bab iii metodologi penelitian - … · kecamatan perbaungan, kabupaten serdang bedagai merupakan...
TRANSCRIPT
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ditetapkan secara purposive yakni penentuan lokasi penelitian
yang sengaja dipilih berdasarkan tujuan tertentu karena di Desa Lubuk Bayas,
Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai merupakan lokasi dengan
produksi padi organik terbesar binaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
BITRA Indonesia di Provinsi Sumatera Utara. Sulitnya memperoleh data
mengenai produksi padi organik karena tidak ada ketersediaan data di Dinas
Pertanian Provinsi Sumatera Utara sehingga dipilihnya Lembaga Swadaya
Masyarakat BITRA Indonesia yang merupakan institusi yang memberikan
pembinaan pertanian padi organik di Sumatera Utara. Luas lahan dan produksi
padi organik di Provinsi Sumatera Utara pada April 2013 disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas Lahan dan Produksi Padi Organik di Provinsi Sumatera Utara, 2013
No Desa Kabupaten Kelompok Tani
Luas Lahan (ha)
Produksi (ton)
1. Lubuk Bayas
Serdang Bedagai
Tani Subur 21 126
2. Namu Landor Deli Serdang Tani Mandiri 5 30 3. Laguboti Toba Samosir Laguboti 20 120 JUMLAH 46 276
Sumber: BITRA Indonesia dan KSPPM, 2013
3.2 Metode Penentuan Responden
Responden adalah orang yang berperan sebagai informan untuk memberikan
keterangan tentang sesuatu berupa fakta/pendapat mengenai permasalahan yang
sedang diteliti. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu
Universitas Sumatera Utara
ketika mengisi angket/lisan ketika menjawab wawancara. Metode yang digunakan
dalam penentuan responden dalam penelitian ini adalah metode Purposive
Sampling, yaitu pelaku dari setiap subsistem agribisnis beras organik.
Responden yang diperlukan dalam menentukan strategi pengembangan agribisnis
diambil dari semua subsistem agribisnis beras organik dan petani anorganik di
Desa Lubuk Bayas.
Tabel 6. Daftar Responden Penelitian
No Sumber Responden Jumlah Responden Keterangan
1 Subsistem penyediaan saprodi 1 CV. Natama 2 Subsistem produksi 5 Petani padi organik 5 Petani Semi Organik 3 Subsistem pengolahan 1 Pemilik Kilang 4
Subsistem Pemasaran 2 JAPPSA dan Agen Pemasaran Kelompok
Tani Subur
5
Subsistem Pendukung
3
Pemerintah, LSM BITRA dan Kelompok
Tani Subur 6 Petani anorganik 3 Petani anorganik
Total Responden 20
Dalam penentuan responden yang menjadi objek penelitian yaitu petani padi
organik dan petani semi organik yang berasal dari subsistem produksi. Subsistem
penyedia saprodi, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran, subsistem
penunjang dan petani anorganik merupakan responden yang berpengaruh dalam
pengembangan strategi beras organik di Desa Lubuk Bayas.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden
menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner), seperti petani padi Lubuk Bayas,
lembaga swadaya masyarakat BITRA Indonesia, KSPPM Tobasa, JAPPSA
Medan dan Dinas Pertanian Serdang Bedagai. Data Sekunder yang diperoleh dari
lembaga atau instansi terkait dengan penelitian, tidak tertutup kemungkinan data
juga dicari melalui beberapa website dengan menggunakan fasilitas internet.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menganalisis identifikasi masalah (1) digunakan metode analisis deskriptif
yaitu menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang
mempengaruhi strategi pengembangan sistem agribisnis beras organik di daerah
penelitian berdasarkan data pengamatan yang diperoleh.
Untuk menganalisis identifikasi masalah (2) digunakan metode analisis SWOT.
Metode ini dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis yang disebut matriks
SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi petani padi organik disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
internal. Analisis SWOT menghasilkan strategi berbagai alternatif yang dapat
memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimumkan kelemahan dan
ancaman yang ada sehingga kita dapat melihat bagaimana strategi pengembangan
sistem agribisnis beras organik di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Langkah – langkah dalam analisis SWOT adalah :
1. Pengumpulan informasi yang bertujuan untuk melihat perkembangan sistem
agribinis beras organik di daerah penelitian.
2. Melakukan pra penelitian terhadap beberapa responden dengan tujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan beras organik di
daerah penelitian.
3. Kemudian dari faktor-faktor tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan
kelompok tani dan beberapa petani ditentukan faktor strategis untuk
perkembangan sistem agribisnis beras organik di daerah penelitian, antara lain
sebagai berikut :
a. Luas lahan padi organik
b. Pengalaman bertani organik
c. Produksi padi organik
d. Pelaksanaan tahapan pertanian
organik
e. Ketersediaan modal
f. Pendapatan
g. Ketersediaan sarana produksi
h. Mutu beras organik
i. Jaringan pemasaran beras
organik
j. Permintaan beras organik
k. Dukungan Kelompok Tani
l. Dukungan pemerintah
m. Ketersediaan mesin penggiling
dan tempat penjemuran
n. Dukungan Lembaga Swadaya
Masyarakat
o. Sarana irigasi
Universitas Sumatera Utara
4. Setelah diketahui faktor – faktor yang mempengaruhi yang strategis, kemudian faktor-
faktor tersebut diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar, yaitu faktor yang tidak dapat
dikendalikan oleh petani.
b. Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam, yaitu faktor yang dapat dikendalikan
oleh petani.
5. Setelah diklasfikasikan antara faktor internal dan eksternal, kemudian disusun kuisioner
untuk menentukan skor setiap faktor. Skor tersebut menentukan apakah faktor tersebut
termasuk kedalam faktor internal sebagai kekuatan atau kelemahan dan sebagai faktor
eksternal menjadi peluang atau ancaman. Hitung skoring untuk masing–masing faktor
dengan memberikan mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik)
dan nilai 1 (tidak baik) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi organisasi
atau perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai skor untuk faktor peluang
(Opportunity) bersifat positif diberi skor skor +1 untuk peluang yang kecil dan diberi +4
untuk peluang yang semakin besar. Pemberian nilai skor ancaman (Threat) adalah
kebalikannya (negatif Untuk). faktor yang termasuk kategori kekuatan (Strength) diberi
nilai +1 (sangat buruk) sampai dengan +4 (sangat baik), dan untuk faktor yang termasuk
kategori kelemahan (Weakness) adalah kebalikannya (negatif).
6. Faktor dibagi menjadi empat skoring, yaitu pada faktor internal 1 dan 2 merupakan
kelemahan serta 3 dan 4 merupakan kekuatan. Pada faktor eksternal, 1 dan 2 merupakan
ancaman sedangkan 3 dan 4 merupakan peluang.
7. Setelah diperoleh skoring dari setiap skor, kemudian dilakukan pembobotan dalam tiap
faktor. Pembobotan dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan (Pair Comparison)
oleh Saaty (1988) yaitu suatu teknik yang membandingkan faktor satu dengan faktor yang
lain dalam satu tingkat hirarki secara berpasangan sehingga diperoleh nilai kepentingan
dari masing-masing faktor.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Nilai Skala Banding Secara Berpasangan Nilai Skala
Definisi Penjelasan
1 Kedua faktor sama
pentingnya.
Dua faktor mempunyai
pengaruh yang sama terhadap
tujuan yang akan dicapai.
3 Satu faktor lebih penting
daripada faktor yang
lainnya.
Pengalaman dan penilaian
mempengaruhi satu faktor
dibanding faktor lainnya.
2 Satu faktor sedikit
lebih penting daripada
faktor yang lainnya.
Pengalaman dan penilaian
sedikit mempengaruhi satu
faktor dibanding faktor
lainnya.
Kebalikan
Bila nilai di atas dianggap membandingkan antara faktor A
dan B, maka nilai kebalikannya bila digunakan untuk
membandingkan kepentingan B terhadap A.
Sumber : Saaty, 1988
8. Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing dari tiap responden, kemudian dibuat
matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.
9. Setelah diperoleh penilaian tiap faktor dari seluruh responden, kemudian dicari rata- rata
perbandingan seluruh responden dengan mencari nilai rata-rata geometris dengan rumus :
Dimana : X1 = Nilai untuk responden 1
X2 = Nilai untuk responden 2
X3 = Nilai untuk responden 3
Xn = Nilai untuk responden n
10. Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut
dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai ini
yang menjadi bobot faktor.
G = √𝑋𝑋1.𝑋𝑋2.𝑋𝑋3 …𝑋𝑋𝑋𝑋𝑋𝑋
Universitas Sumatera Utara
11. Setelah diperoleh bobot untuk tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara
mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dalam tiap faktor.
