faktor-faktor yang memengaruhi …puspijak.org/uploads/sosek_2015/jurnal_sosek_12.1.2015.2.pdf ·...

Download FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI …puspijak.org/uploads/sosek_2015/Jurnal_sosek_12.1.2015.2.pdf · Peraturan perundangan, ... Walikota/Bupati dengan tim pembina di bawah ... Deli Serdang

If you can't read please download the document

Upload: trinhdien

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENYELENGGARAANHUTAN KOTA: STUDI KASUS KOTA MEDAN, DELI SERDANG DAN

    PALANGKA RAYA(

    )Factors Influence Urban Forest Development: Case Study in Medan,

    Deli Serdang and Palangka Raya

    Elvida Yosefi Suryandari & Iis AlviyaPusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

    Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor, Indonesia; e-mail: [email protected]; [email protected]

    iterima 3 Juni 2014 direvisi 30 Oktober 2014 disetujui 2 Januari 2015

    Sebagian besar pembangunan infrastruktur perkotaan meningkat, sementara itu hutan kota yang ada belummencukupi kebutuhan masyarakat perkotaan. Tujuan kajian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhipenyelenggaraan hutan kota. Kajian ini menggunakan pembobotan dan analisis . Pembobotan dilakukandengan cara me- faktor-faktor yang memengaruhi hutan kota antara lain aspek biofisik, sosek, organisasi dankebijakan berdasarkan persepsi responden. Hasil kajian menunjukkan faktor yang paling berpengaruh yaituketerbatasan lahan hutan kota dan sengketa lahan. Peningkatan jumlah penduduk berimplikasi terhadap peningkatanjumlah pemukiman dan sarana pendukungnya, yang berdampak mengurangi luas hutan kota. Di lain pihak, kebijakansektoral kehutanan belum dapat mendorong penyelenggaraan hutan kota, karena konsep hutan kota belum dapatdipahami oleh pemerintah daerah sebagai pelaksana. Faktor lain yang menjadi penghambat adalah sumber dankontinuitas pendanaan. Upaya mengatasi keterbatasan lahan dilakukan dengan optimalisasi hutan kota melaluikegiatan pengayaan jenis dan penanaman pada lahan terlantar. Para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan hutankota perlu koordinasi dalam perencanaan wilayah, pendanaan dan penetapan Perda hutan kota untuk mengurangirisiko perubahan dan konflik peruntukan lahan

    Hutan kota, keterbatasan lahan, penduduk, anggaran dan koordinasi para pihak.

    D

    .

    Kata kunci:

    ABSTRACT

    Most of urban infrastructure development have been increasing while the existing urban forest is inadequate for fulfilling the needsof urban communities. The purpose of this study is to determine the factors affecting the implementation of urban forest in the cities ofMedan, Deli Serdang and Palangka Raya. The study used weighing and stakeholder analysis. Weighing is done through ranking of thefactors that affect urban forest such as aspects of biophysical, socio-economic, organizational and policy, all based on the perception of therespondents. The results showed that the most influencing factors are scarcity of urban forest land and land disputes. Increasing urbanpopulation causes the increasing demand for residential and its supporting facilities, which in turn will reduce urban forest area. On theother hand, forestry policy failed to foster implementation of urban forest because this concept has not been understood by local governmentas the executor. Another obstacle is the lack of budget and its continuity. Efforts to overcome the scarcity of urban forest land is byoptimazing urban forest management through species enrichment and plantings on idle land. Coordination and collaboration amongstakeholders are needed in regional planning, budgeting and stipulation of district regulation to reduce the risk of land use conversion.

    Urban forest, land constrain, population, budget and stakeholders coordination.

    stakeholderranking

    Keywords:

    ABSTRAK

    13Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyelenggaraan Hutan ...(Elvida Yosefi Suryandari & Iis Alviya)

    I. PENDAHULUAN

    Kawasan perkotaan adalah suatu wilayah yangakan terus tumbuh seiring dengan waktu yangmerupakan suatu bentuk lanskap buatan manusiayang terbentuk akibat aktivitas manusia dalam me-ngelola kepentingan hidupnya (Simonds, 1983).Pertumbuhan penduduk yang pesat turut

    mendorong pertumbuhan ekonomi perkotaanyang ditandai dengan adanya infrastruktur jalan,pusat pemukiman, sarana pelayanan hinggakawasan industri. Aktivitas pembangunan suatukota dapat menimbulkan dampak positif dannegatif. Dampak positifnya adalah terpenuhinyakebutuhan penduduk dengan penyediaan saranadan prasarana yang lengkap, sedangkan dampak

  • 14

    II. METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian

    B. Alur Pikir Penelitian

    Lokasi penelitian meliputi Kota Medan,Kabupaten Deli Serdang (Provinsi SumateraUtara) dan Kota Palangka Raya (ProvinsiKalimantan Tengah). Penyelenggaraan hutan kota,baik di Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang danKota Palangka Raya memiliki karakteristik yangberbeda akan tetapi pembangunan hutan kotanyamasih belum optimal. Hutan kota di Palangka Rayamemiliki ekosistem dan jenis pohon yang aslisetempat, sedangkan Deli Serdang dan Medan di-dominasi pohon mahoni (sengaja ditanam). Hutankota di Medan telah terakomodasi dalam RencanaTata Ruang Wilayah (RTRW) dan sebagian telah di-tetapkan sebagai hutan kota, tetapi di lapanganbanyak mengalami kendala. Kabupaten DeliSerdang telah mengembangkan hutan kota disekeliling perkantoran dan fasilitas umum. KotaPalangka Raya memiliki hutan kota rawa gambutyang unik yaitu Hutan Kota Himba Kahui.

    Fakuara (1987) menyatakan bahwa strategi yangharus dilakukan dalam penyelenggaraan hutan kotameliputi beberapa aspek, yaitu:1. Peraturan perundangan, baik peraturan pusat

    maupun daerah.2. Pembentukan organisasi yang menangani hutan

    kota, meliputi perencanaan dan pengendalian dibawah koordinasi Bappeda Kota/Kabupatenserta pelaksana di bawah tanggung jawabWalikota/Bupati dengan tim pembina di bawahkoordinasi Bappeda Provinsi.

    3. Perumusan sistem pendanaan dengan sumberyang jelas, baik dari masyarakat serta anggaranPemerintah Pusat dan Daerah.

    4. Peningkatan partisipasi masyarakat melaluiprogram penyuluhan terpadu meliputi:memasukkan masalah lingkungan termasuklingkungan perkotaan dan hutan kota ke dalambagian kurikulum pendidikan, membuatdan poster tentang pentingnya hutan kota.

    5. Penelitian meliputi: pemilihan jenis danpengadaan bibit untuk masing-masing bentukdan tipe hutan kota, teknik pembuatan danpemeliharaan tanaman serta sistem manajemenhutan kota.

    leaflet

    negatifnya adalah hilangnya sejumlah ruang ter-buka hijau (RTH), termasuk hutan kota yang dapatberpengaruh terhadap penurunan kualitaslingkungan seperti polusi udara, tanah dan air.

    Hutan kota menurut Peraturan Pemerintah (PP)No. 63 tahun 2002 tentang Hutan Kota adalahhamparan lahan yang bertumbuhan pohon yangkompak dan rapat dalam wilayah perkotaan, baikpada tanah negara maupun tanah hak yang di-tetapkan sebagai hutan kota oleh pejabatberwenang. Luas minimal hutan kota menurutperaturan tersebut 0,25 ha dan 10% dari luasperkotaan. Alokasi hutan kota setiap daerahberbeda tergantung prioritas pembangunan danpola penggunaan lahannya. Perencanaanpenggunaan lahan RTH untuk hutan kota dapatberubah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitupertumbuhan jumlah penduduk, aksesibilitasterhadap sumberdaya, kondisi fisik lahan, ekonomidan kebijakan daerah yang memberikan dampakterhadap jumlah, bentuk, luasan dan penyebaranRTH yang ada di wilayah kota (Faikoh, 2008).

