f7 kpd surya

37
USAHA KESEHATAN MASYARAKAT MINI PROJECT Tanggal : 31 Desember 2014 Kode Kegiatan : F7 Uraian Kegiatan : Penyuluhan Penanganan Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil Untuk Bidan Di Puskesmas Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, angka kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Menurut Profil Kesehatan Indonesia, 2005, salah satu penyebab langsung kematian ibu adalah karena infeksi sebesar 20-25% dalam 100.000 kelahiran hidup. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan penyebab yang paling sering terjadi pada saat mendekati persalinan. Kejadian KPD mendekati 10% dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4%. Kemungkinan infeksi ini dapat berasal dari 1

Upload: boombubble

Post on 15-Apr-2016

249 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kpd

TRANSCRIPT

Page 1: f7 Kpd Surya

USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

MINI PROJECT

Tanggal : 31 Desember 2014

Kode Kegiatan : F7

Uraian Kegiatan : Penyuluhan Penanganan Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil Untuk Bidan Di Puskesmas Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003,

angka kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau setiap jam

terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Menurut Profil Kesehatan

Indonesia, 2005, salah satu penyebab langsung kematian ibu adalah karena infeksi sebesar

20-25% dalam 100.000 kelahiran hidup. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan penyebab

yang paling sering terjadi pada saat mendekati persalinan. Kejadian KPD mendekati 10% dari

semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4%.

Kemungkinan infeksi ini dapat berasal dari dalam rahim (intrauterine), biasanya infeksi sudah

terjadi tetapi ibu belum merasakan adanya infeksi misalnya kejadian ketuban pecah dini. Hal

ini dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnya.

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau

ketuban pecah prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses

persalinan. Beberapa penulis mendefinisikan KPD yaitu apabila ketuban pecah spontan dan

tidak diikuti tanda-tanda persalinan, ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum

inpartu, misalnya 1 jam atau 6 jam sebelum inpartu. Ada juga yang menyatakan dalam

1

Page 2: f7 Kpd Surya

ukuran pembukaan serviks pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan servik

pada primigravida kurang dari 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm.

Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membranes (PROM) adalah

pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Jika ketuban pecah

sebelum umur kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini kehamilan preterm atau

preterm premature rupture of the membranes (PPROM).

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya membran korioamnion sebelum inpartu. Periode

laten adalah jarak antara pecahnya ketuban dan inpartu. Tidak ada kesepakatan tentang

lamanya jarak antara pecahnya ketuban dan inpartu yang dibutuhkan untuk mendiagnosa

KPD.

Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih

kontroversial dalam ilmu kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum

ada, selalu berubah. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan

morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup

tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian

akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus

lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada

pengelolaan konservatif.

Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif

terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses

persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada

KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan

janin yang cukup.

Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu: pertama, infeksi, karena

ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi.

Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa

menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh

karena itu membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat

persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi; kedua,

adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang

bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas

2

Page 3: f7 Kpd Surya

atau respiratory Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya

paru.Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa perlu untuk melakukan penyuluhan kepada

bidan di puskesmas Rambipuji, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember mengenai

penanganan ketuban pecah dini dengan harapan para bidan tersebut dapat mendapat

informasi yang tepat mengenai ketuban pecah dini dan dapat menyebarkan informasi tersebut

kepada masyarakat sekitar.

1.2 Pernyataan Masalah

1. Tigkat pengetahuan bidan desa Rambipuji, Kecamatan Rambipuji mengenai

kesehatan reproduksi secara umum masih kurang.

2. Metode yang tepat untuk menyebarkan informasi mengenai persalinan kepada

masyarakat.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan pengertian dan kesadaran kepada masyarakat mengenai pentingnya

meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan reproduksi umumnya, dimana penulis

mengambil tema ketuban pecah dini sebagai materi penyuluhan

1.3.1 Tujuan Khusus

1. Memberikan pengertian mengenai ketuban pecah dini

2. Memberikan pengetahuan mengenai berbagai penyebab ketuban pecah dini

3. Memberikan edukasi mengenai akibat yang dapat ditimbulkan oleh ketuban pecah

dini

4. Memberikan edukasi mengenai cara penanganan ketuban pecah dini

1.4 Manfaat

Penulis berharap penyuluhan ini dapat meningkatkan kesadaran bidan mengenai

ketuban pecah dini dan bagaimana penanganannya.

