bab iii metodologi penelitian - … · kecamatan perbaungan, kabupaten serdang bedagai merupakan...

45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditetapkan secara purposive yakni penentuan lokasi penelitian yang sengaja dipilih berdasarkan tujuan tertentu karena di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai merupakan lokasi dengan produksi padi organik terbesar binaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) BITRA Indonesia di Provinsi Sumatera Utara. Sulitnya memperoleh data mengenai produksi padi organik karena tidak ada ketersediaan data di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara sehingga dipilihnya Lembaga Swadaya Masyarakat BITRA Indonesia yang merupakan institusi yang memberikan pembinaan pertanian padi organik di Sumatera Utara. Luas lahan dan produksi padi organik di Provinsi Sumatera Utara pada April 2013 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Luas Lahan dan Produksi Padi Organik di Provinsi Sumatera Utara, 2013 No Desa Kabupaten Kelompok Tani Luas Lahan (ha) Produksi (ton) 1. Lubuk Bayas Serdang Bedagai Tani Subur 21 126 2. Namu Landor Deli Serdang Tani Mandiri 5 30 3. Laguboti Toba Samosir Laguboti 20 120 JUMLAH 46 276 Sumber: BITRA Indonesia dan KSPPM, 2013 3.2 Metode Penentuan Responden Responden adalah orang yang berperan sebagai informan untuk memberikan keterangan tentang sesuatu berupa fakta/pendapat mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu Universitas Sumatera Utara

Upload: trinhcong

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan secara purposive yakni penentuan lokasi penelitian

yang sengaja dipilih berdasarkan tujuan tertentu karena di Desa Lubuk Bayas,

Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai merupakan lokasi dengan

produksi padi organik terbesar binaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

BITRA Indonesia di Provinsi Sumatera Utara. Sulitnya memperoleh data

mengenai produksi padi organik karena tidak ada ketersediaan data di Dinas

Pertanian Provinsi Sumatera Utara sehingga dipilihnya Lembaga Swadaya

Masyarakat BITRA Indonesia yang merupakan institusi yang memberikan

pembinaan pertanian padi organik di Sumatera Utara. Luas lahan dan produksi

padi organik di Provinsi Sumatera Utara pada April 2013 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Lahan dan Produksi Padi Organik di Provinsi Sumatera Utara, 2013

No Desa Kabupaten Kelompok Tani

Luas Lahan (ha)

Produksi (ton)

1. Lubuk Bayas

Serdang Bedagai

Tani Subur 21 126

2. Namu Landor Deli Serdang Tani Mandiri 5 30 3. Laguboti Toba Samosir Laguboti 20 120 JUMLAH 46 276

Sumber: BITRA Indonesia dan KSPPM, 2013

3.2 Metode Penentuan Responden

Responden adalah orang yang berperan sebagai informan untuk memberikan

keterangan tentang sesuatu berupa fakta/pendapat mengenai permasalahan yang

sedang diteliti. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu

Universitas Sumatera Utara

ketika mengisi angket/lisan ketika menjawab wawancara. Metode yang digunakan

dalam penentuan responden dalam penelitian ini adalah metode Purposive

Sampling, yaitu pelaku dari setiap subsistem agribisnis beras organik.

Responden yang diperlukan dalam menentukan strategi pengembangan agribisnis

diambil dari semua subsistem agribisnis beras organik dan petani anorganik di

Desa Lubuk Bayas.

Tabel 6. Daftar Responden Penelitian

No Sumber Responden Jumlah Responden Keterangan

1 Subsistem penyediaan saprodi 1 CV. Natama 2 Subsistem produksi 5 Petani padi organik 5 Petani Semi Organik 3 Subsistem pengolahan 1 Pemilik Kilang 4

Subsistem Pemasaran 2 JAPPSA dan Agen Pemasaran Kelompok

Tani Subur

5

Subsistem Pendukung

3

Pemerintah, LSM BITRA dan Kelompok

Tani Subur 6 Petani anorganik 3 Petani anorganik

Total Responden 20

Dalam penentuan responden yang menjadi objek penelitian yaitu petani padi

organik dan petani semi organik yang berasal dari subsistem produksi. Subsistem

penyedia saprodi, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran, subsistem

penunjang dan petani anorganik merupakan responden yang berpengaruh dalam

pengembangan strategi beras organik di Desa Lubuk Bayas.

Universitas Sumatera Utara

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden

menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner), seperti petani padi Lubuk Bayas,

lembaga swadaya masyarakat BITRA Indonesia, KSPPM Tobasa, JAPPSA

Medan dan Dinas Pertanian Serdang Bedagai. Data Sekunder yang diperoleh dari

lembaga atau instansi terkait dengan penelitian, tidak tertutup kemungkinan data

juga dicari melalui beberapa website dengan menggunakan fasilitas internet.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis identifikasi masalah (1) digunakan metode analisis deskriptif

yaitu menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang

mempengaruhi strategi pengembangan sistem agribisnis beras organik di daerah

penelitian berdasarkan data pengamatan yang diperoleh.

Untuk menganalisis identifikasi masalah (2) digunakan metode analisis SWOT.

Metode ini dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis yang disebut matriks

SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi petani padi organik disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan

internal. Analisis SWOT menghasilkan strategi berbagai alternatif yang dapat

memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimumkan kelemahan dan

ancaman yang ada sehingga kita dapat melihat bagaimana strategi pengembangan

sistem agribisnis beras organik di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Langkah – langkah dalam analisis SWOT adalah :

1. Pengumpulan informasi yang bertujuan untuk melihat perkembangan sistem

agribinis beras organik di daerah penelitian.

2. Melakukan pra penelitian terhadap beberapa responden dengan tujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan beras organik di

daerah penelitian.

3. Kemudian dari faktor-faktor tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan

kelompok tani dan beberapa petani ditentukan faktor strategis untuk

perkembangan sistem agribisnis beras organik di daerah penelitian, antara lain

sebagai berikut :

a. Luas lahan padi organik

b. Pengalaman bertani organik

c. Produksi padi organik

d. Pelaksanaan tahapan pertanian

organik

e. Ketersediaan modal

f. Pendapatan

g. Ketersediaan sarana produksi

h. Mutu beras organik

i. Jaringan pemasaran beras

organik

j. Permintaan beras organik

k. Dukungan Kelompok Tani

l. Dukungan pemerintah

m. Ketersediaan mesin penggiling

dan tempat penjemuran

n. Dukungan Lembaga Swadaya

Masyarakat

o. Sarana irigasi

Universitas Sumatera Utara

4. Setelah diketahui faktor – faktor yang mempengaruhi yang strategis, kemudian faktor-

faktor tersebut diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar, yaitu faktor yang tidak dapat

dikendalikan oleh petani.

b. Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam, yaitu faktor yang dapat dikendalikan

oleh petani.

5. Setelah diklasfikasikan antara faktor internal dan eksternal, kemudian disusun kuisioner

untuk menentukan skor setiap faktor. Skor tersebut menentukan apakah faktor tersebut

termasuk kedalam faktor internal sebagai kekuatan atau kelemahan dan sebagai faktor

eksternal menjadi peluang atau ancaman. Hitung skoring untuk masing–masing faktor

dengan memberikan mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik)

dan nilai 1 (tidak baik) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi organisasi

atau perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai skor untuk faktor peluang

(Opportunity) bersifat positif diberi skor skor +1 untuk peluang yang kecil dan diberi +4

untuk peluang yang semakin besar. Pemberian nilai skor ancaman (Threat) adalah

kebalikannya (negatif Untuk). faktor yang termasuk kategori kekuatan (Strength) diberi

nilai +1 (sangat buruk) sampai dengan +4 (sangat baik), dan untuk faktor yang termasuk

kategori kelemahan (Weakness) adalah kebalikannya (negatif).

6. Faktor dibagi menjadi empat skoring, yaitu pada faktor internal 1 dan 2 merupakan

kelemahan serta 3 dan 4 merupakan kekuatan. Pada faktor eksternal, 1 dan 2 merupakan

ancaman sedangkan 3 dan 4 merupakan peluang.

7. Setelah diperoleh skoring dari setiap skor, kemudian dilakukan pembobotan dalam tiap

faktor. Pembobotan dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan (Pair Comparison)

oleh Saaty (1988) yaitu suatu teknik yang membandingkan faktor satu dengan faktor yang

lain dalam satu tingkat hirarki secara berpasangan sehingga diperoleh nilai kepentingan

dari masing-masing faktor.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Nilai Skala Banding Secara Berpasangan Nilai Skala

Definisi Penjelasan

1 Kedua faktor sama

pentingnya.

Dua faktor mempunyai

pengaruh yang sama terhadap

tujuan yang akan dicapai.

3 Satu faktor lebih penting

daripada faktor yang

lainnya.

Pengalaman dan penilaian

mempengaruhi satu faktor

dibanding faktor lainnya.

2 Satu faktor sedikit

lebih penting daripada

faktor yang lainnya.

Pengalaman dan penilaian

sedikit mempengaruhi satu

faktor dibanding faktor

lainnya.

