong peserta
didik untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Model ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia
peserta didik.
Menurut Anita Lie prosedur pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik dibagi dalam kelompok. Setiap peserta didik dalam kelompok
mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
d. Guru memanggil salah satu nomor. Peserta didik dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.47
44 Amari ma’ruf, Model Pembelajaran Pendidikan Islam di Madrasah, (Babakan : Amari
Press, 2009), hlm. 48. 45 Trianto, Op.Cit, hlm. 62. 46 Anita lie, Op.Cit, hlm. 59. 47 Ibid, hlm. 60.
31
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam
langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran
dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja
siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT.
b. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi peserta didik menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik.
Guru memberi nomor kepada setiap peserta didik dalam kelompok dan
nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial jenis kelamin dan
kemampuan belajar.
c. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap
peserta didik sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kelompok kerja
setiap peserta didik berpikir bersama untuk menggambarkan dan
menyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan
yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum.
d. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan peserta didik
dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban kepada peserta didik di kelas.
32
e. Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
f. Memberi penghargaan
Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata
pujian pada peserta didik dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada
kelompok yang hasil belajarnya lebih baik.
D. Hubungan antara Model Pembelajaran Kooperatif tipe (Numbered Heads
Together) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Fisika
Dalam pembelajaran Fisika menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), peserta didik terlibat secara
penuh dalam diskusi kelompok untuk dapat memecahkan masalah pada materi
fisika yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong peserta didik memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang keterkaitan yang dipelajari dan untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Model ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.48
Selain itu, model ini juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan
semangat kerjasama mereka. Model ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik.
Dengan menerapkan mata pelajaran akademik seperti mata pelajaran
fisika ke dalam tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan dalam
kehidupan sehari-hari, maka peserta didik harus aktif mengolah bahan,
mencerna, memikirkan, menganalisis, dan yang terpenting merangkumkannya
sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan peserta didik dalam
membangun pengetahuan mereka sendiri, mereka tidak akan mengerti apa-apa.
48 Ibid., hlm. 59.
33
Itulah sebabnya dalam suatu kelas setiap peserta didik dapat menangkap dan
mengerti lain tentang suatu bahan yang sama yang diajarkan guru.49
Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
peserta didik dapat tergali dan terlatih dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT). Sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar lewat kerjasama kelompok yang memungkinkan peserta didik belajar satu
sama lain. Kemajuan hasil belajar menjadi tujuan utama, sehingga masing-
masing peserta didik mendapat hasil yang positif.50 Karena indikator dari
aktivitas belajar peserta didik dapat tergali melalui proses pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang
meliputi menanggapi pertanyaan guru, memecahkan masalah atau soal,
bekerjsama dalam kelompok dan menganalisis masalah atau soal.
E. Materi Usaha dan Energi
Materi pokok usaha dan energi di tingkat SMP/MTs diajarkan pada
kelas VIII semester genap dengan standar kompetensi memahami peranan usaha,
gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi dasar menjelaskan
hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
1. Pengertian Usaha
Kata “usaha” dalam fisika memiliki arti khusus jika dibandingkan
dengan kata usaha dalam kehidupan sehari-hari. Dalam fisika usaha diartikan
sebagai gaya yang bekerja pada suatu benda sehingga benda itu mengalami
perpindahan.51 Usaha nihil jika gaya tidak menimbulkan perpindahan, usaha
dikatakan negatif apabila perpindahan benda berlawanan dengan arah gaya.
49 Paul Suparno, Op. Cit, hlm. 9. 50 Ibid., hlm. 135. 51 David Halliday, Robert Resnick, Fisika Jilid 1, (Jakarta : Erlangga, 1996), hlm. 176.
34
Usaha sering dikaitkan dengan kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk mencapai tujuan. Apakah tujuan tercapai atau tidak tercapai, maka tetap
dikatakan melakukan usaha dalam kehidupan sehari-hari berbeda dengan
konsep fisika. Jika sebuah benda bergerak dengan perpindahan sebesar s di
sepanjang garis lurus. Sementara benda bergerak, gaya konstan sebesar F
bekerja pada benda-benda tersebut dalam arah yang sama dengan arah
perpindahan. Definisi usaha (Work) W yang dilakukan oleh gaya konstan yang
bekerja pada benda dalam kondisi tersebut adalah :
W = F . s (2.1)
Usaha yang dikenakan pada benda akan lebih besar jika salah satu
dari gaya atau perpindahan s lebih besar. Satuan kerja dalam SI adalah joule.52
1 joule = 1 (newton) (1 meter) atau 1 J = 1 Nm
Satu joule (1 J) adalah usaha yang dilakukan oleh gaya sebesar 1 N
sehingga menyebabkan perpindahan benda yang dikenai gaya itu sejauh 1 m
searah gaya.
Perpindahan yang digunakan untuk menghitung usaha adalah
perpindahan selama gaya bekerja. Jika gaya tidak bekerja lagi namun benda
masih berpindah, perpindahan tanpa gaya tersebut tidak menghasilkan usaha.
a. Usaha dapat bernilai positif atau negatif
Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya tidak selalu nilainya positif.
Usaha bisa juga bernilai negatif, karena nilai usaha bergantung pada arah
gaya dan perpindahan benda yang dikenai gaya tersebut.
1) Jika perpindahan benda searah dengan gaya, benda mendapat usaha yag
bernilai positif.
2) Jika perpindahan benda berlawanan dengan arah gaya, benda mendapat
usaha yang bernilai negatif.
52 Young, hugh D, Fisika Universitas, (Jakarta : Erlangga, 2002), Jilid 1.hlm. 165.
35
b. Usaha oleh beberapa buah gaya
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan fenomena-
fenomena usaha, dimana usaha tersebut dilalui oleh beberapa gaya,
sehingga sebuah usaha yang dilalui oleh gaya lebih dari satu dapat dicari
dengan menggunakan penjumlahan gaya-gaya yang sama atau usaha yang
dilakukan oleh resultan gaya. Misalkan gaya-gaya F1, F2, dan F3 bekerja
pada benda sehingga benda berpindah sejauh s, maka dicari masing-masing
gaya;
W1 = F1 . s
W2 = F2 . s
W3 = F3 . s (2.2)
Maka usaha total (Usaha yang dilakukan oleh ketiga gaya tersebut)
W = W1 + W2 + W3 (2.3)
2. Pengertian Energi
Energi merupakan salah satu konsep yang penting dalam sains.
Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha.53
Satuan energi menurut SI adalah joule (J). Sebagai gambaran,
sebatang korek api yang terbakar seluruhnya mengeluarkan energi sekitar
2000 joule atau 2 kilojoule (2kJ), dimana 1 kj = 1000 joule
Untuk ukuran energi yang lebih besar digunakan satuan MJ (mega
joule). Satuan energi yang lain adalah erg, kalori dan kWh (kilowatthours).
Satuan kWh biasa digunakan untuk menyatakan besar energi listrik. Satuan
kalori biasanya digunakan untuk menyatakan energi kimia.
1 kalori = 4,2 joule
1 joule = 0,24 kalori
1 joule = 1 watt sekon.
53 Giancoli, FISIKA edisi kelima, (Jakarta : Erlangga, 2001 ), Jilid 1, hlm. 178.
36
Energi merupakan besaran yang kekal, artinya energi tidak dapat
dapat diciptakan dan dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari bentuk satu ke
bentuk yang lain.
a. Macam-macam bentuk energi
Energi dalam tubuh kita yang berasal dari makanan disebut energi
kimia. Energi yang digunakan pada pengisian aki berasal dari listrik
sehingga disebut energi listrik. Energi kimia dan listrik sering kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari, selain itu masih banyak bentuk energi yang
lain. Antara lain energi kalor, energi cahaya, dan energi bunyi.54
1) Energi kimia
Energi kimia diperoleh dari hasil pembakaran makanan bahan
bakar. Pembakaran makanan dalam tubuh kita menghasilkan energi
yang dapat kita gunakan untuk melaksanakan aktivitas. Contoh lain :
baterai untuk menyalakan cahaya.
2) Energi listrik
Energi listrik adalah energi yang dimiliki benda karena adanya
arus listrik, energi ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
keperluan, misalknya untuk menyalakan lampu, memanaskan setrika,
menyalakan TV, radio, tape, dan komputer dan lain-lain. Oleh karena
itu, energi listrik merupakan salah satu energi yang sangat penting.
3) Energi cahaya
Energi cahaya berasal dari benda yang memancarkan cahaya,
seperti lampu listrik, api, atau matahari. Makin terang suatu benda
(intensitas cahayanya makin tinggi) maka makin banyak energi cahaya
yang dipancarkannya. Energi ini sangat sulit untuk disimpan.
54 Mikrajuddin, dkk, IPA Terpadu SMP dan MTs untuk kelas VIII semester 2, (Jakarta:
Erlangga, 2006), hlm.31.
37
4) Energi kalor (panas)
Energi panas adalah energi yang dihasilkan oleh getaran
partikel-partikel dalam suatu benda. Makin cepat getaran atom-atom
makin besar energi kalor yang dimiliki benda. Salah satu bentuk energi
kalor adalah api.
5) Energi bunyi
Energi bunyi berasal dari suatu benda yang bergetar. Jika suatu
benda bergetar, partikel udara yang bersentuhan dengan benda tersebut
ikut bergetar. Getaran diteruskan keseluruh ruangan lewat partikel
udara. Energi bunyi adalah energi gerak yang dimiliki oleh partikel-
partikel udara yang bergetar, tanpa partikel udara energi bunyi tidak
ada.55
b. Perubahan bentuk-bentuk energi
Energi dapat berubah bentuk ke bentuk yang lain. Di alam ini
banyak terdapat berbagai bentuk energi, diantaranya energi listrik, energi
cahaya, energi kalor, energi bunyi, dan energi mekanik.
Jika kita perhatikan lingkungan di sekitar kita, banyak contoh
perubahan energi, antara lain sebagai berikut;
1) Energi listrik menjadi energi kalor, misalnya pada setrika listrik, solder
listrik, dan kompor listrik
2) Energi gerak menjadi energi kalor, misalnya pada tumbukan antara dua
benda dan pada peristiwa pengeboran
3) Energi kimia menjadi energi listrik, misalnya pada akumulator.
4) Energi gerak menjadi energi listrik, misalnya pada dinamo sepeda dan
kincir air pembangkit listrik.
5) Energi gerak menjadi energi bunyi, misalnya orang memukul beduk dan
memukul palu.
55 Ibid, hlm.32.
38
c. Hukum kekekalan energi
Sumber energi yang utama di bumi berasal dari matahari. Semua
makhluk hidup dapat melakukan aktivitasnya apabila mempunyai energi.
Sebagai contoh, usaha yang dilakukan merupakan perwujudan dari energi
yang dipindahkan dari orang (berasal dari energi kimia makanan),
sedangkan makanan dapat berasal dari tumbuhan atau hewan. Dari uraian
tersebut ternyata energi tidak berkurang dan tidak juga bertambah pada
proses apapun. Energi dapat dipindahkan dari satu benda ke benda lain,
serta energi tidak bisa diciptakan, dan tidak dapat dimusnahkan. Energi
hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Pernyataan ini
dikenal sebagai hukum kekekalan energi.56
d. Energi mekanik
Energi mekanik adalah energi yang dimiliki benda karena sifat
gerakannya. Energi mekanik terdiri dari energi potensial dan energi kinetik,
dan dirumuskan sebagai :
Em= Ep + Ek (2.4)
1) Energi potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena
letaknya atau kedudukannya terhadap suatu acuan atau patokan tertentu.
Sebagai contoh, sebuah batu yang terletak di pinggir meja memiliki
energi potensial yang berbeda dengan batu yang berada di lantai. Jika
diberi gaya, batu yang berada di pinggir meja akan jatuh. Batu yang
jatuh memiliki energi, jika makin tinggi letak batu terhadap lantai maka
makin besar energi potensial karena adanya pengaruh gaya gravitasi
bumi.57
56 Giancoli, Op.Cit, hlm. 198. 57 Mikrajuddin, Op.Cit, hlm. 35.
39
Dengan demikian energi potensial dirumuskan.
Ep = m. g. h (2.5)
di mana Ep = energi potensial (J), m = massa benda (kg), dan g =
percepatan gravitasi (m/s2), h = ketinggian benda (m)
2) Energi kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena
geraknya. Makin besar kecepatan benda bergerak, maka makin besar
energi kinetik yang dimilikinya. contohnya, pada saat batu di atas meja
batu memiliki energi potensial yang besar, setelah dijatuhkan, energi
potensial batu sesaat sebelum mengenai gelas mendekati nol, tetapi
energi geraknya ke bawah makin besar. Energi kinetik dirumuskan
sebagai :58
Ek = ½. m. v2 (2.6) dengan Ek = energi kinetik (J), m = massa benda (kg), dan v = kecepatan
benda (m/s)
Sedangkan energi mekanik dirumuskan :
E = Ek + Ep (2.7)
dengan E = energi mekanik, Ek = energi kinetik (J), Ep = energi
potensial (J).59
F. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
pada Materi Pokok Usaha dan Energi
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together dalam proses kegiatan belajar mengajar menciptakan suasana yang
mengharuskan peserta didik berperan aktif baik secara individu maupun
kelompok, sehingga dapat memaksimalkan pengetahuan tentang materi yang
diajarkan dan juga dapat membantu kelompoknya dalam memahami materi
58 David Halliday, Op.Cit, hlm. 186. 59 Giancoli, Op.Cit, hlm. 188.
40
tersebut agar semua peserta didik dalam kelompoknya memahami materi yang
dipelajarinya.
Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together pada mata pelajaran fisika khususnya materi pokok Usaha dan
Energi, diperlukan beberapa tahap pembelajaran. Berikut adalah salah satu
contoh tahap penerapannya :
a) Guru membuka pelajaran dengan memaparkan fenomena dalam kehidupan
sehari-hari tentang Usaha dan memberikan permasalahan kepada peserta
didik dalam bentuk pertanyaan yang berkaitan dengan Usaha, misalnya
“Pernahkah kalian mendorong meja di permukaan licin dan di permukaan
kasar”. Manakah yang membutuhkan gaya yang lebih besar? mengapa
demikian?
b) Guru memberikan respon dari jawaban peserta didik kemudian memberi
motivasi dalam bentuk pertanyaan untuk mencari fenomena lain yang
menunjukkan prinsip Usaha, misalnya “Apabila kita mengangkat batu
kemudian kita mengangkat kayu apa yang kita rasakan”. Mengapa
demikian? Kemudian guru meminta peserta didik untuk menanggapi
permasalahan yang telah diberikan.
c) Guru menyajikan materi pembelajaran pokok bahasan Usaha sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran.
d) Peserta didik dibagi menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 5-6 peserta didik,
setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor.
e) Guru membagi LKS yang berisi permasalahan-permasalahan yang terkait
dengan materi pokok Usaha dan energi, misalnya “Jika kamu mendorong
sebuah mobil yang menghalangi mobilmu yang akan keluar dari tempat
parkir. Ternyata mobil yang kamu dorong di rem sehingga sama sekali tidak
bergerak. Apakah kamu dapat dikatakan melakukan usaha terhadap mobil?
Berikan alasanmu?
f) Peserta didik melakukan diskusi kelompok sesuai petunjuk dalam LKS.
41
g) Guru menganjurkan agar peserta didik dalam kelompok dapat mengerjakan
bersama-sama sebagaimana aktivitas dalam pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together.
h) Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok.
i) Bila ada salah satu anggota yang kurang menguasai terhadap materi, maka
anggota yang lain merupakan tanggung jawab bagi kelompok tersebut untuk
menjelaskan kepada anggota yang belum faham tersebut.
j) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
k) Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyajikan
hasil diskusinya di depan kelas, dengan cara guru memanggil salah satu
nomor pada tiap-tiap kelompok, peserta didik dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka. Serta guru mempersilahkan dari
kelompok lain untuk bertanya kepada perwakilan kelompok yang sedang
menyajikan hasil diskusinya.
l) Setelah menyelesaikan permasalahan secara tuntas, guru bersama peserta
didik menyimpulkan hasil diskusi.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat
diterapkan pada materi pokok yang lain, tetapi tidak semua mata pelajaran dapat
diterapkan dengan kooperatif tipe Numbered Heads Together.
