executive summary -...

39
Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Executive Summary 1 Executive Summary Perpustakaan Nasional Reformasi birokrasi sebagai arus utama ( mainstream) dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik sebagai respon terhadap perubahan dalam penyelenggaraan negara. Semangat reformasi birokrasi tersebut harus selalu dikelola dan dikembangkan oleh penyelenggara negara. Kewenangan negara secara konstitusional dijalankan oleh Presiden melalui penyelenggaraan pemerintahan dibantu oleh menteri dan pimpinan lembaga. Secara kelembagaan, kementerian dan lembaga yang berada di bawah Presiden harus mampu mengakomodir kebutuhan pembangunan, yang mendukung pertumbuhan ekonomi, demokrasi dan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dan selalu meningkatkan kapasitas diri. Lembaga Pemerintah Non kementerian (LPNK) dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan tugasnya langsung kepada presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri yang mengkoordinasikan harus bersifat responsif dan evaluatif terhadap perubahan. Secara internal, di dalam suatu kelembagaan, penyelenggara pemerintahan dituntut untuk dinamis karena organisasi birokrasi harus lebih kompeten dalam melaksanakan tugasnya, efisien dalam struktur tanpa harus menghambat fungsi yang harus diembannya, atau penekanan pencapaian tujuan yang harus memperhatikan misi (mission driven). Sedangkan secara eksternal, birokrasi tidak bisa mengabaikan tuntutan masyarakat yang sangat kuat agar birokrasi memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan berkualitas, perubahan sistem politik, ekonomi dan sosial yang terjadi secara signifikan, atau bahkan adanya kaitan tertentu dengan pihak luar negeri yang mengharuskan dilakukannya perubahan. Reformasi birokrasi merupakan upaya berkelanjutan yang setiap tahapannya memberikan perubahan atau perbaikan birokrasi ke arah yang lebih baik. Sebagaimana dimuat dalam grand design reformasi birokrasi, maka reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi,bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.

Upload: dinhphuc

Post on 30-Apr-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Executive Summary 1

Executive Summary

Perpustakaan Nasional

Reformasi birokrasi sebagai arus utama (mainstream) dalam mewujudkan tata

kepemerintahan yang baik sebagai respon terhadap perubahan dalam penyelenggaraan

negara. Semangat reformasi birokrasi tersebut harus selalu dikelola dan dikembangkan

oleh penyelenggara negara. Kewenangan negara secara konstitusional dijalankan oleh

Presiden melalui penyelenggaraan pemerintahan dibantu oleh menteri dan pimpinan

lembaga. Secara kelembagaan, kementerian dan lembaga yang berada di bawah Presiden

harus mampu mengakomodir kebutuhan pembangunan, yang mendukung

pertumbuhan ekonomi, demokrasi dan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan hidup dan selalu meningkatkan kapasitas diri.

Lembaga Pemerintah Non kementerian (LPNK) dibentuk untuk melaksanakan

tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan tugasnya

langsung kepada presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri yang

mengkoordinasikan harus bersifat responsif dan evaluatif terhadap perubahan. Secara

internal, di dalam suatu kelembagaan, penyelenggara pemerintahan dituntut untuk

dinamis karena organisasi birokrasi harus lebih kompeten dalam melaksanakan

tugasnya, efisien dalam struktur tanpa harus menghambat fungsi yang harus

diembannya, atau penekanan pencapaian tujuan yang harus memperhatikan misi

(mission driven). Sedangkan secara eksternal, birokrasi tidak bisa mengabaikan

tuntutan masyarakat yang sangat kuat agar birokrasi memberikan pelayanan publik

yang lebih baik dan berkualitas, perubahan sistem politik, ekonomi dan sosial yang

terjadi secara signifikan, atau bahkan adanya kaitan tertentu dengan pihak luar negeri

yang mengharuskan dilakukannya perubahan.

Reformasi birokrasi merupakan upaya berkelanjutan yang setiap tahapannya

memberikan perubahan atau perbaikan birokrasi ke arah yang lebih baik. Sebagaimana

dimuat dalam grand design reformasi birokrasi, maka reformasi birokrasi bertujuan

untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif,

berintegritas, berkinerja tinggi,bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral,

sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

negara.

Page 2: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 2

Tujuan reformasi birokrasi meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan, yang

terangkum dalam 8 area perubahan yaitu: Mental Aparatur, Kelembagaan, Tata

Laksana, SDM Aparatur, Akuntabilitas, Pengawasan, Perundang-undangan, Pelayanan

Publik.Penataan Kelembagaan menjadi area kedua, sedangkan hasil yang diharapkan di

area ini adalah organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing). Pada tataran

program untuk tingkat mikro, seluruh Instansi Pemerintah harus melaksanakan

penataan dan penguatan organisasi sebagai salah satu prasyarat yang harus dipenuhi

untuk melaksanakan reformasi birokrasi.

Area perubahan organisasi sebagai bagian dari 8 Area Perubahan yang ditetapkan

dalam Perpres Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-

2025, diharapkan mampu mewujudkan organisasi pemerintahan yang proporsional,

efektif dan efisien (rightsizing), serta mendorong tercapainya tata kelola

kepemerintahan yang baik (good governance).

Berbagai perbaikan yang terkait area perubahan organisasi, perlu segera

dilakukan mengingat saat ini masih terdapat sejumlah kelemahan yang menjadi

penghambat dalam upaya untuk mewujudkan organisasi yang right sizing, antara lain:

a. Kecenderungan mengutamakan pendekatan struktural daripada pendekatan

fungsional, dimana selanjutnya cenderung memperbesar organisasi.

b. Terjadinya benturan dan tarik-menarik kewenangan sehingga masih terjadi

duplikasi tugas, fungsi, dan kewenangan.

c. Besaran organisasi belum proporsional.

d. Disharmoni pusat-daerah.

e. Terfragmentasinya urusan pemerintahan ke berbagai jenis kelembagaan.

Disamping sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas organisasi,

evaluasi/audit organisasi merupakan kewajiban bagi setiap instansi pemerintah yang

dikoordinasikan oleh Kementerian PAN dan RB berdasarkan Instruksi Presiden Nomor

23 Tahun 1998, sekurang-kurangnya setiap setahun sekali. Berdasarkan pada kondisi di

atas, maka perlu dilakukan kegiatan evaluasi/audit terhadap Kementerian/Lembaga

bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang merupakan bagian dari

kelembagaan pemerintah secara keseluruhan. Evaluasi/Audit tersebut menjadi penting

agar organisasi Kementerian/Lembaga bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

yang tepat fungsi, tepat proses dan tepat ukuran (right sizing) sebagaimana diharapkan

dari area perubahan organisasi dapat diwujudkan.

Page 3: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 3

Penataan kelembagaan melalui evaluasi/audit kelembagaan sebagai upaya

peningkatan kapasitas lembaga pemerintah khususnya Lembaga Pemerintah Non

Kementerian pada bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ini memiliki tujuan

sebagai berikut:

a. Keluaran (Output) dari kegiatan Evaluasi/Audit Organisasi Perpustakaan

Nasional adalah:

1) Rekomendasi (advokasi) struktur organisasi Perpustakaan Nasional

berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan;

2) Tahapan dan inisiatif yang perlu dilaksanakan dalam implementasi

rekomendasi tersebut.

b. Manfaat (benefit) dari kegiatan ini adalah Kementerian PANRB khususnya Deputi

Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana dapat melakukan review terhadap

efektivitas organisasi Perpustakaan Nasional, serta memahami kondisi organisasi

Perpustakaan Nasional secara komprehensif.

c. Outcomes yang diperoleh dari kegiatan ini adalah terwujudnya Perpustakaan

Nasional yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing) serta optimal dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Sasaran kegiatan ini adalah terwujudnya organisasi Perpustakaan Nasional yang

proporsional yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing) melalui implementasi

instrumen dan pedoman penataan organisasi yang telah disusun secara efektif.

