faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap

103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI HIBRIDA PADA PROGRAM BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) PADI HIBRIDA DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Oleh: RETNO WURI W H0407062 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: phamdat

Post on 16-Jan-2017

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI HIBRIDA PADA PROGRAM BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU)

PADI HIBRIDA DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

Oleh:

RETNO WURI W

H0407062

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI HIBRIDA PADA PROGRAM BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU)

PADI HIBRIDA DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

Disusun Oleh :

RETNO WURI W

H 0407062

Dosen Pembimbing:

1. Dr. Sapja Anantanyu, SP, MSi

2. Bekti Wahyu Utami, SP, MSi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap Petani

Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program Bantuan

Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida Di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar yang dipersiapkan dan disusun oleh

Retno Wuri W

H 0407062

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal :

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta,

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 19560225 198601 1001

Ketua

Dr. Sapja Anantanyu, SP, MSi

NIP. 19681227 199403 1002

Anggota I

Bekti Wahyu Utami, SP, MSi

NIP. 19780715 200112 2001

Anggota II

Agung Wibowo, SP, MSi

19760226 200501 1003

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

Rahmat, Hidayah, dan Nikmat kesehatan yang diberikan sehingga penulis dapat

melaksanakan dan menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

”Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap Petani Terhadap

Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program Bantuan Langsung Benih

Unggul (BLBU) Padi Hibrida Di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar”. Terselesaikannya penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari

bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Sebelas Maret Surakarta.

3. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan

Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta

4. Dr. Sapja Anantanyu, SP, MSi selaku pembimbing utama yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skipsi ini.

5. Bekti Wahyu Utami, SP, MSi selaku pembimbing pendamping sekaligus

Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis

dalam penyusunan skripsi.

6. Agung Wibowo, SP, MSi selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan

masukan, saran, dan kritikan yang membangun sehingga penyu0sunan skripsi

menjadi lebih baik.

7. Seluruh karyawan Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam

menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.

8. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Karanganyar

yang telah memberikan bantuannya dalam pengumpulan data.

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

9. Kepala BPP dan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Kecamatan Karanganyar

yang telah memberikan bantuan dan informasi dalam pengumpulan data.

10. Ketua Gapoktan Kecamatan Karanganyar (Alm. Sutarno Yudoko) yang telah

memberikan informasi kepada penulis.

11. Kelompok Tani Makarti Tani IV, Rukun Tani IV, Makaryo Tani, Tani

Makmur I, Subur Makmur IV dan Ngudi Mulyo III, yang telah memberikan

informasi kepada penulis.

12. Keluarga tercinta, terima kasih atas kasih sayang, perhatian, nasehat,

dukungan dan doanya.

13. Rahadian Yasin, terima kasih atas dukungan, motivasi, semangat dan

bantuannya.

14. Dina, Febri, Dewi, Ida, Nurul, Sofa, Arum, Alda, Ratih, Oktin, Pasol, Susi,

Mba Fitri yang telah bersedia membantu dan memberi dukungan kepada

penulis.

15. Teman-teman PKP 2007 terima kasih atas bantuan, motivasi dan dukungan

kepada penulis.

16. Kakak-kakak tingkat PKP 2006 terima kasih atas bantuan dan dukungan

kepada penulis.

17. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat dan menambah pengetahuan baru bagi yang memerlukan.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi RINGKASAN ................................................................................................... xii SUMMARY ..................................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 6

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 7 B. Kerangka Berfikir ................................................................................. 34 C. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 34 D. Pembatasan Masalah ............................................................................. 34 E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................. 35

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 41 B. Metode Penentuan Lokasi .................................................................... 41 C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 44 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 45 E. Metode Analisis Data ........................................................................... 45

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis ............................................................................... 48 B. Keadaan Penduduk .............................................................................. 49 C. Keadaan Pertanian ............................................................................... 53 D. Keadaan Sarana Perekonomian ........................................................... 54 E. Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program BLBU Padi Hibrida Di

Kecamatan Karanganyar ...................................................................... 56

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Program BLBU Padi Hibrida .............................................................. 57 B. Identitas Responden ............................................................................. 58 C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap ............................... 61 D. Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida ..................... 70

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

E. Hubungan Antara Variabel-Variabel Penelitian Dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program BLBU Padi Hibrida ......................................................................................... 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... 84 B. Saran ................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Variabel Yang Berhubungan Dengan Sikap ...................................... 38

Tabel 2.2 Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida ................... 40

Tabel 3.1 Data Kelompok Tani Kecamatan Karanganyar Pada Program BLBU Padi Hibrida ............................................................................ 42

Tabel 3.2 Data Jumlah Sampel Sasaran Kelompok Tani Kecamatan Karanganyar ....................................................................................... 44

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Di Kecamatan Karanganyar ................................ 49

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Kecamatan Karanganyar Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ............................................................................... 49

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Kecamatan Karanganyar Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 ...................................................................... 51

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Kecamatan Karanganyar Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010 .................................................................... 52

Tabel 4.5 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ................................................................... 54

Tabel 4.6 Keadaan Lembaga Perekonomian Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 .................................................................................................... 55

Tabel 5.1 Perbedaan Varietas Bernas, Arize dan Intani 2 ................................... 58

Tabel 5.2 Identitas Responden ............................................................................ 60

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman Berusahatani Kecamatan Karanganyar ............................................... 63

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Orang Lain Kecamatan Karanganyar .................................................................... 65

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Kecamatan Karanganyar .................................................................... 67

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Non Formal Kecamatan Karanganyar .................................................................... 68

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penggunaan Media Massa Kecamatan Karanganyar ......................................................... 70

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Kepercayaan Kecamatan Karanganyar .................................................................... 71

Tabel 5.9 Distribusi Petani Berdasarkan Tingkat Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Kecamatan Karanganyar ................ 72

Tabel5.10 Hubungan Antar Variabel Penelitian Tingkat Pengalaman Berusahatani, Tingkat Pengaruh Orang Lain, Tingkat Pendidikan Formal, Tingkat Pendidikan Non Formal, Tingkat Penggunaan Media Massa dan Tingkat Pengaruh Kepercayaan Dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program BLBU Padi Hibrida ............................................................................ 76

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Variabel-Variabel Yang Berhubungan Dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program BLBU Padi Hibrida di Kecamatan Karanganyar .. 34

Gambar 5.1 Mekanisme Penetapan Kelompok Tani Penerimaan BLBU ......... 59

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuisioner Penelitian .................................................................... 94

Lampiran 2 : Identitas Responden ................................................................... 104

Lampiran 3 : Variabel X .................................................................................. 107

Lampiran 4 : Variabel Y .................................................................................. 109

Lampiran 5 : Correlations ................................................................................ 111

Lampiran 6 : Frequency ................................................................................... 113

Lampiran 7 : Foto-Foto Kegiatan Penelitian .................................................... 114

Lampiran 8 : Peta Daerah Penelitian ................................................................ 115

Lampiran 9 : Surat Ijin Penelitian .................................................................... 116

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

RINGKASAN

Retno Wuri W, H 0407062 ”FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI HIBRIDA PADA PROGRAM BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) PADI HIBRIDA DI KECAMATANKARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Dr. Sapja Anantanyu, SP, MSi dan Bekti Wahyu Utami, SP. MSi

Penyediaan pangan yang cukup harus didukung oleh produk hasil tanaman pangan yang cukup pula. Salah satu tantangan paling besar di sektor pertanian saat ini adalah upaya memenuhi kebutuhan konsumsi beras nasional dari produksi dalam negeri. Untuk mendukung upaya peningkatan produktivitas padi serta meringankan beban petani dalam rangka peningkatan benih varietas unggul bermutu dan mendukung peningkatan produktivitas padi, maka pemerintah memberikan bantuan benih varietas unggul bermutu melalui program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida. Program BLBU padi hibrida dilaksanakan di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar sejak tahun 2008, dengan harapan agar hasil produksi tanaman padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar meningkat serta menigkatkan kesadaran petani menggunakan benih unggul.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji (1) Mengkaji sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida, (2) Mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida, (3) Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap, dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Metode dasar penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik survei. Penelitian berlokasi di Kecamatan Karanganyar dengan responden sebanyak 50 orang yang diambil menggunakan teknik area sampling. Untuk mengetahui hubungan antara variabel penelitian digunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap petani terhadap tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 34 orang atau 68 persen, sikap petani terhadap hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida tergolong netral yaitu sebanyak 34 orang atau 68 persen dan sikap petani terhadap kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida tergolong tinggi yaitu sebanyak 38 orang atau 76 persen. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman berusahatani, tingkat pengaruh orang lain, tingkat pendidikan formal, dan tingkat pengaruh kepercayaan dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida, sedangakan hubungan yang signifikan terdapat antara tingkat pendidikan non formal dan tingkat penggunaan media massa dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pd program BLBU padi hibrida.

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

SUMMARY

Retno Wuri W, H 0407062 "RELATED FACTORS OF FARMER’S

ATTITUDE TOWARD HYBRIDA RICE SEED ULITILIZING ON BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) IN KARANGANYAR SUBDISTRICT OF KARANGANYAR REGENCY”. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University. Under guidance of Dr. Sapja Anantanyu, SP, MSi and Bekti Wahyu Utami, SP, MSi.

Adequate supplying of food should be supported by the adequate food production too. The hard defiance in agriculture sector on this time is the effort of fulfiil national rice consumption from domestic’s production. To support this effort of rice productivity improvement and demulcent farmer’s burfen in superior quality of variety seed improvement pregame and support rice productivity improvement, the goverment give superior quality hybrid rice seed trough Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) hybrid rice program. BLBU hybrid rice program seed held in Karanganyar sub district of Karanganyar regency since 2008, it hope to echancing the product of rice and the farmer awareness of using superior seed in Karanganyar sub district of Karanganyar regency.

The purpose of the research are (1) to investigate farmer attitude toward hybrid rice seed utilizing in BLBU hybrid rice program, (2) to investigate the related factors of farmer attitude toward hybrid rice seed utilizing in BLBU hybrid rice program, (3) to investigate the relationship between the hybrid rice utilizing with farmer attitude toward hybrid rice seed utilizing in BLBU hybrid rice program. The base method of the research is quantitave research by using survey technique. The research located in Karanganyar sub district of Karanganyar regency with respondents 50 people taken by area sampling technique. This research using Rank Spearman (rs) correlation, it uses to know the relationship between research variables.

The result of the research show that farmer attitude toward the purpose of hybrid rice seed utilizing on BLBU hybrid rice program belonging to high category, it is 34 people or 68 %, farmer attitude toward the result of hybrid rice seed on BLBU hybrid rice program appertain to netral, it is 34 people or 68 % and farmer attitude toward hybrid rice seed utilizing in BLBU hybrid rice program appertain to high, it is 38 people or 76 %. There is no significant relationship between farming experience, other influence level, formal education level and farmer’s belief with farmer’s attitude toward hybrid rice seed utulizing in BLBU hybrid rice program, whereas the significant relationship contained between non formal education and mass media utilizing with farmer’s attitude toward hybrid rice seed utilizing in BLBU hybrid rice program.

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya

hidup atau bekerja pada sektor pertanian. Sebagai negara yang penduduknya

banyak maka stabilitas dalam penyediaan tanaman pangan menjadi hal yang

penting. Penyediaan pangan yang cukup harus didukung oleh produk hasil

tanaman pangan yang cukup pula.

Salah satu tantangan paling besar di sektor pertanian saat ini adalah

upaya memenuhi kebutuhan konsumsi beras nasional dari produksi dalam

negeri. Konsumsi beras akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

penduduk, karena sampai saat ini upaya diversifikasi pangan pokok

(sumber karbohidrat) belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan.

Disisi lain luas lahan tanaman padi semakin sedikit karena pergeseran

industrialisasi. Luas pertanaman padi di Indonesia diperkirakan mencapai

11-12 juta ha, yang tersebar di berbagai tipologi lahan seperti sawah (5,10 juta

ha), lahan tadah hujan (2,10 juta ha), ladang (1,20 juta ha), dan lahan pasang

surut. Lebih dari 90% produksi beras nasional dihasilkan dari lahan sawah dan

lebih dari 80% total area pertanaman padi sawah telah ditanami varietas

unggul.

Berbagai upaya diprogramkan pemerintah untuk meningkatkan produksi

padi secara nasional, yaitu melalui peningkatan mutu intensifikasi yang

ditempuh melalui penggunaan benih unggul, khususnya padi hibrida dan padi

varietas unggul. Daerah-daerah yang biasa menanam varietas lokal akan terus

diusahakan beralih menanam varietas unggul dan pada akhirnya menanam

varietas hibrida. Dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan, kendala yang

dihadapi antara lain masih rendahnya produktivitas tanaman karena sebagian

petani belum menggunakan varietas unggul bermutu dalam budidayanya.

Rendahnya produktivitas padi juga dapat disebabkan beberapa faktor di

antaranya : daya dukung lahan, infrastruktur, kelangkaan pupuk akibat pola

distribusi yang belum optimal, belum menggunakan benih unggul yang

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bersertifikat, faktor iklim (curah hujan) yang tinggi, pengendalian OPT

(organisme pengganggu tanaman) belum optimal, dan permodalan petani.

Padi inbrida dan padi hibrida mempunyai beberapa perbedaan, yaitu padi

inbrida berasal dari galur murni yang melakukan penyerbukan sendiri, turunan

benih dapat ditanam kembali, tanaman padi kurang seragam, produksinya rata-

rata dan harga lebih murah. Padi hibrida merupakan perkawinan dari dua

genotip yang berbeda sifatnya, turunan keduanya tidak busa dibenihkan

kembali sehingga harus membeli benih yang baru, tanaman lebih tegak dan

seragam, hasil lebih tinggi 20-30% dari padi inbrida serta harga benih lebih

mahal karena proses produksinya yang rumit. Berdasarkan penjelasan diatas,

dapat diketahui bahwa kondisi genetik padi inbrida dan hibrida berbeda. Selain

itu, teknologi produksi benihnya juga berbeda. Produksi benih padi hibrida

lebih jauh rumit daripada produksi padi inbrida, sehingga wajar jika harganya

pun lebih mahal.

Kontribusi penggunaan benih varietas unggul bermutu dalam

meningkatkan produktivitas, produksi bahkan mutu hasil telah terbukti secara

signifikan, antara lain dengan keberhasilan peningkatan produksi komoditas

tanaman pangan yang terjadi selama ini. Hasil penelitian lapangan Fakultas

Pertanian UGM menunjukan bahwa hasil panen padi hibrida meningkat sekitar

14 persen dibandingkan hasil panen padi IR 64, produksi panen padi hibrida

menghasilkan 6,5-7,0 ton per hektar. Sedangakan panen padi IR64

menghasilkan 5,9 ton per hektar (UGM, 2007).

Penyebab rendahnya adopsi benih varietas unggul bermutu salah satunya

adalah daya beli dan tingkat kesadaran serta keyakinan petani terhadap manfaat

penggunaan benih varietas unggul bermutu masih relative rendah. Untuk

mendukung upaya peningkatan produktivitas padi serta meringankan beban

petani dalam rangka peningkatan benih varietas unggul bermutu dan

mendukung peningkatan produktivitas padi, maka pemerintah memberikan

bantuan benih varietas unggul bermutu melalui program Bantuan Langsung

Benih Unggul (BLBU) padi hibrida. BLBU padi hibrida merupakan program

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, yang diberikan kepada petani

yang tergabung dalam kelompok tani.

Program BLBU padi hibrida dilaksanakan di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar sejak tahun 2008, dengan harapan agar hasil panen

padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar meningkat serta

menigkatkan kesadaran petani menggunakan benih unggul. Akan tetapi

kesadaran petani untuk menggunakan benih padi hibrida masih rendah

dikarenakan mahalnya harga benih padi. Melalui program BLBU padi hibrida

diharapkan petani di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar mau

beralih menggunakan benih padi hibrida sehingga dapat meningkatkan hasil

panen padi yang berkualitas secara berkelanjutan. Upaya program BLBU padi

hibrida dilakukan melalui pemberian benih padi hibrida secara gratis dari

pemerintah kemudian langsung disalurkan ke kelompok tani.

Usaha untuk mencapai keberhasilan penggunaan benih hibrida ini sangat

diperlukan sikap atau respon yang baik dari petani. Ketika diketahui sikap

petani maka pemerintah dapat mempertimbangkan kebijakan apa yang cocok

untuk pengembangan penggunaan benih hibrida. Sikap petani yang positif akan

membantu keberlangsungan dan kemajuan penggunaan benih padi hibrida,

akan tetapi ketika sikap petani negatif maka penggunaan benih padi hibrida

akan mengalami hambatan.

Dalam penelitian ini akan mengkaji faktor-faktor yang berhubungan

dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program

Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Melalui program BLBU padi hibrida

diharapkan ke depan petani di Kecamatan Karanganyar mau beralih

menggunakan benih padi hibrida sehingga dapat meningkatkan hasil produksi

yang berkualitas secara berkelanjutan. Upaya program BLBU padi hibrida

dilakukan melalui pemberian benih padi hibrida secara gratis dari pemerintah

kemudian langsung disalurkan ke kelompok tani.

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Perumusan Masalah

Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang memilki peranan

penting sebagai bahan pangan, pakan dan industri dalam negeri. Kebutuhan

padi setiap tahunnnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan.

Sejauh ini pengalaman menunjukkan bahwa tingkat produksi tahunan

lebih ditentukan oleh areal tanam dari pada tingkat produktivitas. Namun

demikian upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktifitas masih

terbuka lebar. Untuk mengatasi permasalahan penurunan produktivitas padi,

pemerintah melakukan terobosan dalam memproduksi padi dengan inovasi

penggunaan benih padi hibrida yang hasil produksinya sangat menjanjikan.

Adapun keuntungan menggunakan benih padi hibrida antara lain tanaman

kokoh dan tahan roboh, toleran terhadap hama dan penyakit, kebutuhan benih

cukup 15kg/ha, cukup satu bibit per lubang, rasa nasi pulen dan wangi, tinggi

tanaman sedang 100-118 cm sehingga tidak mudah rebah, umur panen 115-120

hari setelah semai serta potensi hasil dapat mencapai 12,4 ton (Bayer, 2007).

Kendala yang dihadapi petani di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar yaitu mahalnya harga benih padi hibrida, sehingga petani

cenderung memilih benih padi lokal dengan alasan harga benih padi

terjangkau. Selain itu, petani harus membeli benih baru setiap tanam, karena

benih hasil panen sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman

berikutnya.

Dari kendala di atas dapat dilihat bahwa sikap petani terhadap

penggunaan benih padi hibrida kurang diminati petani. Untuk dapat

meningkatkan hasil yang maksimal dan meningkatkan minat petani dalam

penggunaan benih padi hibrida maka pemerintah Karanganyar mencanangkan

program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida. Melalui

program ini, diharapkan para petani mau beralih menggunakan benih padi

hibrida yang diberikan gratis oleh pemerintah. Selain itu, diharapkan setelah

program selesai petani mau beralih menggunakan benih padi hibrida tanpa

tergantung pemerintah, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mensejahterakan para petani. Demi terwujudnya program ini diperlukan

kesadaran petani terhadap penggunaan benih padi hibrida dibandingkan benih

padi lokal.