    Penyelenggaraan hutan kota meliputipenunjukan, pembangunan, penetapan danpengelolaan. Pengelolaan hutan kota meliputikegiatan penyusunan rencana pengelolaan,pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan,pemanfaatan dan pemantauan serta evaluasi.Terlaksananya penyelanggaraan hutan kota terkaitdengan peran dan partisipasi para pihak yangterlibat dalam hutan kota.

    Perencanaan pembangunan infrastrukturperkotaan masih belum memperhatikan aspek tataruang kota yang baik. Kebutuhan akanpembangunan infrastruktur dan terbatasnyaketersediaan lahan menjadi salah satu faktorterjadinya disintegrasi dalam pembangunan diperkotaan. Konsekuensi logis atas keadaan terse-but semakin terbatasnya lahan yang tersisa untukkawasan hijau (Samsoedin & Subiandono, 2006).Saat ini keberadaan sebagian besar hutan kotabelum dapat memenuhi 10% dari wilayah perkotaan(PP No. 63 tahun 2002) dengan alasan keterbatasanlahan. Faktor lahan diduga menjadi penghambatpembangunan hutan kota, dan apakah faktor-faktor lain juga masih menjadi penghambat? Kajianini ditulis untuk menganalisis faktor-faktor yangmemengaruhi penyelenggaraan hutan kota,sehingga dapat mendorong pembangunan hutankota.

    JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 1 Maret 2015, Hal. 13-30

  • C. Pengumpulan Data

    D. Analisis Data

    Data yang dikumpulkan berupa data primer,meliputi: 1) luas dan lokasi serta kondisi hutan kota;2) persepsi terhadap pembangunanhutan kota; 3) kondisi biofisik dan 4) sistempengelolaan hutan kota dan permasalahannya.Data dikumpul-kan melalui kunjungan langsung kelokasi hutan kota, pengisian kuesioner, diskusi danwawancara mendalam dengan terkait.

    Jenis data sekunder yang dikumpulkan meliputikondisi sosial ekonomi, biofisik, kelembagaan(aturan main/peraturan perundangan dan pem-biayaan) serta rencana umum pembangunan hutankota (rencana alokasi lahan untuk hutan kota,anggaran biaya, rencana penetapan lokasi danpembangunan hutan kota).

    Untuk mengetahui faktor yang memengaruhipenyelenggaraan hutan kota dilakukan pembobot-an berdasarkan kuesioner. Faktor-faktor dalamsetiap aspek dinilai oleh responden di mana nilai 1:tidak berpengaruh, nilai 2: sedikit berpengaruh,nilai 3: netral, nilai 4: berpengaruh, nilai 5: sangat

    stakeholder

    stakeholder

    Strategi penyelenggaraan hutan kota yangdisebutkan oleh Fakura (1987) tersebut memilikipemikiran yang sejalan dengan PP No. 63 tahun2002 tentang Hutan Kota, mulai dari penunjukan,perencanaan, pembangunan dan pengelolaannya.Berdasarkan penjelasan tersebut maka untukmelihat faktor yang memengaruhi penyelenggaraanhutan kota meliputi aspek sosial ekonomi, biofisik,organisasi dan kebijakan yang dijelaskan dalamGambar 1.

    Berdasarkan Fakuara (1987) dan studi awaldiketahui bahwa faktor yang memengaruhipelaksanan hutan kota antara lain kebijakan danpenerapannya, keterbatasan lahan, masalah teknis,pembiayaan dan perbedaan persepsi atau pe-mahaman hutan kota (Subarudi ., 2010).Dengan pendekatan PP No. 63 tahun 2002, aspekyang memengaruhi dalam hutan kota dipilahberdasarkan aspek biofisik, sosial ekonomi,organisasi dan kebijakan beserta kriteria yangdigunakan untuk melihat penyelenggaraan hutankota. Dari kriteria tersebut akan memberikanrekomendasi untuk perbaikan penyelenggaraanhutan kota yang akan datang.

    et al

    15Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyelenggaraan Hutan ...(Elvida Yosefi Suryandari & Iis Alviya)

  • 16

    berpengaruh. Responden dipilih berdasarkanpengetahuan dan pemahamannya tentangpelaksanaan hutan kota di daerah ( )di mana jumlah responden terpilih adalah 20 orangdari ketiga lokasi penelitian.

    Berdasarkan wawancara responden, semuaaspek sama pentingnya dalam penyelenggaraanhutan kota sehingga memiliki nilai 1 untuk setiapaspek. Faktor-faktor dalam aspek merupakan pen-dekatan hutan kota PP No. 63 tahun 2002 dan hasilwawancara.1. Aspek 1: kajian difokuskan pada peraturan

    perundangan yang ditetapkan oleh lembagapemerintah pusat dan melihat keterkaitannyadengan Perda.

    2. Aspek 2: organisasi; analisis untukmengetahui organisasi yang mendukung danterlibat dalam pengelolaan hutan kota, termasuktupoksi dan sumber pendanaan.

    3. Aspek 3: sosial-ekonomi; pendekatan sosial-ekonomi dapat dilihat dari perkembangan

    purposive sampling

    stakeholder

    jumlah penduduk dan banyaknya industri dilingkungan perkotaan, dikaitkan dengan luasalokasi RTH atau hutan kota di daerah.

    4. Aspek 4: biofisik; dapat dilihat dari polapenggunaan lahan di perkotaan, luas wilayahperkotaan dibandingkan dengan alokasi hutankota yang direncanakan atau sudah dilaksanakan.Contoh pengisian bobot biofisik dapat dilihatpada Tabel 1, cara yang sama dilakukan untukaspek yang lain.Aspek pendukung seperti sosial-ekonomi dan

    biofisik dianalisis dengan analisis kuantitatif dankualitatif. Analisis kuantitatif dengan menguraikandata dalam bentuk angka dan tabulasi. Analisiskualitatif artinya adalah menguraikan data secarabermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun,logis, tidak tumpangtindih dan efektif sesuai topik

    penelitian sehingga memudahkan pemahaman daninterpretasi data (Wahyuni & Samsoedin, 2012).

    Gambaran perkembangan hutan kota di ketigalokasi penelitian, yaitu Kota Medan, KabupatenDeli Serdang dan Kota Palangka Raya dibahasdalam uraian berikut:

    Ruang Terbuka Hijau (RTH) hutan kota Medanmerupakan penyangga lingkungan kota yangberfungsi untuk memperbaiki dan menjaga iklimmikro dan nilai estetika, meresapkan air, mencipta-kan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisikkota serta mendukung pelestarian dan perlindung-an keanekaragaman hayati Indonesia. MenurutBadan Pusat Statistik Kota Medan (2012) jenispohon yang dominan ditanam di hutan kota Medanadalah mahoni ( ) dan angsana( . Luas wilayah Kota Medan26.510 ha dan kebutuhan luas RTH sesuai UU No.26 tahun 2007 adalah 30% dari 26.510 ha (sekitar7.953 ha), terdiri dari 5.302 ha RTH publik dan2.651 ha privat. Penunjukan RTH hutan kotaMedan telah diakomodir dalam RTRW KotaMedan 2010-2030 seperti pada Tabel 2 danGambar 1. Sampai saat ini belum ada penunjukanhutan kota yang ditetapkan dalam bentuk Peratur-an Daerah.

    Hambatan dalam membangun hutan kota diMedan antara lain: keterbatasan lahan, sengketalahan, kontinuitas untuk mempertahankan ke-lestarian hutan kota tidak terjaga (karena masya-

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Perkembangan Hutan Kota di LokasiPenelitian

    Hutan kota di kota Medan1.