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Soft System Methodology

(SSM). Menurut Checkland, studi sistem dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) theory of

development of systems thinking, dan (2) problem solving application of systems

thinking. Bagian kedua lebih lanjut dibagi menjadi work in hard system dan work in

soft system. Hard system digunakan untuk menganalisis masalah yang telah terstruktur

dengan jelas, sedangkan soft system digunakan untuk menganalisis situasi masalah yang

tidak terstruktur dengan jelas.

Page 4: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 4

Soft System Methodology terdiri atas tujuh sebagai tahap ideal, sebagaimana

disajikan dalam Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Soft System Methodology

Merujuk pada tahapan SSM, maka langkah kerja evaluasi/audit organisasi

disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 1

Langkah Kerja Evaluasi/Audit Organisasi

Tahap Langkah Kerja Metode

Tahap 1:

Identifikasi kondisi riil

Lembaga

Mengenali situasi permasalahan kelembagaan yang

tidak terstruktur berbasis tiga aspek: fungsi,

ukuran, dan proses.

• Studi Pustaka

• In-depth Interview (IDI)

• Analisis tekstual

Tahap 2:

Permasalahan kritikal

Menganalisis asumsi utama mengenai masalah dan

pilihan strategi/solusi terkait aspek: fungsi,

ukuran, dan proses.

• Focus Group Discussion

(FGD) + survei pakar

• Regulatory Mapping

• SAST

Tahap 3:

Pendefinisian sistem

implementasi

Merumuskan definisi dasar (root definition) yang

berkaitan dengan idealisasi sistem yang

seharusnya diciptakan, dibuat, dan dikembangkan,

terkait aspek: fungsi, ukuran, dan proses.

• FGD & IDI

• CATWOE

• ANP

Tahap 4:

Pengembangan model

kelembagaan

Membuat model konseptual: pola ideal dengan

mintzberg’s framework.

• ISM

Page 5: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 5

Tahap Langkah Kerja Metode

Tahap 5:

Perbandingan Model

Membandingkan model yang dibuat dengan dunia

nyata, termasuk di negara lain (Best fit, right size,

right process)

• Analisis dan uji tahap 2

dan 4

Tahap 6:

Pembahasan untuk perubahan

yang diinginkan

Mengkompromikan temuan dengan pola ideal tiga

aspek: fungsi, ukuran, dan proses

• Panel pakar/Justifikasi

pakar

• Face validity

Tahap 7:

Konsep final Pembahasan

untuk perubahan yang

diinginkan

Run down pola ideal untuk tiga aspek:

1. Tepat Fungsi

2. Tepat Ukuran

3. Tepat Proses

Perumusan rekomendasi final

Adapun unsur-unsur yang dianalisis dalam masing-masing aspek sebagai

berikut:

a) Fungsi:

• Legal frameworks mandat organisasi

• “Kompetisi” antar lembaga sejenis

b) Ukuran:

• Struktur organisasi (“overlapping”, “inkonsistensi”,

diferensiasi/kompleksitas, overload/underload)

c) Proses:

• Intra-organisasi (pengaruh “overlapping”, “inkonsistensi”)

• Inter-organisasi (pola hubungan dengan K/L lain berkaitan dengan

“positioning” mandat organisasi)

2. Unit Analisis

Unit analisis Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Bidang

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yaitu Perpustakaan Nasional.

3. Jenis Data

Data yang diperoleh peneliti dapat digolongkan menjadi data primer dan data

sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data

Berbagai data yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan

beberapa metode sebagai berikut:

a. Studi Pustaka (Dokumentasi)

Studi pustaka atau dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh

data sekunder, yang dipandang penting dan relevan dengan topik penelitian sebagai

referensi.

Page 6: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 6

b. Focus Group Discussion (FGD)

Diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu. Metode

FGD yang bersifat kualitatif, berupa eksploratori atau pendalaman terhadap suatu

masalah. FGD sebagai teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada

penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut

pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap

pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu

permasalahan tertentu.

Tahap survei pakar yang dilakukan melalui in-depth interview (IDI) dan diskusi

terfokus (FGD) untuk memberi bobot terhadap analisis SAST dan ANP.

c. Wawancara mendalam (in-depth interview)

Wawancara mendalam, yaitu melakukan serangkaian tanya-jawab antara peneliti

dengan informan (responden) yang dilakukan secara terbuka dan leluasa.

Wawancara dilakukan terhadap key persons dari Lembaga yang menjadi unit

analisis, serta terhadap pakar yang relevan.

5. Teknik Analisa Data

Kondisi empiris Lembaga yang menjadi unit analisis disajikan dalam analisis

situasional dan analisis organisasi dan kebijakan terhadap peraturan atau perundang-

undangan yang berlaku. Hasil analisis keduanya dengan pendekatan sistem digunakan

untuk pemodelan sistem. Pengetahuan pakar yang telah diserap, dipahami dan

pendalaman terhadap kompleksitas tata kelola (governance) secara grafis dapat

digambarkan dalam rich picture. Terhadap input elemen, asumsi strategis model yang

dikembangkan serta analisis CATWOE, selanjutnya dilakukan penyusunan root

definition (RD). Pemodelan sistem melalui konvergensi dengan Logical Thinking

Process (Dettmer 2007); dan SSM (Checkland dan Poulter, 2006) digunakan untuk

perumusan model konseptual. Selanjutnya melalui SSM Learning Models dirancang

suatu model aktivitas yang berorientasi tujuan (Purposeful Activity Models/PAM).

Proses pelaksanaan ANP dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa software

Super Decisions software.

Page 7: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 7

1. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan PERPUSNAS

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia; PERPUSNAS berada di bawah dan bertanggungjawab

kepada Presiden yang dalam pelaksanaan tugas operasionalnya dikoordinasikan oleh

Menteri Pendidikan Nasional; dan PERPUSNAS dipimpin oleh seorang Kepala.

Perpustakaan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di

bidang Perpustakaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya, PERPUSNAS menyelenggarakan fungsi:

(1) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang perpustakaan;

(2) Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas PERPUSNAS;

(3) Pelancaran dan pembinaan terhadap kegiatan instansi Pemerintah di bidang

perpustakaan;

(4) Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian,

keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

Dalam menyelenggarakan fungsinya, PERPUSNAS mempunyai kewenangan:

(1) penyusunan rencana nasional secara makro di bidang perpustakaan;

(2) perumusan kebijakan di bidang perpustakaan untuk mendukung pembangunan

secara makro;

(3) penetapan sistem informasi di bidang perpustakaan;

(4) kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku yaitu :

a) perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang perpustakaan;

b) perumusan dan pelaksanaan kebijakan pelestarian pustaka budaya bangsa

dalam mewujudkan koleksi deposit nasional dan pemanfaatannya

2. Struktur Organisasi

Berdasarkan Keputusan Presiden No.103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah

Non Departemen; Surat Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional No. 3 Tahun 2001

tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional sebagaimana diubah melalui

Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional No. 1 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas

Page 8: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 8

Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional No. 3 Tahun 2001 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Perpustakaan Nasional; dan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional No. 2

Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Proklamator Bung Hatta.

Maka, Struktur organisasi PERPUSNAS sebagai berikut:

Page 9: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Executive Summary 9

Adapun struktur organisasi PERPUSNAS seperti pada Gambar berikut:

Gambar 2

Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional RI

Page 10: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 10

Adapun tugas dan fungsi yang dilaksanakan oleh masing – masing jabatan yang

ada di PERPUSNAS, meliputi;

1. Kepala PERPUSNAS, mempunyai tugas;

a. memimpin Perpustakaan Nasional sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

kebijakan pemerintah;

b. menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang perpustakaan;

c. menetapkan kebijakan teknis di bidang perpustakaan yang menjadi tanggung

jawab sesuai dengan kebijakan umum yang ditetapkan oleh Presiden;

d. membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi lain yang

menyangkut bidang perpustakaan.

2. Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi

Dalam hal ketugasannya Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa

Informasi mempunyai tugas menyelenggarakan pengelolaan karya cetak dan karya

rekam sebagai koleksi deposit nasional, pengembangan bahan pustaka, kerjasama

dan otomasi serta preservasi.

Adapun fungsi yang dijalankan oleh Deputi ini, meliputi;

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang deposit, pengembangan bahan pustaka

dan jasa informasi serta preservasi;

b. Pengadaan dan pengolahan bahan pustaka;

c. Pengelolaan karya cetak dan karya rekam sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

d. Penyelenggaraan jasa informasi;

e. Penyelenggaraan kerja sama dengan badan atau lembaga baik pemerintah

maupun swasta serta organisasi kepustakawanan di dalam negeri maupun di luar

negeri;

f. Pelestarian kandungan informasi dan fisik bahan pustaka.

3. Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan

Dalam hal ketugasannya Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya

Perpustakaan adalah menyelenggarakan penelitian dan pengembangan sistem

perpustakaan, pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan berbagai jenis

perpustakaan.

Page 11: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 11

Adapun fungsi yang dijalankan oleh Deputi ini, meliputi;

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang penelitian dan pengembangan sistem

perpustakaan, pendidikan dan pelatihan serta pengembangan berbagai jenis

perpustakaan;

b. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan sistem perpustakaan;

c. Penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan di bidang

perpustakaan;

d. Penyelenggaraan pengembangan berbagai jenis perpustakaan;

e. Pemasyarakatan dan peningkatan minat baca.

1. Analisis Lingkungan dan Isu-Isu Strategis

1.1. Analisis Lingkungan

Tujuan Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar Indonesia 1945 meliputi 1) melindungi segenap Bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, 2) memajukan kesejahteraan umum, 3) mencerdaskan

kehidupan bangsa dan 4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Terkait dengan urusan perpustakaan maka muaranya adalah kecerdasan.

Kecerdasan sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang

SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Di sisi lain perpustakaan berfungsi untuk mendukung Sistem Pendidikan

Nasional sebagaimana diatur dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Perpustakaan merupakan sumber informasi ilmu

pengetahuan, teknologi, kesenian, dan kebudayaan. Selain itu, perpustakaan sebagai

bagian dari masyarakat dunia ikut serta membangun masyarakat infomasi berbasis

teknologi dan komunikasi.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan

bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa melalui pengembangan

dan pendayagunaan perpustakaan sebagai sumber informasi berupa karya tulis, karya

cetak, dan karya rekam.

Page 12: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 12

Ketika Keppres No. 11 Tahun 1989 diberlakukan posisi pengelolaan perpustakaan

sekolah dan perguruan tinggi itu hanya ditangani selevel Bidang, maka tidak bicara

konsep perpustakaan yang akan dikembangan, tetapi hanya bagaimana mengumpulkan

koleksi-koleksi untuk dilestarikan, jadi hanya berupa koleksi yang kita dapat itu yang

penting, tidak bicara berapa banyak perpustakaan sekolah dan perpustakaan perguruan

tinggi yang harus diperbaiki karena tidak bicara pembinaan dalam Keppres 11 tahun

1989 dan hanya mengatur tentang Institusi LPNK tidak mengatur perpustakaan

provinsi/kabupaten/kota.

Pemberlakuan kebijakan otonomi daerah berdasarkan UndangUndang Nomor 32

Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah mengakibatkan ketidakjelasan kewenangan

pusat dan daerah dalam bidang perpustakaan. Keberadaan Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian tidak lagi memiliki

kekuatan efektif dalam melakukan pembinaan dan pengembangan perpustakaan di

seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberagaman kebijakan dalam

pengembangan perpustakaan di daerah secara umum pada satu sisi menguntungkan

sebagai pendelegasian kewenangan kepada daerah. Namun disisi lain dianggap kurang

menguntungkan bagi penyelenggaraan perpustakaan yang andal dan professional sesuai

dengan standar ilmu perpustakaan dan informasi yang baku karena bervariasinya

kemampuan manajemen dan finansial yang dimiliki oleh setiap daerah serta adanya

perbedaan pemahaman dan persepsi mengenai peran dan fungsi perpustakaan.

Namun demikian Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan Daerah bertujuan untuk menjalankan otonomi yang seluas-luasnya,

kecuali urusan pemerintahan yang memang menjadi urusan pemerintah, dengan tujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan Jaya saing

daerah. (Pasal 2 ayat 3).

Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan

Daerah kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota dimana Urusan Perpustakaan

menjadi urusan wajib yang harus diselenggarakan di daerah. Perpustakaan Nasional

selaku Lembaga Pemerintah Non Kementerian hanya menetapkan NSPK menurut PP

38 Tahun 2007 pasal 9 ayat 1 dinyatakan Menteri/kepala lembaga pemerintah non

departemen menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk pelaksanaan

urusan wajib dan urusan pilihan. Selanjutnya untuk perangkat organisasi Daerah

(struktur Organisasi Daerah) di atur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun

2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Page 13: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 13

1.2. Isu-Isu Strategis Arah pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) yaitu memantapkan

pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada

pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber

daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang

terus meningkat. RPJMN 2015- 2019 disusun sebagai penjabaran Visi, Misi, dan

Agenda Pembangunan (Nawacita) Presiden terpilih.

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan

pembangunan yang dihadapi, serta capaian pembangunan selama ini, maka visi

pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya

Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan

gotong-royong”.

Selanjutnya untuk mewujudkan visi tersebut, dirumuskan dalam tujuh misi

pembangunan nasional yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan

mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan

negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara

maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing tinggi.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan

berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Guna menunjukkan prioritas dalam melakukan perubahan menuju Indonesia

yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian

dibidang kebudayaan, maka dirumuskan dalam sembilan agenda prioritas yang dikenal

dengan NAWA CITA yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan

yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

desa dalam kerangka negara kesatuan.

Page 14: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 14

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga

bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis

ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Dalam mendukung agenda Nawa Cita tersebut, maka tugas Perpustakaan Nasional

dalam agenda pembangunan butir keempat Nawa Cita yaitu meningkatkan kualitas

hidup manusia dan masyarakat Indonesia, serta butir keempat Nawa Cita yaitu

melakukan revolusi karakter bangsa. Hal ini dapat dilakukan melalui penyediaan

fasilitas informasi dan pengetahuan kepada masyarakat sehingga mereka mampu

memberdayakan potensi yang mereka miliki untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

masyarakat.

Berangkat dari uraian tersebut, maka arah kebijakan umum penanggulangan

bencana dalam RPJMN 2015-2019 adalah Terwujudnya Indonesia cerdas melalui

gemar membaca dengan memberdayakan perpustakaan.

Tentunya upaya mewujudkan visi diatas tidak berada dalam suatu kondisi vakum,

melainkan selalu terkait dengan dinamika lingkungan yang ada. Karena itu, isu-isu

strategis yang berkembang juga senantiasa dinamis mengikuti ritme perkembangan dan

dinamika masyarakat. Dalam kaitan ini, beberapa isu-isu strategis yang berkembang

dalam upaya meningkatkan gemar membaca dan memberdayakan perpustakaan di

tanah air antara lain:

a. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat cepat. Tidak

dapat dipungkiri bahwa pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi

telah banyak mengubah pola hidup masyarakat kita. Teknologi semakin

memudahkan masyarakat untuk mengakses dan memperoleh informasi dan

pengetahuan yang mereka butuhkan kapanpun dan dimanapun mereka berada.

Dalam hal ini, maka tantangan yang dihadapi oleh perpustakaan nasional adalah

bagaimana perpustakaan nasional dapat hadir dan menyediakan informasi dan

pengetahuan yang dibutuhkan olh masyarakat tersebut secara cepat, mudah, dan

efisien. Sehingga diperlukan penguatan dalam hal penyediaan layanan

perpustakaan berbasis on line, baik dari sisi prasarana dan sarana.

