faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada...

167
46 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 29 Januari 2010 Umyati

Upload: vukien

Post on 13-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

46

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Januari 2010

Umyati

Page 2: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

47

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, 04 Februari 2010

UMYATI, NIM : 105101003259

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada Pekerja

Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

Tahun 2009.

(xviii, 104 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 6 gambar, 5 lampiran)

ABSTRAK

Kelelahan kerja merupakan masalah yang cukup penting untuk diperhatikan,

karena kelelahan pada pekerja dapat berdampak terhadap penurunan produktivitas

kerja dan penurunan konsentrasi kerja. Jika hal ini terjadi, besar kemungkinan akan

terjadi kecelakaan kerja. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap

orang penjahit di wilayah Ketapang didapatkan 7 orang yang mengalami kelelahan

kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kelelahan kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009, yang terdiri dari usia pekerja, jenis

kelamin, status gizi, masa kerja, jam kerja, postur kerja, kebisingan, pencahayaan,

dan suhu, dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada

bulan November sampai dengan Desember 2009. Penelitian ini menggunakan sampel

jenuh dan untuk melihat adanya pengaruh variabel digunakan analisis multivariat.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kelelahan kerja adalah faktor usia pekerja dan masa kerja. Sedangkan variabel yang

paling mempengaruhi kelelahan kerja adalah usia pekerja dengan nilai OR adalah

8.645 kali.

Oleh karena itu, disarankan pihak pengelola usaha jahit agar melakukan

pengaturan jam kerja yang teratur dan waktu istirahat yang cukup, menyediakan

peralatan kerja yang ergonomis, menambahkan pencahayaan ditempat kerja,

sedangkan untuk peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel–variabel

lain yang diduga berhubungan dengan kelelahan kerja yang tidak diteliti pada

penelitian ini, dan melakukan penelitian dengan menggunakan cara lain dalam

mengukur kelelahan kerja sehingga diharapkan dapat diperoleh perbandingan

gambaran kejadian kelelahan kerja.

.

Daftar bacaan : 37 (1981-2009)

Page 3: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

48

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

Undergraduate Thesis, February 4, 2010

UMYATI, NIM : 105101003259

Factors Associated with Fatigue Working in the Informal Sector Tailors in

Ketapang Cipondoh Tangerang in 2009.

(xviii, 104 pages, 32 tables, 2 charts, 6 images, 5 attachments)

ABSTRACT

Fatigue is an issue that is important to be paid attention, because fatigue in

workers can affect the decrease of work productivity and the decrease of

concentration. If this happens, big possibility can increase the work accidents. Based

on preliminary studies to 10 tailors in Ketapang, we can found 7 peoples who have

fatigue.

This study aimed to determine the factors associated with fatigue working in

the informal sector tailors in Ketapang Cipondoh Tangerang in 2009, which consisted

of age, sex, nutritional status, working period, working hours, working posture,

noise, illumination, and temperature, by using cross sectional approach that

conducted in November up to December 2009. This study uses saturated sample and

to see the influence of the variables are used in multivariate analysis.

Based on the result of research, we know the factors that associated with fatigue

is age and working period. While the variables that most influence fatigue is the age

of worker with OR value is 8645 times.

Therefore, recommended to the sewing business managers to conduct an

orderly arrangement of working hours and adequate rest time, providing an

ergonomic work tools, adding illumination in the workplace, while for the next

researcher is expected to include other variables that allegedly associated with work

fatigue that is not examined in this study, and conduct some research by using other

ways of measuring fatigue so that is expected can be obtained the comparison image

of occurrence of work fatigue.

References: 37 (1981-2009)

Page 4: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

49

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN

KERJA PADA PEKERJA PENJAHIT SEKTOR USAHA INFORMAL

DI WILAYAH KETAPANG CIPONDOH TANGERANG TAHUN 2009

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 04 Februari 2010

M. Farid Hamzens, MSi Yuli Amran, SKM, MKM

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Page 5: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

50

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 04 Februari 2010

Ketua

(M. Farid Hamzens, MSi)

Anggota I

(Yuli Amran, SKM, MKM)

Anggota II

(Indah Restiati, SKM, MKes)

Page 6: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

51

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Umyati

TTL : Tangerang, 14 Mei 1987

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Ponsel : 021-92290378

Alamat : Jl. Ketapang RT 001/05 NO.130 Cipondoh Tangerang 15147

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2005 – 2010 : Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2002 – 2005 : SMU Negeri 84 Jakarta

1999 – 2002 : MTs Negeri 8 Jakarta

1993 – 1999 : MI AL-Wasatiyah

PENGALAMAN KERJA

1. PBL (Praktek Belajar Lapangan) 1 di Puskesmas Serpong Tahun 2007

2. PBL (Praktek Belajar Lapangan) II di Puskesmas Serpong Tahun 2008

3. PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Departemen ESH PT.TIFICO,TbkTahun 2009 4. Sebagai enumerator (pengambilan data ke penduduk) dalam penelitian Angka Kematian

Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Tangerang pada tahun 2009

Page 7: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

52

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalammualaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Peyayang,

puji dan syukur terucap hanya kepada Illahi Rabbi yang selalu memberikan

kenikmatan yang tak terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur atas

segala nikmat dan rahmat – Nya hingga laporan skripsi yang berjudul ” Faktor-Faktor

yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha

Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang Tahun 2009” ini dapat tersusun

dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada baginda besar Nabi

Muhammad S.A.W yang telah menuntun umatnya ke jalan yang benar.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyusunan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan

banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan semangat.

Untuk itu penulis merasa pantas berterima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Orang tuaquw tecinta, babeh (Muhatim) dan emaquw (Siti Hawa), ka2quw

(Sumyanih n Sri Wahyuni) n Adikquw A.Mujahid,,,yang telah memberikan

semangat dan doa yang luar biasa kepada saya, serta memberikan dukungan moril

maupun materiil yang tak terhingga kepada saya. Buat keysha keponakan quw

yang luchu yang selalu menghibur quw,,,I love U all......

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

53

4. Bu Iting selaku sekjur Kesmas yang senantiasa membantu dan meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis. Terima kasih Bundaaaa,,,

5. Pak Farid selaku dosen pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya

untuk membimbing penulis.

6. Bu Yuli selaku dosen pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya

untuk membimbing penulis dan memberikan motivasi kepada penulis.

7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

8. Buat abang sepupuquw Habibilah dan sepupuquw yang lainnya makasih atas

bantuan dan supportnya kepada penulis dari mulai kuliah sampai mengakhiri

masa jabatannya sebagai mahasiswa,,,,,

9. Sahabat – sahabatquwh: Umi n the gank (Riput, Maik, Rira, Cori, Wita, n

Najwa,); The cancute galz (Dilla, ciput, te2h, phitenk, dwok, dhe2, n fenty) atas

bantuannya yang tak terhingga dan doanya selama penulis menyusun laporan

skripsi,,,moga persahabatan qta abadi untuk selamanya,,,quw cinta amuw,,,,,,,,,

10. Buat kajol, fina, lea, niar, n dian terima kasih atas bantuannya yang telah

membantu proses penyusunan laporan skripsi.....

11. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat ’05 FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Semangaaatttttt,,,,,,,,,,,,,,,

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap

semoga laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun

pembaca lain.

Wassalammualaikum Wr. Wb

Page 9: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

54

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................... i

ABSTRAK................................................................................................................ ii

ABSTRACT.............................................................................................................. iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN......................................................................... iv

DAFTAR PANITIA SIDANG................................................................................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................ vi

KATA PENGANTAR............................................................................................. vii

DAFTAR ISI............................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN.................................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xvii

LAMPIRAN.............................................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Perumusan masalah........................................................................................ 4

C. Pertanyaan penelitian..................................................................................... 5

D. Tujuan penelitian............................................................................................ 7

1. Tujuan Umum.................................................................................... 7

2. Tujuan Khusus................................................................................... 7

E. Manfaat penelitian.......................................................................................... 9

a. Manfaat Bagi Pengelola..................................................................... 9

b. Manfaat Bagi Fakultas dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.......................................................................... 9

c. Manfaat Bagi Peneliti........................................................................ 9

F. Ruang lingkup penelitian............................................................................... 9

Page 10: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

55

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………....... 11

A. Kelelahan..............……………………………………………………… 11

1. Definisi Kelelahan………………………………………………….. 11

2. Gejala kelelahan……………………………………………………. 12

3. Metode Pengukuran kelelahan……………………………………... 13

B. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kelelahan.............................. 17

1. Usia………………………………………………………………… 17

2. Jenis Kelamin..................................................................................... 18

3. Masa Kerja......................................................................................... 19

4. Status Gizi.......................................................................................... 20

5. Jam Kerja........................................................................................... 22

6. Keadaan Monoton............................................................................. 23

7. Beban Kerja........................................................................................ 24

8. Lingkungan Kerja............................................................................... 26

a. Kebisingan ..................................................................................

b. Pencahayaan.................................................................................

26

27

c. Suhu............................................................................................. 30

d. Getaran......................................................................................... 31

9. Status Kesehatan................................................................................ 31

10. Postur Kerja........................................................................................ 32

C. Kerangka Teori......................................................................................... 44

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.................... 46

A. Kerangka Konsep..................................................................................... 46

B. Definisi Operasional................................................................................. 47

C. Hipotesis................................................................................................... 50

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN………….………………………............ 51

A. Jenis Penelitian......................................................................................... 51

B. Tempat Dan Waktu Penelitian………………..………………………... 51

C. Populasi Dan Sampel Penelitian………………..……………………… 51

D. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 53

Page 11: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

56

E. Instrumen Penelitian................................................................................. 53

F. Pengolahan Data....................................................................................... 54

G. Analisis Daata………………………………………………………….. 60

1. Analisis Univariat………...………...…………………………….... 60

2. Analisis Bivariat……………..……………………………………... 60

3 Analisis Multivariat............................................................................ 62

BAB V HASIL PENELITIAN.................................................................................. 64

A. Analisis Univariat.................................................................................... 64

B. Analisis Bivariat....................................................................................... 70

C. Analisis Multivariat................................................................................. 78

1. Pemilihan variabel sebagai kandidat analisis multivariat.................. 78

2. Pembuatan Model.............................................................................. 79

BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................................... 82

A. Keterbatasan Penelitian............................................................................ 82

B. Kelelahan.................................................................................................. 82

C. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja.................. 85

1. Hubungan antara karakteristik pekerja dengan kelelahan kerja........ 85

a. Hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit............................................................................ 85

b. Hubungan antara jenis kelamin dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit............................................................................

87

c. Hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja

penjahit......................................................................................... 89

d. Hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit............................................................................ 90

2. Hubungan antara jam kerja dengan kelelahan

kerja.................................................................................................... 92

3. Hubungan antara postur kerja dengan kelelahan kerja...................... 93

4. Hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja........................ 94

Page 12: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

57

5. Hubungan antara intensitas cahaya dengan kelelahan kerja.............. 96

6. Hubungan anstara suhu di tempat kerja dengan kelelahan

kerja....................................................................................................

97

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN....................................................................... 99

A. Simpulan.................................................................................................. 99

B. Saran......................................................................................................... 100

1. Bagi Pengelola................................................................................... 100

2. Bagi Peneliti....................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 102

LAMPIRAN

Page 13: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

58

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Batas ambang IMT untuk Indonesia 21

2.2 Penilaian Pekerjaan 25

2.3 Kategori beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang

dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan

26

2.4 Standar pencahayaan lingkungan kerja 29

2.5 Penilaian skor tabel A 37

2.6 Penilaian skor beban 38

2.7 Penilaian skor tabel B 40

2.8 Penilaian skor Coupling 41

2.9 Penilaian skor C 42

2.10 Penilaian skor aktivitas 42

2.11 Level aksi dari skor REBA 43

3.1 Definisi Operasional 47

4.1 Contoh penilaian skor tabel A 56

4.2 Contoh penilaian skor tabel B 58

4.3 Contoh penilaian skor C 59

4.4 Skor akhir REBA 60

5.1 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan

Kerja pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di

Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang Tahun 2009

64

Page 14: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

59

5.2 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan

Karakteristik Pekerja pada Pekerja Penjahit Sektor

Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang Tahun 2009

66

5.3 Gambaran Distribusi Responden Jam Kerja pada

Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang Tahun 2009

67

5.4 Gambaran Distribusi Responden Postur Kerja pada

Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang Tahun 2009

68

5.5 Gambaran Distribusi Responden Kebisingan pada

Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang Tahun 2009

69

5.6 Gambaran Distribusi Responden Cahaya pada Pekerja

Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang

Cipondoh Tangerang Tahun 2009

69

5.7 Gambaran Distribusi Responden Suhu pada Pekerja

Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang

Cipondoh Tangerang Tahun 2009

70

5.8 Gambaran Distribusi Berdasarkan Karakteristik Pekerja

dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Penjahit Sektor

Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang Tahun 2009

72

5.9 Gambaran Distribusi Berdasarkan Jam Kerja dengan

Kelelahan Kerja pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha

Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

Tahun 2009

74

5.10 Gambaran Distribusi Berdasarkan Postur Kerja dengan

Kelelahan Kerja pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha

Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

Tahun 2009

75

5.11 Gambaran Distribusi Berdasarkan Dosis Kebisingan

dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Penjahit Sektor

Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang Tahun 2009

76

Page 15: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

60

5.12 Gambaran Distribusi Berdasarkan cahaya dengan

Kelelahan Kerja pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha

Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

Tahun 2009

76

5.13 Gambaran Distribusi Berdasarkan Suhu dengan

Kelelahan Kerja pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha

Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

Tahun 2009

77

5.14 Hasil Analisis Bivariat antara Usia Kerja, Masa Kerja,

Postur Kerja, dan Kebisingan dengan Kelelahan kerja

pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di

Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang Tahun 2009

78

5.15 Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model antara

Usia Kerja, Masa Kerja, Postur Kerja, dan Kebisingan

dengan Kelelahan kerja pada Pekerja Penjahit Sektor

Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang Tahun 2009

79

5.16 Hasil Akhir Analisis Multivariat antara Usia Kerja

dengan Kelelahan kerja pada Pekerja Penjahit Sektor

Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang Tahun 2009

80

Page 16: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

61

DAFTAR BAGAN

Nomor Gambar Halaman

2.7 Bagan Kerangka Teori 45

3.1 Bagan Kerangka Konsep

46

Page 17: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

62

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Penilaian Grup A Posisi Leher 36

2.2 Penilaian Grup A Posisi Punggung 37

2.3 Penilaian Grup A Posisi Kaki 37

2.4 Penilaian Grup B Posisi Lengan Atas 39

2.5 Penilaian Grup B Posisi Lengan Bawah 39

2.6 Penilaian Grup B Posisi Pergelangan Tangan 40

Page 18: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

63

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Uji Normalitas

Lampiran 3 Output Univariat

Lampiran 4 Output Bivariat

Lampiran 5 Output Multivariat

Lampiran 5.1 Pemilihan variabel sebagai kandidat analisis multivariat

Lampiran 5.2 Pembuatan Model

Page 19: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap pekerjaan berisiko menimbulkan kelelahan. Asupan

energi yang tidak sesuai dengan beban kerja yang dilakukan akan

mempercepat seseorang merasa lelah. Kelelahan merupakan

mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan

lebih lanjut, sehingga terjadi pemulihan. Kelelahan menunjukkan

kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya

bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja

serta ketahanan tubuh (Silastuti, 2006). Menurut Tarwaka et al

(2004) kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh

agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi

pemulihan setelah istirahat. Sedangkan menurut Budiono, dkk

(2003) istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya

tenaga untuk melakukan suatu kegiatan.

Menurut Budiono, dkk (2003) gejala kelelahan secara subjektif

dan objektif antara lain perasaan lesu, ngantuk, pusing, kurang

berkonsentrasi, kurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang

buruk dan lambat, berkurangnya gairah untuk bekerja, dan

Page 20: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

65

menurunnya kinerja rohani dan jasmani. Kelelahan dapat

mempengaruhi produktivitas kerja, sehingga apabila tingkat

produktivitas seorang tenaga kerja terganggu yang disebabkan

oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis, maka akibat yang

ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa

penurunan produktivitas perusahaan. Sedangkan menurut Bartley

dan Chute dalam Fitrihana (2004) kelelahan kerja dapat

mengakibatkan menurunnya prestasi kerja, badan terasa tidak

enak, serta menurunnya semangat kerja. Selain itu, kelelahan kerja

dapat berdampak terhadap menurunnya konsentrasi dalam

bekerja, sehingga bisa menyebabkan seseorang melakukan

kesalahan ketika melakukan pekerjaan. Apabila hal ini terjadi,

pada akhirnya dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

Menurut Silaban (1998) kelelahan kerja seringkali terjadi pada

saat pelaksanaan proses kerja. Berdasarkan hasil survei di negara

maju melaporkan bahwa 10-50% penduduk mengalami kelelahan.

Prevalensi kelelahan sekitar 20% diantara pasien yang datang

membutuhkan pelayanan kesehatan. Data dari ILO menyebutkan

hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia

karena kecelakaan kerja yang disebabkan faktor kelelahan.

Page 21: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

66

Penelitian tersebut menyatakan dari 58.115 sampel, 32,8%

diataranya atau sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan.

Menurut Depnakertrans (2004) dalam Putri (2008) data

mengenai kecelakaan kerja pada tahun 2004, di Indonesia setiap

hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8% disebabkan

kelelahan yang cukup tinggi, lebih kurang 9,5% atau 39 orang

mengalami cacat. Data kecelakaan dari sumber yang dikeluarkan

oleh Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional di sektor

listrik (PLN) mencatat terjadi 1.458 kasus kecelakaan dan salah satu

penyebabnya adalah faktor kurangnya konsentrasi pekerja karena

kelelahan.

Menurut Grandjean (1988) dalam Budiono, dkk (2003) kelelahan

umum biasanya ditandai dengan intensitas dan lamanya kerja,

status kesehatan dan nutrisi, serta lingkungan kerja. Sedangkan

menurut Silaban (1998) kelelahan dipengaruhi oleh waktu kerja,

jenis kelamin, usia, masa kerja, status gizi, beban kerja, dan kondisi

kesehatan. Kelelahan disebabkan postur kerja, sikap paksa, kerja

statis, lingkungan, keadaan monoton, dan waktu kerja (Tarwaka et

al, 2004).

Kelelahan kerja merupakan hal yang normal terjadi setiap hari.

Setiap tenaga kerja memiliki risiko kelelahan dalam melaksanakan

Page 22: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

67

pekerjaannya. Tenaga kerja merupakan aset bagi peusahaan

dalam kegiatan kerja. Aktivitas yang dijalankan berupa aktivitas

fisik maupun mental. Salah satu akibat dari pekerjaan adalah

timbulnya kelelahan kerja. Kelelahan kerja adalah gejala yang

berhubungan dengan efisiensi kerja, kebosanan serta peningkatan

kecemasan. Faktor-faktor pencetus timbulnya kelelahan kerja

berasal dari individu pekerja, pekerjaan, dan lingkungan kerjanya

(Setyawati, 2001).

Sektor usaha informal merupakan sektor kegiatan ekonomi

marginal, kecil-kecilan yang dijalankan secara tradisional dengan

tekonologi sederhana, biasanya dikaitkan dengan usaha kerajinan,

dagang, pertanian, perikanan atau usaha lain. Disektor informal,

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada hakekatnya masih

belum terlaksana secara memadai. Beberapa hal menjadi

penyebabnya; seperti kurang memadainya dukungan landasan

hukum untuk pembinaan sektor informal, terbatasnya infrastruktur

pembinaan ketenagakerjaan yang baru memperhatikan tenaga

kerja sektor formal, belum memadainya kesadaran K3 dan

kerjasama lintas sektor yang berkaitan dengan penanganan sektor

informal (Setyawati, 2001).

Page 23: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

68

Pekerja di industri garmen merupakan salah satu pekerja yang

berisiko mengalami kelelahan, karena pekerjaan di industri garmem

umumnya adalah peralatan kerja yang tidak ergonomis,

pekerjaan yang monoton, membutuhkan ketelitian cukup tinggi,

tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot, berinteraksi

dengan benda tajam seperti jarum, gunting dan pisau potong,

terjadi paparan panas dari penyetrikaan, banyaknya debu-debu

serat dan aroma khas kain, terpapar kebisingan, getaran, panas

dari mesin jahit dan lainnya (Amalia, 2007). Hasil subjective self

rating test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC)

dengan kuesioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan secara

subyektif diketahui dari 10 pekerja penjahit di wilayah Ketapang

Cipondoh Tangerang, pekerja yang mengalami kelelahan kerja

secara subyektif sebanyak 7 responden (70%) dan pekerja yang

tidak mengalami kelelahan kerja secara subyektif sebanyak 3

responden (30%).

