executive summary pemetaan zonasi potensi dan …web.irigasi.net/sites/default/files/executive...
TRANSCRIPT
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 1
EXECUTIVE SUMMARY
PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI
Desember 2015
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 2
KATA PENGANTAR
Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
34/PRT/M/2015 pada Tahun Anggaran 2015, Balai Irigasi melalui Satuan Kerja
Balai Litbang Teknologi Irigasi melaksanakan kegiatan Pemetaan Zonasi Potensi
dan Alih Fungsi Lahan Irigasi.
Tujuan kegiatan ini adalah tersusunya peta zonasi potensi lahan irigasi dan peta
alih fungsi lahan irigasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pemangku kebijakan dalam mengembangkan lahan pertanian beririgasi. Kegiatan
ini penting dilaksanakan untuk mendukung ketahanan pangan nasional yang
terkendala maraknya alih fungsi lahan irigasi. Data alih fungsi perlu diidentifikasi
agar kemudian dapat disusun strategi pengembangan lahan irigasi di lokasi-lokasi
yang berpotensi.
Kegiatan ini masuk ke dalam kelompok output Teknologi Terapan untuk
mendukung Teknologi Jaringan Irigasi. Pada tahun 2015 dihasilkan output berupa
Model Sistem Pemetaan Zonasi Potensi Pengembangan dan Alih Fungsi Lahan
Irigasi di Pulau Kalimantan, Maluku dan Papua.
Buku Executive Summary ini ditulis oleh Hanhan A Sofiyuddin, S.TP, M.Agr dan
seluruh tim pelaksana kegiatan di bawah koordinasi Marasi Deon J., ST, M.PSDA
sebagai Kepala Seksi Litbang dengan bimbingan Dr. Ir. Eko Winar Irianto, MT
selaku penanggung jawab kegiatan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
pelaksaan kegiatan sampai tersusunnya Executive Summary ini.
Bandung, Desember 2015
Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air
Dr. Ir. William M. Putuhena, M.Eng NIP. 19570722 198503 1 002
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. 4
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... 4
1. Latar Belakang .................................................................................................... 5
2. Tujuan ................................................................................................................. 6
3. Sasaran ............................................................................................................... 7
3.1. Sasaran Keluaran (Output) ........................................................................ 7
3.2. Sasaran Mutu ............................................................................................ 7
4. Lingkup Kegiatan ................................................................................................ 8
5. Metode ................................................................................................................ 8
5.1. Pembuatan Konsep Peta ........................................................................... 8
5.1.1. Pemetaan Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi ................ 8
5.1.2. Pemetaan Zonasi Alih Fungsi Lahan Irigasi .................................. 11
5.2. Groundcheck ........................................................................................... 11
5.3. Finalisasi Peta ......................................................................................... 11
6. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 12
6.1. Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi ......................................... 12
6.2. Alih Fungsi Lahan .................................................................................... 15
7. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 17
7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 17
5.2 Saran ......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pohon keputusan dalam analisis data ....................................................... 10
Gambar 2. Peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi Wilayah Kalimantan ........ 13
Gambar 2. Peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi Wilayah Maluku ............... 14
Gambar 4. Peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi Wilayah Papua ................ 14
Gambar 5. Alih fungsi lahan sawah di Kalimantan ...................................................... 16
Gambar 6. Alih fungsi lahan sawah di Maluku ............................................................. 16
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar parameter yang digunakan .................................................................... 8
Tabel 2. Nilai skoring tiap parameter ............................................................................. 10
Tabel 3. Nilai skoring akhir .............................................................................................. 10
Tabel 4. Luasan potensi pengembangan irigasi .......................................................... 12
Tabel 5. Hasil analisa perubahan tutupan lahan ......................................................... 15
Halaman
Halaman
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 5
1. Latar Belakang
Luas Daerah Irigasi di Indonesia berdasarkan Kepmen PU No.
293/KPTS/M/2014 7.145.168 Ha. Adanya alih fungsi lahan beririgasi menjadi
lahan permukiman dan industri menjadi kendala bagi pengembangan dan
pengelolaan jaringan irigasi, dalam jangka panjang akan berdampak terhadap
menurunnya ketahanan pangan nasional, untuk mengatasi hal tersebut,
Kementerian Pekerjaan Umum menetapkan kebijakan pengembangan lahan
beririgasi. Pengembangan irigasi diharapkan dapat meningkatkan kerterjaminan
air irigasi sehingga indeks pertanaman dan produktivitas lahan dapat meningkat.