Page 15: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 15

b. Pelestarian dokumen dan naskah kuno nusantara. Dokumen dan naskah kuno

nusantara yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia bahkan di luar negeri

merupakan warisan leluhur yang perlu untuk dihimpun dan dilestarikan sebagai

bagian dari sejarah perjalanan bangsa ini, sehingga mampu memperkuat identitas

bangsa. Karena itu, perpustakaan nasional diharapkan mampu untuk

melestarikannya dan menyebarluaskan kepada masyarakat sehingga memperkuat

jati diri nasional. Termasuk diperlukan upaya translitereasi terhadap naskah-

naskah kuno tersebut agar mampu dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.

c. Tantangan aliterasi di masyarakat. Meskipun tingkat melek baca di masyarakat

semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya tingkat partisipasi

pendidikan di masyarakat, namun terdapat gejala aliterasi yang berkembang

dimasyarakat. Hal ini memiliki makna bahwa meskipun dalam keseharian,

masyarakat banyak melakukan aktivitas membaca, namun mereka disisi lain tidak

berusaha melakukan pemaknaan terhadap bahan bacaan yang mereka baca. Gejala

ini antara lain disebabkan oleh kemajuan teknologi yang semakin memudahkan

masyarakat untuk memperoleh informasi pengetahuan secara ringkas, sehingga

menjadikan mereka cenderung mencari informasi dan pengetahuan secara instan.

Penyebab lain adalah tingkat aktivitas masyarakat yang semakin meningkat

menjadikan masyarakat memiliki waktu untuk membaca yang semakin berkurang.

d. Kehadiran perpustakaan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Luas dan sebaran

wilayah Indonesia merupakan tantangan dalam rangka menghadirkan fasilitas

perpustakaan secara merata di seluruh wilayah nusantara. Sehingga diperlukan

partisipasi masyarakat untuk dapat membantu dan terlibat dalam menghadirkan

perpustakaan di seluruh wilayah nusantara terutama di pelosok-pelosok daerah

dan pulau-pulau terdepan dari republik ini.

e. Standar nasional perpustakaan. Agar perpustakaan mampu memberikan layanan

yang berkualitas kepada masyarakat, maka Perpustakaan Nasional perlu untuk

meningkatkan standarisasi dan akreditas terhadap seluruh perpustakaan yang ada

di wilayah Indonesia. Hal ini perlu didukung dengan penyediaan sarana dan

prasarana serta tenaga pustakawan yang profesional dalam penyelenggaran

perpustakaan.

Page 16: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 16

2. Mandatory Fungsi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) berangkat dari mandat yang

diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Dimana, didalam pasal 1 ayat (5) dijelaskan bahwa Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina,

perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan

pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.

Adapun tujuan dari perpustakaan disebutkan dalam pasal 4 adalah untuk

memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta

memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari

penjelasan tujuan ini, dapat kita ketahui bahwa perpustakaan memiliki peran strategis

dalam rangka mencapai tujuan nasional republik ini, yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa melalui fasilitas yang dapat diakses oleh masyarakat luas.

Sedangkan uraian fungsi dari Perpustakaan sebagaimana diuraikan dalam pasal 3

adalah sebagai wahana pendidikan, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk

meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.

Selanjutnya, didalam pelaksanaannya, pasal 21 ayat (2) menyebutkan bahwa

Perpustakaan Nasional memiliki tugas:

1. Menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum, dan kebijakan teknis

pengelolaan perpustakaan;

2. Melaksanakan pembinaan, pengembangan, evaluasi, dan koordinasi terhadap

pengelolaan perpustakaan;

3. Membina kerjasama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan; dan

4. Mengembangkan standar nasional perpustakaan.

Selain tugas tersebut di atas Perpustakaan Nasional RI sebagaimana

dimaksud pada pasal 21 ayat (3), bertanggung jawab dalam hal:

1. Mengembangkan koleksi nasional yang memfasilitasi terwujudnya masyarakat

pembelajar sepanjang hayat;

2. Mengembangkan koleksi nasional untuk melestarikan hasil budaya bangsa;

3. Melakukan promosi perpustakaan dan gemar membaca dalam rangka

mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat; dan

4. Mengidentifikasi dan mengupayakan pengembalian naskah kuno yang berada di

luar negeri.

Page 17: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 17

Dasar hukum pembentukan Perpustakaan Nasional RI adalah Keputusan Presiden

Nomor 67 Tahun 2000 tentang Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dimana

kedudukan Perpustakaan Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen

(Kementerian) yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Presiden, yang dalam pelaksanaan tugas operasionalnya dikoordinasikan oleh Menteri

Pendidikan Nasional (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan).

Selain Undang-undang tersebut, Perpustakaan Nasional juga diberi mandat

berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan

Karya Rekam sebagai landasan hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang

perpustakaan di Indonesia.

3. Hubungan Perpustakaan Nasional dengan

Kementerian/Lembaga Lain

Penyelenggaraan perpustakaan merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai

komponen bangsa, sehingga mustahil hal tersebut dapat dilaksanakan oleh

Perpustakaan Nasional sendiri. Dalam kerangka tersebut, maka didalam melaksanakan

tugasnya Perpustakaan Nasional memiliki hubungan dan keterkaitan dengan berbagai

kementerian/lembaga lainnya. Tabel 2 berikut menunjukkan matriks bagaimana

hubungan dan keterkaitan Perpustakaan Nasional dengan kementerian/lembaga lain

berdasarkan fungsi yang diemban oleh duat kedeputian yang dimiliki Perpustakaan

Nasional.

Tabel tersebut menunjukkan bagaimana peran serta kementerian/lembaga

bekerjasama dan mendukung kegiatan penyelenggaraan perpustakaan dari fungsi

pembina, rujukan, deposit, penelitian, pelestarian, maupun jejaring perpustakaan.

Page 18: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 18

Tabel 2 Persinggungan Fungsi Perpustakaan Nasional dengan Kementerian/Lembaga Lain

Kementerian/ Lembaga

Fungsi Perpustakaan Nasional (Undang-Undang No.43 Tahun 2007)

Pembina Rujukan Deposit Penelitian Pelestarian Jejaring

Perpustakaan Kemdikbud 1. Perpustakaan

Khusus 2. Perpustakaan

Sekolah

Penyedia bahan pustakan penunjang pembelajaran

Pada bidang perbukuan

Penyedia bahan pustaka referensi

Pelestarian film dokumenter

Kemenristekdikti 1. Perpustakaan Khusus

2. Perpustakaan Perguruan tinggi

Penyedia bahan pustaka penunjang civitas akademik

Jurnal dan buku terbitan

Penyedia bahan pustaka referensi

Kementerian Agama 1. Perpustakaan khusus

2. Perpustakaan Perguruan Tinggi

3. Perpustakaan Sekolah

Penyedia bahan pustakan penunjang pembelajaran

Jurnal dan buku terbitan

Penyedia bahan pustaka referensi

Pelestarian manuskrip dan naskah kuno (kitab kuning)

Kementerian Dalam Negeri

1. Perpustakaan Umum (Propinsi, Kab/Kota, Desa/Kelurahan)

2. Perpustakaan khusus

Jurnal dan buku terbitan

Arsip Nasional RI Perpustakaan Khusus

Memiliki fungsi pelestarian, namun berbeda obyek dan definisi

PDII LIPI Perpustakaan Khusus

Penyedia bahan pustaka penunjang penelitian

Pengelolaan ISSN

Page 19: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 19

Gambar 3. Rich Picture Perpusnas

Page 20: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Executive Summary 20

4. Perumusan Definisi Filosofis Perpustakaan Nasional

Pendekatan proses transformasi Perpustakaan Nasional dilakukan dengan cara

menurunkan asumsi dasar yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional kedalam elemen

dasar dan CATWOE sehingga didapat definisi yang dapat dipakai oleh Perpustakaan

Nasional. Analisis CATWOE didefinisikan oleh Peter Checkland (1981) sebagai bagian

dari Soft Systems Methodology (SSM). Analisis ini merupakan checklist sederhana dari

sistem berpikir. Hal ini merupakan teknik umum yang digunakan oleh Analis Bisnis

untuk mengidentifikasi apa yang menjadi tujuan untuk dicapai, apa yang menjadi area

masalah dan bagaimana solusi yang dapat mempengaruhi bisnis dan keterlibatan

individu terhadap itu.