Oleh sebab uraian di atas maka penulis ingin melakukan

penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

kelelahan kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal di

wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009.

Page 24: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

69

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan, pekerja

yang mengalami kelelahan kerja secara subyektif sebanyak 7

(70%). Kelelahan kerja merupakan masalah yang cukup penting

untuk diperhatikan, karena kelelahan pada pekerja besar

kemungkinan akan terjadi penurunan konsentrasi kerja dan

kesalahan dalam kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan

kerja. Kemudian apabila terjadinya kecelakaan kerja dapat

menurunkan produktivitas pekerja dalam bekerja. Hal tersebut

tentunya akan menyebabkan kerugian tidak hanya kepada

individu sebagai pekerja akan tetapi perusahaan juga akan

mengalami kerugian berupa penurunan produksi. Dengan

demikian peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai faktor-

faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja

penjahit sektor usaha informal di wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang tahun 2009.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kelelahan kerja pada pekerja penjahit

sektor usaha informal di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

tahun 2009?

Page 25: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

70

2. Bagaimana gambaran karakteristik pekerja penjahit sektor

usaha informal (usia, jenis kelamin, masa kerja, dan status gizi) di

wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009?

3. Bagaimana gambaran jam kerja pada pekerja penjahit sektor

usaha informal di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun

2009?

4. Bagaimana gambaran postur kerja pada pekerja penjahit sektor

usaha informal di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun

2009?

5. Bagaimana gambaran kebisingan pada pekerja penjahit sektor

usaha informal di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun

2009?

6. Bagaimana gambaran pencahayaanssss pada pekerja penjahit

sektor usaha informal di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

tahun 2009?

7. Bagaimana gambaran suhu pada pekerja penjahit sektor usaha

informal di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009?

8. Apakah ada hubungan antara karakteristik pekerja (usia, jenis

kelamin, masa kerja, dan status gizi) dengan kelelahan kerja

pada pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009?

Page 26: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

71

9. Apakah ada hubungan antara jam kerja dengan kelelahan

kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009?

10. Apakah ada hubungan antara postur kerja dengan kelelahan

kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009?

11. Apakah ada hubungan antara kebisingan dengan kelelahan

kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009?

12. Apakah ada hubungan antara pencahayaan dengan

kelelahan kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal di

wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009?

13. Apakah ada hubungan antara suhu dengan kelelahan kerja

pada pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009?

14. faktor apa yang paling berpengaruh terhadap kelelahan kerja

pada pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009?

D. Tujuan Penelitian

Page 27: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

72

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan

kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya gambaran kelelahan kerja pada pekerja

penjahit sektor usaha informal di wilayah Ketapang

Cipondoh Tangerang tahun 2009

b. Diketahuinya gambaran karakteristik pekerja penjahit sektor

usaha informal (usia, jenis kelamin, masa kerja, dan status gizi)

di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009

c. Diketahuinya gambaran jam kerja pada pekerja penjahit

sektor usaha informal di wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang tahun 2009

d. Diketahuinya gambaran postur kerja pada pekerja penjahit

sektor usaha informal di wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang tahun 2009

e. Diketahuinya gambaran kebisingan pada pekerja penjahit

sektor usaha informal di wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang tahun 2009

Page 28: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

73

f. Diketahuinya gambaran pencahayaan pada pekerja

penjahit sektor usaha informal di wilayah Ketapang

Cipondoh Tangerang tahun 2009

g. Diketahuinya gambaran suhu pada pekerja penjahit sektor

usaha informal di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

tahun 2009

h. Diketahuinya hubungan antara karakteristik pekerja (usia,

jenis kelamin, masa kerja, dan status gizi) dengan kelelahan

kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009

i. Diketahuinya hubungan antara jam kerja dengan kelelahan

kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009

j. Diketahuinya hubungan antara postur kerja dengan

kelelahan kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal

di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009

k. Diketahuinya hubungan antara kebisingan dengan

kelelahan kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal

di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009

Page 29: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

74

l. Diketahuinya hubungan antara pencahayaan dengan

kelelahan kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal

di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009

m. Diketahuinya hubungan antara suhu dengan kelelahan kerja

pada pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009

n. Diketahuinya faktor yang paling berpengaruh terhadap

kelelahan kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal

di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengelola

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan pada pihak

pengelola dalam mengatasi masalah kelelahan kerja pada

penjahit.

2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Menambah referensi mengenai penelitian tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja.

Page 30: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

75

3. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman langsung dan menambah wawasan

dalam dunia kerja mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan kelelahan kerja, khususnya pada pekerja penjahit .

F. Ruang lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja penjahit di

wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tahun 2009. Sasaran

dalam penelitian ini adalah para pekerja penjahit di wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan November-Desember tahun 2009. Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

menggunakan desain studi cross sectional karena pada penelitian

ini variabel independen dan dependen akan diamati dalam waktu

(periode) yang sama. Data yang digunakan pada penelitian ini

adalah data primer yang diperoleh dari hasil observasi dan

wawancara pada pekerja dengan menggunakan kuesioner

industrial fatigue research committee (IFRC) yang merupakan

kuesioner untuk mengukur tingkat kelelahan kerja secara subjektif.

Page 31: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

76

Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan 70% dari 10 responden

yang mengalami kelelahan, maka penelitian ini perlu dilakukan.

Page 32: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

77

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

B. Kelelahan

1. Definisi Kelelahan

Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya

tenaga untuk melakukan suatu kegiatan (Budiono dkk, 2003).

Sedangkan menurut Riyadina (1996) kelelahan kerja adalah

keadaan karyawan yang mengakibatkan terjadinya penurunan

dan produktivitas kerja akibat faktor pekerjaan. Kelelahan

merupakan suatu kondisi yang biasa terjadi kepada semua

orang dalam kehidupan sehari-hari. Kelelahan kerja merupakan

suatu pola yang timbul pada suatu keadaan yang secara

umum terjadi pada setiap orang, yang telah tidak sanggup lagi

untuk melakukan kegiatan (Sedarmayanti, 2009).

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh

agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi

pemulihan setelah istirahat (Tarwaka et al, 2004). Menurut

Grandjean (1993) dalam Veranita (2008) kelelahan adalah suatu

mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari

kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah

Page 33: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

78

istirahat. Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda

tetapi semua itu berakibat kepada pengurangan kapasitas

kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996).

2. Gejala kelelahan

Gambaran mengenai gejala kelelahan antara lain

(Suma’mur 1996):

1) Perasaan berat di kepala

2) Menjadi lelah seluruh badan

3) Kaki merasa berat

4) Menguap

5) Merasa kacau pikiran

6) Menjadi mengantuk

7) Merasakan beban pada mata

8) Kaku dan canggung dalam gerakan

9) Tidak seimbang dalam berdiri

10) Mau berbaring

11) Merasa susah berpikir

12) Lelah bicara

13) Menjadi gugup

Page 34: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

79

14) Tidak dapat berkonsentrasi

15) Tidak dapat mempusatkan perhatian terhadap sesuatu

16) Cenderung untuk lupa

17) Kurang kepercayaan

18) Cemas terhadap sesuatu

19) Tak dapat mengontrol sikap

20) Tidak dapat tekun dalam pekerjaan

21) Sakit kepala

22) Kekakuan dibahu

23) Merasa nyeri dipinggang

24) Merasa pernafasan tertekan

25) Haus

26) Suara sesak

27) Merasa pening

28) Spasme dari kelopak mata

29) Tremor pada anggota badan

30) Merasa kurang sehat

3. Metode Pengukuran kelelahan

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat

kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang

dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator

Page 35: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

80

yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean

(1993) dalam Tarwaka et al (2004) mengelompokkan metode

pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai

berikut :

a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai

jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau

proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun

demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti :

target produksi, faktor sosial, dan prilaku psikologis dalam

kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk,

penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat

menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut

bukanlah merupakan causal factor.

b. Uji Psikomotor (psychomotor test)

Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi

dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan

adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi

adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang

sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan

kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala

Page 36: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

81

lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan.

Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk

adanya pelambatan pada proses faal syaraf dan otot.

c. Uji hilangnya Kelipan (flicker fussion- test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja

untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan

semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara

dua kelipan. Uji kelipan, disamping untuk mengukur

kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan

tenaga kerja.

d. Perasaan kelelahan secara subjektif (Subjective feelings of

fatigue)

Subjective feelings of fatigue dari Industrial Fatigue Research

Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat

untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner ini terdiri dari 30

item gejala kelelahan umum diadopsi dari IFRC (Industrial Fatigue

Research Commitee Of Japanese Association Of Industrial Health) yang

dibuat pada tahun 1967. Disosialisasikan dan dimuat dalam Prosiding

Symposium on Methodology of Fatigue Assesment. Symposium ini

diadakan di Kyoto Jepang pada tahun 1969. Sepuluh item pertama

mengindikasikan adanya pelemahan aktifitas, 10 item kedua pelemahan

motifasi kerja dan 10 item ketiga atau terakhir mengindikasikan kelelahan

Page 37: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

82

fisik atau kelelahan pada bagian tubuh. Semakin tinggi frekuensi gejala

kelelahan muncul dapat diartikan semakin besar pula tingkat kelelahan.

Dikatakan bahwa kelemahan dari kuesioner ini adalah tidak dilakukannya

evaluasi terhadap setiap item pertanyaan secara tersendiri. Kuesioner ini

kemudian dikembangkan dimana jawaban jawaban kuesioner diskoring

sesuai empat skala Likert (Susetyo, 2008).

Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri

dari :

1) Perasaan berat dikepala

2) Lelah seluruh badan

3) Berat di kaki

4) Menguap

5) Pikiran kacau

6) Mengantuk

7) Ada beban pada mata

8) Gerakan canggung dan kaku

9) Berdiri tidak stabil

10) Ingin berbaring

11) Susah berpikir

12) Lelah untuk berbicara

13) Gugup

14) Tidak berkonsentrasi

Page 38: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

83

15) Sulit memusatkan perhatian

16) Mudah lupa

17) Kepercayaan diri kurang

18) Merasa cemas

19) Sulit mengontrol sikap

20) Tidak tekun dalam pekerjaan

21) Sakit dikepala

22) Kaku di bahu

23) Nyeri di punggung

24) Sesak nafas

25) Haus

26) Suara serak

27) Merasa pening

28) Spasme di kelopak mata

29) Tremor pada anggota badan

30) Merasa kurang sehat.

e. Uji Mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu

pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian

dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersma

test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk

Page 39: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

84

menguji kecepatan, ketelitin, dan konstansi. Hasil tes akan

menunjukkan bahwa semakin lelah seseorang maka tingkat

kecepatan, ketelitian dan konstansi akan semakin rendah

atau sebaliknya serta Bourdon Wiersma test lebih tepat untuk

mengukur kelelahan akibat aktivitas atau pekerjaan yang

lebih bersifat mental.

C. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan

1. Usia

Kemampuan kerja seseorang dapat ditentukan oleh

beberapa faktor salah satunya adalah usia. Usia seseorang

mempengaruhi BMR (Basal Metabolisme Rate) individu tersebut,

semakin bertambahnya usia maka BMR akan semakin menurun

dan kelelahan akan mudah terjadi. BMR adalah jumlah energi

yang digunakan untuk proses metabolisme dasar untuk

mengolah bahan makanan dan oksigen untuk

mempertahankan kehidupan individu, apabila BMR menurun

maka kemampuan untuk melakukan metabolisme tersebut

menurun sehingga kemampuan individu tersebut untuk

mempertahankan hidup juga menurun (Amalia, 2007).

Page 40: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

85

Menurut Suma’mur (1989) kemampuan seseorang dalam

melakukan tugasnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya adalah umur. Umur seseorang akan mempengaruhi

kondisi tubuh. Seseorang yang berumur muda sanggup

melakukan pekerjaan berat dan sebaliknya jika seseorang

berusia lanjut maka kemampuan untuk melakukan pekerjaan

berat akan menurun. Pekerja yang telah berusia lanjut akan

merasa cepat lelah dan tidak bergerak dengan gesit ketika

melaksanakan tugasnya sehingga mempengaruhi kinerjanya.

Kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik

setiap individu berbeda dan dapat juga dipengaruhi oleh usia

individu tersebut. Misalnya pada umur 50 tahun kapasitas kerja

tinggal 80% dan pada umur 60 tahun menjadi 60%

dibandingkan dengan kapasitas yang berumur 25 tahun.

Pada penelitian Putri (2008) kelelahan paling banyak dialami

oleh pekerja yang berusia diatas 45 tahun yaitu sebanyak 20

orang (90,9%). Pada penelitian ini didapatkan P value 0,030

yang menyatakan adanya hubungan antara usia pekerja

dengan kelelahan kerja. Sedangkan pada penelitian lainnya

kelelahan banyak dialami oleh pekerja yang berusia diatas 35

tahun yaitu sebesar 12 orang (22,2%), pada penelitian ini

Page 41: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

86

didapatkan P value 0,548 yang menyatakan tidak ada

hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja (Uminah,

2005).

2. Jenis kelamin

Penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan

wanita. Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik

2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki laki. Dengan

demikian, untuk mendapatkan hasil kerja yang sesuai maka

harus diusahakan pembagian tugas antara laki-laki dan wanita.

Hal ini harus disesuaikan dengan kemampuan, kebolehan, dan

keterbasannya masing-masing (Tarwaka et al, 2004).

Menurut Harrington dan Gill (2003) dalam Veranita (2008)

pekerja wanita lebih teliti dan lebih tahan atau lentur

dibandingkan dengan laki-laki, seperti pada wanita yang telah

menikah dan bekerja, waktu kerjanya lebih lama 4-6 jam jika

dibandingkan dengan pria (suaminya) karena selain mencari

nafkah wanita juga bertanggung jawab terhadap keluarga dan

rumah.

Pada penelitian Uminah (2005) kelelahan paling banyak

dialami oleh pekerja yang berjenis kelamin perempuan yaitu

sebanyak 18 orang (33,3%). Pada penelitian ini didapatkan P

Page 42: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

87

value 0,655 yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia

pekerja dengan kelelahan kerja.

3. Masa Kerja

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai

pertama kali pekerja masuk kerja hingga saat penelitian

berlangsung (Amalia, 2007). Sedangkan menurut Sedarmayanti

(1996) lama masa kerja adalah salah satu faktor yang termasuk

ke dalam komponen ilmu kesehatan kerja. Pekerjaan fisik yang

dilakukan secara kontinyu dalam jangka waktu yang lama akan

berpengaruh terhadap mekanisme dalam tubuh (sistem

peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf, dan pernafasan).

Dalam keadaan ini kelelahan terjadi karena terkumpulnya

produk sisa dalam otot dan peredaran darah dimana produk

sisa ini bersifat membatasi kelangsungan kegiatan otot.

Menurut Sujana dalam Mulyana (2006) tingkat pengalaman

kerja seseorang dalam bekerja akan mempengaruhi terjadinya

kelelahan kerja. Hal ini dikarenakan orang yang lebih

berpengalaman mampu bekerja secara efisien. Mereka dapat

mengatur besarnya tenaga yang dikeluarkan oleh karena

seringnya melakukan pekerjaan tersebut. Selain itu, mereka

telah mengetahui posisi kerja yang terbaik atau nyaman untuk

Page 43: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

88

dirinya, sehingga produktivitasnya terjaga. Hal tersebut

diperkirakan dapat mencegah atau mengurangi terjadinya

kelelahan kerja maupun kecelakaan kerja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnawati, et al (2006) di

PT ” X ” kelelahan banyak terjadi pada pekerja yang memiliki

masa kerja > 5 tahun dengan P value 0,839 yang menyatakan

tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja.

Sedangkan pada penelitian lainnya kelelahan banyak dialami

oleh pekerja yang memilik masa kerja diatas 10 tahun yaitu

sebesar 12 orang (40,5%), pada penelitian ini didapatkan P

value 1,64 yang menyatakan tidak ada hubungan antara masa

kerja dengan kelelahan kerja (Safitri, 2008).

4. Status Gizi

Status gizi berhubungan erat dan berpengaruh pada

produktivitas dan efisiensi kerja. Dalam melakukan pekerjaan

tubuh memerlukan energi, apabila kekurangan baik secara

kualitatif maupun kuantitatif kapasitas kerja akan terganggu

(Tarwaka et al 2004). Menurut Annis & McConville dalam

Tarwaka (2004) merekomendasikan bahwa penggunaan energi

tidak melebuhi 50% dari tenaga aerobic maksimum untuk kerja 1

jam, 40% untuk kerja 2 jam dan 33% untuk kerja selama 8 jam

Page 44: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

89

terus-menerus. Nilai tersebut didesain untuk mencegah

kelelahan yang dipercaya dapat meningkatkan risiko cidera

otot skeletal pada tenaga kerja.

Status gizi pekerja dapat diukur dengan IMT, Cara mengukur

Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut (Almatsier, 2004):

Tabel 2.1

Batas ambang IMT untuk Indonesia

Menurut Hartz et al (1999) dalam Safitri (2008) peningkatan

IMT / IMT lebih tinggi berhubungan dengan peningkatan

kelelahan kerja pada study yang dilakukan selama 2 tahun

pada pasien ICF dan menjadi overweight / obesitas dengan

fungsi fisik dan vitalitas yang lebih rendah pada population

based study.

Pada penelitian Putri (2008) kelelahan paling banyak dialami

oleh pekerja yang status gizinya obesitas yaitu sebanyak 19

Kategori IMT Kurus < 18,5 Normal 18,5-25 Gemuk > 25

IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan

Page 45: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

90

orang (95,0%). Pada penelitian ini didapatkan P value 0,009

yang menyatakan ada hubungan antara status gizi dengan

kelelahan kerja. Sedangkan pada penelitian lainnya kelelahan

banyak dialami oleh pekerja yang status gizinya gemuk yaitu

sebesar 16 orang (55,2%), pada penelitian ini didapatkan P

value 0,544 yang menyatakan tidak ada hubungan antara

status gizi dengan kelelahan kerja (Sisinta, 2005).

5. Jam Kerja

Waktu kerja bagi seseorang menentukan effisiensi dan

produktivitasnya. Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik

pada umumnya 6-8 jam. Sisanya 16-18 jam dipergunakan untuk

kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan

lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan

tersebut biasanya tidak disertai effisiensi yang tinggi, bahkan

biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecendrungan

untuk timbulnya kelelahan, penyakit, dan kecelakaan kerja

(Suma’mur, 1996).

Menurut Suma’mur (1981) bekerja merupakan proses

anabolisme, yaitu mengurangi atau menggunakan bagian-

Page 46: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

91

bagian tubuh yang telah dibangun sebelumnya. Dalam

keadaan demikian, sistem syaraf utama yang berfungsi adalah

komponen simpatis. Maka pada kondisi tersebut, aktivitas tidak

dapat dilakukan secara terus-menerus, melainkan harus diselingi

dengan istirahat untuk memberikan kesempatan untuk

membangun kembali tenaga yang telah digunakan.

Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu kerja sehari

maksimum 8 jam kerja dan sisanya untuk istirahat / kehidupan

dalam keluarga dan masyarakat. Memperpanjang waktu kerja

lebih dari itu hanya akan menurunkan efisiensi kerja,

meningkatkan kelelahan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat

kerja (Tarwaka et al, 2004).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2008) kelelahan

banyak terjadi pada pekerja yang bekerja selama 10 jam

perhari yaitu sebayak 13 orang (28,9%), dengan P value 1,89

yang menyatakan tidak ada hubungan antara jam kerja

dengan kelelahan kerja. Sedangkan pada penelitian lainnya

kelelahan banyak dialami oleh pekerja yang bekerja dibawah 7

jam perhari, dengan P value 0,854 yang menyatakan tidak ada

hubungan antara jam kerja dengan kelelahan kerja

(Andiningsari, 2009).

Page 47: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

92

6. Keadaan monoton

Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda

dengan kerja dinamis. Pada kerja otot statis, dengan

pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot hanya

dapat bekerja selama 1 menit. Sedangkan pada pengerahan

tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi

pengerahan tenaga otot satatis sebesar 15-20% akan

penyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan

berlangsung sepanjang hari (Tarwaka et al, 2004). Menurut

Nurmianto (2004) pembebanan otot secara statis jika

dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan

mengakibatkan Repetition Strain Injuries (RSI), yaitu nyeri otot,

tulang, tondon, dan lain-lain, yang diakibatkan oleh jenis

pekerjaan yang bersifat berulang (refetitive).