    Swietenia macrophyllaPterocarpus indicus)

    Tabel 1. Contoh pengisian bobot pada aspek biofisikTable 1. Examples of filling weights on biophysical aspects

    Aspek biofisik (Biophysical aspects) R1 R2 Rn Total (Sum total) Bobot (Weights)

    Luas hutan kota minimal 0,25 ha(Minimum urban forest 0,25 ha)

    K1 K1/ Ktotal

    RTRWK (Spatial planning of urban) K2 K2/ Ktotal

    Alokasi hutan kota (Urban forest allocation) K3 K3/ Ktotal

    Jumlah (Total) K 1

    Keterangan ( ): R = respoden ( ); K = kriteria ( ).Remarks respondents criteria

    JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 1 Maret 2015, Hal. 13-30

  • 17

    Tabel 2. Kawasan RTH hutan kota MedanTable 2.Green open space area of urban forest in Medan city

    No. Lokasi (Location) Kecamatan (Sub district) Luas (Area) (ha)

    1. Taman Beringin Medan Baru 1,2

    2. Bumi perkemahan pramuka Cadika Medan Johor 25

    3. Hutan kota CBD Polonia Medan Polonia 40

    4. Kebun binatang Medan Tuntungan 30

    5. Kanal sungai Deli zona A dan D Medan Johor 2

    6. Hutan kota Medan Labuhan 1,5

    7. Hutan kota Kelurahan Baru Ladang Bambu Medan Tuntungan 8,7

    Jumlah (Total) 108,4

    Sumber ( ): Peraturan Daerah Kota Medan No. 11 tahun 2013.Source

    Gambar 2. Hutan kota Beringin di kota Medan.Figure 2. Beringin urban forest in Medan city.

    rakat belum paham dan diikutsertakan dalampembangunan hutan kota), kurangnya koordinasiantar , desain hutan kota belum ada,termasuk jenis tanaman yang sesuai, gap antarakebijakan RTRWK dan implementasi hutankota

    Salah satu program kegiatan terkait denganpengelolaan keanekaragaman hayati yang terdapatdi Kabupeten Deli Serdang adalah MenujuIndonesia Hijau (MIH) yang di dalamnyamemasukkan Kebijakan Tutupan Vegetasi. Dalamkebijakan ini diatur mengenai pengelolaankeanekaragaman hayati yang salah satunya adalahdengan Kebijakan Pembangunan Hutan Kota danTaman Kota di Kota Lubuk Pakam sebagai bagiandari Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan(RTHKP) yang merupakan bagian yang tidak

    stakeholder

    . Hutan kota di Deli Serdang2

    .

    terpisahkan dengan tata ruang wilayah KabupatenDeli Serdang. Pembangunan hutan kota seluas21,293 ha bertujuan untuk meningkatkan kualitaslingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dannyaman. Pembangunan hutan kota di Deli Serdangmemperoleh penghargaan dan

    dari Finlandia atas keberhasil-an Kabupaten Deli Serdang melakukan peng-hijauan dan pelestarian hutan kota. Tampilan salahsatu hutan kota di Kabupaten Deli Serdang seba-gaimana Gambar 3.

    Permasalahan hutan kota diDeli Serdangadalah:a. Perkembangan luas pemukiman dalam kurun

    waktu 10 tahun terakhir meningkat rata-rata 465ha per tahun harus dikompensasi denganpengurangan luas lahan lainnya seperti lahanpertanian lahan kering, lahan kehutanan hinggalahan untuk RTH perkotaan.

    Eno Gold AwardSertificate Green City

    Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyelenggaraan Hutan ...(Elvida Yosefi Suryandari & Iis Alviya)

  • 18

    b. Tingginya kebutuhan lahan pemukiman/perkotaan akan mengakibatkan harga tanahmeningkat sehingga sulit untuk mewujudkanhutan kota.

    Pembangunan hutan kota di Palangka Raya yanglebih dikenal dengan Kawasan Hutan Kota HimbaKahui, memiliki luas 1650 ha. Penyiapan danpelaksanaan pembangunan hutan kota HimbaKahui didasarkan pada penunjukan kawasan sesuaiKeputusan Walikota Palangka Raya No. 89 tahun2010 tanggal 17 April 2010. Lokasi hutan kota inimasuk DAS Kahayan dan sub DAS Rungan-Manuhing yang secara administrasi terletak padawilayah Kelurahan Petuk Katimpun, KelurahanBukit Tunggal dan Kelurahan Palangka yang masukKecamatan Jekan Raya serta Kelurahan TumbangRungan Kecamatan Pahandut.

    Kawasan hutan Himba Kahui memilikikarakteristik hutan rawa gambut yang masih alami.

    3. Hutan kota Himba Kahui di kota PalangkaRaya

    Struktur vegetasi antara lain jelutung rawa (sp.), pulai ( ), punak (

    ), ramin ( ), meranti (spp.), pasir-pasir ( ), pisang-pisang ( sp.), nyatoh ( ),jambu-jambu ( sp.), bintangur (

    ), terentang ( ),jenis rotan dan kantong semar. Potensi satwaantara lain burung enggang, tupai dan 48 jenisikan (Dinas Kehutanan Palangka Raya, 2013).Salah satu hutan kota di Palangka Rayasebagaimana Gambar 4.

    Hutan kota ini memiliki karakteristik yang khasyaitu hutan gambut. Pemimpin daerah dan KepalaDinas Kehutanan berkomitmen mendorongpembangunan hutan kota di kota Palangka Raya.Masalahnya keberadaan hutan kota di kotaPalangka Raya yang memiliki luas 267.851 ha masihkurang (kurang dari 1%) sehingga perlupenambahan lokasi untuk hutan kota. Adanyapergantian pemimpin daerah turut memengaruhipembangunan hutan kota yang sempat terhambat.

    DyeraAlstonia scholaris Tetramerista

    glabra Gonystylus bancanus ShoreaUrandra secundiflora

    Mezzetia Palaqium cochleriEugenia Calophyllum

    kunstleri Camnosperma auriculatum

    Gambar 3. Hutan kota di Kabupaten Deli Serdang..Figure 3. Urban forest in Deli Serdang

    Gambar 4. Hutan kota di Palangka Raya.Figure 4. Urban forest in Palangka Raya.

    JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 1 Maret 2015, Hal. 13-30

  • 19

    B. Faktor yang Memengaruhi Hutan Kota

    Faktor-faktor yang memengaruhi penyelengga-raan hutan kota ditinjau dengan pembobotankriteria dalam aspek. Bobot kriteria dalam aspekbiofisik dan sosial ekonomi dapat dilihat padaGambar 5 dan Gambar 6.

    Pada aspek biofisik (Gambar 5), kriteria yangberpengaruh adalah faktor alokasi lahan hutankota (0,173). Di aspek ini kriteria penting lainnyaadalah implementasi penggunaan lahan sesuaiRTRWK (0,171). Pendapat sama diuraikan olehDwihatmojo (2010) bahwa permasalahan utamasemakin berkurangnya RTH karena keterbatasanlahan dan ketidakkonsistenan menerapkan tataruang yaitu beralih fungsinya RTH untukperuntukan ruang yang lain.

    Berdasarkan pendapat responden yang ahli dibidang ini, kriteria yang berpengaruh adalah jumlahpenduduk (0,276) di mana pertumbuhan pendudukyang semakin meningkat yang disertai dengankebutuhan akan oksigen maupun manfaat lainseperti rekreasi. Selanjutnya diperlukan peranmasyarakat (0,265) dalam mengelola hutan,

    terutama di lahan milik. Pertambahan pendudukkota meningkat, baik pertumbuhan alami (

    ) maupun urbanisasi ( ) yangdisertai peningkatan tuntutan kehidupanmasyarakat terhadap fasilitas penunjang.Konsekuensinya berujung pada keruangan yaitumeningkatnya tuntutan akan ruang ( ) untukmengakomodasi sarana dan prasarana yangdiperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatantersebut (Yunus, 2006). Kajian yang dilakukanArif (2014) di daerah lain bahwa dalam rangkapengembangan hutan kota dengan keterbatasanlahan memerlukan kerjasama antar pemerintahdaerah dengan pihak swasta dan masyarakat. Halini mengingat bahwa tidak semua lahan yangtersedia dimiliki oleh pemerintah tetapi jugadimiliki oleh swasta dan masyarakat. Oleh sebab ituperan masyarakat sangat diperlukan dalam

    pembangunan hutan kota baik masyarakatpengusaha maupun masyarakat umum.Selanjutnya untuk kriteria aspek organisasi danaspek kebijakan dapat dilihat pada Gambar 7 danGambar 8.

    naturalgrowth urbanisation

    space

    et al.