3

Page 4: f7 Kpd Surya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis – premature rupture of the membrane PROM )

adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi proses persalinan. Secara klinis

diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban dan

dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk

kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan

pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu

maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the

membrane - preterm amniorrhexis.

Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes before the onset of

labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD sebagai amnioreksis sebelum permulaan

persalinan pada setiap tahap kehamilan. Sedangkan Mochtar (1998) mengatakan bahwa KPD

adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3

cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hakimi (2003) mendefinisikan KPD sebagai

ketuban yang pecah spontan 1 jam atau lebih sebelum dimulainya persalinan.Sedangkan

menurut Yulaikah (2009) ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat

tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum terdapat tanda persalinan. Waktu sejak

ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini (periode laten).

Kondisi ini merupakan penyebab persalinan premature dengan segala komplikasinya

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan

pada primi kurang dari 3 dan pada multipara kurang dari 5cm.

Ada juga yang disebut ketuban pecah dini preterm yakni ketuban pecah saat usia kehamilan

belum masa aterm atau kehamilan dibawah 38 – 42 minggu. Arti klinis ketuban pecah dini :

1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan

terjadinya prolapsus tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi besar

4

Page 5: f7 Kpd Surya

2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah

yang masih belum masuk pintu atas panggul sering kali merupakan tanda adanya

gangguan keseimbangan foto pelvik.

3. KPD sering diikuti dengan adanya tanda – tanda persalinan sehingga dapat memicu

terjadinya persalinan preterm.

4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of membrane)

seringkali disertai dengan infeksi intrauterin.

5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang

kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan

perkembangan janin.

2.2 Epidemiologi

Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan. Pecahnya selaput ketuban

berkaitan dengan perubahan proses biokimia yangterjadi dalam kolagen matriks ekstra seluler

amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap

stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan membran pereduksi mediator

seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas “matrix

degrading enzym”

Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm, preterm dan pada kehamilan

midtrester. Frekuensi terjadinya sekitar 8%, 1 – 3 %, dan kurang dari 1 %. Secara umum

insidensi KPD terjadi sekitar 7 – 12 % (Chan, 2006). Insidensi KPD kira – kira 12 % dari

semua kehamilan (Mochtar, 1998), sedangkan menurut Rahmawati 2011 insidensi KPD

adalah sekitar 6 – 9 % dari semua kehamilan.

2.3 Etiologi

Penyebab KPD menurut Manuaba 2009 dan Morgan 2009 meliputi :

1. Serviks inkopeten menyebabkan dinding ketuban yang paling bawah mendapatkan

tekanan yang semakin tinggi.

2. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, dan kelainan genetik)

3. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia dan

meningkatnya enzim proteolitik. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadinya

kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten makin tinggi kemungkinan

5

Page 6: f7 Kpd Surya

infeksi. Makin muda usia kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa

menimbulkan morbiditas janin dan komplikasi ketuban pecah dini meningkat.

4. Multipara, grandemultipara, pada kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi

proses embriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis dan

yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda – tanda inpartu.

5. Overdistensi uterus pada hidramnion, kehamilan ganda, dan sevalopelvik disproporsi.

Hidramnion atau sering disebut polihidramnion adalah banyaknya air ketuban

melebihi 2000 cc. Hidramnion dapat terjadi pada kasus anensefalus, atresia

esophagus, gemeli, dan ibu yang mengalami diabetes melitus gestasional. Ibu dengan

diabetes melitus gestasional akan melahirkan bayi dengan berat badan berlebihan

pada semua usia kehamilan sehingga kadar cairan amnion juga akan berlebih.

Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih sehingga

kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar.