Menurut marfu’ah (2007) pembebanan kerja fisik atau kerja

otot akibat gerakan otot, baik dinamis maupun statis, dapat

mempengaruhi kelelahan tubuh. Kerja otot statis terjadi

menetap untuk priode waktu tertentu yang menyebabkan

pembuluh darah tekanan dan peredaran darah berkurang.

Tidak adanya variasi kerja akan menimbulkan kejenuhan kerja.

Kejenuhan ini dapat terjadi karena pekerja melakukan

Page 48: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

93

pekerjaan yang selalu sama setiap harinya, keadaan seperti ini

cukup berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kelelahan

kerja (Sisinta, 2005).

7. Beban Kerja

Menurut tarwaka et al (2004) tubuh manusia dirancang untuk

dapat melakukan aktifitas sehari-hari. Pada saat bekerja,

seseorang akan menerima beban dari luar tubuhnya. Beban

tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental. Setiap

beban kerja harus sesuai dengan kemampuan fisik,

kemampuan kognitif, maupun keterbatasan manusia yang

menerima beban tersebut. Berat ringannya beban kerja yang

diterima oleh seseorang tenaga kerja dapat digunakan untuk

menentukan berapa lama orang tersebut dapat melakukan

pekerjaannya sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kerja

yang bersangkutan. Semakin berat beban kerja yang diterima,

maka semakin pendek waktu pekerja untuk bekerja tanpa

kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti.

Beban kerja dapat ditentukan dengan merujuk kepada

jumlah kalori yang dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan per

satuan waktu. Estimasi panas metabolik dapat dilakukan

dengan menilai pekerjaan, hal ini dapat dilihat pada tabel 2.2.

Page 49: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

94

Tabel 2.2

Penilaian pekerjaan

A. Posisi dan pergerakan badan kcal/min*

Sitting 0.3

Standing 0.6

Walking 2.0-3.0

Walking Uphill add 0.8 for every meter (yard) rise

B. Type of work Average

kcal/min Range kcal/min

Hand work

Light 0.4 0.2-1.2

Heavy 0.9

Work: One arm

Light 1.0 0.7-2.5

Heavy 1.7

Work: Both arms

Light 1.5 1.0-3.5

Heavy 2.5

Work: Whole body

Page 50: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

95

Light 3.5 2.5-15.0

Moderate 5.0

Heavy 7.0

Very heavy

9.0

C. Basal

Metabolism

1.0 1.0

* For a "standard" worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1.8m2 body surface (19.4 ft2).

Sumber :ACGIH, 1992 dalam Dowell, 2007

Adapun klasifikasi beban kerja berdasarkan jumlah kalori

yang dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan dapat dilihat

pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kategori beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang

dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan

Kategori Kcal / Jam

Pekerjaan Ringan Sampai dengan 200 kcal / jam

Pekerjaan sedang 200 – 350 Kcal/jam

Pekerjaan Berat > 350 kcal / jam

Sumber :ACGIH, 1992 dalam Dowell, 2007

8. Lingkungan Kerja

Di tempat kerja, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi lingkungan kerja seperti faktor fisik; faktor kimia,

faktor biologis dan faktor psikologis. Semua faktor tersebut dapat

Page 51: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

96

menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan

berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga

kerja (Tarwaka et al, 2004). Menurut Fitriarni (2000) bahwa faktor

lingkungan seperti suhu, kebisingan, pencahayaan, dan vibrasi

akan berpengaruh terhadap kenyamanan fisik, sikap mental,

dan kelelahan kerja.

Faktor-faktor lingkungan diantaranya, adalah:

a. Kebisingan

Menurut Suma’mur (1996) bunyi didengar sebagai

rangsangan pada telinga oleh getaran- getaran melalui

media elastis, dan manakala bunyi- bunyi tersebut tidak

dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan. Terdapat

dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu

frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam

jumlah getaran per detik atau disebut hertz (Hz) dan

intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya

dinyatakan dalam desibel (dB). Menururt Sedarmayanti

(2009) kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki

oleh telinga karena dalam jangka panjang dapat

mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran,

Page 52: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

97

dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan kebisingan

yang serius dapat menyebabkan kematian.

Menurut Occupational Health and Safety (2003) batas

pemaparan dosis kebisingan tidak boleh lebih dari 100%.

Untuk perhitungan dosis kebisingan perhari. D dapat dihitung

dengan:

D = t1 t2 tn ― + ― +...........+ ―

T1 T2 Tn Dimana : t1 = mengindikasikan pemaparan durasi pada level

kebisingan yang spesifik

T1 = mengindikasikan pemaparan durasi yang

diizinkan pada level

Semua dari pemaparan kebisingan kerja dari 80 dBA atau

lebih harus diintegrasikan pada perhitungan diatas.

b. Pencahayaan

Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber

cahaya yang menerangi benda- benda di tempat kerja.

Banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi di

sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting

untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Selain

itu penerangan yang memadai memberikan kesan

Page 53: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

98

pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan

yang menyegarkan (Suma’mur, 1996).

Akibat- akibat penerangan yang buruk (Budiono dkk, 2003)

adalah:

1) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi

kerja.

2) Kelelahan mental

3) Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala

sekitar mata.

4) Kerusakan alat penglihatan.

5) Meningkatnya kecelakaan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :

405/Menkes/SK/XI/2002 standar pencahayaan lingkungan

kerja untuk perindustrian sebagai berikut:

Page 54: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

99

Tabel 2.4

Standar Pencahayaan Lingkungan Kerja

Jenis Kegiatan Tingkat

pencahayaan

minimal (lux)

Keterangan

Pekerjaan kasar

dan tidak terus

menerus

100 Ruang

penyimpanan dan

ruang paralatan

atau instlasi yang

memerlukan

pekerjaan yang

kontinyu

Pekerjaan kasar

dan terus

menerus

200 Pekerjaan dengan

mesin dan

perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi,

ruang kontrol,

pekerjaan mesin

dan perakitan atau

penyusun

Pekerjaan agak 500 Pembuatan

Page 55: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

100

halus gambar atau

bekerja dengan

mesin kantor

pekerja

pemeriksaan atau

pekerjaan dengan

mesin

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna,

pemrosesan tekstil,

pekerjaan mesin

halus dan perakitan

halus

Pekerjaan amat

halus

1500 (tidak

menimbulkan

bayangan)

Mengukir dengan

tangan,

pemeriksaan

pekerjaan mesin

dan perakitan yang

sangat halus

Pekerjaan terinci 3000 (tidak

menimbulkan

bayangan)

Pemeriksaan

pekerjaan,

perakitan sangat

halus

c. Suhu

Suhu nikmat bekerja sekitar 24 - 26°C bagi orang- orang

Indonesia. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan

kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama

Page 56: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

101

berakibat menurunnya prestasi kerja pikir. Penurunan sangat

hebat sesudah 32°C. Suhu panas mengurangi kelincahan,

memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan

keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak,

mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris

(Suma’mur, 1996). Standar suhu lingkungan kerja untuk

perindustrian menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :

405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu 18-30 ºC.

Menurut Suma’mur (1992) pada suhu udara yang panas dan

lembab, makin tinggi kecepatan aliran udara malah akan

makin membebani tenaga kerja. Pada tempat kerja dengan

suhu udara yang panas maka akan menyebabkan proses

pemerasan keringat. Beberapa hal buruk berkaitan dengan

kondisi demikian dapat dialami oleh tenaga kerja, salah

satunya kelelahan kerja. Pekerja yang mengalami kondisi

demikian, sulit untuk mampu bereproduksi tinggi. Akibat

kelelahan kerja tersebut, para pekerja menjadi kurang

bergairah kerja, daya tanggap dan rasa tanggung jawab

menjadi rendah, sehingga seringkali kurang memperhatikan

kualitas produk kerjanya.

d. Getaran

Page 57: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

102

Menurut Budiono (2003) getaran adalah gerakan yang

teratur dari benda atau media dengan arah bolak- balik dari

kedudukan kesetimbangannya. Getaran terjadi saat mesin

atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya

bersifat mekanis.

Pengaruh getaran pada tenaga kerja dapat dibedakan:

1) Gangguan kenikmatan dalam bekerja.

2) Mempercepat terjadinya kelelahan.

3) Gangguan kesehatan

9. Status kesehatan

Kelelahan dapat berasal dari gaya hidup yang biasa disebut

dengan non work related fatigue. Salah satu penyebab

kelelahan non work related fatigue adalah kondisi kesehatan

pekerja (Better health channel, 2006 dalam safitri, 2008).

Menurut Setyawati, 1994 dalam Safitri, 2008 menyatakan bahwa

secara fisiologis tubuh manusia diibaratkan sebagai suatu mesin

yang mengkonsumsi bahan bakar sebagai sumber energinya.

Diketahui jam kerja yang panjang lebih berpengaruh terhadap

terjadinya kelelahan jika dipengaruhi oleh faktor kesehatan.

Kesegaran jasmani dan rohani adalah penunjang penting

produktivitas seseorang dalam kerjanya. Kesegaran tersebut

Page 58: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

103

dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus menerus dipelihara

selama bekerja bahkan sampai setelah berhenti bekerja.

10. Postur Kerja

Postur tubuh dapat didefinisikan sebagai orientasi reaktif dari

bagian tubuh terhadap ruang. Untuk melakukan orientasi tubuh

tersebut selama beberapa rentang waktu dibutuhkan kerja otot

untuk menyangga atau menggerakkan tubuh. Postur yang

diadopsi manusia saat melakukan beberapa pekerjaan adalah

hubungan antara dimensi tubuh sang pekerja dengan dimensi

beberapa benda dalam lingkungan kerjanya (Pheasant, 1991).

Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis

pekerjaan yang dilakukan, masing- masing posisi kerja

mempunyai pengaruh yang berbeda- beda terhadap tubuh.

Pada pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk seperti

halnya para pekerja penjahit hanya menggunakan kursi

sebagai penompang cara kerjanya, tempat duduk yang

dipakai harus memungkinkan untuk melakukan variasi

perubahan posisi, kursi yang baik adalah kursi yang mengikuti

lekuk punggung, sandaran dan tingginya dapat diatur

Page 59: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

104

(Setyawati, 2001). Sedangkan menurut Soeripto (1989),

perencanaan dan penyesuaian alat yang tepat bagi tenaga

kerja dapat meningkatkan produktivitas, menciptakan

keselamatan dan kesehatan kerja serta kelestarian lingkungan

kerja, dan juga memperbaiki kualitas produk dari suatu proses

produksi.

Rapid Entire Body Assesment (REBA) (Stanton et al, 2005)

telah mengembangkan untuk menilai jenis dari postur pekerjaan

yang tidak bias diprediksi, ini didapat pada jasa pelayanan

kesehatan dan jasa industri lainnya. Data yang dikumpulkan

mengenai postur tubuh, besarnya gaya yang digunakan, tipe

dari pergerakan atau aksi, gerakan berulang-ulang, dan

rangkaiannya. Hasil dari skor REBA adalah dihasilkan untuk

memperlihatkan sebuah indikasi dari tingkat risiko dan kondisi

penting untuk tindakan yang akan diambil.

Metode REBA digunakan untuk menilai postur pekerjaan.

Metode REBA dapat digunakan ketika mengidentifikasi

penilaian ergonomi di tempat kerja yang membutuhkan analisa

postural lebih lanjut adalah diwajibkan dan untuk:

a. Keseluruhan tubuh pekerja digunakan,

b. Postur statis, dinamis, perubahan cepat dan tidak stabil,

Page 60: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

105

c. Barang dengan beban berat atau tidak berat yang ditangani merupakan

salah satu yang sering dilakukan atau yang tidak sering dilakukan,

d. Modifikasi di tempat kerja, peralatan, pelatihan, atau risiko perilaku yang

diambil pekerja yang diamati sebelum atau sesudah pengamatan.

Dalam prosedur penilaian dengan mengunakan metode

REBA terdapat 6 tahap, yaitu (Staton et al, 2005):

a. Mengamati Tugas (observasi pekerjaan)

Mengamati tugas untuk merumuskan sebuah penilaian tempat kerja

ergonomi yang umum, termasuk akibat dari tata letak dan lingkungan

pekerjaan, pengunaan peralatan-peralatan dan perilaku pekerja dengan

menghitungkan risiko. Jika mungkin, rekam data mengunakan kamera

atau video kamera.

b. Memilih Postur Untuk Penilaian

Menentukan postur mana yang akan digunakan untuk menganalisis

pengamatan pada langkah 1. Kriteria berikut ini dapat digunakan :

1) Postur yang paling sering diulang,

2) Postur yang lama dipertahankan,

3) Postur yang membutuhkan aktivitas otot atau tenaga paling besar,

4) Postur yang menyebabkan ketidaknyamanan,

5) Postur ekstrim, tidak stabil, terutama ketika tenaga dikerahkan,

6) Postur ditingkatkan melalui intervensi, pengukuran kendali atau

perubahan lainnya.

Page 61: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

106

Keputusan dapat didasari pada satu atau lebih dari kriteria

diatas. Kriteria unutk memutuskan postur yang dianalisis harus

dilaporkan dengan mencantumkan hasil atau rekomendasi.

c. Memberi Nilai Pada Postur

Gunakan lembar penilaian dan nilai bagian tubuh untuk menilai postur.

Nilai awal adalah untuk Kelompok A yaitu batang tubuh, leher, dan kaki.

Kelompok B :yaitu lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.

Untuk postur kelompok B dinilai terpisah untuk sisi kiri dan kanan. Catat

poin tambahan yang dapat ditambahkan atau dikurangi, tergantung pada

posisi. Sebagai contoh, dikelompok B lengan atas dapat ditunjang pada

posisinya, sehingga nilainya dikurangi 1 dari nilai lengan atas tersebut.

d. Memproses Nilai

Tabel A digunakan untuk mendapatkan nilai tunggal dari batang tubuh,

leher, dan kaki. Nilai ini dicatat di tabel lembar penilaian dan ditambah

dengan nilai beban untuk mendapatkan nilai A. untuk tabel B merupakan

penilaian dari lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Bagian-

bagian dari tabel B yang diukur yaitu bagian kanan dan kiri. Nilai

kemudian ditambah dengan nilai genggaman tanggan untuk menghasilkan

nilai B. nilai A dan B dimasukkan ke dalam tabel C, kemudian didapatkan

sebuah nilai tunggal, yaitu nilai C. kemudian diperolehlah nilai REBA

sesuai tabel level hasil REBA.

e. Menetapkan nilai REBA

Page 62: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

107

Jenis aktivitas yang dilakukan diwakili oleh nilai aktivitas yang

ditambahkan dengan nilai C untuk member nilai REBA (akhir).

f. Menentukan action level

Nilai level risiko REBA kemudian dibandingkan dengan nilai level

perubahan, yaitu kumpulan nlai yang paling sering berhubungan untuk

mengetahui tingkat pentingnya membuat suatu perubahan.

g. Penilaian Ulang

Jika tugas berubah menjadi pengukuran pengendalian prosesnya dapat

diulang. Nilai REBA yang baru dapat dibandingkan dengan yang

sebelumnya untuk memonitor efektifitas perubahan.

Berdasarkan REBA Employee Assesment Worksheet (Hignett,

McAtamney, 2000 dalam Stanton, 2005) Pertimbangan

mengenai tugas atau pekerjaan kritis dari pekerjaan. Untuk

masing-masing tugas, menilai faktor postur untuk menetapkan

skor kepada masing-masing bagian tubuh. Lembar data telah

menyediakan sebuah format untuk proses penilaian ini. Skor dari

tabel A dihasilkan dari nilai group A skor postur (tubuh, leher,

dan kaki) yaitu:

1) Postur leher

Penilaian posisi leher yaitu skor 1 (posisi leher 0o- 20o ke

depan), skor 2 (posisi leher > 20o ke depan dan ke

Page 63: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

108

belakang), skor + 1 (jika leher berputar atau miring ke kanan

dan atau ke kiri, serta ke atas dan atau ke bawah).

Sumber : www.human.conell.edu Gambar 2.1.

Penilaian Grup A Posisi Leher

2) Postur Punggung

Penilaian posisi punggung adalah skor 1 (posisi punggung

lurus atau 0o), skor 2 (posisi 0o- 20o ke depan dan ke

belakang), skor 3 (posisi 20o-60o ke depan dan > 20o ke

belakang), skor 4 (posisi > 60o ke depan), skor + 1 (jika

punggung berputar atau miring ke kanan dan atau ke kiri,

serta ke atas dan atau ke bawah).

Page 64: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

109

Sumber : www.human.conell.edu Gambar 2.2.

Penilaian Grup A Posisi Punggung

3) Postur Kaki

Penilaian posisi kaki yaitu skor 1 (tubuh bertumpu pada

kedua kaki, jalan, duduk), skor 2 (berdiri dengan satu kaki,

tidak stabil), skor + 1 (jika lutut ditekuk 30°-60º ke depan), skor

+ 2 (jika lutut ditekuk >60° ke depan).

Sumber : www.human.conell.edu Gambar 2.3.

Penilaian Grup A Posisi Kaki

Penilaian Skor A dalam tabel 2.1 mengikuti tabel

pengumpulan data.

Tabel 2.5.

Penilaian Skor Tabel A

Neck

Tabel A 1 2 3

Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Page 65: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

110

Posture 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

Score 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Tabel A merupakan penggabungan nilai dari group A

untuk skor postur tubuh, leher dan kaki. Sehingga

didapatkan skor tabel A. Kemudian skor tabel A dilakukan

penjumlahan terhadap besarnya beban atau gaya yang

dilakukan operator dalam melaksanakan aktifitas.

Tabel 2.6.

Penilaian Skor Beban

Score 0 1 2 Plus 1

Bila Ada Perputaran

Load/Force

< 5 Kg

5-10 Kg

> 10 Kg Atau Gerakan

Skor A adalah penjumlahan dari skor tabel A dan skor

beban atau besarnya gaya. Skor tabel A ditambah 0 (nol)

apabila berat beban atau besarnya gaya dinilai < 5 Kg,

ditambah 1 (satu) bila berat beban atau besarnya gaya

antara kisaran 5-10 Kg, ditambah 2 (dua) bila berat beban

atau besarnya gaya dinilai > 10 Kg. Pertimbangan mengenai

tugas atau pekerjaan kritis dari pekerja, bila terdapat

gerakan perputaran (twisting) hasil skor berat beban

ditambah 1 (satu).

Page 66: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

111

Melihat skor dari tabel B untuk Group B skor postur (lengan

atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan).

4) Postur Lengan Atas

Penilaian posisi bahu (lengan atas) yaitu skor 1 (posisi bahu 0o

– 20o ke depan dan ke belakang), skor 2 (posisi bahu > 20o ke

belakang, dan 200-40o ke depan), skor 3 (posisi bahu antara

45o-90o), skor 4 (posisi bahu > 90o ke atas), skor + 1 (jika

lengan berputar atau bahu dinaikkan atau di beri penahan),

skor – 1 (jika lengan dibantu oleh alat penopang atau

terdapat orang yang membantu).

Sumber : www.human.conell.edu

Gambar 2.4

Penilaian Grup B Posisi Lengan Atas

5) Postur Lengan Bawah

Penilaian area siku yaitu skor 1 (posisi lengan 600-100o ke

depan), skor 2 (posisi lengan antara 0o – 60o ke bawah, dan >

100o ke atas).

Page 67: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

112

Sumber : www.human.conell.edu Gambar 2.5.

Penilaian Grup B Posisi Lengan Bawah

6) Postur Pergelangan Tangan

Penilaian area pergelangan tangan yaitu skor 1 (posisi

pergelangan tangan 00-15o ke depan dan ke belakang), skor

2 (posisi pergelangan tangan > 15o ke depan dan ke

belakang), skor + 1 (jika terdapat penyimpangan pada

pergelangan).

Sumber : www.human.conell.edu Gambar 2.6.

Penilaian Grup B Posisi Pergelangan Tangan

Kemudian untuk menghasilkan skor B mengikuti tabel lembar

pengumpulan data untuk grup B :

Page 68: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

113

Tabel 2.7.

