fakta dan mitos seputar obesitas

Upload: dwi-setiani

Post on 06-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

obes

TRANSCRIPT

FAKTA, MITOS dan ASUMSI SEPUTAR OBESITASDewasa ini, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar dan banyak menemukan kepercayaan atau keyakinan seputar obesitas yang masih bertahan tanpa adanya bukti pendukung ilmiah yang kita sebut sebagai asumsi sedangkan beberapa keyakinan yang keliru dan tetap bertahan meskipun bertentangan dengan bukti yang ada atau biasa disebut mitos, Keyakinan-keyakinan yang salah ini dan tidak didukung bukti secara ilmiah sudah sangat banyak meluas di kehidupan sosial maupun di media massa yang sering membawa seseorang larut dalam mitos-mitos yang telah lama berkembang. Seperti, konon, berat badan berlebih bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit dan langsing sudah pasti sehat. Ternyata ini adalah mitos belaka. Fakta mengatakan bahwa kurus tidak selalu sehat, dan ayo simak beberapa mitos, asumsi dan fakta seputar obesitas yang bisa membantu Anda mendapatkan pemahaman yang tepat.Beberapa mitos dan asumsi yang terkait obesitas akan dijabarkan dalam buku ini, serta beberapa fakta yang didukung dengan berbagai bukti yang relevan diantaranya sebagai berikut.MITOS

Beberapa mitos mengenai obesitas dapat dilihat pada table di bawah ini :

MitosDasar bagi Mitos Tersebut

Perubahan asupan atau pengeluaran energi yang kecil namun terus menerus akan menghasilkan perubahan berat badan yang besar dalam jangka waktu yang panjang

Pedoman kesehatan nasional dan website terkemuka menulis bahwa berat badan bertambah tanpa batas akibat perubahan gaya hidup harian yang kecil namun berkelanjutan (misalnya, berjalan selama 20 menit atau makan dua keripik kentang)

Membuat target realistis dalam menangani obesitas sangat penting. Karena, jika tidak individu akan frustrasi dan penurunan berat badannya akan menjadi berkurang

Menurut teori penetapan target, target yang tak terjangkau mengganggu kinerja dan menghambat sikap yang membuat target dapat tercapai; dalam penanganan obesitas, ketidaksesuaian antara penurunan berat badan yang diinginkan dengan fakta diduga mengurangi daya kemampuan individu untuk mencapai target yang dibuat, yang dapat menyebabkan berhentinya sikap yang perlu bagi penurunan berat badan

Berat badan yang berkurang dengan cepat dan banyak dikaitkan dengan hasil jangka panjang yang buruk dibandingkan berat badan yang berkurang secara bertahap dan lambat

Pendapat ini mungkin muncul sebagai respon terhadap efek samping dari diet sangat rendah kalori serta nutrisi ( IMT < 18,5* BB Normal / ideal > IMT antara 18,5 22,9* BB Lebih (gemuk) > IMT antara 23 29,9* Obesitas (kegemukan) > IMT > 30

Tapi BMI tidak memperhitungkan struktur fisik atau tulang, dan tidak membedakan apakah berat Anda berasal dari otot atau akibat lemak dari makanan siap saji. Jadi, Jika Anda termasuk dalam golongan berotot, BMI Anda mungkin berada pada rentang obesitas. Tapi bukan berarti Anda kegemukan.

Sebagai contoh, pada masa puncak karirnya Arnold Schwarzenegger memiliki BMI 33, yang masuk dalam kategori obesitas. Padahal BMI ini berasal dari ototnya, bukan dari timbunan lemak dalam tubuh.

2. Berat badan ekstra pastilah hal yang burukFakta:Bersiaplah mendengar hal yang berlawanan. Berat badan ekstra memang buruk bagi kesehatan. Tapi, beberapa penelitian menunjukkan kalau mereka yang tergolong obesitas dengan rentang BMI standar 25-30 mempunyai angka bertahan hidup lebih tinggi setelah mengalami serangan jantung atau operasi.