Kebalikan

Bila nilai di atas dianggap membandingkan antara faktor A

dan B, maka nilai kebalikannya bila digunakan untuk

membandingkan kepentingan B terhadap A.

Sumber : Saaty, 1988

8. Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing dari tiap responden, kemudian dibuat

matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.

9. Setelah diperoleh penilaian tiap faktor dari seluruh responden, kemudian dicari rata- rata

perbandingan seluruh responden dengan mencari nilai rata-rata geometris dengan rumus :

Dimana : X1 = Nilai untuk responden 1

X2 = Nilai untuk responden 2

X3 = Nilai untuk responden 3

Xn = Nilai untuk responden n

10. Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut

dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai ini

yang menjadi bobot faktor.

G = √𝑋𝑋1.𝑋𝑋2.𝑋𝑋3 …𝑋𝑋𝑋𝑋𝑋𝑋

Universitas Sumatera Utara

11. Setelah diperoleh bobot untuk tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara

mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dalam tiap faktor.

12. Kemudian hasil analisis tersebut dibuat pada matriks posisi, dengan cara mencari selisih

faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan faktor ekstrenal (peluang-ancaman). Posisi

strategi ditunjukkan oleh koordinat cartesius (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor

internal (kekuatan-peluang) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang-

ancaman). faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal yang menggambarkan

peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimilikinya. Kondisi tersebut dipetakan dengan cara sebagai berikut :

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal

(y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi strategi pengembangan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

1. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya ancaman lebih

besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

2. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kelemahan

lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0.

Y (+)

Kuadran III Kuadran I

Strategi turn-around Strategi Agresif

X (-) X (+)

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Defensif

Y( -)

FAKTOR EKSTERNAL

F A K T O R I N T E R N A L

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Kuadran Dalam Analisis SWOT (Rangkuti, 2008)

Keterangan :

Kuadran I

- Merupakan posisi yang menguntungkan.

- Mempunyai peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang secara

maksimal.

- Menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II

- Meskipun menghadapi berbagai ancaman, namun mempunyai keunggulan sumber daya.

- Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

Kuadran III

- Mempunyai peluang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan

peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah

meminimalkan kendala-kendala internal.

Kuadran IV

- Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan.

- Menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya yang dimiliki mempunyai

banyak kelemahan.

13. Kemudian dilakukan penyusunan faktor-faktor strategis dengan menggunakan matriks

SWOT. Matriks SWOT dibangun berdasarkan faktor-faktor strategis yang telah

ditentukan, faktor internal (kekuatan dan kelemahan) maupun faktor eksternal (peluang

dan ancaman). Hal ini bertujuan untuk menentukan alternatif strategi pengembangan

sistem agribisnis beras organik di daerah penelitian .

Matriks ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi

yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini

menghasilkan empat set strategis yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Strategi SO (Strength-Opportunity)

Strategi berdasarkan jalan pemikiran organisasi atau perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan dengan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi

yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang

agresif.

2. Strategi ST (Strenght-Threat)

Meskipun menghadapi ancaman, organisasi atau perusahaan masih memiliki kekuatan

internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan internal untuk

memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

3. Strategi WO (Weakness-Opportunity)

Perusahaan dalam kondisi menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi menghadapi

kendala internal. Fokus strategi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal

perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik.

4. Strategi WT (Weakness-Threat)

Perusahaan dalam kondisi menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi

ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat pertahanan (defensive) dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Tabel 8. Matriks analisis SWOT EFAS IFAS

Kekuatan Strengths (S)

Kelemahan Weakness (W)

Universitas Sumatera Utara

Peluang

Opportunities (O)

STRATEGI SO

Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Minimalkan kelemahan untuk memanfaatkan

peluang

Ancaman

Treaths (T)

STRATEGI ST

Gunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Minimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2008

3.5 Definisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka

perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Usahatani padi organik adalah usahatani yang membudidayakan padi secara organik

dengan menggunakan pupuk organik dan pestisida organik.

2. Usahatani padi semi organik adalah usahatani yang membudidayakan padi secara semi

organik dengan menggunakan pupuk organik dan pestisida organik, namun tetap

menggunakan pupuk kimia dengan perbandingan pupuk kimia dan pupuk organik 50 : 50.

3. Usahatani padi anorganik adalah usahatani yang membudidayakan padi secara anorganik

dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia.

4. Sistem agribisnis adalah keseluruhan kegiatan yang terdiri dari subsistem penyediaan

sarana produksi, subsistem produksi, subsistem pengolahan, sub sistem pemasaran dan

subsistem penunjang.

5. Kekuatan (Strength) internal adalah segala kekuatan yang berhubungan dengan proses

pengembangan kegiatan agribinis dan dapat dikontrol oleh petani.

6. Kelemahan (Weaknesses) internal adalah segala kelemahan yang berhubungan dengan

proses pengembangan kegiatan agribinis dan dapat dikontrol oleh petani.

Universitas Sumatera Utara

7. Peluang (Opportunity) eksternal adalah segala peluang yang berhubungan dengan proses

pengembangan kegiatan agribisnis dan tidak dapat dikontrol oleh petani.

8. Ancaman (Threath) eksternal adalah segala ancaman yang berhubungan dengan proses

kegiatan agribinis dan tidak dapat dikontrol oleh petani.

9. Strategi pengembangan sistem agribisnis beras organik adalah tindakan yang senantiasa

meningkat dan terus menerus dapat meningkatkan sistem agribisnis secara terintegrasi,

serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan petani dimasa

depan.

Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :

1. Lokasi penelitian adalah Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang

Bedagai.

2. Responden penelitian ini adalah responden yang diambil dari semua subsistem agribisnis

beras organik dan petani padi anorganik di tempat penelitian.

3. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2013.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Deskripsi Wilayah

4.1.1 Letak Geografi dan Luas Wilayah

Desa Lubuk Bayas terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 5-15 meter di atas permukaan

laut dengan suhu rata-rata berkisar 30ºC dengan curah hujan rata-rata berkisar 200 mm/tahun.

Tanah di desa ini termasuk tanah jenis aluvial dengan tekstur umumnya lembung berpasir.

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai (2012), Desa Lubuk Bayas

terletak di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas wilayah 481 Ha.

Desa Lubuk Bayas terletak 14 km dari Ibukota Kecamatan Perbaungan dengan lama tempuh

30 menit, ± 29 km dari Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai dan ± 52 km dari Ibukota

Provinsi Sumatera Utara.

Secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Naga Kisar, Pantai Cermin

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Buluh

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Buluh, Sei Mengkudu

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanah Merah, Lubuk Rotan.

4.1.2 Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di Desa Lubuk Bayas terdiri dari penggunaan lahan terbangun dan

penggunaan lahan non-terbangun. Dimana untuk penggunaan lahan terbangun berupa

penggunaan lahan yang di atas lahannya terdapat bangunan fisik seperti pemukiman, sarana

dan prasarana pemukiman dan lain–lain, sedangkan penggunaan lahan non-terbangun berupa

penggunaan lahan yang di atas lahannya tidak ada bangunan fisik seperti : pertanian,

Universitas Sumatera Utara

pertanian bukan sawah, nonpertanian dan lain–lain. Distribusi penggunaan lahan tertera pada

Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Penggunaan Lahan Tahun 2013

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Areal (Ha) Persentase (%)

1

2

3

4

Pertanian Sawah (Irigasi dan Tadah Hujan)

Pertanian Bukan Sawah

Non Pertanian

Pemukiman

385

16

18

62

80,04

3,32

3,74

12,89

Jumlah 481 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2013

Dari Tabel 9. Dapat diketahui bahwa penggunaan lahan lebih banyak digunakan untuk

Pertanian Sawah yaitu 385 Ha (80,04 %).

4.1.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Lubuk Bayas tahun 2013 terdiri dari 3072 jiwa dan terbagi atas 4

dusun. Berikut penjelasannya melalui Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Di Desa Lubuk Bayas Tahun 2013 No. Dusun Jumlah Jiwa Laki - laki Perempuan

1

2

3

4

I

II

III

IV

611

1131

915

522

277

525

477

158

288

501

338

364

Jumlah 3072 1437 1635 Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2013

Dari Tabel 10. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah di Dusun II.

Sedangkan berdasarkan jenis kelamin penduduk yang mendominasi adalah perempuan yaitu

1635 jiwa.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 11. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur Di Desa Lubuk Bayas, Tahun 2013

Kelompok umur (Tahun)

Total (Laki-laki+Perempuan)

Persentase (%)

<1

7-15

15-44

45-64

>65

62

951

1029

910

120

2,02

30,96

33,50

29,62

3,90

Jumlah 3072 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2013

Dari Tabel 11. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar di Desa Lubuk Bayas adalah

yang memiliki kisaran umur 15-44 yaitu 1029 jiwa dengan persentase 33,50%.