Penilaian Skor Tabel B

Lower Arm/ Elbows Tabel B

1 2

Upper Wrist 1 2 3 1 2 3

1 1 2 2 1 2 3 Arm 2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 8

Score 6 7 8 8 8 9 9

Tabel B merupakan penggabungan nilai dari group B untuk

skor postur lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan

tangan. Sehingga didapatkan skor tabel B. Kemudian skor

tabel B dilakukan penjumlahan terhadap perangkai atau

coupling dari setiap masing-masing bagian tangan.

Tabel 2.8.

Penilaian Skor Coupling

Score Kategori Pertimbangan Penilaian

0 Good Well Fitting Handle and a Mid- Range

Power Grip Hand Hold Is Acceptable But Not Ideal Or

Coupling 1 Fair

is Accessible Via Another part Of The Body

2 Poor Hand Hold IS Not Acceptable Although

Possible

3 Unacceptable Awkward, Unsafe Grip, No Handles.

Coupling is

Page 69: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

114

Unaceptable Using Any Other Parts Of The Body

Skor B adalah penjumlahan dari skor tabel B dan perangkai

atau coupling dari setiap masing-masing bagian tangan.

Skor tabel B ditambah 0 (nol) yang berarti good atau

terdapat pegangan pada beban dan operator mengangkat

beban hanya dengan mengunakan separuh tenaga,

ditambah 1 (satu) yang berarti fair atau terdapat pegangan

pada beban walaupun bukan merupakan tangkai

pegangan dan operator mengangkat beban dengan

dibantu mengunakan tubuh lain, ditambah 2 (dua) yang

berarti poor atau tidak terdapat pegangan pada beban,

dan ditambah 3 (tiga) yang berarti unacceptable tidak

terdapat pegangan yang aman pada beban dan operator

mengangkat beban tidak dapat dibantu oleh angota tubuh

lain.

Skor C adalah dengan melihat tabel C, yaitu memasukkan

skor tersebut dengan skor A dan skor B. Berikut ini adalah

tabel skor C.

Tabel 2.9.

Penilaian Skor C

Page 70: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

115

Score B

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7 2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8 3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8 4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9 6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11 9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12

Score A

12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 Skor REBA adalah penjumlahan dari skor C dan skor aktivitas.

Berikut ini adalah tabel untuk skor aktifitas.

Tabel 2.10.

Penilaian Skor Aktifitas

Score Criteria Aktivity Score

Plus 1 One Or Body Parts are Static For Longer Than 1

Minute

Repeated Small Range Actions e.g. Repeated More Than 4 Times Plus 1

Per Minute (Not Including Walking)

Plus 1 Action Causes rapid large Cjange in Posture Or An

Unstable Base

Skor C ditambah 1 (satu) dengan skor aktifitas apabila satu

atau beberapa bagian tubuh bergerak secara statis untuk

waktu yang lebih dari satu menit, terdapat beberapa

pengulangan pergerakan 4 (empat) kali dalam satu menit

Page 71: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

116

(belum termasuk berjalan), dan pergerakan atau perubahan

postur lebih cepat dengan dasar yang tidak stabil. Tahap

terakhir dari REBA menilai action level dari hasil final skor

REBA. Berikut ini adalah tabel Action level dari metode REBA.

Tabel 2.11.

Level Aksi dari Skor REBA

Action

Level REBA Score Risk Level

Action (Including Further

Assessment)

0 1 Sangat rendah Tidak perlu diubah

1 2 s/d 3 Rendah Mungkin butuh perubahan 2 4 s/d 7 Sedang Butuh perubahan

3 8 s/d 10 Tinggi Secepatnya diubah

4 11 s/d 15 Sangat Tinggi Harus diubah sekarang juga

Level risiko dinilai sangat rendah bila skor REBA sama dengan

1 (satu) sehingga tidak perlu ada tindakan pengendalian.

Tingkat resiko rendah bila skor REBA antara 3 sampai dengan

4, maka dimungkinkan perlu dilakukan tindakan

pengendalian. Tingkat risiko sedang bila skor REBA antara 4

sampai dengan 7, maka perlu dilakukan tindakan

pengendalian. Tingkat risiko tinggi bila skor REBA antara 8

sampai dengan 10, maka perlu dilakukan tindakan

pengendalian segera. Tingkat risiko sangat tinggi bila skor

REBA antara 11 sampai dengan 15, maka perlu dilakukan

Page 72: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

117

tindakan pengendalian sekang juga dan perlu perhatian

lebih lanjut.

Melihat keterangan di atas, bisa disimpulkan bahwa

kelebihan menggunakan metode REBA adalah sebagai alat

analisis postur yang cukup sensitif untuk postur kerja yang

sukar diprediksi dalam bidang perawatan kesehatan dan

industri lainnya. REBA melakukan assessment pergerakan

berulang yang dilakukan dari kaki sampai kepala. REBA

digunakan untuk menghitung tingkat risiko yang dapat

terjadi sehubungan dengan pekerjaan yang dapat

menyebabkan Musculoskeletal disorders, dengan

menampilkan serangkaian tabel-tabel untuk melakukan

assessment berdasarkan postur-postur yang terjadi dari

beberapa bagian tubuh dan melihat beban atau tenaga

yang dikeluarkan serta aktifitasnya. Perubahan nilai-nilai

disediakan untuk setiap bagian tubuh, yang dimaksud untuk

memodifikasi nilai dasar jika terjadi perubahan atau

pertambahan faktor risiko dari setiap pergerakan atau postur

yang dilakukan.

D. Kerangka Teori

Page 73: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

118

Beberapa sumber menyebutkan bahwa banyak faktor yang

dapat menyebabkan kelelahan kerja antara lain intensitas dan

lamanya kerja, status kesehatan dan nutrisi, serta lingkungan kerja

(Grandjean, 1988 dalam Budiono, dkk, 2003). Sedangkan menurut

Tarwaka et al (2004) kelelahan dipengaruhi oleh postur kerja,

keadaan monoton, lingkungan kerja, dan waktu kerja. Selain itu,

kelelahan kerja dipengaruhi oleh karakteristik pekerja (jenis kelamin,

usia, masa kerja, status gizi, beban kerja, kondisi kesehatan, dan

waktu kerja) (Silaban, 1998).

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh beberapa sumber,

maka peneliti menyusun kerangka teori sebagai berikut:

Karakteristik Responden:

Karakteristik Pekerjaan

• Jenis kelamin

• Usia

• Status gizi

• Masa kerja

• Status kesehatan

• Beban kerja

• Keadaan monoton

• Lingkungan kerja

• jam kerja

• postur kerja

Kelelahan

Kerja

Page 74: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

119

Gambar 2.7 Bagan Kerangka Teori

Page 75: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

120

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini mengacu kepada kerangka teori yang

diungkapkan oleh beberapa sumber, bahwa banyak faktor yang

dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Namun pada penelitian ini

variabel keadaan monoton, status kesehatan, beban kerja, dan

getaran tidak diikutsertakan karena bersifat homogen dan

keterbatasan penelitian. Pada kerangka konsep ini terdiri dari

variabel dependen dan variabel independen. Variabel

independen terdiri dari usia, jenis kelamin, masa kerja, status gizi,

jam kerja, postur kerja, kebisingan, pencahayaan, dan suhu.

Sedangkan variabel dependennya adalah kelelahan kerja.

Hubungan antara beberapa variabel tersebut digambarkan dalam

bagan 3.1:

1. usia

2. jenis kelamin

3. masa kerja

4. status gizi

5. jam kerja

6. postur kerja

7. kebisingan

8. pencahayaa

n

Kelelahan Kerja

Page 76: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

121

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep

Page 77: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

122

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variabel

Dependen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

1 Kelelahan

Kerja

Keadaan yang

kompleks yang

dialami pekerja

berupa keluhan

subjektif pekerja

yang

menyangkut

kelelahan yang

memiliki

hubungan

dengan

pelemahan

motivasi dan

gambaran

kelelahan fisik

yang diukur

dengan skala

IFRC (Putri,

2008)

Wawancara Kuesioner IFRC 1. > 60

(lelah)

2. ≤ 60 (tidak

lelah )

Ordinal

2 Usia Jumlah tahun

yang dihitung

mulai dari

responden lahir

hingga saat

Wawancara Kuesioner 1. > 29 tahun

2. ≤ 29 tahun

Ordinal

Page 78: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

123

penelitian

berlangsung

(Sisinta, 2006)

3 Jenis kelamin Perbedaan

biologis dan

fisiologis yang

dibawa sejak

lahir dan tidak

dapat

diubah(Putri,

2008)

Wawancara Kuesioner 1. Perempuan

2. Laki-laki

Ordinal

4 Status Gizi Status gizi

pekerja yang

diukur dengan

IMT, dimana

hasil

pengukuran

dibandingkan

dengan

standar yang

ditetapkan

Depkes RI

(Almatsier,

2004)

Mengukur Timbangan

dan Meteran

1. > 25

(Gemuk)

2. 18.6-25

(Normal)

3. ≤ 18.5

(Kurus)

Ordinal

5 Masa Kerja Panjangnya

waktu terhitung

mulai pertama

kali pekerja

masuk kerja

Wawancara Kuesioner 1. > 8 tahun

2. ≤ 8 tahun

Ordinal

Page 79: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

124

hingga saat

penelitian

berlangsung

(Amalia, 2007)

6 Jam kerja Jumlah jam

dalam sehari

pekerja

bekerja, tidak

termasuk waktu

istirahat (Safitri,

2008)

Wawancara Kuesioner 1. > 8 jam

2. ≤ 8 jam

Ordinal

7

Postur kerja Skor akhir dari

hasil

mengidentifikasi

postur pekerja

dengan

menggunakan

metode REBA

1. Kamera

2. Busur

3. Stopwatch

4. Timbangan

1. Merekam

kegiatan

penjahit

dengan

menggun

akan

kamera.

2. Menilai

postur

1 = skor 8-10 (

resiko tinggi)

2 = skor 5-7

(resiko

sedang)

Ordinal

3. penjahit

dengan

menggun

akan

metode

REBA serta

mengukur

dengan

Page 80: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

125

menggun

akan

busur.

Menghitun

g lamanya

waktu

melakukan

suatu

pekerjaan.

8 Kebisingan Dosis paparan

kebisingan

perhari yang

diperbolehkan

dari tempat

kerja (OHS,

2003)

Mengukur Sound Level

Meter

1. > 100%

2 ≤ 100%

Ordinal

9 Pencahayaan

Sumber cahaya

yang

menerangi

benda-benda

di tempat kerja

(Budiono, dkk,

2003)

Mengukur Lux Meter

Lux

Rasio

10 suhu Tekanan udara

yang ada di

tempat kerja

Mengukur Hygrometer ºC Rasio

Page 81: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

i

i

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin,

masa kerja, dan status gizi) dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

tahun 2009

2. Ada hubungan antara jam kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

tahun 2009

3. Ada hubungan antara postur kerja dengan kelelahan kerja

pada pekerja penjahit di wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang tahun 2009

4. Ada hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

tahun 2009

5. Ada hubungan antara pencahayaan dengan kelelahan kerja

pada pekerja penjahit di wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang tahun 2009

6. Ada hubungan antara suhu dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

tahun 2009

Page 82: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

ii

ii

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif dan analitik.

Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional karena

pada penelitian ini variabel independen dan dependen akan

diamati dalam waktu (periode) yang sama.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang pada bulan November-Desember tahun 2009.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah pekerja penjahit yang bekerja di

wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang. Sedangkan sampel yang

diambil adalah pekerja yang dapat mewakili populasi dengan

menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi seperti di

bawah ini:

Page 83: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

iii

iii

[Z2 1-α/2 √2 P (1-P) + Z1-ß√ P1 (1-P1) + P2(1-P2) ]2 n = (P1 - P2) 2

(Sumber : Ariawan, 1998)

Keterangan :

n : Besar sampel

P : Rata – rata proporsi pada populasi

P1 : Proporsi pekerja yang jam kerjanya perhari > 10 jam

yang mengalami kelelahan kerja pada penelitan

sebelumnya

P2 : Proporsi pekerja yang jam kerjanya perhari ≤ 10 jam yang

mengalami kelelahan kerja pada penelitan sebelumnya

Z2 1-α/2 : Derajat kemaknaan α pada uji 2 sisi (two tail), α = 5%

(1,96)

Z1-ß : Kekuatan Uji 80% (0,84)

Berdasarkan rumus diatas maka besar sample yang dibutuhkan

sebesar :

[1.96 √ 2 x 0,362 (1-0,362) + 1,28 √0,435(1-0,435 + 0,289(1-0,289)

]2

n =

(0,435– 0,289) 2

Page 84: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

iv

iv

n = 90 orang

n total = 90x2 = 180 orang

Untuk menghindari drop out atau missing jawaban dari

responden maka perlu ditambahkan 10% dari jumlah sampel yang

didapat sehingga jumlah sampel keseluruhan sebesar 198 orang.

Tetapi karena jumlah populasi penjahit di wilayah Ketapang

Cipondoh Tangerang berjumlah 76 orang maka populasi pada

penelitian ini seluruhnya dijadikan sampel.

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pekerja

penjahit dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh

gambaran mengenai kelelahan secara subjektif, usia, jenis kelamin,

masa kerja, dan jam kerja. Sedangkan observasi untuk melihat

postur kerja pekerja pada saat melakukan pekerjaan dengan

menggunakan metode REBA, mengukur status gizi, kebisingan,

suhu, dan pencahayaan.

Page 85: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

v

v

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian ini

instrumen yang digunakan adalah kuesioner atau daftar

pertanyaan yang diisi oleh responden, timbangan, meteran,

kamera, busur, stopwatch, Sound Level Meter, Termometer, dan Lux

Meter. Timbangan dan meteran digunakan untuk mengukur berat

badan dan tinggi badan agar dapat mengetahui status gizi

pekerja. Kamera, busur, dan stopwatch digunakan untuk postur

kerja pekerja pada saat melakukan pekerjaan. Sound Level Meter

untuk mengukur kebisingan, Termometer untuk mengukur suhu, dan

Lux Meter untuk mengukur pencahayaan. Kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini sebelumnya sudah digunakan oleh

Putri (2008). Pengukuran kelelahan dilakukan dengan subjective self

rating test dari industrial fatigue research committee (IFRC) yang

merupakan kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat

kelelahan subjektif yaitu pengukuran yang mendukung hasil

pengukuran subjektif yang dapat dilihat pada saat wawancara.

IFRC menggunakan sejumlah pertanyaan yang berhubungan

dengan gejala kelelahan. Skala ini mengandung 30 gejala

kelelahan yang dibuat dalam daftar pertanyaan. Jawaban dalam

Page 86: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

vi

vi

kuesioner tersebut dibagi menjadi 4 bagian yaitu SS (Sangat sering)

dengan skor 4, S (sering) dengan skor 3, K (kadang - kadang)

dengan skor 2, dan TP (tidak pernah) dengan skor 1. Skor yang

diperoleh berkisar antara 1 – 60 tidak mengalami kelelahan; 61 –

120 mengalami kelelahan.

F. Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul akan diolah melalui tahap – tahap

sebagai berikut :

1. Mengkode data (data coding)

Kode data dilakukan dengan memberi kode pada tiap

jawaban responden. Pemberian kode dimaksudkan untuk

memudahkan dalam memasukkan data.

2. Menyunting data (data editing)

Pada tahap ini peneliti memeriksa kelengkapan data yang

telah terkumpul. Pemeriksaan meliputi pengisian, konsistensi,

validitas, dan jumlah pertanyaan yang di jawab.

3. Memasukkan data (data entry)

Daftar pertanyaan yang telah dilengkapi dengan pengisian

kode jawaban selanjutnya dimasukkan ke dalam program

software komputer berupa kode-kode.

Page 87: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

vii

vii

4. Membersihkan data (data cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk

memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga

dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

Sedangkan untuk perhitungan REBA, langkah-langkahnya sebagai

berikut :

1. Memberi nilai pada grup A yang terdiri atas leher, punggung, dan kaki. Nilai

tersebut dimasukkan ke tabel A. Kriteria penilaian postur grup A adalah:

a. Kriteria penilaian area leher :

a) Skor 1 = Posisi leher 0o- 20

o ke depan.

b) Skor 2 = Posisi leher > 20o ke depan dan ke belakang.

c) Skor + 1, jika leher berputar atau miring ke kanan, dan atau ke kiri, serta

ke atas dan atau ke bawah.

b. Kriteria penilaian area punggung :

a) Skor 1 = Posisi punggung lurus atau 0o.

b) Skor 2 = Posisi 0o- 20

o ke depan dan ke belakang.

c) Skor 3 = Posisi 20o-60

o ke depan dan > 20

o ke belakang.

d) Skor 4 = Posisi > 60o ke depan.

e) Skor + 1, jika punggung berputar atau miring ke kanan, dan atau ke kiri,

serta ke atas dan atau ke bawah.

Page 88: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

viii

viii

c. Kriteria penilaian area kaki :

a) Skor 1 = Tubuh bertumpu pada kedua kaki, berjalan, duduk.

b) Skor 2 = Berdiri dengan satu kaki, tidak stabil.

c) Skor + 1, jika lutut di tekuk 30o-60

o ke depan, dan skor + 2, jika lutut di

tekuk > 60o ke depan.

Setelah didapat skor postur punggung, leher, dan kaki kemudian diperoleh

skor tabel A. Dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Contoh Penilaian Skor Tabel A

Neck

Tabel A 1 2 3

Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

Trunk

Posture

Score 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan berat beban yang diangkat.

Penilaian beban dilakukan dengan pengukuran langsung menggunakan timbangan

digital. Kriteria penilaian beban :

a. Skor 0 = Berat beban < 5 kg.

b. Skor 1 = Berat beban 5 – 10 kg.

c. Skor 2 = Berat beban > 10 kg.

Skor Postur Skor Postur

Skor Postur

Punggun

Skor Tabel

Page 89: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

ix

ix

d. Skor + 1, jika disertai dengan pergerakan yang cepat.

2. Memberi nilai dari grup B yang terdiri dari bagian lengan atas, lengan bawah, dan

pergelangan tangan, untuk bagian kanan dan kiri tubuh. Kriteria penilaian postur

grup B adalah:

a. Kriteria penilaian area lengan atas :

a) Skor 1 = Posisi lengan atas 0o – 20

o ke depan dan ke belakang.

b) Skor 2 = Posisi lengan atas > 20o ke belakang, dan 20

0-40

o ke depan.

c) Skor 3 = Posisi lengan atas antara 45o-90

o.

d) Skor 4 = Posisi lengan atas > 90o ke atas.

e) Skor + 1, jika bahu berputar atau bahu dinaikkan atau di beri penahan.

f) Skor – 1, jika lengan dibantu oleh alat penopang atau terdapat orang yang

membantu.

b. Kriteria penilaian area lengan bawah :

a) Skor 1 = Posisi lengan 600-100

o ke depan.

b) Skor 2 = Posisi lengan antara 0o – 60

o ke bawah, dan > 100

o ke atas.

c. Kriteria penilaian area pergelangan tangan :

a) Skor 1 = Posisi pergelangan tangan 00-15

o ke depan dan ke belakang.

b) Skor 2 = Posisi pergelangan tangan > 15o ke depan dan ke belakang.

c) Skor + 1, jika terdapat penyimpangan pada pergelangan tangan.

Setelah skor leher, punggung, dan kaki didapat maka

dimasukkan ke tabel skor B. Dapat dilihat pada tabel 4.2.

Page 90: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

x

x

Tabel 4.2.

Contoh Penilaian Skor Tabel B

Lower Arm Tabel B

1 2

Wrist 1 2 3 1 2 3

1 1 2 2 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 8

Upper

Arm

Score 6 7 8 8 8 9 9

Tahap selanjutnya dijumlahkan dengan nilai genggaman

tangan. Kriteria penilaian cara memegang :

a. Skor 0 = Memegang beban dengan dibantu oleh alat pembantu.

b. Skor 1 = Memegang beban dengan mendekatkan beban ke anggota tubuh

yang dapat menopang.

c. Skor 2 = Memegang beban hanya dengan tangan tanpa mendekatkan beban ke

anggota tubuh yang dapat menopang.

d. Skor 3 = Memegang beban tidak pada tempat pegangang yang disediakan.

3. Setelah nilai dari grup A dan grup B didapat, maka dimasukkan ke tabel C. dapat

dilihat pada tabel 4.3.

Skor Tabel B

Skor Postur Pergelangan

Tangan Skor Postur Lengan

Skor Postur Bahu

Page 91: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xi

xi

Tabel 4.3.