Sikap merupakan proses aktif penggunaan pikiran sehingga menimbulkan

tanggapan bahkan dapat membentuk sikap seseorang terhadap suatu

rangsangan. Sikap yang terbentuk dalam diri petani akan mempengaruhi cara

pandangnya terhadap BLBU padi hibrida dan mempengaruhi tingkat

keberhasilan petani dalam penggunaan benih padi hibrida. Ketika petani

mempunyai sikap yang positif terhadap penggunaan benih padi hibrida maka

akan membantu keberhasilan program BLBU padi hibrida, akan tetapi apabila

petani mempunyai sikap yang negatif maka kemungkinan akan menghambat

keberlangsungan program BLBU padi hibrida. Sikap petani merupakan salah

satu ukuran keberhasilan dari suatu program, agar program dapat berjalan

sesuai tujuan maka perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

sikap petani dalam penggunaan benih padi hibrida.

Dari uraian di atas maka timbul beberapa permasalahan yang nantinya

akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar pada program Bantuan

Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida ?

2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan sikap petani terhadap

penggunaan benih padi hibrida pada program Bantuan Langsung Benih

Unggul (BLBU) padi hibrida di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar ?

3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap,

dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar pada program Bantuan Langsung

Benih Unggul (BLBU) padi hibrida ?

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Mengkaji sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida

di Kecamatan Karanganyar pada program Bantuan Langsung Benih Unggul

(BLBU) padi hibrida.

2. Mengkaji faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan sikap petani

terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program Bantuan Langsung

Benih Unggul (BLBU) padi hibrida di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar.

3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap,

dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar pada program Bantuan Langsung

Benih Unggul (BLBU) padi hibrida.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berkut :

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah

wawasan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan

informasi dan landasan untuk menentukan kebijakan yang terkait dengan

pengembangan program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi

hibrida.

3. Bagi peneliti lain, dapat dipergunakan sebagai referensi dalam penelitian

sejenis selanjutnya.

4. Bagi petani di Kecamatan Karanganyar, dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengembangkan budidaya padi hibrida.

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian

Pembangunan merupakan usaha yang dilakukan oleh masyarakat

dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup melalui modernisasi,

industrialisasi untuk memajukan keadaan sosial termasuk keadilan yang

lebih besar, kebebasan dan kualitas terhadap lingkungannya. Pembangunan

berarti membangkitkan masyarakat di negara-negara sedang berkembang

dari keadaan kemiskinan, pengangguran, dan ketidakpastian sosial

(Nasution, 2004).

Tiga kebiasaan mental yang sangat penting bagi pembangunan

pertanian. Pertama adalah kebiasaan melakukan pengukuran, berpikir dan

menghitung jumlah (kuantitatif). Kebiasaan ini membuat seseorang dalam

menilai suatu hasil panen misalnya, tidak merasa puas dengan hanya

menyebutkannya panen yang ”baik”, tetapi masih terus bertanya seberapa

baikkah panen itu jika dinyatakan dalam jumlah kilogram, bau atau patok.

Kedua adalah selalu bertanya mengapa, mengapa tanah ini tidak sesubur

tanah itu? Ketiga adalah kebiasaan untuk terus mencari alternatif lain,

mencari cara lain untuk melakukan sesuatu yang harus dilakukan. Selalu

mencari alternatif lain dapat dipupuk menjadi suatu kebiasaan, sama hal nya

dengan kebiasaan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang tetap sama

(Mosher, 1978).

Kemajuan keadaan sosial akan terwujud dengan adanya pembangunan

pertanian mencakup banyak kegiatan yang beraneka ragam yang semuanya

itu dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup petani. Perwujudannya

dapat beraneka ragam seperti misalnya pelayanan-pelayanan penyuluhan,

bantuan teknis, sampai dengan proyek-proyek yang dimaksudkan untuk

meningkatkan taraf hidup petani. Selain itu perlu adanya proses-proses

dimana usaha-usaha dari orang-orang itu sendiri disatukan dengan usaha

pemerintah untuk memperbaiki keadaan sosial ekonomi, dan kultur

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

masyarakat, menyatukan masyarakat itu menyumbangkan secara penuh bagi

kemajuan nasional (Slamet, 1993).

Dewangga (1995) berpendapat bahwa pembangunan pertanian

bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

tani yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia dan tinggal di

pedesaan. Meningkatkan taraf hidup petani dan masyarakat petani dan

masyarakat pedesaan dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas

usahatani. Untuk dapat mengelola usahataninya secara efisien diperlukan

adanya perubahan perilaku petani untuk mampu bertani dengan baik dan

berusahatani lebih menguntungkan.

Pembangunan akan memberikan harapan dengan hasil yang optimal,

jika penyuluhan pertanian dilakukan secara baik. Karena penyuluhan

pertanian merupakan ujung tombak pembangunan pertanian. Pelaksanaan

penyuluhan yang baik dengan disertai dengan sistem pelayanan yang teratur

akan menjadi jaminan yang efektif untuk tercapainya tujuan pembangunan

itu sendiri. Inti kegiatan penyuluhan pertanian adalah komunikasi gagasan

yang inovatif maupun produk teknologi yang inovatif yang dapat

memberikan nilai ekonomis yang lebih baik kapada petani dan keluarganya

(Levis, 1996).

2. Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan

kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai

aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap

adalah pengetahuan, perasaan-perasaan dan kecenderungan untuk

bertindak. Lebih mudahnya, sikap adalah kecondongan evaluasi terhadap

suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana

seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap

(Van den Ban dan Hawkins, 2007).

Sikap dapat diungkapkan melalui reaksi baik perkataan maupun

perbuatan, reaksi tersebut dapat meliputi rasa suka dan tidak suka,

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

mendekati atau menghindari situasi, benda, orang, kelompok dan aspek

lingkungan yang dapat dikenal lainnya, termasuk gagasan abstrak dan

kebijakan sosial. Sikap sangat terkait dengan kognisi khususnya dengan

keyakinan tentang sifat benda lebih lanjut. Sikap juga terkait dengan

tindakan yang kita ambil berkaitan dengan benda tersebut

(Alkinson et all, 1991).

Attitude is a mental and neural state of readiness, organized through experience, exerting a directive or dynamic influence upon the individuals response to all object and situations with which it is related.

Menurut G. W. Allport (1935) dalam Taylor (1997), sikap adalah

suatu mental dan status kesiapsiagaan, yang diorganisir melalui

pengalaman, menggunakan suatu pengaruh yang dinamik ketika individu

menjawab semua obyek dan situasi yang terkait.

Sikap ditunjukkan oleh luasnya rasa suka atau tidak suka terhadap

sesuatu. Sesuatu tersebut adalah obyek sikap. Mengukur sikap seseorang

adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum

afektif berkisar dari sangat positif hingga sangat negatif terhadap suatu

obyek sikap. Dalam penskalaan likert kuantifikasi dilakukan dengan

mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan

negatif tentang obyek sikap (Mueller, 1996).

Attitude are relatively lasting organizations of beliefes which made you tend to respond to things in particular ways. Attitudes are never seem directly, you infer their existence from what people do. Attitude include positive or negative evaluations, emotional feelings and certain positive or negative tendencies in relation to objects, people and events. Attitude are human responses and can be examined along three dimensions, their directon, their intensity and their sabence.

Myers (1992) mendefinisikan sikap sebagai bentuk evaluasi yakni

sikap merupakan pengorganisasian terakhir secara relatif dari

kepercayaan dimana terdapat kecenderungan untuk merespons benda-

benda dalam keadaan yang nyata. Sikap tidak pernah dilihat secara

langsung, seseorang harus mengambil kesimpulan keberadaan sikap dari

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

apa yang dilakukan orang lain. Sikap melibatkan evaluasi-evaluasi yang

positif dan negatif, perasaan-perasaan emosional, dan kecenderungan

positif atau negatif secara pasti yang berhubungan dengan obyek, orang

dan kejadian atau peristiwa. Sikap merupakan respons manusia dan dapat

diuji melalui tiga dimensi yaitu arahnya, intensitasnya, dan

ketenangannya.

Attitudes are pivotal concept in social psychology. They are of special interest because other people attempt to influence our attitudes through persuasion, and attitudes are often reflected in our behavior toward other. Attitude as beliefs that predispose us to act and feel in certain ways. Note that definition has three components : (a) beliefs, such as the beliefe that door ro door salespeople are generally dishonest; (b) feelings, such as a strong dislike for door to door salespeople; (c) dispositions to behave, such as a readiness to be rude to them when they come to the door.

Sikap adalah konsep sangat yang sangat penting dalam psikologi

sosial. Sikap merupakan minat khusus yang disebabkan orang lain untuk

mencoba mempengaruhi sikap melalui bujukan, dan sikap sering

dicerminkan dalam perilaku kita ke arah orang lain. Sikap merupakan

kepercayaan yang mempengaruhi kita untuk bertindak dan merasakan

sesuatu. Perlu diperhartikan, definisi sikap mempunyai tiga komponen :

(a) kepercayaan, seperti rasa percaya kepada orang lain; (b) perasaan,

seperti prasangka buruk pada orang lain; (c) kecakapan untuk bertindak,

seperti suatu kesiapsiagaan untuk berlaku tidak sopan atau kasar pada

orang yang berlaku kasar kepada kita (Lahey,1973)

Menurut Ahmadi (1999), sikap tumbuh dan berkembang dalam

basis sosial yang tertentu, misalnya : ekonomi, politik, agama dan

sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh

lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan menyebabkan

perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena

perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan

terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap obyek tertentu atau suatu

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

obyek. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap

meliputi :

1) Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu

sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan

mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terdapat

pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di

dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya.

2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia.

Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misalnya,

interaksi antara manusia dengan hasil kebudayaan manusia yang

sampai padanya melalui alat-alat komunikasi (surat kabar, radio,

televisi, majalah, dan sebagainya).

b. Ciri-Ciri Sikap

Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam

hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang atau

kejadian-kejadian. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan faktor

internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri

sikap sebagai berikut :

1) Sikap itu dipelajari (learnability), sikap merupakan hasil belajar.

Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran sebagian

individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan

sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih

baik untuk dirinya, membantu tujuan kelompok, atau memperoleh

sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.

2) Memiliki kestabilan (stability), sikap bermula dari dipelajari,

kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman.

Misalnya, perasaaan senang dan tidak senang terhadap warna tertentu

(spesifik) yang sifatnya berulang-ulang atau memiliki frekuensi yang

tinggi.

3) Personal-societal significance, sikap melibatkan hubungan antara

seseorang dan orang lain dan juga orang dan barang atau situasi. Jika

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta

hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya.

4) Berisi cognisi dan affeksi, komponen cognisi dari sikap adalah berisi

informasi yang faktual, misalnya obyek itu dirasakan menyenangkan

atau tidak menyenangkan.

5) Approach-avoidance directionality, bila seseorang memiliki sikap

yang favorable terhadap sesuatu obyek, maka mereka akan mendekati

dan membantunya. Sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang

unfavorable, mereka akan menghindarinya.

Kesimpulanya, sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus

dipelajari selama perkembangan hidupnya. Karena itulah sikap selalu

berubah-ubah dan dapat dipelajari. Sikap itu tidak semata-mata berdiri

sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan obyek. Sikap pada

umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi (Ahmadi, 1999).

c. Fungsi Sikap

Ahmadi (1999) mengelompokkan fungsi atau tugas sikap menjadi

empat golongan yaitu :

1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, sikap adalah

sesuatu yang bersifat communicabel, artinya sesuati yang mudah

menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama.

1) Sikap berfungsi sebagai pengatur tingkah laku, antara perangsang dan

reaksi terdapat sesuatu yang disisipkan, yaitu sesuatu yang berwujud

pertimbangan/penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal

yang berdiri sendiri, tetapi sesuatu yang erat hubungannya dengan

cita-cita orang, tujuan hidup orang peraturan kesusilaan yang ada

dalam masyarakat.

2) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman,

artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar tidak

semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang

perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman

diberi penilaian, lalu dipilih.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

3) Sikap berfungsi sebagai pernyataan pribadi, sikap sering

mencerminkan pribadi seseorang. Oleh karena itu dengan melihat

sikap pada obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui

pribadi orang tersebut.

Katz dalam Azwar (1995) mengatakan bahwa untuk memahami

bagaimana sikap menerima dan menolak perubahan haruslah berangkat

dari dasar motivasional sikap itu sendiri. Dasar motivasional merupakan

fungsi sikap bagi individu yang bersangkutan, fungsi sikap bagi manusia

telah dirumuskan menjadi empat macam, yaitu :

1) Fungsi Instrumental, Fungsi Penyesuaian atau Fungsi Manfaat

Fungsi ini menyatakan bahwa individu dengan sikapnya

berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan

meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan demikian,

individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang

dirasakanya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap

negatif terhadap hal-hal yang dirasakanya akan merugikan dirinya.

2) Fungsi Pertahanan Ego

Sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan dan

dirasa akan mengancam egonya sewaktu ia mengetahui fakta dan

kebenaran yang tidak mengenakan bagi dirinya maka sikapnya dapat

berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan

melindunginya dari kepahitan kenyataan. Sikap dalam hal ini,

merefleksikan problem kepribadian yang tidak terselesaikan.

3) Fungsi Pernyataan Nilai

Seseorang seringkali mengembangkan sikap tertentu untuk

memperoleh kepuasan dalam menyatakan nilai yang dianutnya sesuai

dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya. Sikap digunakan sebagai

sarana ekspresi nilai sentral dalam dirinya. Fungsi inilah yang

menyebabkan orang sering lupa diri sewaktu berada dalam situasi

massa seideologi atau sama nilai.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

4) Fungsi Pengetahuan

Manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari

penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanyya

unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa

yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah

sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsistensi. Jadi, sikap

berfungsi sebagai suatu skema, yaitu suatu cara strukturisasi agar

dunia di sekitar tampak logis dan masuk akal. Sikap digunakan untuk

melakukan evaluasi terhadap fenomena luar yang ada dan

mengorganisasikannya.

d. Komponen Sikap

Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang

bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Jika sikap mengarah

pada obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap obyek

tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ketersediaan untuk

bereaksi dari orang tersebut terhadap obyek. Komponen sikap ada tiga

yaitu, komponen kognisi yang hubungannya dengan belief, ide dan

konsep. Komponen afektif yang menyangkut kehidupan emosional

seseorang. Komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah

laku (Mar’at, 1984).

Dijelaskan Walgito (2003) bahwa, struktur sikap terdiri atas tiga

komponen yang saling menunjang, yaitu :

1) Komponen kognitif (komponen perseptual), merupakan komponen

yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-

hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi

terhadap objek sikap.

2) Komponen afektif (komponen emosional), merupakan komponen

yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap

objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa

tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini

menunjukkan arah sikap, yaitu arah positif dan negatif.

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

3) Komponen konatif (komponen perilaku), merupakan komponen yang

berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.

Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan

besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang

terhadap objek sikap.

Menurut Ahmadi (1999), tiap-tiap sikap memiliki tiga aspek :

1) Aspek Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal

pikiran.

2) Aspek Afektif berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan

tertentu yang ditujukan kepada obyek-obyek tertentu.

3) Aspek Konatif berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk

berbuat sesuatu obyek.

Pyschologists often describe attitude as having three components, what we think or believe about something (the cognitive component), how we feel about it (the emotional component) and how we act toward it (the behavioral component). Sometimes these three components are consistent with another.

Psikologi pada umumnya menggambarkan bahwa sikap

mempunyai tiga komponen antara lain komponen kognitif, yaitu apa

yang kita pikirkan atau percaya tentang suatu hal. Komponen emosional,

yaitu bagaimana kita merasakan tentang hal tersebut dan komponen

perilak, yaitu bagaimana kita bereaksi terhadap hal itu. (Wortman, 1999).

c. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami

oleh individu. Dalam berinteraksi sosial, individu beraksi membentuk

pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.

Diantara faktor yang berhubungan dengan sikap adalah pengalaman

pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,

pendidikan formal dan pendidikan informal (Azwar, 1998).

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

1) Pengalaman Pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan

akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai

pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah

penghayatan itu kemudian aan membentuk sikap positif ataukah sikap

negatif, akan tergantung pada berbagai faktor lain. Pembentukan

kesan atau tanggapan terhadap obyek merupakan proses kompleks

dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan,

situasi dimana tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri

obyektif yang memilki stimulus (Azwar, 1995).

Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi petani dalam menerima suatu inovasi. Pengalaman

berusahatani terjadi karena pengaruh waktu yang telah dialami oleh

para petani, petani yang berpengalaman dalam menghadapi hambatan-

hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya. Semakin banyak

pengalaman yang diperoleh petani, diharapkan produktivitas petani

akan semakin tinggi, sehingga dalam mengusahan usahataninya akan

semakin baik (Hasan, 2000).

Mardikanto (1996), menyatakan bahwa pengalaman yang

dimiliki seseorang akan mempengaruhi semangatnya untuk belajar.

Contohnya petani yang pernah gagal dalam mengadopsi inovasi, akan

sulit untuk mengadopsi inovasi yang lain. Hal ini disebabkan, karena

pengalaman masa lalu yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi

kecenderungannya untuk merasa memerlukan dan siap menerima

pengetahuan baru.

2) Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting

Seseorang yang dianggap penting akan banyak mempengaruhi

pembentukan sikap. Diantara orang yang biasanya dianggap penting

bagi individu adalah orang tua, orang yang berstatus sosial lebih

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami.

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang

yang dianggap penting tersebut. Mardikanto (1996) menyatakan

bahwa tokoh-tokoh informal (tokoh keagamaan, tokoh adat, politikus

dan guru) merupakan tokoh yang dianggap berpengaruh karena

memiliki katau wibawa untuk menumbuhkan opini publik dan/atau

yang dijadikan panutan oleh masyarakat setempat.

Sebagaimana kita ketahui bahwa lingkungan masyarakat yang

tradisional masih tertanam penghormatan yang besar terhadap

pemimpin masyarakat. Sesungguhnya demi untuk suksesnya

pembangunan dan tercapainya kemakmuran dalam masyarakat

sendiri, maka sikap hidup tradisional itu perlu diubah dan disesuaikan

dengan cara yang tepat. Disinilah pentingnya peranan daripada faktor

kepemimpinan sebagai perluasan komunikasi massa, penyuluhan, dan

pendidikan masyarakat (Kamaluddin, 1998).

Orang akan mempunyai kecenderungan untuk menerima suatu

pandangan, pendapat, atau norma-norma dan sebagainya, apabila

norma-norma itu mendapatkan dukungan orang banyak atau

mayoritet, dimana sebagian besar dari kelompok atau golongan itu

memberikan sokongan atas pendapat, pandangan-pandangan tersebut.

Orang akan merasa terasing apabila ia menolak pendapat, pandangan

atau norma-norma dan sebagainya yang telah mendapatkan dukungan

dari mayoritet itu (Ahmadi, 1999).

3) Pengaruh Kebudayaan

Kehidupan di masyarakat dapat diamati dari sikap masyarakat

dengan kebudayaan yang ada di daerahnya. Kebudayaan dimana kita

hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan sikap. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan

telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan

pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang

menjadi anggota masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu

yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan domonasi

kebudayaan dalam pembentukan sikap individual (Azwar, 1995).

Tradisi bukanlah sesuatu yang dapat diubah, tradisi justru

dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat

dalam keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu dengan

tradisi itu: ia menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah

sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-

perubahan: riwayat manusia yang selalu memberi wujud baru kepada

pola-pola kebudayaan yang sudah ada (Peursen, 1988).