Kegiatan ini sesuai dengan kegiatan Puslitbang SDA terkait dengan
peningkatan kualitas data dalam pengelolaan Sumber Daya Air. Kegiatan ini telah
dilaksanakan sejak tahun 2012 dengan output berupa model sistem berupa peta
zonasi dan alih fungsi lahan irigasi di Pulau Jawa, dan dilanjutkan dengan
pemetaan zonasi potensi dan alih fungsi lahan irigasi di Pulau Sumatera pada
tahun 2013 dan tahun 2014 pemetaan zonasi potensi dan alih fungsi lahan irigasi
untuk Wilayah Sulawesi, NTB dan Bali. Sedangkan tahun 2015 ini direncanakan
akan menghasilkan model sistem berupa peta zonasi potensi dan alih fungsi lahan
irigasi Pulau Kalimantan, Maluku dan Papua.
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya menunjukkan
bahwa alih fungsi lahan irigasi (sawah) ke sektor nonpertanian (industri,
perumahan dan tegalan) di Pulau Jawa periode tahun 2006-2011, terjadi cukup
luas sebesar 741.948,88 hektar, atau 20,785 %, sedangkan rerata laju alih fungsi
lahan irigasi di P.Jawa setiap tahunnya 4,157 %. Adanya alih fungsi lahan di
P.Jawa yang cukup besar akan menjadi masalah dalam pemenuhan kebutuhan
pangan nasional, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang cukup besar dari
pemerintah dan menjadi pertimbangan dalam kebijakan pengembangan lahan
irigasi (Balai Irigasi, 2012).
Pengembangan lahan beririgasi tersebut dalam pengaplikasiannya perlu
mempertimbangkan kesiapan daerah agar teknologi irigasi yang diterapkan dapat
bermanfaat secara berkelanjutan. Teknologi irigasi yang sangat efisien dengan
nilai investasi yang cukup tinggi dapat diterapkan pada daerah yang telah
berkembang. Pembiayaan dapat dibebankan kepada pemerintah daerah sehingga
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 6
irigasi dapat dikelola secara mandiri. Namun pada daerah yang belum
berkembang dan ketersediaan air cukup banyak, teknologi irigasi yang dipilih
adalah teknologi irigasi sederhana dengan nilai investasi serta kebutuhan operasi
dan pemeliharaan yang rendah. Pembiayaan dibantu oleh pemerintah pusat agar
pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan dapat optimal.
Dalam rangka mengidentifikasi hal tersebut, perlu dilakukan pemetaan alih
fungsi lahan sawah beririgasi dan pengkajian untuk menentukan tingkat kesiapan
suatu daerah dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi, terutama dari aspek
agroekologi, ketersediaan air, sosial, budaya dan ekonomi. Hasil dari studi ini
dapat dijadikan acuan awal untuk menentukan skala prioritas upaya
pengembangan irigasi. Pengkajian dilakukan mencakup alih fungsi lahan dan
kriteria-kriteria pengembangan irigasi agar kemudian dapat disusun peta zonasi
irigasi yang dapat digunakan dalam penentuan kebijakan pengembangan dan
pengelolaan lahan beririgasi. Untuk itu Pusat Litbang SDA perlu menyusun peta
zonasi potensi dan alih fungsi lahan irigasi sebagai landasan pemerintah dalam
pengembangan lahan irigasi di Indonesia.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan terintegrasi Pusat Litbang
Sumber Daya Air dalam mendukung terwujudnya teknologi terapan Teknologi
Jaringan Irigasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang direncanakan akan
dilaksanakan selama 6 (enam) tahun mulai tahun 2012 s.d. 2017, dengan output
tahun 2015 akan dihasilkan 1 (satu) model sistem Pemetaan Alih Fungsi dan
Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi di Kalimantan, Maluku dan Papua.
Pada tahun 2016 akan dilakukan kegiatan untuk menyusun Naskah Kebijakan
Zonasi Pengembangan Lahan Irigasi dan pada tahun 2017 akan disusun Naskah
Kebijakan Pengendalian Alih Fungsi di Lahan Irigasi.