    ,

    Gambar 5. Kriteria aspek biofisik.Figure 5. Criteria of biophysical aspect.

    Gambar 6. Kriteria aspek sosial-ekonomi.Figure 6. Criteria of socio-economic aspect

    Gambar 7. Kriteria aspek organisasi.Figure 7. Criteria of organization aspect

    Gambar 8. Kriteria aspek kebijakan.Figure 8. Criteria of policy aspect.

    Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyelenggaraan Hutan ...(Elvida Yosefi Suryandari & Iis Alviya)

  • 20

    Kriteria yang memengaruhi organisasi adalahpermasalahan pendanaan (0,231), selanjutnyaadalah diperlukan koordinasi antar , baikdari sisi program maupun pembiayaan dalammengelola hutan kota (0,212). Uthama (2013) men-jelaskan bahwa tindakan terkait faktor pengelolaansangat diperlukan terutama sinkronisasi kinerjapemerintah dan partisipasi swasta dan masyarakatdalam pembangunan RTH. Untuk kasus diTabanan di mana pemerintah pusat, daerah danswasta turut membantu pembangunan RTHmembuktikan bahwa masalah pendanaan dapatdiselesaikan dengan kerjasama.

    Menurut responden, dalam aspek kebijakankriteria yang paling memengaruhi adalah peraturanpusat yang menjadi payung bagi pengelolaan hutankota di daerah (0,293). Kebijakan dan peraturanpemerintah berpengaruh untuk menjaminkeberadaan dan pengelolaan hutan kota sebagaisalah satu fungsi penting di wilayah perkotaan.Perundang-undangan yang sudah ada masih belummampu mendukung peran masyarakat dalam pe-ngelolaan hutan kota di wilayah perkotaan(Anastasia ., 2013).

    Kondisi biofisik dilihat dari kondisi fisik danalokasi lahan yang disediakan oleh Pemda setempat.Aspek biofisik hutan kota di lokasi penelitian

    stakeholder

    et al

    1. Biofisik hutan kota

    dijelaskan pada Tabel 3. Hutan kota Medan telahdiakomodir dalam RTRWK sebagai dasar hukumuntuk perencanaan hutan kota, sedangkan lokasilain masih dalam proses pembahasan RTRWK.Hutan kota yang belum diakomidir dalam RTRWKmemiliki peluang lebih besar untuk berubah fungsilahannya karena belum ada dalam perencanaanwilayah kota. Alokasi hutan kota dapat dilihat padaTabel 4.

    Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa disemua kabupaten maupun kota, luas hutan kotamasih jauh di bawah 10% sesuai ketentuan PP No.63 tahun 2002. Alokasi hutan kota kurang dari 10%belum dapat memenuhi amanat PP tersebutwalaupun secara keseluruhan 30% minimumluasan RTH telah tercapai. Ketentuan untukmencari lahan minimal 0,25 ha dan kompakmenyulitkan pe-merintah daerah untukmewujudkan hutan kota yang ideal. Selain itupembangunan hutan kota dianggap kurangprioritas selain sebagai prasyarat untukmemperoleh adipura bagi suatu kota.

    Hutan kota adalah pengelolaan pohon-pohonuntuk memberikan kontribusi terhadap fisiologis,sosiologis dan kesejahteraan ekonomi masyarakatperkotaan. Hutan kota berhubungan denganhutan, kelompok pohon dan setiap pohon di manapenduduk perkotaan tinggal yang mencakup

    Tabel 3. Jenis pohon hutan kota di lokasi penelitianTable 3. Tree species of urban forest in research location

    No.Kota/kabupaten

    (City/district )Jenis pohon(Tree species)

    RTRW(Spatial arrangement plan)

    1. Kota Medan Mahoni, angsana Sudah

    2. Kabupaten Deli Serdang Mahoni Dalam proses pembahasan

    3. Kota Palangka Raya Jenis rawa gambut Dalam proses pembahasan

    Sumber ( ): Data sekunder, diolah.Source

    Tabel 4. Alokasi hutan kota dibanding jumlah penduduk dan luas wilayah kotaTable 4. Urban forest allocation compared to population number and city area

    No.Kota/kabupaten

    (City/district)

    Penduduk(Population)

    (2011)

    Luaswilayah(Area)(ha)

    Luas hutankota (Urbanforest area)

    (ha)

    Persentasehutan kota(Percentage of

    urban forest) (%)

    Luas minimal hutankota

    10% (Minimum areaof urban forest 10%)

    (ha)

    1. Kota Medan 2.117.224 26.510 108,4 0,41 2.651

    2. Kab. Deli Serdang 1.807.173 249.772 21,293 0,009 24.977,2

    3. Kota Palangka Raya 224.663 267.851 1.650 0,62 26.785,1

    Sumber ( ): Badan Pusat Statistik Kota Medan, Deli Serdang dan Kota Palangkaraya, 2012.Source

    JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 1 Maret 2015, Hal. 13-30

  • 21

    berbagai macam habitat (jalan, taman, sudutterlantar/lahan yang belum dimanfaatkan dan lain-lain) (Grey & Deneke, 1986). Terkait hal tersebutpembangunan hutan kota tidak terbatas padadefinisi hutan yang minimum 0,25 ha sekaliguskompak, tetapi didekati sebagai kumpulan pohontermasuk jenisnya terkait habitatnya di wilayahperkotaan.

    Alternatif yang mungkin dilakukan apabilakesulitan mencari lahan yang kompak untukpembangunan hutan kota adalah dengan pemilihanjenis sesuai kebutuhan perkotaan untuk menghasil-kan oksigen, sumber air dan lainnya. Samsoedin &Waryono (2010) menyatakan bahwa pemilihan jenispohon dapat disesuaikan dengan tipe hutankotanya, seperti hutan kota pemukiman, hutan kotakonservasi, hutan kota kawasan industri, hutan kotawisata dan hutan kota penyangga jalurpengamanan.

    Kota adalah suatu wilayah yang akan terustumbuh seiring dengan waktu, baik pembangunanfisik maupun non fisik. Menurut Branch (1995)

    Wahyuni (2006), perkotaan diartikan sebagaiarea terbangun dengan struktur dan jalan-jalan,sebagai suatu permukiman yang terpusat pada suatuarea deng an kepada tan te r ten tu yangmembutuhkan sarana dan pelayanan pendukungyang lebih lengkap dibandingkan dengan daerahpedesaan. Peningkatan jumlah penduduk di wilayahperkotaan juga mendorong adanya permintaanakan pemukiman, prasarana umum hingga kawasanindustri.

    Terdapat dua kawasan industri di kota Medanyaitu Kawasan Industri Medan (KIM) 1 dan KIM 2yang berlokasi dekat pelabuhan Belawan. Saat ini

    terdapat 86 perusahaan swasta nasional yang menempati lokasi tersebut berdampingan dengan 17perusahaan asing. Kota Medan juga telahmenyediakan Kawasan Industri Baru (KIB), yangterletak di Kecamatan Medan Labuhan dengan

    lahan yang disediakan 650 ha dan masih bisa dikembangkan menjadi 1.000 ha (Pemda KotaMedan, 2012). Pada proses selanjutnya KIB ini akandikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Khususdengan total luas wilayah perencanaan ber-ada diatas lahan seluas 2.000 ha dan telah ditetapkan

    melalui SK Walikota Medan No 640/623.K/2008

    tanggal 22 Juli 2008Dalam RTRW Kota Medan, pembangunan

    2. Sosial-ekonomi

    dalam

    -

    -

    .