Tabel 3 Catwoe Perpustakaan Nasional

CUSTOMER

1. Masyarakat Pemustaka

2. Pustakawan

ACTOR-OWNER

1. Masyarakat

2. Pustakawan

3. Perpustakaan Nasional

TRANSFORMASI

1. Penguatan Sistem Informasi Perpustakaan

2. Melengkapi Koleksi Perpustakaan

3. Meningkatkan Pembinaan terhadap Perpustakaan di Indonesia

4. Meningkatkan Kapabilitas Pustakawan

5. Meningkatkan Pelestarian Naskah Kuno usantara

6. Membangun Standar Keperpustakaan

WORLD VIEW

1. Meningkatkan peranan Perpustakaan Nasional dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat

2. Peran Pustakawan dalam meningkatkan budaya membaca

ENVIRONMENT CONSTRAINTS

1. Restrukurisasi dan penataan kelembagaan Perpustakaan Nasional yang lebih efektif dan efisien

2. Belum ada sistem basis data, informasi dan komunikasi yang strategis

3. Keterbatasan anggaran pemerintah

4. Moratorium penambahan PNS

Dalam hal ini CATWOE merupapan mnemonic (tools pengingat) yang membantu

mengidentifikasi dan mengkategorikan semua stakeholder (orang, proses, lingkungan,

entitas) dari Sistem yang dianalisis untuk merumuskan root definition atau definisi

filosofis, adalah deskripsi terstruktur dari suatu sistem yang menguraikan kegiatan yang

berlangsung (atau mungkin terjadi) dalam organisasi yang dipelajari. Dari hasil analisis

Page 21: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 21

induktif serta dengan validasi pada panel pakar yang dilakukan dapat diperoleh

kesepakatan pakar Definisi Filosofis (root definitions) bagi Perpustakaan Nasional

adalah sebagai berikut:

"Perpustakaan Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non-

Kementerian penentu kebijakan, regulator dan fasilitator pengelolaan

perpustakaan di Indonesia dalam upaya mewujudkan masyarakat

berpengetahuan, inovatif, mandiri, sejahtera dan berdaya saing global yang

berkarakter keIndonesia-an dalam kerangka NKRI yang dilaksanakan oleh

pemangku kepentingan utama dan pemerintah melalui penyediaan,

pengembangan serta pemanfaatan sumberdaya kepustakaan dengan

berpegang pada kebijakan dan regulasi yang adaptif terhadap

perkembangan teknologi dan perubahan perilaku masyarakat untuk

penyediaan layanan perpustakaan bagi pemangku kepentingan utama".

5. Pendekatan Strategic Assumption Surfacing and Testing (SAST)

SAST digunakan untuk mengeksplorasi asumsi strategis yang paling penting dan

paling yakin (pasti). Kondisi ini menempatkan asumsi strategis pada zona “rencana

yang pasti" dan “rencana yang bermasalah” sebagai hal yang memerlukan perhatian

dalam pengembangan model. Penempatan posisi setiap asumsi strategis dilakukan

melalui pengisian kuesioner SAST oleh para pakar dan diskusi pakar untuk memvalidasi

hasil analisis atas masing-masing posisi asumsi strategis tersebut. Pemetaan asumsi

strategis dilakukan dalam dua fokus, yaitu: (1) fokus kebijakan nasional pengelolaan

perpustakaan; (2) fokus Pembinaan, Pengembangan, Evaluasi dan Koordinasi terhadap

Pengelolaan Perpustakaan; (3) fokus peningkatan koleksi perpustakaan; dan (4)

meningkatkan budaya baca.

1. Eksplorasi asumsi strategis fokus kebijakan nasional pengelolaan

perpustakaan

Hasil analisis atas asumsi strategis berkaitan dengan fokus kebijakan nasional

pengelolaan perpustakaan diuraikan secara rinci dalam tabel berikut:

Asumsi Strategis Tingkat

Kepastian Tingkat

Kepentingan Fokus Kebijakan Nasional Pengelolaan Perpustakaan

A Keberadaan Dewan Nasional Perpustakaan 6,23 6,68 B Kompetensi Sumberdaya Manusia 6,50 5,95

C Komitmen terhadap penerapan standar dan regulasi tentang perpustakaan

5,23 2,46

D Meningkatkan kualitas layanan perpustakaan 5,68 3,22

Page 22: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 22

Gambar 4 Kuadran SAST bagi Fokus Kebijakan Nasional Pengelolaan Perpustakaan

Dari tabel di atas dan gambar di atas terlihat bahwa elemen keberadaan Dewan

Nasional Perpustakaan dan kompetensi sumberdaya manusia merupakan elemen

yang memiliki nilai kepastian dan kepentingan yang sangat tinggi.

2. Eksplorasi asumsi strategis fokus Pembinaan, Pengembangan,

Evaluasi dan Koordinasi terhadap Pengelolaan Perpustakaan

Hasil analisis atas asumsi strategis berkaitan dengan fokus Pembinaan,

Pengembangan, Evaluasi dan Koordinasi terhadap Pengelolaan Perpustakaan

diuraikan secara rinci dalam tabel berikut:

Asumsi Strategis Tingkat

Kepastian Tingkat

Kepentingan Fokus Pembinaan, Pengembangan, Evaluasi dan Koordinasi terhadap Pengelolaan Perpustakaan

E Jumlah pustakawan 4,27 4,31 F Pemberian penghargaan terhadap pustakawan 3,48 3,66 G Kerjasama dengan pengelola perpustakaan 4,05 4,29 H Standar perpustakaan 5,75 6,58 I Dukungan Anggaran 5,36 5,22 J Penguatan regulasi untuk mengatur hubungan

dan koordinasi Perpustakaan Nasional dengan perpustakaan lainnya

2,10 2,00

1 2 3 5 6 7 4

5

6

7

1

2

3

Sangat Penting

Sangat Pasti

A B

C D

Page 23: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 23

Gambar 5 Kuadran SAST bagi Fokus Pembinaan, Pengembangan, Evaluasi dan

Koordinasi terhadap Pengelolaan Perpustakaan

Dari tabel di atas dan gambar diatas terlihat bahwa elemen Standar

Perpustakaan dan Dukungan Anggaran merupakan elemen yang memiliki

nilai kepastian dan kepentingan yang sangat tinggi dalam rangka

melakukan pembinaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap seluruh

perpustakaan yang merupakan tanggung jawab dari perpustakaan nasional.

3. Eksplorasi asumsi strategis fokus meningkatkan koleksi

Hasil analisis atas asumsi strategis berkaitan dengan fokus meningkatkan koleksi

diuraikan secara rinci dalam tabel berikut:

Asumsi Strategis Tingkat

Kepastian Tingkat

Kepentingan Fokus Meningkatkan Koleksi

K Dukungan Teknologi Informasi 6,71 6,88

L Dukungan penerbit 3,40 5,59

M Pelestarian naskah kuno nusantara 2,54 6,32

1 2 3 5 6 7 4

5

6

7

1

2

3

Sangat Penting

Sangat Pasti

F

G E

H I

J

Page 24: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 24

Gambar 6 Kuadran SAST bagi Fokus Meningkatkan Koleksi

Dari tabel di atas dan gambar diatas terlihat bahwa elemen Dukungan

Teknologi Informasi merupakan elemen yang memiliki nilai kepastian dan

kepentingan yang sangat tinggi dalam upaya meningkatkan koleksi

perpustakaan nasional berbasis digital.