2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah tersusunnya peta zonasi potensi lahan irigasi
dan peta alih fungsi lahan irigasi di Indonesia yang dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan bagi pemangku kebijakan dalam mengembangkan lahan
pertanian beririgasi.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 7
3. Sasaran
3.1. Sasaran Keluaran (Output)
Sasaran keluaran (output) dari Pemetaan Zonasi Potensi dan Alih Fungsi
Lahan Irigasi pada tahun 2015 adalah: Model Sistem Pemetaan Zonasi
Potensi Pengembangan dan Alih Fungsi Lahan Irigasi di Pulau Kalimantan,
Maluku dan Papua, dengan komponen output:
- Peta Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi.
- Peta Alih Fungsi Lahan Irigasi.
Pada tahun 2016 akan dilakukan kegiatan untuk menyusun Naskah
Kebijakan Zonasi Pengembangan Lahan Irigasi dan pada tahun 2017 akan
disusun Naskah Kebijakan Pengendalian Alih Fungsi di Lahan Irigasi.
3.2. Sasaran Mutu
Sasaran mutu kegiatan ini adalah tercapainya 1 Model Sistem Zonasi
Potensi Pengembangan dan Pemetaan Alih Fungsi Lahan Irigasi, dengan
karakteristik sebagai berikut:
- Tersusunnya komponen output berupa 1 unit Peta Zonasi Potensi
Pengembangan Lahan Irigasi dengan skala 1:250.000 yang dapat
digunakan dalam acuan pengembangan daerah irigasi di Pulau
Kalimantan, Maluku dan Papua (dan selesai bulan Desember 2015).
- Tersusunnya komponen output berupa 1 unit Peta Alih Fungsi Lahan
Irigasi dengan skala 1:250.000 yang dapat digunakan dalam analisis
kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013 di
Kalimantan, Maluku dan Papua (dan selesai bulan Desember 2015).
Sasaran mutu ini akan dievaluasi ketercapaiannya pada setiap pelaksanaan
kegiatan.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 8
4. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan Pemetaan Zonasi Potensi dan Alih Fungsi Lahan Irigasi
yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2015 yaitu terdiri dari:
1. Penyusunan Peta Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi di
Kalimantan, Maluku dan Papua.
2. Penyusunan Peta Alih Fungsi Lahan untuk Kalimantan, Maluku dan Papua.
5. Metode
5.1. Pembuatan Konsep Peta
5.1.1. Pemetaan Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi
Peta tematik yang digunakan dalam pemetaan zonasi potensi
pengembangan irigasi adalah peta yang sesuai dengan 8 kriteria
pengembangan irigasi.Dengan mempertimbangkan ketersediaan data, ke-8
data tersebut diterjemahkan dalam bentuk data spasial dengan sumber
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar parameter yang digunakan
No. Parameter Sumber Data spasial
1. Tanah BBSDLP-Kementerian Pertanian
2. Ketersediaan Air PUSLITBANG, SDA-PU
3. Bebas banjir / genangan BMKG-BIG-PU
4. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
DITJEN Tata Ruang -PU
5. Hambatan status lahan Lapangan dan BPS
6. Petani penggarap Lapangan dan BPS
7. Potensi desa (IPM) BPS
8. Infrastruktur / Sarana pemasaran produksi
PUSDATA-PU
Delapan parameter ini mempunyai tingkat pengaruh yang berbeda
terhadap penentuan potensi pengembangan daerah irigasi. Dalam penentuan
tingkat pengaruhnya, digunakan pohon keputusan (decision tree).
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 9
Penggunaan metode ini untuk mengakomodasi tingkat pengaruh yang
berbeda dari kedelapan parameter, dengan membentuk suatu hierarki untuk
menunjukkan tingkat pengaruhnya terhadap hasil. Secara umum, proses akan
lebih banyak menggunakan proses operasi overlay (tumpang tindih) dengan
kombinasi penggunaan skoring. Skoring disini disesuaikan dengan hierarki
yang disusun, yang diekspresikan dalam pemberian nilai skoring terhadap
tiap-tiap parameter.dari hasil analisis didapatkan nilai skoring pada Tabel 2.