Kebudayaan (culture) berarti keseluruhan dari hasil manusia

hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama

manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan, dan lain-lain

kepandaian. Kata culture (budi-daya) dalam arti sempit berarti

mengerjakan, mengolah, menanam seperti cultivate, the lands are

cultured/cultivated, tanah-tanah itu sudah diolah/ditanam. A cultured

man adalah seseorang yang banyak belajar/membaca tentang

kebudayaan, sastra, music atau pandai bermain musik klasik.

(Shadily,1999)

Kebudayaan merupakan suatu sistem menyeluruh yang terdiri

dari cara-cara dan aspek-aspek pemberian arti pada laku ujaran, laku

ritual dan berbagai jenis laku atau tindakan lain dari sejumlah manusia

yang mengadakan tindakan antar satu dengan lain. Kebudayaan yang

dianggap sebagai suatu sistem, sistem budaya berhubungan erat

dengan masyarakat yang ditanggapi sebagai suatu sistem sosial yang

dibentuk oleh tindakan antar sejumlah manusia biasanya berjumlah

besar. Sistem sosial yang lebih terbatas, seperti birokrasi pemerintah,

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

berhubungan erat dengan sistem budaya yang juga lebih terbatas

(Alfian, 1985).

Selamatan adalah suatu upacara makan bersama makanan yang

telah diberi doa sebelum dibagi-bagikan. Selamatan itu tidak

terpisahkan dari pandangan alam pikiran dan erat hubungannya

dengan kepercayaan pada unsur-unsur kekuatan sakti. Upacara

selamatan dapat digolongkan ke dalam empat macam sesuai dengan

peristiwa atau kejadian dalam kehidupan manusia sehari-hari, yaitu (a)

Selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, seperti hamil

tujuh bulan, kelahiran, upacara potong rambut pertama, sunat,

kematian. (b) Selamatan yang bertalian dengan bersih desa,

penggarapan tanah pertanian dan setelah panen padi. (c) Selamatan

berhubung dengan hari-hari serta bulan-bulan besar Islam. (d)

Selamatan pada saat-saat tidak tertentu, berkenaan dengan

kejadian-kejadian, seperti menempati rumah baru, menolak bahaya

(ngruwat) (Koentjaraningrat, 1993).

4) Pendidikan Formal

Lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah memiliki

tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didiknya

menuju sikap yang kita harapkan. Pada hakekatnya tujuan pendidikan

adalah merubah sikap anak didik kearah tujuan pendidikan. Peranan

sekolah itu jauh lebih luas, didalamnya berlangsung beberapa bentuk-

bentuk dasar dari pada kelangsungan pendidikan pada umumnya ialah

pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan yang wajar (Azwar,1995).

Menurut Soekartawi (1988), pendidikan formal merupakan

sarana belajar, dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan

pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek

pertanian yang lebih modern.

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

5) Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal diartikan sebagai penyelenggaraan

pendidikan yang terorganisir yang berada diluar system pendidikan

sekolah, isi pendidikan terprogram, proses pendidikan yang

berlangsung berada dalam situasi interaksi belajar mengajar yang

terkontrol (Mardikanto dan Sutarni, 1982).

Menurut Azwar (1995), mengemukakan bahwa pendidikan

non formal merupakan pendidikan yang didapat diluar bangku

sekolah. Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan non

formal. Penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan non

formal yang tidak sekedar memberikan penerangan atau menjelaskan

tetapi berupaya untuk mengubah perilaku sasarannya agar memiliki

pengetahuan pertanian dan berusaha tani yang luas, memiliki sikap

progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap inovasi

sesuatu (informasi) baru, serta terampil melaksanakan kegiatan.

Menurut Sastraatmadja (1993), ciri-ciri pendidikan non formal

diantaranya :

a) Pendidikan non formal tidak mengenal batas umur bagi petani yang

akan mengikuti pendidikan penyuluhan.

b) Pendidikan non formal tidak mengenal kurikulum tertentu yang

harus diselesaikan, pokoknya tidak ditentukan kapan selesainya

batas waktu pendidikan.

c) Pendidikan non formal tidak mengenal uang sekolah, apakah itu

yang dinamakan uang pendaftaran, uang sekolah per bulan, dan

lain-lain.

d) Pendidikan non formal tidak mengenal ruangan tertentu artiinya

setiap pendidikan pertanian tidak harus menggunakan ruangan

beton, tembok, atau kelas.

e) Pendidikan non formal tidak mengenal waktu.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

6) Media Massa

Depari dan Colin (1995), mengemukakan peranan media massa

dalam pembangunan nasional adalah sebagai agen pembaru

(agent of social change). Letak peranannya adalah dalam hal

membantu mempercepat proses pengalihan masyarakat yang

tradisional menjadi masyarakat modern. Khususnya peralihan dari

kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan ke arah sikap

baru yang tanggap terhadap pembaharuan demi pembanguan. Adapun

manfaat dari mass media antara lain :

a) Mass media dapat memperluas cakrawala pemikiran. Media

mampu memperdekat jarak yang jauh serta memperjelas hal-hal

yang kabur, menjembatani peralihan antara masyarakat tradisonal

ke arah masyarakat modern.

b) Mass media dapat memusatkan perhatian. Surat kabar, radio dan

majalah yang berperan sebagai pengawas dipelbagai tempat, harus

memutuskan apa yang tepat untuk disiarkan. Tindakan untuk

menentukan siapa yang harus menulis, berperan dalam siaran

televisi, peristiwa-peristiwa apa yang dilaporkan, banyak

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan serta apa yang menjadi

pokok pembicaraan masyarakat.

c) Mass media mampu menumbuhkan aspirasi, melalui aspirasi-

aspirasi pribadi yang ditumbuhkan, seluruh ide dapar diwujudkan

karena didukung masyarakat. Suatu kebijaksaan baru akan

menuntut persesuaian antara apa yang diinginkan masyarakat

dengan apa yang akan mereka peroleh. Tanpa aspirasi yang

meningkat, tanpa merangsang masyarakat bekerja untuk hidup

yang lebih baik, akan sulit mewujudkan pembangunan.

d) Mass media mampu menciptakan suasana membangun, melalui

peranan media menyebarluaskan informasi pada masyarakat

Negara sedang berkembang ia dapat memperluas cakrawala

pemikiran serta membangun empati ; memusatkan perhatian pada

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

persoalan serta tujuan pembangunan; menumbuhkan aspirasi

pribadi serta bangsa, semuanya dapat dilakukan sendiri oleh media.

e) Mass media mampu mengenalkan norma-norma sosial, bagi

masyarakat modern sebagian besar tugas-tugas penyampaian

penerangan umumnya dilaksanakan oleh media. Mereka akan

memberitahukan hal-hal yang serius yang harus diketahui

masyarakat. Jika norma-norma sosial baru tidak diketahui umum

sebagaimana halnya di negara sedang berkembang, maka sebagian

tugas media adalah memperluas serta mengenalkan norma-norma

tersebut. Oleh sebab itu, sangatlah mungkin untuk menumbuhkan

norma-norma yang berhubungan dengan pembentukan perilaku

pembangunan melalui media.

f) Mass media mampu menumbuhkan selera. Kekuatan utama media

terletak pada kemampuan mereka mempercepat proses keintiman

antara pelaku dalam media dengan masyarakat, sehingga

berpengaruh dalam pembentukan selera.

g) Mass media mampu merubah sikap yang lemah menjadi sikap yang

lebih kuat. Media mampu meningkatkan status serta mengenakan

norma-norma, memperluas dialog politik serta membentuk selera.

Jika sikap masyarakat lemah dalam menghadapi perubahan, maka

media mampu merubah sikap tersebut menjadi sikap yang kuat,

hanya apabila dibantu oleh pengaruh pribadi para pemuka

masyarakat.

h) Mass media sebagai pendidik. Banyak hal yang membuktikan

peranan media baik di dalam maupun di luar kelas sebagai alat

pendidikan. Di tempat mana sekolah dan guru langka jumlahnya,

media membuktikan kemampuannya memikul sebagian besar tugas

pendidikan, terutama di bidang pendidikan orang-orang dewasa

serta pemberantasan buta huruf.

Shannon dalam Saleh (2004), informasi adalah sesuatu yang

membuat pengetahuan kita berubah, yang secara logis mensahkan

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

perubahan, memperkuat atau menemukan hubungan yang ada pada

pengetahuan yang kita miliki. Sedangkan pengertian informasi seperti

yang disebutkan dalam Hartono (1989) adalah data yang diolah

menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang

menerimanya.

Saluran-saluran yang biasa dikenal sebagai media elektronika

adalah radio dan televisi. Seperti halnya surat kabar, kami selalu

menganggap bahwa media-media elektronika hanya berperan dalam

proses perubahan kesadaran dan penumbuhan minat. Hambatan

terbesar dalam membujuk masyarakat untuk melakukan perubahan

melalui penggunaan media massa adalah sifat siaran yang hanya

mampu menumbuhkan komunikasi satu arah. Di lain pihak, dalam

diskusi-diskusi, adanya komunikasi dua arah (timbal balik) hampir

selalu diperlukan sebelum masyarakat banyak mau mengikuti segala

cara menuju perubahan sikap atau cara kerjanya (Lionberger, 1982)

Tingkat kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan

maupun hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya diharapkan

akan memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan

usaha taninya. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan

sumber inovasi baru, antara lain media elektronik (TV, radio, telepon),

media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dan bepergiannya petani

keluar daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka

memasarkan hasil usaha tani mereka serta mendapatkan pendidikan

dan informasi mengenai inovasi pertanian untuk mengembangkan

usahatani mereka (Fauziah, 1999).

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan

secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya (Wawan, 2010).

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

3. Petani

Petani sebagai orang yang menjalankan usahatani mempunyai peran

yang jamak (multiple roles) yaitu sebagai manajer, sebagai juru tani dan

sebagai kepala keluarga. Sebagai kepala keluarga petani dituntut untuk

dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada semua

anggota rumah tangganya. Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan

dengan kemampuan mengelola usahatani akan sangat dipengaruhi oleh

faktor didalam dan diluar pribadi petani itu sendiri yang sering disebut

karakteristik sosial ekonomi (Mosher, 1981).

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian utamanya

dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk

menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain

lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk

digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga

dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk

minuman beralkohol, buah untuk jus dan wol untuk penenunan dan

pembuatan-pakaian (Wikipedia, 2010).

Hernanto (1993) menyatakan, petani adalah setiap orang yang

melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan

hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani

pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut. Peranan petani

sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam

mengorganisir faktor-faktor produksi yang diketahui. Pengambilan

keputusan akan melalui tiga tahapan, yaitu :

a. Menentukan data, keterangan untuk mengambil keputusan (intelegence

activity) atau pengkajian.

b. Mengetahui pilihan berbuat dari ragam pilihan yang ada (design activity).

c. Memilih diantara alternatif (choice alternative).

Dalam kegiatan usahatani, petani merangkap dua peranan yaitu

sebagai penggarap dan manajer. Peranan petani sebagai penggarap adalah

memelihara tanaman dan hewannya agar mendapatkan hasil yang

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

diperlukan. Sedangkan petani berperan sebagai manajer yaitu ketrampilan

dalam menjalankan usahanya menyangkut kegiatan otak yang didorong oleh

keinginan dalam pengambilan keputusan atau pemilihan alternatif tanaman

atau ternak (Soetriono et all, 2006).

Petani menggunakan sumber-sumber yang berbeda untuk

mendapatkan pengetahuan dan informasi yang mereka perlukan untuk

mengelola usahatani, dan pengetahuan baru itu dikembangkan tidak hanya

oleh lembaga penelitian, tetapi juga oleh banyak pelaku yang berbeda.

Untuk mengelola usahatani dengan baik, petani memerlukan pengetahuan

dan informasi mengenai berbagai topik seperti : hasil penemuan,

pengalaman petani lain, situasi mutakhir dan perkembangan yang mungkin

terjadi di pasaran input dan hasil-hasil produksi dan kebijakan pemerintah

(Van den ban hawkins, 2007).

The amount of land in farms and ranches has been relatively constant, this means the average farms size has increased considerably. Several factors have contributed to this change. First, labor-saving technology in the form of larger agricultural machinery, automated equipment and specialized livestock buildings has made it possible for fewer farm workers to produce more. Second, employment oppurtunities outside agriculture have become more attractive and plentiful, encouraging labor to move out of agriculture. Third, farms and ranch operators have aspired to earn higher levels of income and to enjoy a standard of living comparable to that of nonfarms families. Fourth, some new technology is available only in a minimum size or scale.

Kay dan William (1999), mengemukakan bahwa peranan bidang

pertanian selalu menjadi faktor yang utama dalam kelangsungan hidup

manusia. Oleh karena itu terdapat beberapa alasan seseorang (petani)

bekerja di bidang pertanian, yaitu antara lain sebagai berikut :

a. Tenaga kerja tidak hanya pada kegiatan di lapang, tetapi dalam sektor

pertanian yang luas sangat diperlukan tenaga terampil dalam pembuatan

mesin-mesin pertanian, peralatan pertanian, serta staf ahli di bidang

peternakan.

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

b. Bekerja di bidang pertanian menjadi menarik dan diminati banyak orang

karena memberi harapan bagi petani akan hasil panen yang nantinya akan

diperoleh.

c. Hasil yang diperoleh dari bekerja di bidang pertanian tidak kalah

pentingnya (keuntungan) dibanding dengan bekerja di bidang non

pertanian.

d. Teknologi yang tersedia hanya dalam ukuran atau skala minimum.

Sehingga ini mendorong petani untuk memperluas produksi dengan

biaya-biaya tetap menyangkut teknologi secara ekonomis dan efisien.

Di Indonesia, batasan petani kecil telah disepakati pada seminar

petani kecil di Jakarta pada tahun 1975. Pada pertemuan tersebut ditetapkan

bahwa yang dinamakan petani kecil adalah :

a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras

per kapita per tahun.

b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 hektar

lahan sawah di Jawa atau 0,5 hektar di luar Jawa.

c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas

d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamik

(Soekartawi, et all, 1984).

4. Adopsi dan Inovasi

Adopsi adalah proses sejak pertama kali seseorang mendengar hal

yang baru sampai orang tersebut mengadopsi hal baru tersebut. Inovasi

dapat berupa sesuatu yang benar-benar baru atau sudah lama tetapi masih

dianggap baru oleh petani. Keputusan menerima inovasi ini merupakan

proses mental, yang terjadi sejak petani sasaran tersebut mengetahui suatu

inovasi sampai menerima atau menolaknya dan kemudian mengukuhkannya

(Ibrahim, et all, 2003).

Proses adopsi inovasi merupakan proses mental yang terjadi pada

petani pada saat menghadapi suatu inovasi yaitu proses penerapan

suatu ide baru sejak diketahui sampai proses penerapan. Pada proses adopsi

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

akan terjadi perubahan perilaku sasaran dan dipengaruhi oleh banyak

faktor serta selalu terkait antara satu dengan yang lainnya (Junaidi, 2007).

The innovation-decision process merupakan proses mental yang

mana seseorang atau lembaga melewati dari pengetahuan awal tentang suatu

inovasi sampai membentuk sebuah sikap terhadap inovasi tersebut,

membuat keputusan apakah menerima atau menolak inovasi tersebut,

mengimplementasikan gagasan baru tersebut, dan mengkonfirmasi

keputusan ini. Seseorang akan mencari informasi pada berbagai tahap

dalam proses keputusan inovasi untuk mengurangi ketidakyakinan tentang

akibat atau hasil dari inovasi tersebut (Alam Setiadi, 2009).

Lionberger dalam Mardikanto (1993), mengemukakan beberapa

faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi

meliputi : (1) Luas usahatani; (2) Tingkat pendapatan; (3) Keberanian

mengambil resiko, individu yang mempunyai keberanian menghadapi resiko

biasanya lebih inovatif; (4) Umur, semakin tua (di atas 50 tahun), biasanya

semakin lamban mengadopsi inovasi; (5) Tingkat partisipasinya dalam

kelompok/organisasi di luar lingkungannya sendiri; (6) Aktivitas mencari

informasi dan ide-ide baru. Golongan masyarakat yang aktif mencari

informasi dan ide-ide baru biasanya lebih inovatif; (7) Sumber informasi

yang dimanfaatkan. Golongan inovatif biasanya banyak memanfaatkan

sumber.

Menurut Rogers dalam Mardikanto (1996) proses adopsi melalui

tahapan-tahapan sebelum masyarakat mau menerima/menerapkan dengan

keyakinannya sendiri. Tahapan-tahapan adopsi itu adalah:

1) Awareness atau kesadaran, yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya

inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.

2) Interes, atau tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh

keinginannya untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh

tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan

oleh penyuluh.

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3) Evaluation atau penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang

telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini,

masyarakat sasaran tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek

teknisnya saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek sosial budaya,

bahkan juga seringkali ditinjau dari aspek politis atau kesesuainnya

dengan kebijakan pembangunan nasional dan regional.

4) Trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih menyakinkan laiannya,

sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.

5) Adoption atau menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan

berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamatinya

sendiri.

Rogers dalam Wawan (2010), menyimpulkan bahwa pengadopsian

perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan,

kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.

Sebaliknya jika perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran,

maka periku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama.

Menurut Roggers (1989), salah satu kritik terhadap model proses

adopsi ini menyimpulkan bahwa hanya dua tahap saja yang penting,

pengenalan dan adopsi. Tahap pengenalan selalu terjadi sebelum adopsi.

Selain itu terdapat suatu model proses keputusan inovasi yang terdiri dari

empat tahap, yaitu :

1) Pengenalan, dimana seseorang mengetahui adanya inovasi dan

memperoleh beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi itu

berfungsi.

2) Persuasi, dimana seseorang membentuk sikap berkenaan atau tidak

berkenaan terhadap inovasi.

3) Keputusan, dimana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawanya

pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi.

4) Konfirmasi, dimana seseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi

yang telah dibuatnya. Pada tahap ini mungkin terjadi seseorang merubah

keputusannya jika ia memperoleh informasi yang bertentangan.

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), mereka yang cepat

mengadopsi inovasi dapat dicirikan sebagai berikut : (1) Banyak melakukan

kontak dengan penyuluh dan orang lain di luar kelompok sosialnya. (2)

Berpartisipasi aktif dalam organisasi. (3) Memanfaatkan secara intensif

informasi dari media massa terutama yang menyangkut informasi dari para

ahli. (4) Memiliki pendapatan dan taraf hidup yang relatif tinggi. (5)

Memiliki sikap yang positif terhadap perubahan. (6) Memiliki aspirasi yang

tinggi bagi dirinya sendiri.

Suhardiyono (1992) mengemukakan, dalam proses penerimaan

inovasi oleh seseorang terdapat perbedaan kemampuan untuk menyerap

inovasi tersebut, tergantung indera mana yang berperan dalam menyerap

inovasi tersebut, antara lain: (1) Indera mata atau dengan melihat 83%. (2)

Indera pendengaran atau dengan mendengar 11%. (3) Indera penciuman

atau dengan mencium 3,5%. (4) Indera perasa atau dengan meraba 1,5%. (5)

Indera pengecap atau dengan mengecap 1%.