Tabel 12. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian Tahun 2013

No. Mata Pencaharian Jumlah KK Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

7

Petani

Buruh Tani

Wiraswasta

Pegawai Negeri

Pengrajin

Pedagang

Dan lain-lain

487

121

93

10

15

215

94

47,06

11,69

8,96

0,97

1,45

20,78

9,09

Jumlah 1035 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2013

Berdasarkan Tabel 12. Diketahui bahwa penduduk di Desa Lubuk Bayas mayoritas yang

memiliki mata pencaharian sebagai petani adalah 487 kk dengan persentase 47,06 %.

Penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai pedagang adalah 215 kk dengan

persentase 20,78 %.

4.1.4 Sarana Dan Prasarana

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan masyarakat di Desa Lubuk Bayas cukup terpenuhi. Untuk menempuh desa ini

dapat menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua yang biasanya dapat ditemui di

simpang Pantai Kelang Desa Sei Buluh. Adanya sarana dan prasarana ekonomi, pendidikan,

keamanan, kesehatan, peribadatan, prasarana irigasi dan sosial yang mampu menunjang

peningkatan sumberdaya yang ada di Desa Lubuk Bayas. Berikut dijelaskan dalam Tabel 13.

Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan masyarakat di Desa Lubuk Bayas.

Tabel 13. Sarana dan Prasarana Desa Lubuk Bayas Tahun 2013 No. Sarana Dan Prasarana Jumlah

1 2 3 4 5 6 7

Kelembagaan ekonomi • Pasar • Kios pupuk dan pestisida • Kilang padi • KUD • Koperasi Lembaga pendidikan • SD/ Sederajat • SD Negeri Lembaga keamanan • Pos kamling Lembaga kesehatan • Puskesmas pembantu • Posyandu Peribadatan • Mesjid • Musholla Prasarana irigasi Lembaga Sosial • Balai Desa • PAM • PLN

1 2 4 1 1 1 1 1 1 2 3 6 2 1

Ada Ada

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2013 4.2 Karakteristik Responden Karakteristik seseorang mempengaruhi tindakan, pola pikir dan wawasan yang dimilikinya.

Responden yang menjadi dalam penelitian ini adalah petani organik dan petani semi organik

Universitas Sumatera Utara

di Desa Lubuk bayas. Karakteristik petani yang menjadi responden pada penelitian ini

meliputi luas lahan organik, umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah

tanggungan. Karakteristik petani responden di Desa Lubuk Bayas dapat disajikan pada Tabel

14. Sebagai berikut :

Tabel 14. Karakteristik Responden No Uraian Rentang Rataan 1 Luas lahan padi organik (Ha) 0,1 – 2 0,72

2 Umur (Tahun) 30-75 44,3

3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 3-17 10,5

4 Pengalaman Bertani (Tahun) 2-15 11,4

5 Jumlah Tanggungan (Orang) 1-10 2,2 Sumber : Analisis Data Primer, 2013

Seperti yang disajikan pada tabel 14 bahwa petani responden di Lubuk Bayas memiliki luas

lahan organik rata- rata 0,72 Ha, jumlah luas lahan padi organik yang dimiliki petani untuk

Desa Lubuk Bayas dapat dikatakan rendah.

Rata-rata umur petani responden di Desa Lubuk Bayas sama 44 tahun, hal ini menunjukkan

bahwa petani responden di Desa Lubuk Bayas tergolong dalam usia produktif sehingga masih

besar potensi untuk mengembangkan dan membudidayakan pertanian organik, khususnya

usahatani padi organik.

Rata-rata tingkat pendidikan para petani responden di Desa Lubuk Bayas adalah

10,5 tahun atau setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), hal ini menunjukkan tingkat

pendidikan para petani tergolong sedang. Tingkat pendidikan ini akan berpengaruh pada

pengembangan atau pembudidayaan pertanian organik, khususnya usahatani padi organik.

Untuk rata-rata pengalaman bertani para petani responden di Desa Lubuk Bayas adalah 11,4

tahun. Ini dapat dilihat dari jumlah luas lahan padi organik di Desa Lubuk Bayas yang paling

luas dan pertama kali mengaplikasikan budidaya padi organik di Sumatera Utara serta ada

Universitas Sumatera Utara

beberapa petani padi organik di Desa Lubuk Bayas yang berperan sebagai penyuluh petani

untuk membudidayakan usahatani padi organik.

Setiap kepala keluarga petani responden di Desa Lubuk Bayas memiliki jumlah tanggungan 2

jiwa. Jumlah tanggungan ini termasuk sedang dan jumlah tanggungan keluarga ini akan

berpengaruh pada ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga dan pendapatan petani.

Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Faktor Internal dan Eksternal Sistem Agribisnis Beras Organik di Desa

Lubuk Bayas Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat dilihat faktor-faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi strategi pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa

Lubuk Bayas. Faktor internal yaitu : luas lahan padi organik, pengalaman bertani, produksi

padi organik, pelaksanaan tahapan pertanian organik, pencatatan kegiatan usahatani,

ketersediaan modal dan pendapatan. Faktor eksternal yaitu : ketersediaan sarana produksi

pertanian, ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran, permintaan beras organik,

jaringan pemasaran, mutu beras organik, dukungan kelompok tani, dukungan pemerintah,

dukungan lembaga swadaya masyarakat dan sarana irigasi.

5.1.1 Deskripsi Faktor Internal

a. Luas lahan padi organik

Petani padi organik di Desa Lubuk Bayas mengusahakan lahannya untuk ditanami padi

organik dengan rata-rata luas lahan hanya < 1 Ha, luas lahan tersebut relatif lebih kecil bila

dibandingkan dengan petani anorganik. Luas lahan merupakan bagian dari subsistem

produksi, hal ini tentu berpengaruh terhadap pengembangan subsistem produksi dan

berdampak terhadap produksi beras organik. Dengan luas lahan yang kecil produksi beras

organik yang dihasilkan juga akan rendah.

Berdasarkan hasil wawancara beberapa responden, petani tidak menggunakan seluruh lahan

sawah yang dimiliki untuk dijadikan lahan sawah padi organik karena produksi padi organik

masih rendah bila dibandingkan dengan produksi padi anorganik. Butuh waktu 3-4 kali

musim tanam untuk meningkatkan produksi padi organik, namun dalam prosesnya petani

tidak ingin menanggung resiko dari rendahnya produksi padi organik sehingga petani hanya

Universitas Sumatera Utara

menggunakan sebagian lahannya untuk ditanami tanaman padi organik sebagai lahan

sampingan dan sebagian besar tetap ditanami tanaman padi anorganik (konvensional).

Sebagian posisi lokasi lahan padi organik di Desa Lubuk Bayas masih berdampingan dengan

lokasi lahan anorganik (konvensional), hal ini menimbulkan beberapa kerawanan dalam

menjalankan usahatani padi organik. Besar kemungkinkan, lahan yang diusahakan secara

organik terkena kontaminasi pestisida kimia dan pupuk kimia dari lahan anorganik

(konvensional).

b. Pengalaman Bertani Organik

Petani padi organik di Desa Lubuk Bayas memiliki pengalaman bertani cukup baik. Petani

sudah mengenal pupuk organik dan pestisida organik sebelum program Go Organic 2010

dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan memiliki pengalaman bertani organik yang cukup baik,

hal ini merupakan potensi dalam pengembangan subsistem produksi bagi sistem agribisnis

beras organik di Desa Lubuk Bayas.

Pada awalnya alasan petani menerapkan budidaya padi organik adalah untuk kesehatan

pangan dan melestarikan lingkungan. Petani mencoba bertani padi organik dikarenakan

adanya potensi dari subsistem penyediaan sarana produksi dari ketersediaan bahan baku

pupuk organik, yaitu berupa kotoran ternak dan pada tahun 2005 Desa Lubuk Bayas

mendapat bantuan ternak berupa sapi dari pemerintah. Jumlah petani yang mulai

mengaplikasikan pupuk organik dari kotoran ternak untuk mengurangi biaya produksi

usahatani padi semakin bertambah. Pengetahuan akan pertanian organik semakin berkembang

sejak diadakannya pelatihan pertanian organik oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

BITRA Indonesia pada tahun 2007-2008. Petani mulai mengetahui dan mengaplikasikan

pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk kandang serta urin sapi menjadi pupuk organik cair

ataupun pembuatan pestisida nabati dari bahan alami. Sehingga dengan memanfaatkan

Universitas Sumatera Utara

bahan-bahan alami lokal yang tersedia tersebut mendorong petani untuk melakukan budidaya

pertanian padi organik.

Beberapa pelopor petani organik sudah berperan sebagai penyuluh petani untuk

mengembangkan budidaya pertanian organik di Desa Lubuk Bayas maupun di desa-desa

Kabupaten Serdang Bedagai. Penyuluh petani tersebut mengajak dan mengajarkan petani

untuk mulai menggunakan bahan-bahan alami untuk usahatani padi. Hal ini merupakan suatu

cara untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk kimia dan pestisida

kimia dan ini juga membantu petani untuk mengurangi biaya produksi usahatani padi.

c. Produksi Padi Organik

Salah satu bagian dari subsistem produksi yaitu produksi padi organik di Desa Lubuk Bayas

lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi padi anorganik. Rata-rata produksi padi

organik di Desa Lubuk Bayas 6-7 ton/Ha/tahun sedangkan produksi padi anorganik dapat

mencapai 7,5-8 ton/Ha/tahun.