    .

    kawasan industri disertai dengan pembangunan dizona RTH, di dalamnya termasuk taman, lapanganolah raga, hutan kota, TPU dan wisata, namunalokasi RTH hutan kota belum memadai.Peningkatan penyediaan lahan pengembanganRTH yang berwawasan lingkungan sebagai ruangpublik tempat interaksi sosial dan keseimbanganlingkungan sangat diperlukan. Demikian pula dikota Palangka Raya, jumlah industri memilikikecenderungan meningkat dari tahun 2002-2011.Gambar 9 mendeskripsikan jumlah industri, baikindustri kehutanan, aneka industri maupun industrilogam dan kimia serta prediksi jumlah pendudukhingga tahun 2020, sedangkan prediksipeningkatan jumlah penduduk kota Medan danDeli Serdang hingga tahun 2020 disajikan padaGambar 10.

    Perkembangan luas pemukiman di KabupatenDeli Serdang dalam kurun waktu 10 tahun terakhirmeningkat rata-rata 465 ha per tahun. Penambahanluas pemukiman ini harus dikompensasi denganpengurangan luas lahan lainnya seperti lahanpertanian, lahan kering seperti tegalan, kebuncampuran dan sawah. Akibat kondisi ini makabeban daerah perkotaan akan makin berat(Bappeda Deli Serdang, 2013). Oleh karena itupemerintah daerah memberikan usulanpersyaratan RTH yang harus dipenuhi untuk setiapIMB bangunan atau kawasan industri.

    Untuk aspek ini digunakan pendekatan denganmelihat peran yang ada di daerah dalampenyelenggaraan hutan kota sesuai dengan tugaspokok dan fungsi (tupoksi) instansi. Selain peran

    berdasarkan PP, dilihat juga peran setiapberdasarkan implementasi hutan kota di

    daerah. Peran berdasarkan tupoksiinstansi dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.

    Tabel 5 dan Tabel 6 menjelaskan tentang perandalam pengelolaan hutan kota.

    Berdasarkan hasil wawancara secara mendalamtelah diketahui peran setiap , yangberpengaruh/ berkepentingan (+), netral (0) danyang tidak berpengaruh/berkepentingan (-). Se-bagaimana Tabel 5 bahwa Bappeda, DinasKehutanan dan Dinas Pertamanan berpengaruhdan memiliki kepentingan yang cukup tinggi untukpelaksanaan hutan kota. Bappeda sebagaiperencana anggaran yang didistribusikan ke DinasKehutanan dan Pertamanan untuk penyelengga-

    3. Organisasi dan pendanaan

    stakeholder

    stakeholderstakeholder

    stakeholder

    stakeholder

    stakeholder

    Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyelenggaraan Hutan ...(Elvida Yosefi Suryandari & Iis Alviya)

  • 22JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 1 Maret 2015, Hal. 13-30

    Sumber ( ): Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya (2012).Source

    Gambar 9. Jumlah industri dan prediksi penduduk di Palangka Raya.Figure 9. Number of industry and population number prediction in Palangka Raya.

    Indu

    stri

    ,un

    it(I

    ndus

    try,

    unit

    )

    Tahun ( Year )

    raan hutan kota. BPDAS memiliki kepentinganuntuk memelihara lingkungan di luar kawasandalam lingkup DAS (+), tetapi sedikit berpengaruhkarena kewenangan pengelolaan ada di bawahpemerintah daerah (0).

    yang terkait dalam pembangunanhutan kota Medan antara lain Dinas Pertamanan,BLH, Bappeda Kota Medan, BPDAS, DinasKehutanan dan pihak swasta. Peran Bappeda selainmembuat desain hutan kota, juga sebagai fungsikoordinasi yaitu koordinasi tentang pembangunanhutan kota dengan Dinas Kehutanan ProvinsiSumatera Utara terkait hutan kota CandikaPramuka. Bank BNI bersedia memberikan

    (CSR) sebesar Rp 3,5 miliar untukpembangunan hutan kota Candika Pramuka tetapipelaksanaannya tertunda karena alasan status

    Stakeholder

    CorporateSocial Responsibility

    kawasan yang masih sengketa (terdapat klaim lahanoleh masyarakat). Permasalahan lainnya terdapatperbedaan kepentingan antara Dinas Pertamanandan Dinas Pertanian dan Kelautan. Luas RTHKota Medan sudah sesuai dengan UU No. 26 tahun2007 yaitu seluas 30,05% dari luas wilayah kotaMedan, tetapi luasan minimal hutan kota belumterpenuhi. Dinas Pertamanan berfungsimelakukan pemeliharaan hutan kota yang telahmemiliki SK penetapan seperti Taman Beringindan kebun binatang. Fungsi dari BLH adalah mem-berikan usulan terkait pembangunan taman kotadan hutan kota mengingat syarat adipura. PeranBLH adalah sebagai fungsi koordinasi, monitoringdan memberi masukan, sedangkan implementasidilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah(SKPD) teknis yaitu Dinas Pertamanan. Di kota

  • 23Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyelenggaraan Hutan ...(Elvida Yosefi Suryandari & Iis Alviya)

    Gambar 10. Prediksi jumlah penduduk kota Medan dan Deli Serdang.Figure 10. Population number prediction in Medan city and Deli Serdang.

    Sumber ( ): Badan Pusat Statistik Kota Medan (2012); Badan Pusat StatistikKabupaten Deli Serdang (2012).

    Source

    Palangka Raya yang berperan aktif dalampenyelenggaraan hutan kota adalah DinasKehutanan Kota dan Bappeda dalam mendorongperencanaannya.

    Menurut Mayers (2005), pemetaandapat dikelompokkan menurut pengaruh dantingkat kepentingan dalam pembangunan hutankota; nantinya akan dikelompokkan ke dalam

    primer dan sekunder (Gambar 11).Gambar ini didapatkan dari(Tabel 3 dan Tabel 4 berdasarkan tingkatkepentingan dan pengaruh serta wawancara denganresponden). Gambar 11 menjelaskan yangdikategorikan primer adalahyang mempunyai kepentingan dan pengaruh yangtinggi seperti Walikota/Bupati, Bappeda Kota/K

    stakeholder

    stakeholdercluster analysis stakeholder

    stakeholder stakeholder

    abupaten, Dinas Kehutanan Kota/Kabupaten danDinas Pertamanan Kota/Kabupaten.sekunder adalah tiga kotak di luarprimer. Keberhasilan pembangunan hutan kotaterletak pada siapa yang menjadi danpembagian peran serta koordinasi setiapsesuai fungsinya.

    Sumber-sumber pendanaan dapat berasal dariAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    Stakeholderstakeholder

    leaderstakeholder

    (APBN), Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (APBD) maupun bantuan swasta. Alokasipendanaan hutan kota yang berasal dari APBNdiberikan melalui UPT Kementerian Kehutananyaitu BPDAS. Sumber pendanaan bagi pengelolaanhutan kota di tiga lokasi penelitian sebagaimanaTabel 7.

  • 24

    Tabel 6. Peran dalam pengelolaan hutan kota Palangka RayastakeholderTable 6. Stakeholder's role within urban forest management in Palangka Raya

    Stakeholder(Stakeholders)

    Terkait program hutan kota(Related with urban forest

    programme)

    Tingkat kepentinganstakeholder terhadapkegiatan hutan kota

    (The importance of urban foreststakeholder)

    Tingkat pengaruhstakeholder terhadapkegiatan hutan kota(The influence of urban

    forest stakeholder)

    Bappeda Kota/Kab. (District planningagency)

    Perencanaan tata ruang kota + +

    BPDAS (Watershed management agency) Rehabilitasi hutan dan lahan + 0

    Dinas Kehutanan dan Perkebunan

    Provinsi (Forestry and plantation agencyin provincial)

    Rehabilitasi hutan dan

    perhutanan sosial

    - +

    Dinas Kehutanan dan Perke-bunan

    Kota/Kab. (Forestry and plantationagency in district)

    Rehabilitasi hutan dan

    perhutanan sosial

    + +

    Badan Lingkungan Hidup(Enviromental agency)

    Pengelolaan lingkungan hidup - -

    Universitas (University) Penyiapan design site plan hutankota

    - +

    Swasta/lembaga keuangan(Private/financial institutions)