6. Kelainan letak yaitu letak lintang.

7. Penduluran abdomen (perut gantung)

8. Usia ibu yang lebih tua

9. Riwayat KPD sebelumnya

10. Merokok selama kehamilan

1. Inkompetensia serviks

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher

atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-

tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Serviks

smemiliki suatu kelainan anatomi yang nyata, yang bisa disebabkan laserasi sebelumnya

melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks sehingga

memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa

kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan

robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.2

2. Peninggian tekanan inta uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan

terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :

a. Trauma : hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis

6

Page 7: f7 Kpd Surya

b. Gemelli

Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan

gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya

ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadikarena jumlahnya berlebih, isi

rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan

dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban

tipis dan mudah pecah.6

3. Makrosomia

Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia

menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan

pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput

ketuban menjadi teregang, tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan

selaput ketuban mudah pecah.6

4. Hidramnion

Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. uterus dapat

mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah

peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume

tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa

hari saja.2

5. Kelainan letak

Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas

panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.2

6. Penyakit infeksi

.Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina atau

infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Penelitian menunjukkan

infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini.Membrana khorioamniotik terdiri dari

jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan

akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim

kolagenolitik.Infeksi merupakan faktor yang cukup berperan pada persalinan preterm

denganketuban pecah dini. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan

amnionitis.3

7

Page 8: f7 Kpd Surya

2.4 Patofisiologi

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan

peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan

biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput

ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degenerasi ekstraseluelr matriks.

Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivasi kolagen

berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.

Dua belas hari setelah ovum dibuahi , terrbentuk suatu celah yang dikelilingi amnion

primitif yang terbentuk dekat embryonic plate. Celah tersebut melebar dan amnion

disekelilingnya menyatu dengan mula-mula dengan body stalk kemudian dengan korion yang

akhirnya menbentuk kantung amnion yang berisi cairan amnion. Cairan amnion , normalnya

berwarna putih , agak keruh serta mempunyai bau yang khas agak amis dan manis. Cairan ini

mempunyai berat jenis 1,008 yang seiring dengan tuannya kehamilan akan menurun dari

1,025 menjadi 1,010. Asal dari cairan amnion belum diketahui dengan pasti , dan masih

membutuhkan penelitian lebih lanjut. Diduga cairan ini berasal dari lapisan amnion

sementara teori lain menyebutkan berasal dari plasenta.Dalam satu jam didapatkan

perputaran cairan lebih kurang 500 ml

8

Page 9: f7 Kpd Surya

Amnion atau selaput ketuban merupakan membran internal yang membungkus janin

dan cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, dan transparan. Selaput amnion melekat erat pada

korion (sekalipun dapat dikupas dengan mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal pada

plasenta sampai pada insertio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali

pusat yang tegak lurus hingga umbilikus janin. Sedangkan korion merupakan membran

eksternal berwarna putih dan terbentuk dari vili – vili sel telur yang berhubungan dengan

desidua kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan

uterus.

Dalam keadaan normal jumlah cairan amnion pada kehamilan cukup bulan sekitar 1000 –

1500 cc, keadaan jernih agak keruh, steril, bau khas, agak manis, terdiri dari 98% - 99% air, 1- 2 %

9

Page 10: f7 Kpd Surya

garam anorganik dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks

kaseosa, dan sel – sel epitel dan sirkulasi sekitar 500cc/jam

Minggu gestasi Janin Plasenta Cairan amnion Persen Cairan

16 100 100 200 50

28 1000 200 1000 45

36 2500 400 900 24

40 3300 500 800 17

Fungsi cairan amnion

1. Proteksi : Melindungi janin terhadap trauma dari luar

2. Mobilisasi : Memungkinkan ruang gerak bagi bayi

3. Hemostatis : Menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam basa (Ph)

4. Mekanik : Menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruang intrauteri

5. Pada persalinan, membersihkan atau melicinkan jalan lahir dengan cairan steril

sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir

Mekanisme KPD menurut Manuaba 2009 antara lain :

1. Terjadinya premature serviks.

2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi

a. Devaskularisasi

b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan

c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang

d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan adanya infeksi yang

mencegah enzim proteolitik dan enzim kolagenase.

10

Page 11: f7 Kpd Surya

2.5 Patogenesis

Penelitian terbaru mengatakan KPD terjadi karena meningkatnya apoptosis dari

komponen sel dari membran fetal dan juga peningkatan dari enzim protease tertentu.

Kekuatan membran fetal adalah dari matriks ekstraselular amnion. Kolagen interstitial

terutama tipe I dan tipe III yang dihasilan dari sel mesenkim juga penting dalam

mempertahankan kekuatan membran fetal.