Produksi padi organik pada awalnya mengalami penurunan drastis, hal ini karena kondisi

tanah dan tanaman padi yang kesuburannya sudah terbiasa dipicu oleh bahan-bahan kimia,

secara langsung dihentikan dan digantikan dengan bahan-bahan alami. Namun proses ini

secara perlahan akan mengembalikan kembali kesuburan tanah secara alami dan

membutuhkan waktu minimal 3-4 kali musim tanam.

d. Pelaksanaan Tahapan Pertanian Organik

Dalam prosesnya tidaklah mudah untuk merubah secara langsung dari sistem pertanian

anorganik menjadi sistem pertanian organik karena sistem pertanian anorganik sudah

membudaya, sehingga perlu waktu dan proses yang bertahap untuk merubahnya menjadi

pertanian organik.

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan pertanian organik di Desa Lubuk Bayas, apabila dilihat dari aspek standarisasi

produk dikatakan organik berdasarkan sistem agribisnis, yaitu dari subsistem penyediaan

sarana produksi, petani organik sudah menggunakan benih organik, pupuk organik dan

pestisida nabati. Namun pada penggunaan pupuk, sebagian petani masih menggunakan pupuk

kimia namun dalam kadar yang sudah dikurangi.

Pada subsistem produksi lahan organik masih berdampingan dengan lahan anorganik dan

irigasi bagi lahan organik masih bersatu dengan irigasi lahan anorganik. Pada subsistem

pengolahan, lantai tempat penjemuran gabah organik masih bersatu dengan tempat

penjemuran gabah anorganik dan mesin penggiling organik masih bersatu dengan mesin

penggiling anorganik. Selanjutnya pada subsistem pemasaran, belum adanya sertifikasi

produk organik yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam mengembangkan pemasaran

beras organik di Desa Lubuk Bayas.

e. Ketersediaan Modal

Ketersediaan modal merupakan bagian dari subsistem produksi dalam sistem agribisnis beras

organik. Ketersediaan modal yaitu perbandingan antara modal yang dimiliki dengan biaya

yang akan dikeluarkan. Modal investasi meliputi kepemilikan lahan, ternak dan kepemilikan

alat-alat mesin pertanian sedangkan modal kerja berupa uang yang digunakan untuk membeli

sarana produksi yang dibutuhkan.

Rata-rata petani organik sudah memiliki modal investasi yang cukup berupa lahan, ternak dan

alat-alat pertanian sedangkan dari modal kerja petani dapat menghemat biaya produksi

dengan memanfaatkan bahan-bahan alami lokal untuk dijadikan pupuk organik dan pestisida

nabati. Sehingga biaya produksi untuk pembelian pupuk dan pestisida dapat diminimalkan

dengan menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati.

f. Pencatatan Kegiatan Usahatani

Universitas Sumatera Utara

Salah satu kelemahan petani di Indonesia pada umumnya adalah tidak melakukan pencatatan

dalam kegiatan usahataninya yang meliputi antara lain ; biaya usahatani, hasil produksi,

penjualan hasil dan harga. Pencatatan kegiatan usahatani diperlukan untuk perencanaan dan

evaluasi tentang kegiatan yang terkait dengan satu subsistem dengan subsistem lain dalam

sistem agribisnis,

Hal ini juga terjadi dengan petani di Desa Lubuk Bayas. Dari beberapa petani hanya satu (1)

petani yang melakukan pencatatan dalam kegiatan usahataninya. Dalam pertanian organik,

pencatatan kegiatan usahatani dianggap perlu karena dalam prosesnya membutuhkan waktu

untuk memperoleh peningkatan produksi. Dengan melakukan pencatatan, petani dapat

melakukan perencanaan dan evaluasi mengenai berapa besar penggunaan sarana produksi

sehingga dapat meningkatkan hasil panen pada setiap musim tanam. Hal ini berkaitan pula

dengan biaya produksi yang dikeluarkan serta pendapatan yang diterima oleh petani.

g. Pendapatan

Pendapatan petani padi organik di Desa Lubuk Bayas cukup rendah bila dibandingkan

pendapatan petani padi anorganik karena luas lahan padi organik yang minim dan produksi

yang dihasilkan juga akan rendah. Hal ini berkaitan dengan kegiatan subsistem produksi yang

belum berkembang dengan baik, sehingga mempengaruhi pendapatan petani.

Namun bila dilihat dari aspek harga, harga gabah organik selalu lebih tinggi dibandingkan

gabah anorganik (konvensional). Harga gabah organik berada pada kisaran Rp 4.500–Rp

5.000/kg sedangkan harga gabah anorganil (konvensional) hanya mencapai Rp3.500–Rp

4.000/kg. Hal ini tentu akan meningkatkan posisi tawar petani secara tidak langsung.

Dari aspek pengeluaran biaya produksi berupa pupuk dan pestisida organik, biaya produksi

ini dapat diminimalkan karena petani secara swadaya dapat menciptakan sendiri pupuk dan

pestisida organik, sehingga hal ini akan menghemat pengeluaran biaya produksi. Dilihat dari

aspek penggunaan tenaga kerja, pertanian organik membutuhkan tenaga kerja yang lebih

Universitas Sumatera Utara

banyak bila dibandingkan dengan pertanian anorganik (konvensional), namun hal ini tidak

signifikan karena kebanyakan petani organik hanya menggunakan tenaga kerja dalam

keluarga untuk usahataninya.

5.1.2 Deskripsi Faktor Eksternal

a. Ketersediaan Sarana Produksi

Ketersediaan sarana produksi merupakan salah satu subsistem dalam sistem agribisnis. Di

Desa Lubuk Bayas ketersediaan sarana produksi memiliki potensi yang cukup baik. Sarana

produksi yang meliputi : benih organik, pupuk organik dan pestisida organik cukup tersedia

di Desa ini.

Benih organik dimuliakan oleh beberapa petani organik dan dijual dikelompok tani, sehingga

apabila petani ada yang berminat untuk mencoba pertanian organik, kebutuhan akan benih

organik sudah tersedia. Bahan baku bahan pembuatan pupuk dan pestida organik berasal dari

hewan ternak. Ketersediaan hewan ternak di Desa Lubuk Bayas mencukupi dan CV Natama

yang secara swadaya didirikan oleh petani untuk menyediakan pestisida nabati dan pupuk

organik bagi petani. Hal ini merupakan salah satu peluang bagi Desa Lubuk Bayas untuk

mengembangkan pertanian organik.

b. Ketersediaan Mesin Penggiling dan Tempat Penjemuran

Ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran merupakan bagian dari subsistem

pengolahan pada sistem agribisnis. Di Desa Lubuk Bayas subsistem pengolahan beras

organik masih belum berjalan dengan baik. Meskipun pada tahun 2012 Desa Lubuk Bayas

telah mendapat bantuan dari pemerintah berupa mesin penggiling. Mesin ini dipergunakan

untuk menggiling gabah organik karena selama ini gabah organik masih bercampur di tempat

penggilingan anorganik (konvensional). Namun mesin ini belum dapat beroperasi dengan

baik hingga saat ini.

Universitas Sumatera Utara

Ketersediaan tempat penjemuran khusus gabah organik juga belum tersedia di Desa Lubuk

Bayas, selama ini petani masih melakukan penjemuran ditempat gabah anorganik

(konvensional). Jika melihat standarisasi produk organik, hal ini tidak diperbolehkan karena

khawatir akan adanya kontaminasi atau pencampuran antara gabah organik dengan gabah

anorganik. Adanya informasi yang jelas mengenai pengolahan pangan organik sangat

dibutuhkan karena sistem pengolahan produk organik seharusnya dilakukan secara hati-hati

untuk menjaga integritas organik dan mutu produk.

c. Mutu Beras Organik

Mutu beras organik merupakan bagian dari subsistem pemasaran. Beras dikatakan organik

apabila telah memenuhi standar yang telah di tetapkan oleh pemerintah ataupun badan

sertifikasi. Sertifikasi produk merupakan salah satu indikator mutu beras organik. Tidak

mudah untuk mendapatkan sertifikasi label organik karena untuk mendapatkan label organik

pada produk organik harus melewati serangkaian kegiatan sertifikasi oleh lembaga seritifikasi

produk organik yang kredibel. Dalam upaya pengembangan pertanian organik untuk menuju

sertifikasi produk organik di Indonesia, Pusat Standarisasi dan Akreditasi Departemen

Pertanian menetapkan 4 jenis sertifikat yang dihasilkan dalam kegiatan sertifikasi, yaitu :

a. Sertifikat dan label biru untuk produk nonpestisida.

b. Sertifikat dan label kuning untuk produk transisi organik.

c. Sertifikat dan label hijau untuk produk setara dengan SNI organik

d. Sertifikat dan label hijau serta ada tulisan grown locally . Ini khusus produk pertanian yang

tumbuh secara organik dengan sendirinya.