Contoh Penilaian Skor C

Table C

Score B, (table B value+coupling score)

Score A

(score from

table

A+load/force

score) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7 2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8 3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8 4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9 6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11 9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

4. Kemudian diperoleh nilai C dan dijumlahkan dengan nilai aktivitas. Kriteria nilai

aktifitas yaitu:

a. Skor + 1, jika salah satu atau lebih dari anggota tubuh statis > 1 menit

b. Skor + 1, jika melakukan gerakan berulang > 4 kali dalam waktu 1 menit.

c. Skor + 1, jika perubahan postur dengan cepat atau tidak stabil.

Setelah nilai C dijumlahkan dengan nilai aktifitas, maka diperoleh nilai REBA

atau skor akhir REBA serta level perubahan yang harus dilakukan. Dapat dilihat

pada tabel 4.4.

Hasil Skor C

Page 92: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xii

xii

Tabel 4.4.

Skor Akhir REBA

Level

Aksi

Skor

REBA

Level

Risiko

Aksi (Termasuk Tindakan

Penilaian)

0 1 Sangat rendah

Risiko masih dapat diterima dan tidak perlu dirubah

1 2 atau 3 Rendah Mungkin diperlukan perubahan-perubahan

2 4-7 Sedang Butuh pemeriksaan dan perubahan

3 8-10 Tinggi

Kondisi berbahaya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dan perubahan dengan segera

4 11 + Sangat Tinggi Perubahan dilakukan saat itu juga

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan

presentase dari setiap variabel independen dan dependen

yang dikehendaki dari tabel distribusi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Untuk

mencari hubungan antara variabel usia, jenis kelamin, masa

kerja, status gizi, jam kerja, postur kerja, dan kebisingan dengan

Page 93: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xiii

xiii

kelelahan kerja menggunakan uji chi-square dengan batas

kemaknaan p value ≤ 0,05 berarti ada hubungan yang

bermakna secara statistik dan p value > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna secara statistik (Apriani, 2003).

Persamaan Chi Square :

X2 = (O – E)2

E

Keterangan :

X2 : Chi Square

O : Efek yang diamati

E : Efek yang diharapkan

Sedangkan untuk mencari hubungan antara variabel

cahaya dan suhu dengan kelelahan kerja menggunakan uji T-

test, karena variabel tersebut merupakan variabel numerik.

Setelah didapatkan hasil uji T-test, tabel akan menampilkan dua

uji T, yaitu uji t dengan asumsi varians kedua kelompok sama

(equal variances assumed) dan uji t dengan asumsi varians

kedua kelompok tidak sama (equal variances not assumed).

Untuk memilih uji yang mana yang akan digunakan, dapat

dilihat uji kesamaan varian melalui uji levence. Kemudian lihat

Page 94: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xiv

xiv

nilai P dari levence test, bila nilai P ≤ 0,05 maka varian berbeda

dan nilai P > 0,05 maka varian sama. Dengan demikian, untuk

mencari hubungan antara variabel pencahayaan dengan

kelelahan kerja dengan batas kemaknaan P value ≤ 0,05 berarti

ada hubungan yang bermakna secara statistik dan p value >

0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik.

Rumus perhitungannya sebagai berikut:

(Sugiono, 2007 dalam Priyatno, 2003)

3. Analisis Multivariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara

beberapa variabel independen dengan variabel dependen

pada waktu yang bersamaan. Analisis ini menggunakan uji

regresi logistik ganda dengan model prediksi. Pemodelan ini

bertujuan untuk memperoleh model yang terdiri dari beberapa

variabel independen yang dianggap terbaik untuk memprediksi

Page 95: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xv

xv

kejadian variabel dependen. Pada semua ini semua variabel

dianggap penting sehingga dapat dilakukan estimasi beberapa

koefisien regresi logistik sekaligus. Analisis ini dimulai dengan

melakukan analisis bivariat masing-masing variabel independent

dengan variabel dependennya. Bila hasil uji bivariat mempunyai

nilai P ≤ 0,25 maka variabel tersebut dapat masuk dalam model

multivariat dan sebaliknya bila hasil uji bivariat mempunyai nilai

P > 0,25 maka variabel tersebut tidak masuk dalam model

multivariat.

Untuk memilih variabel yang dianggap penting yang masuk

dalam model, dengan cara mempertahankan variabel yang

mempunyai P value ≤ 0,05 dan mengeluarkan variabel yang P

valuenya > 0,05. Pengeluaran variabel yang P valuenya > 0,05

dilakukan secara bertahap dimulai dari variabel yang memiliki P

value paling besar.

Setelah memperoleh model yang memuat variabel-variabel

penting, maka langkah terakhir adalah memeriksa kemungkinan

interaksi variabel ke dalam model. Pengujian interaksi dilihat dari

kemaknaan uji statistik. Bila variabel mempunyai nilai bermakna,

maka variabel interaksi penting dimasukkan dalam model

(Riyanto, 2009).

Page 96: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xvi

xvi

BAB V

HASIL

A. Analisis Univariat

1. Gambaran kelelahan kerja pada pekerja penjahit

Indikator kelelahan kerja pada penelitian ini berdasarkan

pada 30 pertanyaan subjective self rating test dari industrial

fatigue research committee (IFRC) yang merupakan kuesioner

yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif yaitu

pengukuran yang mendukung hasil pengukuran subjektif yang

dapat dilihat pada saat wawancara. Jawaban pekerja atas

pertanyaan tersebut kemudian diberi skor dan untuk

memudahkan analisis kelelahan dikategorikan menjadi dua

yaitu lelah dan tidak lelah. Distribusi responden berdasarkan

kelelahan dapat terlihat pada tabel 5.1:

Tabel 5.1

Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja pada

Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang 2009

Lelah Jumlah (n) Persentasi (%)

Lelah 41 53.9

Tidak lelah 35 46.1

Jumlah 76 100.0

Page 97: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xvii

xvii

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa sebagian besar responden

mengalami lelah yaitu sebanyak 41 (53.9%) responden. Sedangkan responden

yang mengalami tidak lelah sebanyak 35 (46.1%) responden.

Pekerja yang lelah mempunyai gejala seperti perasaan berat di kepala,

lelah seluruh badan, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran,

mengantuk, merasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan,

tidak seimbang dalam berdiri, mau berbaring, merasa susah berpikir, lelah

bicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempusatkan

perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas

terhadap sesuatu, tak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam

pekerjaan, sakit kepala, kekakuan dibahu, merasa nyeri dipinggang, merasa

pernafasan tertekan, haus,sSuara sesak, merasa pening, spasme dari kelopak

mata, tremor pada anggota badan, dan merasa kurang sehat (Suma’mur,

1996).

2. Gambaran karakteristik pekerja (usia pekerja, jenis kelamin pekerja, status

gizi pekerja, dan masa kerja) pada pekerja penjahit sektor usaha informal

Gambaran distribusi karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin, masa kerja,

dan status gizi) pada pekerja penjahit sektor usaha informal tahun 2009 dapat

dilihat pada tabel 5.2.

Page 98: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xviii

xviii

Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerja pada

Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang 2009

No Karakteristik

pekerja Kategori

Jumlah (n =

76) Persentase (%)

1 Usia > 29 tahun 44 57.9

≤ 29 tahun 32 42.1

2 Jenis kelamin Perempuan 12 15.8

laki-laki

64 84.2

3 Masa kerja > 8 tahun 33 43.4

≤ 8 tahun

43 56.6

4 > 25 kg/m2 (gemuk)

11 14.5

Status gizi

≤ 18.5 kg/m2 (kurus)

7 9.2

18.6-25 kg/m2 (normal)

58 76.3

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden memiliki usia > 29 tahun yaitu sebanyak 44 orang (57.9%)

dan responden yang memiliki usia ≤ 29 tahun yaitu sebanyak 32 orang (42.1%),

sebagian besar responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu

sebanyak 64 orang (84.2%) dan responden yang memiliki jenis kelamin

Page 99: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xix

xix

perempuan yaitu sebanyak 12 (15.8%), kemudian sebagian besar responden

memiliki masa kerja ≤ 8 tahun yaitu sebanyak 43 (56.6%) dan responden

yang memiliki masa kerja > 8 tahun yaitu sebanyak 33 (43.4%), dan

responden yang memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 58 (76.3%) orang,

responden yang memiliki status gizi gemuk yaitu sebanyak 11 (14.5%)

sedangkan responden yang memiliki status gizi kurus yaitu sebanyak 7

(9.2%).

Pada penelitian ini usia pekerja dikategorikan berdasarkan dari nilai mean

karena pendistribusian usia pekerja pada penelitian ini merupakan distribusi

normal dan hasil nilai meannya adalah 29. Masa kerja juga dikategorikan

berdasarkan dari nilai mean karena pendistribusian masa kerja pada penelitian

ini merupakan distribusi normal dan hasil nilai meannya adalah 8. Sedangkan

untuk status gizi dikategorikan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh

Almatsier (2004) yaitu > 25 kg/m2 (gemuk), ≤ 18.5 kg/m

2 (kurus), dan 18.6-25

kg/m2 (normal).

3. Gambaran jam kerja pada pekerja penjahit

Gambaran distribusi jam kerja pada pekerja penjahit sektor usaha informal

tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3

Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Jam Kerja pada Pekerja

Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

2009

Variabel Kategori

Jumlah

(n = 76) Persentase (%)

Jam kerja > 8 jam 64 84.2

Page 100: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xx

xx

≤ 8 jam 12 15.8

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

jam kerja > 8 jam yaitu sebanyak 64 (84.2%) responden. Sedangkan

responden yang memiliki jam kerja ≤ 8 jam yaitu sebanyak 12 (15.8%)

responden. Pada penelitian ini jam kerja dikategorikan berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh Suma’mur (1996) yaitu lamanya seseorang bekerja sehari

secara baik pada umumnya 6-8 jam.

4. Gambaran postur kerja pada pekerja penjahit

Gambaran distribusi postur kerja pada pekerja penjahit sektor usaha

informal tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4

Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Postur Kerja pada Pekerja

Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

2009

Variabel Kategori

Jumlah

(n = 76) Persentase (%)

Postur kerja 5-7 (risiko sedang) 62 81.6

8-10 (risiko tinggi) 14 18.4

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

postur kerja berisiko sedang yaitu sebanyak 62 (81.6%) responden.

Sedangkan responden yang memiliki postur kerja berisiko tinggi yaitu

sebanyak 14 (18.4%) responden.

Postur kerja dikategorikan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh

Hignett, McAtamney (2000) dalam Stanton (2005) yaitu sangat rendah (1),

Page 101: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxi

xxi

rendah (2-3), sedang (4-7), tinggi (8-10), dan sangat tinggi (11-15).

Berdasarkan hasil penelitian data yang didapatkan hanya berkisar pada

kategori berisiko sedang dan tinggi, sehingga data dikelompokkan

berdasarkan kategori tersebut.

5. Gambaran kebisingan pada pekerja penjahit

Gambaran distribusi dosis kebisingan dilingkungan kerja pada pekerja

penjahit sektor usaha informal tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5

Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kebisingan pada Pekerja

Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

2009

Variabel Kategori

Jumlah

(n = 76) Persentase (%)

Kebisingan ≤ 100% 63 82.9

> 100% 13 17.1

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

dosis kebisingan ≤ 100% yaitu sebanyak 63 (84.2%) responden. Sedangkan

responden yang memiliki dosis kebisingan > 100% yaitu sebanyak 13 (17.1%)

responden. Pada penelitian ini kebisingan dikategorikan berdasarkan teori

yang dikemukakan oleh OHS (2003) yaitu dosis kebisingan tidak boleh dari

100%.

6. Gambaran pencahayaan pada pekerja penjahit

Gambaran distribusi intensitas cahaya pada pekerja penjahit sektor usaha

informal tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.6.

Page 102: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxii

xxii

Tabel 5.6

Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Pencahayaan pada Pekerja

Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

2009

Variabel Mean SD Min-Max

Cahaya 92.37 26.874 48-178

Gambaran distribusi didapatkan rata-rata pencahayaan adalah 92.37 lux

dengan standar deviasi 26.874. Pencahayaan terendah 48 lux dan tertinggi 178

lux. Pada penelitian ini cahaya menggunakan uji T-test karena hasil

penelitiannya bersifat homogen.

7. Gambaran suhu pada pekerja penjahit

Gambaran distribusi suhu di lingkungan kerja pada pekerja penjahit sektor

usaha informal tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7

Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Suhu pada Pekerja Penjahit

Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang 2009

Variabel Mean SD Min-Max

Suhu 27.651 1.0468 26.6-29.5

Gambaran distibusi didapatkan rata-rata suhu ditempat kerja adalah

27.651 ºC dengan standar deviasi 1.0468. Suhu di tempat kerja terendah 26.6

ºC dan tertinggi 29.5 ºC. Pada penelitian ini cahaya menggunakan uji T-test

karena hasil penelitiannya bersifat homogen.

B. Analisis Bivariat

Page 103: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxiii

xxiii

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Dalam

penelitian ini menggunakan uji chi-square dan uji T-test. Uji chi-

square dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel usia,

jenis kelamin, masa kerja, status gizi, jam kerja, postur kerja, dan

kebisingan dengan kelelahan kerja dengan batas kemaknaan p

value ≤ 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik

dan p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna

secara statistik. Sedangkan uji T-test dilakukan untuk mencari

hubungan antara variabel cahaya dan suhu dengan kelelahan

kerja, karena variabel tersebut merupakan variabel numerik.

Setelah didapatkan hasil uji T-test, tabel akan menampilkan dua uji

T, yaitu uji t dengan asumsi varians kedua kelompok sama (equal

variances assumed) dan uji t dengan asumsi varians kedua

kelompok tidak sama (equal variances not assumed). Untuk

memilih uji yang mana yang akan digunakan, dapat dilihat uji

kesamaan varian melalui uji levence. Kemudian lihat nilai P dari

levence test, bila nilai P ≤ 0,05 maka varian berbeda dan nilai P >

0,05 maka varian sama.

Page 104: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxiv

xxiv

1. Hubungan antara Karakteristik pekerja dengan kelelahan kerja

pada pekerja penjahit

Tabel 5.8

Gambaran Distribusi Berdasarkan Karakteristik Pekerja dengan Kelelahan

Kerja pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang

Cipondoh Tangerang 2009

Kategori Kelelahan Kerja

Lelah Tidak lelah Total Karakteristik Pekerja

N % N %

N (76)

%

Pvalue OR 95% CI

> 29 Tahun

33 75.0 11 25.0

44 100 Usia

Pekerja

≤ 29 Tahun

8 25.0 24 75.0

32 100

0.000

9.000

3.144-25.760

Page 105: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxv

xxv

Jenis Kelamin

Perempuan

5 41.7 7 58.3

12 100

Laki-laki 36 56.3 28

43.8

64 100

0.352

0.556

0.159-1.938

> 8 tahun

23 69.7 10 30.3

33 100 Masa Kerja

≤ 8 tahun

18 41.9 25 58.1

43 100

0.016

3.194

1.225 – 8.328

Status Gizi > 25 (gemuk

) 7 63.6 4

36.4

11 100

0.681 -

< 18. 5 (kurus)

3 42.9 4 57.1

7 100

18.6-25 (normal

) 31 53.4 27

46.6

58 100

a. Hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa responden

yang berusia > 29 tahun sebagian besar mengalami lelah

yaitu sebanyak 33 orang (75.0%). Responden yang berusia ≤

29 tahun sebagian besar mengalami tidak lelah yaitu

sebanyak 24 orang (75.0%). Berdasarkan hasil uji statistic Chi

Square diketahui usia pekerja memiliki hubungan yang

bermakna (Pvalue ≤ 0,05) dengan kelelahan kerja, Pvalue =

0,000. Analisis keeratan hubungan dua variabel diperoleh OR

Page 106: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxvi

xxvi

= 9.000 (95% CI 3.144-25.276) artinya responden yang memiliki

usia pekerja > 29 tahun memiliki peluang 9.000 kali untuk

terjadinya kelelahan kerja dibandingkan dengan responden

yang memiliki usia pekerja ≤ 29 tahun.

b. Hubungan antara jenis kelamin pekerja dengan kelelahan

kerja pada pekerja penjahit

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki jenis kelamin laki-laki sebagian besar

mengalami lelah yaitu sebanyak 36 orang (56.3%).

Responden yang memiliki jenis kelamin perempuan sebagian

besar mengalami tidak lelah yaitu sebanyak 7 orang (58.3%).

Berdasarkan hasil uji statistic Chi Square diketahui jenis

kelamin pekerja tidak memiliki hubungan yang bermakna

(Pvalue > 0,05) dengan kelelahan kerja, Pvalue = 0,352.

c. Hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki masa kerja > 8 tahun sebagian besar

mengalami lelah yaitu 23 orang (69.7%). Responden yang

berusia ≤ 8 tahun sebagian besar mengalami tidak lelah

yaitu sebanyak 25 orang (58.1%). Berdasarkan hasil uji statistic

Page 107: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxvii

xxvii

Chi Square diketahui masa kerja memiliki hubungan yang

bermakna (Pvalue ≤ 0,05) dengan kelelahan kerja Pvalue = 0,016.

Analisis keeratan hubungan dua variabel diperoleh OR =

3,194 (95% CI 1.225-8.328) artinya responden yang memiliki

masa kerja > 8 tahun memiliki peluang 3,194 kali untuk

terjadinya kelelahan kerja dibandingkan dengan responden

yang memiliki masa kerja ≤ 8 tahun.

d. Hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada

pekerja

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki status gizi normal sebagian besar mengalami

lelah yaitu sebanyak 31 (53.4%). Untuk responden yang

memiliki status gizi gemuk sebagian besar mengalami lelah

yaitu sebanyak 7 (63.6%) orang; dan responden yang

memiliki status gizi kurus sebagian besar mengalami tidak

lelah yaitu sebanyak 4 (57.1%) orang. Berdasarkan hasil uji

statistic Chi Square diketahui status gizi tidak memiliki

hubungan yang bermakna (Pvalue > 0,05) dengan kelelahan

kerja, Pvalue = 0,681.

2. Hubungan jam kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

penjahit

Page 108: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxviii

xxviii

Tabel 5.9

Gambaran Distribusi Berdasarkan Jam Kerja dengan Kelelahan Kerja pada

Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang 2009

Kategori Kelelahan Kerja

Lelah Tidak lelah Total Variabel

N % N %

N (76)

%

Pvalue OR 95% CI

> 8 jam 36 56.3 28 43.8

64 100 Jam Kerja

≤ 8 jam 5 41.7 7 58.3

12 100

0.352

1.800

0.516-6.279

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki jam kerja > 8 jam sebagian besar mengalami

lelah yaitu sebanyak 36 orang (56.3%). Responden yang memliki

jam kerja ≤ 8 jam sebagian besar mengalami tidak lelah yaitu

sebanyak 7 orang (58.3%). Berdasarkan hasil uji statistic Chi

Square diketahui jam kerja tidak memiliki hubungan yang

bermakna (Pvalue > 0,05) dengan kelelahan kerja, Pvalue = 0,352.

3. Hubungan antara postur kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit

Tabel 5.10

Gambaran Distribusi Berdasarkan Postur Kerja dengan Kelelahan Kerja pada

Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang 2009 Katego

ri Kelelahan Kerja Variabel

Lelah Tidak lelah Total

Pvalue OR 95% CI

Page 109: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxix

xxix

N % N %

N (76)

%

8-10 risiko tinggi

10 71.4 4 28.6

14 100 Postur Kerja

5-7 risiko

rendah 31 50.0 31

50.0

62 100

0.146 2.500

0.708-8.830

Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki postur kerja yang berisiko tinggi sebagian besar

mengalami lelah yaitu sebanyak 10 orang (71.4%). Berdasarkan

hasil uji statistic Chi Square diketahui postur kerja tidak memiliki

hubungan yang bermakna (Pvalue > 0,05) dengan kelelahan

kerja, Pvalue = 0,146.

4. Hubungan antara dosis kebisingan dengan kelelahan kerja

pada pekerja penjahit

Tabel 5.11 Gambaran Distribusi Berdasarkan Dosis Kebisingan dengan Kelelahan Kerja

pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang 2009 Katego

ri Kelelahan Kerja

Lelah Tidak lelah Total

Variabel

N % N % N (76)

%

Pvalue OR 95% CI

Kebisingan >100% 10 76.9 3

23.1

13 100 0.068 3.441

Page 110: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxx

xxx

≤ 100% 31 49.2 32

50.8

63 100 0.864-3.698

Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki dosis kebisingan ≤ 100% sebagian besar

mengalami lelah yaitu sebanyak 31 orang (49.2%). Responden

yang memiliki dosis kebisingan > 100% sebagian besar tidak

mengalami lelah yaitu sebanyak 32 orang (50.8%). Berdasarkan

hasil uji statistic Chi Square diketahui dosis kebisingan tidak

memiliki hubungan yang bermakna (Pvalue > 0,05) dengan

kelelahan kerja, Pvalue = 0,068.