5. Padi Hibirida

Teknologi hibrida adalah upaya manusia untuk merekonstruksi

seluruh pasangan gen pada tanaman menjadi heterozigot, dengan jalan

membuat benih berasal dari persilangan. Dampak dari seluruh pasangan

gen-gen yang heterozigot tersebut adalah timbulnya gejala heterosis, yaitu

produktivitas tanaman hibrida melebihi produktivitas varietas non-hibrida.

Tanaman padi yang secara alamiah memiliki konstruksi gen-gen homozigot

nampaknya telah melakukan adaptasi, bahwa tanaman homozigot

produktivitasnya cukup tinggi, dan konstruksi heterozigot kurang dapat

memacu timbulnya gejala heterosis yang terlalu tinggi, seperti pada tanaman

jagung. Hal ini bermakna, bahwa hibrida padi perbedaan hasilnya tidak

lebih banyak secara menyolok dibandingkan hasil non-hibrida

(Sumarno, 2007).

Mengingat cukup besarnya kebutuhan beras tersebut dan makin

menyempitnya lahan pertanian, khususnya lahan sawah, maka diperlukan

teknologi yang mampu memecahkan permasalahan tersebut. Salah satu

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

alternatif yang dapat dipakai dalam usaha untuk meningkatkan produksi

beras adalah melalui penggunaan benih padi hibrida. Keunggulan benih padi

hibrida ini merupakan ungkapan gejala heterosis yang terdapat pada hasil

dan komponen hasil, pertumbuhan vegetatif, sistem perakaran, aktivitas

akar, kemampuan beradaptasi serta umur panen. Selain itu padi hibrida

mempunyai beberapa keunggulan-keunggulan yang biasanya tidak dimiliki

oleh padi konvensional yaitu kualitas gabah dan umur yang hampir sama

dengan IR 64 (berumur antara 115 - 120 hari dengan kadar amilosa

25 - 27 %), toleran terhadap serangan hama dan penyakit utama seperti

wereng coklat dan BLB dan mempunyai berat 1000 biji sekitar 25 gram

(Anonim, 2010).

Menurut Virmani (1994) dalam Sukirman (2005), produksi padi dapat

ditingkatkan dengan menggunakan varietas hibrida dengan memanfaatkan

gejala heterosis yang mampu meningkatkan potensi hasil 15-20% lebih

tinggi daripada varietas inbrida. Cina adalah negara pertama di dunia yang

menggunakan padi hibrida secara komersial pada tahun 1976. Di negara

tersebut, luas areal pertanaman padi hibrida mencapai 17 juta ha dengan

rata-rata hasil 6-7ton/ha. Sebagai dampaknya produksi padi di Cina

meningkat dari 136,9 juta ton pada tahun 1978 menjadi 169,1 juta ton pada

tahun 1988.

Padi adalah tanaman menyerbuk sendiri sehingga secara alami

kondisinya adalah homozygot-homogen, sedangkan kondisi tanaman hibrida

adalah heterozygot-homogen, atau dalam individu tanaman yang sama

konstruksi gen bersofat heterozygot, sedangkan antar individu tanaman

dalam populasi yang sama bersifat homogen. Hal ini membedakan antara

padi hibrida dengan padi inbrida. Pada padi inbrida, kondisi tanaman

bersifat homozygot-homogen yang memang merupakan sifat alami padi

pada umumnya. Empat landasan utama dalam mengambil keputusan untuk

membentuk varietas hibrida adalah :

a. Mekanisme genetik untuk menangani persilangan buatan dalam skala

besar.

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

b. Teknik perbanyakan yang mudah dan murah

c. Teknik perbanyakan (produksi) benih yang ekonomis

d. Produksi hibrida yang dilepas harus mempunyai keunggulan dibanding

varietas lainnya (Satoto dan Suprihanto, 2008).

Menurut Satoto (2007), peneliti padi hibrida pada Balai Besar

Penelitian Padi (BBP Padi), secara teknis ada lima kunci utama agar

pengembangan padi hibrida berhasil. Kelima kunci tersebut adalah varietas

yang cocok, benih yang bermutu, teknologi budidaya yang tepat, wilayah

yang sesuai dan respon petani. Sebenarnya setiap varietas padi hibrida

mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam berproduksi. Varietas

yang cocok dikembangkan di wilayah yang satu belum tentu cocok di

wilayah yang lain. Dengan kata lain, varietas padi hibrida memiliki sifat

spesifik lokasi. Ketahanan terhadap hama penyakit dan memiliki mutu beras

padi hibrida juga beragam. Karena itu pengembangan varietas hibrida untuk

sekarang ini sebaiknya dilakukan terbatas pada daerah yang tidak termasuk

daerah endemik hama dan penyakit. Arah dan sasaran utama perakitan

varietas padi hibrida ke depan adalah untuk menghasilkan varietas yang

benar-benar adaptif di Indonesia, tahan terhadap berbagai hama dan

penyakit utama dengan mutu beras yang lebih baik.

Padi hibrida juga berpotensi dikembangkan untuk dapat mengatasi

kemandekan produktivitas padi saat ini. Padi hibrida dihasilkan melalui

pemanfaatan fenomena heterosis turunan pertama (F1) dari hasil persilangan

antara dua induk yang berbeda. Fenomena heterosis tersebut menyebabkan

tanaman F1 lebih vigor, tumbuh lebih cepat, anakan lebih banyak dan malai

lebih lebat sekitar 1t/ha lebih tinggi daripada varietas unggul biasa (inbrida).

Namun keunggulan tersebut, tidak diperoleh pada populasi generasi kedua

(F2) dan berikutnya. Oleh karena itu produksi benih F1 dalam

pengembangan padi hibrida memegang peran penting dan strategis

(Las Irsal et all, 2003).

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

In crop breeding, the use of hybrid vigour in first-generation seeds (or F1) is well known. However, until about 30 years ago, its application in rice was limited because of the self-pollination character of that crop. Then, in 1974, Chinese scientists successfully transferred the male sterility gene from wild rice to create the cytoplasmic genetic male-sterile (CMS) line and hybrid combination. The first generation of hybrid rice varieties are three-lines hybrids and produce yields that are about 15 to 20 percent greater than those of improved or high-yielding varieties of the same growth duration. Developments in hybrid rice technology have resulted in two-lines hybrids with yield advantages of 5 to 10 percent over those of the equivalent three-lines hybrids. In China, the area under hybrid rice production is now about 15 million ha, and accounted for about 50 percent of the total rice area in 1995.

Dalam pemuliaan tanaman, penggunaan vigor hibrida pada benih

generasi pertama (F1) baik diketahui. Namun, sampai sekitar 30 tahun yang

lalu, aplikasi benih ini terbatas karena karakter diri penyerbukan tanaman

itu. Kemudian pada tahun 1974, ilmuwan Cina berhasil mentransfer gen

sterilitas jantan dari padi liar untuk menciptakan cytoplasmic genetic male-

sterile (CMS) dan kombinasi hibrida. Generasi pertama padi hibrida adalah

tiga baris hibrida dan menghasilkan hasil sekitar 15-20 persen lebih besar

daripada varietas lain. Perkembangan teknologi padi hibrida telah

menghasilkan dua baris hibrida dengan keunggulan hasil 5-10 persen dari

produksi sebelumnya. Di Cina, daerah yang menggunakan padi hibrida,

produksinya sekarang mencapai 15 juta ha dan menyumbang 50 persen dari

total padi di daerah pada tahun 1995 (FAO, 2004).

6. Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida

Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida adalah

sejumlah tertentu benih varietas unggul bermutu padi hibrida yang

disalurkan oleh pemerintah secara gratis kepada petani (kelompok tani)

yang telah ditetapkan. Tujuan dari BLBU padi hibrida antara lain : untuk

meringankan beban petani dalam penyediaan dan penggunaan benih varietas

unggul bermutu, meningkatkan kesadaran penggunaan benih varietas

unggul bermutu dan mendukung peningkatan produktivitas dan produksi

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

padi. Selain itu, sasaran dari program BLBU padi hibrida antara lain :

meningkatnya penggunaan benih varietas unggul bermutu padi hibrida serta

meningkatnya produktivitas dan produksi pertanaman padi untuk

mendukung peningkatan ketahanan pangan (Departemen Pertanian, 2010).

B. Kerangka Berpikir

Penggunaan benih padi hibrida merupakan salah satu upaya pemerintah

Karanganyar untuk meningkatkan kualitas padi unggul sehingga terjadi

peningkatan pada pendapatan petani. Penggunaan benih padi hibrida diarahkan

agar para petani mau beralih dari menggunakan benih padi lokal ke benih padi

hibrida, karena padi hibrida mempunyai beberapa keunggulan, antara lain hasil

yang lebih tinggi daripada hasil padi unggul biasa dan vigor lebih baik

sehingga lebih kompetitif terhadap gulma.

Penggunaan benih padi hibrida dalam kehidupan petani akan

menimbulkan sikap dan kepuasan pada masing-masing petani dengan intensitas

yang berbeda-beda. Sikap sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan

seseorang yang kurang lebih bersikap permanen mengenai aspek-aspek tertentu

dalam lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap adalah kecondongan evaluatif

terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana

seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap

(Van den Ban dan Hawkins, 1999).

Sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida didefinisikan

sebagai respon petani terhadap penggunaan benih padi hibrida di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Pengetahuan petani terhadap

penggunaan benih padi hibrida meliputi tujuan, manfaat dan kualitas padi

hibrida. Sikap petani tersebut merupakan ungkapan dari masing-masing petani

mengenai kepuasan pada penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU

padi hibrida dan kemanfaatan bagi petani pada umumnya. Hasil akhir dari

pemikiran petani dalam merespon penggunaan benih padi hibrida pada

program BLBU padi hibrida adalah petani akan bersikap mencoba

menggunakan atau ragu-ragu menggunakan.

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Variabel-variabel yang berhubungan dengan sikap seseorang yang

relevan terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida adalah pengalaman berusahatani, pengaruh orang lain, pendidikan

formal dan non formal, tingkat penggunaan media massa serta tingkat

pengaruh kepercayaan. Kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan secara

sistematis sebagai berikut :

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Variabel-Variabel Yang Berhubungan Dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program BLBU Padi Hibrida di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

C. Hipotesis

Diduga ada hubungan signifikan antara pengalaman berusahatani,

pengaruh orang lain, pendidikan formal dan pendidikan non formal, tingkat

penggunaan media massa serta tingkat pengaruh kebudayaan dengan sikap

petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

D. Pembatasan Masalah

1. Responden penelitian adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani di

Kecamatan Karanganyar.

Sikap petani terhadap penggunaan padi hibrida Y1 § Tujuan penggunaan padi hibrida (Y1.1) § Hasil penggunaan padi hibrida (Y1.2) § Kualitas padi hibrida (Y1.3)

1. Tingkat Pengalaman berusahatani (X1)

2. Tingkat Pengaruh Orang Lain (X2) a. Tingkat pengaruh PPL (X2.1) b. Tingkat pengaruh keluarga (X2.2) c. Tingkat pengaruh petani lain (X2.3) d. Tingkat pengaruh aparat desa

(X2.4)

5. Tingkat Penggunaan Media Massa (X5)

4. Tingkat Pendidikan Non Formal (X4)

3. Tingkat Pendidikan Formal (X3)

6. Tingkat Pengaruh Kepercayaan (X6)

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2. Walaupun dimungkinkan ada hubungan timbal balik antara faktor-faktor

yang berhubungan dengan sikap petani terhadap Bantuan Langsung Benih

Unggul (BLBU) Padi Hibrida, namun pada penelitian ini hanya mempelajari

hubungan searah yaitu antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap

dan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program

Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1) Definisi Operasional

a. Variabel-variabel yang berhubungan dengan sikap yaitu faktor

mempengaruhi pola perilaku petani sehingga dapat membentuk sikap

petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program Bantuan

Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida adalah :

1) Tingkat pengalaman berusahatani adalah lamanya responden

berusahatani mengikuti program BLBU padi hibrida (dinyatakan

dalam tahun).

2) Tingkat pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran,

ajakan bujukan atau bahkan perintah dari orang-orang yang dianggap

penting, seperti : keluarga, PPL, petani dan aparat desa diukur dengan

banyaknya frekuensi memperoleh informasi atau saran tentang

pertanian.

3) Tingkat pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang pernah

ditempuh oleh responden di bangku sekolah, yang diukur dengan

sejauh mana responden duduk dibangku sekolah.

4) Tingkat pendidikan non formal adalah pendidikan yang diperoleh

responden di luar pendidikan formal (kursus, pelatihan ataupun

penyuluhan-penyuluhan) diukur dengan banyaknya frekuensi

responden dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan dalam

satu tahun.

5) Tingkat penggunaan media massa adalah, frekuensi petani dalam

mengakses informasi seputar pertanian baik menggunakan media

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

cetak maupun elektronik (tv, radio, surat kabar, majalah, internet)

dalam satu bulan diukur dengan banyaknya frekuensi responden

mengakses informasi melalui media massa dan kandungan isi materi

dari media massa yang di akses.

6) Tingkat pengaruh kepercayaan merupakan tradisi atau kebiasaan yang

sudah melekat pada diri responden sejak dulu, dan mempengaruhi

pola pikir petani dalam budidaya padi terdiri diukur dengan sering

tidaknya responden melakukan tradisi kepercayaaan, seperti upacara

selamatan sebelum dan sesudah panen, rasulan, tirakat, bersih desa

serta penggunaan tanda-tanda alam untuk menentukan musim tanam

padi.

b. Sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program

Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida diartikan sebagai

tanggapan atau respon evaluatif petani responden terhadap segala bentuk

kegiatan penggunaan benih padi hibrida dalam BLBU Padi Hibrida,

meliputi tiga komponen, yaitu :

1. Komponen kognitif dilihat dari pengetahuan responden tentang tujuan

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Tujuan merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diinginkan atau

ingin dihasilkan, implikasi atau hal-hal yang perlu dilakukan sebagai

pemanfaatan hasil melalui penggunaan benih padi hibrida dalam

BLBU Padi Hibrida.

2. Komponen afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan

rasa senang atau tidak senang terhadap penggunaan benih padi

hibrida, yaitu dapat dilihat dari kualitas padi hibrida. Kualitas padi

hibrida merupakan ukuran nilai lebih atau kurang (baik buruknya padi

hibrida) yang diperoleh petani saat menggunakan padi hibrida.

3. Komponen konatif merupakan kecenderungan bertindak dari petani

terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida. Hasil merupakan keadaaan akhir dari penggunaan benih padi

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

hibrida yang telah dicapai yang dapat dirasakan dan dinikmati serta

bermanfaat terhadap petani.

Responden kemudian diminta untuk memberikan respon berupa

sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju terhadap

pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Pertanyaan yang berupa sikap

sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju dilihat dari

pengetahuan responden tentang : (1) Tujuan penggunaan benih padi

hibrida (2) Hasil dari penggunaan padi hibrida (3) Kualitas padi hibrida

yang dilihat dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan

konasi, yang kemudian diukur dengan menggunakan skala Likert. Untuk

itu dibedakan menjadi dua macam pernyataan, yaitu pernyataan positif

yang berupa pernyataan yang setuju dan mendukung terhadap adanya

benih padi hibrida, diberi skor 5 apabila sangat setuju terhadap

penggunaan benih padi hibrida; skor 4 setuju; skor 3 netral; skor 4 tidak

setuju dan skor 1 sangat tidak setuju terhadap BLBU Padi Hibrida.

Sedang pernyataan yang bersifat negatif yang berupa pernyataan yang

tidak setuju terhadap adanya penggunaan benih padi hibrida. Pemberian

skor untuk pernyataan negatif adalah kebalikan dari pernyataan positif.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

2. Pengukuran Variabel

a. Variabel yang berhubungan dengan sikap

Variabel yang berhubungan dengan sikap antara lain tingkat

pengalaman berusahatani, tingkat pengaruh orang lain, tingkat

pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, tingkat penggunaan

media massa dan tingkat pengaruh kepercayaan.

Tabel. 2.1 Variabel yang berhubungan dengan sikap

Variabel Indikator Skor Kategori 1. Tingkat

Pengalaman Berusaha Tani

2. Tingkat Pengaruh

Orang Lain a. Tingkat

pengaruh PPL b. Tingkat

pengaruh keluarga

c. Tingkat pengaruh petani lain

d. Tingkat pengaruh aparat desa

3. Tingkat Pendidikan

Formal

Lamanya keikutsertaan penggunaan benih padi hibrida Memperoleh informasi atau saran tentang pertanian Memperoleh informasi atau saran tentang pertanian Memperoleh informasi atau saran tentang pertanian Memperoleh informasi atau saran tentang pertanian Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh responden di bangku sekolah

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

3 tahun 2 tahun 1 tahun < 1 tahun Tidak pernah Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah D3-Sarjana SMA SMP SD Tidak tamat SD

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

4. Tingkat Pendidikan Non Formal

5. Tingkat

Penggunaan Media Massa

6. Tingkat Pengaruh

Kepercayaan

Frekuensi responden mengikuti kegiatan penyuluhan dalam setahun Frekuensi responden mengikuti kegiatan pelatihan di bidang pertanian dalam setahun Frekuensi petani mengakses informasi seputar pertanian melalui media cetak atau elektronik (TV, radio, surat kabar, majalah, internet) dalam satu bulan Isi materi yang terkandung dalam informasi yang diakses dari media massa Sering tidaknya melakukan tradisi kepercayaan (upacara selamatan sebelum penanaman padi dan setelah panen) Banyaknya partisipasi petani dalam membantu petani lain pada saat bercocok tanam

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

5 4 3 2 1

> 10 kali (aktif) 9-7 kali (sering) 6-4 kali (jarang) 3-2 kali (pernah) Tidak pernah > 10 kali (aktif) 9-7 kali (sering) 6-4 kali (jarang) 3-2 kali (pernah) Tidak pernah > 4 jenis 3 jenis 2 jenis 1 jenis Tidak menggunakan Sangat bermanfaat Bermanfaat Kurang bermanfaat Tidak bermanfaat Sangat tidak bermanfaat Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah > 20 orang 15 orang 10 orang 5 orang Tidak ada

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

b. Sikap Petani Terhadap Penggunaan Padi Hibrida

Sikap petani terhadap penggunaan padi hibrida di lihat dari tujuan

penggunaan benih padi hibrida, hasil penggunaan benih padi hibrida dan

kualitas benih padi hibrida.

Tabel 2.2 Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida

Variabel Indikator 1. Tujuan Penggunaan

Padi Hibrida

2. Hasil

3. Kualitas

a. Penilaian petani terhadap tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida

b. Penilaian petani terhadap benih padi hibrida

a. Penilaian petani terhadap hasil penggunaan benih padi hibrida a. Penilaian petani terhadap nilai lebih yang diperoleh dari penggunaan

benih padi hibrida b. Penilaian petani terhadap kekurangan dari padi hibrida c. Penilaian petani terhadap perilaku/kecenderungan bertindak dalam

menggunakan benih padi hibrida

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Menurut Singgih dalam Suyanto dan Sutinah (2006), metode dasar yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang melibatkan lima komponen

informasi ilmiah yaitu teori, hipotesis, observasi, generalisasi empiris dan

penerimaan atau penolakan hipotesis. Mengandalkan adanya populasi dan

teknik penarikan sampel. Kemudian menggunakan kuisioner untuk

mengumpulkan datanya. Selanjutya mengemukakan variabel penelitian dalam

analisis datanya dan yang terakir berusaha menghasilkan kesimpulan secara

umum, baik yang berlaku untuk populasi dan/atau sampel yang diteliti.