Mekanisme sertifikasi ini dilakukan oleh pemerintah atau pihak yang melakukan sertifikasi

dan tim ahli organik dari pihak sertifikasi. Pihak-pihak tersebut dalam melakukan sertifikasi

akan turun langsung ke lapangan. Produk beras organik di Desa Lubuk Bayas belum

mendapat sertifikasi produk. organik, hal ini karena keterbatasan biaya untuk melakukan

Universitas Sumatera Utara

sertifikasi. Namun produk beras organik yang selama ini dipasarkan sudah pernah diuji oleh

laboratorium Sucofindo dan dinyatakan bebas dari residu kimia.

Sertifikasi produk organik berpengaruh terhadap kepastian pasar. Akibat belum adanya

sertifikasi produk beras organik di Desa Lubuk Bayas, petani enggan melakukan usatahani

padi organik dengan skala yang luas. Hal ini merupakan salah satu indikasi subsistem

pemasaran pada sistem agribinis beras organik di Lubuk Bayas belum berkembang dengan

baik.

Dari segi rasa beras organik Desa Lubuk Bayas rasanya lebih enak dan pulen. Kandungan

gizi dalam beras organik juga terjamin karena telah diuji bebas pestisida. Namun beras

organik tidak dapat bertahan lama dalam karung, tetapi setelah dimasak dalam bentuk nasi

akan lebih tahan lama basi.

d. Jaringan Pemasaran

Jaringan pemasaran merupakan salah satu subsistem pemasaran dari sistem agribisnis.

Jaringan pemasaran beras organik di Desa Lubuk Bayas dapat dikatakan belum berkembang.

Di Desa ini hanya terdapat satu pedagang pengumpul untuk gabah khusus organik, pedagang

pengumpul tersebut sekaligus berperan sebagai pihak bidang pemasaran kelompok Tani

Subur.

Berdasarkan hasil wawancara, pedagang pengumpul mengalami keterbatasan modal dalam

membeli gabah organik milik petani, sehingga pada saat panen raya tidak semua gabah

organik milik petani dibeli oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul membeli gabah

organik dari petani dan mengolah gabah tersebut tanpa menjual gabah tersebut ke pihak lain.

Pedagang pengumpul menjual beras organik kepada beberapa grosir beras, konsumen

langsung, LSM BITRA Indonesia dan took organik JAPPSA yang berlokasi di Kota Medan.

Bidang pemasaran kelompok tani Subur dan toko organik JAPPSA mengalami kesulitan

dalam mengembangkan jaringan pemasaran beras organik di Desa Lubuk Bayas karena

Universitas Sumatera Utara

produk organik tersebut belum mendapat sertifikasi. Keterbatasan dalam hal financial dan

minimnya pengetahuan teknis mengenai jalur-jalur pemasaran produk organik. Hal ini

menyebabkan pemasaran beras organik masih terkonsentrasi di kawasan tertentu, belum

menyebar secara merata di setiap wilayah konsumen.

Dari aspek harga produk beras organik lebih mahal bila dibandingkan dengan beras

anorganik (konvensional). Hal ini merupakan market power bagi produsen produk-produk

organik di pasaran. Dari aspek lokasi, Desa Lubuk Bayas merupakan desa yang terjangkau,

sarana prasarana yang menghubungkan ke ibukota Provinsi Sumatera Utara ataupun ke

ibukota Kabupaten Serdang Bedagai cukup memadai sehingga memudahkan dalam

melakukan pemasaran dan distribusi produk beras organik.

Selama ini pihak bidang pemasaran kelompok Tani Subur dibantu dengan pemerintah

Kabupaten Serdang Bedagai telah melakukan promosi dengan mengikuti pameran-pameran

beras organik di daerah baik tingkat provinsi hingga tingkat nasional. Hal ini bertujuan untuk

mempromosikan produk organik berupa beras organik Desa Lubuk Bayas.

Pihak JAPPSA juga telah melakukan promosi untuk mengembangkan pemasaran beras

organik. Mulai dari pengenalan pertanian organik melalui media surat kabar, hingga

penyebaran brosur mengenai produk organik serta mengikuti pameran-pameran.

e. Permintaan Beras Organik

Dengan adanya permintaan beras organik merupakan salah satu peluang bagi petani organik

untuk meningkatkan produksi beras organik. Peningkatan beras organik dapat tercapai

dengan adanya integrasi yang baik antara subsistem satu dengan subsitem yang lain.

Permintaan akan beras organik dipasaran mengalami peningkatan, baik dari bidang

pemasaran kelompok tani Subur maupun dari toko organik JAPPSA yang berada di Medan.

Bidang pemasaran kelompok tani Subur setiap bulan secara kontiniu mengirimkan beras

Universitas Sumatera Utara

organik ke toko organik JAPPSA dan jumlahnya setiap tahun mengalami peningkatan.

Peningkatan permintaan beras organik disebabkan oleh konsumen mulai tertarik dengan

produk-produk berlabel organik, dengan alasan kesehatan.

f. Dukungan Kelompok Tani

Peran kelompok tani merupakan salah satu subsistem pendukung dalam sistem agribisnis.

Kondisi kelompok tani di Desa Lubuk Bayas sangat mendukung dalam kegiatan

pengembangan pertanian organik, mulai dari subsistem penyediaan sarana produksi hingga

kegiatan subsistem produksi, subsistem pengolahan dan subsistem pemasaran. Hal ini dapat

dilihat dari adanya ajakan dari kelompok tani untuk bertani secara organik, adanya pelatihan

mengenai pertanian organik secara berkala, melakukan kontrol secara berkala terhadap petani

organik dengan sistem ICS (Internal Control System) dan selalu memberikan motivasi

kepada petani yang melakukan pertanian organik.

Kelompok Tani Subur dibantu oleh pendamping petani dari pihak Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) BITRA Indonesia dapat mengaplikasikan pertanian organik secara

kontiniu dan adanya susunan organisasi kelompok tani yang struktural mulai dari

pengembangan di bidang budidaya maupun pemasaran serta tim ICS (Internal Control

System) yang membantu dalam pengawasan penggunaan bahan-bahan kimia sintetis.

g. Dukungan Pemerintah

Pemerintah merupakan salah satu pihak dari subsistem pendukung dalam sistem agribisnis.

Dukungan pemerintah setempat terhadap perkembangan pertanian organik, khususnya beras

organik di Desa Lubuk Bayas kurang optimal. Saat ini pemerintah telah melakukan program

penyuluhan pertanian organik melalui metode SRI (System Rice Intensification ). Metode ini

merupakan salah satu langkah menuju pertanian organik.

Namun saat ini belum ada insentif bagi petani organik di Desa Lubuk Bayas, seperti

dukungan fasilitas rumah kompos, sertifikasi produk organik ataupun jaminan pembelian

Universitas Sumatera Utara

gabah organik serta kebijakan pemerintah mengenai kontrol penggunaan pupuk dan pestisida

kimia.

h. Dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga Swadaya Masyarakat merupakan salah satu bagian dari subsistem pendukung dari

sistem agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

BITRA Indonesia merupakan salah satu lembaga yang peduli dan concern terhadap

perkembangan pertanian organik di Sumatera Utara, khususnya Desa Lubuk Bayas,

Kabupaten Serdang Bedagai.

Dukungan ini berupa penyuluhan dan pelatihan mengenai pertanian organik melalui sekolah

lapang, pendampingan petani untuk bertani secara organik, kontrol secara berkala serta

bantuan berupa pinjaman lunak untuk membantu petani dalam berusahatani organik. LSM

Bitra Indonesia juga memfasilitasi petani dalam kegiatan yang berkaitan dengan pertanian

organik, membantu petani organik memasarkan produk organiknya ke kota Medan dan

menjadi fasilitator antara petani organik dan pemeritah dalam proses sertifikasi produk.

i. Sarana Irigasi

Irigasi merupakan salah satu bagian dari subsistem produksi pada sistem agribisnis beras

organik di Desa Lubuk Bayas. Sarana irigasi di Desa Lubuk Bayas masih menggunakan

sarana irigasi setengah teknis namun dari segi ketersediaan air dan pembagian air dapat

dikatakan cukup baik.

Menurut standarisasi organik yang telah ditetapkan oleh pemerintah, seharusnya ada

pemisahan air irigasi antara lahan organik dengan lahan anorganik untuk menghindari

kontaminasi pupuk kimia ataupun pestisida kimia. Pemisahan tersebut dapat dilakukan

misalnya dengan pembuatan waduk ataupun saluran air tersendiri untuk pengairan lahan

organik.

5.2 Analisis Strategi Pengembangan Beras Organik di Desa Lubuk Bayas

Universitas Sumatera Utara

5.2.1 Skoring Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Skoring adalah mengidentifikasi antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan

eksternal (peluang dan ancaman), kemudian disusun kuisioner untuk menentukan skor setiap

faktor (lampiran 1 -2). Skor tersebut menentukan apakah faktor tersebut termasuk kedalam

faktor internal sebagai kekuatan atau kelemahan dan sebagai faktor eksternal menjadi

peluang atau ancaman.