12. Kemudian hasil analisis tersebut dibuat pada matriks posisi, dengan cara mencari selisih
faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan faktor ekstrenal (peluang-ancaman). Posisi
strategi ditunjukkan oleh koordinat cartesius (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor
internal (kekuatan-peluang) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang-
ancaman). faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal yang menggambarkan
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Kondisi tersebut dipetakan dengan cara sebagai berikut :
a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal
(y) menunjukkan peluang dan ancaman.
b. Posisi strategi pengembangan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:
1. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya ancaman lebih
besar daripada peluang maka nilainya y < 0.
2. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kelemahan
lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0.
Y (+)
Kuadran III Kuadran I
Strategi turn-around Strategi Agresif
X (-) X (+)
Kuadran IV Kuadran II
Strategi Defensif Strategi Defensif
Y( -)
FAKTOR EKSTERNAL
F A K T O R I N T E R N A L
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Kuadran Dalam Analisis SWOT (Rangkuti, 2008)
Keterangan :
Kuadran I
- Merupakan posisi yang menguntungkan.
- Mempunyai peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang secara
maksimal.
- Menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran II
- Meskipun menghadapi berbagai ancaman, namun mempunyai keunggulan sumber daya.
- Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
Kuadran III
- Mempunyai peluang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan
peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah
meminimalkan kendala-kendala internal.
Kuadran IV
- Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan.
- Menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya yang dimiliki mempunyai
banyak kelemahan.
13. Kemudian dilakukan penyusunan faktor-faktor strategis dengan menggunakan matriks
SWOT. Matriks SWOT dibangun berdasarkan faktor-faktor strategis yang telah
ditentukan, faktor internal (kekuatan dan kelemahan) maupun faktor eksternal (peluang
dan ancaman). Hal ini bertujuan untuk menentukan alternatif strategi pengembangan
sistem agribisnis beras organik di daerah penelitian .
Matriks ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini
menghasilkan empat set strategis yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Strategi SO (Strength-Opportunity)
Strategi berdasarkan jalan pemikiran organisasi atau perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan dengan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi
yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif.
2. Strategi ST (Strenght-Threat)
Meskipun menghadapi ancaman, organisasi atau perusahaan masih memiliki kekuatan
internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan internal untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
3. Strategi WO (Weakness-Opportunity)
Perusahaan dalam kondisi menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi menghadapi
kendala internal. Fokus strategi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal
perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik.
4. Strategi WT (Weakness-Threat)
Perusahaan dalam kondisi menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi
ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat pertahanan (defensive) dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Tabel 8. Matriks analisis SWOT EFAS IFAS
Kekuatan Strengths (S)
Kelemahan Weakness (W)
Universitas Sumatera Utara
Peluang
Opportunities (O)
STRATEGI SO
Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO
Minimalkan kelemahan untuk memanfaatkan
peluang
Ancaman
Treaths (T)
STRATEGI ST
Gunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Minimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2008
3.5 Definisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka
perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
Definisi
1. Usahatani padi organik adalah usahatani yang membudidayakan padi secara organik
dengan menggunakan pupuk organik dan pestisida organik.
2. Usahatani padi semi organik adalah usahatani yang membudidayakan padi secara semi
organik dengan menggunakan pupuk organik dan pestisida organik, namun tetap
menggunakan pupuk kimia dengan perbandingan pupuk kimia dan pupuk organik 50 : 50.
3. Usahatani padi anorganik adalah usahatani yang membudidayakan padi secara anorganik
dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia.
4. Sistem agribisnis adalah keseluruhan kegiatan yang terdiri dari subsistem penyediaan
sarana produksi, subsistem produksi, subsistem pengolahan, sub sistem pemasaran dan
subsistem penunjang.
5. Kekuatan (Strength) internal adalah segala kekuatan yang berhubungan dengan proses
pengembangan kegiatan agribinis dan dapat dikontrol oleh petani.
6. Kelemahan (Weaknesses) internal adalah segala kelemahan yang berhubungan dengan
proses pengembangan kegiatan agribinis dan dapat dikontrol oleh petani.
Universitas Sumatera Utara
7. Peluang (Opportunity) eksternal adalah segala peluang yang berhubungan dengan proses
pengembangan kegiatan agribisnis dan tidak dapat dikontrol oleh petani.
8. Ancaman (Threath) eksternal adalah segala ancaman yang berhubungan dengan proses
kegiatan agribinis dan tidak dapat dikontrol oleh petani.
9. Strategi pengembangan sistem agribisnis beras organik adalah tindakan yang senantiasa
meningkat dan terus menerus dapat meningkatkan sistem agribisnis secara terintegrasi,
serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan petani dimasa
depan.
Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :
1. Lokasi penelitian adalah Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang
Bedagai.
2. Responden penelitian ini adalah responden yang diambil dari semua subsistem agribisnis
beras organik dan petani padi anorganik di tempat penelitian.
3. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1 Deskripsi Wilayah
4.1.1 Letak Geografi dan Luas Wilayah
Desa Lubuk Bayas terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 5-15 meter di atas permukaan
laut dengan suhu rata-rata berkisar 30ºC dengan curah hujan rata-rata berkisar 200 mm/tahun.
Tanah di desa ini termasuk tanah jenis aluvial dengan tekstur umumnya lembung berpasir.
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai (2012), Desa Lubuk Bayas
terletak di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas wilayah 481 Ha.
Desa Lubuk Bayas terletak 14 km dari Ibukota Kecamatan Perbaungan dengan lama tempuh
30 menit, ± 29 km dari Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai dan ± 52 km dari Ibukota
Provinsi Sumatera Utara.
Secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Naga Kisar, Pantai Cermin
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Buluh
• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Buluh, Sei Mengkudu
• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanah Merah, Lubuk Rotan.
4.1.2 Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di Desa Lubuk Bayas terdiri dari penggunaan lahan terbangun dan
penggunaan lahan non-terbangun. Dimana untuk penggunaan lahan terbangun berupa
penggunaan lahan yang di atas lahannya terdapat bangunan fisik seperti pemukiman, sarana
dan prasarana pemukiman dan lain–lain, sedangkan penggunaan lahan non-terbangun berupa
penggunaan lahan yang di atas lahannya tidak ada bangunan fisik seperti : pertanian,
Universitas Sumatera Utara
pertanian bukan sawah, nonpertanian dan lain–lain. Distribusi penggunaan lahan tertera pada
Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Penggunaan Lahan Tahun 2013
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Areal (Ha) Persentase (%)
1
2
3
4
Pertanian Sawah (Irigasi dan Tadah Hujan)
Pertanian Bukan Sawah
Non Pertanian
Pemukiman
385
16
18
62
80,04
3,32
3,74
12,89
Jumlah 481 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2013
Dari Tabel 9. Dapat diketahui bahwa penggunaan lahan lebih banyak digunakan untuk
Pertanian Sawah yaitu 385 Ha (80,04 %).
4.1.3 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Lubuk Bayas tahun 2013 terdiri dari 3072 jiwa dan terbagi atas 4
dusun. Berikut penjelasannya melalui Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Di Desa Lubuk Bayas Tahun 2013 No. Dusun Jumlah Jiwa Laki - laki Perempuan
1
2
3
4
I
II
III
IV
611
1131
915
522
277
525
477
158
288
501
338
364
Jumlah 3072 1437 1635 Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2013
Dari Tabel 10. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah di Dusun II.
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin penduduk yang mendominasi adalah perempuan yaitu
1635 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur Di Desa Lubuk Bayas, Tahun 2013
Kelompok umur (Tahun)
Total (Laki-laki+Perempuan)
Persentase (%)
<1
7-15
15-44
45-64
>65
62
951
1029
910
120
2,02
30,96
33,50
29,62
3,90
Jumlah 3072 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2013
Dari Tabel 11. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar di Desa Lubuk Bayas adalah
yang memiliki kisaran umur 15-44 yaitu 1029 jiwa dengan persentase 33,50%.
Tabel 12. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian Tahun 2013
No. Mata Pencaharian Jumlah KK Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
Petani
Buruh Tani
Wiraswasta
Pegawai Negeri
Pengrajin
Pedagang
Dan lain-lain
487
121
93
10
15
215
94
47,06
11,69
8,96
0,97
1,45
20,78
9,09
Jumlah 1035 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2013
Berdasarkan Tabel 12. Diketahui bahwa penduduk di Desa Lubuk Bayas mayoritas yang
memiliki mata pencaharian sebagai petani adalah 487 kk dengan persentase 47,06 %.
Penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai pedagang adalah 215 kk dengan
persentase 20,78 %.
4.1.4 Sarana Dan Prasarana
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan masyarakat di Desa Lubuk Bayas cukup terpenuhi. Untuk menempuh desa ini
dapat menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua yang biasanya dapat ditemui di
simpang Pantai Kelang Desa Sei Buluh. Adanya sarana dan prasarana ekonomi, pendidikan,
keamanan, kesehatan, peribadatan, prasarana irigasi dan sosial yang mampu menunjang
peningkatan sumberdaya yang ada di Desa Lubuk Bayas. Berikut dijelaskan dalam Tabel 13.
Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan masyarakat di Desa Lubuk Bayas.
Tabel 13. Sarana dan Prasarana Desa Lubuk Bayas Tahun 2013 No. Sarana Dan Prasarana Jumlah
1 2 3 4 5 6 7
Kelembagaan ekonomi • Pasar • Kios pupuk dan pestisida • Kilang padi • KUD • Koperasi Lembaga pendidikan • SD/ Sederajat • SD Negeri Lembaga keamanan • Pos kamling Lembaga kesehatan • Puskesmas pembantu • Posyandu Peribadatan • Mesjid • Musholla Prasarana irigasi Lembaga Sosial • Balai Desa • PAM • PLN
1 2 4 1 1 1 1 1 1 2 3 6 2 1
Ada Ada
Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2013 4.2 Karakteristik Responden Karakteristik seseorang mempengaruhi tindakan, pola pikir dan wawasan yang dimilikinya.
Responden yang menjadi dalam penelitian ini adalah petani organik dan petani semi organik
Universitas Sumatera Utara
di Desa Lubuk bayas. Karakteristik petani yang menjadi responden pada penelitian ini
meliputi luas lahan organik, umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah
tanggungan. Karakteristik petani responden di Desa Lubuk Bayas dapat disajikan pada Tabel
14. Sebagai berikut :
Tabel 14. Karakteristik Responden No Uraian Rentang Rataan 1 Luas lahan padi organik (Ha) 0,1 – 2 0,72
2 Umur (Tahun) 30-75 44,3
3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 3-17 10,5
4 Pengalaman Bertani (Tahun) 2-15 11,4
5 Jumlah Tanggungan (Orang) 1-10 2,2 Sumber : Analisis Data Primer, 2013
Seperti yang disajikan pada tabel 14 bahwa petani responden di Lubuk Bayas memiliki luas
lahan organik rata- rata 0,72 Ha, jumlah luas lahan padi organik yang dimiliki petani untuk
Desa Lubuk Bayas dapat dikatakan rendah.
Rata-rata umur petani responden di Desa Lubuk Bayas sama 44 tahun, hal ini menunjukkan
bahwa petani responden di Desa Lubuk Bayas tergolong dalam usia produktif sehingga masih
besar potensi untuk mengembangkan dan membudidayakan pertanian organik, khususnya
usahatani padi organik.
Rata-rata tingkat pendidikan para petani responden di Desa Lubuk Bayas adalah
10,5 tahun atau setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), hal ini menunjukkan tingkat
pendidikan para petani tergolong sedang. Tingkat pendidikan ini akan berpengaruh pada
pengembangan atau pembudidayaan pertanian organik, khususnya usahatani padi organik.
Untuk rata-rata pengalaman bertani para petani responden di Desa Lubuk Bayas adalah 11,4
tahun. Ini dapat dilihat dari jumlah luas lahan padi organik di Desa Lubuk Bayas yang paling
luas dan pertama kali mengaplikasikan budidaya padi organik di Sumatera Utara serta ada
Universitas Sumatera Utara
beberapa petani padi organik di Desa Lubuk Bayas yang berperan sebagai penyuluh petani
untuk membudidayakan usahatani padi organik.
Setiap kepala keluarga petani responden di Desa Lubuk Bayas memiliki jumlah tanggungan 2
jiwa. Jumlah tanggungan ini termasuk sedang dan jumlah tanggungan keluarga ini akan
berpengaruh pada ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga dan pendapatan petani.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Faktor Internal dan Eksternal Sistem Agribisnis Beras Organik di Desa
Lubuk Bayas Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat dilihat faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi strategi pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa
Lubuk Bayas. Faktor internal yaitu : luas lahan padi organik, pengalaman bertani, produksi
padi organik, pelaksanaan tahapan pertanian organik, pencatatan kegiatan usahatani,
ketersediaan modal dan pendapatan. Faktor eksternal yaitu : ketersediaan sarana produksi
pertanian, ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran, permintaan beras organik,
jaringan pemasaran, mutu beras organik, dukungan kelompok tani, dukungan pemerintah,
dukungan lembaga swadaya masyarakat dan sarana irigasi.
5.1.1 Deskripsi Faktor Internal
a. Luas lahan padi organik
Petani padi organik di Desa Lubuk Bayas mengusahakan lahannya untuk ditanami padi
organik dengan rata-rata luas lahan hanya < 1 Ha, luas lahan tersebut relatif lebih kecil bila
dibandingkan dengan petani anorganik. Luas lahan merupakan bagian dari subsistem
produksi, hal ini tentu berpengaruh terhadap pengembangan subsistem produksi dan
berdampak terhadap produksi beras organik. Dengan luas lahan yang kecil produksi beras
organik yang dihasilkan juga akan rendah.
Berdasarkan hasil wawancara beberapa responden, petani tidak menggunakan seluruh lahan
sawah yang dimiliki untuk dijadikan lahan sawah padi organik karena produksi padi organik
masih rendah bila dibandingkan dengan produksi padi anorganik. Butuh waktu 3-4 kali
musim tanam untuk meningkatkan produksi padi organik, namun dalam prosesnya petani
tidak ingin menanggung resiko dari rendahnya produksi padi organik sehingga petani hanya
Universitas Sumatera Utara
menggunakan sebagian lahannya untuk ditanami tanaman padi organik sebagai lahan
sampingan dan sebagian besar tetap ditanami tanaman padi anorganik (konvensional).
Sebagian posisi lokasi lahan padi organik di Desa Lubuk Bayas masih berdampingan dengan
lokasi lahan anorganik (konvensional), hal ini menimbulkan beberapa kerawanan dalam
menjalankan usahatani padi organik. Besar kemungkinkan, lahan yang diusahakan secara
organik terkena kontaminasi pestisida kimia dan pupuk kimia dari lahan anorganik
(konvensional).
b. Pengalaman Bertani Organik
Petani padi organik di Desa Lubuk Bayas memiliki pengalaman bertani cukup baik. Petani
sudah mengenal pupuk organik dan pestisida organik sebelum program Go Organic 2010
dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan memiliki pengalaman bertani organik yang cukup baik,
hal ini merupakan potensi dalam pengembangan subsistem produksi bagi sistem agribisnis
beras organik di Desa Lubuk Bayas.
Pada awalnya alasan petani menerapkan budidaya padi organik adalah untuk kesehatan
pangan dan melestarikan lingkungan. Petani mencoba bertani padi organik dikarenakan
adanya potensi dari subsistem penyediaan sarana produksi dari ketersediaan bahan baku
pupuk organik, yaitu berupa kotoran ternak dan pada tahun 2005 Desa Lubuk Bayas
mendapat bantuan ternak berupa sapi dari pemerintah. Jumlah petani yang mulai
mengaplikasikan pupuk organik dari kotoran ternak untuk mengurangi biaya produksi
usahatani padi semakin bertambah. Pengetahuan akan pertanian organik semakin berkembang
sejak diadakannya pelatihan pertanian organik oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
BITRA Indonesia pada tahun 2007-2008. Petani mulai mengetahui dan mengaplikasikan
pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk kandang serta urin sapi menjadi pupuk organik cair
ataupun pembuatan pestisida nabati dari bahan alami. Sehingga dengan memanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
bahan-bahan alami lokal yang tersedia tersebut mendorong petani untuk melakukan budidaya
pertanian padi organik.
Beberapa pelopor petani organik sudah berperan sebagai penyuluh petani untuk
mengembangkan budidaya pertanian organik di Desa Lubuk Bayas maupun di desa-desa
Kabupaten Serdang Bedagai. Penyuluh petani tersebut mengajak dan mengajarkan petani
untuk mulai menggunakan bahan-bahan alami untuk usahatani padi. Hal ini merupakan suatu
cara untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk kimia dan pestisida
kimia dan ini juga membantu petani untuk mengurangi biaya produksi usahatani padi.
c. Produksi Padi Organik
Salah satu bagian dari subsistem produksi yaitu produksi padi organik di Desa Lubuk Bayas
lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi padi anorganik. Rata-rata produksi padi
organik di Desa Lubuk Bayas 6-7 ton/Ha/tahun sedangkan produksi padi anorganik dapat
mencapai 7,5-8 ton/Ha/tahun.
Produksi padi organik pada awalnya mengalami penurunan drastis, hal ini karena kondisi
tanah dan tanaman padi yang kesuburannya sudah terbiasa dipicu oleh bahan-bahan kimia,
secara langsung dihentikan dan digantikan dengan bahan-bahan alami. Namun proses ini
secara perlahan akan mengembalikan kembali kesuburan tanah secara alami dan
membutuhkan waktu minimal 3-4 kali musim tanam.
d. Pelaksanaan Tahapan Pertanian Organik
Dalam prosesnya tidaklah mudah untuk merubah secara langsung dari sistem pertanian
anorganik menjadi sistem pertanian organik karena sistem pertanian anorganik sudah
membudaya, sehingga perlu waktu dan proses yang bertahap untuk merubahnya menjadi
pertanian organik.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan pertanian organik di Desa Lubuk Bayas, apabila dilihat dari aspek standarisasi
produk dikatakan organik berdasarkan sistem agribisnis, yaitu dari subsistem penyediaan
sarana produksi, petani organik sudah menggunakan benih organik, pupuk organik dan
pestisida nabati. Namun pada penggunaan pupuk, sebagian petani masih menggunakan pupuk
kimia namun dalam kadar yang sudah dikurangi.