Pengkelasan didasarkan pada kriteria yang ditentukan yang kemudian
disampaikan dalam bentuk rentang nilai berdasarkan nilai potensi pada tahap
sebelumnya. Sesuai dengan hierarki yang dibuat, maka nantinya akan
dihasilkan nilai maksimum dan minimum dari setiap kelas potensi. Pada kelas
paling bawah adalah wilayah yang sesuai pada dua parameter utama (1,2)
namun tidak sesuai pada 6 parameter lainnya. Kelas ini dianggap sebagai
kelas yang paling rendah. Kemudian kelas diatasnya adalah kelas yang
sesuai dengan parameter utama ditambah dengan minimal 2 parameter dari
parameter tingkat kedua (3,4,6). Acuan seperti dilakukan hingga nantinya
didapatkan kelas yang paling sesuai adalah kelas yang dari 8 parameter
menyatakan sesuai untuk daerah irigasi. Untuk nilai dibawah 2000 sendiri
akan dimasukkan dalam kelas non potensi, penjelasan mengenai kelas zonasi
potensi pengembangan lahan irigasi disajikan dalam Tabel 3.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 10
8 Kriteria Pengembangan Irigasi
3,4,5
berpotensiTidak berpotensi
1,2
Berpotensi sedangBerpotensi cukupberpotensi rendah
Berpotensi sangat tinggiBerpotensi tinggi
6,7,8
yatidak
3,4,5 = iya3 & 4 atau 4 & 5 atau 3 & 5
3 atau 4 atau 5Atau 3,4,5 = tidak
6,7,8 = iya6 & 7 atau 7 & 8 atau 6 & 8
8 KriteriaPengembangan Irigasi
Berpotensi sedang
6 atau 7 atau 8
Gambar 1. Pohon keputusan dalam analisis data
Tabel 2. Nilai skoring tiap parameter
No. Parameter Skoring (faktor pengali)
1. Tanah 1000
2. Ketersediaan Air 1000
3. Bebas banjir / genangan 100
4. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 100
5. Petani penggarap 100
6. Hambatan status lahan 10
7. Indeks Potensi Desa (IPM) 10
8. Infrastruktur / Sarana pemasaran produksi 10
Sumber : Balai Irigasi (2014)
Tabel 3. Nilai skoring akhir
No. Kelas Nilai Potensi
1. Potensi sangat tinggi 2330
2. Potensi tinggi 2320 s.d < 2330
3. Potensi sedang 2300 s.d < 2320
4. Potensi cukup rendah 2200 s.d < 2300
5. Potensi rendah 2000 s.d < 2200
Sumber : Balai Irigasi (2014)
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 11
5.1.2. Pemetaan Zonasi Alih Fungsi Lahan Irigasi
Untuk menyusun Peta Alih Fungsi lahan di Kalimantan, Maluku dan
Papua, penentuan luasan alih fungsi lahan (periode tiga tahunan) dilakukan
menggunakan peta tutupan lahan berunut waktu. Laju alih fungsi lahan
dihitung berdasarkan seri peta yang tersedia antara tahun 2003– 2006, 2006
– 2009, 2009 – 2011 dan 2011 – 2013.
5.2. Groundcheck
Titik lokasi groundcheck yang telah ditentukan sebelumnya kemudian di cek
langsung ke lapangan. Kriteria penentuan titik groundcheck adalah pada daerah
yang masuk dalam daerah potensi irigasi (warna hijau) yaitu dengan menentukan
koordinat x dan y untuk selanjutnya dikunjungi di lapangan untuk dilihat
bagaimana kondisi eksistingnya. Proses cek di lapangan dilakukan
sesuai dengan form groundcheck yang telah dibuat meliputi:
a. Lokasi (koordinat x, y), desa, kecamatan, provinsi.
b. Sumber air.
c. Keterangan alih fungsi.
d. Kondisi eksisting tutupan lahan.
e. Keterangan pernah mengalami banjir atau tidak.
f. Foto Lokasi.
g. Ada tidaknya akses pasar.
h. Kondisi Infrastruktur.