G. Kajian Penelitian Yang Relevan
Pada dasarnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan auto kritik
terhadap penelitian yang ada, mengenai kelebihan dan kekurangannya, sekaligus
sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu.
Beberapa penelitian yang sudah teruji kebenarannya di antaranya :
1. penelitian Muhammad Taufik, 2008, Mahasiswa FMIPA UNNES, dengan
judul skripsi "Pemberian Feedback dalam Pembelajaran Kooperatif Numbered
Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Fisika dan
42
Aktivitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Pekalongan." Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif NHT dengan
pemberian feedback yang dapat meningkatkan hasil belajar kognitif fisika dan
aktivitas siswa serta mengetahui peningkatan, baik hasil belajar kognitif
maupun aktivitas siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Pekalongan melalui
penerapan model pembelajaran tersebut. Model pembelajaran kooperatif NHT
dengan pemberian feedback diawali dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerja sama dalam memahami materi pelajaran, dilanjutkan
pemberian tes formatif pada setiap akhir pertemuan, dan menggunakan hasil
tes formatif tersebut sebagai dasar pemberian feedback kepada siswa. pada
pertemuan berikutnya. Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan, baik dari siklus I ke siklus II maupun dari siklus II ke siklus
III pada hasil belajar kognitif dan aktivitas siswa.60
2. Penelitian Ida Fathurrohmah, 2009, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah jurusan
Tadris fisika IAIN Walisongo Semarang dengan judul skripsi “Pengaruh
Penggunaan Model Pembelajaran kooperatif dengan Pendekatan Numbered
Head together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Pengukuran Siswa
kelas VII MTs Negeri Sumber Rembang”. Penelitian ini menggunakan model
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan NHT, dari hasil penelitian ini
didapatkan nilai awal pada kelas eksperimen sebesar 35,69 dan nilai akhir
sebesar 60,39. Sedangkan nilai tes awal kelas kontrol sebesar 33,56 dan nilai
tes akhir 53,88. Dari nilai hasil tes diketahui nilai hitungt = 2,302 dan nilai
tabelt = 1,67. Karena terhitung lebih besar dari tabelt maka dapat disimpulkan
kelas eksperimen (yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan
60 Muhammad Taufik,"Pemberian Feedback dalam Pembelajaran Kooperatif Numbered
Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Fisika dan Aktivitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Pekalongan", Skripsi Program Pendidikan Fisika, Fakultas FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2008
43
pendekatan NHT) lebih baik dari pada kelas kontrol (yang tidak menggunakan
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan NHT).61
Dalam penelitian skripsi ini terfokus pada aktivitas belajar dan hasil
belajar yang dihadapi peserta didik dalam belajar mata pelajaran fisika yang
didalamnya ada materi usaha dan energi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Ida Fathurrohamah menandakan bahwa penelitian mempunyai kesamaan dalam
hal model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together. Dan terlepas dari obyek penelitian, peneliti juga memiliki
perbedaan yang lain yaitu dalam penelitian ini masalah yang dihadapi peserta
didik adalah masih rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Ida Fathurrohmah adalah masih rendahnya hasil
belajar peserta didik.
H. Rumusan Hipotesis
Dalam penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis bahwa terdapat
peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-B Semester
genap MTs NU 20 Kangkung Kendal tahun ajaran 2009/2010 pada materi pokok
usaha dan energi setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together.
61 Ida Fathurrohmah, “Penggaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan
Pendekatan Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Pengukuran Siswa Kelas VII MTs Negeri Sumber Rembang”, Skripsi Jurusan Tadris Fisika, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering
disebut Classroom Action Research. Di mana merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.1 Karakteristik penelitian tindakan
kelas antara lain adalah sebagai berikut.2
1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional
2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya
3. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi
4. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional
5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui proses
pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap seperti gambar 3.1.
Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan PTK
1. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, dengan
tiap siklus terdiri atas 4 tahapan yaitu : Planning (perencanaan), Action
(tindakan), Observation (pengamatan), Reflection (refleksi). Tahapan pada
tiap siklusnya diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cetakan Ketujuh, hlm. 3.
2 Zaenal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Yrama Widya, 2008), Cetakan keempat, hlm. 16.
PERENCANAAN
TINDAKAN OBSERVASI REFLEKSI
45
a. Planning (perencanaan),
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Observasi awal, mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan
guru mata pelajaran kemudian merumuskan masalah.
2) Menyusun skenario model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together, dengan menyusun perangkat pembelajaran antara lain:
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan Lembar Kerja Siswa
yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran.
3) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis berbentuk soal pilihan
ganda yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif peserta
didik.
4) Menyusun lembar observasi untuk penilaian aktivitas belajar peserta
didik. Lembar observasi aktivitas yang digunakan berbentuk skala
bertingkat, yaitu sebuah pernyataan yang diikuti kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan penskoran dengan kriteria yang sudah
ditetapkan.
b. Action (tindakan)
Pelaksanaan tindakan berupa penerapan rencana pembelajaran pada
materi pokok Usaha dan Energi dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar peserta didik.
c. Observation (pengamatan)
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua
hal yang terjadi pada waktu proses dari penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
data kualitatif yang terdiri dari data tentang aktivitas peserta didik dan data
hasil belajar kognitif peserta didik.
46
d. Reflection (refleksi)
Refleksi merupakan kegiatan yang berkenaan dengan proses dan
dampak tindakan perbaikan yang dilakukan. Dari hasil observasi atau
pengamatan, peneliti merefleksi apakah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta
didik. Jika pelaksanaan siklus I tidak tuntas berdasarkan indikator
keberhasilan, maka dilaksanakan siklus berikutnya sampai indikator
keberhasilan tercapai.
Kemudian hasil analisis data siklus I digunakan sebagai refleksi
untuk perbaikan pada siklus II. Secara lebih rinci prosedur berdaur
pelaksanaan PTK ini dapat digambarkan sebagai berikut.3
3 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 74.
47
Gambar 3.2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi
dengan guru mata pelajaran IPA yaitu Dewi Sinta, S.Pd. Adapun langkah-
langkah dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
Permasalahan :
• Pembelajaran monoton berpusat pada guru/ ceramah, kurang melibatkan peserta didik.
• Keaktifan peserta didik rendah
• Hasil belajar belum optimal
Perencanaan I :
Perumusan pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (membuat perangkat pembelajaran)
Pelaksanaan I :
Pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik.
Pengamatan I :
Pengamatan dan perekaman seluruh proses belajar mengajar oleh peneliti, kemudian dievaluasi untuk dijadikan landasan refleksi 1
Analisis Data I :
Menganalisis data hasil tes siklus 1 dan lembar observasi aktivitas belajar peserta didik
Refleksi 1 :
• Peserta didik mulai beradaptasi dengan model pembelajaran yang dilaksanakan
• Pemberian motivasi • Pembimbingan secara merata
SIK
LU
S I
Perencanaan II :
Perumusan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik
Pelaksanaan II :
Pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together disertai perbaikan untuk mengantisipasi hambatan yang teridentifikasi pada siklus I
Pengamatan II :
Pengamatan seluruh proses belajar mengajar oleh peneliti, kemudian dievaluasi untuk dijadikan landasan refleksi II.
Analisis Data II :
Menganalisis data hasil tes siklus II dan lembar observasi aktivitas belajar peserta didik
Refleksi II :
• Peserta didik telah beradaptasi dengan model pembelajaran yang dilaksanakan
• Indikator keberhasilan penelitian tercapai
Belum terselesaikan
SIK
LU
S I
I
Terselesaikan
48
a. Pra Siklus
Pada pelaksanaan pra siklus ini peneliti belum memberikan metode
yang akan ditawarkan pada guru mata pelajaran sehingga pembelajaran
yang digunakan masih murni belum tercampur oleh peneliti, guru masih
menggunakan metode konvensional yaitu belum menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together yang akan
ditawarkan oleh peneliti dengan hasil belajar para peserta didik yang
diperoleh dari semester sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk
membandingkan keberhasilan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus I dan
siklus II.
b. Siklus I
Siklus I dari penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan
menggunakan model pembelajaran kooperati tipe Numbered Heads
Together pada materi pokok Usaha dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran
dan pertemuan berikutnya dilakukan evaluasi siklus I dengan alokasi waktu
1 jam pelajaran dengan tahapan sebagai berikut :
1) Perencanaan
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah:
a) Melakukan observasi awal dengan melakukan tanya jawab kepada
peserta didik dan guru mata pelajaran IPA kelas VIII-B MTs NU 20
Kangkung Kendal untuk mengidentifikasi masalah. Hasil wawancara
peserta didik yaitu dengan pertayaan “Selama ini dalam kegiatan
pembelajaran bagaimana cara guru mengajar?”
Latifatul Ikhsaniyah menyatakan:
“Yang saya alami selama ini guru-guru mengajarnya hanya ceramah, setelah itu disuruh mengerjakan latihan soal di LKS”4
4 Wawancara dengan peserta didik yang bernama Latifatul Ikhsaiyah kelasVIII-B MTs NU
20 Kangkung Kendal, hari sabtu 28 November 2009
49
Disamping itu peserta didik yang bernama Abdul Kohar
menyatakan:
“Pelajaran fisika sulit apalagi dalam proses pembelajaran guru hanya ceramah kadang-kadang sambil cerita sehingga waktu terbuang percuma mengakibatkan kami malah tidak faham”5
Hasil wawancara dengan guru IPA kelas VIII-B MTs NU 20
Kangkung Kendal yaitu dengan pertanyaan : “Apakah selama ini
anda dalam mengajar pernah menggunakan model ataupun metode
selain ceramah?”
Dewi sinta, S.Pd. menyatakan :
“Belum pernah, dikarenakan peserta didik sulit untuk diajak belajar secara aktif ditandai dengan (1) Apabila guru mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan
umpan balik, peserta didik cenderung tidak merespon. (2) Apabila guru memberi kesempatan bertanya tentang materi
pelajaran, pada umumnya peserta didik tidak memanfaatkannya.
(3) Peserta didik hanya mau menjawab pertanyaan guru bila ditunjuk, itupun tidak semua peserta didik.6
b) Menyiapkan materi Usaha dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together. Materi tersebut di informasikan
kepada peserta didik.
c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada materi yang telah
disiapkan, dan diserahkan kepada guru agar dipelajari sesuai yang
dikehendaki oleh peneliti.
d) Menyusun lembar kerja siswa (LKS) materi usaha sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk
mengembangkan aktivitas belajar peserta didik
5 Wawancara dengan peserta didik yang bernama Abdul Kohar kelasVIII-B MTs NU 20
Kangkung Kendal, hari sabtu 28 November 2009 6 Wawancara, Guru IPA MTs NU 20 Kangkung Kendal, hari sabtu tanggal 28 November
2009
50
e) Menyusun soal post test yang digunakan untuk mengetahui hasil
belajar kognitif
f) Menyusun lembar penilaian yang berisi kriteria penskoran aktivitas
yang akan dikembangkan
g) Menyusun lembar observasi berupa lembar aktivitas belajar yang
akan digunakan untuk menilai kegiatan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
2) Pelaksanaan
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah guru
melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan dengan
kegiatan sebagai berikut:
a) Guru membuka pelajaran dengan menyampaikan apersepsi dan
memberi motivasi kepada peserta didik. Peneliti bertindak sebagai
pengamat
b) Guru menyajikan materi pembelajaran pokok bahasan Usaha sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
c) Guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik) dan
mengatur tempat duduk peserta didik agar setiap anggota kelompok
dapat saling bertatap muka, setiap peserta didik dalam setiap
kelompok mendapat nomor.
d) Guru memberikan satu permasalahan kepada setiap kelompok.
e) Guru menganjurkan agar peserta didik dalam kelompok dapat
mengerjakan bersama-sama sebagaimana aktivitas dalam
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
f) Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok.
g) Bila ada salah satu anggota yang kurang menguasai terhadap materi,
maka anggota yang lain merupakan tanggung jawab bagi kelompok
tersebut untuk menjelaskan kepada anggota yang belum faham
tersebut.
51
h) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
i) Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk
menyajikan hasil diskusinya didepan kelas, dengan cara guru
memanggil salah satu nomor pada tiap-tiap kelompok, peserta didik
dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
Serta guru mempersilahkan dari kelompok lain untuk bertanya
kepada perwakilan kelompok yang sedang menyajikan hasil
diskusinya. Sedangkan guru bertindak sebagai narasumber atau
fasilitator jika diperlukan.
j) Setelah menyelesaikan permasalahan secara tuntas, guru memberikan
kesimpulan tentang materi usaha.
k) Guru memberikan soal secara individu kepada peserta didik untuk
dikerjakan.
l) Pada saat yang bersamaan pengamat melakukan observasi terhadap
aktivitas belajar peserta didik.
3) Pengamatan
Guru beserta peneliti mengamati aktivitas belajar peserta didik
pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
lembar observasi yang telah di buat oleh peneliti.
4) Refleksi
Semua data yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan dan
proses observasi dikumpulkan dan dianalisis serta dievaluasi oleh guru
dan peneliti untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang
dilakukan. Hasil refleksi ini dijadikan acuan untuk memperbaiki
kinerja dan melakukan revisi terhadap perencanaan yang akan
dilaksanakan pada siklus berikutnya. Hasil refleksi siklus I terdapat
beberapa kelemahan diantaranya :
52
a) Waktu untuk kegiatan pembelajaran menjadi berkurang, banyak
peserta didik yang terlambat masuk kelas karena pelajaran dimulai
setelah jam istirahat.
b) Diskusi kelompok belum berjalan maksimal, peserta didik masih
bingung dengan model pemelajaran yang diberikan guru dan
peserta didik masih pilih-pilih teman dalam kelompoknya sehingga
dalam diskusi masih bersifat individu, hanya 2 atau 3 orang saja
yang melakukan diskusi.
c) Masih banyak peserta didik yang bergurau karena guru jarang
berkeliling mengawasi jalannya pembelajaran.
d) Peserta didik masih malu untuk bertanya, mengungkapkan
pendapat, dan menyanggah pendapat temannya.
c. Siklus II
1) Perencanaan
a) Penyempurnaan siklus I dalam merumuskan tindakan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada siklus II.
b) Menyiapkan materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together. Materi tersebut di informasikan kepada
peserta didik.
c) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran pelajaran fisika
pada materi Energi yang disesuaikan dengan hasil refleksi pada
siklus I sebagai perbaikan untuk siklus II.
d) Menyiapkan lembar observasi, alat dokumentasi, lembar refleksi
dan evaluasi.
e) Menyusun lembar kerja siswa.
f) Menyusun soal tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif peserta
didik.
53
2) Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu berdasarkan
observasi atau refleksi siklus I yaitu guru melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan dengan kegiatan sebagai
berikut:
a) Sebelum pembelajaran dimulai guru memastikan semua peserta
didik sudah masuk kelas dan tidak ada peserta didik yang terlambat.
b) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tugas
yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat, jelas dan
penuh suasana.
c) Guru membuka pelajaran dengan menyampaikan apersepsi dan
memberi motivasi kepada peserta didik.
d) Guru menyajikan materi pembelajaran pokok bahasan Energi sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
e) Guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik)
sesuai dengan kelompok pada siklus I dan memindah tempat duduk
kelompok yang semula di belakang ke depan, setiap peserta didik
dalam setiap kelompok mendapat nomor.
f) Guru memberikan satu permasalahan kepada setiap kelompok.
g) Guru menganjurkan agar peserta didik dalam kelompok dapat
mengerjakan bersama-sama sebagaimana aktivitas dalam
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
h) Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok.
i) Bila ada salah satu anggota yang kurang menguasai terhadap
materi, maka anggota yang lain merupakan tanggung jawab bagi
kelompok tersebut untuk menjelaskan kepada anggota yang belum
faham tersebut.