Pada subsistem produksi lahan organik masih berdampingan dengan lahan anorganik dan
irigasi bagi lahan organik masih bersatu dengan irigasi lahan anorganik. Pada subsistem
pengolahan, lantai tempat penjemuran gabah organik masih bersatu dengan tempat
penjemuran gabah anorganik dan mesin penggiling organik masih bersatu dengan mesin
penggiling anorganik. Selanjutnya pada subsistem pemasaran, belum adanya sertifikasi
produk organik yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam mengembangkan pemasaran
beras organik di Desa Lubuk Bayas.
e. Ketersediaan Modal
Ketersediaan modal merupakan bagian dari subsistem produksi dalam sistem agribisnis beras
organik. Ketersediaan modal yaitu perbandingan antara modal yang dimiliki dengan biaya
yang akan dikeluarkan. Modal investasi meliputi kepemilikan lahan, ternak dan kepemilikan
alat-alat mesin pertanian sedangkan modal kerja berupa uang yang digunakan untuk membeli
sarana produksi yang dibutuhkan.
Rata-rata petani organik sudah memiliki modal investasi yang cukup berupa lahan, ternak dan
alat-alat pertanian sedangkan dari modal kerja petani dapat menghemat biaya produksi
dengan memanfaatkan bahan-bahan alami lokal untuk dijadikan pupuk organik dan pestisida
nabati. Sehingga biaya produksi untuk pembelian pupuk dan pestisida dapat diminimalkan
dengan menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati.
f. Pencatatan Kegiatan Usahatani
Universitas Sumatera Utara
Salah satu kelemahan petani di Indonesia pada umumnya adalah tidak melakukan pencatatan
dalam kegiatan usahataninya yang meliputi antara lain ; biaya usahatani, hasil produksi,
penjualan hasil dan harga. Pencatatan kegiatan usahatani diperlukan untuk perencanaan dan
evaluasi tentang kegiatan yang terkait dengan satu subsistem dengan subsistem lain dalam
sistem agribisnis,
Hal ini juga terjadi dengan petani di Desa Lubuk Bayas. Dari beberapa petani hanya satu (1)
petani yang melakukan pencatatan dalam kegiatan usahataninya. Dalam pertanian organik,
pencatatan kegiatan usahatani dianggap perlu karena dalam prosesnya membutuhkan waktu
untuk memperoleh peningkatan produksi. Dengan melakukan pencatatan, petani dapat
melakukan perencanaan dan evaluasi mengenai berapa besar penggunaan sarana produksi
sehingga dapat meningkatkan hasil panen pada setiap musim tanam. Hal ini berkaitan pula
dengan biaya produksi yang dikeluarkan serta pendapatan yang diterima oleh petani.
g. Pendapatan
Pendapatan petani padi organik di Desa Lubuk Bayas cukup rendah bila dibandingkan
pendapatan petani padi anorganik karena luas lahan padi organik yang minim dan produksi
yang dihasilkan juga akan rendah. Hal ini berkaitan dengan kegiatan subsistem produksi yang
belum berkembang dengan baik, sehingga mempengaruhi pendapatan petani.
Namun bila dilihat dari aspek harga, harga gabah organik selalu lebih tinggi dibandingkan
gabah anorganik (konvensional). Harga gabah organik berada pada kisaran Rp 4.500–Rp
5.000/kg sedangkan harga gabah anorganil (konvensional) hanya mencapai Rp3.500–Rp
4.000/kg. Hal ini tentu akan meningkatkan posisi tawar petani secara tidak langsung.
Dari aspek pengeluaran biaya produksi berupa pupuk dan pestisida organik, biaya produksi
ini dapat diminimalkan karena petani secara swadaya dapat menciptakan sendiri pupuk dan
pestisida organik, sehingga hal ini akan menghemat pengeluaran biaya produksi. Dilihat dari
aspek penggunaan tenaga kerja, pertanian organik membutuhkan tenaga kerja yang lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak bila dibandingkan dengan pertanian anorganik (konvensional), namun hal ini tidak
signifikan karena kebanyakan petani organik hanya menggunakan tenaga kerja dalam
keluarga untuk usahataninya.
5.1.2 Deskripsi Faktor Eksternal
a. Ketersediaan Sarana Produksi
Ketersediaan sarana produksi merupakan salah satu subsistem dalam sistem agribisnis. Di
Desa Lubuk Bayas ketersediaan sarana produksi memiliki potensi yang cukup baik. Sarana
produksi yang meliputi : benih organik, pupuk organik dan pestisida organik cukup tersedia
di Desa ini.
Benih organik dimuliakan oleh beberapa petani organik dan dijual dikelompok tani, sehingga
apabila petani ada yang berminat untuk mencoba pertanian organik, kebutuhan akan benih
organik sudah tersedia. Bahan baku bahan pembuatan pupuk dan pestida organik berasal dari
hewan ternak. Ketersediaan hewan ternak di Desa Lubuk Bayas mencukupi dan CV Natama
yang secara swadaya didirikan oleh petani untuk menyediakan pestisida nabati dan pupuk
organik bagi petani. Hal ini merupakan salah satu peluang bagi Desa Lubuk Bayas untuk
mengembangkan pertanian organik.
b. Ketersediaan Mesin Penggiling dan Tempat Penjemuran
Ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran merupakan bagian dari subsistem
pengolahan pada sistem agribisnis. Di Desa Lubuk Bayas subsistem pengolahan beras
organik masih belum berjalan dengan baik. Meskipun pada tahun 2012 Desa Lubuk Bayas
telah mendapat bantuan dari pemerintah berupa mesin penggiling. Mesin ini dipergunakan
untuk menggiling gabah organik karena selama ini gabah organik masih bercampur di tempat
penggilingan anorganik (konvensional). Namun mesin ini belum dapat beroperasi dengan
baik hingga saat ini.
Universitas Sumatera Utara
Ketersediaan tempat penjemuran khusus gabah organik juga belum tersedia di Desa Lubuk
Bayas, selama ini petani masih melakukan penjemuran ditempat gabah anorganik
(konvensional). Jika melihat standarisasi produk organik, hal ini tidak diperbolehkan karena
khawatir akan adanya kontaminasi atau pencampuran antara gabah organik dengan gabah
anorganik. Adanya informasi yang jelas mengenai pengolahan pangan organik sangat
dibutuhkan karena sistem pengolahan produk organik seharusnya dilakukan secara hati-hati
untuk menjaga integritas organik dan mutu produk.
c. Mutu Beras Organik
Mutu beras organik merupakan bagian dari subsistem pemasaran. Beras dikatakan organik
apabila telah memenuhi standar yang telah di tetapkan oleh pemerintah ataupun badan
sertifikasi. Sertifikasi produk merupakan salah satu indikator mutu beras organik. Tidak
mudah untuk mendapatkan sertifikasi label organik karena untuk mendapatkan label organik
pada produk organik harus melewati serangkaian kegiatan sertifikasi oleh lembaga seritifikasi
produk organik yang kredibel. Dalam upaya pengembangan pertanian organik untuk menuju
sertifikasi produk organik di Indonesia, Pusat Standarisasi dan Akreditasi Departemen
Pertanian menetapkan 4 jenis sertifikat yang dihasilkan dalam kegiatan sertifikasi, yaitu :
a. Sertifikat dan label biru untuk produk nonpestisida.
b. Sertifikat dan label kuning untuk produk transisi organik.
c. Sertifikat dan label hijau untuk produk setara dengan SNI organik
d. Sertifikat dan label hijau serta ada tulisan grown locally . Ini khusus produk pertanian yang
tumbuh secara organik dengan sendirinya.
Mekanisme sertifikasi ini dilakukan oleh pemerintah atau pihak yang melakukan sertifikasi
dan tim ahli organik dari pihak sertifikasi. Pihak-pihak tersebut dalam melakukan sertifikasi
akan turun langsung ke lapangan. Produk beras organik di Desa Lubuk Bayas belum
mendapat sertifikasi produk. organik, hal ini karena keterbatasan biaya untuk melakukan
Universitas Sumatera Utara
sertifikasi. Namun produk beras organik yang selama ini dipasarkan sudah pernah diuji oleh
laboratorium Sucofindo dan dinyatakan bebas dari residu kimia.