Tabel 15. Skoring Faktor Internal dan Faktor Eksternal Faktor-faktor Strategis Skor rata-

rata Distribusi Skor (%)

1 2 3 4 Faktor Internal

1. Luas lahan padi organik 1,5 60 30 10 0

2. Pengalaman bertani organik 3,2 0 0 80 20

3. Produksi padi organik 2,0 10 80 10 0

4. Pelaksanaan tahapan pertanian organik 2,2 0 80 20 0

5. Pencatatan kegiatan usahatani 1,3 90 0 0 10

6. Ketersediaan modal 3,4 0 20 20 60

7. Pendapatan 2,2 0 20 80 0

Faktor Eksternal

1.Ketersediaan Sarana Produksi Pertanian 3,5 0 0 45,4 54,6

2.Ketersediaan mesin penggiling dan

tempat penjemuran

2,0 0 100 0 0

3. Mutu beras organik 2,0 0 0 100 0

4. Jaringan Pemasaran 2,0 0 100 0 0

5. Permintaan beras organik 3,0 0 0 100 0

6. Dukungan kelompok tani 3,8 0 0 18,2 81,8

7. Dukungan pemerintah 2,0 0 100 0 0

8. Dukungan LSM 3,9 0 0 9,1 91,1

9. Sarana irigasi 2,0 0 100 0 0 Sumber : Lampiran 1, 2, dan 5

Berdasarkan Tabel 15. Pada faktor strategis internal, faktor ketersediaan modal merupakan

faktor yang memiliki rata-rata skor paling tinggi yaitu sebesar 3,4 dan faktor pencatatan

kegiatan usahatani adalah faktor yang memiliki rata-rata skor paling rendah yaitu sebesar 1,3.

Universitas Sumatera Utara

Hal tersebut disebabkan karena petani organik di Desa Lubuk Bayas memiliki ketersediaan

modal yang cukup untuk mengembangkan usahatani padi organik dan kegiatan pencatatan

usahatani merupakan faktor yang memang sulit dikembangkan dikalangan petani, petani

menganggap hal tersebut tidak terlalu penting.

Pada faktor strategis eksternal, faktor dukungan lembaga swadaya masyarakat (LSM)

merupakan faktor yang memiliki rata-rata skor paling tinggi yaitu sebesar 3,9. Dukungan

lembaga swadaya masyarakat (LSM) sangat berpengaruh terhadap perkembangan pertanian

organik di Desa Lubuk Bayas. Faktor ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran,

mutu beras organik dan sarana irigasi merupakan faktor yang memiliki skor rata-rata paling

rendah yaitu sebesar 2. Faktor tersebut merupakan kelemahan dalam pengembangan beras

organik, untuk itu perlu dikembangkan karena merupakan faktor yang sangat berpengaruh

dalam pengembangan beras organik di Desa Lubuk Bayas.

Setelah mengetahui skor rata-rata masing-masing faktor baik faktor internal maupun faktor

eksternal, kemudian mengidentifikasi faktor-faktor internal yang termasuk kelemahan

ataupun kekuatan. Faktor internal yang memiliki skor rata-rata 3-4 termasuk dalam kekuatan

dan faktor yang memiliki skor rata-rata 1-2 termasuk dalam kelemahan. Faktor-faktor

eksternal yang memiliki skor rata-rata 3-4 termasuk dalam peluang dan faktor yang memiliki

skor rata-rata 1-2 termasuk dalam faktor ancaman.

Tabel 16. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Beras Organik

Faktor Strategis Parameter Keterangan Faktor Strategis Internal

• Kekuatan

1. Pengalaman bertani

2. Ketersediaan modal

Pengalaman petani cukup baik

Modal tersedia

• Kelemahan 1. Luas lahan padi organik 2. Produksi padi organik

3. Pelaksanaan tahapan

pertanian organik 4. Pencatatan kegiatan

usahatani

Luas lahan kecil Produksi padi organik

rendah Masih pada tahapan

yang rendah Tidak membuat

pencatatan

Universitas Sumatera Utara

5. Pendapatan Pendapatan rendah

Faktor Strategis Eksternal • Peluang

1. Ketersediaan sarana produksi

2. Permintaan beras organik

3. Dukungan Kelompok tani

4. Dukungan Lembaga Swadaya masyarakat

Sarana produksi tersedia

Permintaan meningkat

Kelompok tani mendukung

LSM mendukung

• Ancaman 1. Ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran

2. Mutu beras organik

3. Jaringan pemasaran

4. Dukungan pemerintah

5. Sarana irigasi

Mesin penggiling dan tempat penjemuran tidak tersedia

Mutu beras organik rendah

Jaringan pemasaran belum berkembang

Dukungan pemerintah belum optimal

Sarana irigasi belum memenuhi standar usahatani organik

Sumber : Lampiran 5, 6 dan 7 5.2.2 Pembobotan Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Pembobotan dilakukan dengan menggunakan teknik komparasi berpasangan dengan nilai

skala banding 1,2 dan 3. Setelah memperoleh nilai kepentingan masing–masing dari tiap

responden, dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.

Setelah diperoleh penilaian tiap faktor dari seluruh responden, kemudian dicari rata- rata

perbandingan seluruh responden dengan mencari nilai rata-rata geometris dengan

menggunakan rumus geometris dan kemudian nilai rata-rata tersebut dinormalisasikan untuk

mendapatkan nilai dari masing–masing faktor strategis. Nilai ini yang menjadi bobot dari

setiap faktor. Pembobotan faktor internal disajikan dalam Tabel 17.

Tabel 17. Pembobotan Faktor Internal (IFAS) No Uraian Bobot

1 Luas lahan padi organik 0,12

2 Pengalaman bertani 0,08

Universitas Sumatera Utara

3 Produksi padi organik 0,19

4 Pelaksanaan tahapan pertanian organik 0,13

5 Pencatatan kegiatan usahatani 0,07

6 Ketersediaan modal 0,17

7 Pendapatan 0,24

Total 1

Sumber : Lampiran 3, 8, 10, 11 dan 14

Faktor pendapatan memiliki nilai bobot yang paling besar yaitu 0,24. Salah satu tujuan petani

beralih dari usahatani padi anorganik menjadi usahatani organik adalah meningkatkan

pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor pendapatan merupakan faktor internal yang

dianggap penting dalam strategi pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa

Lubuk Bayas.

Faktor yang memiliki bobot faktor yang paling kecil adalah faktor pencatatan kegiatan

usahatani sebesar 0,07. Hal ini merupakan kondisi dimana faktor pencatatan kegiatan dalam

usahatani merupakan faktor yang dianggap kurang penting dalam penetapan strategi

pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas. Strategi pengembangan

beras organik di Desa Lubuk Bayas juga dipengaruhi oleh faktor–faktor eksternal.

Pembobotan faktor eksternal disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Pembobotan Faktor Eksternal (EFAS) No Uraian Bobot

1 Ketersediaa sarana produksi pertanian 0,07

2 Ketersediaan mesin penggiling dan tempat

penjemuran

0,15

3 Mutu beras organik 0,14

4 Jaringan pemasaran 0,15

Universitas Sumatera Utara

5 Permintaan beras organik

0,15

6 Dukungan kelompok tani 0,06

7 Dukungan pemerintah 0,12

8 Dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 0,09

9 Sarana irigasi 0,07

Total 1

Sumber : Lampiran 4, 9, 12, 13 dan 15

Ketersediaan akan mesin penggiling dan tempat penjemuran, jaringan pemasaran dan

permintaan beras organik merupakan faktor yang memiliki bobot paling besar, yakni 0,15.

Pada tahun 2012 Desa Lubuk Bayas memperoleh bantuan mesin penggiling padi khusus

untuk gabah organik oleh pemerintah namun sampai saat ini mesin tersebut belum dapat

digunakan dengan baik dan tempat penjemuran khusus gabah organik belum tersedia. Beras

organik Desa Lubuk Bayas belum mendapatkan sertfikat produk organik, hal ini berpengaruh

terhadap rendahnya mutu produk organik tersebut dipasaran yang mengakibatkan jaringan

pemasaran belum berkembang secara baik. Hal ini berarti faktor-faktor tersebut merupakan

faktor yang dianggap penting dalam pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa

Lubuk Bayas.

Kemudian yang memiliki bobot faktor yang paling besar kedua yaitu faktor mutu beras

organik 0,14; bobot faktor dukungan pemerintah 0,12; bobot faktor dukungan lembaga

swadaya masyarakat sebesar 0,09; bobot faktor ketersediaan sarana produksi dan bobot faktor

sarana irigasi sebesar 0,07 dan bobot faktor dukungan kelompok tani merupakan faktor yang

memiliki bobot paling kecil yaitu sebesar 0,06. Faktor dukungan kelompok tani merupakan

faktor eksternal yang dianggap kurang penting dalam penetapan strategi pengembangan beras

organik di Desa Lubuk Bayas.