54
j) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
k) Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk
menyajikan hasil diskusinya didepan kelas, dengan cara guru
memanggil salah satu nomor pada tiap-tiap kelompok, peserta
didik dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama
mereka. Serta guru mempersilahkan dari kelompok lain untuk
bertanya kepada perwakilan kelompok yang sedang menyajikan
hasil diskusinya. Sedangkan guru bertindak sebagai narasumber
atau fasilitator jika diperlukan.
l) Setelah menyelesaikan permasalahan secara tuntas, guru
memberikan kesimpulan tentang materi Energi.
m) Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada
peserta didik dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok
yang hasil belajarnya lebih baik.
n) Guru memberikan soal secara individu kepada peserta didik untuk
dikerjakan.
o) Pada saat yang bersamaan pengamat melakukan observasi terhadap
aktivitas belajar peserta didik.
3) Pengamatan
Guru beserta peneliti mengamati aktivitas belajar peserta didik
pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
lembar observasi yang telah di buat oleh peneliti.
4) Refleksi
Hasil dari analisis pengamatan aktivitas belajar Pada siklus II
peserta didik semakin aktif dalam kegiatan pembelajaran. Batas
ketuntasan belajar telah mencapai kriteria yang ditetapkan. Beberapa
kekurangan yang masih terjadi pada siklus II antara lain faktor
psikologi individu masing-masing peserta didik yang berbeda
55
sehingga ada peserta didik yang aktif dan pasif saat pembelajaran
berlangsung. Kelemahan dapat dijadikan masukan kepada guru untuk
lebih memperhatikan peserta didik yang masih pasif. Seperti pada
siklus I, pembahasan yang diuraikan disini didasarkan atas hasil
refleksi diri. Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan
pembelajaran dan pemberian tes di akhir kegiatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTs NU 20 Kangkung
Kendal yang beralamat di Jl. KH. Utsman Kangkung Kendal pada tanggal 11
Mei sampai 26 Mei 2010. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender
akademik sekolah dan silabus pembelajaran mata pelajaran fisika kelas VIII-B
semester genap. Subjek pelaku tindakan adalah guru IPA kelas VIII-B MTs NU
20 Kangkung Kendal dibantu oleh peneliti.
Sedangkan subjek penerima tindakan adalah peserta didik kelas VIII-B
MTs NU 20 Kangkung Kendal yang berjumlah 41 peserta didik yang terdiri dari
17 peserta didik putra dan 24 peserta didik putri.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Lembar Observasi
Pengamatan ini menggunakan lembar observasi untuk mengamati
keaktifan atau partisipasi peserta didik dalam proses kegiatan belajar-
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together.
Lembar observasi yang digunakan adalah lembar aktivitas belajar skala
bertingkat dengan rentang skor dari 1 sampai dengan 4 yang meliputi 4 aspek
pengamatan yaitu menanggapi, memecahkan masalah/soal, kerja sama dalam
kelompok, dan menganalisis. Bentuk lembar observasinya seperti berikut :
56
No Indikator Sub Indikator Skor 1 Menanggapi
pertanyaan guru � Menanggapi pertanyaan dari guru dan
menjawab pertanyaan dengan benar. � Menanggapi pertanyaan dari guru dan
menjawab pertanyaan mendekati benar.
� Menanggapi pertanyaan dari guru dan menjawab pertanyaan salah.
� Tidak menaggapi dan tidak menjawab pertanyaan.
4
3 2
1
2 Mengerjakan soal
� Dapat mengerjakan soal secara sistematis dan benar.
� Dapat mengerjakan soal secara sistematis dan mendekati benar.
� Dapat mengerjakan soal secara tidak sistematis dan salah.
� Tidak mau mengerjakan soal.
4 3 2 1
3 Bekerjasama � Bekerjasama dengan semua anggota kelompok.
� Bekerjasama dengan 4-3 orang anggota kelompok.
� Bekerjasama dengan 2-1 orang anggota kelompok.
� Tidak mau bekerjasama dengan anggota kelompok.
4 3 2 1
4 Menganalisis permasalahan
� Dapat menganalisis permasalahan secara menyeluruh dan benar.
� Dapat menganalisis permasalahan tidak menyeluruh dan benar.
� Dapat menganalisis permasalahan tidak menyeluruh dan salah.
� Tidak mau menganalisis permasalahan.
4
3
2
1
Kriteria skor aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut :
Skor Kategori 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang
57
Kriteria penilaian aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut :
Nilai Kategori 81-100 Sangat baik 61-80 Baik 41-60 Cukup 20-40 Kurang
2. Tes
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyan-pertanyaan yang diberikan
kepada peserta didik untuk mendapat jawaban dari peserta didik dalam bentuk
lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis) atau dalam bentuk
perbuatan (tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan
mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil belajar kognitif yang
berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pengajaran.7 Selain itu tes dapat digunakan sebagai berikut :
a) Untuk menentukan seberapa baik peserta didik telah menguasai bahan
pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu.
b) Untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai.
c) Untuk memperoleh suatu nilai.8
Tes ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif peserta
didik kelas VIII-B pada materi pokok Usaha dan Energi. Bentuk tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk pilihan ganda,
dengan empat alternatif jawaban dengan jumlah soal 20. Adapun contoh tes
dapat dilihat pada lampiran.
7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Rosda Karya, 1999),
Cet. 6, hlm. 35 8 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001),
hlm. 149.
58
D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII-B
MTs NU 20 Kangkung Kendal semeseter genap tahun ajaran 2009/2010.
2. Metode pengambilan Data
Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.9 Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang dokumentasi pembelajaran di
MTs NU 20 Kangkung Kendal yang dibutuhkan dalam penelitian ini, di
antaranya : foto pembelajaran, daftar nama peserta didik, dan daftar nilai
peserta didik.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis
dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung.10 Dalam mengggunakan metode observasi cara yang paling
efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan
sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian
atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dari peneliti
berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi
9_____, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineke Cipta,
2006),Edisi Revisi VI, hlm. 231. 10 M.Ngalim Purwanto,MP, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 1997), Cet VIII, hlm. 149.
59
bukanlah sekadar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan
kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.11
Metode ini menggunakan lembar observasi untuk mengamati
keaktifan atau partisipasi peserta didik dalam proses kegiatan belajar-
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together.
c. Metode Tes
Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.12 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil
belajar kognitif peserta didik setelah menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together. Dalam metode tes ini,
digunakan tes tertulis pilihan ganda, yaitu bentuk pilihan dengan empat
alternatif jawaban dengan jumlah soal 20.
3. Validitas dan Reabilitas Instrumen Tes
a. Valididas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa
Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”13. Untuk menghitung
validitas butir soal digunakan rumus :
Product Moment
})({})({
))((2222
∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑−−
−=
yyNxxN
yxxyNrxy (3.1)
11 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 229. 12 M.Ngalim Purwanto,MP, Op.Cit, hlm. 150.
13 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Op.Cit, hlm. 65
60
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi item soal
N : Banyaknya peserta tes
X : Jumlah skor item
Y : Jumlah skor total 14
Kriteria rxy adalah sebagai berikut :
0,00 < rxy < 0,20 sangat rendah
0,20 < rxy < 0,40 rendah
0,40 < rxy < 0,60 cukup
0,60 < rxy < 0,80 tinggi
0,80 < rxy < 1,00 sangat tinggi
Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan table kritis r product
moment, dengan taraf signifikan 5 % jika harga rxy maka tes tersebut valid
b. Realibilitas
Reliabilitas menunjuk suatu pengetian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan dikatakan mempunya taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap. Maka pengertian realibilitas tes, berhubungan dengan masalah
ketetapan hasil tes15. Analisis reliabilitas tes pada penelitian ini
menggunakan rumus Hyot:
r
s
V
Vr −=111 atau
r
s
r
r
V
V
V
Vr −=11 (3.2)
Keterangan:
r11 : Realibilitas seluruh soal
rV : Varians Responden
14 Ibid, hlm. 72 15 Ibid, hlm. 86
61
sV : Varians Sisa16
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
0,00 < rxy < 0,20 : sangat rendah
0,20 < rxy < 0,40 : Rendah
0,40 < rxy < 0,60 : Sedang
0,60 < rxy < 0,80 : Tinggi
0,80 < rxy < 1,00 : Sangat tinggi
Kriteria pengujian realibilitas tes yaitu setelah didapat r11 tersebut,
harga r11 dibandingkan dengan harga r Product moment pada table,
jika rhitung > rtabel maka item yang dicobakan reliabel
E. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan
data kualitatif. Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan berupa analisis
kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui tes
dan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi. Langkah-langkah analisis
data adalah sebagai berikut:
1. Data hasil tes kognitif
Penilaian aspek kognitif peserta didik diambil melalui tes evaluasi
peserta didik pada akhir pembelajaran setiap siklus. Tes evaluasi peserta didik
yaitu berupa tes pilihan ganda. Dari data hasil tes peserta didik pada tiap
siklus akan diketahui hasil ketuntasan belajar peserta didik dengan rumus:17
100xSoalBanyaknya
benarjawabanBanyaknyaakhirNilai = (3.4)
16 Ibid, hlm. 104
17 Asep Jihad,dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pessindo, 2009), hlm. 166.
62
2. Data hasil observasi
Dalam pemberian skor untuk lembar observasi aktivitas belajar peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran digunakan skala bertingkat dengan
rentang dari 1 sampai dengan 4. Dengan demikian hasil observasi proses
pembelajaran adalah dengan menghitung jumlah skor pengamatan. Adapun
rumus yang digunakan untuk menghitung adalah sebagai berikut:18
100xmaksimumSkor
didikpesertatotalSkorNilai = (3.5)
Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran oleh guru adalah
sebagai berikut:
0 – 20 : Gagal
20 – 40 : Kurang
41 – 60 : Cukup
61 – 80 : Baik
81 – 100 : Sangat Baik
3. Analisis ketuntasan tes hasil belajar
Analisis ketuntasan tes hasil belajar peserta didik bertujuan untuk
mengetahui tingkat ketuntasan belajar peserta didik yang diperoleh tiap siklus.
Peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 60 dinyatakan mengalami
kesulitan belajar dan peserta didik yang memperoleh nilai lebih dari atau sama
dengan 60 dinyatakan telah tuntas belajar.
Untuk mengukur ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus :
%100xsiswajumlah
belajartuntasyangsiswajumlahsiswabelajarklasikalKetuntasan = (3.6)
18 Ibid., hlm. 125.
63
F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam pembelajaran ini tercermin dengan
adanya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik di setiap
siklusnya ditandai dengan :
1. Semua peserta didik ikut terlibat dalam kegiatan kelompoknya.
2. Banyaknya peserta didik yang berani bertanya lebih dari 4 orang.
3. Nilai aktivitas belajar peserta didik lebih dari 60 dengan persentase
ketuntasan klasikal lebih dari 75%.19
4. Rata-rata nilai hasil belajar kognitif peserta didik lebih dari 60 dengan
persentase ketuntasan klasikal belajar lebih dari 85%.20
19 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (PT : Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 101. 20 Ibid, hlm. 99
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal Sebelum Tindakan (Pra Siklus)
Pada tahap sebelum tindakan ini yang dilakukan oleh peneliti berupa
pendokumentasian daftar nama dan melihat proses pembelajaran di dalam
kelas. Menurut salah seorang peserta didik, selama ini kegiatan pembelajaran
di dalam kelas hanya menggunakan metode ceramah, tidak pernah diskusi.
Dari kegiatan ini didapati peserta didiknya kurang antusias mengikuti proses
pembelajaran. Hal ini diperkuat pernyataan Dewi Sinta, S.Pd selaku guru IPA
kelas VIII-B MTs NU 20 Kangkung Kendal, bahwa selama ini proses
pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Alasannya sederhana,
karena sangat sulit mengajak peran aktif peserta didik. Kondisi seperti ini
didukung oleh hasil nilai tes ulangan peserta didik pada materi pokok sebelum
penelitian. Adapun hasil analisis nilai tes yang dialami peserta didik adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Hasil Analisis Nilai Awal Peserta didik
Hasil belajar kognitif Peserta didik Nilai Awal
Jumlah peserta didik tuntas belajar
Jumlah peserta didik tidak tuntas belajar
Rata-rata nilai peserta didik
Persentase ketuntasan
18
23
51,98
43,90%
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil nilai tes
ulangan peserta didik masih rendah, nilai rata-rata sebesar 51,98 dan
ketuntasan klasikal sebesar 43,90 %. Hal ini masih di bawah target yang
ditetapkan yaitu 60 dan ketuntasan hasil belajar klasikal masih di bawah
65
ketuntasan hasil belajar klasikal yang diharapkan yaitu 85 %. Rendahnya hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran fisika sebelum tindakan (pra siklus)
menunjukkan bahwa strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat
dikarenakan proses belajar-mengajar masih didominasi oleh guru, peserta
didik hanya duduk diam mendengarkan penjelasan materi pembelajaran yang
disampaikan. Peserta didik tidak pernah melakukan diskusi atau bertukar
pendapat sehingga menyebabkan rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar
peserta didik. Dengan berbekal evaluasi itulah, peneliti membuat perubahan
dalam sistem mengajar agar aktivitas dan hasil belajar peserta didik
meningkat. Adapun desain pembelajarannya adalah dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
2. Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan dalam siklus I terdiri atas:
1) Menyusun skenario pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam kegiatan belajar
mengajar, penyusunan RPP tersebut dikonsultasikan dengan guru IPA
sebagai kolaborator dengan menerapkan pembelajaran Kooperatif tipe
Numbered Heads Together.
2) Menyusun lembar kerja siswa (LKS) sebagai pedoman diskusi
kelompok.
3) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas belajar peserta
didik.
4) Menyusun tes evaluasi siklus I dengan memperhatikan indikator
pembelajaran siklus I.
b. Pelaksanaan tindakan
Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa dan Rabu, tanggal 11 s.d.
12 Mei 2010. Pada pembelajaran pertama dilaksanakan selama 80 menit,
66
mulai pukul 10.00 – 11.20 WIB. Pada awal pembelajaran, guru
menjelaskan terlebih dahulu tujuan pembelajaran. Pada saat bersamaan,
ada beberapa peserta didik yang terlambat masuk kelas dikarenakan
pelajaran dimulai setelah jam istirahat. Sehingga guru harus mengulang
lagi penjelasan tujuan pembelajaran.
Guru memulai pembelajaran dengan memberi apersepsi kepada
peserta didik yang berkaitan dengan materi Usaha dengan memberi
pertanyaan yaitu “Pernahkah kalian mendorong meja di permukaan licin
dan di permukaan kasar? Manakah yang membutuhkan gaya yang lebih
besar? Mengapa demikian?” Kemudian peserta didik secara bergantian
menjawab, “Pernah.” Kemudian salah satu peserta didik menjawab,
”tidak pernah”, “karena kalau akan memindah meja diangkat tidak
didorong”. Sementara yang lain menjawab, “pernah”, meja yang ada di
permukaan licin akan terasa ringan, sedangkan meja yang ada di
permukaan kasar akan terasa berat. Namun demikian, mayoritas peserta
didik belum tahu alasannya. Hal ini dikarenakan peserta didik terbiasa
menerima materi tanpa diajak berfikir aktif.