Setelah operasi, terang peneliti, orang akan cenderung mengalami penurunan berat badan. Karena itu, mereka dengan sedikit berat badan ektra tentunya akan bisa bertahan dengan lebih baik. Tapi, ukuran BMI ini tetap saja tidak selalu menyesuaikan perbedaan antara laki-laki dan perempuan, atau apakah berat ekstra berasal dari otot yang sehat atau dari lemak.

Studi lain menemukan kalau mereka yang kelebihan berat badan cenderung berisiko lebih kecil mengalami kematian akibat penyakit pernapasan, alzheimer, serta berbagai penyebab lainnya dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal dan dengan usia yang sama.

3. Penurunan berat badan tetaplah hal yang bagusFakta:Diet ketat bisa memaksa kerja jantung, menyebabkan batu ginjal, serta menggangu sistem metabolisme. Dibandingkan melakukan diet ketat, ada baiknya menerapkan pola makan sehat dan olahraga teratur untuk menurunkan berat badan secara bertahap. Menurut para pakar, lebih baik menurunkan berat badan sebanyak 1/2 kg seminggu dibandingkan turun drastis tetapi Anda akan kembali dengan mudah mengalami penambahan berat badan.

Gangguan makan seperi anoreksia dan bulimia sangat berbeda dengan diet ketat, tetapi menghasilkan risiko yang sama dan berpotensi mengancam kehidupan. Anoreksia dan bulimia bisa memicu gangguan jantung serta gangguan kesehatan lainnya akibat ketidakseimbangan elektrolit.

4. Langsing sama dengan sehatFakta:langsing pastinya akan terlihat bagus, tapi mereka yang kurus belum tentu lebih sehat dibandingkan mereka yang lebih gemuk, khususnya jika mereka merokok. Mereka yang relatif kurus, menurut juru bicara American Dietetic Association Keri Gans, juga masih bisa membawa lemak tidak sehat di dalam tubuh. Lemak ini dikenal dengan visceral fat yang melapisi organ-organ vital. Orang kurus yang membawa lemak ini masih berisiko menderita penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kanker.

Tidak hanya karena kurus berarti Anda bebas dari penyakit, tutur Gans, seperti dikutip situs health. Setiap orang, terang dia, kurus atau tidak, berisiko mengalami penyakit jantung atau diabetes dari faktor genetik.Ia juga menambahkan bahwa seringkali orang mengira kalau makan terlalu banyak dan terlalu sedikit olahraga merupakan penyebab utama diabetes tipe 2. Pada faktanya, sekitar 20% pengidap diabetes adalah mereka yang kurus, dan dipicu oleh faktor genetik.

Selain itu, perokok lebih berisiko terserang penyakit. Beberapa orang menahan selera makan mereka dengan cara merokok. Mereka tetap langsing tetapi rokok bisa memicu kanker paru-paru, gangguan pernapasan, dan penyakit jantung.

Sebuah studi yang dilakukan tahun 2008 menemukan, 1 dari 4 orang dengan berat badan normal memiliki paling tidak 2 faktor risiko (seperti kadar trigliserida tinggi, hipertensi, atau kadar gula darah tinggi).

sumber: mediaindonesia.com

Merdeka.com -Sejumlah besar orang di seluruh dunia mengalami obesitas. Obesitas tidak hanya membawa penyakit diabetes, tekanan darah dan penyakit jantung, tetapi juga depresi. Orang gemuk sering merasa rendah diri. Mereka sering terlalu sedih dan mereka bahkan merasa bunuh diri. Beberapa mitos obesitas bisa membuat kesehatan Anda makin buruk. Berikut sembilan mitos seputar obesitas, dilansirmagforwomen(11/4).

1. "Orang-orang menurunkan berat badan hanya ketika mereka siap untuk melakukannya"Ini adalah salah satu mitos terbesar yang berhubungan dengan obesitas. Keinginan menurunkan berat badan tidak akan tercapai jika Anda malas berolahraga dan tidak segera diet. Apakah Anda sudah siap melakukan dua hal tersebut?

2. "Tidak baik untuk menurunkan berat badan dengan cepat"Banyak orang berpikir bahwa kehilangan berat badan dengan cepat tidak baik karena berdampak pada kesehatan. Mitos ini benar. Berat badan turun drastis perlu diwaspadai karena biasanya yang berkurang bukan massa lemak melainkan air dan massa otot.Selain itu berat badan yang turun terlalu cepat biasanya juga tidak awet. Berat badan bisa kembali naik dalam waktu singkat.