5.2.3 Penentuan Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Beras Berdasarkan Analisis SWOT

Universitas Sumatera Utara

Tahap selanjutnya adalah evaluasi strategi pengembangan sistem agribisnis beras organik di

Desa Lubuk Bayas. Evaluasi strategi faktor internal dan eksternal dilakukan dengan membuat

tabel matriks evaluasi faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal. Adapun langkah

yang dilakukan dalam evaluasi faktor internal dan eksternal adalah membuat pembobotan,

skoring dan mencari skor yang terbobot (bobot x skor). Besar bobotnya diperoleh melalui

perbandingan kombinasi berpasangan. Sedangkan besar skor ditentukan oleh peneliti

berdasarkan parameter yang telah ditetapkan, parameter tersebut ditetapkan berdasarkan data

yang diperoleh melalui hasil wawancara.

Pada tahap penentuan skoring, skor diberikan kepada faktor internal untuk menentukan mana

faktor yang menunjukkan kekuatandan kelemahan. Setelah itu dilakukan perhitungan hasil

skor dengan melakukan perkalian bobot dan skor. Perkalian bobot dan skor faktor strategi

internal pengembangan sistem agribisnis beras organik di Lubuk Bayas disajikan tabel 19.

Tabel 19. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS) Faktor-Faktor Strategis Internal Bobot Skor Bobot x Skor

KEKUATAN

1. Pengalaman bertani organik 0,08 3,2 0,26

2. Ketersediaan modal 0,17 3,4 0,58

KELEMAHAN

1. Luas lahan padi organik 0,12 1,5 0,18

2. Produksi padi organik 0,19 2,0 0,38

3. Pelaksanaan tahapan pertanian organik 0,13 2,2 0,29

4. Pencatatan kegiatan usahatani 0,07 1,3 0,09

5. Pendapatan 0,24 2,2 0,53

Total 1 15,8 2,31

Sumber : Lampiran 6 dan 14

Universitas Sumatera Utara

Pada tahap penentuan skoring, skor diberikan kepada faktor eksternal untuk menentukan

mana faktor yang menunjukkan peluang dan ancaman. Setelah itu dilakukan perhitungan

hasil skor dengan melakukan perkalian bobot dan skor. Perkalian bobot dan skor faktor

strategi eksternal pengembangan sistem agribisnis beras organik di Lubuk Bayas disajikan

Tabel 20.

Tabel 20. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal (EFAS) Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Skor Bobot x Skor PELUANG

1. Ketersediaa sarana produksi 0,07 3,5 0,25

2. Permintaan beras organik 0,15 3,0 0,45

3. Dukungan kelompok tani 0,06 3,8 0,23

4. Dukungan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM)

0,09 3,9 0,35

ANCAMAN

1. Ketersediaan mesin penggiling dan

tempat penjemuran

0,15 2,0 0,30

2. Mutu beras organik 0,14 2,0 0,28

3. Jaringan pemasaran 0,15 2,0 0,30

4. Dukungan pemerintah 0,12 2,0 0,24

5. Sarana Irigasi 0,07 2,0 0,14

Total 1 24,2 2,54

Sumber : Lampiran 7 dan 15

Universitas Sumatera Utara

Tabel 21. Gabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal

Pengembangan Beras Organik di Desa Lubuk Bayas Faktor-Faktor Strategis Bobot Skor Bobot x Skor

TOR STRATEGIS INTERNAL atan

1. Pengalaman bertani 0,08 3,2 0,26 2. Ketersediaan modal 0,17 3,4 0,58 Total Skor Kekuatan 0,25 0,84 Kelemahan 1. Luas lahan padi organik 0,12 1,5 0,18 2. Produksi padi organik 0,19 2,0 0,38 3. Pelaksanaan tahapan pertanian organik 0,13 2,2 0,29 4. Pencatatan kegiatan usahatani 0,07 1,3 0,09 5. Pendapatan 0,24 2,2 0,53 Total Skor Kelemahan 0,75 1,47

Selisih (Kekuatan – Kelemahan) - 0,63 FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL

ng 1. Ketersediaan sarana produksi pertanian 0,07 3,5 0,25 2. Permintaan beras organik 0,15 3,0 0,45 3. Dukungan kelompok tani 0,06 3,8 0,23 4. Dukungan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) 0,09 3,9 0,35

Total Skor Peluang 0,37 14,2 1,28 Ancaman

1. Ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran

0,15 2,0 0,30

2. Mutu beras organik 0,14 2,0 0,28 3. Jaringan pemasaran beras organik 0,15 2,0 0,30 4. Dukungan pemerintah 0,12 2,0 0,24 5. Sarana Irigasi 0,07 2,0 0,14 Total Skor Ancaman 0,63 10 1,26

Selisih (Peluang – Ancaman ) 0,02 Sumber : Lampiran 16 dan 17

Dari Tabel 21. Menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan-kelemahan)

sebesar – 0,63, ini artinya pengaruh kekuatan lebih kecil terhadap pengaruh kelemahan pada

pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas. Hal ini berarti faktor

kekuatan internal berupa modal yang tersedia dan pengalaman organik yang cukup baik yang

Universitas Sumatera Utara

dimiliki oleh petani padi organik belum mampu menyeimbangkan dengan faktor kelemahan

internal yang dimiliki. Hal ini merupakan salah satu indikasi mengapa perkembangan sistem

agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas masih lambat.

Selisih faktor eksternal (peluang-ancaman) sebesar 0,02, ini artinya pengaruh peluang lebih

besar dibandingkan dengan pengaruh ancaman pada pengembangan beras organik di Desa

Lubuk Bayas. Hal ini berarti faktor peluang eksternal yang berupa ketersediaan sarana

produksi, permintaan beras organik yang meningkat, dukungan kelompok tani dan dukungan

lembaga masyarakat mampu meminimalkan faktor ancaman eksternal yang menghambat

pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas.

Setelah itu mencari posisi strategi pengembangan beras organik di Desa Lubuk Bayas dengan

menggunakan matriks posisi. Posisi strategi pengembangan ditunjukkan oleh titik koordinat

(x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan nilai diperoleh

dari selisih faktor eksternal (peluang-ancaman). Berdasarkan Tabel 21. Diperoleh nilai x < 0

yaitu – 0,63 dan nilai y > 0 yaitu 0,02. Posisi titik koordinat x dan y dapat dilihat pada

diagram cartesius pada Gambar 4.

(-0,63; 0,02)

Faktor Eksternal

F a k t o r I n t e r n

X (-) X (+)

Y (+)

I

Strategi Agresif

III

Strategi Turn-Around

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4. Matriks Posisi Sistem Agribisnis Beras Organik

Pada Gambar 4. Menunjukkan posisi strategi pengembangan beras organik di Desa Lubuk

Bayas berada pada kuadran III yang artinya petani organik memiliki peluang besar dalam

pengembangan sistem agribisnis beras organik yaitu berupa sarana produksi yang tersedia,

permintaan beras organik yang meningkat dan dukungan kelompok tani dan dukungan

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Namun disamping itu petani memiliki kelemahan

internal yaitu berupa luas lahan organik yang relatif kecil, produksi padi organik yang rendah,

pelaksanaan pertanian organik yang masih pada tahap rendah, tidak melakukan pencatatan

kegiatan usahatani dan pendapatan usahatani organik yang relatif rendah. Posisi strategi ini

menekankan pada mengatasi kelemahan-kelemahan internal yang ada agar dapat

memanfaatkan peluang tersebut secara optimal.

5.2.4 Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Beras Organik di Desa Lubuk Bayas

Tahapan akhir adalah penentuan alternatif strategi pengembangan sistem agribisnis beras

organik di Desa Lubuk Bayas dapat dilihat berdasarkan analisis SWOT yaitu dibuat

berdasarkan faktor-faktor strategi, baik internal (kekuatan-kelemahan) maupun eksternal

(peluang-ancaman). Berdasarkan matriks posisi analisis SWOT pada Gambar 4. Maka dapat

ditentukan alternatif strategi yang disusun atas 4 (empat) strategi utama, yaitu Strenghts-

Opportunities (SO), Weakness-Opportunities (WO), Strenghts-Threats (ST), dan

Weaknesses-Threats (WT). Penentuan alternatif strategi pengembangan beras organik di Desa

Lubuk Bayas disajikan pada Tabel 22.