Kemudian guru memberi respon dari jawaban peserta didik dan
memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi Usaha, yaitu
“Apabila kita mengangkat batu kemudian kita mengangkat kayu apa yang
kita rasakan? Mengapa demikian?” Kemudian guru meminta peserta
didik untuk menanggapi permasalahan yang telah diberikan. Peserta didik
ada yang menanggapi dengan menjawab, “sama berat” kemudian ada
salah satu peserta didik yang menjawab, “tergantung besar kecilnya batu
dan kayu, semakin besar batu dan kayu maka kita akan terasa berat usaha
yang kita lakukanpun semakin besar”.
Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 8 kelompok secara
heterogen yang beranggotakan 5-6 peserta didik dan tiap peserta didik
mendapat nomor urut dalam kelompok. Dalam kelompok tersebut
67
diharapkan peserta didik yang pandai membantu temannya yang kurang.
Pembagian kelompok berdasarkan nomor urut absen daftar hadir. Guru
meminta peserta didik mengatur tempat duduk secara berkelompok. Pada
saat guru meminta peserta didik duduk berdampingan, suasana kelas
sangat gaduh karena peserta didik masih banyak yang masih pilih-pilih
teman dalam kelompok. Akhirnya dengan bujukan dan pengertian dari
guru, peserta didik mau duduk berdampingan.
Guru menjelaskan tentang materi Usaha khususnya tentang Usaha
dapat bernilai positif atau negatif dan Usaha oleh beberapa buah gaya,
dan daya. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk melakukan diskusi sesuai dengan permasalahan yang ada dalam
LKS di antaranya “Jika kamu mendorong sebuah mobil yang
menghalangi mobilmu yang akan keluar dari tempat parkir. Ternyata
mobil yang kamu dorong direm sehingga sama sekali tidak bergerak.
Apakah kamu dapat dikatakan melakukan usaha terhadap mobil? Berikan
alasanmu!”
Pada saat diskusi berlangsung bila ada salah satu anggota yang
kurang menguasai terhadap materi, maka anggota yang lain bertanggung
jawab untuk menjelaskan kepada anggota yang belum faham tersebut.
Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
Setelah diskusi kelompok selesai, guru memanggil salah satu
nomor dari masing-masing kelompok, peserta didik yang nomornya
dipanggil guru untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Peserta didik yang mempresentasikan diskusi ada 8 orang yang masing-
masing mewakili kelompoknya. Mereka adalah Amalia Sinarsih
(kelompok 1), Abdul Aziz (kelompok 2), Latifatul Ikhsaniyah (kelompok
3), Nur Zaidah (kelompok 4), Siti Umi Toifatun (kelompok 5), Aris
Wahyudin (kelompok 6), Inayati Sholihati (kelompok 7), dan Ahmad
68
Riza Azizi (kelompok 8). Ketika presentasi hasil diskusi, peserta didik
yang tidak presentasi diberikan kesempatan untuk bertanya dan
menyanggah pendapat temannya. Ada beberapa peserta didik yang
menyanggah, di antaranya adalah Abqiyatul Ulfa dari kelompok 4 dan
Titik Rahayu dari kelompok 8. Peserta didik yang bertanya dan
menyanggah temannya memperoleh tambahan nilai pada penilaian
aktivitas peserta didik. Saat pembelajaran berlangsung, Peneliti
mengamati aktivitas peserta didik dan mencatatnya dalam lembar
observasi. Setiap selesai presentasi, guru dan peserta didik yang tidak
presentasi memberikan tepuk tangan sebagai apresiasi. Setelah semua
kelompok mempresentasikan hasil diskusi, kemudian guru
menyempurnakan dari jawaban peserta didik yang belum tepat serta
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah pembelajaran
selesai guru memberikan informasi bahwa pertemuan berikutnya akan
diadakan tes siklus I.
Pada hari Rabu, tanggal 12 Mei 2010, peserta didik diberikan tes
kognitif siklus I pada pukul 12.20-13.00 WIB. Sebelum tes di mulai, guru
menyuruh semua peserta didik untuk duduk di tempat duduknya masing-
masing dan memasukkan semua buku ke dalam tas kecuali alat tulis.
Guru membagikan soal tes siklus I yang sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dengan jumlah soal
20 pilihan ganda dengan 4 pilihan dalam waktu 30 menit. Guru
berkeliling mengawasi peserta didik dalam mengerjakan soal. Setelah
waktu yang ditentukan selesai, peserta didik mengumpulkan jawaban tes
kepada guru.
c. Pengamatan
1) Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik
Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pengamatan aktivitas belajar peserta didik.
69
Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas peserta didik, diperoleh
hal-hal sebagai berikut:
a) Pada saat berlangsungnya siklus I, sebagian besar peserta didik
masih pasif dalam kegiatan pembelajaran. Terbukti dalam proses
belajar-mengajar berlangsung, peserta didik masih malu untuk
bertanya dan mengungkapkan pendapat. Dalam melakukan
diskusi, yang bekerja hanya 2 atau 3 orang dalam tiap kelompok.
b) Penilaian aktivitas belajar setiap peserta didik yang meliputi: 1)
menanggapi pertanyaan, 2) memecahkan soal, 3) bekerjasama, 4)
menganalisis permasalahan. Menghasilkan data observasi
instrumen yang ditunjukkan oleh tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus I
No
Kategori
Penilaian
Aktivitas Belajar
Jumlah Peserta didik
Persentase
1 Sangat baik 7 17,1%
2 Baik 15 36,6%
3 Cukup 11 26,8%
4 Kurang 8 19,5%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa peserta didik
mendapat kategori penilaian “sangat baik” apabila nilai aktivitas
belajarnya antara 81-100, kategori “baik” apabila nilai aktivitas
belajarnya antara 61-80, kategori “cukup” apabila nilai aktivitas
belajarnya antara 41-60, dan kategori “kurang” apabila nilai aktivitas
belajarnya antara 20-40.
Perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus I
dapat dilihat pada Tabel 4.3
70
Tabel 4.3 Perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus I
No Kategori Penilaian Nilai Aktivitas Belajar
1 Nilai terendah 31,25
2 Nilai tertinggi 93,75
3 Nilai rata-rata 60,98
4 Ketuntasan klasikal 53,66 %
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil nilai
aktivitas belajar peserta didik masih rendah, nilai rata-rata sebesar
60,98 dan ketuntasan klasikal sebesar 53,66 %. Hal ini masih di bawah
ketuntasan aktivitas belajar klasikal yang diharapkan yaitu 75 %.
2) Hasil tes kognitif peserta didik
Pada saat berlangsungnya tes siklus I, peserta didik
mengerjakan soal dengan tenang, diam dan duduk di tempatnya
masing-masing. Peserta didik menyelesaikan tes sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Perolehan hasil belajar kognitif peserta didik
dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil belajar kognitif siklus I
No Kategori penilaian Hasil belajar kognitif
1 Nilai terendah 35
2 Nilai tertinggi 90
3 Nilai rata-rata 70,73
4 Persentase ketuntasan klasikal
78,05 %
Jumlah pserta didik yang tuntas belajar sebanyak 32 peserta
didik (78,05%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah peserta didik
yang memperoleh nilai ≥ 60 belum mencapai 85%.
71
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan dan pengamatan pada siklus I, peneliti
bersama guru melakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan pada siklus I. Berdasarkan refleksi terhadap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan tes yang telah diberikan di siklus I, guru
melakukan perbaikan pada siklus II untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar peserta didik. Kelemahan utama pada siklus I di antaranya :
1) Waktu untuk kegiatan pembelajaran menjadi berkurang, banyak
peserta didik yang terlambat masuk kelas karena pelajaran dimulai
setelah jam istirahat.
2) Diskusi kelompok belum berjalan maksimal, peserta didik masih
bingung dengan model pemelajaran yang diberikan guru dan peserta
didik masih pilih-pilih teman dalam kelompoknya sehingga dalam
diskusi masih bersifat individu, hanya 2 atau 3 orang saja yang
melakukan diskusi.
3) Masih banyak peserta didik yang bergurau karena guru jarang
berkeliling mengawasi jalannya pembelajaran.
4) Peserta didik masih malu untuk bertanya, mengungkapkan pendapat,
dan menyanggah pendapat temannya.
5) Guru lebih banyak duduk dari pada membimbing peserta didik dalam
diskusi.
Berdasarkan hasil tes kognitif yang dilakukan, terdapat 32 peserta
didik (78,05%) yang tuntas belajar dan 9 peserta didik (21,9%) yang
belum tuntas belajar. Nilai rata-rata yang dicapai peserta didik adalah
70,73 dengan ketuntasan klasikal 78,05%. Sedangkan pengamatan hasil
observasi peserta didik yaitu untuk aktivitas belajar belum baik, nilai rata-
ratanya adalah 60,98 dengan ketuntasan klasikal 53,66%.
Secara garis besar, pelaksanaan pada siklus I masih perlu
ditingkatkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar
72
maupun hasil belajar kognitif peserta didik, dapat disimpulkan bahwa
peserta didik belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together. Kegiatan siklus I perlu diperbaiki agar
kemampuan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran melalui
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat lebih
meningkat. Untuk itu guru perlu melakukan langkah-langkah guna
perbaikan pada siklus II agar aktivitas belajar dan hasil belajar peserta
didik pada siklus II dapat meningkat, di antaranya :
1) Sebelum pembelajaran dimulai guru memastikan semua peserta didik
sudah masuk di dalam kelas tepat waktu.
2) Guru menjelaskan terlebih dahulu model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together.
3) Guru tetap membagi kelompok sesuai dengan kelompok pada siklus I,
hanya memindah posisi tempat duduk kelompok.
4) Guru sering berkeliling mengawasi jalanya pembelajaran.
5) Guru memberikan motivasi agar peserta didik mau belajar mandiri di
rumah sehingga dapat menguasai materi dan mengungkapkan kepada
guru hal yang belum dimengerti yang berkaitan dengan pelajaran.
Peranan guru dalam memotivasi dan membimbing peserta didik
sangat penting. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan peserta didik
dalam hal berdiskusi dan memecahkan masalah. Dalam meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar peserta didik, maka pada siklus II akan tetap
dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together dengan usaha yang dilakukan guru agar hasil belajar peserta
didik pada siklus II ini nantinya dapat meningkat adalah dengan
meningkatkan keaktifan peserta didik baik saat pembelajaran dalam kelas
maupun pembelajaran dalam kelompok melalui kegiatan diskusi
kelompok. Peningkatan aktivitas peserta didik saat pembelajaran dalam
kelas dilakukan dengan memberikan motivasi kepada seluruh peserta
73
didik dan pemberian kesempatan untuk bertanya atau berpendapat pada
peserta didik yang belum aktif, sedangkan peningkatan aktivitas peserta
didik saat kegiatan diskusi dalam kelompok dilakukan dengan pembagian
tugas dan tanggung jawab yang jelas kepada masing-masing anggota
kelompok.
3. Tindakan Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II sama seperti siklus I meliputi:
Pembuatan Rencana Pembelajaran (RPP), penusunan LKS, serta
penyusunan tes siklus II. Perencanaan pada siklus II berdasarkan pada
hasil refleksi pada siklus I.
b. Pelaksanaan tindakan
Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa dan Rabu, tanggal 25 s.d.
26 Mei 2010. Pada pembelajaran kedua dilaksanakan selama 80 menit,
mulai pukul 10.00 – 11.20 WIB. Pada proses pembelajaran, guru banyak
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan
peristiwa yang pernah dialami dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan materi dan menanyakan tentang materi yang belum faham yang
sudah dipelajari di rumah. Sebelum pembelajaran dimulai, guru
memastikan semua peserta didik sudah masuk di dalam kelas tepat waktu.
Kemudian guru menjelaskan terlebih dahulu tentang model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Guru memulai pembelajaran dengan memberi apersepsi kepada
peserta didik yang berkaitan dengan materi energi dengan memberi
pertanyaan yaitu “mengapa kita merasa lemas ketika berpuasa?” kemudian
peserta didik secara bergantian menjawab, “karena tidak makan dan
minum”. Salah satu peserta didik menjawab, “karena tidak makan dan
minum sehingga di dalam tubuh tidak ada energi sebagai sumber tenaga
74
menjadikan tubuh menjadi lemas”. Alasan peserta didik sudah baik
dibandingkan pada siklus I karena peserta didik sudah mempelajari materi
di rumah.
Kemudian guru memberikan respon dari jawaban peserta didik
kemudian memberi pertanyaan yang berkaitan dengan materi Energi
yaitu, “Pernahkah kalian melakukan senam pagi? Mengapa kalian merasa
capek ketika senam pagi dari pada saat kalian tidur? Mengapa demikian!”
kemudian guru meminta peserta didik untuk menanggapi permasalahan
yang telah diberikan. Secara bergantian peserta didik menanggapi dengan
menjawab, “tidak pernah” kemudian ada salah satu peserta didik yang
menjawab, “kalau senam tidak pernah tapi kalau lari pagi pernah”.
Sementara yang lain menjawab, “pernah” karena saat kita senam semua
anggota badan kita bergerak mengeluarkan energi sehingga badan akan
terasa capek, sedangkan saat tidur kita tidak mengeluarkan energi”.
Guru menyuruh peserta didik membentuk kelompok sesuai dengan
kelompoknya masing-masing dan guru memindah tempat duduk
kelompok. Guru menjelaskan tentang materi energi khususnya tentang
macam-macam bentuk energi, perubahan bentuk-bentuk energi, hukum
kekekalan energi, dan energi mekanik. Kemudian guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan diskusi sesuai dengan
permasalahan yang ada dalam LKS di antaranya “Dalam kehidupan
sehari-hari banyak terdapat macam-macam bentuk energi, sebutkan
macam-macam bentuk energi tersebut dan contohnya dalam kehidupan
sehari-hari”.
Pada saat diskusi berlangsung bila ada salah satu anggota yang
kurang menguasai terhadap materi, maka anggota yang lain bertanggung
jawab untuk menjelaskan kepada anggota yang belum faham tersebut.
Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
75
Setelah diskusi kelompok selesai, guru memanggil salah satu
nomor dari masing-masing kelompok, peserta didik yang nomornya
dipanggil guru untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Peserta didik yang mempresentasikan diskusi ada 8 orang yang masing-
masing mewakili kelompoknya, Mereka adalah Aenur Mubarok
(kelompok 1), Nala Naeli Nur (kelompok 2), Latifatul Ikhsaniyah,
(kelompok 3), Abqiyatul Ulfa, (kelompok 4), Siti Umi Toifatun
(kelompok 5), Aris Wahyudin (kelompok 6), Siti Fatimatun (kelompok 7),
Titik Rahayu (kelompok 8). Ketika presentasi hasil diskusi, peserta didik
yang tidak presentasi diberikan kesempatan untuk bertanya dan
menyanggah pendapat temannya. Ada beberapa peserta didik yang
menyanggah di antaranya adalah Amalia Sinarsih dari kelompok 1, Abdul
Aziz dari kelompok 2, Nur Zaidah dari kelompok 4, Ahmad Akrom dari
kelompok 5, dan Siti Mualimatun dari kelompok 8. Peserta didik yang
bertanya dan menyanggah temannya memperoleh tambahan nilai pada
penilaian aktivitas peserta didik. Saat pembelajaran berlangsung, Peneliti
mengamati aktivitas peserta didik dan mencatatnya dalam lembar
observasi. Setiap selesai presentasi, guru dan peserta didik yang tidak
presentasi memberikan tepuk tangan sebagai apresiasi. Setelah semua
kelompok mempresentasikan hasil diskusi, kemudian guru
menyempurnakan dari jawaban peserta didik yang belum tepat serta
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah pembelajaran
selesai guru memberikan informasi bahwa pertemuan berikutnya akan
diadakan tes siklus II.