Sedangkan teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survai

yaitu penelitian dengan cara pengambilan sampel dari suatu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data dan menjelaskan

hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis

(Singarimbun dan Effendi, 2006).

B. Metode Penentuan Sampel

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja

(purposive) yaitu di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Penelitian akan dilakukan di Kecamatan Karanganyar dengan pertimbangan

bahwa di Kecamatan Karanganyar masih sedikit kelompok tani yang

menerapkan padi hibrida, selain itu jumlah kelompok tani yang mengikuti

program BLBU padi hibrida setiap tahun mengalami penurunan karena

rendahnya minat petani untuk beralih menggunakan benih padi hibrida.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tabel 3.1 Data Kelompok Tani Kecamatan Karanganyar Pada Program BLBU Padi Hibrida.

No. Kelurahan Kelompok Tani Jumlah Anggota

Tahun 2008 2009 2010

1. Lalung Rukun Tani I Rukun Tani II Rukun Tani III Rukun Tani IV Rukun Tani V

265 190 190 276 173

- - - - v

- - v v -

- - - - -

2. Bolong Makaryo Tani I Makaryo Tani II Makaryo Tani III Makaryo Tani IV Makaryo Tani V

164 149 260 260 193

- v - - -

v - - - -

- - v - -

3. Jantiharjo Mahargyo Tani I Mahargyo Tani II Mahargyo Tani III Mahargyo Tani IV Mahargyo Tani V

116 150 140 198 148

- - v - -

- - - v -

- - - - -

4. Tegalgede Makarti Tani I Makarti Tani II Makarti Tani III Makarti Tani IV

150 160 134 144

v v v v

v v v v

- - - -

5. Jungke Sido Makmur I Sido Makmur II Sido Makmur III Sido Makmur IV

115 130 143 113

- - - v

- - - -

- v - -

6. Cangakan Ngudi Makmur I Ngudi Makmur II Ngudi Makmur III Ngudi Makmur IV

158 121 127 115

- - - -

v - - -

- - - -

7. Bejen Marbakti Tani I Marbakti Tani II Marbakti Tani III

190 175 175

v - -

- v -

- - -

8. Popongan Ngudi Mulyo I Ngudi Mulyo II Ngudi Mulyo III Ngudi Mulyo IV

290 272 160 172

- - - -

- - v -

- - - -

9. Gayamdompo Rukun Tani I Rukun Tani II Rukun Tani III Rukun Tani IV Rukun Tani V

272 270 270 166 167

- v - - -

- - - v -

v - - - -

10. Delingan Tani Makmur I Tani Makmur II Tani Makmur III Tani Makmur IV

145 168 163 138

- - - -

v - - -

- - - -

11. Gedong Subur Makmur I Subur Makmur II Subur Makmur III Subur Makmur IV

175 183 188 181

- - - -

- - v -

- - v -

Sumber : Data BPP Kecamatan Karanganyar

Keterangan :

§ Tidak Mengikuti Program BLBU Padi Hibrida ( - ) § Mengikuti Program BLBU Padi Hibrida ( v )

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu, keadaan atau gejala yang

dijadikan obyek penelitian. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit

analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar yang telah mengikuti program

BLBU padi hibrida.

b. Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

pengambilan sampel wilayah (area sampling), yaitu pengambilan sampel

berdasarkan peta atau potret udara yang cukup jelas dan terinci dari

wilayah yang akan diteliti.

Tahap-tahap penentuan sample adalah :

1) Menyusun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah

2) Menentukan wilayah yang akan dijadikan populasi yaitu Kecamatan

Karanganyar

3) Menentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitian,

yaitu 6 desa. Sampel penelitian diambil berdasarkan letak wilayah

yang berdekatan dengan pusat kota sampai pelosok.

4) Memilih beberapa kelompok tani untuk dijadikan sampel dengan cara

proporsional random sampling, yaitu pengambilan responden dengan

menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau

kelompok yang akan diwakilinya (Mardikanto, 2001).

Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 50 orang. Untuk

mengetahui jumlah sampel secara proporsional digunakan dengan

rumus sebagai berikut :

ni = nNnk

dimana :

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

ni : Jumlah sampel dari masing-masing kelompok tani

nk : Jumlah petani dari masing-masing kelompok tani

N : Jumlah populasi atau jumlah petani seluruh kelompok tani

n : Jumlah petani responden yang diambil sebanyak 50 petani

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sesuai dengan rumus

diatas adalah :

Tabel 3.2 Data jumlah sampel sasaran kelompok tani Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar

No. Desa Nama Kelompok Jml Anggota

Kel Tani

Jml Peserta Program

BLBU Sampel

1. Lalung Rukun Tani V 173 42 7 2. Gayamdompo Rukun Tani II 270 66 11 3. Tegalgede Makarti Tani II 160 42 7 4. Popongan Ngudi Mulyo III 160 42 7 5. Bolong Makaryo Tani III 260 60 10 6. Gedong Subur Makmur III 188 48 8

Jumlah 1.211 299 50

Sumber : Data BPP Kecamatan Karanganyar

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan

wawancara dengan menggunakan kuisioner sebagai alatnya. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah tingkat pengalaman berusahatani,

tingkat pengaruh orang lain, tingkat pengaruh kebudayaan, tingkat

penggunaan media massa, tingkat pendidikan formal dan tingkat pendidikan

non formal serta sikap responden terhadap Bantuan Langsung Bening

Unggul (BLBU) Padi Hibrida itu sendiri.

2. Data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari instansi atau

lembaga yang berkaitan dengan penelitian, dengan cara mencatat langsung

data yang bersumber dari dokumentasi yang ada. Data sekunder yang

dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data monografi daerah penelitian,

daftar kelompok tani yang menjadi responden dan data-data yang berkaitan

dengan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida.

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

D. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalan penelitian ini menggunakan cara-cara

sebagai berikut :

1. Wawancara adalah pengumpulan data primer dan sekunder dengan

mengajukan pertanyaan yang sistematis dan langsung kepada responden

dengan menggunakan pedoman kuisioner.

2. Observasi adalah pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara

langsung kepada objek yang diteliti.

3. Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan mengutip dan mencatat

sumber-sumber informasi dari pustaka, internet, maupun instansi-instansi

yang terkait dengan penelitian ini.

E. Metode Analisis

Sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program

Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan skala Likert.

Menurut Mueller (1996), mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk

menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif berkisar dari sangat

positif hingga sangat negatif terhadap suatu obyek sikap. Dalam penskalaan

Likert kuantifikasi dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan untuk

pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang obyek sikap.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap diantaranya tingkat

pengalaman berusahatani, tingkat pengaruh orang lain, tingkat pendidikan

formal, tingkat pendidikan non formal, tingkat penggunaan media massa dan

tingkat pengaruh budaya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dibagi

menjadi 5 kategori, yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk,

begitu pula untuk sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada

program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida dibagi

menjadi 5 kategori, yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk.

Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus lebar interval kelas,

yaitu:

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Kelas kategori : kelasjumlah

terendahnilaitertingginilai -

Karena ukuran asosiasi yang ada pada variabel X dan Y adalah diukur

dengan skala ordinal dan obyek-obyeknya dapat diranking dalam rangkaian

berurut, maka untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang

berhubungan dengan sikap petani dan sikapnya terhadap penggunaan benih

padi hibrida pada program Bantuan Langsung Beenih Unggul (BLBU) padi

hibrida dapat diketahui dengan rumus koefisien korelasi Rank Spearman

(Siegel, 1997) :

rs = 1 - NN

din

t

-

å-

31

26

Keterangan : rs = koefisien korelasi rang spearman

N = jumlah sampel petani

di = selisih ranking antara faktor pembentuk sikap petani

dengan sikap petani terhadap BLBU padi hibrida

Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan digunakan uji t karena

sampel yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan tingkat kepercayaan 95%

dengan rumus (Siegel, 1997) :

t = rs 2)(1

2

rs

N

--

Kesimpulan :

1. Jika t hitung ³ t tabel (a = 0,05) maka Ho ditolak, berarti ada hubungan

signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dan sikap

petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program Bantuan

Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar.

2. Jika t hitung < t tabel (a = 0,05) maka Ho diterima berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan

sikap dan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

Kecamatan Karanganyar merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Karanganyar. Jarak Kecamatan Karanganyar dari Ibukota

Kabupaten 1 km arah timur. Kecamatan Karanganyar terdiri dari 12 kelurahan

yaitu: Lalung, Bolong, Jantiharjo, Tegalgede, Jungke, Cangakan, Karanganyar,

Bejen, Popongan, Gayamdompo, Delingan dan Gedong. Adapun batas wilayah

kecamatan Karanganyar yaitu sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Mojogedang

Sebelah Timur : Kecamatan Karangpandan dan Kecamatan Matesih

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Jumantono

Sebelah Barat : Kecamatan Tasikmadu dan Kecamatan Jaten

Suhu rata-rata Kecamatan Karanganyar adalah 35º-50°C dengan banyak

curah hujan sebesar 1.335 mm/tahun, ketinggian rata-rata 320 m di atas

permukaan laut. Kecamatan Karanganyar mempunyai potensi untuk

pengembangan tanaman padi, palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan.

Potensi lain yang juga sedang dikembangkan adalah ternak besar (ternak sapi

dan ternak kerbau), ternak kecil (ternak kambing, ternak babi dan ternak

kelinci), serta unggas seperti ayam, itik dan puyuh.

Luas wilayah Kecamatan Karanganyar adalah 4.302,6382 hektar yang

terdiri dari luas tanah sawah 7.784,90 hektar dan luas tanah kering 2.585,74

hektar. Adapun pembagian luas wilayah Kecamatan Karanganyar sebagai

berikut :

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kecamatan Karanganyar No. Jenis Tanah Luas (ha) Persen (%) 1. Tanah Sawah

a. Irigasi teknis b. Irigasi setengah teknis c. Irigasi sederhana d. Tadah hujan

2.126,58 1.342,99

618,41 119,33 45,85

27,02 17,06

7,86 1,51 0,58

2. Tanah Kering a. Pekarangan b. Perkebunan c. Hutan d. Lain-lain

5.743,11 5.117,24

122,00 117,00 386,87

72,98 65,02

1,56 1,49 4,92

Jumlah 7.869,69 100

Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Dalam suatu masyarakat jumlah penduduk menurut umur diperlukan

untuk mengetahui jumlah penduduk yang sudah masuk dalam usia kerja

atau dengan kata lain untuk mengetahui jumlah penduduk produktif dan

jumlah penduduk non produktif. Keadaan penduduk berdasarkan

produktivitasnya dapat dilihat dari umur atau usia yang dimiliki seseorang

pada saat itu, sehingga besar Angka Beban Tanggungan di Kabupaten

Karanganyar dapat diketahui sebagai berikut :

Tabel 4.2. Penduduk Kecamatan Karanganyar menurut Kelompok Umur Tahun 2010

No. Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persen (%) 1. 0-5 11.093 14,39 2. 6-16 7.868 10,20 3. 17-25 15.963 20,70 4. 26-55 34.086 44,20 5. 56 tahun ke atas 8.105 10,51

Jumlah 77.115 100

Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010

Tabel 4.2 dapat digunakan untuk menghitung Angka Beban

Tanggungan (ABT) di Kecamatan Karanganyar. Jumlah penduduk usia non

produktif adalah 27.066 jiwa dan penduduk usia produktif adalah 50.049

jiwa. Angka Beban Tanggungan penduduk Kecamatan Karanganyar dapat

diketahui melalui rumus berikut ini :

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

ABT = 100Xproduktifusiapenduduk

produktifnonusiapenduduk

SS

ABT = 100 50.049

066.27X

ABT = 54,08 ≈ 54

Berdasarkan perhitungan Angka Beban Tanggungan (ABT) pada

Tabel 4.2, dapat diketahui besarnya Angka Beban Tanggungan yaitu sebesar

54. Artinya dalam setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 54

penduduk usia non produktif. Semakin besar rasio antara jumlah kelompok

non produktif dan jumlah kelompok produktif berarti semakin besar beban

tanggungan bagi kelompok yang produktif. Hal ini dapat berpengaruh

terhadap proses pembangunan perekonomian yang sedang dijalankan pada

suatu daerah.

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk

mengetahui besarnya sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk

laki-kaki dan perempuan. Penduduk Kecamatan Karanganyar berjumlah

77.115 jiwa, yang terdiri dari 38.242 penduduk laki-laki dan 38.873

penduduk perempuan. Berdasarkan angka tersebut, maka dapat dihitung sex

ratio. Sex ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan

jumlah penduduk perempuan. Jika sex ratio kurang dari 100 maka jumlah

penduduk laki-laki lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan. Jika sex

ratio sama dengan 100 maka jumlah penduduk laki-laki sama dengan

jumlah penduduk perempuan. Dan jika sex ratio lebih dari 100 maka jumlah

penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Adapun

perhitungan sex ratio adalah sebagai berikut :

37,98100873.38242.38

100 ==-

= xxuanudukPerempJumlahPendlakiudukLakiJumlahPend

SexRatio

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui besarnya sex ratio sebesar

98,37. Artinya dalam setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

orang penduduk laki-laki. Selisih antara penduduk laki-laki dan perempuan

tidak begitu mencolok. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan yang hampir sama ini menunjukkan adanya pembagian

pekerjaan dalam bidang pertanian. Penduduk perempuan biasanya mendapat

pembagian pekerjaan dalam hal penanaman, penyiangan dan pemanenan.

3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di suatu wilayah dapat menggambarkan kualitas

penduduk di wilayah tersebut dan dapat dijadikan indikator pertumbuhan

pembangunan suatu wilayah. Karena dengan meningkatnya jumlah

penduduk yang berpendidikan tinggi diharapkan dapat menjadi pendorong

pembangunan daerah setempat. Pendidikan akan memberikan pengaruh

yang besar pada usaha peningkatan sumber daya manusia yang merupakan

pelancar pembangunan. Selain itu, tingkat pendidikan secara umum dapat

digunakan sebagai acuan penentuan pekerjaan karena biasanya semakin

tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuan dan kemampuan seseorang

akan tinggi. Keadaan penduduk Kecamatan Karanganyar menurut tingkat

pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3. Keadaan Penduduk Kecamatan Karanganyar Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persen )%) 1 Belum Sekolah 9.159 24,43 2 Tidak Tamat Sekolah Dasar 2.703 7,21 3 Tamat SD/sederajat 9.521 25,40 4 Tamat SLTP/sederajat 7.237 19,31 5 6 7

Tamat SLTA/sederajat Tamat Akademi/sederajat Tamat Perguruan Tinggi/sederajat

5.438 1.709 1.717

14,51 4,56 4,58

Jumlah 37.484 100

Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan

Karanganyar sebagian besar 25,40 persen berpendidikan tamat SD,

sedangkan yang lain berturut-turut adalah belum sekolah sebesar

24,43 persen, tamat SLTP sebesar 19,31 persen, tamat SLTA sebesar

14,51 persen, tidak tamat SD sebesar 7,21 persen, tamat perguruan tinggi

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

sebesar 4,58 persen dan tamat akademi sebesar 4,56 persen. Hal ini dapat

dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Karanganyar

tergolong rendah, karena kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya

pendidikan. Tingginya jumlah penduduk yang hanya tamat SD umumnya

terjadi karena ketidakmampuan dari segi biaya untuk melanjutkan kejenjang

yang lebih tinggi, selain itu kurangnya kesadaran masyarakat terhadap

pentingnya pendidikan. Dalam bidang pertanian, tingkat pendidikan

penduduk yang tergolong rendah akan berdampak pada sikapnya dalam

menerima inovasi pertanian.

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah menunjukkan struktur

perekonomian yang ada pada suatu wilayah tersebut. Mata pencaharian

penduduk di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar bersifat

heterogen. Adapun keadaan penduduk menurut mata pecaharian Kecamatan

Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut :

Table 4.4. Keadaan Penduduk Kecamatan Karanganyar Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010

No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persen (%) 1. Petani 14.074 24,64 2. Buruh tani 7.351 12,87 3. Pengrajin/industri kecil/jasa 608 1,06 4. Karyawan swasta 13.033 22,82 5. Pertukangan 2.064 3,62 6. Pedagang/wiraswasta 5.905 10,34 7. Pengangkutan 383 0,67 8. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2.461 4,31 9. ABRI 550 0,96 10. Pensiunan (ABRI/PNS) 973 1,70 11. Peternak 6.681 11,59 12. Nelayan/lainnya 3.094 5,42

Jumlah 57.114 100,00

Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar

penduduk Kecamatan Karanganyar bekerja pada sektor pertanian, baik

sebagai petani (24,64 persen) maupun buruh tani (12,87 persen). Jenis

pekerjaan lain memiliki persentase yang lebih kecil berturut-turut yaitu;

karyawan swasta 22,82 persen, buruh tani 12,87 persen, peternak 11,59

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

persen, wiraswasta/ pedagang 10,34 persen, nelayan/lainnya 5,42 persen,

PNS 4,31 persen, pertukangan 3,62 persen, pensiunan 1,70 persen,

pengrajin/industri kecil/jasa 1,06 persen, ABRI 0,96 persen dan ABRI 0,96

persen. Berdasarkan persentase tersebut, dapat disimpulkan bahwa mata

pencaharian sebagai petani atau buruh tani di Kecamatan Karanganyar

masih banyak ditekuni oleh penduduk, hal ini disebabkan karena di

Kecamatan Karanganyar memiliki lahan pertanian yang cukup luas

disamping keadaan tanah dan irigasi yang mendukung. Hal ini menunjukkan

bahwa sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi masyarakat

untuk menggantungkan hidupnya dalam mencukupi kebutuhan hidup

sehari-hari.

C. Keadaan Pertanian

Salah satu sektor utama dalam pembangunan di pedesaan adalah sektor

pertanian karena sebagian besar masyarakat memiliki mata pencaharian

sebagai petani, selain itu pertanian merupakan satu-satunya bidang untuk

menghasilkan produk untuk mencukupi kebutuhan pangan. Tidak terbatas pada

pemenuhan pangan penduduk setempat tetapi juga bagi penduduk wilayah

lainnya. Kegiatan pertanian mempunyai peranan penting dalam memenuhi

kebutuhan pangan. Kondisi pertanian yang baik harus didukung dengan

ketersediaan lahan pertanian yang cukup, inovasi atau teknologi yang tepat

guna dan sumber daya manusia yang handal. Kecamatan Karanganyar

memiliki potensi yang besar dalam sektor pertanian karena kondisi alam yang

mendukung.

Table 4.5. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010

No. Tanaman Luas Panen (ha) Rata-Rata Produksi (Ton) 1. Padi 680 5,5 2. Jagung 168 4,5 3. Kacang tanah 584 2,1 4. Sayuran 6 3,5 5. Buah-buahan 175 9

Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui komoditas pertanian yang terdapat

di Kecamatan Karanganyar adalah padi, jagung, kacang tanah, sayuran dan

buah-buahan. Padi merupakan komoditas pertanian yang paling banyak

ditanam oleh petani yaitu pada lahan seluas 680 ha dengan rata-rata produksi

sebesar 5,5 ton. Komoditas paling banyak kedua yang ditanam oleh petani

yaitu kacang tanah pada lahan seluas 584 ha dengan rata-rata produksi 2,1 ton.