4. Eksplorasi asumsi strategis fokus meningkatkan budaya baca

Hasil analisis atas asumsi strategis berkaitan dengan fokus meningkatkan budaya

baca diuraikan secara rinci sebagai berikut:

Asumsi Strategis Tingkat

Kepastian Tingkat

Kepentingan Fokus Meningkatkan Budaya Baca

N Sosialisasi dan promosi budaya baca 5,84 5,72

O Kelengkapan koleksi perpustakaan 3,66 6,83

1 2 3 5 6 7 4

5

6

7

1

2

3

Sangat Penting

Sangat Pasti

L

K

M

Page 25: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 25

Gambar 7 Kuadran SAST bagi Fokus Meningkatkan Koleksi

Dari tabel di atas dan gambar di atas terlihat bahwa elemen Sosialisasi dan

Promosi Budaya Baca merupakan elemen yang memiliki nilai kepastian dan

kepentingan yang sangat tinggi dalam rangka meningkatkan budaya baca

masyarakat.

Gambar 8

Model Konseptual Perpustakaan Nasional

1 2 3 5 6 7 4

5

6

7

1

2

3

Sangat Penting

Sangat Pasti

O

N

Page 26: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 26

Struktur organisasi Perpustakaan Nasional yang ideal adalah struktur organisasi

yang sesuai dengan mandat Undang-Undang No.43 Tahun 2007 yaitu sebagai lembaga

pemerintah non kementerian yang menjalankan tugas pemerintahan dalam bidang

perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan,

perpustakan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian dan pusat

jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara. Sehingga struktur yang

dirancang haruslah mampu mendorong Perpustakaan Nasional untuk menjalankan

amanat UU tersebut.

1. Elemen-Elemen Pemodelan

Dengan mengacu hasil kajian pustaka, in depth interview (IDI) dan focus group

discussion (FGD) dengan berbagai pihak baik dari internal Perpustaaan Nasional,

maupun para pakar yang memiliki kompetensi di bidang perpustakaan dapat

dirumuskan pemahaman faktor-faktor yang membentuk struktur organisasi dari

Perpustakaan Nasional yang dikelompokkan menjadi 3 cluster, yaitu mandat organisasi,

proses organisasi, dan ukuran organisasi yang masing-masing terdiri beberapa

faktor/node. Analisis faktor menggunakan metode ANP dengan pairwised comparisons

secara integral dari semua cluster dan node. Alternatif dengan prioritas total terbesar

dipilih sebagai alternatif terbaik untuk pencapaian tujuan. Penentuan prioritas alternatif

yang terbaik menggunakan Super Decisions versi 2.0 Beta, yang dapat menyajikan dua

nilai, yaitu nilai normalized by cluster dan nilai limiting. Nilai normalized by cluster

merupakan nilai prioritas pada setiap satu cluster yang bernilai total satu atau seratus

persen, sedangkan nilai limiting adalah nilai prioritas pada seluruh prioritas node

(atribut) permasalahan dan alternatif solusi atau kebijakan antar cluster. Dalam analisis

per cluster digunakan nilai limiting karena pada dasarnya urutan prioritas untuk pilihan

alternatif dari satu cluster akan menghasilkan urutan yang sama baik menggunakan nilai

normalized by cluster maupun nilai limiting.

Page 27: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 27

Gambar 9 Model Analisis Prioritas Struktur Organisasi

Secara ringkas uraian dari model diatas menjelaskan bahwa dalam membangun

struktur organisasi ideal yang diharapkan dalam studi ini, digunakan tiga kriteria yaitu

bagaimana ketepatan fungsi yang dijalankan oleh organisasi berdasarkan mandat

perundangan yang dimiliki organisasi. Kriteria berikutnya adalah bagaimana ketepatan

business process (proses bisnis) yang dilakukan oleh organisasi bersangkutan. Dan

kriteria ketiga adalah bagaimana ketepatan ukuran dari organisasi saat ini, apakah

dengan ukuran yang ada saat ini, organisasi mampu menjalankan mandat secara efektif

dan efisien.

Selanjutnya dari kriteria diatas, maka dipilih alternatif mengenai struktur

organisasi yang ideal. Dalam hal ini, terdapat empat alternatif dari struktur organisasi,

yaitu struktur yang ada tetap dipertahankan dengan alasan bahwa struktur saat ini telah

mampu menjadikan organisasi mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Alternatif kedua adalah struktur organisasi yang ada perlu diperluas (ditambah). Apabila

struktur yang ada dipandang belum mampu menjadikan organisasi memenuhi mandat

organisasi maka struktur yang ada saat ini perlu untuk dikembangkan agar mandat

organisasi dapat tercapai. Alternatf ketiga adalah penggabungan struktur, yaitu jika

organisasi telah mampu memenuhi mandat organisasi, namu terdapat fungsi didalam

organisasi yang tumpang tindih sehingga berpotensi menyebabkan kesimpangsiuran

Organisasi

Ideal

Goal

Tepat Fungsi

Kriteria

Tepat Proses

Tepat Ukuran

Struktur Tetap

Alternatif

Struktur Bertambah

Struktur Berkurang

Struktur Digabung

Page 28: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 28

fungsi dan inefisiensi. Alternatif terakhir, yaitu pengurangan struktur. Hal ini

dimungkinkan jika struktur saat ini telah memungkinkan organisasi memenuhi mandat

organisasi, namun terdapat inefisiensi maupun perluasan fungsi dari mandat organisasi.

2. Hasil Pengujian Prioritas Struktur Organisasi

Guna menguji prioritas struktur organisasi yang diharapkan, dalam studi ini

digunakan perangkat lunak (software) Super Decision

Gambar 10 Model cluster yang telah terhubung

Selanjutnya, setelah seluruh cluster terhubung, langkah berikutnya adalah melakukan

perbandingan antar cluster.

Gambar 11 Hasil Bobot Prioritas Perbandingan Alternatif Berdasarkan

Kriteria Tepat Fungsi

Page 29: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 29

Gambar di atas menunjukkan prioritas alternatif struktur organisasi berdasarkan

kriteria ketepatan fungsi organisasi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

berdasarkan kriteria ketepatan fungsi, maka prioritas alternatif pertama adalah

dilakukan penambahan struktur organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai bobot

kriteria sebesar 0,64066 yang merupakan nilai tertinggi diantara alternatif lainnya.

Gambar 12 Hasil Bobot Prioritas Perbandingan Alternatif Berdasarkan

Kriteria Tepat Proses

Gambar di atas menunjukkan prioritas alternatif struktur organisasi berdasarkan

kriteria ketepatan proses bisnis organisasi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

berdasarkan kriteria ketepatan proses, maka prioritas alternatif pertama adalah

dilakukan penambahan struktur organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai bobot

kriteria sebesar 0,67178 yang merupakan nilai tertinggi diantara alternatif lainnya.

Gambar 13 Hasil Bobot Prioritas Perbandingan Alternatif Berdasarkan

Kriteria Tepat Ukuran

Gambar di atas menunjukkan prioritas alternatif struktur organisasi berdasarkan

kriteria ketepatan ukuran organisasi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

berdasarkan kriteria ketepatan ukuran, maka prioritas alternatif pertama adalah

Page 30: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 30

dilakukan penambahan struktur organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai bobot

kriteria sebesar 0,60367 yang merupakan nilai tertinggi diantara alternatif lainnya.

Gambar 14 Hasil Bobot Prioritas Seluruh Kriteria

Gambar di atas menunjukkan prioritas secara keseluruhan. Dilihat dari priorotas

kriteria, maka kriteria organisasi yang merupakan prioritas adalah ketepatan fungsi dari

organisasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai normalizaed by cluster sebesar 0,75676 yang

merupakan nilai tertinggi dari kriteria lainnya (tepat proses dan tepat ukuran). Ini

berarti bahwa secara ideal, perpustakaan nasional dinilai mampu memenuhi mandat

organisasi apabila mampu melaksanakan fungsi yang diembannya.