Pada hari Rabu, tanggal 26 Mei 2010, peserta didik diberikan tes
kognitif siklus II pada pukul 12.20 - 13.00 WIB. Sebelum tes di mulai
guru meminta semua peserta didik untuk duduk di tempat duduknya
masing-masing dan memasukkan semua buku ke dalam tas kecuali alat
tulis. Guru membagikan soal tes siklus II yang sesuai dengan kompetensi
76
yang ditentukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dengan jumlah
soal 20 pilihan ganda dengan 4 pilihan dalam waktu 30 menit. Guru
berkeliling mengawasi peserta didik dalam mengerjakan soal. Setelah
waktu yang ditentukan selesai, peserta didik mengumpulkan jawaban tes
kepada guru.
c. Pengamatan
1) Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik
Pada siklus II aktivitas belajar peserta didik meningkat, jumlah
peserta didik yang bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh teman maupun guru semakin meningkat (lihat pada lampiran
aktivitas belajar ).
Pada siklus II, peserta didik semakin aktif dalam pembelajaran.
Saat berlangsungnya diskusi, masing-masing kelompok dapat
melakukan diskusi dan bekerjasama dengan sesama anggota
kelompoknya. Saat pembelajaran berlangsung, peneliti beserta guru
mengamati aktivitas peserta didik dan mencatatnya dalam lembar
observasi.
Tabel 4.5 berikut memperlihatkan hasil pengamatan terhadap
aktivitas belajar peserta didik siklus II sesuai kriteria penilaian (tertera
pada lampiran).
Tabel 4.5 Hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus II
No
Kategori
Penilaian
Aktivitas Belajar
Jumlah Peserta didik
Persentase
1 Sangat baik 7 17,1%
2 Baik 27 65,9%
3 Cukup 7 17,1%
4 Kurang 0 0%
77
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa peserta didik
mendapat kategori penilaian “sangat baik” apabila nilai aktivitas
belajarnya antara 81-100, kategori “baik” apabila nilai aktivitas
belajarnya antara 61-80, kategori “cukup” apabila nilai aktivitas
belajarnya antara 41-60, dan kategori “kurang” apabila nilai aktivitas
belajarnya antara 20-40.
Perolehan nilai aktivitas belajar dari siklus II dapat dilihat pada
tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus II
No Kategori Penilaian Nilai Aktivitas Belajar
1 Nilai terendah 56,25
2 Nilai tertinggi 93,75
3 Nilai rata-rata 69,51
4 Ketuntasan klasikal 82,93%
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil nilai
aktivitas belajar peserta didik sudah baik, nilai rata-rata sebesar 69,51
dan ketuntasan klasikal sebesar 82,93 %. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 60 telah mencapai
lebih dari 75%.
2) Hasil tes kognitif peserta didik
Pada saat berlangsungnya tes siklus II, peserta didik
mengerjakan soal dengan tenang, diam dan duduk di tempatnya
masing-masing. Peserta didik menyelesaikan tes sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Hasil belajar kognitif peserta didik siklus II
dapat di lihat pada tabel 4.7
78
Tabel 4.7 Hasil belajar kognitif siklus II
No Kategori Penilaian Hasil Belajar Kognitif
1 Nilai terendah 50
2 Nilai tertinggi 95
3 Nilai rata-rata 81,22
4 Persentase ketuntasan klasikal 90,24%
Jumlah pserta didik yang tuntas belajar sebanyak 37 peserta
didik (90,24%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah peserta didik
yang memperoleh nilai ≥ 60 telah mencapai lebih dari 85%.
d. Refleksi
Pada siklus II peserta didik semakin aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Batas ketuntasan belajar telah mencapai kriteria yang
ditetapkan. Beberapa kekurangan yang masih terjadi pada siklus II antara
lain faktor psikologi individu masing-masing peserta didik yang berbeda
sehingga ada peserta didik yang aktif dan pasif saat pembelajaran
berlangsung. Kelemahan dapat dijadikan masukan kepada guru untuk
lebih memperhatikan peserta didik yang masih pasif. Seperti pada siklus I,
pembahasan yang diuraikan di sini didasarkan atas hasil refleksi. Setelah
melaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran dan pemberian tes
di akhir kegiatan
Pada siklus II ini hasilnya sudah baik, karena rata-rata hasil belajar
kognitif peserta didik 81,22. Jumlah peserta didik yang tuntas belajar
sebanyak 37 peserta didik (90,24%). Rata-rata aktivitas belajar peserta
didik sudah baik, nilai rata-ratanya untuk aktivitas belajar adalah 69,51.
Jumlah peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 34 peserta didik
79
(82,93%). Pada hasil belajar kognitif dari siklus I ke siklus II terjadi
peningkatan sebesar 12,19% dan aktivitas belajar peserta didik mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus II sebesar 29,27%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan Pra siklus
Dalam pra siklus ini peneliti mengumpulkan data awal berupa nilai
ulangan harian materi sebelumnya yaitu materi pokok gaya peserta didik kelas
VIII-B. Nilai rata-rata hasil belajar pada materi pokok gaya adalah 51,98 dan
ketuntasan klasikal sebesar 43,90 %. Hal ini masih di bawah target yang
ditetapkan yaitu 60 dan ketuntasan hasil belajar klasikal masih di bawah
ketuntasan hasil belajar klasikal yang diharapkan yaitu 85 %.
Pengumpulan data awal dilakukan sebagai dasar untuk
membandingkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together dengan pembelajaran sebelum menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Informasi tersebut
diperoleh dari Dewi Sinta, S.Pd selaku guru IPA kelas VIII-B MTs NU 20
Kangkung Kendal.
2. Pembahasan siklus I
Pada kegiatan pembelajaran siklus I sudah memakai model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Setelah dilakukan
pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered Heads Together pada
siklus I terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik, tetapi secara garis
besar, pelaksanaan pada siklus I masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap aktivitas belajar peserta didik maupun hasil belajar
peserta didik, dapat disimpulkan bahwa peserta didik belum terbiasa dengan
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Guru harus
memberikan motivasi agar peserta didik mau belajar mandiri di rumah,
sehingga dapat menguasai materi dan mengungkapkan kepada guru hal yang
80
belum dimengerti yang berkaitan dengan pelajaran. Berdasarkan hasil tes
kognitif yang dilakukan, terdapat 32 peserta didik (78,05%) yang tuntas
belajar dan 9 peserta didik (21,9%) yang belum tuntas belajar. Nilai rata-rata
yang dicapai peserta didik adalah 70,73 dengan ketuntasan klasikal 78,05%.
Sedangkan pengamatan hasil observasi peserta didik yaitu untuk aktivitas
belajar belum baik, nilai rata-ratanya adalah 60,98 dengan ketuntasan klasikal
53,66%.
Peranan guru dalam memotivasi dan membimbing peserta didik sangat
penting. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam belajar,
berdiskusi, memecahkan masalah, bertanya dan menyanggah pendapat teman.
Kegiatan pada siklus I perlu diperbaiki untuk pemantapan agar peserta didik
dalam mempelajari materi pelajaran secara mandiri dan berdiskusi dengan
kelompoknya dapat diselesaikan dengan baik. Langkah perbaikan meliputi:
lebih banyak memberi motivasi kepada seluruh peserta didik agar lebih aktif
dalam kegiatan belajar - mengajar, terutama kepada peserta didik yang masih
pasif dalam proses belajar – mengajar, meningkatkan pemantauan kepada
seluruh peserta didik saat melakukan diskusi, dan menyuruh peserta didik
untuk mempelajari materi pertemuan berikutnya di rumah.
3. Pembahasan siklus II
Pada siklus II kegiatan pembelajaran juga menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together akan tetapi mengacu dari refleksi
pada siklus I. Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran
dan pemberian tes di akhir kegiatan. Pada siklus II hasilnya sudah baik, hal ini
bisa terlihat dari hasil observasi aktivitas belajar dan hasil tes kognitif siklus
II. Nilai hasil observasi aktivitas belajar rata-ratanya 69,51 dengan ketuntasan
klasikal 82,93 %. Hasil tes kognitif siklus II menunjukkan peserta didik yang
tuntas belajar sebanyak 37 peserta didik (90,24%). Sedangkan yang belum
tuntas sebanyak 4 peserta didik (9,76%). Nilai rata-rata peserta didik 81,22.
Pada aktivitas belajar peserta didik dari siklus I sampai siklus II terjadi
81
peningkatan sebesar 29,27%, sedangkan tes kognitif dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan sebesar 12,19%.
Perbaikan yang diberikan pada siklus II adalah guru meminta peserta
didik agar materi Energi dibaca di rumah terlebih dahulu dan memberi kuis
kepada peserta didik. Sehingga pada siklus II, keaktifan peserta didik dalam
memecahkan masalah, hubungan antar peserta didik dengan kelompoknya
bertambah kompak, kemampuan peserta didik dalam mengemukakan
pendapat, menyanggah pendapat teman, dan kemampuan peserta didik dalam
menarik kesimpulan bertambah baik. Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together mampu menumbuhkan keberanian
peserta didik dalam bertanya, mengemukakan pendapat, memecahkan
masalah serta meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Perbandingan perolehan nilai observasi aktivitas belajar peserta didik
pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Perbandingan perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik
pada siklus I dan II
No Aktivitas Skor
Siklus I Siklus II
1 Menanggapi pertanyaan 45,95 % 48,65 %
2 Memecahkan soal 85,14 % 80,41 %
3 Kerjasama 70,95 % 98,65 %
4 Menganalisis permasalahan 68,24 % 80,41 %
Nilai tertinggi 93,75 93,75
Nilai terendah 31,25 50
Nilai rata-rata 60,98 69,51
Ketuntasan klasikal 53,66 % 82,93 %
82
perbandingan perolehan nilai aktivitas belajar peserta didik pada siklus
I dan Siklus II dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Perbandingan perolehan nilai kognitif siklus I, dan II
Perbandingan perolehan nilai hasil belajar kognitif peserta didik pada
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel.4.9 perbandingan perolehan nilai hasil belajar kognitif peserta
didik pada siklus I dan Siklus II
No Keterangan Siklus I Siklus II
1 Nilai tertinggi 90 95
2 Nilai terendah 35 50
3 Nilai rata-rata 70,73 81,22
4 Ketuntasan klasikal (%) 78,05 90,24
83
Perolehan nilai kognitif peserta didik dari siklus I sampai siklus II
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Perbandingan perolehan nilai kognitif siklus I, dan II
0102030405060708090
100
Siklus I Siklus II
Nilai tertinggi
Nilai rata-rata
ketuntasan klasikal
84
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together mampu
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik saat pembelajaran baik secara
individu maupun kelompok dari siklus I sampai siklus II. Hal ini tampak dari
peningkatan nilai hasil observasi belajar peserta didik pada saat
berlangsungnya proses belajar-mengajar. Nilai rata-rata aktivitas belajar
peserta didik pada siklus I adalah 60,98, dan meningkat menjadi 69,51 pada
siklus II. Sementara itu ketuntasan aktivitas belajar klasikal peserta didik
mengalami peningkatan dari 53,66% pada siklus I menjadi 82,93% pada
siklus II.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together juga mampu
meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik. Hal ini tampak dari
peningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik dari 70,73 pada siklus I
menjadi 81,22 pada siklus II. Sementara itu ketuntasan belajar klasikal peserta
didik juga mengalami peningkatan dari 78,05% pada siklus I menjadi 90,24%
pada siklus II.
B. Saran
Perkembangan ilmu pengetahuan menuntut guru untuk lebih kreatif
dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
85
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai
bahan masukan dalam peningkatan proses dan hasil pembelajaran. Adapun saran
tersebut adalah :
1. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together layak dikembangkan
sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan pada
pembelajaran fisika, karena selain dapat meningkatkan hasil belajar, peserta
didik juga akan mendapatkan variasi pembelajaran sehingga mengurangi
kejenuhan dan meningkatkan semangat peserta didik dalam belajar.
2. Guru yang ingin menerapkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe
Numbered Heads Together hendaknya mempersiapkan secara matang materi
yang akan disampaikan dan mampu mengelola kelas sehingga hasil dapat
dicapai secara maksimal.
C. Penutup
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kekuatan, hidayah dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari meskipun dalam penulisan ini
telah berusaha semaksimal mungkin, namun dalam penulisan ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekeliruan. Hal itu semata-mata merupakan keterbatasan ilmu dan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
konstruktif dari berbagai pihak demi perbaikan yang akan datang. Akhirnya
penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999.
A.M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2001. Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008, Cetakan Ketujuh. ________, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2001. ________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT
Rineke Cipta, 2006, Edisi Revisi VI. Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV Yrama Widya, 2008,
Cetakan keempat. Baharudin, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008, Cet.3. Bahri Djamarah, Saiful, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung : CV J-
ART, 2005. Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Dimyati, dkk., Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006,
Cet.3. Fathurrohmah, Ida, “Penggaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Pendekatan Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Pengukuran Siswa Kelas VII MTs Negeri Sumber Rembang”, Skripsi Jurusan Tadris Fisika, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009.
Giancoli, Douglas, FISIKA edisi kelima, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 2001. Halliday, David, Robert Resnick, Fisika Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 1996.
Jihad, Asep, dkk., Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008, Cet.1.
Lie, Anita, Cooperatif Learning Mempraktekkan Cooperatif Learning di
ruang-ruang kelas, Jakarta : Grasindo, 2002. Ma’ruf, Amari, Model Pembelajaran Pendidikan Islam di Madrasah,
Babakan : Amari Press, 2009. Mikrajuddin, dkk, IPA Terpadu SMP dan MTs untuk kelas VIII semester 2,
Jakarta: Erlangga, 2006. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Bandung : PT Remaja Rosda
Karya, 2006. Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah
Harapan Masyarakat, Semarang : AKFI media, 2009, Cet 1.
Poerwadarminta, WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009, Cet.1 Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997, Cet. VIII. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:
Rineka Cipta, 1995, Cet.3. Soejono, AG, Pendahuluan Dedaktif Metodik Umum (Bandung: Bina Karya,
1980) Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineke Cipta, 1990. Sudjana, Nana, Dasar - Dasar Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi
Aksara, 2004. ________, Model-Model Belajar CBSA, Bandung : Sinar Baru, 1991. ________, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : Rosda
Karya, 1999, Cet. 6. Suparno, Paul, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan
Menyenangkan, Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, 2007.
Taufik, Muhammad,"Pemberian Feedback dalam Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Fisika dan Aktivitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Pekalongan", Skripsi Program Pendidikan Fisika, Fakultas FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2008
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,
Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007. Wuryani, Sri Esti, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Grasindo, 2006, Cet.3. Yamin, Martinis, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008, Cet. 1. Young, hugh D, Fisika Universitas Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 2002.
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/Semester : VIII/Genap
Sekolah : MTs NU 20 Kangkung Kendal
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi,
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian usaha dan contohnya dalam kehidupan sehari hari.
2. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha.
3. Menunjukkan penerapan daya, dan usaha dalam kehidupan sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran NHT :
1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian usaha dan contohnya dalam
kehidupan sehari-hari dengan benar.
2. Peserta didik mampu menjelaskan kaitan antara usaha dan energi dengan benar.
3. Peserta didik mampu menunjukkan penerapan daya, dan usaha dalam kehidupan
sehari-hari dengan benar.
E. Materi pembelajaran
• Usaha dan Energi
F. Media Belajar
o Buku IPA FISIKA 2 SMP dan MTs untuk kelas VIII Mikrajuddin Abdullah
o Lembar kegiatan siswa
G. Alokasi waktu : 2 x pertemuan (3 x 40 menit)
H. Model Pembelajaran
1. Model : kooperatif tipe Numbered heads together
2. Metode : Diskusi dan Tanya jawab
I. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
No Proses Pembelajaran peserta didik
Pengorganisasian
waktu Peserta
didik
1. Pendahuluan
• Apersepsi :
Guru bertanya kepada peserta didik tentang
prinsip usaha dalam kehidupan sehari-hari.
“Apabila kita mengangkat batu kemudian kita
mengangkat kayu apa yang kita rasakan”.
Mengapa demikian?