3. "Perubahan asupan kalori dapat membantu Anda untuk berat kurang untuk jangka waktu yang lama"Banyak orang berpikir bahwa perubahan kecil tapi teratur dalam asupan kalori dapat membantu mereka mempertahankan berat badan mereka untuk jangka waktu yang lama. Faktanya adalah, berat tubuh Anda akan berubah sesuai dengan aktivitas atau gaya hidup Anda.

4. "Memiliki banyak pantangan dan tujuan akan cepat kurus"Banyak orang menetapkan banyak pantangan dan tujuan untuk menurunkan berat badan. Padahal jika tujuan atau pantangan tersebut gagal terpenuhi membuat mereka frustasi.

5. "Menyusui bisa melindungi bayi dari obesitas di masa depan"Susu ibu memiliki banyak manfaat. Itu membuat bayi kuat dan kekebalan tubuh, tapi belum tentu bisa melindunginya dari obesitas di masa depan. Yang bisa melindungi Anda dari obesitas adalah diet sehat dan olahraga teratur.

6. "Olahraga di gym dapat mencegah obesitas pada anak-anak"Jika orang dewasa banyak menghabiskan waktu di gym agar langsing, maka hal ini tidak bisa diterapkan. Kegiatan outdoor menjadi olahraga yang lebih baik untuk anak-anak bukan kelas gym. Jadi, jika Anda ingin anak Anda untuk menjauh dari obesitas maka biarkan anak untuk melakukan permainan di luar ruangan dengan teman-temannya setiap hari selama setidaknya satu jam daripada mengirimnya ke kelas gym.

7. "Salah satu tindakan seks membakar hampir 300 kalori"Mitos ini tidak benar. Salah satu tindakan seks hanya membantu Anda kehilangan sekitar 20 dari 300 kalori saja. Anda dapat kehilangan kalori ini sementara hanya beristirahat di sofa juga.

8. "Makan buah dan sayuran mendorong Anda untuk makan lebih sedikit"Banyak orang berpikir bahwa mengonsumsi buah-buahan dan sayuran akan membuat mereka makan lebih sedikit. Faktanya adalah, mengonsumsi buah atau sayur tidak memuaskan rasa lapar Anda. Bahkan, orang-orang yang makan buah-buahan dan sayuran cenderung makan lebih banyak dari yang mereka lakukan sebelumnya.

9. "Sarapan setiap hari bikin kurus"Banyak orang berpikir bahwa sarapan dapat memberi dampak magis pada penurunan berat badan mereka, tetapi ini tidak benar. Cobalah untuk menggunakan logika sederhana dan Anda akan tahu mengapa tidak boleh melewatkan sarapan. Orang yang tidak sarapan akan merasa sangat lapar saat makan siang, yang kemudian membuat dia untuk menyantap semua makanan agar kenyang.

Mereka yang biasanya tidak sarapan akan mengonsumsi makan siang yang berat. Ini akan menurunkan tingkat metabolisme dan akan membuatnya merasa lesu.Oleh karena itu dalam rangka untuk memiliki diet yang seimbang di sepanjang hari, jangan melewatkan sarapan.

Dari sembilan mitos di atas, mana yang sering Anda yang percaya atau lakukan?

Sumber : http://www.merdeka.com/sehat/9-mitos-seputar-obesitas.htmlIntisari-Online.com Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tahun 2015 nanti jumlah penderita obesitas akan mencapai 2 3 miliar orang. Angka ini naik hampir 50 persen dari tahun 2005 yang hanya 1,6 miliar orang.

Obesitas tidak hanya membawa penyakit diabetes, tekanan darah, dan penyakit jantung, tetapi juga bisa menyebabkan depresi. Orang yang gemuk sering merasa minder. Mereka sering terlalu sedih dan bahkan merasa ingin bunuh diri. Beberapa mitos obesitas bahkan membuat kesehatan lebih memburuk.