Sertifikasi produk organik berpengaruh terhadap kepastian pasar. Akibat belum adanya
sertifikasi produk beras organik di Desa Lubuk Bayas, petani enggan melakukan usatahani
padi organik dengan skala yang luas. Hal ini merupakan salah satu indikasi subsistem
pemasaran pada sistem agribinis beras organik di Lubuk Bayas belum berkembang dengan
baik.
Dari segi rasa beras organik Desa Lubuk Bayas rasanya lebih enak dan pulen. Kandungan
gizi dalam beras organik juga terjamin karena telah diuji bebas pestisida. Namun beras
organik tidak dapat bertahan lama dalam karung, tetapi setelah dimasak dalam bentuk nasi
akan lebih tahan lama basi.
d. Jaringan Pemasaran
Jaringan pemasaran merupakan salah satu subsistem pemasaran dari sistem agribisnis.
Jaringan pemasaran beras organik di Desa Lubuk Bayas dapat dikatakan belum berkembang.
Di Desa ini hanya terdapat satu pedagang pengumpul untuk gabah khusus organik, pedagang
pengumpul tersebut sekaligus berperan sebagai pihak bidang pemasaran kelompok Tani
Subur.
Berdasarkan hasil wawancara, pedagang pengumpul mengalami keterbatasan modal dalam
membeli gabah organik milik petani, sehingga pada saat panen raya tidak semua gabah
organik milik petani dibeli oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul membeli gabah
organik dari petani dan mengolah gabah tersebut tanpa menjual gabah tersebut ke pihak lain.
Pedagang pengumpul menjual beras organik kepada beberapa grosir beras, konsumen
langsung, LSM BITRA Indonesia dan took organik JAPPSA yang berlokasi di Kota Medan.
Bidang pemasaran kelompok tani Subur dan toko organik JAPPSA mengalami kesulitan
dalam mengembangkan jaringan pemasaran beras organik di Desa Lubuk Bayas karena
Universitas Sumatera Utara
produk organik tersebut belum mendapat sertifikasi. Keterbatasan dalam hal financial dan
minimnya pengetahuan teknis mengenai jalur-jalur pemasaran produk organik. Hal ini
menyebabkan pemasaran beras organik masih terkonsentrasi di kawasan tertentu, belum
menyebar secara merata di setiap wilayah konsumen.
Dari aspek harga produk beras organik lebih mahal bila dibandingkan dengan beras
anorganik (konvensional). Hal ini merupakan market power bagi produsen produk-produk
organik di pasaran. Dari aspek lokasi, Desa Lubuk Bayas merupakan desa yang terjangkau,
sarana prasarana yang menghubungkan ke ibukota Provinsi Sumatera Utara ataupun ke
ibukota Kabupaten Serdang Bedagai cukup memadai sehingga memudahkan dalam
melakukan pemasaran dan distribusi produk beras organik.
Selama ini pihak bidang pemasaran kelompok Tani Subur dibantu dengan pemerintah
Kabupaten Serdang Bedagai telah melakukan promosi dengan mengikuti pameran-pameran
beras organik di daerah baik tingkat provinsi hingga tingkat nasional. Hal ini bertujuan untuk
mempromosikan produk organik berupa beras organik Desa Lubuk Bayas.
Pihak JAPPSA juga telah melakukan promosi untuk mengembangkan pemasaran beras
organik. Mulai dari pengenalan pertanian organik melalui media surat kabar, hingga
penyebaran brosur mengenai produk organik serta mengikuti pameran-pameran.
e. Permintaan Beras Organik
Dengan adanya permintaan beras organik merupakan salah satu peluang bagi petani organik
untuk meningkatkan produksi beras organik. Peningkatan beras organik dapat tercapai
dengan adanya integrasi yang baik antara subsistem satu dengan subsitem yang lain.
Permintaan akan beras organik dipasaran mengalami peningkatan, baik dari bidang
pemasaran kelompok tani Subur maupun dari toko organik JAPPSA yang berada di Medan.
Bidang pemasaran kelompok tani Subur setiap bulan secara kontiniu mengirimkan beras
Universitas Sumatera Utara
organik ke toko organik JAPPSA dan jumlahnya setiap tahun mengalami peningkatan.
Peningkatan permintaan beras organik disebabkan oleh konsumen mulai tertarik dengan
produk-produk berlabel organik, dengan alasan kesehatan.
f. Dukungan Kelompok Tani
Peran kelompok tani merupakan salah satu subsistem pendukung dalam sistem agribisnis.
Kondisi kelompok tani di Desa Lubuk Bayas sangat mendukung dalam kegiatan
pengembangan pertanian organik, mulai dari subsistem penyediaan sarana produksi hingga
kegiatan subsistem produksi, subsistem pengolahan dan subsistem pemasaran. Hal ini dapat
dilihat dari adanya ajakan dari kelompok tani untuk bertani secara organik, adanya pelatihan
mengenai pertanian organik secara berkala, melakukan kontrol secara berkala terhadap petani
organik dengan sistem ICS (Internal Control System) dan selalu memberikan motivasi
kepada petani yang melakukan pertanian organik.
Kelompok Tani Subur dibantu oleh pendamping petani dari pihak Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) BITRA Indonesia dapat mengaplikasikan pertanian organik secara
kontiniu dan adanya susunan organisasi kelompok tani yang struktural mulai dari
pengembangan di bidang budidaya maupun pemasaran serta tim ICS (Internal Control
System) yang membantu dalam pengawasan penggunaan bahan-bahan kimia sintetis.
g. Dukungan Pemerintah
Pemerintah merupakan salah satu pihak dari subsistem pendukung dalam sistem agribisnis.
Dukungan pemerintah setempat terhadap perkembangan pertanian organik, khususnya beras
organik di Desa Lubuk Bayas kurang optimal. Saat ini pemerintah telah melakukan program
penyuluhan pertanian organik melalui metode SRI (System Rice Intensification ). Metode ini
merupakan salah satu langkah menuju pertanian organik.
Namun saat ini belum ada insentif bagi petani organik di Desa Lubuk Bayas, seperti
dukungan fasilitas rumah kompos, sertifikasi produk organik ataupun jaminan pembelian
Universitas Sumatera Utara
gabah organik serta kebijakan pemerintah mengenai kontrol penggunaan pupuk dan pestisida
kimia.
h. Dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga Swadaya Masyarakat merupakan salah satu bagian dari subsistem pendukung dari
sistem agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
BITRA Indonesia merupakan salah satu lembaga yang peduli dan concern terhadap
perkembangan pertanian organik di Sumatera Utara, khususnya Desa Lubuk Bayas,
Kabupaten Serdang Bedagai.
Dukungan ini berupa penyuluhan dan pelatihan mengenai pertanian organik melalui sekolah
lapang, pendampingan petani untuk bertani secara organik, kontrol secara berkala serta
bantuan berupa pinjaman lunak untuk membantu petani dalam berusahatani organik. LSM
Bitra Indonesia juga memfasilitasi petani dalam kegiatan yang berkaitan dengan pertanian
organik, membantu petani organik memasarkan produk organiknya ke kota Medan dan
menjadi fasilitator antara petani organik dan pemeritah dalam proses sertifikasi produk.
i. Sarana Irigasi
Irigasi merupakan salah satu bagian dari subsistem produksi pada sistem agribisnis beras
organik di Desa Lubuk Bayas. Sarana irigasi di Desa Lubuk Bayas masih menggunakan
sarana irigasi setengah teknis namun dari segi ketersediaan air dan pembagian air dapat
dikatakan cukup baik.
Menurut standarisasi organik yang telah ditetapkan oleh pemerintah, seharusnya ada
pemisahan air irigasi antara lahan organik dengan lahan anorganik untuk menghindari
kontaminasi pupuk kimia ataupun pestisida kimia. Pemisahan tersebut dapat dilakukan
misalnya dengan pembuatan waduk ataupun saluran air tersendiri untuk pengairan lahan
organik.
5.2 Analisis Strategi Pengembangan Beras Organik di Desa Lubuk Bayas
Universitas Sumatera Utara
5.2.1 Skoring Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Skoring adalah mengidentifikasi antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
eksternal (peluang dan ancaman), kemudian disusun kuisioner untuk menentukan skor setiap
faktor (lampiran 1 -2). Skor tersebut menentukan apakah faktor tersebut termasuk kedalam
faktor internal sebagai kekuatan atau kelemahan dan sebagai faktor eksternal menjadi
peluang atau ancaman.