• Motivasi :�Guru memberikan respon dari jawaban
peserta didik kemudian memberi motivasi dalam
bentuk pertanyaan untuk mencari fenomena lain
yang menunjukkan prinsip Usaha, dengan
memberikan pertanyaan. “Apabila kita
mengangkat batu kemudian kita mengangkat kayu
apa yang kita rasakan”. Mengapa demikian?
Kemudian guru meminta peserta didik untuk
5 menit
5 menit
K
G
2.
menanggapi permasalahan yang telah diberikan
Kegiatan Inti :
• Guru mengorganisasikan peserta didik dalam
kelompok dan setiap peserta didik dalam
kelompok diberi nomor.
• Guru membagi LKS yang berisi permasalahan-
permasalahan yang terkait dengan materi pokok
Usaha, diantaranya “Jika kamu mendorong
sebuah mobil yang menghalangi mobilmu yang
akan keluar dari tempat parkir. Ternyata mobil
yang kamu dorong di rem sehingga sama sekali
tidak bergerak. Apakah kamu dapat dikatakan
melakukan usaha terhadap mobil? Berikan
alasanmu?
• Setiap peserta didik dalam kelompok (dibimbing
oleh guru) mendiskusikan tentang pembahasan
konsep usaha
• Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru,
dipastikan semua anggota kelompok mengetahui
jawaban dari pertanyaan tersebut.
• Guru memanggil secara acak salah satu nomor
peserta didik dalam setiap kelompok.
• Peserta didik yang dipanggil nomornya
mengacungkan jari dan mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas.
• Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta
didik dan memberikan informasi yang
sebenarnya.
5 menit
3 menit
40
menit
5 menit
2 menit
5 menit
5 menit
G
G
G
G
K
G
G
3. Penutup
• Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil
dan diskusi kelompok
Uji Kompetensi siklus: terlampir
5 menit G
�
J. Penilaian
� Teknik penilaian : Tes tertulis dan observasi
� Bentuk instrumen : Tes pilihan ganda dan lembar observasi aktivitas belajar
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran
Dewi Sinta, S.Pd
NIP: -
Kangkung, Mei 2010
Peneliti
Arif Kurnia Rahman
NIM: 063611003
� Kepala Madrasah,
Drs. Khofidhin
1
1
Lam
pir
an
1
SIL
AB
US
Nam
a S
eko
lah
: M
Ts
NU
20
Kan
gk
un
g
Mat
a P
elaj
aran
: F
ISIK
A
Kel
as
:
VII
I
Sem
est
er
: G
enap
Alo
kas
i W
aktu
: 4
x 4
0 m
enit
Sta
nd
ar K
om
pet
ensi
:
5.
Mem
aham
i p
eran
an u
saha,
gaya,
dan
ener
gi
dal
am
kehid
up
an s
ehar
i-har
i.
Ko
mp
eten
si D
asar
M
ater
i P
oko
k/
pem
bel
ajar
an
Keg
iata
n p
em
bel
ajar
an
Ind
ikat
or
Pen
ilai
an
Alo
kas
i
Wak
tu
Su
mb
er
bel
ajar
T
eknik
B
entu
k
Inst
rum
en
C
onto
h I
nst
rum
en
5.3
Men
jela
skan
hu
bu
ngan
ben
tuk
ener
gi
dan
per
ub
ahan
nya,
pri
nsi
p
“usa
ha
dan
en
ergi”
ser
ta
pen
erap
ann
ya
dal
am k
ehid
up
an
seh
ari-
har
i
Usa
ha
dan
En
ergi
•S
tudi
pu
stak
a u
ntu
k
men
des
kri
psi
kan
p
enger
tian
ener
gi
dan
ben
tuk-b
entu
k e
ner
gi
•S
tudi
refe
ren
si
un
tuk
mem
ban
din
gkan
pen
ger
tian
en
ergi
kin
etik
dan
en
ergi
po
ten
sial
•M
enca
ri i
nfo
rmas
i te
nta
ng h
uku
m
kek
ekal
an e
ner
gi
•M
elak
ukan
p
erco
baa
n
un
tuk
men
emu
kan
h
ub
un
gan
an
tara
day
a, u
sah
a d
an k
ecep
atan
•M
enun
jukkan
b
entu
k-b
ebtu
k
ener
gi
dan
co
nto
hn
ya
dal
am
keh
idu
pan
seh
ari-
har
i
•M
engap
likas
ikan
ko
nse
p
ener
gi
dan
p
eru
bah
ann
ya
dal
am k
ehid
up
an s
ehar
i-h
ari
•M
emb
edak
an
ko
nse
p
ener
gi
kin
etik
d
an
ener
gi
po
ten
sial
pad
a su
atu
ben
da
yan
g
ber
ger
ak
•M
engen
alkan
h
uku
m
kek
ekal
an
ener
gi
mel
alu
i
con
toh
d
alam
keh
idu
pan
seh
ari-
har
i
•M
enje
lask
an
kai
tan
an
tara
ener
gi
dan
usa
ha
•M
enun
jukkan
p
ener
apan
d
aya
dal
am k
ehid
up
an s
ehar
i-h
ari
Tes
lis
an
Tes
tu
lis
Tes
tu
lis
Tes
tu
lis
Tes
tu
lis
Tes
tu
lis
Daf
tar
per
tan
yaa
n
Tes
ura
ian
Tes
ura
ian
Tes
ura
ian
Tes
ura
ian
isia
n
Ap
akah
yan
g k
amu
ket
ahu
i te
nta
ng b
entu
k-
ben
tuk e
ner
gi
?
Dal
am r
angk
aian
lis
trik
tert
utu
p d
engan
seb
uah
lam
pu
ter
jad
i p
erub
ahan
ener
gi.
..
Jela
skan
per
bed
aan
anta
ra
ener
gi
kin
etik
dan
en
ergi
po
ten
sial
.
Jela
skan
hu
ku
m
kek
ekal
an e
ner
gi
dan
ber
ikan
co
nto
hn
ya
dal
am
keh
idu
pan
seh
ari-
har
i.
Ap
akah
per
bed
aan
an
tara
ener
gi
dan
usa
ha
?
Day
a m
eru
pak
an
kec
epat
an d
alam
mel
aku
kan
....
4x4
0
Bu
ku
sisw
a,
bu
ku
refe
ren
si,
LK
S
2
2
Ko
mp
eten
si D
asar
M
ater
i P
oko
k/
pem
bel
ajar
an
Keg
iata
n p
em
bel
ajar
an
Ind
ikat
or
Pen
ilai
an
Alo
kas
i
Wak
tu
Su
mb
er
bel
ajar
T
eknik
B
entu
k
Inst
rum
en
C
onto
h I
nst
rum
en
3
3
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/Semester : VIII/Genap
Sekolah : MTs NU 20 Kangkung Kendal
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi,
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Indikator
1. Menunjukkan bentuk-bentuk energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menjelaskan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengenalkan hukum kekekalan energi melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran NHT :
1. Peserta didik mampu menunjukkan bentuk-bentuk energi dan contohnya dalam
kehidupan sehari-hari dengan benar.
2. Peserta didik mampu menjelaskan konsep energi dan perubahannya dalam
kehidupan sehari-hari dengan benar.
3. Peserta didik mampu mengenalkan hukum kekekalan energi melalui contoh dalam
kehidupan sehari-hari dengan benar.
4. Peserta didik mampu menjelaskan kaitan antara energi dan usaha dengan benar.
E. Materi pembelajaran
• Usaha dan Energi
F. Media Belajar
o Buku IPA FISIKA 2 SMP dan MTs untuk kelas VIII Mikrajuddin Abdullah, LKS
o Instrumen soal-soal
G. Alokasi waktu : 2 x pertemuan (3 x 40 menit)
H. Model Pembelajaran
1. Model : kooperatif tipe Numbered heads together
2. Metode : Diskusi dan Tanya jawab
I. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
No Proses Pembelajaran peserta didik
Pengorganisasian
waktu Peserta
didik
1. Pendahuluan
• Sebelum pembelajaran dimulai guru memastikan
semua peserta didik sudah masuk kelas dan tidak
ada peserta didik yang terlambat.
• Guru memberikan informasi awal tentang jalannya
pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan tugas yang harus
dilaksanakan peserta didik secara singkat dan jelas
• Apersepsi :
Guru bertanya kepada peserta didik tentang konsep
energi dalam kehidupan sehari-hari.
“mengapa kita merasa lemas ketika berpuasa?
• Motivasi :
Guru memberikan respon dari jawaban peserta
didik kemudian memberi motivasi dalam bentuk
pertanyaan untuk mencari fenomena lain yang
menunjukkan prinsip Energi, dengan memberikan
2 menit
2 menit
3 menit
3 menit
K
K
K
G
2.
pertanyaan “Pernahkah kalian melakukan senam
pagi? Mengapa kalian merasa capek ketika senam
pagi dari pada saat kalian tidur? mangapa
demikian?
Kegiatan Inti :
• Guru mengorganisasikan peserta didik dalam
kelompok sesuai dengan kelompok pada siklus I
dan memindah posisi tempat duduk kelompok,
setiap peserta didik dalam kelompok diberi
nomor.
• Guru membagi LKS yang berisi permasalahan-
permasalahan yang terkait dengan materi pokok
Usaha, diantaranya “Dalam kehidupan sehari-hari
banyak terdapat macam-macam bentuk energi,
sebutkan macam-macam bentuk energi tersebut
dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari?”
• Setiap peserta didik dalam kelompok (dibimbing
oleh guru) mendiskusikan tentang pembahasan
konsep energi sambil guru berkeliling mengawasi
jalannya diskusi.
• Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru,
dipastikan semua anggota kelompok mengetahui
jawaban dari pertanyaan tersebut.
• Guru memanggil secara acak salah satu nomor
peserta didik dalam setiap kelompok.
• Peserta didik yang dipanggil nomornya
mengacungkan jari dan mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas.
• Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta
3 menit
2 menit
40
menit
5 menit
2 menit
5 menit
5 menit
G
G
G
G
K
G
G
3.
didik dan memberikan informasi yang
sebenarnya.
Penutup
• Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil
dan diskusi kelompok.
• Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata
pujian pada peserta didik dan memberi nilai yang
lebih tinggi kepada kelompok yang hasil
belajarnya lebih baik.
Uji Kompetensi siklus: terlampir
5 menit
3 menit
G
G
J. Penilaian
� Teknik penilaian : Tes tertulis dan observasi
� Bentuk instrumen : Tes pilihan ganda dan lembar observasi aktivitas belajar
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran
Dewi Sinta, S.Pd
NIP: -
Kangkung, Mei 2010
Peneliti
Arif Kurnia Rahman
NIM: 063611003
Kepala
MTs NU 20 Kangkung
Drs. Khofidhin
NIP: -
Lampiran 4
KISI-KISI LKS SIKLUS I
Satuan Pendidikan : MTs NU 20 Kangkung Kendal
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VIII/Genap
Materi Pokok : Usaha dan Energi
Alokasi waktu : 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan
sehari-hari
Kompetensi
Dasar�
Materi� Indikator� Aspek Nomor
Soal�
Bentuk
Tes�
Menjelaskan
hubungan
betuk-bentuk
energi dan
perubahannya,
prinsip usaha
dan energi,
serta
penerapannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
�
Usaha� a. Menjelaskan
pengertian usaha
dan contohnya
dalam kehidupan
sehari-hari
b. Menjelaskan
kaitan antara
usaha dan energi
�� Menunjukkan
penerapan daya,
dan usaha dalam
kehidupan sehari-
hari�
C1
C2
C3�
1, 2
3, 4
5, 6�
Essay
Essay
Essay�
�
�
�
�
Lampiran 5
LEMBAR KERJA SISWA
SIKLUS I
Petunjuk : Diskusikan permasalahan soal dibawah ini dengan teman kelompok yang
telah ditentukan.
Indikator : Peserta didik mampu memecahkan permasalahan konsep usaha dalam
kehidupan sehari-hari.
Waktu : 40 menit
1. Apa yang kalian ketahui tentang usaha
2. Secara matematis usaha dapat dinyatakan sebagai
3. Jika kamu mendorong sebuah mobil yang menghalangi mobilmu yang akan keluar dari
tempat parkir. Ternyata mobil yang kamu dorong di rem sehingga sama sekali tidak
bergerak. Apakah kamu dapat dikatakan melakukan usaha terhadap mobil. Berikan
alasanmu!
4. Jika kamu mengangkat tangga setinggi 1,2 m yang bermassa 5 kg. Hitunglah
a. Berapakah usaha yang dilakukan gravitasi bumi?
b. Berapakah usaha yang kamu lakukan?
5. Dalam kehidupan sehari-hari banyak peralatan elektronik yang membutuhkan daya, apa
yang kamu ketahui tentang daya.
6. Jika kamu memasak nasi selama 30 menit dengan menggunakan rice cooker yang
memberikan energi 400 J, berapakah daya rice cooker tersebut.
Selamat Berdiskusi
�
Lampiran 6
KISI-KISI LKS SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MTs NU 20 Kangkung Kendal
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VIII/Genap
Materi Pokok : Usaha dan Energi
Alokasi waktu : 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan
sehari-hari
Kompetensi
Dasar�
Materi� Indikator� Aspek Nomor
Soal�
Bentuk
Tes�
Menjelaskan
hubungan
betuk-bentuk
energi dan
perubahannya,
prinsip usaha
dan energi,
serta
penerapannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Energi a. Menunjukkan
bentuk-bentuk
energi dan
contohnya dalam
kehidupan sehari-
hari.
b. Menjelaskan
konsep energi
kinetik dan energi
potensial pada
suatu benda yang
bergerak.
c. Mengenalkan
hukum kekekalan
energi melalui
contoh dalam
kehidupan sehari-
hari.
d. Menjelaskan
kaitan antara
energi dan usaha.
C1
C2
C3
C4�
1, 2
5, 6
4
3 �
Essay
Essay
Essay
Essay�
�
Lampiran 7
LEMBAR KERJA SISWA
SIKLUS II
Petunjuk : Diskusikan permasalahan soal dibawah ini dengan teman kelompok yang
telah ditentukan.
Indikator : Peserta didik mampu memecahkan permasalahan konsep energi dalam
kehidupan sehari-hari.
Waktu : 40 menit
1. Apa yang kalian ketahui tentang energi.
2. Dalam kehidupan sehari-hari banyak terdapat macam-macam bentuk energi, sebutkan
macam-macam bentuk energi tersebut dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari?
3. Perubahan energi apa sajakah yang terjadi pada peristiwa di bawah ini.
a. Seseorang yang sedang berlari
b. Seseorang yang sedang menyetrika baju
c. Pertunjukan musik di televisi
4. Jelaskan tentang bunyi hukum kekekalan energi
5. Jika ada sebuah kelapa massanya 2 kg berada di pohon yang memiliki ketinggian 5
meter. Jika percepatan gravitasi bumi di tempat itu 9,8 m/s2. Berapakah energi potensial
buah kelapa tersebut.
6. Jika ada sebuah benda yang massanya 2 kg bergerak dengan kecepatan 4 m/s2.
Berapakah energi kinetiknya
Selamat Berdiskusi
�
Lampiran 8
KRITERIA PENSKORAN AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK
No Indikator Sub Indikator Skor
1 Menanggapi
pertanyaan guru
� Menanggapi pertanyaan dari guru dan
menjawab pertanyaan dengan benar.
� Menanggapi pertanyaan dari guru dan
menjawab pertanyaan mendekati
benar.
� Menanggapi pertanyaan dari guru dan
menjawab pertanyaan salah.
� Tidak menaggapi dan tidak menjawab
pertanyaan.
4
3
2
1
2 Mengerjakan
soal
� Dapat mengerjakan soal secara
sistematis dan benar.
� Dapat mengerjakan soal secara
sistematis dan mendekati benar.
� Dapat mengerjakan soal secara tidak
sistematis dan salah.