Berikut ini sembilan mitos seputar obesitas, seperti dilansir darimagforwomen.

Orang-orang menurunkan berat badan hanya ketika mereka siap untuk melakukannya.Ini adalah salah satu mitos terbesar yang berhubungan dengan obesitas. Keinginan untuk menurunkan berat badan tidak akan tercapai jika kita malas berolahraga dan segera diet. Nah, apakah siap untuk melakukan keduanya?

Ini tidak baik untuk menurunkan berat badan dengan cepat.Banyak orang berpikir, kehilangan berat badan dengan cepat tidak baik karena dampaknya pada kesehatan. Mitos ini benar. Penurunan berat badan secara drastis perlu diawasi karena biasanya yang berkurang bukan massa lemak tapi air dan massa otot. Selain itu, berat badan yang turun terlalu cepat biasanya juga tidak tahan lama. Berat badan dengan cepat dapat meningkat lagi.

Perubahan asupan kalori dapat membantu kita mengurangi berat untuk jangka waktu lama.Banyak orang berpikir, perubahan kecil dalam asupan kalori dapat membantu mempertahankan berat badan untuk jangka waktu lama. Faktanya, berat badan akan berubah sesuai dengan aktivitas atau gaya hidup kita.

Memiliki banyak pembatasan dan tujuan akan membuat kita langsing dengan cepat.Banyak orang mengatur dengan banyak pembatasan dan bertujuan untuk menurunkan berat badan. Jika tujuan itu tidak tercapai akan membuat mereka frustasi.

Menyusui dapat melindungi bayi dari obesitas di masa depan.ASI memiliki banyak manfaat. ASI membuat bayi kuat dan meningkatkan kekebalan tubuh, tetapi belum tentu mampu melindungi mereka dari obesitas di masa depan. Yang melindungi Anda dari obesitas adalah diet sehat dan olahraga teratur.

Intisari-Online.com Beberapa mitos tentang obesitas telah disebutkan sebelumnya. Berikut ini beberapa mitos tentang obesitas yang berlaku di masyarakat umum.

Latihan di pusat kebugaran mencegah obesitas pada anak-anak.Jika orang dewasa menghabiskan lebih banyak waktu di pusat kebugaran agar langsing, hal ini tidak dapat diterapkan untuk anak-anak. Kegiatan olahraga di luar ruangan lebih baik untuk anak-anak bukannya di ruangan. Nah, jika kita ingin anak kita jauh dari obesitas, mungkinkan anak-anak untuk bermain di luar dengan teman-teman mereka setiap hari selama setidaknya satu jam daripada mengirim mereka ke pusat kebugaran.

Nge-seks membakar hampir 300 kalori.Mitos ini tidak benar. Satu tindakan seks hanya membantu kita kehilangan sekitar 20 dari 300 kalori saja. Kita sebenarnya juga kehilangan kalori meskipun hanya beristirahat di sofa.

Makan buah-buahan dan sayuran mendorong kita makan lebih sedikit.Banyak orang berpikir, makan buah dan sayuran akan membuat mereka makan lebih sedikit. Sebenarnya, makan buah atau sayuran tidak memuaskan rasa lapar Anda. Bahkan, orang-orang yang makan buah-buahan dan sayuran cenderung makan lebih banyak dari yang mereka lakukan sebelumnya. Jadi, makanlah dengan gizi seimbang.

Sarapan setiap hari membuat langsing. Banyak orang berpikir, sarapan dapat memberikan efek magis pada penurunan berat badan mereka, tetapi ini tidaklah benar. Cobalah untuk menggunakan logika sederhana dan Anda akan tahu mengapa Anda tidak harus melewatkan sarapan. Orang yang melewatkan sarapan akan merasa sangat lapar saat makan siang, kemudian mereka akan memakan semua makanan hingga merasa kenyang. Mereka yang biasanya tidak sarapan akan menyantap makanan berat saat makan siang. Inilah yang akan menurunkan laju metabolisme dan membaut mereka lesu. Karena itu dalam rangka berdiet yang seimbang sepanjang hari, jangan melewatkan sarapan.

Nah, dari sederet mitos tadi, mana yang Anda percayai atau lakukan?