Tabel 15. Skoring Faktor Internal dan Faktor Eksternal Faktor-faktor Strategis Skor rata-
rata Distribusi Skor (%)
1 2 3 4 Faktor Internal
1. Luas lahan padi organik 1,5 60 30 10 0
2. Pengalaman bertani organik 3,2 0 0 80 20
3. Produksi padi organik 2,0 10 80 10 0
4. Pelaksanaan tahapan pertanian organik 2,2 0 80 20 0
5. Pencatatan kegiatan usahatani 1,3 90 0 0 10
6. Ketersediaan modal 3,4 0 20 20 60
7. Pendapatan 2,2 0 20 80 0
Faktor Eksternal
1.Ketersediaan Sarana Produksi Pertanian 3,5 0 0 45,4 54,6
2.Ketersediaan mesin penggiling dan
tempat penjemuran
2,0 0 100 0 0
3. Mutu beras organik 2,0 0 0 100 0
4. Jaringan Pemasaran 2,0 0 100 0 0
5. Permintaan beras organik 3,0 0 0 100 0
6. Dukungan kelompok tani 3,8 0 0 18,2 81,8
7. Dukungan pemerintah 2,0 0 100 0 0
8. Dukungan LSM 3,9 0 0 9,1 91,1
9. Sarana irigasi 2,0 0 100 0 0 Sumber : Lampiran 1, 2, dan 5
Berdasarkan Tabel 15. Pada faktor strategis internal, faktor ketersediaan modal merupakan
faktor yang memiliki rata-rata skor paling tinggi yaitu sebesar 3,4 dan faktor pencatatan
kegiatan usahatani adalah faktor yang memiliki rata-rata skor paling rendah yaitu sebesar 1,3.
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut disebabkan karena petani organik di Desa Lubuk Bayas memiliki ketersediaan
modal yang cukup untuk mengembangkan usahatani padi organik dan kegiatan pencatatan
usahatani merupakan faktor yang memang sulit dikembangkan dikalangan petani, petani
menganggap hal tersebut tidak terlalu penting.
Pada faktor strategis eksternal, faktor dukungan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
merupakan faktor yang memiliki rata-rata skor paling tinggi yaitu sebesar 3,9. Dukungan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) sangat berpengaruh terhadap perkembangan pertanian
organik di Desa Lubuk Bayas. Faktor ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran,
mutu beras organik dan sarana irigasi merupakan faktor yang memiliki skor rata-rata paling
rendah yaitu sebesar 2. Faktor tersebut merupakan kelemahan dalam pengembangan beras
organik, untuk itu perlu dikembangkan karena merupakan faktor yang sangat berpengaruh
dalam pengembangan beras organik di Desa Lubuk Bayas.
Setelah mengetahui skor rata-rata masing-masing faktor baik faktor internal maupun faktor
eksternal, kemudian mengidentifikasi faktor-faktor internal yang termasuk kelemahan
ataupun kekuatan. Faktor internal yang memiliki skor rata-rata 3-4 termasuk dalam kekuatan
dan faktor yang memiliki skor rata-rata 1-2 termasuk dalam kelemahan. Faktor-faktor
eksternal yang memiliki skor rata-rata 3-4 termasuk dalam peluang dan faktor yang memiliki
skor rata-rata 1-2 termasuk dalam faktor ancaman.
Tabel 16. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Beras Organik
Faktor Strategis Parameter Keterangan Faktor Strategis Internal
• Kekuatan
1. Pengalaman bertani
2. Ketersediaan modal
Pengalaman petani cukup baik
Modal tersedia
• Kelemahan 1. Luas lahan padi organik 2. Produksi padi organik
3. Pelaksanaan tahapan
pertanian organik 4. Pencatatan kegiatan
usahatani
Luas lahan kecil Produksi padi organik
rendah Masih pada tahapan
yang rendah Tidak membuat
pencatatan
Universitas Sumatera Utara
5. Pendapatan Pendapatan rendah
Faktor Strategis Eksternal • Peluang
1. Ketersediaan sarana produksi
2. Permintaan beras organik
3. Dukungan Kelompok tani
4. Dukungan Lembaga Swadaya masyarakat
Sarana produksi tersedia
Permintaan meningkat
Kelompok tani mendukung
LSM mendukung
• Ancaman 1. Ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran
2. Mutu beras organik
3. Jaringan pemasaran
4. Dukungan pemerintah
5. Sarana irigasi
Mesin penggiling dan tempat penjemuran tidak tersedia
Mutu beras organik rendah
Jaringan pemasaran belum berkembang
Dukungan pemerintah belum optimal
Sarana irigasi belum memenuhi standar usahatani organik
Sumber : Lampiran 5, 6 dan 7 5.2.2 Pembobotan Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Pembobotan dilakukan dengan menggunakan teknik komparasi berpasangan dengan nilai
skala banding 1,2 dan 3. Setelah memperoleh nilai kepentingan masing–masing dari tiap
responden, dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.
Setelah diperoleh penilaian tiap faktor dari seluruh responden, kemudian dicari rata- rata
perbandingan seluruh responden dengan mencari nilai rata-rata geometris dengan
menggunakan rumus geometris dan kemudian nilai rata-rata tersebut dinormalisasikan untuk
mendapatkan nilai dari masing–masing faktor strategis. Nilai ini yang menjadi bobot dari
setiap faktor. Pembobotan faktor internal disajikan dalam Tabel 17.
Tabel 17. Pembobotan Faktor Internal (IFAS) No Uraian Bobot
1 Luas lahan padi organik 0,12
2 Pengalaman bertani 0,08
Universitas Sumatera Utara
3 Produksi padi organik 0,19
4 Pelaksanaan tahapan pertanian organik 0,13
5 Pencatatan kegiatan usahatani 0,07
6 Ketersediaan modal 0,17
7 Pendapatan 0,24
Total 1
Sumber : Lampiran 3, 8, 10, 11 dan 14
Faktor pendapatan memiliki nilai bobot yang paling besar yaitu 0,24. Salah satu tujuan petani
beralih dari usahatani padi anorganik menjadi usahatani organik adalah meningkatkan
pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor pendapatan merupakan faktor internal yang
dianggap penting dalam strategi pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa
Lubuk Bayas.
Faktor yang memiliki bobot faktor yang paling kecil adalah faktor pencatatan kegiatan
usahatani sebesar 0,07. Hal ini merupakan kondisi dimana faktor pencatatan kegiatan dalam
usahatani merupakan faktor yang dianggap kurang penting dalam penetapan strategi
pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas. Strategi pengembangan
beras organik di Desa Lubuk Bayas juga dipengaruhi oleh faktor–faktor eksternal.
Pembobotan faktor eksternal disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Pembobotan Faktor Eksternal (EFAS) No Uraian Bobot
1 Ketersediaa sarana produksi pertanian 0,07
2 Ketersediaan mesin penggiling dan tempat
penjemuran
0,15
3 Mutu beras organik 0,14
4 Jaringan pemasaran 0,15
Universitas Sumatera Utara
5 Permintaan beras organik
0,15
6 Dukungan kelompok tani 0,06
7 Dukungan pemerintah 0,12
8 Dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 0,09
9 Sarana irigasi 0,07
Total 1
Sumber : Lampiran 4, 9, 12, 13 dan 15
Ketersediaan akan mesin penggiling dan tempat penjemuran, jaringan pemasaran dan
permintaan beras organik merupakan faktor yang memiliki bobot paling besar, yakni 0,15.
Pada tahun 2012 Desa Lubuk Bayas memperoleh bantuan mesin penggiling padi khusus
untuk gabah organik oleh pemerintah namun sampai saat ini mesin tersebut belum dapat
digunakan dengan baik dan tempat penjemuran khusus gabah organik belum tersedia. Beras
organik Desa Lubuk Bayas belum mendapatkan sertfikat produk organik, hal ini berpengaruh
terhadap rendahnya mutu produk organik tersebut dipasaran yang mengakibatkan jaringan
pemasaran belum berkembang secara baik. Hal ini berarti faktor-faktor tersebut merupakan
faktor yang dianggap penting dalam pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa
Lubuk Bayas.
Kemudian yang memiliki bobot faktor yang paling besar kedua yaitu faktor mutu beras
organik 0,14; bobot faktor dukungan pemerintah 0,12; bobot faktor dukungan lembaga
swadaya masyarakat sebesar 0,09; bobot faktor ketersediaan sarana produksi dan bobot faktor
sarana irigasi sebesar 0,07 dan bobot faktor dukungan kelompok tani merupakan faktor yang
memiliki bobot paling kecil yaitu sebesar 0,06. Faktor dukungan kelompok tani merupakan
faktor eksternal yang dianggap kurang penting dalam penetapan strategi pengembangan beras
organik di Desa Lubuk Bayas.
5.2.3 Penentuan Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Beras Berdasarkan Analisis SWOT
Universitas Sumatera Utara
Tahap selanjutnya adalah evaluasi strategi pengembangan sistem agribisnis beras organik di
Desa Lubuk Bayas. Evaluasi strategi faktor internal dan eksternal dilakukan dengan membuat
tabel matriks evaluasi faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal. Adapun langkah
yang dilakukan dalam evaluasi faktor internal dan eksternal adalah membuat pembobotan,
skoring dan mencari skor yang terbobot (bobot x skor). Besar bobotnya diperoleh melalui
perbandingan kombinasi berpasangan. Sedangkan besar skor ditentukan oleh peneliti
berdasarkan parameter yang telah ditetapkan, parameter tersebut ditetapkan berdasarkan data
yang diperoleh melalui hasil wawancara.