Komoditas paling banyak ketiga yang ditanam oleh petani yaitu buah-buahan

pada lahan seluas 175 ha dengan rata-rata produksi 9 ton. Luas usahatani akan

mempengaruhi besarnya jumlah produksi suatu komoditas tanaman, dimana

semakin luas lahan maka jumlah produksi akan semakin besar.

D. Keadaan Sarana Perekonomian

Keberadaan sarana perekonomian merupakan suatu hal yang dibutuhkan

untuk mendukung kegiatan perekonomian penduduk pada suatu wilayah

tertentu. Sarana perekonomian yang terdapat dalam suatu wilayah akan

mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Berikut adalah gambaran sarana

perekonomian di Kecamatan Karanganyar

Tabel 4.6. Keadaan Lembaga Perekonomian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010.

No. Jenis Lembaga Jumlah (unit) 1. Koperasi

a. Koperasi Simpan Pinjam b. Koperasi Unit Desa (KUD) c. BKK d. BPKD e. Koperasi Produksi f. Koperasi Lainnya

90 1 1 1 3

39 2. Pasar Selapan/Umum

a. Umum b. Hewan

5 1

3. Pasar Tanpa Bangunan Semi Permanen 5 4. Toko/Kios/Warung 980 5. Bank 13 6. Lumbung Desa 12 7. Stasiun Bus 1 8. Telepon Umum 5

Jumlah 1.157

Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Berdasarkan Tabel 4.6. dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang

terdapat di Kecamatan Karanganyar cukup lengkap mulai dari pasar hingga

terdapatnya stasiun bus. Sarana perekonomian yang terbanyak adalah

toko/kios/warung sebanyak 980 unit yang tersebar setiap Kelurahan di

Kecamatan Karanganyar. Kecamatan Karanganyar mempunyai koperasi yang

terdiri dari koperasi simpan pinjam 90 unit, koperasi unit desa (KUD) 1 unit,

BKK 1 unit, BPKD 1 unit, koperasi produksi 3 unit dan koperasi lainnya 19

unit. Selain koperasi, Kecamatan Karanganyar terdapat 11 pasar, terdiri dari

pasar umum sebanyak 5 unit, pasar hewan sebanyak 1 unit dan pasar tanpa

bangunan semi permanen sebanyak 5 unit. Untuk memudahkan masyarakat

menabung, kecamatan Karanganyar memiliki 13 unit bank. Selain itu terdapat

12 unit lumbung desa, 5 unit telepon umum dan 1 unit stasiun bus.

Lembaga perekonomian di Kecamatan Karanganyar dapat dikatakan

cukup berkembang mengingat ini adalah sebuah kecamatan pada pusat kota

yang ditunjang dengan jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pendidikan

yang cukup tinggi, sehingga menunjang kegiatan perekonomian di daerah

tersebut. Penduduk setempat juga lebih dimudahkan karena hanya perlu

menempuh jarak yang cukup dekat untuk memenuhi kebutuhan perekonomian.

E. Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi Hibrida Di Kecamatan Karanganyar

Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi hibrida merupakan

sejumlah bantuan benih unggul padi hibrida yang disalurkan oleh pemerintah

pusat melalui pemerintah daerah dan diberikan secara gratis kepada kelompok

tani. Program BLBU padi hibrida dilaksanakan di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar mulai tahun 2008 sampai tahun 2010. Pada tahun

2008 terdapat 10 kelompok tani dan tahun 2009 terdapat 13 kelompok tani

yang mengikuti program BLBU padi hibrida. Terjadinya peningkatan jumlah

peserta karena pada tahun 2008 terjadi peningkatan hasil produksi padi hibrida.

Dengan adanya bukti nyata maka pada tahun 2009 jumlah peserta BLBU padi

hibrida meningkat, namun pada tahun 2010 terjadi penurunan jumlah peserta

BLBU padi hibrida. Hal ini disebabkan karena varietas yang digunakan pada

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

tahun 2010 tidak sama dengan varietas yang digunakan pada tahun 2008.

Varietas yang digunakan pada tahun 2008 yaitu arize dan bernas, sedangkan

varietas yang digunakan pada tahun 2010 yaitu intani. Varietas intani hasilnya

lebih rendah daripada varietas arize dan bernas, karena varietas intani tidak

toleran terhadap hama penyakit, sehingga untuk tahun 2011 program BLBU

padi hibrida sudah tidak dilakukan di Kecamatan Karanganyar karena petani

atau kelompok tani tidak tertarik dengan benih yang ditawarkan. Petani atau

kelompok tani lebih tertarik menggunakan varietas arize dan bernas karena

berumur antara 115 – 120, toleran terhadap hama penyakit dan hasil produksi

yang lebih tinggi dibandingkan padi inbrida.

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Program BLBU Padi Hibrida

Program BLBU padi hibrida adalah sejumlah benih padi hibrida yang

disalurkan oleh pemerintah secara gratis kepada petani atau kelompok tani

yang telah ditetapkan. Program BLBU padi hibrida di laksanakan di

Kecamatan Karanganyar mulai tahun 2008-2010, dengan tujuan meringankan

beban petani dalam penyediaan dan penggunaan benih varietas unggul bermutu

dan meningkatkan kesadaran petani dalam penggunaan benih varietas unggul

bermutu sehingga terjadi peningkatan hasil produksi padi.

Tahun pertama program BLBU padi hibrida dijalankan petani merespon

baik, karena petani mempunyai harapan dengan adanya program BLBU padi

hibrida dapat meningkatkan hasil produksi. Petani merasa senang diberi

bantuan benih padi hibrida, karena di pasaran harga benih padi hibrida lebih

mahal dibandingkan harga benih padi inbrida. Harga benih padi hibrida

Rp 60.000,00 per kilogram sedangkan harga benih padi inbrida Rp 30.000,00-

Rp 40.000,00 per kilogram. Selain itu, varietas yang diberikan adalah varietas

arize dan bernas. Hasil produksi padi hibrida meningkat sekitar 4 ton/ha, dari 4

ton/ha menjadi 8 ton/ha, rasa nasi pulen, wangi dan tahan hama dan penyakit.

Petani merasa puas dengan hasil panen yang dicapai, sehingga untuk tahun ke

dua penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida terjadi

peningkatan jumlah peserta progam BLBU padi hibrida, dari 10 peserta

menjadi 14 peserta. Terjadinya peningkatan jumlah peserta program karena

petani melihat secara langsung keunggulan benih padi hibrida.

Tahun ke dua program BLBU padi hibrida, varietas yang diberikan

berbeda dengan tahun pertama yaitu varietas Intani 2. Hasil produksi yang

dihasilkan varietas intani sekitar 3 ton/ha, tetapi varietas ini tidak tahan hama

dan penyakit, serta rasa nasi tidak pulen. Sehingga untuk tahun ke tiga program

BLBU padi hibrida terjadi penurunan jumlah peserta program BLBU padi

hibrida, dari 14 peserta menjadi 4 peserta. Selain tidak tahan hama dan

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

penyakit, harga jual padi hibrida turun. Hal ini disebabkan karena persedian di

pasaran terbatas, sehingga petani menjadi rugi karena biaya produksi lebih

tinggi dibandingkan harga jual padi hibrida. Adapun perbedaan varietas bernas,

arize dan intani 2 dapat di lihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut :

Tabel 5.1 Perbedaan Varietas Bernas, Arize dan Intani II

No. Varietas Tahun Di Lepas

Umur (hari)

Potensi Hasil GKG

(ton/ha)

Rasa Nasi

Ketahanan Terhadap Hama

& Penyakit

Anjuran Tanam

1. Bernas 2006 111-112 10 Enak Agak tahan terhadap tungro dan HDB strain III, IV dan VIII

SDR-OPT

2. Arize 2003 108-129 10 Enak Tahan WCK biotipe 2 dan strain IV, VIII

SDR-OPT3

3. Intani II 2001 108-116 10 Enak Agak tahan WCK biotipe 3. Agak tahan HDB strain III, IV

SDR-OPT

Sumber : Balitbang Deptan 2007

Keterangan : § HDB = Hawar daun bakteri § WCK = Wereng coklat

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa program BLBU padi

hibrida di Kecamatan Karanganyar tidak berhasil karena petani tidak mau

beralih menggunakan benih padi hibrida. Petani di Kecamtan Karanganyar mau

untuk menggunakan benih padi hibrida, tetapi dengan catatan menggunakan

varietas arize dan bernas.

B. Mekanisme Penyaluran BLBU Padi Hibrida

Mekanisme penyaluran BLBU diawali dari pengajuan pihak

kabupaten/kota dengan mengusulkan CPCL yang dikuatkan oleh SK Kepala

Dinas Pertanian pada Pemprov Jateng. Selanjutnya, Pemprov Jateng

memverifikasi CPCL tersebut hingga merekomendasikan CPCL yang akan

menjadi target penerima BLBU yang juga dikuatkan melalui SK Kepala Dinas

Pertanian setempat. Data CPCL selanjutnya diberikan pada PT Sang Hyang Sri

(SHS) dan PT Pertani dan tembusannya diberikan pada Dirjen Tanaman

Pangan Kementan. SHS dan Pertani adalah perusahaan yang mendapatkan

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

jatah untuk pengadaan dari berbagai jenis bibit, seperti padi non hibrida, padi

lahan kering, padi hibrida, jagung hibrida, dan kedelai. Setelah itu, SHS dan

Pertani lah yang akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian kabupaten/kota

untuk penyaluran BLBU yang telah ditetapkan besar luasan lahan yang akan

mendapatkan bantuan sesuai CPCL.

Sosialisaisi

Sosialisasi

Sosialisasi & Desiminasi

Rembuk

Gambar 5.1 Mekanisme Penetapan Kelompok Tani Penerimaan BLBU

C. Identitas Responden

Identitas responden penting untuk mengetahui sebagian dari latar

belakang kehidupan petani. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi

nama, jenis kelamin, umur, jumlah tanggungan keluarga dan status petani

dalam penguasaan lahan. Adapun identitas responden dapat dilihat pada tabel

5.2 sebagai berikut :

Dinas Propinsi

Dinas Kab/Kota

Kelompok Tani

Petani

Verifikasi & Persetujuan CPCL

Verifikasi & CPCL Secara Resmi

DITJEN Perjanjuan dg BUMN

Penyaluran Benih Sesuai CPCL

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 5.2 Identitas Responden

No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase 1. Jenis Kelamin

a. Laki-Laki b. Perempuan

50 -

100

- 2. Umur

a. Usia Produktif (15-59 th) b. Usia Non Produktif (> 60 th)

48 2

96 4

3. Jumlah Anggota Keluarga Keluarga a. Sedikit (2-4 orang) b. Sedang (5-7 orang) c. Banyak (8-10 orang)

39 10 1

78 20 2

4.

Status Petani Dalam Penguasaan Lahan a. Penggarap b. Penyewa c. Pemilik dan Penggarap

8 23 19

16 46 38

Jumlah 50 100

Sumber : Analisis Data Primer

1. Jenis Kelamin

Semua responden dalam penelitian ini adalah laki-laki. Hal ini

menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih

banyak berperan di dalam kegiatan usahatani dibandingkan dengan

responden yang berjenis kelamin perempuan. Keadaan ini diperkuat bahwa

yang sering bekerja di sawah adalah responden laki-laki. Seperti pada Tabel

5.2 terlihat bahwa 100 persen responden adalah berjenis kelamin laki-laki.

Hal ini juga menunjukkan bahwa dalam kegiatan usahatani kaum laki-laki

selalu yang diandalkan dalam pengambil segala keputusan pada kegiatan

usahatani di Kecamatan Karanganyar.

2. Umur

Umur merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang produktif atau

tidak produktif, seseorang dikatakan produktif jika berumur antara 15-59

tahun dan dikatakan tidak produktif jika berumur antara 0-14 tahun dan 60

tahun ke atas. Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa usia responden terdiri

dari usia produktif dan usia non produktif. Sebanyak 48 responden atau 96

persen termasuk dalam usia produktif. Sedangkan untuk usia non produktif

yaitu 60 tahun ke atas sebanyak 2 responden atau 4 persen. Dengan melihat

kelompok umur responden di atas, maka dapat dikatakan sebagian besar

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

responden tergolong dalam usia produktif. Usia yang masih produktif

biasanya masih mempunyai semangat yang lebih besar dibandingkan usia

yang non produktif, sehingga usia produktif sangat potensial untuk lebih

meningkatkan peran sertanya dalam setiap kegiatan. Usia non produktif

masih aktif melakukan usahatani karena responden sudah terbiasa bekerja

sejak kecil, selain itu responden juga mencari kesibukan untuk

menghilangkan rasa jenuh. Kegiatan berusahatani wajar dilakukan oleh

responden yang berusia non produktif karena sudah menjadi rutinitas

sehari-hari, meskipun kegiatan yang dilakukan bersifat ringan, misalnya

mengawasi saluran air, mengirim makan, dan lain lain.

3. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi tingkat produksi dan

pendapatan. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka semakin tinggi

biaya yang harus ditanggung oleh kepala keluarga. Namun, hal ini dapat

diimbangi dengan ketersediaan tenaga kerja yang lebih besar yang

bersumber dari dalam keluarga. Apabila semua anggota masih berada di

bawah umur angkatan kerja, maka beban biaya yang harus ditanggung oleh

kepala keluarga semakin besar.

Tabel 5.2 menunjukkan jumlah anggota keluarga responden sebagian

besar (78 persen) tergolong sedikit yaitu rata-rata 2-4 orang. Adapun sisanya

sebanyak 20 persen termasuk dalam kategori sedang dengan jumlah

rata-rata anggota keluarga 5-7 orang, dan sebanyak 2 persen tergolong

kategori banyak dengan jumlah anggota keluarga rata-rata sebanyak 8-10

orang. Sedikitnya tanggungan keluarga petani disebabkan karena sebagian

besar anak petani sudah bekerja di luar kota Karanganyar kemudian

menetap disana dan sudah menikah, sehingga tanggungan keluarga petani

semakin sedikit. Hal ini juga menunjukkan bahwa jumlah keluarga

mempengaruhi ekonomi keluarga responden. Masyarakat semakin sadar

bahwa biaya hidup semakin meningkat seiring dengan bertambahnya

kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh masing-masing anggota

keluarga.

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

4. Status Petani Dalam Penguasaan Lahan

Lahan sawah di Kecamatan Karanganyar sebagian besar merupakan

lahan milik pribadi. Hal ini dikarenakan bahwa kepemilikan lahan diperoleh

petani melalui pembagian warisan dari beberapa anggota keluarganya.

Status kepemilikan lahan pertanian terbagi menjadi tiga kategori yaitu

penyakap, penyewa serta pemilik dan penggarap. Status responden untuk

penggarap sebesar 16 persen, karena responden tidak mempunyai lahan

sendiri untuk melakukan usahatani dan tidak mempunyai modal untuk

menyewa lahan, sehingga responden menggarap sawah milik orang lain.

Status penyewa sebesar 46 persen, karena responden tidak mempunyai lahan

sendiri untuk melakukan usahatani sehingga menyewa lahan milik orang

lain. Selain itu responden menganggap lebih menguntungkan menyewakan

lahan sawahnya daripada dikerjakan sendiri, misalnya efisien tenaga kerja

karena tidak membutuhkan buruh tani untuk mengerjakan sawah.

Sedangkan untuk pemilik dan penggarap sebesar 38 persen, hal ini

disebabkan karena responden menganggap dirinya masih mampu untuk

mengerjakan lahan sawahnya sendiri dan menghemat biaya produksi.

Biasanya responden mengerjakan lahan sawah dibantu oleh kerabat dekat,

seperti anak, istri dan saudara dekat.

D. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap

Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petani merupakan

faktor-faktor yang berhubungan dengan respon petani terhadap penggunaan

benih padi hibrida di Kecamatan Karanganyar. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan sikap meliputi tingkat pengalaman berusahatani, tingkat

pengaruh orang lain, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal,

tingkat penggunaan media massa dan tingkat pengaruh kepercayaan.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap maka

diperlukan indikator untuk mengukurnya. Tinggi rendahnya faktor-faktor yang

berhubungan dengan sikap dapat diketahui dari skor atas tanggapan atau

jawaban yang diberikan responden dari berbagai pertanyaan yang diajukan

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

berdasarkan kriteria yang digunakan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

sikap dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi

dan sangat tinggi.

1. Tingkat Pengalaman Berusahatani

Pengalaman merupakan suatu proses pendidikan di luar bangku

sekolah dan diperoleh dari suatu peristiwa-peristiwa yang dialami atau

keterangan yang bersumber dari petani lain, tetangga dan penyuluh. Selain

umur dan tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani sangat menentukan

langkah-langkah keputusan kearah yang lebih baik sehubungan dengan

usahanya. Seorang petani akan merubah sikapnya dalam bertindak

tergantung dari pengalaman yang diperoleh pada masa lalu. Dengan

demikian dapat diasumsikan bahwa semakin lama seseorang aktif dalam

berusahatani, maka akan cenderung semakin terampil dalam mengambil

keputusan yang tepat dalam mengelola usahataninya sehingga dapat

meningkatkan produksinya.

Sikap akan lebih mudah terbentuk jika pengalaman berusahatani

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situsasi yang

melibatkan emosi, penghayatan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih

lama berbekas. Pengalaman berusahatani responden antara lain dilihat dari

lamanya petani berusahatani dan lamanya responden mengikuti program

BLBU padi hibrida di Kecamatan Karanganyar. Pengalaman berusahatani

petani di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini :

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman Berusahatani Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Skor Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Sangat Rendah - 0 2 Rendah 22 44 3 Sedang 26 52 4 Tinggi 2 4 5 Sangat Tinggi - 0

Jumlah 50 100

Sumber : Analisis Data Primer

Dari Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa tingkat pengalaman

berusahatani responden termasuk kategori sedang. Petani yang mempunyai

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

tingkat pengalaman berusahatani dalam kategori sedang sebanyak 26 petani

atau 52 persen. Pengalaman berusahatani petani di Kecamatan Karanganyar

termasuk dalam kategori sedang karena, dalam penggunaan benih padi

hibrida pada program BLBU padi hibrida di Kecamatan Karanganyar baru

dilaksanakan tiga tahun, yaitu pada tahun 2008-2010. Hal ini mempengaruhi

pengalaman berusahatani dalam menggunakan benih padi hibrida, sehingga

dalam pemenuhan usahatani petani masih banyak menggunakan benih padi

non hibrida. Semakin lama petani menjalankan usahataninya maka

pengalaman yang diperoleh semakin banyak, sehingga petani akan

memberikan respon positif terhadap penggunaan benih padi hibrida.

2. Tingkat Pengaruh Orang Lain

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen

sosial yang ikut mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting,

seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan

pendapat, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang

berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi

pembentukan sikap terhadap sesuatu. Pada umumnya, individu cenderung

untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang

dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting (Azwar, 1995).