� Tidak mau mengerjakan soal.
4
3
2
1
3 Bekerjasama � Bekerja sama dengan semua anggota
kelompok.
� Bekerja sama dengan 4-3 orang
anggota kelompok.
� Bekerja sama dengan 2-1 orang
anggota kelompok.
� Tidak mau bekerja sama dengan
anggota kelompok.
4
3
2
1
4 Menganalisis
permasalahan
� Dapat menganalisis tentang
permasalahan secara menyeluruh dan
benar.
� Dapat menganalisis tentang
permasalahan tidak menyeluruh dan
benar.
� Dapat menganalisis tentang
permasalahan tidak menyeluruh dan
salah.
� Tidak mau menganalisis permasalahan.
4
3
2
1
Kriteria penilaian aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut :
Nilai Kategori
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
20-40 Kurang
Kriteria skor aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut :
Skor Kategori
4 Sangat baik
3 Baik
2 Cukup
1 Kurang
Lampiran 10
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1 A.Aenur Mubarok � � 3 3 �� �� ���
2 Amalia Sinarsih � � 3 �� ����� ���������
3 Khaerotul Ummah � � 3 �� �� ���
4 Muslikhun � 3 3 � � ����� ����
5 Siti Nur Afidah � 3 � �� ����� ���
1 Abdul Aziz � � � �� ����� ���
2 Anisatul Fitriyah � � � �� ���� ���
3 Kharisuddin Yunus � � � � � ����� ����
4 Nala Naeli Nur � �� ����� ���������
5 Siti Nur Asiyah � � 3 �� ����� ���
1 Abdul Kohar � 3 � � � ����� ����
2 Eka Mualiatul F � � 3 3 �� ����� ���
3 Latifatul Ikhsaniyah 3 � � ���� ���������
4 Nita Rojiati F � � � �� ����� ���
5 Siti Nur Hidayah � � � �� ����� ���
1 Abqiyatul Ulfa 4 3 � � ���� ���������
2 Siti Dewi Lestari � � 4 � �� ����� ���
3 Nur Zaidah 3 3 � ���� ���������
4 Siti Rifdah � � �� �� ���
5 Ulfatun Ni'mah � 3 �� �� ���
1 Ahmad Akrom 2 3 3 3 �� ����� ���
2 Hidayatun Nasriyah � 3 � 3 �� ���� ���
3 Lukmanul Khakim � � 4 3 �� ���� ���
4 Rizkhan Frendyka � � �� �� ���
5 Siti Umi Toifatun � � � �� �� ���
6 1 Ahmad Eha Asbar � 2 3 �� ���� ���
2 Imam Nasiruddin � � 3 �� ����� ���
6 3 M. Aris Wahyudin � � � ���� ���������
4 Lukman Khakim � � � �� ���� ���
5 Su'udi � 3 4 � �� ���� ���
1 Ahmad Ibadullah � � �� �� ���
2 Inayati Sholikhati � 3 3 3 �� ���� ���
3 M.Khaeroni � 3 � � � �� ����
4 Siti Fatimatun N � � 3 3 �� �� ���
5 Sulis Setiyawati � � � � � ����� ����
1 Ahmad Riza Azizi � 3 3 3 �� ���� ���
2 Isnani Hurmatun � 3 � �� ���� ���
3 Muhammad Robik � � 3 3 � ����� ����
4 Siti Mualimatun 3 3 � �� �� ���
5 Titik Rahayu 3 3 3 �� ����� ���������
6 Uswatun Khasanah � 3 3 � � ����� ����
������������
����������
Kategori
�����
41Jumlah peserta didik
�� ������������!�!��"����������
�� ������������!�!��"������!��������
#���$���������
%����������������
�����
�
�
1
2
3
55
4
Analisis Aktivitas Belajar Peserta didik ( Siklus II )
Cukup Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
����
�� ��
������ ��Menganalisis
Penilaian Aktivitas ���
���������
���
����
���
Kelo
mpok
���� �����
Nama Peserta didikNo Menanggapi Memecahkan soal kerjasama
7
8
Lampiran 11
KISI-KISI SOAL TES SIKLUS I
Satuan Pendidikan : MTs NU 20 Kangkung Kendal
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VIII/Genap
Materi Pokok : Usaha dan Energi
Alokasi waktu : 1 X 40 menit
Bentuk soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan
sehari-hari
Kompetensi
Dasar�
Materi� Indikator� Aspek Nomor Soal� Bentuk
Soal�
Menjelaskan
hubungan
betuk-bentuk
energi dan
perubahannya,
prinsip usaha
dan energi,
serta
penerapannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
�
Usaha� a. Menjelaskan
pengertian usaha
dan contohnya
dalam kehidupan
sehari-hari
b. Menjelaskan
kaitan antara
usaha dan energi
�� Menunjukkan
penerapan daya,
dan usaha dalam
kehidupan sehari-
hari�
C1
C2
C3�
1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8.
9,10,11,12,
13,14,15.
16,17,18,19,
20.
�
Pilihan
Ganda
Pilihan
Ganda
Pilihan
Ganda�
�
�
�
Lampiran 12
SOAL TES EVALUASI
SIKLUS I
Nama :…………………………….
No absen :…………………………….
Kelas :…………………………….
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang ( x )
1. Dalam ilmu fisika, usaha mempunyai nilai jika...
a. gaya dilakukan pada sebuah benda
b. gaya dilakukan pada benda sehingga benda itu berpindah
c. gaya diberikan benda, tetapi benda tetap diam
d. gaya diberikan pada benda bergerak
2. Peristiwa yang tidak menunjukkan adanya usaha adalah...
a. seorang atlet sedang menahan halter di atas kepalanya
b. seorang yang sedang menuntun sepeda motor
c. seekor kuda yang sedang menarik kereta
d. anak kecil yang sedang menyeret-nyeret mobil-mobilan
3. Secara matematis, usaha dapat dinyatakan sebagai perkalian antara...
a. kecepatan dan perpindahan c. gaya dan perpindahan
b. percepatan dan perpindahan d. gaya dan kecepatan
4. Ali mendorong mobil yang mogok dan mobil tetap belum bergerak. Usaha yang
dilakukan ali adalah...
a. nol, sebab mobil tidak berpindah
b. negatif, sebab mobil tidak berpindah
c. positif, sebab ali telah mengeluarkan tenaga
d. negatif, sebab gaya dorong ali terlalu lemah
5. Usaha sebesar satu joule adalah gaya sebesar satu newton yang dapat memindahkan
benda ...
a. seberat satu newton c. sejauh satu meter
b. bermassa satu kilogram d. sebesar satu watt
6. Besar usaha bergantung pada hal-hal berikut.
1) Arah gaya
2) Besar gaya
3) Arah perpindahan
4) Besar perpindahan benda searah dengan gaya
Pernyataan yang benar adalah...
a. 1,2,dan 3 c. 2, dan 4
b. 1, dan 3 d. 4 saja
7. Usaha yang dilakukan oleh gaya gesek nilainya selalu…
a. positif c. nol
b. negatif d. Searah dengan gerak
8. Batu yang beratnya 5 N hendak dipindahkan dari lantai ke meja yang tingginya 80
cm. usaha yang diperlukan adalah...
a. 4 joule c. 40 joule
b. 5 joule d. 80 joule
9. Usaha 1 joule sama dengan…
a. 103 erg c. 10
5 erg
b. 104 erg d. 10
7 erg
10. Usaha oleh dua gaya yang berlawanan arah secara matematis ditulis…
a. W = ( F1 + F2 ) s c. W = ( F1 x F2 ) s
b. W = ( F1 - F2 ) s d. W = ( F1 : F2 ) s
11. Usaha dan energi mempunyai satuan yang sama. Salah satu satuan usaha adalah…
a. newton c. dyne
b. erg d. gram
12. Gaya F mendatar bekerja pada massa m selama t sekon sehingga menghasilkan
perpindahan s. Usaha yang dilakukan F adalah...
a. tsmFW ...= c. sFW .=
b.t
smFW
..= d.
t
sFW
.=
13. Sebuah gaya F bekerja pada benda sehingga benda berpindah sejauh 5 m. besarnya
gaya yang dilakukan gaya F adalah 400 J. nilai F sama dengan…
a. 80 N c. 200 N
b. 100 N d. 2000 N
14. Usaha yang diperlukan untuk mengangkat beban 200 N ke ketinggian 4 m di atas
tanah adalah…
a. 50 joule c. 400 joule
b. 200 joule d. 800 joule
15. Usaha untuk mengangkat benda seberat 100 newton adalah 500 J. benda itu
berpindah sejauh…
a. 0,2 m c. 10 m
b. 5 m d. 50 m
16. Rumus daya adalah…
a. txWP = c. W
tP =
b.t
WP = d. tWP +=
17. Jika daya setrika listrik 300 watt, ini berarti dalam satu detik setrika listrik itu...
a. mengeluarkan gaya 300 newton
b. melakukan usaha 300 joule
c. memerlukan energi 300 joule
d. mendapat usaha 300 watt
18. Sebuah benda dipindahkan sejauh 30 meter dengan gaya 500N, jika waktu yang
diperlukan hanya 0,5 menit, maka besar usaha gaya itu dan dayanya adalah...
a. 15000 N/m dan 500 J/s c. 150 N/m dan 50 J/s
b. 1500 N/m dan 0,5 J/s d. 0,15 N/m dan 5 J/s
19. Seorang siswa yang beratnya 500 Newton berlari meniti tangga dengan ketinggian 5
meter dalam waktu 10 sekon, maka besarnya daya siswa tersebut adalah...
a. 1000 Watt c. 250 Watt
b. 500 Watt d. 100 Watt
20. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 50 km/jam. Jika mobil tersebut direm
dengan gaya tetap 3000 N dan berhenti setelah menempuh jarak 5 m. Usaha yang
dilalukan gaya rem adalah...
a. 2500 J c. -2500 J
b. 15000 J d. -15000 J
.…… Selamat Mengerjakan……
�
Lampiran 13
KISI-KISI SOAL TES SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MTs NU 20 Kangkung Kendal
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VIII/Genap
Materi Pokok : Usaha dan Energi
Alokasi waktu : 1 X 40 menit
Bentuk soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan
sehari-hari
Kompetensi
Dasar�
Materi� Indikator� Aspek Nomor Soal� Bentuk
Soal�
Menjelaskan
hubungan
betuk-bentuk
energi dan
perubahannya,
prinsip usaha
dan energi,
serta
penerapannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
�
Energi� a. Menunjukkan
bentuk-bentuk
energi dan
contohnya dalam
kehidupan
sehari-hari.
b. Menjelaskan
konsep energi
kinetik dan
energi potensial
pada suatu benda
yang bergerak.
c. Mengenalkan
hukum kekekalan
energi melalui
contoh dalam
kehidupan
sehari-hari.
d. Menjelaskan
kaitan antara
energi dan usaha.
C1
C2
C3
C4�
1, 2, 4, 5, 6.
7, 8, 11,10,
13, 14.
3, 9, 15.
12, 16, 17,
18, 19, 20
Pilihan
Ganda
Pilihan
Ganda
Pilihan
Ganda
Pilihan
Ganda�
�
Lampiran 14
SOAL TES EVALUASI
Siklus II
Nama :…………………………….
No absen :…………………………….
Kelas :…………………………….
I.Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang ( x )
1. Kemampuan sebuah benda melakukan usaha disebut…
a. Tenaga c. Energi
b. Kerja d. Daya
2. Di bawah ini adalah bentuk-bentuk energi, kecuali…
a. Kalor c. Bunyi
b. Cahaya d. Suhu
3. Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, tetapi energi hanya dapat diubah
bentuk ke bentuk yang lain. Pernyataan tersebut bunyi dari…
a. Hukum Archimedes c. Hukum pascal
b. Hukum Kekekalan massa d. Hukum kekekalan energi
4. Dalam peristiwa perubahan bentuk energi, jumlah energi yang terjadi…
a. Selalu tetap c. Selalu bertambah
b. Selalu berkurang d. Dapat bertambah dan berkurang
5. Di bawah ini yang merupakan satuan energi adalah…
a. Joule c. Newton meter
b. Newton d. 22 /. smKg
6. Salah satu bentuk energi kimia tersimpan dalam…
a. Air panas c. lampu pijar
b. Stop kontak d. aki
7. Energi potensial dirumuskan…
a.� hgm ...21 � � � � c.� 2..21 vm
b.� hgm .. � � � � d��2.vm �
8. Energi kinetik dapat dirumuskan...
a. gm..21 � � � � c. 2..21 vm
b. hgm .. � � � � d.� vm.
9. Yang termasuk energi yang dapat diperbaharui adalah...
a. Minyak tanah c. Bensin
b. Batu bara d. Angin
10. Energi yang dimiliki benda karena letak kedudukannya terhadap bumi disebut...
a. Energi mekanik c. Energi kinetik
b. Energi potensial gravitasi d. Energi gerak
11. Pegas yang kita tekan dari tali busur panah yang kita rentangkan memiliki energi...
a. Mekanik c. Kinetik
b. Potensial d. Gerak
12. Data : (1) Massa,(2) percepatan gravitasi, (3) Kecepatan, (4) ketinggian. Dari data
tersebut, faktor-faktor yang mempengarui besarnya energi potensial adalah...
a. 1,2, dan 3 c. 1,3, dan 4
b. 1,2, dan 4 d. 2,3, dan 4
13. Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena...
a. Geraknya c. Kalornya
b. Kedudukannya d. Cahayanya
14. Hubungan antara energi mekanik (Em), energi potensial (Ep) dan energi kinetik
(Ek) yang benar adalah...
a. Em = Ep + Ek c. Ep = Ek + Em
b. Ek = Ep + Ep d. Em = Ep – Ek
15. Pada saat menyalakan lampu yang menggunakan batu baterai, urutan perubahan
energinya...
a. Energi panas � energi listrik � energi cahaya
b. Energi listrik � energi kimia � energi cahaya
c. Energi kimia � energi listrik � energi cahaya
d. Energi panas � energi kimia � energi cahaya
16. Sebuah batu bata jatuh dari atas bangunan dengan energi kinetik dan energi
potensial berturut-turut 12 joule dan 5 joule. energi mekanik batu bata itu adalah...
a. 2,4 joule c. 7 joule
b. 5 joule d. 17 joule
17. Sebuah batu jatuh dari atas meja dengan ketinggian 2 m. Berapakah energi kinetik
bola ketika menyentuh lantai apabila massa bola 0,5 kg dan percepatan gravitasi 9,8
m/s2...
a. 1 J c. 19,6 J
b. 9,8 J d. 20 J
18. Benda yang massanya 5 Kg, kita gantungkan disuatu tempat dengan ketinggian 2
meter dari tanah, jika percepatan gravitasi ditempat itu 9,8 2sm maka energi
potensialnya sebesar...
a. 0,98 J c. 980 J
b. 98 J d. 9800 J
19. Sebuah benda yang massanya 0,5 Kg memiliki energi potensial 49 J, percepatan
gravitasi bumi 9,8 2sm ��maka ketinggian benda tersebut adalah...
a. 10 m c. 20 m
b. 19,6 m d. 49 m
20. Energi kinetik sebuah benda yang massanya 4 Kg dan bergerak dengan kecepatan 2
m/s adalah...