5. Hubungan antara pencahayaan dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit

Tabel 5.12

Gambaran Distribusi Pencahayaan Berdasarkan Kelelahan Kerja pada

Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang 2009

Variabel Mean SD SE P value N

Lelah 92.61 28.952 4.521 0.628 41

Tidak Lelah

92.09 24.634 4.164 35

Rata-rata pencahayaan pada pekerja yang mengalami

kelelahan adalah 92.61 lux dengan standar deviasi 28.952%.

sedangkan pada pekerja yang tidak mengalami kelelahan rata-

Page 111: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxxi

xxxi

rata pencahayaannya 92.09 dengan standar deviasi 24.634. Hasil

uji Statistik didapatkan nilai P=0.628, berarti pada alpha 5% terlihat

tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata pencahayaan

antara pekerja yang lelah dengan pekerja yang tidak mengalami

kelelahan.

6. Hubungan antara suhu dengan kelelahan kerja pada pekerja

penjahit

Tabel 5.13

Gambaran Distribusi Suhu Berdasarkan Kelelahan Kerja pada Pekerja

Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang

2009

Variabel Mean SD SE P value N

Lelah 27.639 0.9828 0.1534 0.139 41

Tidak Lelah

27.666 1.1321 0.1914 35

Rata-rata suhu ditempat kerja yang mengalami kelelahan

adalah 27.639 ºC dengan standar deviasi 0.9828%. sedangkan

pada pekerja yang tidak mengalami kelelahan rata-rata suhu

ditempat kerja 27.666 dengan standar deviasi 1.1321%. Hasil uji

Statistik didapatkan nilai P=0.139, berarti pada alpha 5% terlihat

tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata intensitas cahaya

antara pekerja yang lelah dengan pekerja yang tidak mengalami

kelelahan.

Page 112: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxxii

xxxii

C. Analisis Multivariat

Untuk memperoleh jawaban variabel mana yang paling

berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja, maka perlu

dilakukan analisis multivariat. Tahapan yang dilakukan dalam

analisis multivariat meliputi pemilihan kandidat multivariat,

pembuatan model, dan analisis interaksi.

3. Pemilihan variabel sebagai kandidat analisis multivariat

Pada penelitian ini terdapat 4 variabel yang diduga

berpengaruh terhadap kelelahan kerja yaitu usia pekerja, masa

kerja, postur kerja, dan kebisingan. Untuk pemilihan variabel

kandidat, ke-4 variabel tersebut terlebih dahulu dilakukan

analisis bivariat dengan variabel dependen yaitu kelelahan

kerja. Setelah melalui analisis bivariat, variabel dengan nilai Pvalue

≤ 0,25 dan mempunyai kemaknaan secara substansi dapat

dijadikan kandidat yang akan dimasukkan ke dalam model

multivariat. Hasil analisis bivariat antara variabel independen

dengan variabel dependen dapat dilihat pada tabel 5.14.

Tabel 5.14

Hasil Analisis Bivariat Antara Usia Kerja, Masa Kerja, Postur Kerja, dan

Kebisingan dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha

Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang 2009

Page 113: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxxiii

xxxiii

No Variabel PValue

1 Usia Pekerja 0.000

2 Masa Kerja 0.016

3 Postur Kerja 0.146

4 Kebisingan 0.068

Dari hasil tabel diatas ternyata ada empat variabel yang

Pvalue nya ≤ 0,25 yaitu usia pekerja, masa kerja, postur kerja, dan

kebisingan. Dengan demikian variabel-variabel tersebut masuk

ke dalam model multivariat.

4. Pembuatan Model

Analisis multivariat mendapatkan model yang terbaik dalam

menentukan determinan kelelahan kerja. Dalam pemodelan ini

semua variabel kandidat dicobakan secara bersama-sama.

Model terbaik akan dipertimbangkan pada nilai Pvalue ≤ 0,05.

Pemilihan model dilakukan secara hirarki dengan cara semua

variabel independen yang menjadi kandidat yang memenuhi

syarat dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel Pvalue >

0,05 dikeluarkan dari model satu-persatu. Secara keseluruhan

hasil pembuatan model faktor penentu dapat dilihat pada

tabel 5.15.

Page 114: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxxiv

xxxiv

Tabel 5.15

Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model Antara Usia Kerja, Masa

Kerja, Postur Kerja, dan Kebisingan dengan Kelelahan Kerja pada

Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang 2009

Dari hasil analisis data diatas diketahui bahwa dari empat variabel yang dianalisis, hanya terdapat satu variabel yang tersisa. Tabel diatas menunjukkan bahwa variabel usia pekerja mempunyai Pvalue (Pwald) ≤ 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel usia pekerja merupakan variabel yang mempunyai hubungan secara signifikan dengan kelelahan kerja. Sedangkan untuk variabel masa kerja, postur kerja, dan kebisingan dikeluarkan karena mempunyai Pvalue(Pwald) > 0,05. Hasil analisis multivariat untuk variabel usia pekerja setelah variabel masa kerja, postur kerja, dan kebisingan dikeluarkan dapat dilihat pada tabel 5.16.

Table 5.16

Hasil Akhir Analisis Multivariat Antara Usia Pekerja dengan Kelelahan

Kerja pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah

Ketapang Cipondoh Tangerang 2009

No Variabel Model

1

Model

2

Model

3

Model

4

1 Usia kerja 0.000 0.000 0.000 0.000

2 Masa kerja 0.840 - - -

3 Postur kerja

0.476 0.483 0.488 -

4 Kebisingan 0.572 0.573 - -

Page 115: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxxv

xxxv

No Variabel B Pwald OR 95% CI

1 Usia Pekerja

2.136 0.000 8.465 2.926-24.488

-2 log likelihood = 85,475 G = 19,409 Pvalue = 0,000

Negelkerke R Square = 0,301

Hasil tabel 5.16 untuk variabel usia pekerja mempunyai Pvalue (sig) yang dibawah 0,05, berarti variabel tersebut berhubungan secara signifikan dengan kelelahan kerja. Pada variabel usia pekerja memiliki nilai OR = 8.465 hal ini menunjukkan bahwa kelelahan akan terjadi sebesar 8.465 kali apabila usia pekerja > 29 tahun. selanjutnya dilihat dari koefisien B dan nilai OR pada tabel 5.16 dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut merupakan variabel yang paling dominan yang mempengaruhi kelelahan kerja karena mempunyai nilai koefisien B (2.136) dan OR (8.465). berdasarkan hasil analisis model diketahui nilai Negelkerke R Square sebesar 30.1% artinya variabel usia menjelaskan terhadap terjadinya kelelahan kerja sebesar 30.1%.

Dari hasil analisis multivariat secara keseluruhan, maka

persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1

Logit Kelelahan Kerja = -3.296 + (2.136*usia pekerja)

Page 116: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxxvi

xxxvi

Berdasarkan persamaan tersebut maka kelelahan kerja

dapat diperkirakan dengan usia pekerja. Usia pekerja akan

meningkatkan kelelahan kerja sebesar 2.136.

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang

hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen

Page 117: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxxvii

xxxvii

maupun dependen pada waktu yang sama terkadang

ditemukan bias berupa lemah dalam melihat hubungan sebab

akibat.

2. Bagian kerangka konsep yang digunakan pada penelitian ini

hanya menghubungkan variabel-variabel yang diperkirakan

memiliki hubungan dengan variabel dependen.

3. Pengambilan data suhu dan pencahayaan dilakukan pada

saat keadaan cuaca yang mendung sehingga mempengaruhi

hasil pengukuran.

4. Sampel pada penelitian ini menggunakan sampel jenuh karena

sampelnya terlalu kecil, sehungga tidak sesuai dengan yang

diharapkan.

5. Dikarenakan keterbatasan biaya dalam penelitian ini,

pengukuran kelelahan kerja dilakukan secara subjektif dengan

menggunakan kuesioner IFRC.

B. Kelelahan

Menurut Budiono, dkk (2003) kelelahan mengarah pada kondisi

melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. Sedangkan

menurut Riyadina (1996) kelelahan kerja adalah keadaan

Page 118: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxxviii

xxxviii

karyawan yang mengakibatkan terjadinya penurunan dan

produktivitas kerja akibat faktor pekerjaan. Kelelahan menunjukkan

keadaan yang berbeda-beda tetapi semua itu berakibat kepada

pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur,

1996). Dengan demikian asumsi penulis adalah bahwa apabila

terjadinya kelelahan kerja besar kemungkinan akan terjadi

penurunan konsentrasi kerja dan kesalahan dalam kerja yang

dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kemudian apabila

terjadinya kecelakaan kerja dapat menurunkan produktivitas

pekerja dalam bekerja, sehingga perusahaan akan mengalami

penurunan produktivitas.

Kelelahan kerja dalam penelitian ini ditinjau dari tes kelelahan

secara subjektif yang Terdapat 30 gejala kelelahan umum yang

digunakan untuk mengukur kelelahan kerja yang diadopsi dari IFRC

(Industrial Fatigue Research Commitee Of Japanese Association Of

Industrial Health) dalam Tarwaka (2004) yaitu perasaan berat

dikepala, lelah seluruh badan, berat di kaki, menguap, pikiran

kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung

dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring, susah berpikir, lelah

untuk berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan

perhatian, mudah lupa, kepercayaan diri kurang, merasa cemas,

Page 119: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xxxix

xxxix

sulit mengontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaan, sakit dikepala,

kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak,

merasa pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota

badan, merasa kurang sehat. Dari ke-30 gejala kelelahan diatas,

gejala yang paling banyak dirasakan oleh pekerja yaitu pekerja

merasa lelah pada seluruh badan dan ingin berbaring.

Berdasarkan hasil penelitian, hasil pengukuran kelelahan secara

subjektif yang terdapat pada tabel 5.1 diketahui bahwa pekerja

penjahit yang mengalami kelelahan lebih banyak yaitu sebesar

53.9% dibandingkan dengan yang mengalami tidak lelah (46.1%).

Asumsi peneliti bahwa dalam penelitian ini responden yang

mengalami kelelahan lebih banyak dibandingakan dengan yang

tidak lelah disebabkan oleh faktor usia dan masa kerja. Menurut

Suma’mur (1989) kemampuan seseorang dalam melakukan

tugasnya dipengaruhi oleh beberapa factor, salah satunya adalah

umur. Umur seseorang akan mempengaruhi kondisi tubuh.

Seseorang yang berumur muda sanggup melakukan pekerjaan

berat dan sebaliknya jika seseorang berusia lanjut maka

kemampuan untuk melakukan pekerjaan berat akan menurun.

Pekerja yang telah berusia lanjut akan merasa cepat lelah dan

tidak bergerak dengan gesit ketika melaksanakan tugasnya

Page 120: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xl

xl

sehingga mempengaruhi kinerjanya. Usia pekerja dalam penelitian

ini lebih banyak usia pekerja yang lebih tua dibandingkan dengan

usia pekerja yang lebih muda, sehingga pekerja lebih cepat

mengalami kelelahan kerja.

Menurut Sedarmayanti (1996) lama masa kerja adalah salah

satu faktor yang termasuk ke dalam komponen ilmu kesehatan

kerja. Pekerjaan fisik yang dilakukan secara kontinyu dalam jangka

waktu yang lama akan berpengaruh terhadap mekanisme dalam

tubuh (sistem peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf, dan

pernafasan). Dalam keadaan ini kelelahan terjadi karena

terkumpulnya produk sisa dalam otot dan peredaran darah

dimana produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan kegiatan

otot. Dalam penelitian ini masa kerja responden juga lebih banyak

yang sudah lama bekerja sebagai penjahit dibandingkan dengan

masa kerja yang belum lama sebagai penjahit, dengan demikian

akan berpengaruh terhadap mekanisme dalam tubuh (sistem

peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf, dan pernafasan). Oleh

sebab itu, kelelahan lebih mudah terjadi karena terkumpulnya

produk sisa dalam otot dan peredaran darah sehingga banyak

pekerja yang mengalami kelelahan kerja.

Page 121: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xli

xli

Untuk itu pihak pengelola disarankan untuk dapat menjelaskan

penyebab-penyebab dari kelelahan kerja. Agar para pekerja

menyadari dan dapat meminimalkan kondisi kelelahan dalam

bekerja sehingga tidak terjadi penurunan produktivitas dan

kecelakaan kerja dalam melakukan pekerjaan.

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja

1. Hubungan antara Karakteristik Pekerja dengan Kelelahan Kerja

Karakteristik Pekerja yang akan diteliti meliputi usia

pekerja,jenis kelamin, masa kerja, dan status gizi. Hubungan

antara karakteristik pekerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit sektor usaha informal di wilayah Ketapang

Cipondoh Tangerang akan dijelaskan pada pembahasan di

bawah ini.

a. Hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit

Variabel usia pekerja merupakan salah satu faktor yang

berhubungan dapat kelelahan kerja pada pekerja penjahit.

Berdasarkan data pada tabel 5.2 diketahui bahwa pekerja

yang memiliki usia >29 tahun lebih banyak dibandingkan

dengan pekerja yang memiliki usia ≤ 29 tahun.

Page 122: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xlii

xlii

Data pada tabel 5.8 terlihat bahwa kelelahan paling

banyak dialami oleh pekerja dengan usia > 29 tahun (33

orang). Berdasarkan hasil analisis bivariat, diketahui bahwa

ada perbedaan proporsi terjadinya kelelahan kerja antara

pekerja yang memiliki usia > 29 tahun dengan pekerja yang

memiliki usia ≤ 29 tahun. Analisis keeratan hubungan dua

variabel diketahui bahwa pekerja yang memiliki usia > 29

tahun memiliki peluang 9.000 kali untuk terjadinya kelelahan

kerja dibandingkan dengan responden yang memiliki usia ≤

29 tahun.

Berdasarkan data pada tabel 5.16 diketahui bahwa

analisis multivariat untuk variabel usia pekerja memiliki P value

≤ 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa usia pekerja merupakan

variabel yang paling dominan untuk mempengaruhi

kelelahan kerja.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Suma’mur (1989),

pekerja yang telah berusia lanjut akan merasa cepat lelah

dan tidak bergerak dengan gesit ketika melaksanakan

tugasnya sehingga mempengaruhi kinerjanya. Kemampuan

untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik setiap

individu berbeda dan dapat juga dipengaruhi oleh usia

Page 123: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xliii

xliii

individu tersebut. Misalnya pada umur 50 tahun kapasitas

kerja tinggal 80% dan pada umur 60 tahun menjadi 60%

dibandingkan dengan kapasitas yang berumur 25 tahun.

Asumsi peneliti bahwa kemampuan untuk dapat

melakukan pekerjaan dengan baik setiap individu berbeda-

beda tergantung dari usia pekerjanya. Dalam penelitian ini

usia pekerja berhubungan dengan kejadian kelelahan kerja,

selain itu usia pekerja juga terbukti sebagai faktor yang

paling dominan untuk terjadinya kelelahan kerja. Demikian

dengan bertambahnya usia seseorang maka akan

berkurangnya tenaga dalam melakukan pekerjaan,

sehingga pekerja akan lebih mudah untuk mengalami

kelelahan kerja.

Selain itu, dengan adanya hubungan antara usia pekerja

dengan kelelahan kerja disebabkan oleh faktor masa kerja,

dimana dengan bertambahnya usia seseorang maka lama

bekerjanya juga akan bertambah sehingga lebih mudah

untuk terjadinya kelelahan kerja. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (1996) lama masa

kerja adalah salah satu faktor yang termasuk ke dalam

komponen ilmu kesehatan kerja. Pekerjaan fisik yang

Page 124: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xliv

xliv

dilakukan secara kontinyu dalam jangka waktu yang lama

akan berpengaruh terhadap mekanisme dalam tubuh

(sistem peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf, dan

pernafasan). Dalam keadaan ini kelelahan terjadi karena

terkumpulnya produk sisa dalam otot dan peredaran darah

dimana produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan

kegiatan otot. Hal inilah yang menyebabkan usia pekerja

berhubungan dengan kelelahan kerja dalam bekerja.

b. Hubungan antara jenis kelamin dengan kelelahan kerja

pada pekerja penjahit

Variabel jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang

berhubungan dengan kelelahan kerja yang berasal dari

individu yang bersangkutan. Berdasarkan data pada tabel

5.2 diketahui bahwa pekerja yang memiliki jenis kelamin laki-

laki jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan pekerja

yang memiliki jenis kelamin perempuan.

Dari tabel 5.8 diketahui bahwa kelelahan banyak dialami

oleh pekerja yang memiliki jenis kelamin laki-laki. Hasil analisis

bivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak memiliki

hubungan yang bermakna dengan kelelahan kerja.

Page 125: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xlv

xlv

Menurut Harrington dan Gill (2003) dalam Veranita (2008)

pekerja wanita lebih teliti dan lebih tahan atau lentur

dibandingkan dengan laki-laki, seperti pada wanita yang

telah menikah dan bekerja, waktu kerjanya lebih lama 4-6

jam jika dibandingkan dengan pria (suaminya) karena selain

mencari nafkah wanita juga bertanggung jawab terhadap

keluarga dan rumah.

Asumsi peneliti bahwa dengan tidak adanya hubungan

antara jenis kelamin dengan kelelahan kerja disebabkan

karena pekerja laki-laki harus mencari nafkah untuk keluarga

dan bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarganya,

sehingga menganggap kelelahan kerja sebagai hal yang

biasa terjadi dalam bekerja. Demikian juga dengan wanita

selain ia bertanggung jawab terhadap keluarga dan rumah

tangga, ia juga membantu mencari nafkah untuk

menambah keuangan keluarga, sehingga kelelahan kerja

menjadi hal yang biasa terjadi. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Tarwaka et al (2004) dimana wanita

hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik

atau kekuatan otot laki laki. Dengan demikian, untuk

mendapatkan hasil kerja yang sesuai maka harus diusahakan

Page 126: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xlvi

xlvi

pembagian tugas antara laki-laki dan wanita. Hal ini harus

disesuaikan dengan kemampuan, kebolehan, dan

keterbasannya masing-masing.

c. Hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit

Variabel masa kerja merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi kelelahan kerja pada pekerja

penjahit. Berdasarkan data pada tabel 5.2 diketahui bahwa

pekerja yang memiliki masa kerja ≤ 8 tahun lebih banyak

dibandingkan dengan pekerja yang memiliki masa kerja > 8

tahun.

Data pada tabel 5.8 terlihat bahwa kelelahan paling

banyak dialami oleh pekerja dengan masa kerja > 8 tahun

(69.7%). Berdasarkan hasil analisis bivariat, diketahui bahwa

ada perbedaan proporsi terjadinya kelelahan kerja antara

pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari 8 tahun dengan

masa kerja kurang sama dengan dari 8 tahun.

Pada penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Sedarmayanti (1996) bahwa lama masa kerja

merupakan salah satu faktor yang termasuk ke dalam

komponen ilmu kesehatan kerja. Pekerjaan fisik yang

Page 127: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xlvii

xlvii

dilakukan secara kontinyu dalam jangka waktu yang lama

akan berpengaruh terhadap mekanisme dalam tubuh

(sistem peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf, dan

pernafasan). Dalam keadaan ini kelelahan terjadi karena

terkumpulnya produk sisa dalam otot dan peredaran darah

dimana produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan

kegiatan otot. Asumsi peneliti bahwa apabila pekerja sudah

lama bekerja sebagai penjahit akan berpengaruh terhadap

mekanisme dalam tubuh (sistem peredaran darah,

pencernaan, otot, syaraf, dan pernafasan), hal inilah yang

menyebabkan pekerja lebih mudah untuk mengalami

kelelahan kerja.

Selain itu, dengan adanya hubungan antara masa kerja

dengan kelelahan kerja disebabkan oleh faktor usia pekerja,

dimana dengan lamanya bekerja sebagai penjahit maka

usia seseorang juga akan bertambah sehingga lebih mudah

untuk terjadinya kelelahan kerja. Hal ini sesuai dengan teori

yang di kemukakan oleh Suma’mur (1989), bahwa

kemampuan seseorang dalam melakukan tugasnya

dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah

umur. Umur seseorang akan mempengaruhi kondisi tubuh.