5.3. Finalisasi Peta
Evaluasi dilakukan untuk penilaian terhadap kesesuaian hasil cek di
lapangan dengan peta potensi irigasi yang telah dibuat, yaitu dengan
membandingkan hasil groundcheck dengan posisi titik pada peta, apakah titik
yang ada di lapangan telah masuk kedalam polygon potensi irigasi pada peta
potensi irigasi. Setelah proses evaluasi selesai, proses pembuatan peta dengan
menampilkan informasi potensi pengembangan irigasi dan dikoreksi dengan peta
tata guna lahan terkini.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 12
6. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
6.1. Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi
Hasil analisis setiap parameter tersebut terdapat Tabel 4 dan Gambar 2,
Gambar 3, dan Gambar 4. Di Kalimantan, wilayah yang berpotensi umumnya
mengumpul di dekat sungai dan wilayah landai yang mendekati pantai. Tipe tanah
yang umum adalah gambut dan air diduga dapat disuplai dari sungai melalui
mekanisme pasang surut. Karena daerah yang landai, banyak daerah yang rawan
banjir. Pengaturan drainase diperlukan untuk mengatasi hal ini. Di Maluku, lahan
berpotensi cukup terbatas karena kondisi tanah yang tidak cocok karena tingkat
drainase yang cukup tinggi. Lokasi yang cukup landai tersebar mendekati wilayah
pantai. Di Papua, sebagian besar lahan tidak diperuntukkan untuk pertanian.
Namun demikian, lokasi yang berpotensi cukup besar yang diantaranya berada di
wilayah Merauke.
Tabel 4. Luasan potensi pengembangan irigasi
Wilayah yang memilki lahan potensi paling tinggi yaitu Pulau Kalimantan
yang mayoritas berada di Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur
karena mayoritas memiliki jenis tanah dan ketersediaan air yang mendukung
untuk pengembangan daerah irigasi. Deskripsi dari masing-masing area potensi
akan dijelaskan secara lebih rinci pada sub bab berikutnya, karena masing-masing
daerah memiliki kondisi lahan yang beragam. Terdapat area yang sebenarnya
subur (kondisi tanah mendukung untuk lahan pengembangan daerah irigasi)
namun tidak terdapat sumber air yang dapat menjangkau area tersebut, terdapat
pula area yang petani penggarapnya tidak tersedia, dan lain sebagainya.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 13
Gambar 2. Peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi Wilayah Kalimantan
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 14
Gambar 3. Peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi Wilayah Maluku
Gambar 4. Peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi Wilayah Papua
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 15
6.2. Alih Fungsi Lahan
Hasil finalisasi Peta Alih Fungsi berdasarkan analisa perubahan tutupan
lahan di antara tahun 2000 hingga 2013 terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil analisa perubahan tutupan lahan
Provinsi Luasan (Ha)
Penambahan Pengurangan Sawah 2013
Kalimantan Barat 9.045 9.467 199.383
Kalimantan Selatan 59.461 1.657 283.963
Kalimantan Tengah 17.720 30 296.783
Kalimantan Timur 639 279 5.595
Kalimantan Utara 509 111 2.382
Maluku 2.144 1.735 8.956
Maluku Utara 4.641 328 8.105
Papua 1.926 - 13.272
Papua Barat - - 1.907
Pada ketiga daerah tersebut umumnya alih fungsi tidak terjadi secara
signifikan. Sebaliknya dengan adanya program-program pemerintah baik dari
Kementerian PUPR ataupun Pertanian, luasan lahan sawah tetap mengalami
kenaikan karena adanya pembangunan daerah irigasi dan pencetakan sawah
baru. Di wilayah Kalimantan laju alih fungsi teridentifikasi sebanyak 0,11%
pertahun atau 888 Ha/tahun, Di wilayah Maluku, laju alih fungsi adalah 0,93% atau
159 Ha/tahun. Di Wilayah Papua, alih fungsi tidak teridentifikasi. Alih fungsi lahan
sawah di wilayah Kalimantan tersaji pada Gambar 55. Lahan sawah umumnya
beralih fungsi menjadi menjadi lahan pertanian kering primer atau perkebunan.