    CSR/lembaga pembiayaan + -

    Dinas Tata Kota, Bangunan,Pertamanan (Urban planning, buildingand lanscaping agency)

    Tata ruang dan pengembangankawasan strategis

    - +

    Keterangan ( ): +, berpengaruh positif ( ); 0, netral ( ); -, tidak berpengaruh ( ).Remarks positif impact neutral negatif impact

    JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 1 Maret 2015, Hal. 13-30

    Tabel 5. Peran dalam pengelolaan hutan kota di Medan dan Deli SerdangstakeholderTable 5. Stakeholder's role within urban forest management in Medan and Deli Serdang

    Stakeholder(Stakeholders)

    Terkait program hutan kota(Related with urban forest

    programme)

    Tingkat kepentinganstakeholder terhadap kegiatan

    hutan kota (The importanceof urban forest stakeholder)

    Tingkat pengaruhstakeholder terhadapkegiatan hutan kota

    (The influence of urban foreststakeholder)

    Bappeda Kota/Kab. (Districtplanning agency)

    Koordinasi perencanaananggaran dan tata ruang

    + +

    BPDAS(Watershed mana-gement agency)

    Rehabilitasi hutan dan lahanlingkup DAS

    + 0

    Dinas Kehutanandan PerkebunanProvinsi (Forestryand plantation agencyin provincial)

    Rehabilitasi hutan danperhutanan sosial

    + 0

    Dinas Kehutanan

    Kabupaten (Forestryagency in district)

    Rehabilitasi hutan dan

    perhutanan sosial

    + +

    Badan Lingkungan

    Hidup (Enviromentalagency)

    Penataan, pemulihan dan

    pengendalian

    + 0

    Swasta (Private) CSR/lembaga pembiayaan + 0

    Dinas Pertamanan(Lanscaping services)

    Pertamanan/Pemakaman + +

    Keterangan ( ): +, berpengaruh positif ( ); 0, netral ( ); -, tidak berpengaruh ( ).Remarks positif impact neutral negatif impact

  • Kepentingan tinggi

    (High importance )

    Kepentingan rendah(Low importance )

    Pengaruh rendah(Low influence )

    Pengaruh tinggi(High influence )

    AA1B

    B1 B2

    B3

    B4

    C1

    C2

    B5

    B6

    B7

    Gambar 11. Pemetaan terkait penyelenggaraan hutan kota.stakeholderFigure 11. Stakeholders mapping in urban forest implementation.

    Keterangan ( ):A: Pemerintah Pusat (Menteri Kehutanan)A1: BPDAS (UPT Pusat)B: Pemerintah Daerah (Walikota/Bupati)B1: Dinas Kehutanan Kota/KabupatenB2: Dinas Pertamanan/Dinas Tata Kota, Bangunan dan Pertamanan Kota/KabupatenB3: Badan Lingkungan Hidup DaerahB4: Bappeda Kota/KabupatenB5: Dinas Kehutanan ProvinsiB6: Dinas Cipta Karya dan PertambanganB7: Dinas Pertanian dan KelautanC: Di luar pemerintah pusat dan daerahC1: SwastaC2: Universitas.

    Remarks

    Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyelenggaraan Hutan ...(Elvida Yosefi Suryandari & Iis Alviya)25

    Tabel 7 Sumber pendanaan penyelenggaraan hutan kota.Table 7. Budget source of urban forest implementation

    Kota/Kabupaten(City/district)

    Sumber (Source) Alokasi pendanaan (Budget) Keterangan (Remarks)

    Deli Serdang APBD Kab. Rp 8,8 miliar/tahun Rata-rata tahun 2011-2013BPDAS Bantuan bibit

    Palangka Raya APBD Kota Rp 1 miliar Dinas Kehutanan (2012)APBD Kota Target pemeliharaan

    29,1 ha/tahun (2009-2013)Dinas Tata Kota

    Swasta Bantuan bibit dan sarpras

    Medan APBD Kota 20-30miliar/tahun Dinas Pertamanan, BLHDDinas Pertanian dan Kelautan

    CSR BNI Dalam perencanaan(Rp 3,5 miliar)

    Terkendala sengketa lahan (Cadik aPramuka)

    Sumber ( ): Dinas Kehutanan Deli Serdang ( ) (2013); Dinas Tata Kota Palangkaraya( ) (Palangkaraya (2013); Dinas Tata Kota, Bangunan, Pertamanan Medan (

    ) (2013)

    Source Deli Serdang Forestry AgencyPalangkaraya Lanskaping services Urban

    planning, building and lanscaping agency .

  • Khusus sumber dana APBD di Kabupaten DeliSerdang tahun 2011-2013 mengalami sedikitpeningkatan. Tabel 8 menunjukkan alokasipendanaan terkait perencanaan tata ruang danhutan kota di Kabupaten Deli Serdang yangdisalurkan melalui Dinas Kehutanan, Dinas dibawah PU dan Bappeda.

    Sumber pendanaan hutan kota Medan berasaldari APBD yang diberikan melalui DinasPertamanan dan Badan Lingkungan Hidup Daerah(BLHD). Sumber pendanaan lain adalah dari CSRBNI yang masih dalam proses kesepakatan karenaterdapat sengketa lahan khususnya di hutan kotaCadika Pramuka. Dalam hutan kota tersebutterdapat banyak pihak termasuk adanya sengketalahan milik masyarakat yang belum mendapatkansolusi yang tepat. Pendanaan hutan kota melaluiAPBD Deli Serdang mulai tahun 2010 diberikanmelalui Dinas Kehutanan, Bappeda dan Dinas PUdi mana tren alokasi dana antara tahun 2011-2013

    meningkat. Bantuan pembiayaan oleh Kementerian Kehutanan diberikan melalui BPDASsetempat. Sementara itu hutan kota di PalangkaRaya didanai dari APBD Kota dan swasta. BPDASjuga membantu pembangunan hutan kota di

    kabupaten lain di Kalimantan Tengah yaitu Sukamara (Rp 862.430.000/tiga tahun) dan Kotim (Rp418.700.000/tiga tahun), di mana biaya ini padatahun pertama untuk perencanaan, tahun ke-2untuk penanaman dan tahun ke-3 untukpemeliharaan) (BPDAS Kahayan, 2012).

    Pendanaan pembangunan hutan kota dariPemerintah Pusat berasal dari BPDAS denganjumlah sesuai dengan satuan biaya Kementerian

    -

    -

    Tabel 8. Alokasi dana APBD terkait Ruang Terbuka Hijau Deli SerdangTable 8. Allocation of APBD funding related with green open space

    Program (Programme)Alokasi dana (Budget) (Rp)

    2011 2012 2013

    Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada DinasKehutanan(Forest and land rehabilitation program at forestry agency)

    1.447.112.000 2.428.427.000 2.780.348.300

    Program Perencanaan Tata Ruang pada Bappeda (Spatialplanning program at Bappeda)

    5.565.405.825 5.755.145.500 5.942.720.000

    Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau pada DinasCipta Karya dan Pertambangan (Program of green spacemanagement at Dinas Cipta Karya dan Pertambangan)

    - - 2.578.320.000

    Sumber ( ): Badan Lingkungan Hidup Daerah Deli Serdang (2013).Source

    Kehutanan. Pendanaan APBN melalui BPDASrata-rata adalah biaya rancangan Rp 135 juta/ hadan pembuatan/pemeliharaan sebesar Rp 5juta/ha. Target pembangunan hutan kota olehBPDAS hingga tahun 2014 adalah 1.000 ha/tahunyang tersebar di 26 kota di Indonesia, dengan jenistanaman tanjung, mahoni, trembesi dan kenari.Pendanaan yang berasal dari APBD merupakankewajiban daerah sesuai kewenangan dan kebijakandaerah. Secara umum alokasi pembiayaan untukRTH dan hutan kota khususnya telah direncanakanoleh Kementerian Kehutanan dan APBDkabupaten/kota, bahkan pihak swasta yang ingin

    berpartisipasi, meskipun kadangkala masih terkendala oleh masalah sengketa lahan dankoordinasi antar dalam penyelenggaraannya.