Y (-)

II

Strategi Diversifikasi

IV

Strategi Defensif

Universitas Sumatera Utara

Tabel 22. Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Beras Organik di Desa Lubuk

Bayas

IFAS EFAS

Kekuatan (Strengths)

1. Petani memiliki pengalaman dalam bertani padi organik

2. Modal Tersedia

Kelemahan (Weakness) 1. Luas lahan organik kecil 2. Produksi padi organik

rendah 3. Pelaksanaan pertanian

organik masih dalam tahapan yang rendah

4. Tidak melakukan

pencatatan kegiatan usahatani

5. Pendapatan rendah

Peluang (Opportunities) 1. Sarana produksi pertanian

tersedia 2. Permintaan meningkat 3. Kelompok tani mendukung 4. Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) mendukung

Strategi SO 1. Memanfaatkan modal

yang tersedia untuk mengoptimalkan penggunaan sarana produksi pertanian

(S2,O1) 2. Memanfaatkan

pengalaman bertani organik untuk memenuhi permintaan yang meningkat (S1,O2)

4. Melakukan pelatihan pencatatan dan analisis

Strategi WO 1. Meningkatkan

produktivitas lahan organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana produksi pertanian yang tersedia (W1,O1)

2. Meningkatkan produksi

padi organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana produksi pertanian yang tersedia (W2,O1)

3. Meningkatkan pelaksanaan

setiap tahapan pertanian organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana produksi yang tersedia dan memanfaatkan dukungan kelompok tani serta dukungan lembaga masyarakat

(W3,O1, O3, O4)

Universitas Sumatera Utara

usahatani dengan memanfaatkan dukungan kelompok tani ataupun lembaga swadaya masyarakat (W4, O3,O4)

5. Meningkatkan pendapatan

dengan cara memanfaatkan permintaaan yang meningkat (W5,O2)

Ancaman (Threats) 1. Mesin penggiling dan tempat

penjemuran tidak tersedia 2. Mutu beras organik rendah 3. Jaringan pemasaran beras

organik belum berkembang 4. Dukungan Pemerintah masih

sedikit 5. Sarana Irigasi belum

memenuhi standar organik

1.

Strategi ST

1. Mengoptimalkan pengalaman bertani untuk meningkatkan mutu beras (S1, T2)

2. Mengoptimalkan penggunaan modal untuk penyediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran (S2, T1)

3. Mengoptimalkan penggunaan modal untuk

mendirikan koperasi pemasaran beras organik (S2, T3)

4. Mengoptimalkan

penggunaan modal untuk memperbaiki sarana irigasi yang memenuhi standar organik (S2, T5)

1. Meningkatkan produksi padi organik untuk mengembangkan jaringan pemasaran (W2,T3)

Strategi WT

2. Meningkatkan

pelaksanaan setiap tahapan pertanian organik sehinga mutu beras organik dapat meningkat (W3,T2)

3. Meningkatkan pelaksanaan setiap tahap pertanian organik dengan mengoptimalkan bantuan pemerintah (W3,T4)

4. Meningkatkan pendapatan

untuk penyediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran (W5, T1)

Sumber : Lampiran 16 dan 17

5.2.5. Evaluasi Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Beras Organik di Desa Lubuk Bayas

Strategi SO

Universitas Sumatera Utara

Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem agribisnis beras organik

di Desa Lubuk Bayas dengan melihat kekuatan dan peluang yang dimiliki adalah sebagai

berikut :

1. Memanfaatkan modal yang tersedia untuk mengoptimalkan penggunaan sarana produksi

pertanian (S2,O1)

2. Memanfaatkan pengalaman bertani organik untuk memenuhi permintaan yang meningkat

(S1,O2)

1. Meningkatkan produktivitas lahan organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana

produksi pertanian yang tersedia (W1,O1)

Strategi WO

Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem agribisnis beras organik

di Desa Lubuk Bayas dengan melihat kelemahan dan peluang yang dimiliki adalah sebagai

berikut :

2. Meningkatkan produksi padi organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana

produksi pertanian yang tersedia (W2,O1)

3. Meningkatkan pelaksanaan setiap tahapan pertanian organik dengan mengoptimalkan

penggunaan sarana produksi yang tersedia dan memanfaatkan dukungan kelompok tani

serta dukungan lembaga masyarakat

(W3,O1, O3, O4)

4. Melakukan pelatihan pencatatan dan analisis usahatani dengan memanfaatkan dukungan

kelompok tani ataupun Lembaga swadaya masyarakat (W4, O3,O4)

5. Meningkatkan pendapatan dengan cara memanfaatkan permintaaan yang meningkat

(W5,O2)

Strategi ST

Universitas Sumatera Utara

Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem agribisnis beras organik

di Desa Lubuk Bayas dengan melihat kekuatan dan ancaman yang dimiliki adalah sebagai

berikut :

1. Mengoptimalkan pengalaman bertani untuk meningkatkan mutu beras (S1, T2)

2. Mengoptimalkan penggunaan modal untuk penyediaan mesin penggiling dan tempat

penjemuran (S2, T1)

3. Mengoptimalkan penggunaan modal untuk mendirikan koperasi pemasaran beras organik

(S2, T3)

4. Mengoptimalkan penggunaan modal untuk memperbaiki sarana irigasi yang memenuhi

standar organik (S2, T5)

1. Meningkatkan produksi padi organik untuk mengembangkan jaringan pemasaran (W2,T3)

Strategi WT

Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem agribisnis beras organik

di Desa Lubuk Bayas dengan melihat kelemahan dan ancaman yang dimiliki adalah sebagai

berikut :

2. Meningkatkan pelaksanaan setiap tahapan pertanian organik sehinga mutu beras organik

dapat meningkat (W3,T2)

3. Meningkatkan pelaksanaan setiap tahap pertanian organik dengan mengoptimalkan

bantuan pemerintah (W3,T4)

4. Meningkatkan pendapatan untuk penyediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran

(W5, T1)

Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan sistem agribisnis beras

organik di Desa Lubuk Bayas meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor

internal yaitu luas lahan padi organik, pengalaman bertani padi organik, produksi padi

organik, pelaksanaan tahapan pertanian organik, pencatatan kegiatan usahatani,

ketersediaan modal dan pendapatan. Faktor-faktor eksternal yaitu ketersediaan sarana

produksi pertanian, ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran, mutu beras

organik, jaringan pemasaran beras organik, permintaan beras organik, dukungan

kelompok tani, dukungan pemerintah, dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

dan sarana irigasi.

2. Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kelemahan dan menghadapi

ancaman dalam pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas terdiri

dari lima belas alternatif strategi yang ditawarkan, yaitu :

Strategi SO

Memanfaatkan modal yang tersedia untuk mengoptimalkan penggunaan sarana produksi

pertanian (S2,O1) dan Memanfaatkan pengalaman bertani organik untuk memenuhi

permintaan yang meningkat (S1,O2).

Meningkatkan produktivitas lahan organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana

produksi pertanian yang tersedia (W1,O1). Meningkatkan produksi padi organik dengan

mengoptimalkan penggunaan sarana produksi pertanian yang tersedia (W2,O1).

Meningkatkan pelaksanaan setiap tahapan pertanian organik dengan mengoptimalkan

penggunaan sarana produksi yang tersedia dan memanfaatkan dukungan kelompok tani serta

dukungan lembaga masyarakat (W3,O1,O3,O4). Melakukan pelatihan pencatatan dan analisis

Strategi WO

Universitas Sumatera Utara

usahatani dengan memanfaatkan dukungan kelompok tani ataupun lembaga swadaya

masyarakat (W4,O3,O4). Meningkatkan pendapatan dengan cara memanfaatkan permintaaan

yang meningkat (W5,O2).

Strategi ST

Mengoptimalkan pengalaman bertani untuk meningkatkan mutu beras (S1,T2).

Mengoptimalkan penggunaan modal untuk penyediaan mesin penggiling dan tempat

penjemuran (S2,T1). Mengoptimalkan penggunaan modal untuk mendirikan koperasi

pemasaran beras organik (S2,T3). Mengoptimalkan penggunaan modal untuk memperbaiki

sarana irigasi yang memenuhi standar organik (S2,T5).

Strategi WT

Meningkatkan produksi padi organik untuk mengembangkan jaringan pemasaran (W2,T3).

Meningkatkan pelaksanaan setiap tahapan pertanian organik sehinga mutu beras organik

dapat meningkat (W3,T2). Meningkatkan pelaksanaan setiap tahap pertanian organik dengan

mengoptimalkan bantuan pemerintah (W3,T4). Meningkatkan pendapatan untuk penyediaan

mesin penggiling dan tempat penjemuran (W5, T1).

6.2 Saran

Kepada petani padi organik Desa Lubuk Bayas sebaiknya menambah skala usahatani padi

organik sehingga produksinya dapat meningkat. Melakukan pencatatan dan analisis usahatani

untuk perencanaan dan evaluasi . Meningkatkan produksi padi organik dengan

mengoptimalkan penggunaan sarana produksi pertanian yang tersedia. Meningkatkan

pelaksanaan tahapan pertanian organik dengandan mengoptimalkan penggunaan sarana

produksi yang tersedia memanfaatkan kerjasama dukungan kelompok tani serta lembaga

swadaya masyarakat. Meningkatkan pendapatan dengan cara memanfaatkan peluang

permintaaan yang meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Kepada pemerintah daerah maupun pusat lebih memperhatikan petani organik dalam bentuk

sarana dan prasarana dalam pengembangan sistem agribisnis beras organik seperti sarana

irigasi khusus lahan organik dan penyediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran beras

organik serta membantu proses sertifikasi produk organik untuk perbaikan mutu beras

organik di Desa Lubuk Bayas. Sebaiknya pemerintah daerah maupun Provinsi Sumatera

Utara melakukan pendataan yang jelas tentang luas lahan dan produksi padi organik di

Sumatera Utara sehingga pemerintah dapat menargetkan program Go Organic.

Kepada peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis strategi

pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas dengan komparatif statis

sehingga dapat mengakomodir perubahan-perubahan strategi.

Universitas Sumatera Utara