Perubahan lahan menjadi perkebunan paling banyak terdapat di Provinsi
Kalimantan Barat, Kabupaten Kubu Raya. Di Maluku, alih fungsi lahan sawah
tersaji pada Gambar 66. Lahan sawah umumnya beralih fungsi menjadi tanah
terbuka. Hal ini selaras dengan hasil groundcheck.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 16
Gambar 5. Alih fungsi lahan sawah di Kalimantan
Gambar 6. Alih fungsi lahan sawah di Maluku
0 1000 2000 3000 4000 5000
Belukar Rawa
Hutan Mangrove Sekunder
Hutan Rawa Sekunder
Perkebunan
Pertambangan
Pertanian Lahan Kering Primer
Pertanian Lahan Kering Sekunder
Savana
Semak / Belukar
Tambak
Tanah Terbuka
Luas (Ha)
- 500 1.000 1.500 2.000
Semak/Belukar
Tanah terbuka
Transmigrasi
Luas (Ha)
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 17
7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Lahan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi lahan irigasi
berdasarkan hasil pemetaan zonasi potensi pengembangan lahan irigasi
untuk Kalimantan sebesar 4.431.763 Ha, Maluku sebesar 174.161 Ha, dan
Papua sebesar 1.892.873 Ha yang tersebar diseluruh kabupaten masing-
masing provinsi hasil kajian.
2. Berdasarkan analisis, alih fungsi lahan sawah yang terjadi di Kalimantan,
Maluku dan Papua lebih kecil dibandingkan laju pencetakan sawah baru. Di
Kalimantan tercatat alih fungsi sebesar 888 Ha/tahun dan Maluku 159
Ha/tahun.
3. Alih fungsi lahan sawah di Kalimantan umumnya menjadi perkebunan dan
lahan pertanian primer. Di Maluku, alih fungsi umumnya menjadi lahan
terbuka (tidak ditanami).
4. Dengan memperhatikan laju alih fungsi yang kecil dan luasan potensi yang
besar, dapat disimpulkan bahwa wilayah Kalimantan, Maluku, dan Papua
sangat berpotensi untuk menjadi wilayah pengembangan lahan irigasi
5.2 Saran
1. Pengembangan irigasi di ketiga wilayah tersebut perlu didukung dengan
adanya kebijakan peningkatan akses jalan dan penyediaan petani
(transmigrasi atau penyuluhan masyarakat lokal).
2. Dianjurkan untuk penelitian serupa agar menggunakan peta dari BIG sebagai
acuan. BIG telah mencanangkan program One-Map dengan merangkum
peta dari berbagai instansi. Selain itu, peta dapat diperoleh secara gratis
untuk institusi pemerintahan dan perguruan tinggi.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 18
DAFTAR PUSTAKA
Balai Irigasi. 2012. Laporan Penelitian Zonasi dan Alih Fungsi Lahan Irigasi.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan
Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum.
De By, R.A. 2001.A gentle introduction to GIS. Dalam R.A. de By (ed.), Principles
of Geographic InformationSystems - An Introductory Textbook. Enschede,
The Netherlands: The International Institute for Aerospace Survey and Earth
Sciences.
Direktorat Irigasi. 2010. Buku Pintar Irigasi. Direktorat Irigasi dan Rawa. Jakarta:
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Kementerian Pekerjaan Umum.
Jakarta.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2014. Kriteria Perencanaan Irigasi – Bagian
Perencanaan (KP – 01). Jakarta: Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta.
Iqbal, M., Sumaryanto. 2007. Strategi pengendalian alih fungsi lahan
pertanianbertumpu pada partisipasi masyarakat. Analisis Kebijakan
Pertanian, Volume 5 No. 2: 167-182 .
Irawan, B. 2004.Konversi lahan sawah di Jawa dan dampaknya terhadap produksi
padi. Dalam F. Kasryno, E. Pasandaran, A.M. Fagi (Ed.), Ekonomi Padi dan
Beras Indonesia. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian.
Muqorrobin, M., Widya W. Utami dan Dewi.ArifintyA.Agustina. 2013. Fenomena
alih fungsi lahan irigasi terhadap produksi padi di Pulau Jawa. Dalam
Prosiding Kolokium Puslitbang Sumber Daya Air 2013. Bandung: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum.
Ritung, S., N. Suharta. 2007. Sebaran dan potensi pengembangan sawah bukaan
baru. Dalam F. Agus, D. Santoso, Wahyunto (Ed.), Tanah Sawah Bukaan
Baru. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembagan Sumber Daya Lahan
Pertanian.
Supadi. 2009. Model Pengelolaan Irigasi Memperhatikan Kearifan Lokal. Disertasi
Doktor Teknik Sipil. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Semarang.