a. 4 Joule c. 16 Joule
b. 8 Joule d. 24 Joule
Selamat Mengerjakan�
Lampiran 15
Kunci Jawaban Soal Tes Evaluasi
Siklus I
1. B 11. B
2. A 12. C
3. C 13. A
4. A 14 . D
5. C 15 . B
6. C 16 . B
7. B 17 . C
8. A 18 . A
9. D 19 . C
10. B 20 . D
Siklus II
1. C 11. B
2. D 12. B
3. D 13. B
4. B 14. A
5. A 15. C
6. D 16. D
7. B 17. B
8. C 18. B
9. D 19. A
10. B 20. B
�
���������
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 � � � � � � � � � � � � � � �
2 � � � � � � � � � � � � � � �
3 � � � � � � � � � � � � � � �
4 � � � � � � � � � � � � � � �
5 � � � � � � � � � � � � � � �
6 � � � � � � � � � � � � � � �
7 � � � � � � � � � � � � � � �
8 � � � � � � � � � � � � � � �
9 � � � � � � � � � � � � � � �
10 � � � � � � � � � � � � � � �
11 � � � � � � � � � � � � � � �
12 � � � � � � � � � � � � � � �
13 � � � � � � � � � � � � � � �
14 � � � � � � � � � � � � � � �
18 � � � � � � � � � � � � � � �
21 � � � � � � � � � � � � � � �
17 � � � � � � � � � � � � � � �
15 � � � � � � � � � � � � � � �
16 � � � � � � � � � � � � � � �
19 � � � � � � � � � � � � � � �
22 � � � � � � � � � � � � � � �
20 � � � � � � � � � � � � � � �
23 � � � � � � � � � � � � � � �
25 � � � � � � � � � � � � � � �
26 � � � � � � � � � � � � � � �
40 � � � � � � � � � � � � � � �
24 � � � � � � � � � � � � � � �
39 � � � � � � � � � � � � � � �
32 � � � � � � � � � � � � � � �
41 � � � � � � � � � � � � � � �
27 � � � � � � � � � � � � � � �
33 � � � � � � � � � � � � � � �
37 � � � � � � � � � � � � � � �
28 � � � � � � � � � � � � � � �
31 � � � � � � � � � � � � � � �
34 � � � � � � � � � � � � � � �
38 � � � � � � � � � � � � � � �
30 � � � � � � � � � � � � � � �
36 � � � � � � � � � � � � � � �
29 � � � � � � � � � � � � � � �
35 � � � � � � � � � � � � � � �
åX 40 26 24 23 23 28 26 29 28 27 24 25 15 21 17
(åX)2
1600 676 576 529 529 784 676 841 784 729 576 625 225 441 289
åX2
40 26 24 23 23 28 26 29 28 27 24 25 15 21 17
åXY 993 778 745 650 682 804 787 823 751 764 702 727 472 673 568
åY 1005
åY2
29125
(åY)2
1010025
Validitas
rxy 0,189 0,681 0,741 0,405 0,555 0,589 0,724 0,574 0,324 0,502 0,538 0,546 0,505 0,738 0,716
Kriteria tidak valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
rtabel 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291
Reliabilitas
P 1,0 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,6 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 0,4 0,5 0,5
Q 0,0 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,4 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,6 0,5 0,5
PQ 0,02 0,23 0,24 0,22 0,22 0,20 0,23 0,14 0,16 0,21 0,22 0,22 0,23 0,25 0,25
åPQ Varians TotalReliabilitas Kriteria
4,20 109,518 0,986 reliabel
Daya Pembeda
DB 0,05 0,65 0,85 -0,23 0,21 0,35 0,75 0,35 -0,28 0,31 0,21 0,16 0,42 0,66 0,32
Kriteria jelek baik baikskl jelek cukup cukup baikskl cukup jelek cukup cukup jelek baik baik cukup
Tingkat Kesukaran (TK)
TK 0,98 0,63 0,59 0,68 0,66 0,73 0,63 0,83 0,80 0,71 0,66 0,68 0,37 0,54 0,46
Kriteria mudah sedang sedang sedang sedang mudah sedang mudah mudah mudah sedang sedang sedang sedang sedang
No. Abs
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � � � � � � � �
25 19 30 19 23 18 27 24 30 23 28 23 28 23 22 24
625 361 900 361 529 324 729 576 900 529 784 529 784 529 484 576
25 19 30 19 23 18 27 24 30 23 28 23 28 23 22 24
721 606 845 603 701 599 795 745 843 682 804 734 816 707 714 702
0,517 0,656 0,577 0,642 0,644 0,741 0,655 0,741 0,566 0,555 0,589 0,799 0,649 0,673 0,817 0,538
valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291
0,6 0,5 0,8 0,5 0,6 0,5 0,7 0,6 0,8 0,7 0,7 0,6 0,7 0,6 0,5 0,7
0,4 0,5 0,2 0,5 0,4 0,5 0,3 0,4 0,2 0,3 0,3 0,4 0,3 0,4 0,5 0,3
0,24 0,25 0,17 0,25 0,25 0,25 0,22 0,24 0,14 0,22 0,20 0,25 0,21 0,23 0,25 0,22
0,21 0,42 0,45 0,42 0,61 0,51 0,60 0,85 0,35 0,21 0,35 0,90 0,60 0,55 0,95 0,21
cukup baik baik baik baik baik baik baikskl cukup cukup cukup baikskl baik baik baikskl cukup
0,61 0,46 0,78 0,46 0,56 0,46 0,66 0,59 0,83 0,66 0,73 0,56 0,71 0,63 0,54 0,66
sedang sedang mudah sedang sedang sedang sedang sedang mudah sedang mudah sedang mudah sedang sedang sedang
�������
Skor
32 33 34 35 36 37 38 39 40 Y Y2
� � � � � � � � � 40 1600
� � � � � � � � � 40 1600
� � � � � � � � � 40 1600
� � � � � � � � � 40 1600
� � � � � � � � � 40 1600
� � � � � � � � � 40 1600
� � � � � � � � � 40 1600
� � � � � � � � � 40 1600
� � � � � � � � � 39 1521
� � � � � � � � � 39 1521
� � � � � � � � � 39 1521
� � � � � � � � � 39 1521
� � � � � � � � � 26 676
� � � � � � � � � 26 676
� � � � � � � � � 25 625
� � � � � � � � � 25 625
� � � � � � � � � 24 576
� � � � � � � � � 23 529
� � � � � � � � � 23 529
� � � � � � � � � 23 529
� � � � � � � � � 23 529
� � � � � � � � � 20 400
� � � � � � � � � 20 400
� � � � � � � � � 18 324
� � � � � � � � � 18 324
� � � � � � � � � 18 324
� � � � � � � � � 17 289
� � � � � � � � � 17 289
� � � � � � � � � 16 256
� � � � � � � � � 16 256
� � � � � � � � � 15 225
� � � � � � � � � 15 225
� � � � � � � � � 15 225
� � � � � � � � � 14 196
� � � � � � � � � 14 196
� � � � � � � � � 14 196
� � � � � � � � � 14 196
� � � � � � � � � 13 169
� � � � � � � � � 13 169
� � � � � � � � � 12 144
� � � � � � � � � 12 144
25 21 21 17 21 13 29 15 21
625 441 441 289 441 169 841 225 441
25 21 21 17 21 13 29 15 21
727 677 673 568 655 494 829 529 667
0,546 0,756 0,738 0,716 0,654 0,878 0,605 0,781 0,710
valid valid valid valid valid valid valid valid valid
0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291 0,291
0,7 0,5 0,5 0,5 0,5 0,3 0,8 0,4 0,5
0,3 0,5 0,5 0,5 0,5 0,7 0,2 0,6 0,5
0,22 0,25 0,25 0,25 0,25 0,22 0,18 0,23 0,25
0,16 0,71 0,66 0,32 0,41 0,52 0,50 0,52 0,71
jelek baikskl baik cukup baik baik baik baik baikskl
0,68 0,51 0,54 0,46 0,51 0,32 0,76 0,37 0,51
sedang sedang sedang sedang sedang sedang mudah sedang sedang
No Nama Peserta didik Nilai Keterangan
1 A. Aenur Mubarok 40 Tidak tuntas
2 Abdul Aziz 72 Tuntas
3 Abdul Kohar 60 Tuntas
4 Abqiyatul Ulfa 65 Tuntas
5 Ahmad Akrom 60 Tuntas
6 Ahmad Eha Asbar 60 Tuntas
7 Ahmad Ibadullah 72 Tuntas
8 Ahmad Riza Azizi 50 Tidak tuntas
9 Amalia Sinarsih 42 Tidak tuntas
10 Anisatul Fitriyah 18 Tidak tuntas
11 Eka Mualimatul Fitriyah 35 Tidak tuntas
12 Hidayatun Nasriyah 33 Tidak tuntas
13 Imam Nasiruddin 60 Tuntas
14 Inayati Solikhah 38 Tidak tuntas
15 Isnani Hurmatun 15 Tidak tuntas
16 Khaerotul Ummah 32 Tidak tuntas
17 Kharisuddin Yunus 62 Tuntas
18 Latifatul Ikhsaniyah 92 Tuntas
19 Lukman Khakim 65 Tuntas
20 Lukmanul Khakim 42 Tidak tuntas
21 M.Aris Wahyudin 95 Tuntas
22 M. Kaeroni 62 Tuntas
23 Muhammad Robik 50 Tidak tuntas
24 Muslikhun 50 Tidak tuntas
25 Nala Naeli Nur Fauziyah 78 Tuntas
26 Nita Roji'ati Fauziah 40 Tidak tuntas
27 Nur Zaidah 40 Tidak tuntas
28 Rizkhan Frendyka 50 Tidak tuntas
29 Siti Dewi Lestari 35 Tidak tuntas
30 Siti Fatimatun Nafiah 78 Tuntas
31 Siti Mualimatun Nikmah 32 Tidak tuntas
32 Siti Nur Afidah 78 Tuntas
33 Siti Nur Asiyah 70 Tuntas
34 Siti Nur Hidayah 30 Tidak tuntas
35 Siti Rifdah 80 Tuntas
36 Siti Umi Toifatun 52 Tidak tuntas
37 Su'udi 62 Tuntas
38 Sulis Setyawati 28 Tidak tuntas
39 Titik Rahayu 55 Tidak tuntas
40 Ulfatun Nikmah 35 Tidak tuntas
41 Uswatun Khasanah 18 Tidak tuntas
41
18
Jumlah Peserta didik yang tidak tuntas belajar 23
51,98
Persentase ketuntasan Klasikal 43,90
Jumlah Peserta didik yang tuntas belajar
Nilai pra siklus Peserta didik
Lampiran 17
Jumlah Peserta didik
Rata-rata Kelas
Lampiran 18
Nama Skor Nilai
siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Perolehan
1 K1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 15 75 Tuntas
2 K2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 15 75 Tuntas
3 K3 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 15 75 Tuntas
4 K4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 16 80 Tuntas
5 K5 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 Tuntas
6 K6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 15 75 Tuntas
7 K7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 16 80 Tuntas
8 K8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 16 80 Tuntas
9 K9 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 15 75 Tuntas
10 K10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 15 75 Tuntas
11 K11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 17 85 Tuntas
12 K12 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 12 60 Tuntas
13 K13 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 15 75 Tuntas
14 K14 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 15 75 Tuntas
15 K15 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 9 45 Tidak Tuntas
16 K16 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 16 80 Tuntas
17 K17 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 10 50 Tidak Tuntas
18 K18 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 85 Tuntas
19 K19 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 11 55 Tidak Tuntas
20 K20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 Tuntas
21 K21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 19 95 Tuntas
22 K22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 16 80 Tuntas
23 K23 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 10 50 Tidak Tuntas
24 K24 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 15 75 Tuntas
25 K25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 14 70 Tuntas
26 K26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 15 75 Tuntas
27 K27 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 14 70 Tuntas
28 K28 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 15 75 Tuntas
29 K29 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 15 75 Tuntas
30 K30 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 14 70 Tuntas
31 K31 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 11 55 Tidak Tuntas
32 K32 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 14 70 Tuntas
33 K33 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 14 70 Tuntas
34 K34 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 13 65 Tuntas
35 K35 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 Tuntas
36 K36 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 14 70 Tuntas
37 K37 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 16 80 Tuntas
38 K38 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 9 45 Tidak Tuntas
39 K39 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 14 70 Tuntas
40 K40 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 15 75 Tuntas
41 K41 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 7 35 Tidak Tuntas
Ket.
Analisis Hasil Belajar Kognitif (SIKLUS I )
NoButir soal
Ketuntasan klasikal 82,93
41Jumlah Peserta didik
Jumlah Peserta didik yang tuntas
Jumlah Peserta didik yang tidak tuntas
Rata-rata Kelas
34
7
71,22
Kelas : VIII-B
No Nama L/P
1 A. Aenur Mubarok Laki-laki
2 Abdul Aziz Laki-laki
3 Abdul Kohar Laki-laki
4 Abqiyatul Ulfa Perempuan
5 Ahmad Akrom Laki-laki
6 Ahmad Eha Asbar Laki-laki
7 Ahmad Ibadullah Laki-laki
8 Ahmad Riza Azizi Laki-laki
9 Amalia Sinarsih Perempuan
10 Anisatul Fitriyah Perempuan
11 Eka Mualimatul Fitriyah Perempuan
12 Hidayatun Nasriyah Perempuan
13 Imam Nasiruddin Laki-laki
14 Inayati Solikhah Perempuan
15 Isnani Hurmatun Perempuan
16 Khaerotul Ummah Perempuan
17 Kharisuddin Yunus Laki-laki
18 Latifatul Ikhsaniyah Perempuan
19 Lukman Khakim Laki-laki
20 Lukmanul Khakim Laki-laki
21 M.Aris Wahyudin Laki-laki
22 M. Kaeroni Laki-laki
23 Muhammad Robik Laki-laki
24 Muslikhun Laki-laki
25 Nala Naeli Nur Fauziyah Perempuan
26 Nita Roji'ati Fauziah Perempuan
27 Nur Zaidah Perempuan
28 Rizkhan Frendyka Laki-laki
29 Siti Dewi Lestari Perempuan
30 Siti Fatimatun Nafiah Perempuan
31 Siti Mualimatun Nikmah Perempuan
32 Siti Nur Afidah Perempuan
33 Siti Nur Asiyah Perempuan
34 Siti Nur Hidayah Perempuan
35 Siti Rifdah Perempuan
36 Siti Umi Toifatun Perempuan
37 Su'udi Laki-laki
38 Sulis Setyawati Perempuan
39 Titik Rahayu Perempuan
40 Ulfatun Nikmah Perempuan
Daftar Nama Peserta didik
Lampiran 20
41 Uswatun Khasanah Perempuan
Lampiran 21
DAFTAR KELOMPOK PESERTA DIDIK
Kelompok I
1. A. Aenur Mubarok
2. Amalia Sinarsih
3. Khaerotul Ummah
4. Muslikhun
5. Siti Nur Afidah
Kelompok II
1. Abdul Azis
2. Anisatul Fitriyah
3. Kharisuddin Yunus
4. Nala Naeli Nur F
5. Siti Nur Asiyah
Kelompok III
1. Abdul Kohar
2. Eka Mualimatul F
3. Latifatul Ikhsaniyah
4. Nita Rojiati
5. Siti Nur Hidayah
Kelompok IV
1. Abqiayatul Ulfa
2. Siti Dewi Lestari
3. Nur Zaidah
4. Siti Rifdah
5. Ulfatun Nikmah
Kelompok V
1. Ahmad Akrom
2. Hidayatun Nasriyah
3. Lukmanul Khakim
4. Rizkhan Frendyka
5. Siti Umi Toifatun
Kelompok VI
1. Ahmad Eha Asbar
2. Imam Nasiruddin
3. M. Aris Wahyudin
4. Lukman Khakim
5. Su’udi
Kelompok VII
1. Ahmad Ibadullah
2. Inayati Sholikhah
3. M.Khaeroni
4. Siti Fatimatun
5. Sulis Setiyawati
Kelompok VIII
1. Ahmad Riza Azizi
2. Isnani Hurmatun
3. M.Robik
4. Siti Mualimatun
5. Titik Rahayu
6. Uswatun Khasanah
Lampiran 22
DOKUMENTASI PEMBELAJARAN
�
Peserta didik saat mendengarkan penjelasan guru
Peserta didik saat melakukan diskusi
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di dep
Peserta didik aktif dalam diskusi
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelasan kelas