Page 128: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xlviii

xlviii

Seseorang yang berumur muda sanggup melakukan

pekerjaan berat dan sebaliknya jika seseorang berusia lanjut

maka kemampuan untuk melakukan pekerjaan berat akan

menurun. Pekerja yang telah berusia lanjut akan merasa

cepat lelah dan tidak bergerak dengan gesit ketika

melaksanakan tugasnya sehingga mempengaruhi

kinerjanya. Kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan

dengan baik setiap individu berbeda dan dapat juga

dipengaruhi oleh usia individu tersebut. Misalnya pada umur

50 tahun kapasitas kerja tinggal 80% dan pada umur 60

tahun menjadi 60% dibandingkan dengan kapasitas yang

berumur 25 tahun.

d. Hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit

Status gizi merupakan salah satu faktor yang diduga

berhubungan dengan kelelahan kerja yang berasal dari

individu yang bersangkutan. Berdasarkan data pada tabel

5.2 diketahui bahwa pekerja yang memiliki status gizi normal

jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang

memiliki status gizi gemuk atau kurus.

Page 129: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

xlix

xlix

Dari tabel 5.8 diketahui bahwa kelelahan banyak dialami

oleh pekerja yang memiliki status gizi normal (53.4%). Hasil

analisis bivariat menunjukkan bahwa status gizi pekerja tidak

memiliki hubungan yang bermakna dengan kelelahan kerja.

Menurut teori Hartz et al (1999) dalam Safitri (2008)

peningkatan IMT / IMT lebih tinggi berhubungan dengan

peningkatan kelelahan kerja pada study yang dilakukan

selama 2 tahun pada pasien ICF dan menjadi overweight /

obesitas dengan fungsi fisik dan vitalitas yang lebih rendah

pada population based study.

Berdasarkan teori Hartz et al (1999) di atas, kelelahan

terjadi pada IMT yang lebih tinggi yaitu obesitas. Namun,

pada penelitian ini kelelahan lebih banyak dialami oleh

pekerja dengan status gizi normal. Dengan demikian hasil

penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Hartz et al (1999). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pekerja dengan status gizi gemuk dan kurus tidak selalu

mengalami kelelahan kerja yang didukung oleh penelitian ini.

Akan tetapi penulis berasumsi bahwa kelelahan terjadi

disebabkan oleh banyaknya pekerja dengan status gizi

normal yang memiliki usia yang lebih tua. Dengan demikian

Page 130: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

l

l

bertambahnya usia seseorang maka akan berkurangnya

tenaga dalam melakukan pekerjaan, sehingga pekerja akan

lebih mudah untuk mengalami kelelahan kerja. Begitu juga

sebaliknya, bahwa pekerja yang berstatus gizi kurus dan

gemuk sebagian besar tidak mengalami kelelahan kerja

disebabkan oleh faktor usia pekerja dan masa kerja, dimana

usia pekerjanya yang muda dan masa kerjanya yang tidak

terlalu lama bekerja sebagai penjahit.

2. Hubungan antara Jam Kerja dengan Kelelahan Kerja

Variabel jam kerja merupakan salah satu faktor yang dapat

berhubungan kelelahan kerja pada pekerja penjahit.

Berdasarkan data pada tabel 5.3 diketahui bahwa pekerja

yang memiliki jam kerja > 8 jam lebih banyak dibandingkan

dengan pekerja yang memiliki jam kerja ≤ 8 jam.

Data pada tabel 5.9 terlihat bahwa kelelahan paling banyak

dialami oleh pekerja dengan jam kerja > 8 jam (56.3%).

Berdasarkan hasil analisis bivariat, diketahui bahwa tidak ada

perbedaan yang bermakna antara kelelahan kerja dengan jam

kerja > 8 jam dan jam kerja ≤ 8 jam.

Menurut Suma’mur (1996) Lamanya seseorang bekerja sehari

secara baik pada umumnya 6-8 jam. Sisanya 16-18 jam

Page 131: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

li

li

dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan

masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu

kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai

effisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan

produktivitas serta kecendrungan untuk timbulnya kelelahan,

penyakit, dan kecelakaan kerja.

Namun pada penelitian ini kelelahan kerja lebih banyak

dialami oleh pekerja yang bekerja lebih dari 8 jam dalam sehari.

Dengan demikian jam kerja dalam penelitian ini tidak sesuai

dengan yang disarankan oleh Suma’mur (1996). Dalam

penelitian ini juga menyebutkan bahwa tidak ada hubungan

antara kelelahan kerja dengan jam kerja. Kemungkinan hal ini

disebabkan oleh masa kerja pekerja yang sudah lama bekerja

sebagai penjahit. Dengan masa kerja yang lama berati tingkat

pengalaman kerja seseorang akan bertambah, sehingga

kelelahan kerja menjadi hal yang biasa terjadi dalam bekerja.

3. Hubungan antara Postur Kerja dengan Kelelahan Kerja

Variabel postur kerja merupakan salah satu faktor yang

dapat berhubungan kelelahan kerja pada pekerja penjahit.

Pada penelitian ini cara melihat postur kerja pekerja dengan

melakukan pengukuran risiko ergonomi pada pekerjaan

Page 132: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lii

lii

dengan menggunakan metode REBA. Risiko ergonomi

pekerjaan dengan metode REBA terbagi menjadi 5 kategori

yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Berdasarkan data pada tabel 5.4 diketahui bahwa pekerja

yang memiliki postur kerja yang berisiko lebih rendah lebih

banyak dibandingkan dengan pekerja yang memiliki postur

kerja yang berisiko lebih tinggi.

Berdasarkan observasi, para pekerja yang sedang

melakukan beberapa kegiatan, maka dilakukan pengukuran

risiko ergonomi pekerjaan pada setiap pekerja yang sedang

melakukan kegiatan pekerjaan dengan metode REBA, sehingga

setiap pekerja memiliki nilai risiko yang berbeda atau terdapat

range. Hasil penelitian yang dilakukan hanya terdapat risiko

ergonomi pekerjaan yang berisiko tinggi dan risiko ergonomi

pekerjaan yang berisiko rendah.

Data pada tabel 5.10 terlihat bahwa kelelahan paling

banyak dialami oleh pekerja dengan postur kerja yang berisiko

lebih rendah (50.0%). Berdasarkan hasil analisis bivariat, diketahui

bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara

persentase kelelahan antara pekerja yang memiliki postur kerja

Page 133: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

liii

liii

yang berisiko lebih rendah dengan pekerja yang memiliki postur

kerja yang berisiko lebih tinggi.

Hasil uji statistik menunjukan tidak adanya hubungan yang

signifikan antara postur kerja dengan kelelahan kerja. Akan

tetapi berdasarkan penilaian REBA kegiatan para pekerja

tersebut memiliki risiko yang serius yaitu risiko tinggi dengan risiko

rendah. Menurut Soeripto (1989), perencanaan dan

penyesuaian alat yang tepat bagi tenaga kerja dapat

meningkatkan produktivitas, menciptakan keselamatan dan

kesehatan kerja serta kelestarian lingkungan kerja, dan juga

memperbaiki kualitas produk dari suatu proses produksi. Oleh

karena itu, upaya untuk menanggulangi risiko ergonomi tersebut

dapat dilakukan dengan menyediakan peralatan kerja yang

sesuai dengan antropometri masing-masing pekerja seperti

meja dan kursinya. Dengan demikian risiko ergonomi dapat

diminimalisasi karena peralatan kerja yang digunakan sesuai

dengan antropometri pekerja, sehingga para pekerja tidak

mengalami kelelahan kerja akibat melakukan pekerjaan

menjahit.

4. Hubungan antara Kebisingan dengan Kelelahan Kerja

Page 134: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

liv

liv

Variabel kebisingan merupakan salah satu faktor yang

dapat berhubungan kelelahan kerja pada pekerja penjahit.

Berdasarkan data pada tabel 5.5 diketahui bahwa pekerja

yang memiliki dosis kebisingan ≤ 100% lebih banyak

dibandingkan dengan pekerja yang memiliki dosis kebisingan >

100%.

Berdasarkan observasi, para pekerja yang sedang bekerja,

maka dilakukan pengukuran kebisingan. Sehingga setiap

pekerja memiliki nilai dosis yang berbeda-beda sesuai dengan

jam kerja perharinya.

Data pada tabel 5.11 terlihat bahwa kelelahan paling

banyak dialami oleh pekerja yang memiliki dosis kebisingan ≤

100% (49.2%). Berdasarkan hasil analisis bivariat, diketahui

bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara

persentase kelelahan antara pekerja yang memiliki dosis

kebisingan ≤ 100% lebih banyak dibandingkan dengan pekerja

yang memiliki dosis kebisingan > 100%.

Dengan demikian hasil nilai kebisingan pada pekerja dalam

penelitian ini dikategorikan masih aman karena masih di bawah

NAB yaitu sesuai dengan Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan

di tempat kerja berdasarkan Occupational Safety and Health

Page 135: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lv

lv

(2003) dosis kebisingan tidak boleh lebih dari 100% dan waktu

kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam/hari atau 40 jam. Selain

itu, menururt Sedarmayanti (2009) kebisingan merupakan bunyi

yang tidak dikehendaki oleh telinga karena dalam jangka

panjang dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak

pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan

kebisingan yang serius dapat menyebabkan kematian.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja.

Kemungkinan dengan tidak adanya hubungan tersebut

disebabkan oleh nilai kebisingannya masih aman untuk diterima

oleh pekerja. Kemudian pekerja merasa tidak terganggu

dengan kebisingan yang ada di tempat kerja, sehigga tidak

terjadinya kelelahan kerja pada pekerja.

5. Hubungan antara Pencahayaan dengan Kelelahan Kerja

Variabel pencahayaan merupakan salah satu faktor yang

dapat berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja

penjahit. Berdasarkan data pada tabel 5.5 diketahui bahwa

pencahayaan di tempat kerja rata-rata 92.37 lux.

Berdasarkan observasi, para pekerja yang sedang bekerja,

maka dilakukan pengukuran pencahayaan di meja masing-

Page 136: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lvi

lvi

masing pekerja. Sehingga setiap pekerja memiliki pencahayaan

yang berbeda-beda sesuai dengan penerangan yang tersedia

di meja kerjanya masing-masing.

Data pada tabel 5.12 terlihat bahwa rata-rata intensitas

cahaya masing-masing pekerja yaitu 92.61. Berdasarkan hasil

analisis bivariat, diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna antara pencahayaan dengan kelelahan kerja.

Dengan demikian pencahayaan di tempat kerja ini tidak sesuai

dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :

405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu 500 lux.

Menurut Budiono dkk (2003) akibat penerangan yang buruk

dapat menyebabkan kelelahan mata dengan berkurangnya

daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan- keluhan

pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata,

merusakan alat penglihatan, serta meningkatnya kecelakaan.

Meskipun seharusnya tingkat pencahayaan yang rendah

dapat mempengaruhi kelelahan kerja, tapi hasil penelitian ini

membuktikan bahwa pencahayaan tidak memiliki hubungan

yang signifikan dengan kelelahan kerja. Dengan demikian

peneliti berasumsi bahwa tidak adanya hubungan antara

cahaya dengan kelelahan kerja disebabkan oleh masa kerja

Page 137: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lvii

lvii

dari pekerja yang terlalu lama. Dengan masa kerja yang terlalu

lama kemungkinan para pekerja sudah terbiasa dan lebih

berpengalaman sehingga mampu bekerja secara efisien. Oleh

sebab itu mereka dapat mengatur besarnya tenaga yang

dikeluarkan oleh karena seringnya melakukan pekerjaan

tersebut, sehingga kelelahan kerja tidak terjadi pada saat

bekerja.

6. Hubungan antara Suhu di Tempat Kerja dengan Kelelahan Kerja

Variabel suhu di tempat kerja merupakan salah satu faktor

yang dapat berhubungan dengan kelelahan kerja pada

pekerja penjahit. Berdasarkan data pada tabel 5.6 diketahui

bahwa suhu di tempat kerja rata-rata 27.651 ºC.

Berdasarkan observasi, para pekerja yang sedang bekerja,

maka dilakukan pengukuran suhu di tempat kerja. Sehingga

setiap pekerja memiliki suhu di tempat kerja yang berbeda-

beda.

Data pada tabel 5.13 terlihat bahwa rata-rata suhu di

tempat kerja yaitu 27.639 ºC. Berdasarkan hasil analisis bivariat,

diketahui bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

suhu di tempat kerja dengan kelelahan kerja. Dengan demikian

suhu di tempat kerja ini dikategorikan aman karena sesuai

Page 138: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lviii

lviii

dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :

405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu 18-30 ºC.

Menurut Suma’mur (1992) pada suhu udara yang panas dan

lembab, makin tinggi kecepatan aliran udara malah akan

makin membebani tenaga kerja. Pada tempat kerja dengan

suhu udara yang panas maka akan menyebabkan proses

pemerasan keringat. Beberapa hal buruk berkaitan dengan

kondisi demikian dapat dialami oleh tenaga kerja, salah satunya

kelelahan kerja. Pekerja yang mengalami kondisi demikian, sulit

untuk mampu bereproduksi tinggi. Akibat kelelahan kerja

tersebut, para pekerja menjadi kurang bergairah kerja, daya

tanggap dan rasa tanggung jawab menjadi rendah, sehingga

seringkali kurang memperhatikan kualitas produk kerjanya.

Dengan demikian, suhu di lingkungan kerja tidak

berhubungan dengan kelelahan kerja karena suhu tersebut

masih dalam batas normal untuk lingkungan kerja bagi para

pekerja. Dengan suhu tersebut tubuh tidak terlalu banyak

membuang energi untuk beradaptasi dengan lingkungan

sekitar. Hal inilah yang menyebabkan dalam penelitian ini, suhu

tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kelelahan

kerja.

Page 139: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lix

lix

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

B. Simpulan

1. Pekerja yang mengalami kelelahan lebih banyak dibandingkan

dengan pekerja yang mengalami tidak lelah

2. Gambaran karakteristik pekerja antara lain :

a. Pekerja yang berusia > 29 tahun lebih banyak dibandingkan

dengan pekerja yang berusia diatas ≤ 29 tahun

b. Pekerja yang memiliki jenis kelamin laki-laki lebih banyak

dibandingkan dengan pekerja yang memiliki jenis kelamin

perempuan

c. Pekerja yang memiliki masa kerja > 8 tahun lebih banyak

dibandingkan dengan pekerja yang memiliki masa kerja ≤ 8

tahun

d. Pekerja dengan status gizi normal lebih banyak dibandingkan

dengan pekerja dengan status gizi kurus dan gemuk

3. Pekerja yang memiliki jam kerja > 8 jam lebih banyak

dibandingkan dengan pekerja yang memiliki jam kerja ≤ 8 jam

Page 140: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lx

lx

4. Pekerja yang memiliki postur kerja yang berisiko rendah lebih

banyak dibandingkan dengan pekerja yang memiliki postur

kerja yang berisiko tinggi

5. Tempat kerja yang memiliki kebisingan ≤ 100% lebih banyak

dibandingkan dengan tempat kerja yang memiliki kebisingan >

100%

6. Rata-rata pencahayaan di tempat kerja adalah 92.37 lux

7. Rata-rata suhu di tempat kerja adalah 27.651 ºC

8. Hubungan antara karakteristik pekerja dengan kelelahan kerja

antara lain sebagai berikut:

a. Ada hubungan yang bermakna antara usia pekerja dengan

kelelahan kerja

b. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

dengan kelelahan kerja

c. Ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan

kelelahan kerja

d. Tidak ada hubungan antara status gizi pekerja dengan

kelelahan kerja

9. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jam kerja dengan

kelelahan kerja

Page 141: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxi

lxi

10. Tidak ada hubungan yang bermakna antara postur kerja

dengan kelelahan kerja

11. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kebisingan

dengan kelelahan kerja

12. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pencahayaan

dengan kelelahan kerja

13. Tidak ada hubungan yang bermakna antara suhu dengan

kelelahan kerja

14. Usia pekerja yang dominan untuk mempengaruhi terjadinya

kelelahan kerja

C. Saran

1. Bagi Pengelola

a. Sebaiknya pihak pengelola melakukan pengaturan jam kerja

yang teratur dan waktu istirahat yang cukup agar kelelahan

kerja yang terjadi dapat dikurangi.

b. Sebaiknya pihak pengelola menyediakan peralatan kerja

yang ergonomis, misalkan meja dan kursi yang digunakan

dalam bekerja sesuai dengan antropometri pekerjanya

masing-masing agar kelelahan kerja yang terjadi dapat

dikurangi.

Page 142: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxii

lxii

c. Walaupun pada penelitian ini cahaya tidak berkontribusi

terhadap kelelahan kerja, tetapi pada penelitian ini intensitas

cahaya tidak sesuai dengan standar KEPMENKES NO:

405/Menkes/SK/XI/2002, sehingga disarankan pihak

pengelola menambahkan pencahayaan di tempat kerja

agar kelelahan kerja yang terjadi dapat dikurangi.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Pada penelitian ini didapatkan R square sebesar 30.1% yang

berarti variabel-variabel yang diteliti hanya 30.1% untuk

menjelaskan variabel dependen dan 69.9% dijelaskan oleh

variabel diluar penelitian, sehingga disarankan untuk peneliti

selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel – variabel

lain yang diduga berhubungan dengan kelelahan kerja yang

tidak diteliti pada penelitian ini.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian

dengan menggunakan cara lain dalam mengukur kelelahan

kerja sehingga diharapkan dapat diperoleh perbandingan

gambaran kejadian kelelahan kerja.

Page 143: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxiii

lxiii

DAFTAR PUSTAKA

Andiningsari, Pratiwi. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kelelahan Pada Pengemudi Travel X Trans Jakarta Trayek

Jakarta-Bandung. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009.

Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta; Gramedia Pustaka

Umum, 2004. Apriani, Nuke. Modul Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Respati Indonesia, 2003. Amalia, Dina. Tinjauan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Unit

Produksi Industri Garment PT. INTI GRAMINDO PERSADA Tahun

2007. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007.

Ariawan, Iwan. Besar dan Metode Pada Sampel Penelitian Kesehatan.

Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, 1998.

Budiono, dkk. Kelelahan (Fatigue) Pada Tenaga Kerja. Bunga Rampai

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Edisi ke-2. Semarang; Universitas Diponegoro, 2003.

Dowell, Chad H & Tapp. Loren C. Evaluation of Heat Stress at a Glass

Bottle Manufacture. Departement of Health and Human Service.

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). Cincinnati, Ohio. [ cited 2009 June 27th ]. Available:http://www.cdc.gov/niosh/hhe/reports/pdfs/2003-0311-3052.pdf, 2007.

Fitrihana, Noor. 2008. Kelelahan Kerja. [cited 2008 August 28th].

Available: http://blog.uny.ac.id/noorfitrihana/2008/08/13/kelelahan-kerja/,2008.

Kepmenkes. Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.

No.405/Menkes/SK/XI/2002.

Page 144: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxiv

lxiv

Marfu’ah, Umi. Ergonomi Cegah Terjadinya Penyakit Akibat Kerja. Majalah KATIGA, Bisnis, K3, 2007.

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2002. Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Kedua.

Surabaya; Guna Widya, 2004. OSH. Guideliness for Noise Control And Vibration. Division Ministery of

Manpower. 2003. Pheasant, Stephen. Ergonomics, Work, and Health. Aspen Publisher Inc,

USA, 1991. Priyatno, Duwi. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta; Mediakom, 2008. Putri, Duhita Pangesti. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal pekerja

Terhadap Kelelahan Pada Operator Alat Besar PT. Indonesia

Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya Periode Tahun 2008.

Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008.

Purnawati et al. Kelalahan Umum Pada Pekrja Shift Pabrik Minuman

Botol PT. X Bali. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 56, Nomor 9. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, 2006.

Riyanto, Agung. Penerapan Analisis Multivariat dalam Penelitian

Kesehatan. Bandung: Niftra Media Press, 2009. Riyadina, Woro. Beberapa Hal Tentang Kelelahan Kerja. Majalah

Hiperkes dan Keselamatan Kerja; Volume XXIX No 1; 30-34, 1996. Safitri, Dian Sustana. Hubungan Antara Pola Kerja Dengan Kelelahan

Kerja Pada Karyawan Perusahaan Migas X Kalimantan Timur.

Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2008. Santoso, Gempur. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Jakarta: Pt. Prestasi Pustaka, 2004. Setyawati, Ely. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Tingkat Kelelahan Pada Tenaga kerja Wanita Bagian Produksi

Page 145: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxv

lxv

Jahit Garment PT.Billion Jakarta Pusat. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001.