Tingkat pengaruh orang lain dalam penelitian ini adalah orang-orang

yang oleh petani dianggap penting sebagai panutan ataupun yang

berperanan dalam menunjang usaha tani yang dilakukan petani melalui

saran, ajakan atau bahkan perintah. Orang lain yang dimaksud oleh petani

meliputi, Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), keluarga, petani lain dan aparat

desa. Tingkat pengaruh orang lain yang dianggap penting dapat dilihat pada

Tabel 5.4 berikut ini :

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Orang Lain Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar

No. Pengaruh Orang Lain Skor Kategori Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. Pengaruh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)

1 2 3 4 5

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

- - 6 28 16

0 0

12 56 32

2. Pengaruh Keluarga 1 2 3 4 5

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

- 15 24 6 5

0 30 48 12 10

3. Pengaruh Petani Lain 1 2 3 4 5

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

- 1 10 32 7

0 2

20 64 14

4. Pengaruh Aparat Desa 1 2 3 4 5

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

25 15 8 2 -

50 30 16 4 0

Tingkat Pengaruh Orang Lain 1 2 3 4 5

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

- 6 29 14 1

0 12 58 28 2

Sumber : Analisis Data Primer

Dari Tabel 5.4 diketahui bahwa tingkat pengaruh orang lain yang

dianggap penting yang berupa tingkat pengaruh Penyuluh Pertanian Lapang

(PPL) dalam kategori tinggi sebanyak 28 responden atau 56 persen, tingkat

pengaruh keluarga dalam kategori sedang sebanyak 24 responden atau 48

persen, tingkat pengaruh petani lain dalam kategori tinggi sebanyak 32

responden atau 64 persen dan tingkat pengaruh aparat desa dalam kategori

sangat rendah sebanyak 25 responden atau 50 persen. Tingkat pengaruh

Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam kategori tinggi ditunjukan dengan

keaktifan petani untuk datang ke acara rapat rutin kelompok tani dan selalu

berkomunikasi untuk mendapatkan informasi-informasi seputar pertanian,

khususnya informasi seputar benih padi hibrida. Tingkat pengaruh keluarga

dalam kategori sedang, karena pada dasarnya peran keluarga dalam

usahatani hanya sedikit, mereka sebagian berperan di luar usahatani yaitu

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

sebagai ibu rumah tangga dan sebagian besar anak dari responden rata-rata

masih bersekolah. Tingkat pengaruh petani lain dalam kategori tinggi,

karena frekuensi bertemu dengan petani lain sangat intensif dibandingkan

dengan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dan aparat desa. Selain itu, saat

para petani bertemu biasanya mereka membicarakan informasi terbaru,

masalah yang sedang dihadapi dan mencari solusi terbaik untuk

memecahkan masalah. Saran dari petani lain dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan. Tingkat pengaruh aparat desa

dalam kategori sangat rendah karena, pada umumnya aparat desa bekerja di

balai desa, sehingga frekuensi bertemu dengan petani sangat kurang.

Ajakan, saran dan informasi banyak disampaikan oleh Penyuluh Pertanian

Lapang (PPL) dan petani lain.

Tingkat pengaruh orang lain (PPL dan petani lain) termasuk dalam

kategori tinggi. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat

pengaruh orang lain cukup mempengaruhi sikap petani dalam penggunaan

benih padi hibrida. Hal ini dikarenakan sejak awal kegiatan BLBU padi

hibrida, pada proses perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan baik

penyuluh, keluarga, petani lain dan aparat desa turut berperan dalam

mendukung kegiatan penggunaan benih padi hibrida. Bentuk dukungan

yang diberikan oleh orang lain (PPL dan petani lain) diantaranya melalui

ajakan untuk membudidayakan padi hibrida agar hasil produksi meningkat,

saran untuk mengikuti pertemuan rutin, saran dan informasi seputar

teknologi baru.

3. Tingkat Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang dapat menunjang proses

penyerapan teknologi dan informasi. Secara teoritis semakin tinggi tingkat

pendidikan formal dan semakin banyak mengikuti pendidikan non formal

dari seseorang maka akan memberikan atau menambah kemampuan dari

orang tersebut untuk dapat mengambil keputusan, mengatasi masalah-

masalah yang diperoleh. Dalam hal ini masalah-masalah yang dimaksud

dalam bidang pertanian seperti pengendalian hama, mengambil keputusan

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

dalam penggunaan faktor-faktor produksi dan pemeliharaan. Pendidikan

formal merupakan salah satu usaha untuk mengadakan perubahan perilaku

berdasarkan ilmu dan pengalaman yang diperoleh di bangku sekolah

(Hasan, 2000).

Tingkat pendidikan formal dalam penelitian ini adalah tingkat

pendidikan yang pernah ditempuh oleh petani di bangku sekolah. Untuk

mengetahui bagaimana tingkat pendidikan formal petani yang menggunakan

benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida dapat dilihat pada

Tabel 5.5 sebagai berikut :

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Skor Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Tidak SD/Tidak Tamat SD - 0 2 SD 15 30 3 SMP 12 24 4 SMA 19 38 5 D3/Sarjana 4 8

Jumlah 50 100

Sumber : Analisi Data Primer

Tingkat pendidikan akan sangat menentukan tingkat pemahaman,

ketrampilan berkomunikasi serta sikap petani terhadap suatu inovasi yang

diterapkan. Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan

formal responden termasuk kategori tinggi yaitu SLTA sebanyak 19 orang

atau 38 persen. Tingkat pendidikan mempengaruhi kualitas sumberdaya

manusia, jika semakin banyak pengalaman yang diperoleh dari tingkat

pendidikan yang diselesaikannya, maka semakin maju pola berpikirnya.

Hal ini menunjukan bahwa responden sudah mempunyai kesadaran akan

pentingnya pendidikan untuk menambah ilmu pengetahuan dan menunjang

kelancaran aktivitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU

padi hibrida.

4. Tingkat Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal bagi petani biasanya diperoleh melalui

pendidikan luar sekolah, misalnya penyuluhan, kursus dan pelatihan. Tujuan

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

utama pendidikan non formal adalah untuk menambah kesanggupan petani

dalam mengelola usahataninya, dengan ini diharapkan ada perubahan

perilaku sehingga dapat memperbaiki cara-cara dalam mengelola

usahataninya. Semakin tinggi atau banyak petani mengikuti kegiatan seperti

penyuluhan, kursus dan pelatihan maka semakin tinggi tingkat kemampuan

petani dalam mengelola usahataninya sehingga produksi yang dihasilkan

semakin tinggi.

Pendidikan non formal dalam penelitian ini adalah penyuluhan dan

pelatihan yang pernah diikuti oleh petani. Untuk mengetahui bagaimana

tingkat pendidikan non formal petani yang menggunakan benih padi hibrida

pada program BLBU padi hibrida dapat dilihat pada Tabel 5.6 sebagai

berikut :

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Non Formal Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Skor Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Sangat Rendah 23 46 2 Rendah 23 46 3 Sedang 3 6 4 Tinggi 1 2 5 Sangat Tinggi - 0

Jumlah 50 100

Sumber : Analisis Data Primer

Pendidikan non formal yang diukur dalam penelitian ini adalah

kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh petani selama

kurun waktu satu tahun terakhir. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan

dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang

bagaimana cara mengelola tanaman yang baik (khususnya padi hibrida),

sehingga nantinya dapat menambah produktivitas. Kegiatan pelatihan yang

pernah dilaksanakan adalah Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu

(SLPTT). Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)

merupakan bentuk sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya

dilakukan di lapangan, yang dilaksanakan di lahan petani peserta PTT dalam

upaya peningkatan produksi padi nasional.

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui tingkat pendidikan non formal

responden termasuk kategori rendah dan sangat rendah yaitu sebanyak 23

orang atau 46 persen. Tingkat pendidikan non formal dikatakan rendah atau

sangat rendah karena petani jarang mengikuti dan hanya sedikit petani yang

rutin mengikuti pelatihan. Untuk kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh

Dinas Pertanian tidak semua petani dilibatkan, hanya perwakilan dari

kelompok tani yang diikutsertakan. Hal ini diharapkan perwakilan

kelompok tani yang mengikuti pelatihan dapat menyampaikan informasi

dan ilmu yang diperoleh pada saat mengikuti pelatihan kepada anggota

kelompok tani yang lain. Dengan harapan, melalui kegiatan penyuluhan dan

pelatihan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan mengelola

usahataninya, sehingga kesejahteraan petani dapat semakin meningkat.

5. Tingkat Penggunaan Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain lain. mempunyai pengaruh

besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam

penyampaian informasi, media massa membawa pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

sikap. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi, apabila cukup kuat,

akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah

arah sikap tertentu (Azwar,1995).

Media massa merupakan sumber informasi yang dipergunakan untuk

memberikan informasi-informasi yang dapat menambah pengetahuan.

Media massa yang ada diantaranya radio, televisi, koran, tabloid/majalah

dan leaflet/brosur. Tingkat penggunaan media massa tersebut dilihat dari

jumlah media massa yang dimanfaatkan responden dan bagaimana isi media

massa yang diakses responden tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap

petani dalam berusahatani, khususnya penggunaan benih padi hibrida.

Dibawah ini dapat dilihat tabel tingkat penggunaan media massa sebagai

berikut :

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penggunaan Media Massa Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Skor Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Sangat Rendah - 0 2 Rendah 7 14 3 Sedang 30 60 4 Tinggi 11 22 5 Sangat Tinggi 2 4

Jumlah 50 100

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarlam Tabel 5.7 dapat diketahui tingkat penggunaan media

massa yang dimanfaatkan responden termasuk kategori sedang yaitu

sebanyak 30 orang atau 60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

responden mempunyai minat yang cukup baik dalam memanfaatkan media

massa. Media massa yang biasa digunakan responden untuk mengakses

informasi seputar pertanian yaitu tv, radio, majalah, brosur atau leaflet.

Acara televisi yang biasa di lihat responden seputar pertanian, biasanya

responden melihat acara “mbangun desa” yang disiarakan oleh stasiun

televisi nasional (TVRI) setiap satu minggu sekali, selain itu juga terdapat

liputan singkat seputar pertanian di televisi swasta tetapi waktunya tidak

menentu (kadang-kadang). Radio yang biasa di dengarkan responden

seputar pertanian adalah Radio Siaran Pemerintah Daerah (SWIBA), seputar

pertanian biasanya disiarkan sore hari setiap satu minggu sekali. Majalah

yang biasa diakses responden adalah majalah sinartani, responden

mendapatkan majalah sinartani pada saat penyuluhan yang dibagikan oleh

penyuluh kepada petani secara gratis. Kandungan isi materi dari media

massa yang diakses respoonden dinilai bermanfaat, karena media massa

mampu menumbuhkan aspirasi dan memperluas pengetahuan. Kesadaran

responden mendapatkan informasi melalui media massa dapat dikatakan

sedang, karena responden lebih senang berdiskusi langsung antara petani

dan penyuluh untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau

sekedar bertukar informasi seputar pertanian.

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

6. Tingkat Pengaruh Kepercayaan

Tingkat pengaruh kepercayaan merupakan nilai-nilai kepercayaan

tradisional dan budaya kerukunan yang masih melekat pada petani yang

berhubungan dengan budidaya padi, hal ini akan berpengaruh terhadap

petani dalam budidaya padi. Dibawah ini dapat dilihat kategori tingkat

pengaruh kepercayaan sebagai berikut :

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Kepercayaan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Skor Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Sangat Rendah 12 24 2 Rendah 35 70 3 Sedang 3 6 4 Tinggi - 0 5 Sangat Tinggi - 0

Jumlah 50 100

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa tingkat pengaruh

kepercayaan dalam kategori rendah sebanyak 35 orang atau 70 persen,

kategori sedang sebanyak 3 orang atau 6 persen dan kategori sangat rendah

sebanyak 12 orang atau 24 persen. Dari data di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa sebagian responden mempunyai tingkat kepercayaan

dalam kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa sebagian responden

sudah banyak meninggalkan kepercayaan yang ada atau pengaruh

kepercayaan sudah mulai luntur, selain itu sistem gotong royong seperti

penanaman padi, pemeliharaan dan pemanenan juga sudah mulai

ditinggalkan karena di Kecamatan Karanganyar untuk mengelola sawah

biasanya memperkerjakan tenaga dari luar. Adapun tradisi menanam padi

yang masih biasa dilakukan petani antara lain mengadakan rasulan sesudah

menanam padi, mengadakan tirakat (kondangan) setelah menanam padi dan

mengadakan bersih desa setelah panen.

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

E. Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida

Sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida dalam penelitian ini

menggunakan penskalaan Likert kuantifikasi dilakukan dengan mencatat

penguatan respon dan untuk pernyataan positif dan pernyataan negatif tentang

penggunaan benih padi hibrida yang diperlihatkan petani terhadap tujuan, hasil

dan kualitas penggunaan benih padi hibrida.

Tabel 5.9 Distribusi Petani Berdasarkan Tingkat Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

No. Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida

Skor Kategori Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. Sikap Petani Terhadap Tujuan Penggunaan Benih Padi Hibrida

1 2 3 4 5

Sangat Rendah Rendah Netral Tinggi Sangat Tinggi

- 2 26 22 -

0 4

52 44 0

2. Sikap Petani Terhadap Hasil Penggunaan Benih Padi Hibrida

1 2 3 4 5

Sangat Rendah Rendah Netral Tinggi Sangat Tinggi

- 12 34 3 1

0 24 68 6 2

3. Sikap Petani Terhadap Kualitas Penggunaan Benih Padi Hibrida

1 2 3 4 5

Sangat Rendah Rendah Netral Tinggi Sangat Tinggi

- -

16 34 -

0 0

32 68 0

Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida

1 2 3 4 5

Sangat Rendah Rendah Netral Tinggi Sangat Tinggi

3 16 21 9 1

6 32 42 18 2

Sumber : Analisis Data Primer

1. Sikap Petani Terhadap Tujuan Penggunaan Benih Padi Hibrida

Suatu program yang baik didasarkan pada tujuan yang selalu merujuk

pada upaya perbaikan baik secara fisik, mental, ekonomi maupun sosial

budaya. Tujuan merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diinginkan dan

perlu dilakukan untuk dapat memanfaatkan hasil. Berdasarkan Tabel 5.9

dapat diketahui sikap petani terhadap tujuan penggunaan benih padi hibrida

pada program BLBU padi hibrida termasuk dalam kategori netral yaitu

sebanyak 26 orang atau 52 persen. Hal ini berarti sebagian petani

mengetahui dan memahami tujuan penggunaan benih padi hibrida pada

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

program BLBU padi hibrida, disamping itu petani memiliki harapan akan

peningkatan hasil usahataninya dengan adanya program BLBU padi hibrida.

Sebagian petani mengetahui tujuan penggunaan benih padi hibrida pada

program BLBU padi hibrida dari sosialisasi atau penyuluhan yang dilakukan

oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) setiap satu bulan sekali pada saat

pertemuan rutin kelompok. Program BLBU padi hibrida bertujuan positif,

karena meningkatkan kesadaran petani untuk menggunakan benih varietas

bermutu khususnya benih padi hibria. Tujuan dari diadakanya program

BLBU padi hibrida adalah agar petani mampu merubah perilaku pada saat

bercocok tanam untuk memilih menggunakan benih padi hibrida.

2. Sikap Petani Terhadap Hasil Penggunaan Benih Padi Hibrida

Hasil merupakan keadaan akhir dari program yang telah dicapai yang

dapat dirasakan atau dinikmati serta bermanfaat bagi petani. Sikap petani ini

akan menunjukkan apakah kegiatan penggunaan benih padi hibrida pada

program BLBU padi hibrida telah dirasakan hasilnya oleh petani. Hasil

dalam penelitian ini diukur dari sejauh mana hasil yang diperoleh dari

kegiatan penggunaan benih padi hibrida dalam menunjang peningkatan

usahatani dan penilaian petani terhadap hasil yang diperoleh.

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sikap petani terhadap

hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida

tergolong netral yaitu sebanyak 34 orang atau 68 persen. Hal ini disebabkan

karena petani dalam pemanfaatan benih padi hibrida belum seluruhnya

mengalami keberhasilan. Petani mengakui akan hasil produksi padi hibrida

yang memuaskan, tetapi sebagian petani mengeluhkan harga jual padi

hibrida tidak sesuai dengan biaya produksi, sehingga petani merasa rugi.

Hal ini disebabkan karena rendahnya harga jual padi hibrida dibandingkan

dengan padi inbrida dan masyarakat sudah terbiasa menggunakan beras

inbrida untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kenyataan bertolak

belakang dengan kualitas karena hasil yang dihasilkan padi hibrida tidak

sesuai dengan teori yanga ada, yaitu gabah yang kurang bagus dan rasa nasi

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

yang tidak pulen. Hanya jenis varietas tertentu yang hasilnya bagus dan

sesuai teori yang ada yaitu varietas arize dan bernas.

3. Sikap Petani Terhadap Kualitas Penggunaan Benih Padi Hibrida

Kualitas penggunaan benih padi hibrida merupakan ukuran nilai lebih

atau kurang (baik buruknya padi hibrida) yang diperoleh petani saat

menggunakan padi hibrida. Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa

sikap petani terhadap kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program

BLBU padi hibrida tergolong sedang yaitu sebanyak 34 orang atau 68

persen. Sikap petani terhadap kualitas penggunaan benih padi hibrida pada

program BLBU padi hibrida dikatakan sedang, karena seagian petani

mengakui keunggulan dari kualitas yang dihasilkan oleh padi hibrida.

Keunggulan dari kualitas padi hibrida antara lain padi hibrida memiliki

potensi hasil 15-35 persen lebih tinggi dibandingkan varietas inbrida terbaik

yang ditanam dengan kondisi yang serupa. Selain itu, padi hibrida juga

terbukti lebih toleran dalam kondisi tanah atau iklim yang kurang

mendukung bagi pertanaman padi. Bayer (2007), menyatakan Organisasi

Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) telah menggarisbawahi beberapa

keunggulan padi hibrida, yaitu potensi peningkatan hasil, padi hibrida

memberikan hasil lebih tinggi 15-20 persen atau lebih dari 1 ton per hektar

di atas varietas inbrida terbaik. Program intensifikasi padi hibrida yang

sukses di Cina telah mengoptimalkan penggunaan lahan, dan dapat juga

ditanami tanaman yang lain. Dengan penduduknya yang lebih dari satu

milyar orang, padi hibrida berperan besar dalam meningkatkan produktivitas

padi Cina dari 3,5 menjadi 6,2 ton/hektar.

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sikap petani terhadap

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida tergolong

sedang yaitu sebanyak 21 orang atau 42 persen. Sikap petani terhadap

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida dikatakan

sedang, karena sebagian besar responden mau beralih menggunakan benih padi

hibrida jika pemerintah memberikan varietas benih hibrida tertentu, yaitu arize

dan bernas.

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

F. Hubungan Antara Variabel-Variabel Penelitian Dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibirda Pada Program BLBU Padi Hibrida Di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang

berhubungan dengan sikap, dengan sikap petani terhadap penggunaan benih

padi hibrida pada program BLBU padi hibrida di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap yang

diteliti antara lain tingkat pengalaman berusahatani, tingkat pengaruh orang

lain, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, tingkat

penggunaan media massa dan tingkat pengaruh kepercayaan. Sedangkan sikap

petani terhadap penggunaan benih padi hibrida diukur dengan tiga parameter,

yaitu : sikap petani terhadap tujuan penggunaan benih padi hibrida, sikap

petani terhadap hasil penggunaan benih padi hibrida dan sikap petani terhadap

kualitas penggunaan benih padi hibrida.

Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan

dengan sikap, dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida

digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) dengan bantuan SPSS for windows

12. Untuk mengetahui tingkat signifikasi dengan membandingkan besarnya

nilai t hitung dengan t tabel menggunakan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Jika t hitung < t tabel, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara

faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap, dengan sikap petani terhadap

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Berikut adalah hasil analisis hubungan faktor-faktor yang berhubungan

dengan sikap, dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida

dapat dilihat pada tabel 5.10 sebagai berikut :

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Tabel 5.10 Hubungan Antar Variabel Penelitian Tingkat Pengalaman Berusahatani, Tingkat Pengaruh Orang Lain, Tingkat Pendidikan Formal, Tingkat Pendidikan Non Formal, Tingkat Penggunaan Media Massa dan Tingkat Pengaruh Kepercayaan Dengan Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida Pada Program BLBU Padi Hibrida.

No. Y

X Y1 Y2 Y3 YTotal

rs tHitung rs tHitung rs tHitung rs tHitung 1. X1 0,003 0,020 0,030 0,207 0,066 0,459 0,041 0,284 2. X2 -0,032 -0,221 0,121 0,844 0,048 0,332 0,016 0,110 3. X3 -0,086 -0,593 0,164 0,151 0,208 1,473 0,137 0,958 4. X4 0,210 1,488 0,344** 2,538 -0,005 -0,381 0,209 1,480 5. X5 0,557** 4,894 0,535** 4,387 0,550** 4,562 0,733** 7,465 6. X6 0,192 1,355 0,075 0,521 0,111 0,773 0,154 1,079

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : X1 : Tingkat Pengalaman Berusahatani Y1 : Tujuan Penggunaan Benih Padi Hibrida X2 : Tingkat Pengaruh Orang Lain Y2 : Hasil Penggunaan Benih Padi Hibrida X3 : Tingkat Pendidikan Formal Y3 : Kualitas Penggunaan Benih Padi Hibrida X4 : Tingkat Pendidikan Non Formal * : Signifikan pada a = 0,05 (2,000) X5 : Tingkat Penggunaan Media Massa ** : Sangat Signifikan pada a = 0,01 (2,660) X6 : Tingkat Pengaruh Kepercayaan

1. Hubungan antara tingkat pengalaman berusahatani dengan sikap petani

terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10, maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman berusahatani dengan

tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,020) < tTabel (2,000), pada taraf

signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,003 dengan arah

hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini

berarti tingkat pengalaman berusahatani tidak ada hubungannya dengan

tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman berusahatani dengan

hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal

ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,207) < tTabel (2,000), pada taraf

signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,030 dengan arah

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini

berarti tingkat pengalaman berusahatani tidak ada hubungannya dengan

hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman berusahatani dengan

kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,459) < tTabel (2,000), pada taraf

signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,066 dengan arah

hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini

berarti tingkat pengalaman berusahatani tidak ada hubungannya dengan

kualitas pengguanaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman berusahatani dengan

sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU

padi hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,284) < tTabel (2,000),

pada taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,041

dengan arah hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima,

hal ini berarti tingkat pengalaman berusahatani tidak ada hubungannya

dengan sikap petani terhadap pengguanaan benih padi hibrida pada program

BLBU padi hibrida. Menurut Hasan (2000) menyatakan, pengalaman

berusahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam

menerima suatu inovasi. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh

petani, diharapkan produktivitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam

mengusahan usahataninya akan semakin baik.

Dari hasil di lapangan proses perubahan sikap petani tidak

dipengaruhi oleh pengalaman berusahatani tetapi dipengaruhi oleh bukti

yang telah dilihat di lingkungan sekitar mereka tinggal. Petani cenderung

mengamati dan menilai hasil dari petani lain yang lebih awal menggunakan

benih padi hirbrida. Setelah mengetahui keunggulan benih padi hibrida

dibanding benih padi inbrida, mereka baru tertarik untuk menggunakan

benih padi hibrida.

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

2. Hubungan antara tingkat pengaruh orang lain dengan sikap petani terhadap

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh orang lain dengan tujuan

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini

dapat dilihat dari nilai tHitung (-0,221) < tTabel (2,000), pada taraf signifikansi

95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah -0,032 dengan arah hubungan

negatif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini berarti tingkat

pengaruh orang lain tidak ada hubungannya dengan tujuan pengguanaan

benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh orang lain dengan hasil

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini

dapat dilihat dari nilai tHitung (0,844) < tTabel (2,000), pada taraf signifikansi

95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,121 dengan arah hubungan

positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini berarti tingkat

pengaruh orang lain tidak ada hubungannya dengan manfaat penggunaan

benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh orang lain dengan

kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,332) < tTabel (2,000), pada taraf

signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,048 dengan arah

hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini

berarti tingkat pengaruh orang lain tidak ada hubungannya dengan kualitas

pengguanaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh orang lain dengan sikap

petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,110) < tTabel (2,000), pada

taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,016 dengan

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

arah hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini

berarti tingkat pengaruh orang lain tidak ada hubungannya dengan sikap

petani terhadap pengguanaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida.

Dari hasil di lapangan proses perubahan sikap petani tidak

dipengaruhi oleh pengaruh orang lain karena hanya orang-orang tertentu

yang memberikan saran serta ajakan kepada petani untuk melakukan

perubahan ke arah yang lebih baik, seperti Penyuluh Pertanian Lapang

(PPL) dan petani lain. Pengaruh aparat desa dianggap kurang dalam proses

perubahan sikap petani karena frekuensi pertemuan antara aparat desa

dengan petani sangat kurang, sehingga saran serta ajakan banyak

disampaikan oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dan petani lain.

3. Hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan sikap petani terhadap

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan formal dengan tujuan

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini

dapat dilihat dari nilai tHitung (-0,593) < tTabel (2,000), pada taraf signifikansi

95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah -0,086 dengan arah hubungan

negatif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini berarti tingkat

pendidikan formal tidak ada hubungannya dengan tujuan penggunaan benih

padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan formal dengan hasil

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini

dapat dilihat dari nilai tHitung (1,151) < tTabel (2,000), pada taraf signifikansi

95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,164 dengan arah hubungan

positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini berarti tingkat

pendidikan formal tidak ada hubungannya dengan hasil penggunaan benih

padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan formal dengan kualitas

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini

dapat dilihat dari nilai tHitung (1,473) < tTabel (2,000), pada taraf signifikansi

95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,208 dengan arah hubungan

positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini berarti tingkat

pendidikan formal tidak berhubungan dengan kualitas pengguanaan benih

padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan formal dengan sikap

petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,958) < tTabel (2,000), pada

taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,137 dengan

arah hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini

berarti tingkat pendidikan formal tidak ada hubungannya dengan sikap

petani terhadap pengguanaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida. Petani yang tingkat pendidikan formalnya tinggi (sarjana) atau

rendah (SD atau tidak tamat SD) melakukan hal yang sama dalam

penggunaan benih padi hibrida.

Pendidikan formal merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya

diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan

menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern

(Soekartawi 1988). Dari hasil di lapangan proses perubahan sikap petani

tidak dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi dipengaruhi oleh bukti

nyata lingkungan sekitar mereka tinggal dan pengalaman berusahatani.

Semakin tinggi pendidikan formal responden belum tentu sikap terhadap

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida juga

tinggi.

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

4. Hubungan antara tingkat pendidikan non formal dengan sikap petani

terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan non formal dengan

tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (1,488) < tTabel (2,000), pada taraf

signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,210 dengan arah

hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini

berarti tingkat pendidikan non formal tidak berhubungan dengan tujuan

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan yang sangat signifikan antara tingkat pendidikan non formal

dengan hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (2,538) > tTabel (2,000), pada

taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,344 dengan

arah hubungan positif. tHitung lebih besar dari tTabel berarti H0 ditolak, hal ini

berarti tingkat pendidikan non formal berhubungan dengan hasil

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Semakin

tinggi pendidikan non formal yang dimiliki petani maka akan semakin

tinggi hasil yang diperoleh petani dalam penggunaan benih padi hibrida

pada program BLBU padi hibrida. Dengan diadakannya pendidikan non

formal (penyuluhan dan pelatihan) maka responden akan lebih banyak

mengetahui manfaat dari penggunaan benih padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan yang tidak signifikan antara tingkat pendidikan non formal

dengan kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (-0,381) < tTabel (2,000), pada

taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah -0,005 dengan

arah hubungan negatif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini

berarti tingkat pendidikan non formal tidak ada hubungannya dengan

kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Hal ini disebabkan karena sebagian petani ada yang mengakui keunggulan

padi hibrida dan ada juga yang masih meremehkan keunggulan dari padi

hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan non formal dengan

sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU

padi hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (1,480) < tTabel (2,000),

pada taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,209

dengan arah hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima,

hal ini berarti tingkat pendidikan non formal tidak berhubungan dengan

sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU

padi hibrida.

Pendidikan non formal diukur dengan frekuensi petani mengikuti

kegiatan penyuluhan dan pelatihan selama satu tahun. Petani mengikuti

kegiatan non formal seperti penyuluhan, Sekolah Lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SLPTT), cara pembuatan pupuk organik dan cara

budidaya padi hibrida. Materi pendidikan non formal, banyak memberikan

pengetahuan petani mengenani budidaya padi hibrida dan menangani atau

mengelola tanaman agar terbebas dari gangguan hama penyakit.

5. Hubungan antara tingkat penggunaan media massa dengan sikap petani

terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan yang sangat signifikan antara tingkat penggunaan media massa

dengan tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (4,894) > tTabel (2,000), pada

taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,557 dengan

arah hubungan positif. tHitung lebih besar dari tTabel berarti H0 ditolak, hal ini

berarti tingkat penggunaan media massa ada hubungannya dengan tujuan

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini

menunjukkan semakin tinggi tingkat penggunaan media massa maka tujuan

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida akan

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

semakin tinggi. Dengan adanya media massa akan lebih membantu

responden agar paham dan mengerti tentang tujuan dari penggunaan benih

padi hibrida. Jika tujuan penggunaan benih padi hibrida sudah dipahami,

maka diharapkan responden beralih untuk menggunakan benih padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan yang sangat signifikan antara tingkat penggunaan media massa

dengan hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (4,387) > tTabel (2,000), pada

taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,535 dengan

arah hubungan positif. tHitung lebih besar dari tTabel berarti H0 ditolak, hal ini

menunjukkan semakin tinggi tingkat penggunaan media massa maka hasil

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida akan

semakin tinggi. Media massa bermanfaat untuk memberikan informasi

mengenai padi hibrida. Dengan adanya media massa, diharapkan responden

mengetahui hasil yang akan diperoleh dalam penggunaan benih padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan yang sangat signifikan antara tingkat penggunaan media massa

dengan kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (4,562) > tTabel (2,000), pada

taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,550 dengan

arah hubungan positif. tHitung lebih besar dari tTabel berarti H0 ditolak, hal ini

menunjukkan semakin tinggi tingkat penggunaan media massa maka

kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida

akan semakin tinggi.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan yang sangat signifikan antara tingkat penggunaan media massa

dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program

BLBU padi hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (7,465) > tTabel

(2,000), pada taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah

0,733 dengan arah hubungan positif. tHitung lebih besar dari tTabel berarti H0

ditolak, hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat penggunaan media

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

massa maka sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada

program BLBU padi hibrida akan semakin tinggi.

Media massa merupakan sarana komunikasi yang mempunyai

pengaruh dalam opini dan kepercayaan. Sebagai sarana komunikasi,

berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh dalam pembentukan

opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti

yang dapat mengarahkan opini seseorang (Azwar, 1995).

Hubungan yang signifikan disebabkan karena media massa

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Media

massa yang biasa digunakan responden untuk memperoleh informasi

seputar pertanian khususnya padi hibrida adalah media cetak dan media

elektronik, seperti radio, televisi, majalah dan koran atau surat kabar.

Menurut responden, media massa bermanfaat karena mampu menumbuhkan

aspirasi dan memperluas pengetahuan. Tingkat penggunaan media massa

yang tinggi memiliki tingkat sikap terhadap penggunaan benih padi hibrida

pada program BLBU padi hibrida tinggi.

6. Hubungan antara tingkat pengaruh kepercayaan dengan sikap petani

terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh kepercayaan dengan

tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (1,355) < tTabel (2,000), pada taraf

signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,192 dengan arah

hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini

berarti tingkat pengaruh kepercayaan tidak berhubungan dengan sikap

petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat penagruh kepercayaan dengan hasil

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Hal ini

dapat dilihat dari nilai tHitung (0,521) < tTabel (2,000), pada taraf signifikansi

95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,075 dengan arah hubungan

positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini berarti tingkat

pengaruh kepercayaan tidak ada hubungannya dengan hasil penggunaan

benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh kepercayaan dengan

kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (0,773) < tTabel (2,000), pada taraf

signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,111 dengan arah

hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima, hal ini

berarti tingkat pengaruh kepercayaan tidak ada hubungannya dengan

kualitas pengguanaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

Berdasarkan Tabel 5.10 maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh kepercayaan dengan

sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU

padi hibrida. Hal ini dapat dilihat dari nilai tHitung (1,079) < tTabel (2,000),

pada taraf signifikansi 95 % atau α = 0,05 dengan nilai rs adalah 0,154

dengan arah hubungan positif. tHitung lebih kecil dari tTabel berarti H0 diterima,

hal ini berarti tingkat pengaruh kepercayaan tidak ada hubungannya dengan

sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU

padi hibrida.

Tingkat pengaruh kepercayaan diukur dengan sering tidaknya

responden melakukan tradisi, tradisi yang dimaksud antara lain selalu

membuat sesaji sebelum menggarap sawah dan sebelum panen, mengadakan

rasulan sesudah menanam padi, mengadakan kondangan (tirakat) setelah

panen padi, mengadakan bersih desa setelah panen dan menggunakan

tanda-tanda alam untuk menentukan musim tanam padi. Tingkat pengaruh

kepercayaan dikatakan tidak berhubungan dengan sikap petani terhadap

penggunaan benih padi hibrida karena sudah lunturnya (hilang)

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

tradisi-tradisi yang ada. Hanya sebagian petani yang masih melakukan

tradisi tersebut, biasanya petani yang melakukan tradisi rata-rata umurnya

50 tahun ke atas. Petani yang masih muda jarang melakukan tradisi

kepercayaan, bahkan tidak melakukan tradisi kepercayaan tersebut, karena

mereka menganggap jaman sudah semakin modern.

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Sikap petani terhadap tujuan penggunaan benih padi hibrida pada program

BLBU padi hibrida termasuk dalam kategori netral yaitu sebanyak 52

persen, sebagian petani merasa mengetahui dan memahami tujuan

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida. Sikap

petani terhadap hasil penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU

padi hibrida tergolong netral yaitu sebanyak 68 persen, karena petani dalam

pemanfaatan benih padi hibrida belum seluruhnya mengalami keberhasilan.

Sikap petani terhadap kualitas penggunaan benih padi hibrida pada program

BLBU padi hibrida tergolong tinggi yaitu 68 persen, karena petani

mengakui keunggulan dari kualitas yang dihasilkan oleh padi hibrida

2. Variabel-variabel yang diduga berhubungan dengan sikap petani terhadap

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar dapat diketahui sebagai

berikut :

a. Tingkat pengalaman berusahatani termasuk kategori sedang karena,

dalam penggunaan benih padi hibrida masih belum lama.

b. Tingkat pengaruh orang lain termasuk kategori sedang karena sejak awal

kegiatan BLBU padi hibrida, pada proses perencanaan sampai

pelaksanaan kegiatan baik penyuluh, keluarga, petani lain dan aparat desa

turut berperan dalam mendukung kegiatan penggunaan benih padi

hibrida.

c. Tingkat pendidikan formal termasuk kategori tinggi karena responden

sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk

menambah ilmu pengetahuan dan menunjang kelancaran aktivitas

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

d. Tingkat pendidikan non formal termasuk kategori rendah dan sangat

rendah karena, petani jarang mengikuti dan hanya sedikit petani yang

rutin mengikuti pelatihan.

e. Tingkat pengaruh media massa termasuk kategori sedang karena

sebagian responden sudah mempunyai minat yang cukup baik dalam

memanfaatkan media massa.

f. Tingkat pengaruh kepercayaan termasuk kategori rendah karena sebagian

responden sudah banyak meninggalkan kepercayaan yang ada atau

pengaruh kepercayaan sudah mulai luntur.

3. Hubungan antara variabel-variabel yang berhubungan dengan faktor-faktor

yang berhubungan dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi

hibrida pada program BLBU padi hibrida di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyatr adalah

a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman

berusahatani dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi

hibrida pada program BLBU padi hibrida, semakin tinggi atau rendah

tingkat pengalaman berusahatani tidak akan ada hubungannya dengan

kualitas penggunaan padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh orang

lain dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada

program BLBU padi hibrida, semakin tinggi atau rendah tingkat

pengaruh orang lain tidak ada hubungannya dengan kualitas penggunaan

padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan

formal dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada

program BLBU padi hibrida, semakin tinggi atau rendah tingkat

pendidikan non formal tidak ada hubungannya dengan kualitas

penggunaan padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

d. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan non

formal dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida pada

program BLBU padi hibrida, semakin tinggi tingkat pendidikan non

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

formal yang dimiliki petani tidak ada hubungan dengan sikapnya untuk

mengikuti penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi

hibrida.

e. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat penggunaan

media massa dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi

hibrida pada program BLBU padi hibrida, semakin tinggi tingkat

penggunaan media massa maka sikap petani terhadap penggunaan benih

padi hibrida pada program BLBU padi hibrida akan semakin tinggi.

f. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengaruh

kepercayaan dengan sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida

pada program BLBU padi hibrida. Semakin tinggi atau rendah tingkat

kepercayaan tidak ada hubungannya dengan sikap petani terhadap

penggunaan benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka saran yang dapat

diajukan beberapa saran terkait penelitian tersebut antara lain :

1. Tingkat pendidikan non formal dalam sikap petani terhadap penggunaan

benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida tergolong sangat

rendah karena masih sedikit petani yang mengikuti kegiatan penyuluhan.

Dinas terkait (dinas pertanian dan PPL) hendaknya memberikan penyuluhan

melalui pendekatan kelompok dengan menggunakan teknik diskusi dan

demonstrasi, sehingga petani mengetahui secara langsung bagaimana cara

budidaya padi hibrida yang benar dan jika mengalami kesulitan atau

masalah terhadap budidaya padi hibrida dapat langsung di pecahkan

bersama-sama.

2. Tingkat penggunaan media massa dalam sikap petani terhadap penggunaan

benih padi hibrida pada program BLBU padi hibrida tergolong kategori

sedang karena informasi yang di muat dalam media massa mengenai bidang

pertanian, khususnya tentang penggunaan padi hibrida masih terbatas.

Hanya media tertentu yang mengupas mengenai bidang pertanian, sehingga

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

untuk mengakses informasi seputar pertanian masih terbatas. Dinas terkait

(dinas pertanian dan PPL) hendaknya memberikan fasilitas media massa

kepada petani, seperti majalalah dan surat kabar, sehingga petani lebih

mudah untuk mendapatkan informasi seputar pertanian khususnya budidaya

padi hibrida. Setelah diberikan fasilitas media massa hendaknya dinas

terkait memotivasi petani agar mau menggunakan media massa yang telah

disediakan, sehingga dapat menambah pengetahuan petani dalam melakukan

usahatani.