Matriks metalloprotease (MMP) adalah kumpulan proteinase yang terlibat dalam

remodeling tissue dan degenerasi kolagen. MMP – 2, MMP – 3, dan MMP – 9 ditemukan

dengan konsentrasi tinggi pada kehamilan dengan ketuban pecah dini. Aktivasi protease ini

diregulasi oleh tissue inhibitor of matrix metalloprotease (TIMPs). TIMPs ini pula rendah

dalam cairan amnion pada wanita dengan ketuban pecah dini. Peningkatan enzim protease

dan penurunan inhibitor mendukung bahwa enzim ini mempengaruhi kekuatan membran

fetal.

11

Page 12: f7 Kpd Surya

Selain itu terdapat teori yang mengatakan meningkatnya marker – marker apoptosis

dimembran fetal pada ketuban pecah dini berbanding dengan membran pada kehamilan

normal. Banyak penelitian yang mengatakan aktivasi aktivitas degenerasi kolagen dan

kematian sel yang membawa kelemahan pada dinding membran fetal.

12

Faktor JaninGemeli

Malposisi

Berat Janin berlebih

Faktor Ibu

Serviks Inkopeten

Multipara

Hidramnion

CPD, usia

Riwayat KPD

MerokokKELEMAHAN DINDING

MEMBRAN JANIN

RUPTURNYA MEMBRAN AMNION DAN KHORION

SEBELUM TANDA – TANDA PERSALINAN

KETUBAN PECAH DINI

INFEKSI PADA IBU

Page 13: f7 Kpd Surya

2.6 Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

1. Anamnesis

Dari anamnesis dapat menegakkan 90% dari diagnosis. Kadang kala cairan seperti

urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah dari

vaginanya atau mengeluarkan cairan banyak dari jalan lahir.

2. Inspeksi

Pengamatan biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah,

dan jumlah airnya masih banyak, pemeriksaan ini akan makin jelas.

3. Pemeriksaan Inspekulo

Merupakan langkah pertama untuk mendiagnosis KPD karena pemeriksaan dalam

seperti vaginal toucher dapat meningkatkan resiko infeksi, cairan yang keluar dari

vagina perlu diperiksa : warna, bau, dan PH nya, yang dinilai adalah

Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan perdarahan dari serviks.

Dilihat juga prolapsus tali pusat atau ekstremitas janin. Bau dari amnion yang

khas juga harus diperhatikan.

Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung diangnosis KPD.

Melakukan perasat valsava atau menyuruh pasien untuk batuk untuk

memudahkan melihat pooling

Cairan amnion di konfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test. Kertas

lakmus akan berubah menjadi biru jika PH 6 – 6,5. Sekret vagina ibu memiliki

PH 4 – 5, dengan kerta nitrazin ini tidak terjadi perubahan warna. Kertas nitrazin

ini dapat memberikan positif palsu jika tersamarkan dengan darah, semen atau

vaginisis trichomiasis.

4. Mikroskopis (tes pakis). Jika terdapat pooling dan tes nitrazin masih samar dapat

dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari cairan yang diambil dari forniks posterior.

Cairan diswab dan dikeringkan diatas gelas objek dan

dilihat dengan mikroskop. Gambaran “ferning”

menandakan cairan amnion

5. Dilakukan juga kultur dari swab untuk

B

13

Page 14: f7 Kpd Surya

Pemeriksaan Lab

1. Pemeriksaan alpha – fetoprotein (AFP), konsentrasinya tinggi didalam cairan amnion

tetapi tidak dicairan semen dan urin

2. Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari urinalisa

3. Tes pakis

4. Tes lakmus

Pemeriksaan USG

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum

uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban sedikit (Oligohidramnion atau

anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan hasil anamnesis dapat membantu

diagnosis tetapi bukan untuk menegakkan diagnosis rupturnya membran fetal. Selain itu

dinilai amniotic fluid index (AFI), presentasi janin, berat janin, dan usia janin.

2.7 Penatalaksanaan

1. Konservatif

Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila

tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500mg selama 7 hari). Jika umur

kehamilan kurang dari 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar. Jika

usia kehamilan 32 – 37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif

berikan dexametason, observasi tanda – tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.

Terminasi pada usia kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu,

sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan

induksi setelah 24 jam. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri

antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda – tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda –

tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk

kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan

spingomietin tiap minggu. Dosis betametason 12mg sehari dosis tunggal selama 2

hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam selama 4 kali.