    (GERHAN) dan Adipura. Salah satu faktorpenyebabnya adalah konsep hutan kota yangkurang jelas (strata tanaman/pohon), di manabatasan minimal luasan hutan kota dan keharusan

    -

    stakeholder -

    4. KebijakanBerdasarkan hasil pembobotan bahwa

    kebijakan Pusat paling besar pengaruhnya karenasebagai payung legal untuk penyelenggaraan hutankota. Kenyataannya kebijakan sektoral kehutanantentang hutan kota yang dituangkan dalam PP No.63 tahun 2002 dan turunannya Peraturan MenteriKehutanan No. 71 tahun 2009 belum dapatmendorong penyelenggaraan hutan kota. Hutankota tidak sepenuhnya dapat dibangun karena PPNo. 63 tahun 2002 penekanannya lebih kepadaProgram Pembangunan Indonesia Hijau (KLH),Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

    26JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 1 Maret 2015, Hal. 13-30

  • kompak dianggap menyulitkan dalam implemetasi.Kemampuan setiap daerah untuk menyelenggara-kan hutan kota juga berbeda-beda.

    Subarudi dan Samsoedin (2012) menyebutkanbahwa setiap daerah kabupaten/kota mengguna-kan dasar peraturan yang berbeda-beda disesuaikandengan pengetahuan masing-masing daerah dankemampuan mengingat keterkaitan antarapembangunan dan pengembangan hutan kotadengan peraturan perundang-undangan yangberlaku. Kebijakan daerah yang turut mendukungpenyelenggaraan hutan kota juga tergantung padakomitmen dan prioritas kepentingan daerah dalammembangun wilayahnya. Sebagai contoh PeraturanWalikota Medan No. 10 tahun 2009 tentangRetribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, di manasalah satu isinya adalah pengenaan tarif retribusitertentu apabila menebang tanaman milik daerah(pasal 19). Hal ini menunjukkan komitmen kuat dariPemda Kota Medan dalam menjaga RTH,termasuk hutan kota yang ada di wilayahnya.Untuk menjamin keberadaan dan penyediaan hutankota maka perlu penetapan hutan kota melaluiPerda dan peraturan lain yang mendukungkelestariannya. Berikut adalah sejumlah peraturanyang dikeluarkan oleh Pemda kota Medan, Deli

    Tabel 9. Peraturan Pemerintah Daerah terkait hutan kotaTable 9. Rule's of district government related to urban forest

    Kota Medan (Medan city)Kabupaten Deli Serdang(District of Deli Serdang)

    Kota Palangka Raya(Palangka Raya city)

    - Perda No. 13 tahun 2011tentang RTRW KotaMedan 2011-2031

    - Peraturan WalikotaMedan No. 10 tahun2009 tentang RetribusiPemakaian KekayaanDaerah

    - Penetapan Hutan KotaBeringin seluas 1,2 haoleh Pemda Kota Medan

    - Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdangtentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenDeli Serdang tahun 2007-2027

    - Keputusan Bupati Deli Serdang No. 187 tahun 2010tentang Penunjukan Hutan Kota dan Taman Kota LubukPakam, Deli Serdang

    - Keputusan Bupati Deli Serdang tentang PembentukanPosko Penyediaan dan Penyaluran B ibit Tanaman

    Penanaman Satu Miliar Pohon tahun 2011 di KabupatenDeli Serdang

    - Keputusan Bupati Deli Serdang tentang PembentukanKelompok Kerja Penanaman Satu Miliar Pohon tahun2011 di Kabupaten Deli Serdang

    - Keputusan Bupati Deli Serdang tentang PembentukanTim Terpadu Program Menuju Indonesia Hijau (MIH)Kabupaten Deli Serdang tahun 2012

    - Keputusan Bupati Deli Serdang No. 187 tahun 2010tentang Penunjukan Lokasi Hutan Kota dan Taman KotaLubuk Pakam Kabupaten Deli serdang

    Penunjukan kawasanhutan kota sesuaiKeputusan Walikota

    Palangka Raya No. 89tahun 2010

    Sumber ( ): Dinas Kehutanan Deli Serdang (2013); Dinas Kehutanan Kota Medan (2013); Dinas Kehutanan Kota

    Palangka Raya (2013)

    Source

    .

    Serdang dan kota Palangka Raya terkait hutan kota(Tabel 9).

    Berdasarkan uraian di atas, maka upaya penye-lenggaraan hutan kota harus memperhatikan hal-hal di bawah ini:1. Keterbatasan alokasi lahan tidak terbatas pada

    persyaratan luas dan kekompakan lahan, tetapisebagai kumpulan pohon dan habitatnya diwilayah perkotaan. Alternatif yang mungkindilakukan untuk mengatasi keterbatasan lahanadalah mengoptimalkan hutan kota yang ada(misal pengayaan jenis pohon) dan pengem-bangan hutan kota pada lahan-lahan terlantar.

    2. Alokasi lahan untuk hutan kota perludiakomodir dalam perencanaan wilayahperkotaan dengan mempertimbangkan aspekkeseimbangan antara pembangunan fisik danaspek lingkungan yang sehat dan ditetapkan da-lam bentuk Peraturan Daerah (Perda).

    3. Peningkatan partisipasi masyarakat, baik swastamaupun masyarakat umum dalam pembangun-an hutan kota. Peran pemerintah diperlukanberupa kebijakan, seperti dalam memberikan

    C. Upaya Penyelenggaraan Hutan Kota

    Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyelenggaraan Hutan ...(Elvida Yosefi Suryandari & Iis Alviya)27

  • izin mendirikan bangunan (IMB) untukmenekan pertumbuhan kawasan terbangundengan syarat terpenuhinya kebutuhan RTH.

    Masyarakat umum diikutsertakan dalam pembangunan hutan kota privat dengan sosialisasidan pemberian insentif bagi yang berpartisipasidalam hutan kota.

    4. Peningkatan koordinasi dalam pengelolaanhutan kota antar pihak, baik dalam segipengelolaan maupun pendanaan. Keberhasilanpembangunan hutan kota terletak pada siapayang menjadi (mempunyai kepentingandan pengaruh yang tinggi dalam kasus penelitianini adalah Walikota/ Bupati, BappedaKota/Kabupaten, Dinas Kehutanan Kota/Ka-bupaten, Dinas Pertamanan Kota/Kabupaten)dan pembagian peran serta koordinasi setiap

    sesuai fungsinya.5. Kontinuitas pendanaan dalam pengelolaan

    hutan kota.6. Perlunya komitmen pemimpin daerah yang pe-

    duli terhadap pembangunan hijau seperti hutankota.

    7. Peraturan seperti PP No. 63 tahun 2002 dan P71 tahun 2009 sebagai turunannya sangat pen-ting sebagai payung hukum bagi implementasihutan kota di daerah. Ketentuan persyaratan luasdan kekompakan lahan dalam PP tersebut perluditinjau kembali.

    Hutan kota tidak semata-mata merupakan isulingkungan yang menarik, tetapi telah menjadikebutuhan bagi masyarakat di perkotaan. Banyakfaktor yang memengaruhi keberhasi lanpembangunan hutan kota ditinjau dari aspekbiofisik, sosial ekonomi, organisasi dan kebijakan.Faktor yang berpengaruh dalam aspek biofisikadalah alokasi hutan kota yang saat ini semakinterbatas. Hal ini terkait dengan perubahanpenutupan lahan RTH hutan kota menjadipenggunaan lain yang lebih prioritas bagi daerah.Alokasi hutan kota pada ketiga lokasi penelitiankurang dari 10% sehingga belum dapat memenuhiamanat PP No. 63 tahun 2002 walaupun secarakeseluruhan 30% minimum luasan RTH telahtercapai. Ketentuan untuk mencari lahan minimal

    -

    leader

    stakeholder

    IV. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    0,25 ha dan kompak menyulitkan pemerintahdaerah untuk mewujudkan hutan kota yang ideal.