Selanjutnya apabila kita lihat dari prioritas alternatif secara keseluruhan, terlihat

bahwa alternatif penambahan struktur organisasi memiliki nilai normalizaed by cluster

sebesar 0,64455 yang merupakan nilai tertinggi dari kriteria lainnya. Prioritas

berikutnya adalah penggabungan struktur organisasi dengan nilai normalizaed by

cluster sebesar 0,23892. Disusul dengan alternatif struktur organisasi tetap, dan

terakhir adalah pengurangan struktur organisasi.

3. Prioritas Alternatif Struktur Organisasi

Setelah memperoleh hasil pengujian prioritas alternatif terhadap struktur

organisasi sebagaimana diuraikan sebelumnya, berikut ini merupakan pembahasan dari

masing-masing alternatif.

Page 31: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 31

3.1 Alternatif 1 : Penambahan Struktur Organisasi

Salah satu tugas dari Perpustakaan Nasional adalah melaksanakan pembinaan,

pengembangan, evaluasi, dan koordinasi terhadap pengelolaan perpustakaan. Dengan

struktur organisasi yang ada saat ini, tugas ini tidak dapat dilaksanakan secara optimal

dikarenakan keterbatasan sumberdaya dan kewenangan (level eselon) yang dimiliki.

Gambar 15 Struktur Eselon Sebelum Pemekaran

Berdasarkan kajian beban kerja dan cakupan kegiatan dari Pusat Pengembangan

dan Pengkajian Minat Baca, maka disarankan agar unit ini ditingkatkan menjadi level

deputi yaitu menjadi Deputi Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan yang terdiri

dari Direktorat Pembinaan Perpustakaan Sekolah dan Perguruan Tinggi, Direktorat

Pembinaan Perpustakaan Umum dan Khusus, serta Direktorat Standar Nasional

Perpustakaan (lihat gambar berikut).

Gambar 16

Struktur Deputi Pembinaan & Pengembangan Perpustakaan

Kepala PNRI

Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka & Jasa Informasi

Deputi Bidang Sumberdaya Perpustakaan

Pusat Pengembangan dan Pengkajian Minat Baca

Pusat Pendidikan & Pelatihan

Pusat Pengembangan Pustakawan

Deputi Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan

Direktorat Pembinaan Perpustakaan

Sekolah & PT

Direktorat Pembinaan Perpustakaan

Umum & Khusus

Direktorat Standar Nasional Perpustakaan

& Budaya Baca

Page 32: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 32

Sehingga Deputi Sumberdaya Perpustakaan akan menjadi sebagaimana gambar

berikut:

Gambar 17 Struktur Deputi Pembinaan & Pengembangan Perpustakaan

Perubahan lainnya dari struktur saat ini adalah penambahan posisi Dewan

Nasional Perpustakaan. Hingga saat ini, posisi Dewan Perpustakaan Nasional

sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan belum terbentuk. Padahal

keberadaan Dewan Perpustakaan Nasional sangat strategis untuk memberikan arah

kebijakan dan pengembangan Perpustakaan Nasional.

Gambar 18 Struktur PNRI dengan Dewan Perpustakaan Nasional

Perubahan dalam level deputi seyogyanya juga diikuti dengan perubahan disisi

struktural birokrasi level biro. Sehingga penguatan level biro dibawah Sekretaris Utama

merupakan hal yang logis.

Deputi Sumberdaya dan Akreditasi Perpustakaan

Direktorat PengembanganPustakawa

n

Pusat Pendidikan Dan Pelatihan

Direktorat Akreditasi Perpustakaan

Kepala Perpustakaan Nasional RI

Deputi Pengembangan Bahan Pustaka &

Layanan Perpustakaan

Deputi Sumberdaya dan

Akreditasi Perpustakaan

Deputi Pembinaan dan

Pengembangan Perpustakaan

Dewan Perpustakaan Nasional

Page 33: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 33

Gambar 19 Struktur Sekretaris Utama Sebelum Penguatan Organisasi

Gambar 20 Struktur Sekretaris Utama Setelah Penguatan Organisasi

Penambahan struktur Biro Sistem Informasi Perpustakaan didasarkan pada

rasional bahwa peranan teknologi informasi dan komunikasi (information and

communication technology/ICT) memiliki nilai strategis dari keberadaan Perpustakaan

Nasional di masa depan, dimana dengan dukungan ICT maka Perpustakaan Nasional

dapat memberikan layanan ke seluruh lapisan masyarakat yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia melalui layanan berbasis internet (digital).

Sekretaris Utama

Biro Hukum dan Perencanaan

Biro Umum

Sekretaris Utama

Biro Hukum dan Perencanaan

Biro Umum Biro Sistem Informasi

Perpustakaan

Page 34: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 34

Gambar 21 Struktur Biro Hukum dan Perencanaan

Perubahan dalam struktur Biro Hukum dan Perencanaan adalah perubahan

Sub.Bagian Hubunga Masyarakat dalam struktur sebelumnya, menjadi Sub.Bagian

Hubungan Masyarakat dan Kerjasama dalam struktur yang diusulkan. Hal ini didasari

rasional bahwa dengan ditariknya Sub.Bidang Kerjasama yang sebelumnya berada

dibawah Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi (Deputi Bidang Pengembangan bahan

Pustaka dan jasa Informasi), maka tidak terjadi overlap (tumpang tindih) tupoksi

mengenai unit yang bertugas untuk melakukan kerjasama dengan pihak luar.

Gambar 22 Struktur Biro Umum

Biro Hukum dan Perencanaan

Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat

Bagian Perencanaan

Sub.Bag Hukum dan Organisasi

Sub.Bag Humas dan Kerjasama

Sub.Bag Program dan Anggaran

Sub.Bag Evaluasi dan Akuntabilitas

Biro Umum

Bagian Tata Usaha

Bagian Keuangan

Barang Milik Negara (BMN)

Unit Layanan Pengadaan (ULP)

Bendahara Masuk

Bendahara Keluar

Bagian Kepegawaian

Sub.Bagian Arsip Kepegawaian

Sub.Bagian Fungsional

Page 35: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 35

Perubahan yang cukup besar terjadi dalam struktur Biro Umum, dimana Bagian

Tata Usaha yang sebelumnya membawahi Subbagian Tata Usaha Pimpinan (Kepala dan

Deputi) diganti dengan Pejabat BMN dan Pejabat ULP, sementara urusan ketata

usahaan akan melekat di masing-masing unsur pimpinan agar lebih efektif didalam

mengelola tugas dan agenda kerja dari pimpinan.

Di Bagian Keuangan posisi Subbagian Perbendaharaan dan Subbagian Validitas

akan berubah menjadi jabatan Bendahara Masuk dan Bendahara Keluar yang bertugas

mengelola arus kas organisasi masuk dan keluar secara lebih efektif dan efisien.

Terakhir pada Bagian Kepegawaian jabatan Subbagian Pengangkatan,

Pemberhentian, dan Pensiun; Subbagian Kenaikan Pangkat dan Golongan; serta

Subbagian Tata Usaha Kepegawaian dirubah menjadi Subbagian Arsip Kepegawaian dan

Subbagian Fungsional.

Gambar 23 Struktur Biro Sistem Informasi Perpustakaan

Biro Sistem Informasi Perpustakaan merupakan peningkatan level dari Bidang

Transformasi Digital yang sebelumnya berada dibawah Deputi Bidang Pengembangan

Bahan Pustakan dan Jasa Informasi yaitu Pusat Preservasi Bahan Pustaka. Rasional dari

usulan ini adalah untuk memperkuat pemanfaatan ICT dalam layanan Perpustakaan

Nasional. Pada posisi sebelumnya, Bidang Transformasi Digital hanya melayani aktivitas

digitalisasi naskah-naskah kuno nusantara agar mampu dilestarikan, maka dengan

posisi struktur yang baru aktivitas bagian ini menjadi lebih luas tidak hanya menangani

digitalisasi naskah kuno, namun juga mencakup digitalisasi koleksi perpustakaan secara

keseluruhan.