Pada tahap penentuan skoring, skor diberikan kepada faktor internal untuk menentukan mana
faktor yang menunjukkan kekuatandan kelemahan. Setelah itu dilakukan perhitungan hasil
skor dengan melakukan perkalian bobot dan skor. Perkalian bobot dan skor faktor strategi
internal pengembangan sistem agribisnis beras organik di Lubuk Bayas disajikan tabel 19.
Tabel 19. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS) Faktor-Faktor Strategis Internal Bobot Skor Bobot x Skor
KEKUATAN
1. Pengalaman bertani organik 0,08 3,2 0,26
2. Ketersediaan modal 0,17 3,4 0,58
KELEMAHAN
1. Luas lahan padi organik 0,12 1,5 0,18
2. Produksi padi organik 0,19 2,0 0,38
3. Pelaksanaan tahapan pertanian organik 0,13 2,2 0,29
4. Pencatatan kegiatan usahatani 0,07 1,3 0,09
5. Pendapatan 0,24 2,2 0,53
Total 1 15,8 2,31
Sumber : Lampiran 6 dan 14
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap penentuan skoring, skor diberikan kepada faktor eksternal untuk menentukan
mana faktor yang menunjukkan peluang dan ancaman. Setelah itu dilakukan perhitungan
hasil skor dengan melakukan perkalian bobot dan skor. Perkalian bobot dan skor faktor
strategi eksternal pengembangan sistem agribisnis beras organik di Lubuk Bayas disajikan
Tabel 20.
Tabel 20. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal (EFAS) Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Skor Bobot x Skor PELUANG
1. Ketersediaa sarana produksi 0,07 3,5 0,25
2. Permintaan beras organik 0,15 3,0 0,45
3. Dukungan kelompok tani 0,06 3,8 0,23
4. Dukungan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM)
0,09 3,9 0,35
ANCAMAN
1. Ketersediaan mesin penggiling dan
tempat penjemuran
0,15 2,0 0,30
2. Mutu beras organik 0,14 2,0 0,28
3. Jaringan pemasaran 0,15 2,0 0,30
4. Dukungan pemerintah 0,12 2,0 0,24
5. Sarana Irigasi 0,07 2,0 0,14
Total 1 24,2 2,54
Sumber : Lampiran 7 dan 15
Universitas Sumatera Utara
Tabel 21. Gabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal
Pengembangan Beras Organik di Desa Lubuk Bayas Faktor-Faktor Strategis Bobot Skor Bobot x Skor
TOR STRATEGIS INTERNAL atan
1. Pengalaman bertani 0,08 3,2 0,26 2. Ketersediaan modal 0,17 3,4 0,58 Total Skor Kekuatan 0,25 0,84 Kelemahan 1. Luas lahan padi organik 0,12 1,5 0,18 2. Produksi padi organik 0,19 2,0 0,38 3. Pelaksanaan tahapan pertanian organik 0,13 2,2 0,29 4. Pencatatan kegiatan usahatani 0,07 1,3 0,09 5. Pendapatan 0,24 2,2 0,53 Total Skor Kelemahan 0,75 1,47
Selisih (Kekuatan – Kelemahan) - 0,63 FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL
ng 1. Ketersediaan sarana produksi pertanian 0,07 3,5 0,25 2. Permintaan beras organik 0,15 3,0 0,45 3. Dukungan kelompok tani 0,06 3,8 0,23 4. Dukungan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) 0,09 3,9 0,35
Total Skor Peluang 0,37 14,2 1,28 Ancaman
1. Ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran
0,15 2,0 0,30
2. Mutu beras organik 0,14 2,0 0,28 3. Jaringan pemasaran beras organik 0,15 2,0 0,30 4. Dukungan pemerintah 0,12 2,0 0,24 5. Sarana Irigasi 0,07 2,0 0,14 Total Skor Ancaman 0,63 10 1,26
Selisih (Peluang – Ancaman ) 0,02 Sumber : Lampiran 16 dan 17
Dari Tabel 21. Menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan-kelemahan)
sebesar – 0,63, ini artinya pengaruh kekuatan lebih kecil terhadap pengaruh kelemahan pada
pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas. Hal ini berarti faktor
kekuatan internal berupa modal yang tersedia dan pengalaman organik yang cukup baik yang
Universitas Sumatera Utara
dimiliki oleh petani padi organik belum mampu menyeimbangkan dengan faktor kelemahan
internal yang dimiliki. Hal ini merupakan salah satu indikasi mengapa perkembangan sistem
agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas masih lambat.
Selisih faktor eksternal (peluang-ancaman) sebesar 0,02, ini artinya pengaruh peluang lebih
besar dibandingkan dengan pengaruh ancaman pada pengembangan beras organik di Desa
Lubuk Bayas. Hal ini berarti faktor peluang eksternal yang berupa ketersediaan sarana
produksi, permintaan beras organik yang meningkat, dukungan kelompok tani dan dukungan
lembaga masyarakat mampu meminimalkan faktor ancaman eksternal yang menghambat
pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas.
Setelah itu mencari posisi strategi pengembangan beras organik di Desa Lubuk Bayas dengan
menggunakan matriks posisi. Posisi strategi pengembangan ditunjukkan oleh titik koordinat
(x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan nilai diperoleh
dari selisih faktor eksternal (peluang-ancaman). Berdasarkan Tabel 21. Diperoleh nilai x < 0
yaitu – 0,63 dan nilai y > 0 yaitu 0,02. Posisi titik koordinat x dan y dapat dilihat pada
diagram cartesius pada Gambar 4.
(-0,63; 0,02)
Faktor Eksternal
F a k t o r I n t e r n
X (-) X (+)
Y (+)
I
Strategi Agresif
III
Strategi Turn-Around
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Matriks Posisi Sistem Agribisnis Beras Organik
Pada Gambar 4. Menunjukkan posisi strategi pengembangan beras organik di Desa Lubuk
Bayas berada pada kuadran III yang artinya petani organik memiliki peluang besar dalam
pengembangan sistem agribisnis beras organik yaitu berupa sarana produksi yang tersedia,
permintaan beras organik yang meningkat dan dukungan kelompok tani dan dukungan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Namun disamping itu petani memiliki kelemahan
internal yaitu berupa luas lahan organik yang relatif kecil, produksi padi organik yang rendah,
pelaksanaan pertanian organik yang masih pada tahap rendah, tidak melakukan pencatatan
kegiatan usahatani dan pendapatan usahatani organik yang relatif rendah. Posisi strategi ini
menekankan pada mengatasi kelemahan-kelemahan internal yang ada agar dapat
memanfaatkan peluang tersebut secara optimal.
5.2.4 Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Beras Organik di Desa Lubuk Bayas
Tahapan akhir adalah penentuan alternatif strategi pengembangan sistem agribisnis beras
organik di Desa Lubuk Bayas dapat dilihat berdasarkan analisis SWOT yaitu dibuat
berdasarkan faktor-faktor strategi, baik internal (kekuatan-kelemahan) maupun eksternal
(peluang-ancaman). Berdasarkan matriks posisi analisis SWOT pada Gambar 4. Maka dapat
ditentukan alternatif strategi yang disusun atas 4 (empat) strategi utama, yaitu Strenghts-
Opportunities (SO), Weakness-Opportunities (WO), Strenghts-Threats (ST), dan
Weaknesses-Threats (WT). Penentuan alternatif strategi pengembangan beras organik di Desa
Lubuk Bayas disajikan pada Tabel 22.
Y (-)
II
Strategi Diversifikasi
IV
Strategi Defensif
Universitas Sumatera Utara
Tabel 22. Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Beras Organik di Desa Lubuk
Bayas
IFAS EFAS
Kekuatan (Strengths)
1. Petani memiliki pengalaman dalam bertani padi organik
2. Modal Tersedia
Kelemahan (Weakness) 1. Luas lahan organik kecil 2. Produksi padi organik
rendah 3. Pelaksanaan pertanian
organik masih dalam tahapan yang rendah
4. Tidak melakukan
pencatatan kegiatan usahatani
5. Pendapatan rendah
Peluang (Opportunities) 1. Sarana produksi pertanian
tersedia 2. Permintaan meningkat 3. Kelompok tani mendukung 4. Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) mendukung
Strategi SO 1. Memanfaatkan modal
yang tersedia untuk mengoptimalkan penggunaan sarana produksi pertanian
(S2,O1) 2. Memanfaatkan
pengalaman bertani organik untuk memenuhi permintaan yang meningkat (S1,O2)
4. Melakukan pelatihan pencatatan dan analisis
Strategi WO 1. Meningkatkan
produktivitas lahan organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana produksi pertanian yang tersedia (W1,O1)
2. Meningkatkan produksi
padi organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana produksi pertanian yang tersedia (W2,O1)
3. Meningkatkan pelaksanaan
setiap tahapan pertanian organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana produksi yang tersedia dan memanfaatkan dukungan kelompok tani serta dukungan lembaga masyarakat
(W3,O1, O3, O4)
Universitas Sumatera Utara
usahatani dengan memanfaatkan dukungan kelompok tani ataupun lembaga swadaya masyarakat (W4, O3,O4)
5. Meningkatkan pendapatan
dengan cara memanfaatkan permintaaan yang meningkat (W5,O2)
Ancaman (Threats) 1. Mesin penggiling dan tempat
penjemuran tidak tersedia 2. Mutu beras organik rendah 3. Jaringan pemasaran beras
organik belum berkembang 4. Dukungan Pemerintah masih
sedikit 5. Sarana Irigasi belum
memenuhi standar organik
1.