Sedarmayanti. Tata Kerja Dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar

Maju, 1996. Sedarmayanti. Tata Kerja Dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar

Maju, 2009. Silaban, Gery. Kelelahan Kerja. Majalah Kesehatan Masyarakat

Indonesia; Tahun XXVI, No. 10:539-544, 1998. Silatuti, Ambar. Hubungan Antara Kelelahan Dengan Produktivitas

Tenaga Kerja di Bagian Penjahitan PT. Bengawan Solo Garmen

Indonesia. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, 2006.

Sisinta, Tiaraima. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan

Pada Pekerja di Departement Weaving PT. ISTEM Tangerang.

Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2005.

Soeripto. Ergonomi dan Produktivitas Kerja. Majalah Hiperkes dan

Keselamatan Kerja. Vol XXII, No. 1. Januari-Maret 1989:29-32. Stanton, Neville et al. Handbook of Human Factors and Ergonomics

Methods. London: CRC Press, 2005. Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:

PT. Toko Gunung Agung, 1981. Suma’mur. Ergonomi Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta:

CV. Haji Masagung, 1989. Suma’mur, Peranan Ergonomi Pada Industri Mebel. Majalah Hiperkes

dan Keselamatan Kerja. Vol XXVI, No. 1. Januari-Maret 1993: 26-32.

Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja Cetakan ke-

13. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1996.

Page 146: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxvi

lxvi

Susetyo, et al. Prevalensi Keluhan Subyektif Atau Kelelahan Karena Sikap Kerja Yang Tidak Ergonomis Pada Pengrajin Perak. Jurnal Teknologi; Volume 1 No. 2: 141-149, 2008.

Tarwaka, et al. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan

Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press, 2004. Uminah. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja

Pada Perawat di RS. PELNI Petamburan Jakarta Tahun 2005.

Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2005.

Veranita, Dian Meyanti. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan

Kerja Pada Pengemudi Bus Malam di Terminal Lebak Bulus.

Skripsi Program Kesehatan Masyarakat. Universitas Islam Negeri Syahid Jakarta, 2008.

Page 147: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxvii

lxvii

LAMPIRAN 1

KUESIONER

Assalammualaikum Wr. Wb.

Saya Umyati bermaksud meneliti tentang “FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA

PENJAHIT DI WILAYAH KETAPANG CIPONDOH TANGERANG TAHUN

2009”. Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini

peneliti akan bertanya mengenai karakteristik pekerja dan kelelahan kerja.

Wawancara ini akan berlangsung selama 20 – 25 menit. Responden diharapkan

menjawab setiap pertanyaan dengan sejujur- jujurnya. Setiap jawaban anda akan

dijaga kerahasiaannya dari siapapun dan tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap

kinerja anda, kemudian kuesioner akan disimpan oleh peneliti. Partisipasi responden

bersifat sukarela, responden dapat menolak untuk menjawab atau tidak melanjutkan

wawancara. Untuk itu dimohon kesediaan kepada pekerja penjahit selaku responden

untuk mengisi kuesioner ini.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk kesediaan

Anda menjadi responden pada penelitian ini. Semoga bantuan dan kerjasama Anda

menjadi amal ibadah yang bernilai disisi-Nya.

Page 148: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxviii

lxviii

FORMULIR PERSETUJUAN TERTULIS SETELAH PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :...............................................................................

Alamat : ...............................................................................

No. Telepon/HP : ...............................................................................

Bersedia secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan judul “FAKTOR-

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA

PEKERJA PENJAHIT DI WILAYAH KETAPANG CIPONDOH

TANGERANG TAHUN 2009”. Telah mendengarkan penjelasan mengenai kegiatan

yang akan dilakukan dan sadar akan manfaat dan adanya resiko yang mungkin terjadi

dalam penelitian ini. Saya akan memberikan informasi yang benar sejauh yang saya

ketahui dan saya ingat.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak

manapun.

Jakarta,......... Desember 2009

Peneliti Yang membuat pernyataan

Umyati (………………………………..)

Tanda tangan dan nama terang

Page 149: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxix

lxix

Nomor Responden

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

A. KARAKTERISTIK PEKERJA (Diisi oleh Peneliti)

A1 Nama responden………………………………..

A2 Jenis kelamin responden

1. Laki-laki

2. Perempuan

[ ] A2

A3 Tanggal….…/ Bulan…..../ Tahun …….........Kelahiran [ ] [ ] A3

A4 Berat badan responden…………………………kg

Nb: DIISI OLEH PENELITI

[ ] [ ] A4

A5 Tinggi badan responden ……………………….cm

Nb: DIISI OLEH PENELITI

[ ] [ ] [ ] A5

A6 Sudah berapa lama responden bekerja sebagai penjahit

……………. Bulan

[ ] [ ] A6

A7 Berapa lama responden bekerja dalam sehari.......jam

KETERANGAN DIBAWAH INI SEBAGAI PETUNJUK PENGISIAN BAGIAN

B.KELELAHAN KERJA

Keterangan : Sangat Sering = jika hampir tiap hari terasa

Sering = jika 3-4 hari terasa dalam satu minggu

Kadang – kadang = jika 1 – 2 hari terasa dalam satu minggu

Tidak pernah = tidak pernah terasa

B. KELELAHAN KERJA (Diisi oleh Peneliti)

B1 Apakah Saudara merasa berat di bagian kepala setelah

bekerja ?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B1

B2 Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan setelah [ ] B2

Page 150: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxx

lxx

bekerja ?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

B3 Apakah kaki saudara terasa berat setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B3

B4 Apakah saudara menguap setelah bekerja ?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B4

B5 Apakah pikiran saudara terasa kacau setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B5

B6 Apakah saudara merasa mengantuk setelah bekerja ?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B6

B7 Apakah saudara merasakan ada beban pada mata setelah

bekerja ?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B7

B8 Apakah saudara merasa kaku / canggung dalam bergerak

setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B8

B9 Apakah saudara merasa sempoyongan/ berdirinya Tidak

stabil setelah Bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B9

B10 Apakah saudara ada perasaan ingin berbaring setelah

bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B10

B11 Apakah saudara susah berfikir setelah bekerja ?

1. Tidak pernah 3. sering

2.kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B11

B12 Apakah saudara merasa lelah untuk berbicara setelah

bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B12

B13 Apakah saudara menjadi gugup setelah bekerja ?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B13

B14 Apakah saudara tidak bisa berkonsentrasi setelah

bekerja?

[ ] B14

Page 151: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxi

lxxi

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

B15 Apakah saudara Tidak bisa memusatkan perhatian

terhadap sesuatu setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B15

B16 Apakah anda punya kecenderungan untuk lupa setelah

bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B16

B17 Apakah saudara merasa kurang percaya diri setelah

bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B17

B18 Apakah saudara merasa cemas terhadap sesuatu

setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B18

B19 Apakah saudara merasa Tidak dapat mengontrol sikap

setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B19

B20 Apakah saudara merasa Tidak dapat tekun dalam

pekerjaan setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B20

B21 Apakah saudara merasa sakit dikepala?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B21

B22 Apakah saudara merasa kaku di bagian bahu setelah

bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B22

B23 Apakah saudara merasa nyeri di punggung setelah

Bekerja?

[ ] B23

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

B24 Apakah nafas saudara terasa tertekan setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B24

Page 152: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxii

lxxii

B25 Apakah saudara merasa sangat haus setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B25

B26 Apakah suara saudara terasa serak setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B 26

B27 Apakah saudara merasa pening setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B27

B28 Apakah kelopak mata saudara terasa kejang setelah

bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B28

B29 Apakah anggota badan saudara terasa bergetar (tremor)

setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B29

B30 Apakah saudara merasa kurang sehat setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering

2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B30

Kebisingan : ................. dB

Suhu : ................. ºC

Pencahayaan : .................. lux

Page 153: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxiii

lxxiii

LAMPIAN 2

Explore

Case Processing Summary

76 100,0% 0 ,0% 76 100,0%usia

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Descriptives

28,47 ,861

26,76

30,19

28,32

27,50

56,333

7,506

16

45

29

13

,246 ,276

-1,002 ,545

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% Confidence

Interval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

usia

Statistic Std. Error

Tests of Normality

,084 76 ,200* ,959 76 ,016usia

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true significance.*.

Lilliefors Significance Correctiona.

Case Processing Summary

76 100,0% 0 ,0% 76 100,0%masa

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Page 154: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxiv

lxxiv

Descriptives

6,49 ,527

5,44

7,54

6,22

5,00

21,080

4,591

1

20

19

7

,815 ,276

-,071 ,545

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% Confidence

Interval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

masa

Statistic Std. Error

Tests of Normality

,158 76 ,000 ,913 76 ,000masa

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Lilliefors Significance Correctiona.

Page 155: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxv

lxxv

LAMPIRAN 3

Frequencies Statistics

JK

usiak

lmpk

masaklm

pk

jamkl

mpk

posturkl

mpk

bising

klmpk

status

klmpk

1

lelahklm

pk1

N Vali

d 76 76 76 76 76 76 76 76

Miss

ing 0 0 0 0 0 0 0 0

JK

12 15.8 15.8 15.8

64 84.2 84.2 100.0

76 100.0 100.0

perempuan

laki-laki

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

usiaklmpk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

>29 tahun 44 57.9 57.9 57.9

<=29 tahun 32 42.1 42.1 100.0

Valid

Total 76 100.0 100.0

masaklmpk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

>8 tahun 33 43.4 43.4 43.4

<=8 tahun 43 56.6 56.6 100.0

Valid

Total 76 100.0 100.0

jamklmpk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

>8 jam 64 84.2 84.2 84.2

<=8 jam 12 15.8 15.8 100.0

Valid

Total 76 100.0 100.0

Page 156: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxvi

lxxvi

posturklmpk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

8-10 risiko tinggi 14 18.4 18.4 18.4

5-7 risiko sedang 62 81.6 81.6 100.0

Valid

Total 76 100.0 100.0

bisingklmpk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

>100% 13 17.1 17.1 17.1

<=100% 63 82.9 82.9 100.0

Valid

Total 76 100.0 100.0

statusklmpk1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

>25 gemuk 11 14.5 14.5 14.5

<=18.5 kurus 58 76.3 76.3 90.8

18.6-25 normal 7 9.2 9.2 100.0

Valid

Total 76 100.0 100.0

lelahklmpk1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

>60 lelah 41 53.9 53.9 53.9

<=60 tidak lelah 35 46.1 46.1 100.0

Valid

Total 76 100.0 100.0

Page 157: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxvii

lxxvii

LAMPIRAN 4

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

JK * lelahklmpk1 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

usiaklmpk * lelahklmpk1 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

masaklmpk *

lelahklmpk1 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

jamklmpk * lelahklmpk1 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

posturklmpk *

lelahklmpk1 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

bisingklmpk *

lelahklmpk1 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

statusklmpk1 *

lelahklmpk1 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

JK * lelahklmpk1

Crosstab

5 7 12

41.7% 58.3% 100.0%

36 28 64

56.3% 43.8% 100.0%

41 35 76

53.9% 46.1% 100.0%

Count

% within JK

Count

% within JK

Count

% within JK

perempuan

laki-laki

JK

Total

>60 lelah

<=60 tidak

lelah

lelahklmpk1

Total

Page 158: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxviii

lxxviii

Chi-Square Tests

.865b 1 .352

.378 1 .539

.863 1 .353

.529 .269

.854 1 .356

76

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.

53.

b.

Risk Estimate

.556 .159 1.938

.741 .367 1.497

1.333 .767 2.318

76

Odds Ratio for JK

(perempuan / laki-laki)

For cohort lelahklmpk1

= >60 lelah

For cohort lelahklmpk1

= <=60 tidak lelah

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence

Interval

usiaklmpk * lelahklmpk1

Crosstab

33 11 44

75.0% 25.0% 100.0%

8 24 32

25.0% 75.0% 100.0%

41 35 76

53.9% 46.1% 100.0%

Count

% within usiaklmpk

Count

% within usiaklmpk

Count

% within usiaklmpk

>29 tahun

<=29 tahun

usiaklmpk

Total

>60 lelah

<=60 tidak

lelah

lelahklmpk1

Total

Page 159: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxix

lxxix

Chi-Square Tests

18.643b 1 .000

16.684 1 .000

19.409 1 .000

.000 .000

18.397 1 .000

76

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.

74.

b.

Risk Estimate

9.000 3.144 25.760

3.000 1.608 5.599

.333 .192 .577

76

Odds Ratio for usiaklmpk

(>29 tahun / <=29 tahun)

For cohort lelahklmpk1 =

>60 lelah

For cohort lelahklmpk1 =

<=60 tidak lelah

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence

Interval

masaklmpk * lelahklmpk1

Crosstab

23 10 33

69.7% 30.3% 100.0%

18 25 43

41.9% 58.1% 100.0%

41 35 76

53.9% 46.1% 100.0%

Count

% within masaklmpk

Count

% within masaklmpk

Count

% within masaklmpk

>8 tahun

<=8 tahun

masaklmpk

Total

>60 lelah

<=60 tidak

lelah

lelahklmpk1

Total

Page 160: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxx

lxxx

Chi-Square Tests

5.823b 1 .016

4.757 1 .029

5.933 1 .015

.021 .014

5.747 1 .017

76

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.

20.

b.

Risk Estimate

3.194 1.225 8.328

1.665 1.096 2.529

.521 .293 .927

76

Odds Ratio for

masaklmpk (>8 tahun /

<=8 tahun)

For cohort lelahklmpk1

= >60 lelah

For cohort lelahklmpk1

= <=60 tidak lelah

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence

Interval

jamklmpk * lelahklmpk1

Crosstab

36 28 64

56.3% 43.8% 100.0%

5 7 12

41.7% 58.3% 100.0%

41 35 76

53.9% 46.1% 100.0%

Count

% within jamklmpk

Count

% within jamklmpk

Count

% within jamklmpk

>8 jam

<=8 jam

jamklmpk

Total

>60 lelah

<=60 tidak

lelah

lelahklmpk1

Total

Page 161: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxxi

lxxxi

Chi-Square Tests

.865b 1 .352

.378 1 .539

.863 1 .353

.529 .269

.854 1 .356

76

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.

53.

b.

Risk Estimate

1.800 .516 6.279

1.350 .668 2.728

.750 .431 1.304

76

Odds Ratio for jamklmpk

(>8 jam / <=8 jam)

For cohort lelahklmpk1 =

>60 lelah

For cohort lelahklmpk1 =

<=60 tidak lelah

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence

Interval

posturklmpk * lelahklmpk1

Crosstab

10 4 14

71.4% 28.6% 100.0%

31 31 62

50.0% 50.0% 100.0%

41 35 76

53.9% 46.1% 100.0%

Count

% within posturklmpk

Count

% within posturklmpk

Count

% within posturklmpk

8-10 risiko tinggi

5-7 risiko sedang

posturklmpk

Total

>60 lelah

<=60 tidak

lelah

lelahklmpk1

Total

Page 162: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxxii

lxxxii

Chi-Square Tests

2.111b 1 .146

1.336 1 .248

2.182 1 .140

.235 .123

2.083 1 .149

76

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.

45.

b.

Risk Estimate

2.500 .708 8.830

1.429 .944 2.162

.571 .241 1.357

76

Odds Ratio for

posturklmpk (8-10 risiko

tinggi / 5-7 risiko sedang)

For cohort lelahklmpk1 =

>60 lelah

For cohort lelahklmpk1 =

<=60 tidak lelah

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence

Interval

bisingklmpk * lelahklmpk1

Crosstab

10 3 13

76.9% 23.1% 100.0%

31 32 63

49.2% 50.8% 100.0%

41 35 76

53.9% 46.1% 100.0%

Count

% within bisingklmpk

Count

% within bisingklmpk

Count

% within bisingklmpk

>100%

<=100%

bisingklmpk

Total

>60 lelah

<=60 tidak

lelah

lelahklmpk1

Total

Page 163: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxxiii

lxxxiii

Chi-Square Tests

3.332b 1 .068

2.310 1 .129

3.518 1 .061

.124 .062

3.288 1 .070

76

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.

99.

b.

Risk Estimate

3.441 .864 13.698

1.563 1.059 2.307

.454 .164 1.262

76

Odds Ratio for

bisingklmpk (>100% /

<=100%)

For cohort lelahklmpk1

= >60 lelah

For cohort lelahklmpk1

= <=60 tidak lelah

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence

Interval

statusklmpk1 * lelahklmpk1

Crosstab

7 4 11

63.6% 36.4% 100.0%

31 27 58

53.4% 46.6% 100.0%

3 4 7

42.9% 57.1% 100.0%

41 35 76

53.9% 46.1% 100.0%

Count

% within statusklmpk1

Count

% within statusklmpk1

Count

% within statusklmpk1

Count

% within statusklmpk1

>25 gemuk

<=18.5 kurus

18.6-25 normal

statusklmpk1

Total

>60 lelah

<=60 tidak

lelah

lelahklmpk1

Total

Page 164: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxxiv

lxxxiv

Chi-Square Tests

.768a 2 .681

.774 2 .679

.758 1 .384

76

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 3.22.

a.

Risk Estimate

aOdds Ratio for

statusklmpk1 (>25

gemuk / <=18.5 kurus)

Value

Risk Estimate statistics cannot be computed. They

are only computed for a 2*2 table without empty cells.

a.

T-Test

Group Statistics

41 92.61 28.952 4.521

35 92.09 24.634 4.164

lelahklmpk1

>60 lelah

<=60 tidak lelah

cahaya

N Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

.237 .628 .084 74 .933 .524 6.226 -11.881 12.930

.085 74.000 .932 .524 6.147 -11.724 12.772

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

cahaya

F Sig.

Levene's Test for

Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

95% Confidence

Interval of the

Difference

t-test for Equality of Means

T-Test

Group Statistics

41 27.639 .9823 .1534

35 27.666 1.1321 .1914

lelahklmpk1

>60 lelah

<=60 tidak lelah

suhu

N Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean

Page 165: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxxv

lxxxv

Independent Samples Test

2.240 .139 -.110 74 .913 -.0267 .2425 -.5099 .4565

-.109 67.905 .914 -.0267 .2453 -.5161 .4627

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

suhu

F Sig.

Levene's Test for

Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

95% Confidence

Interval of the

Difference

t-test for Equality of Means

Descriptives

Descriptive Statistics

76 48 178 92.37 26.874

76 26.6 29.5 27.651 1.0468

76

cahaya

suhu

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Page 166: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxxvi

lxxxvi

LAMPIRAN 5

Lampiran 4.1 Pemilihan variabel sebagai kandidat analisis multivariat

No Variabel PValue

1 Usia Pekerja 0.000

2 Masa Kerja 0.016

3 Postur Kerja 0.146

4 Kebisingan 0.068

Lampiran 4.2 Pembuatan Model

Variables in the Equation

1.972 .654 9.074 1 .003 7.182 1.991 25.901

.127 .631 .041 1 .840 1.136 .330 3.909

.517 .726 .507 1 .476 1.677 .404 6.961

.441 .780 .320 1 .572 1.554 .337 7.170

-4.931 2.042 5.831 1 .016 .007

usiaklmpk

masaklmpk

posturklmpk

bisingklmpk

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: usiaklmpk, masaklmpk, posturklmpk, bisingklmpk.a.

Variables in the Equation

2.040 .564 13.100 1 .000 7.690 2.548 23.208

.508 .724 .493 1 .483 1.662 .402 6.870

.439 .779 .318 1 .573 1.552 .337 7.146

-4.809 1.943 6.126 1 .013 .008

usiaklmpk

posturklmpk

bisingklmpk

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: usiaklmpk, posturklmpk, bisingklmpk.a.

Page 167: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan kerja pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2004/1/92637... · 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya

lxxxvii

lxxxvii

Variables in the Equation

2.136 .542 15.532 1 .000 8.465 2.926 24.488

.501 .722 .482 1 .488 1.650 .401 6.791

-4.123 1.476 7.809 1 .005 .016

usiaklmpk

posturklmpk

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: usiaklmpk, posturklmpk.a.

Variables in the Equation

2.197 .537 16.770 1 .000 9.000 3.144 25.760

-3.296 .807 16.673 1 .000 .037

usiaklmpk

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: usiaklmpk.a.

Variables in the Equation

.939 .242 15.025 1 .000 2.559 1.591 4.114

-2.641 .691 14.616 1 .000 .071

posturklmpk

by usiaklmpk

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: posturklmpk * usiaklmpk .a.