14

Page 15: f7 Kpd Surya

2. Aktif

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitoksin. Bila gagal seksio sesarea. Bila

tanda – tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan terminasi persalinan. Bila

skor pelvik < 5, lakukan pematangan pelviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil

lakukan seksio sesarea. Bila skor pelviks > 5 lakukan induksi persalinan

2.8 Komplikasi

Persalinan Prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten

tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban

pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu persalinan dalam 24 jam.Pada kehamilan kurang

dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.7

15

Page 16: f7 Kpd Surya

Infeksi

Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.Pada ibu terjadi

korioamnionitis.Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis.Umumnya terjadi

korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.Pada Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih

sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini

meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.7

Komplikasi Ibu:

- Endometritis

- Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia)

- Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak)

- Syok septik sampai kematian ibu.

Komplikasi Janin

- Asfiksia janin

- Sepsis perinatal sampai kematian janin.

Gambar.Infeksi intrauterin progresif pasca ketuban pecah dini pada kehamilan prematur

Hipoksia dan Asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga

terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan

oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.7

Sindrom Deformitas Janin

16

Page 17: f7 Kpd Surya

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin

terhambat, kelainan disebabkan oelh kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi

pulmonary.7

Gambar. Deformitas Janin

2.9 Pencegahan

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ketuban pecah dini pada ibu

hamil antara lain.

-Pemeriksaan kehamilan secara teratur, melakukan kebiasaan hidup sehat, seperti

mengkonsumsi makanan yang sehat, minum cukup, dan olahraga teratur,

-Menghindari goncangan terutama ketika ibu hamil anak pertama karena pada kehamilan

pertama ibu belum dapat mengukur kekuatan rahimnya. Selain itu guncangan yang terjadi

saat berkendara akan mengakibatkan stress dan kondisi yang buruk bagi janin.

-Untuk sementara waktu, berhenti melakukan hubungan seksual bila ada indikasi yang

menyebabkan ketuban pecah dini, seperti mulut rahim yang lemah.

-Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga.

-Hindari pekerjaan yang berat secara fisik dan psikis untuk kesehatan janin Anda.

-Memeriksakan diri ke dokter atau bidan bila ada sesuatu yang tidak normal selama masa

kehamilan di daerah kemaluan, misalnya jika mengalami keputihan yang berbau atau

berwarna tidak seperti biasanya.

-Pada pasien perokok, diskusikan tentang pengaruh merokok selama kehamilan usaha untuk

menghentikan, motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil, anjurkan

pasangan agar menghentikan koitus pada trimester akhir.

2.10 Prognosis

17

Page 18: f7 Kpd Surya

Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada :

Usia kehamilan

Adanya infeksi / sepsis

Factor resiko / penyebab

Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan

Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit

bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34 dan 37 minggu

mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran premature.

18

Page 19: f7 Kpd Surya

BAB 3

METODE

3.1 Metode Pelaksanaan

Penulis memilih bentuk edukasi kesehatan sebagai mini project dengan judul

“Penyuluhan Penanganan Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil Untuk Bidan Di

Puskesmas Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember” yang dilanjutkan

dengan diskusi sehingga efektif dalam menyampaikan maksud penulis terhadap peserta

penyuluhan.

3.2 Pengenalan Medan

Tahap pengenalan medan menggunakan pendekatan melalui pengkajian masalah

persalinan dengan bentuk wawancara terhadap bidan di wilayah puskesmas Rambipuji desa

Rambipuji, Kecamatan Rambipuji dimana dari kegiatan pelayanan kesehatan pada wilayah

Puskesmas Rambipuji, didapatkan aspirasi bidan mengenai bagaimana cara penanganan

pasien ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini.

Lokasi pengenalan medan adalah di wilayah puskesmas Rambipuji kecamatan

Rambipuji Kabupaten Jember. Waktu pengenalan medan dilakukan pada tanggal 15 Oktober

2014 – 30 Desember 2014 melalui kegiatan jaga ruangan bersalin dan poli KIA.