Biro Sistem Informasi Perpustakaan

Bagian Transformasi Digital

Bagian Informasi dan Data Digital

Subbagian Perawatan Jaringan

Subbagian Pengolahan Data Digital

Subbagian Perawatan Jaringan

Keluar

Bagian Layanan Digital

Subbagian Pengelolaan Konten Digital

Subbagian Perawatan Jaringan

Page 36: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 36

Bagian Informasi dan Data Digital memiliki tugas untuk mengelola data dan

informasi berkaitan dengan seluruh aktivitas Perpustakaan Nasional secara

kelembagaan. Dimana hal ini berbeda dengan Bagian Layanan Digital yang memiliki

tugas untuk mengelola konten situs Perpustakaan Nasional agar dapat diakses oleh

pemustaka dengan memuaskan. Disisi lain pada masing-masing bagian terdapat

Subbagian Perawatan Jaringan dimaksudkan agar Subbagian tersebut dapat menjaga

dan memperbaharui (update) jaringan komputer yang digunakan secara optimal.

Bagaimanapun, sebagaimana telah disebutkan dalam analisis CATWOE

sebelumnya, bahwa batasan lingkungan dalam studi ini salah satunya adalah

keterbatasan anggaran negara serta adanya moratorium penerimaan Pegawai Negeri

Sipil (PNS). Sehingga alternatif ini dimungkinkan untuk dilaksanakan apabilan batasan

lingkungan (evironment constraints) tersebut berubah.

3.2 Alternatif 2 : Penggabungan Struktur Organisasi

Alternatif desain struktur organisasi yang menjadi prioritas kedua adalah dilakukannya

penggabungan unit-unit kerja yang ada dalam struktur organisasi saat ini. Adapun

tujuan dari penggabungan unit kerja tersebut adalah dikarenakan adanya unit kerja

berbeda dalam organisasi yang melakukan proses kerja yang sama. Sehingga hal ini

mengakibatkan inefisiensi organisasi.

Dalam hal ini unit kerja dbawah Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan

Jasa Informasi yang melakukan aktivitas sama adalah Direktorat Pusat Jasa

Perpustakaan dan Informasi dengan Direktorat Deposit Bahan Pustaka.

Gambar 24 Struktur Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi

Sebelum Penggabungan Struktur

Sehingga setelah dilakukan penggabungan (merger), struktur Deputi Bidang

Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi akan menjadi sebagai berikut:

Deputi Bidang Pengembangan Bahan

Pustaka & Jasa Informasi

Pusat Preservasi

Bahan Pustaka

Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi

Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan

Bahan Pustaka

Direktorat Deposit

Bahan Pustaka

UPT Perpustakaan Bung Karno

UPT Perpustakaan

Bung Hatta

Page 37: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 37

Gambar 25 Struktur Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Layanan Perpustakaan

Alternatif prioritas ini dimungkinkan untuk dilaksanakan karena adanya batasan

lingkungan (environment constraints) yang ada. Melalui penggabungan unit kerja ini,

maka organisasi dapat melakukan efisiensi tanpa mempengaruhi kinerja organisasi

secara signifikan.

Namun kelemahan dari struktur yang ada saat ini maupun struktur penggabungan

unit kerja diatas adalah masih belum mampu mengoptimalkan fungsi pembinaan

sebagaimana alternatif prioritas pertama sebelumnya.

1. Kesimpulan

a. Prioritas pertama dari struktur organisasi Perpustakaan Nasional adalah

penambahan struktur, diikuti dengan prioritas kedua adalah penggabungan

struktur, prioritas ketiga adalah struktur organisasi tetap, dan prioritas terakhir

adalah pengurangan struktur.

b. Dalam prioritas penambahan (perluasan) struktur, maka perubahan yang

disarankan adalah meningkatkan level Pusat Pengembangan Perpustakaan dan

Pengkajian Minat Baca menjadi level deputi yaitu Deputi Pembinaan dan

Pengembangan Perpustakaan.

c. Prioritas kedua adalah penggabungan dari struktur yang ada saat ini. Hal ini

dilakukan dengan melakukan penggabungan dari beberapa pusat yang ada

dibawah Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi,

yaitu: Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, Pusat Pengembangan Koleksi dan

Direktorat Preservasi

Bahan Pustaka

Pusat Pengembangan Koleksi dan Layanan

Perpustakaan

UPT Perpustakaan Bung Karno

UPT Perpustakaan

Bung Hatta

Deputi Pengembangan Bahan Pustaka & Layanan

Perpustakaan

Sub Direktorat Layanan Koleksi Perpustakaan

Sub Direktorat Akuisisi Bahan

Pustaka

Sub Direktorat Bibliografi

Sub Direktorat Deposit Bahan

Pustaka

Page 38: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 38

Pengolahan Bahan Pustaka, serta Direktorat Deposit Bahan Pustaka menjadi

Direktorat Pengembangan Koleksi dan Layanan Perpustakaan. Rasional dari

usulan ini adalah terdapatnya duplikasi aktivitas yang mengakibatkan inefisiensi

organisasi dalam pencapaian tujuan.

d. Usulan perubahan struktur organisasi didasarkan pada mandat fungsi

organisasi. Sehingga apabila dilakukan perubahan dari struktur fungsional,

maka perlu didukung dengan perubahan struktur pendukung, dalam hal ini yaitu

penguatan dan peningkatan efektivitas maupun efisiensi dari struktur penunjang

(biro) yang ada.

e. Usulan perubahan struktur organisasi dibuat dengan mempertimbangkan

berbagai keterbatasan lingkungan (environment constraints) yang melingkupi

masing-masing organisasi. Sehingga ketika lingkungan organisasi berubah hal

tersebut dapat berdampak pada efektivitas dan efisiensi dari alternatif struktur

yang diusulkan.

2. Saran

a. Agar Perpustakaan Nasional dapat menjalankan mandat organisasi secara

optimal maka keberadaan Dewan Perpustakaan Nasional merupakan hal yang

penting untuk dapat segera direalisasi.

b. Untuk merealisasikan program dan aktivitas secara optimal, dukungan anggaran

merupakan aspek yang penting guna terselenggaranya program kegiatan.

c. Guna menjalankan fungsi deposit secara optimal, perlu dukungan dari pihak

penerbit untuk bersedia secara sukarela menyerahkan hasil terbitan mereka

kepada Perpustakaan Nasional untuk disimpan dalam koleksi deposit.

d. Dalam rangka mencapai tujuan organisasi, Perpustakaan nasional sangat

disarankan untuk menjalin hubungan dan komunikasi dengan berbagai

pemangku kepentingan (stakholder) lainnya agar dapat bersinergi mewujudkan

tujuan pembangunan nasional. Termasuk pentingnya pihak Perpustakaan

nasional untuk merangkul berbagai asosiasi maupun organisasi yang bergerak di

bidang perpustakaan.

e. Keberadaan Perpustakaan Nasional masih banyak tidak diketahui atau

menyentuh masyarakat secara luas. Sehingga diperlukan upaya proaktif dari

Perpustakaan Nasional agar dapat lebih dikenal dan dirasakan manfaat dari

keberadaan Perpustakaan Nasional.

Page 39: Executive Summary - rb.perpusnas.go.idrb.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2018/12/1.-Laporan-Konsultan...tugas pemerintahan tertentu dari Presiden yang tanggung jawab pelaksanaan

Evaluasi/Audit Organisasi Kementerian/Lembaga Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)

Executive Summary 39

f. Tidak adanya pengawalan terhadap kebijakan pemerintah yaitu alokasi 5% dana

Bantuan Operasional Sekolah diperuntukkan bagi perpustakaan sekolah

menjadikan sulitnya peningkatan kualitas perpustakaan sekolah secara nasional.

g. Pihak Perpustakaan Nasional perlu untuk merangkul pustakawan yang non-PNS,

sehingga keberadaan dan peran mereka dapat memperkuat dan mendorong

pencapaian tujuan organisasi.