    Faktor yang berpengaruh dalam aspek sosial-ekonomi adalah peningkatan jumlah penduduk diperkotaan. Hal ini berimplikasi pada peningkatanpembangunan permukiman dan fasilitas pendu-kung lainnya yang harus dikompensasi denganpengurangan peruntukan lahan lainnya. Akibatkondisi ini maka beban daerah perkotaan akanmakin berat karena tidak diimbangi dengan hutankota yang memadai.

    Faktor pendanaan paling berpengaruh dalamaspek organisasi terkait alokasi anggaran yang ada,baik di pusat maupun daerah seperti Bappeda,Dinas Kehutanan, Dinas Pertamanan sebagai

    yang memiliki pengaruh dankepentingan yang tinggi dalam pembangunanhutan kota. Bantuan pendanaan dari pihak swastada lam bentuk CSR tur ut mendukungpembangunan hutan kota meskipun kadangkalamasih terkendala oleh masalah sengketa lahan dankoordinasi antar dalam penyelenggaraannya.

    Dari aspek kebijakan, faktor peraturanpemerintah (PP) sangat berpengaruh terhadappenyelenggaraan hutan kota karena akan menjadipayung hukum bagi implementasi hutan kota didaerah.

    Upaya penyelenggaraan hutan kota dengan caramengembangkan hutan kota yang ada dengan jenispohon yang dibutuhkan kota (seperti menyerappolutan) atau pengayaan jenis dan menambahalokasi hutan kota pada lahan-lahan yang terlan-tar/kosong. Upaya untuk menyelenggarakan hutankota antara lain adanya optimalisasi penggunaanlahan hutan kota, komitmen pemimpin daerah,koordinasi kegiatan antar yangterintegrasi, kontinuitas pendanaan, peningkatanpartisipasi masyarakat luas, perencanaan hutankota diakomodir dalam RTRWK dan mendorongpenetapan hutan kota melalui Perda.

    Anastasia, Yoza, D., & Arlita, T. (2013).

    stakeholder

    stakeholder -

    stakeholder

    Identifikasiperan masyarakat dalam implementasi kebijakanpembangunan hutan kota Pekanbaru Provinsi

    B. Saran

    DAFTAR PUSTAKA

    28JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 1 Maret 2015, Hal. 13-30

  • Riau. Pekanbaru: Fakultas Pertanian, UniversitasRiau

    Konseppenyediaan ruang terbuka hijau kota Bukittinggidengan keterbatasan lahan pengembangan

    Profil pengelolaan tutupan vegetasiKabupaten Deli Serdang tahun 2013. Program

    menuju Indonesia hijau (2013)

    Deli Serdang dalam angka

    Medandalam angka

    Palangka Raya dalam angka

    RPJPD KabupatenDeli Serdang 2013

    Perencanaan pembangunanhutan kota di DAS Kahayan

    Programmenuju Indonesia hijau.

    Statistikkehutanan Deli Serdang.

    Statistikkehutanan Medan.

    Hutan kotaHimba Kahui Palangka Raya

    .

    Arif, N.N , Eriawan, T., & Haryani. (2014).

    . Pa-dang: Jurusan Perencanaan Wilayah danKota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,Universitas Bung Hatta.

    Badan Lingkungan Hidup Daerah Deli Serdang.(2013).

    Lubuk Pakam:BLHD Deli Serdang.

    Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang.(2012). . LubukPakam: Badan Pusat Statistik Kabupaten DeliSerdang.

    Badan Pusat Statistik Kota Medan. (2012).. Medan: Badan Pusat Statistik

    Kota Medan.

    Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya. (2012).. Palangka Raya:

    Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya.

    Bappeda Deli Serdang. (2013).. Lubuk Pakam: Bappeda

    Deli Serdang.

    BPDAS Kahayan. (2012).. Palangka Raya:

    BPDAS Kahayan.

    Dinas Kehutanan Deli Serdang. (2012).Kerjasama Dinas

    Kehutanan Deli Serdang dengan BadanLingkungan Hidup Daerah Deli Serdang.Lubuk Pakam: Dinas Kehutanan Deli Ser-dang.

    Dinas Kehutanan Deli Serdang. (2013).Lubuk Pakam: Dinas

    Kehutanan Deli Serdang.

    Dinas Kehutanan Kota Medan. (2013).Medan: Dinas Kehutanan

    Kota Medan.

    Dinas Kehutanan Palangka Raya. (2013).. Palangka Raya:

    Dinas Kehutanan Palangka Raya.

    .

    .

    Dinas Tata Kota, Bangunan, Pertamanan Medan.(2013).

    Medan: Dinas Tata Kota, Bangunan,Pertamanan Medan.

    Dwihatmojo, R. (2010).. Diunduh dari

    http://www .bakosurtanal.go.id/assets/download/artikel/BIGRuangTerbukaHijauyangSemakinTerpinggirkan.pdf. (22 Januari2014).

    Faikoh. (2008).. (Skripsi). Institut

    Pertanian Bogor, Bogor.

    Fakuara, Y. (1987). .Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, FakultasKehutanan, Institut Pertanian Bogor.

    Grey & Deneke. (1986). (2 ed.).New York: John Wiley and Sons.

    Mayers, J. (2005). . Diunduhdari www.policy-powertools.org. (21Nopember 2013).

    Pemda Kota Medan. (2012).. Medan: Pemda Kota Medan.

    Peraturan Daerah No. 11 tahun 2013 tentangRTRW Kota Medan 2011-2031.

    Peraturan Walikota Medan No. 10 tahun 2009tentang Retribusi Pemakaian KekayaanDaerah.

    Samsoedin, I. & Waryono, T. (2010)..

    Jakarta: Yayasan Keanekaragaman Hayati(KEHATI).

    Samsoedin, I. & Subarudi. (2010).

    (Laporan HasilPenelitian). Bogor: Pusat Penelitian danPengembangan Perubahan Iklim danKebijakan.

    Samsoedin, I. & Subiandono, E. (2006).Pembangunan dan pengelolaan hutan kota.

    ,20 September 2006. Padang.

    Perencanaan ruang terbuka hijau kotaMedan.

    Ruang terbuka hijau yangsemakin ter ping girkan

    Deteksi perubahan ruang terbuka hijaudi kota industri Cilegon

    Konsepsi pengembangan hutan kota

    Urban forestry nd

    Stakeholder power analysis

    LAKIP Kota Medan2012

    Hutan kotadan keanekaragaman jenis pohon di Jabodetabek

    Kajian KebijakanPengelolaan dan Pengembangan Hutan Kota diProvinsi DKI Jakarta, Kota Bekasi, KotaTanggerang dan Kota Depok.

    Makalah Ekspose Hasil-hasil Penelitian:Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan

    Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyelenggaraan Hutan ...(Elvida Yosefi Suryandari & Iis Alviya)29

  • Simonds, O. J. (1983). . NewYork: McGraw-Hill Pub. Co.

    Subarudi & Samsoedin, I. (2012). Kajian kebijakanhutan kota: studi kasus di Provinsi DKIJakarta. (2), 144-153.

    Uthama, I.B.P.A (2013).. Denpasar:

    Universitas Udayana. Diunduh darihttp://www.pps.unud.ac.id/thesis/detail-783-upaya-peningkatan-pemanfaatan-taman-kota-di-kota-tabanan.html. (17September 2014).

    Landscape architecture

    Jurnal Analisis Kebijakan, 9

    Upaya peningkatanpemanfaatan taman kota di Tabanan

    Wahyuni, E. (2006).

    ). (Tesis).Institut Pertanian Bogor, Bogor.

    Wahyuni, T. & Samsoedin, I. (2012). Kajianaplikasi hutan kota di Kalimantan Timur.

    (3), 219-235.

    Yunus, H.S. (2006). . Yogyakarta:Pustaka Belajar.

    Analisis keterkaitan permasalahantata ruang dengan kinerja perkembangan wilayah(studi kasus kota Bandar Lampung

    Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 9

    Megapolitan

    30JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 1 Maret 2015, Hal. 13-30