Strategi ST
1. Mengoptimalkan pengalaman bertani untuk meningkatkan mutu beras (S1, T2)
2. Mengoptimalkan penggunaan modal untuk penyediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran (S2, T1)
3. Mengoptimalkan penggunaan modal untuk
mendirikan koperasi pemasaran beras organik (S2, T3)
4. Mengoptimalkan
penggunaan modal untuk memperbaiki sarana irigasi yang memenuhi standar organik (S2, T5)
1. Meningkatkan produksi padi organik untuk mengembangkan jaringan pemasaran (W2,T3)
Strategi WT
2. Meningkatkan
pelaksanaan setiap tahapan pertanian organik sehinga mutu beras organik dapat meningkat (W3,T2)
3. Meningkatkan pelaksanaan setiap tahap pertanian organik dengan mengoptimalkan bantuan pemerintah (W3,T4)
4. Meningkatkan pendapatan
untuk penyediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran (W5, T1)
Sumber : Lampiran 16 dan 17
5.2.5. Evaluasi Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Beras Organik di Desa Lubuk Bayas
Strategi SO
Universitas Sumatera Utara
Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem agribisnis beras organik
di Desa Lubuk Bayas dengan melihat kekuatan dan peluang yang dimiliki adalah sebagai
berikut :
1. Memanfaatkan modal yang tersedia untuk mengoptimalkan penggunaan sarana produksi
pertanian (S2,O1)
2. Memanfaatkan pengalaman bertani organik untuk memenuhi permintaan yang meningkat
(S1,O2)
1. Meningkatkan produktivitas lahan organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana
produksi pertanian yang tersedia (W1,O1)
Strategi WO
Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem agribisnis beras organik
di Desa Lubuk Bayas dengan melihat kelemahan dan peluang yang dimiliki adalah sebagai
berikut :
2. Meningkatkan produksi padi organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana
produksi pertanian yang tersedia (W2,O1)
3. Meningkatkan pelaksanaan setiap tahapan pertanian organik dengan mengoptimalkan
penggunaan sarana produksi yang tersedia dan memanfaatkan dukungan kelompok tani
serta dukungan lembaga masyarakat
(W3,O1, O3, O4)
4. Melakukan pelatihan pencatatan dan analisis usahatani dengan memanfaatkan dukungan
kelompok tani ataupun Lembaga swadaya masyarakat (W4, O3,O4)
5. Meningkatkan pendapatan dengan cara memanfaatkan permintaaan yang meningkat
(W5,O2)
Strategi ST
Universitas Sumatera Utara
Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem agribisnis beras organik
di Desa Lubuk Bayas dengan melihat kekuatan dan ancaman yang dimiliki adalah sebagai
berikut :
1. Mengoptimalkan pengalaman bertani untuk meningkatkan mutu beras (S1, T2)
2. Mengoptimalkan penggunaan modal untuk penyediaan mesin penggiling dan tempat
penjemuran (S2, T1)
3. Mengoptimalkan penggunaan modal untuk mendirikan koperasi pemasaran beras organik
(S2, T3)
4. Mengoptimalkan penggunaan modal untuk memperbaiki sarana irigasi yang memenuhi
standar organik (S2, T5)
1. Meningkatkan produksi padi organik untuk mengembangkan jaringan pemasaran (W2,T3)
Strategi WT
Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem agribisnis beras organik
di Desa Lubuk Bayas dengan melihat kelemahan dan ancaman yang dimiliki adalah sebagai
berikut :
2. Meningkatkan pelaksanaan setiap tahapan pertanian organik sehinga mutu beras organik
dapat meningkat (W3,T2)
3. Meningkatkan pelaksanaan setiap tahap pertanian organik dengan mengoptimalkan
bantuan pemerintah (W3,T4)
4. Meningkatkan pendapatan untuk penyediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran
(W5, T1)
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan sistem agribisnis beras
organik di Desa Lubuk Bayas meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor
internal yaitu luas lahan padi organik, pengalaman bertani padi organik, produksi padi
organik, pelaksanaan tahapan pertanian organik, pencatatan kegiatan usahatani,
ketersediaan modal dan pendapatan. Faktor-faktor eksternal yaitu ketersediaan sarana
produksi pertanian, ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran, mutu beras
organik, jaringan pemasaran beras organik, permintaan beras organik, dukungan
kelompok tani, dukungan pemerintah, dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
dan sarana irigasi.
2. Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kelemahan dan menghadapi
ancaman dalam pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas terdiri
dari lima belas alternatif strategi yang ditawarkan, yaitu :
Strategi SO
Memanfaatkan modal yang tersedia untuk mengoptimalkan penggunaan sarana produksi
pertanian (S2,O1) dan Memanfaatkan pengalaman bertani organik untuk memenuhi
permintaan yang meningkat (S1,O2).
Meningkatkan produktivitas lahan organik dengan mengoptimalkan penggunaan sarana
produksi pertanian yang tersedia (W1,O1). Meningkatkan produksi padi organik dengan
mengoptimalkan penggunaan sarana produksi pertanian yang tersedia (W2,O1).
Meningkatkan pelaksanaan setiap tahapan pertanian organik dengan mengoptimalkan
penggunaan sarana produksi yang tersedia dan memanfaatkan dukungan kelompok tani serta
dukungan lembaga masyarakat (W3,O1,O3,O4). Melakukan pelatihan pencatatan dan analisis
Strategi WO
Universitas Sumatera Utara
usahatani dengan memanfaatkan dukungan kelompok tani ataupun lembaga swadaya
masyarakat (W4,O3,O4). Meningkatkan pendapatan dengan cara memanfaatkan permintaaan
yang meningkat (W5,O2).
Strategi ST
Mengoptimalkan pengalaman bertani untuk meningkatkan mutu beras (S1,T2).
Mengoptimalkan penggunaan modal untuk penyediaan mesin penggiling dan tempat
penjemuran (S2,T1). Mengoptimalkan penggunaan modal untuk mendirikan koperasi
pemasaran beras organik (S2,T3). Mengoptimalkan penggunaan modal untuk memperbaiki
sarana irigasi yang memenuhi standar organik (S2,T5).
Strategi WT
Meningkatkan produksi padi organik untuk mengembangkan jaringan pemasaran (W2,T3).
Meningkatkan pelaksanaan setiap tahapan pertanian organik sehinga mutu beras organik
dapat meningkat (W3,T2). Meningkatkan pelaksanaan setiap tahap pertanian organik dengan
mengoptimalkan bantuan pemerintah (W3,T4). Meningkatkan pendapatan untuk penyediaan
mesin penggiling dan tempat penjemuran (W5, T1).
6.2 Saran
Kepada petani padi organik Desa Lubuk Bayas sebaiknya menambah skala usahatani padi
organik sehingga produksinya dapat meningkat. Melakukan pencatatan dan analisis usahatani
untuk perencanaan dan evaluasi . Meningkatkan produksi padi organik dengan
mengoptimalkan penggunaan sarana produksi pertanian yang tersedia. Meningkatkan
pelaksanaan tahapan pertanian organik dengandan mengoptimalkan penggunaan sarana
produksi yang tersedia memanfaatkan kerjasama dukungan kelompok tani serta lembaga
swadaya masyarakat. Meningkatkan pendapatan dengan cara memanfaatkan peluang
permintaaan yang meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Kepada pemerintah daerah maupun pusat lebih memperhatikan petani organik dalam bentuk
sarana dan prasarana dalam pengembangan sistem agribisnis beras organik seperti sarana
irigasi khusus lahan organik dan penyediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran beras
organik serta membantu proses sertifikasi produk organik untuk perbaikan mutu beras
organik di Desa Lubuk Bayas. Sebaiknya pemerintah daerah maupun Provinsi Sumatera
Utara melakukan pendataan yang jelas tentang luas lahan dan produksi padi organik di
Sumatera Utara sehingga pemerintah dapat menargetkan program Go Organic.
Kepada peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis strategi
pengembangan sistem agribisnis beras organik di Desa Lubuk Bayas dengan komparatif statis
sehingga dapat mengakomodir perubahan-perubahan strategi.
Universitas Sumatera Utara