3.3 Kerangka Konseptual

19

Page 20: f7 Kpd Surya

3.4 Kerangka Operasional

20

Page 21: f7 Kpd Surya

21

Penyuluhan “ Penanganan Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil Untuk Bidan Di Puskesmas Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember” dilanjutkan diskusi dengan bidan

Evaluasi dengan tenaga kesehatan mengenai masalah dan keberhasilan sosialisasi tentang kehamilan dan persalinan

Tenaga Kesehatan Puskesmas meningkatkan pengetahuan tentang pengenalan dan pengobatan berbagai problem kehamilan dan persalinan.

Page 22: f7 Kpd Surya

3.5 Diagnosis komunitas

Diagnosis komunitas dari penelitian ini menggunakan teknik MINI LOKAKARYA

dimana dikumpulkan subyek-subyek yang berperan diantaranya dokter, bidan dan tenaga

kesehatan dari Puskesmas duduk bersama membicarakan masalah kesehatan yang terjadi,

menganalisa akar permasalahan, serta mencari alternatif-alternatif pemecahan masalahnya

dalam bentuk FGD Focus group discussion.

3.6 Intervensi komunitas

Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini bersumber dari hasil FGD antara

dokter dan bidan puskesmas yang berupa alternatif pemecahan masalah diwujudkan dalam

kegiatan riil yaitu Penyuluhan “Penanganan Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil Untuk

Bidan Di Puskesmas Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember” dilanjutkan

diskusi dengan bidan puskesmas Desa Rambipuji, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember.

3.7 Evaluasi

Evaluasi bekerjasama dengan bidan wilayah desa setempat yang dilakukan yakni

dengan cara diskusi dengan bidan dalam setiap kegiatan mini lokakarya mengenai

keberhasilan dan kendala yang dihadapi bidan saat penanganan pasien dan sosialisasi

masalah kelainan pada saat kehamilan dan persalinan.

BAB IV

22

Page 23: f7 Kpd Surya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan ini dilaksanakan di aula puskesmas Rambipuji, dimana peserta merupakan

seluruh bidan di Puskesmas Rambipuji desa Rambipuji, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten

Jember yang hadir pada saat kegiatan Penyuluhan “Penanganan Ketuban Pecah Dini Pada Ibu

Hamil Untuk Bidan Di Puskesmas Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember”.

Peserta diskusi tampak antusias mengenai materi yang diberikan karena sangat terkait dengan

keseharian mereka dan adanya pengetahuan baru mengenai cara mencegah dan menangani

pasien dengan ketuban pecah dini. Waktu yang diberikan untuk diskusi sangat kurang untuk

menampung pertanyaan peserta seminar sehingga peserta diberi kesempatan bertanya setelah

penyuluhan selesai maupun dalam kegiatan diskusi berikutnya.

Pada penyuluhan ini, penulis memberikan pengertian mengenai ketubah pecah dini,

penyebab ketuban pecah dini, dan cara mendiagnosa ketuban pecah dini. Peserta penyuluhan

juga diberi pengetahuan mengenai cara penanganan dan komplikasi yang dapat terjadi pada

ketuban pecah dini.

Pelaksana kegiatan memiliki harapan agar para bidan yang mengikuti diskusi ini

dapat memanfaatkan ilmu yang didapat untuk keselamatan pasien dan menyebarkan

informasi kepada masyarakat disekitar sehingga dapat tercipta kesadaran yang tinggi di

masyarakat terutama ibu hamil mengenai bahaya terjadinya ketuban pecah dini sehingga

dapat dicegah dan dapat dideteksi dini.

Evaluasi bekerjasama dengan bidan wilayah desa setempat yang dilakukan yakni

dengan cara diskusi dengan bidan dalam setiap kegiatan mini lokakarya mengenai

keberhasilan dan kendala yang dihadapi bidan saat penanganan pasien dan sosialisasi

masalah kelainan pada saat kehamilan dan persalinan.

BAB 5

23

Page 24: f7 Kpd Surya

DISKUSI

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum

ada tanda-tanda persalinan.Hal ini dapat terjadi pada akhirkehamilan maupun jauh sebelum

waktunya melahirkan.Pada sebagian besarkasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang

disebutkan memilikikaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok,

dan perdarahan selama kehamilan, pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai ketebalan dan

kekuatan selaput ketuban yang berbeda-beda tergantung gizi,aktivitas dan pergerakkan yang

dilakukan oleh calon ibu tersebut.

Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih

kontroversial dalam ilmu kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum

ada, selalu berubah. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan

morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup

tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian

akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus

lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada

pengelolaan konservatif.

Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif

terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses

persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada

KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan

janin yang cukup.

Berdasarkan uraian diatas, penulis berharap peserta seminar dapat mendiagnosa dan

menangani pasien dengan ketuban pecah dini karean sangat fatal bila lambat ditangani. Ada

tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini adalah peningkatan morbiditas

dan mortalitas neonatal oleh karena prematuritas, komplikasi selama persalinan dan kelahiran

yaitu resiko resusitasi, dan yang ketiga adanya risiko infeksi baik pada ibu maupun janin.

Risiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap

masuknya penyebab infeksi.

Penulis berharap dengan penyuluhan mengenai cara penanganan ketubah pecah dini

yang tepat, insiden kecacatan dan kematian ibu dan anak dapat dicegah dengan seiring

24

Page 25: f7 Kpd Surya

meningkatnya keilmuan tenaga kesehatan dan kesadaran masyarakat mengenai bahaya

ketuban pecah dini pada ibu hamil. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah

terjadinya ketuban pecah dini antara lain: Pemeriksaan kehamilan secara teratur, melakukan

kebiasaan hidup sehat, mengkonsumsi makanan yang sehat, minum cukup, dan olahraga

teratur,menghindari goncangan terutama ketika ibu hamil anak pertama karena pada

kehamilan pertama ibu belum dapat mengukur kekuatan rahimnya. Selain itu guncangan yang

terjadi saatbberkendara akan mengakibatkan stress dan kondisi yang buruk bagi janin. Untuk

sementara waktu, berhenti melakukan hubungan seksual bila ada indikasi yang menyebabkan

ketuban pecah dini, seperti mulut rahim yang lemah.Mengurangi aktivitas atau istirahat pada

akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga. Hindari pekerjaan yang berat secara fisik dan

psikis untuk kesehatan janin.Memeriksakan diri ke dokter atau bidan bila ada sesuatu yang

tidak normal selama masa kehamilan di daerah kemaluan, misalnya jika mengalami

keputihan yang berbau atau berwarna tidak seperti biasanya.Pada pasien perokok, diskusikan

tentang pengaruh merokok selama kehamilan usaha untuk menghentikan, motivasi untuk

menambah berat badan yang cukup selama hamil, anjurkan pasangan agar menghentikan

koitus pada trimester akhir.

Penulis menyarankan apabila bidan menemukan pasien dengan ketuban pecah dini

pada saat praktik pribadi maka segera rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan agar segera

mendapatkan penanganan sehingga dapat tertangani dengan baik dan tepat.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

25

Page 26: f7 Kpd Surya

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan mengenai masalah kehamilan, khususnya ketuban pecah dini penting

untuk diketahui oleh bidan dan masyarakat karena merupakan hal yang cukup

kompleks dan dapat memiliki akibat yang buruk bila tidak ditangani

2. Penanganan ketuban pecah dini yang cepat dan tepat dapat mencegah terjadinya

komplikasi lebih lanjut pada ibu hamil.

3. Bidan sangat antusias dalam seminar kesehatan ini, dilihat dari banyak peserta yang

aktif bertanya dalam sesi diskusi

6.2 Saran

1. Evaluasi terhadap penyebaran informasi dari bidan terhadap masyarakat perlu

dipantau.

2. Diadakan seminar kesehatan dengan tema lain yang terkait, misalnya penyakit yang

dapat terjadi pada saat kehamilan dan hal hal yang perlu diwaspadai pada saat hamil.

DAFTAR PUSTAKA

26

Page 27: f7 Kpd Surya

1. Soewarto S. Ketuban Pecah Dini. Dalam Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Bagian

Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir. Edisi Keempat.

Cetakan Kedua. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. hal 677-82.

2. Manuaba.I.B.G. Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta Penatalaksanaan Obstetri

Ginekologi dan KB, EGC, Jakarta, 2001, hal : 221 – 225.

3. Cunningham Gary F, Leveno J Kenneth , Bloom L Steven , Hauth C John , III

Gilstrap Larry , Wenstrom D Katharine . Williams Obstetrics Edisi 22.2005 .

4. Saifuddin, Abdul B 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Lampiran

27

Page 28: f7 Kpd Surya

Dokumentasi

28