evlan

11
Bab I Pendahuluan Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dalam mengelompokkan tanah diperlukan sifat dan ciri tanah yang dapat diamati di lapangan dan di laboratorium. Sumberdaya lahan mencakup dua pengertian yaitu: Sumberdaya dapat diartikan sesuatu benda/bahan yang dapat dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumberdaya dapat berkonotasi waktu, tempat dan ekonomi. Sedangkan lahan (dari bahasa Sunda) = land, adalah bagian bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian tanah, lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi dan vegetasi yang menutupinya, yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Sifat dan ciri tanah yang dapat dipelajari dan diamati di lapangan dinamakan Morfologi Tanah. Pengamatan Morfologi Tanah dilakukan pada profil tanah. Beberapa sifat morfologi antara lain : warna, struktur, tekstur, tebal horison, batas horison, pH tanah, konsistensi dan lain-lain. Hasil klasifikasi tanah berupa jenis-jenis tanah atau klas- klas tanah yang mencantumkan nama-nama tanah pada berbagai kategori. Selanjutnya hasil tersebut dipetakan agar diketahui penyebaran dari masing-masing jenis tanah tersebut, sehingga

Upload: arjunajsipayung

Post on 18-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bab IPendahuluan Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dalam mengelompokkan tanah diperlukan sifat dan ciri tanah yang dapat diamati di lapangan dan di laboratorium. Sumberdaya lahan mencakup dua pengertian yaitu: Sumberdaya dapat diartikan sesuatu benda/bahan yang dapat dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumberdaya dapat berkonotasi waktu, tempat dan ekonomi. Sedangkan lahan (dari bahasa Sunda) = land, adalah bagian bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian tanah, lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi dan vegetasi yang menutupinya, yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.Sifat dan ciri tanah yang dapat dipelajari dan diamati di lapangan dinamakan Morfologi Tanah. Pengamatan Morfologi Tanah dilakukan pada profil tanah. Beberapa sifat morfologi antara lain : warna, struktur, tekstur, tebal horison, batas horison, pH tanah, konsistensi dan lain-lain.Hasil klasifikasi tanah berupa jenis-jenis tanah atau klas-klas tanah yang mencantumkan nama-nama tanah pada berbagai kategori. Selanjutnya hasil tersebut dipetakan agar diketahui penyebaran dari masing-masing jenis tanah tersebut, sehingga diperlukan teknik survei tanah yang menghasilkan peta tanah yang baik.Tanah yang diklasifikasikan menurut Soil Survey Staff (1990) didefinisikan sebagai kumpulan benda-benda alam yang terdapat di permukaan bumi, setempat-setempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang berasal dari tanah, mengandung jasad hidup dan mendukung atau mampu mendukung tanaman atau tumbuhtumbuhan yang hidup di alam terbuka.Definisi tanah di atas menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak saja tanah yang terbentuk secara alami, tetapi juga tanah-tanah yang terbentuk karena modifikasi manusia. Biasanya tanah tersebut mengandung horison-horison (lapisan-lapisan).Batas atas tanah adalah udara atau air dangkal. Pada bagian-bagian pinggir, tanah secara berangsur-angsur beralih ke air yang dalam atau ke area tandus batuan atau hamparan es. Sedangkan batas bawahnya sampai kebahan bukan-tanah yang barang kali paling sulit didefinisikan. Tanah mencakup horison-horison dekat permukaan tanah yang berbeda dari batuan di bawahnya, sebagai hasil interaksi iklim, jasad hidup, bahan induk, dan relief atau topografi, melalui waktu pembentukannya.Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat peta kerja2. Untuk mengetahui bagaimana cara evaluasi dan kesesuaian lahan terhadap komoditas yang telah di tanam di lahan.

Bab IITinjauan Pustaka1. Perencanaan penggunaan lahan Secara sederhana perencanaan dapat dirumuskan sebagai penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan. Tetapi biasanya secara lebih detail perencanaan dirumuskan sebagai penetapan atau penyusunan langkah-langkah sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut: apa yang harus dicapai, bilamana hal tersebut harus dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang bertanggung jawab atas pencapaian tujuan, dan mengapa sesuatu hal harus dicapai (Yogarananda, 2012).Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2008 dalam Rahman, 2013).Perencanaan penggunaan lahan merupakan suatu metode yang digunakan yaitu merupakan penilaian yang sistematik terhadap lahan untuk mendapatkan alternatif penggunaan lahan dan memperoleh opsi yang terbaik dalam memanfaatkan lahan agar terpenuhi kebutuhan manusia dengan tetap menjaga agar lahan tetap dapat digunakan pada masa yang akan datang (FA0, 1985).2. Evaluasi lahan Dent and Young (1987) menyatakan bahwa evaluasi lahan suatu proses untuk memprakirakan potensi lahan untuk penggunan tertentu termasuk didalamnya penggunaan lahan untuk tanaman pangan, perkebunan, daerah turis, pemukiman dan daerah konservasi. Dengan demikian dalam mengevaluasi lahan diperlukan banyak ahli dalam bidangnya masing-masing, sebagai contoh dalam evaluasi lahan untuk pertanian memerlukan ahli dalam bidang tanah, agronomi, hidrologi, biologi dan ekologi yang dibentuk menjadi satu tim yang akan mengambil keputusan dalam menentukan kesesuaian lahan (Nasution, 2003). Hasil dari evaluasi lahan merupakan dasar bagi pengambil keputusan untuk menetapkan penggunaan lahan dan pengelolaan yang diperlukan.Kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu biasanya dievaluasi dengan menggunakan karakteristik lahan atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan kelengkapan lahan itu sendiri, yang dapat dihitung atau diperkirakan seperti curah hujan, tekstur tanah dan ketersediaan air, sedangkan kualitas lahan lebih merupakan sifat tanah yang lebih kompleks, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan terhadap erosi dan bahaya banjir (FAO, 1977).Cara-cara dalam evaluasi lahan dibagi menjadi 2 yaitu cara langsung dan tidak langsung (Sitorus, 1985). Cara langsung dilakukan dengan melihat kenampakan dilapangan namun hal ini akan terkendala dengan data. Data yang tidak lengkap menyebabkan evaluasi secara langsung sukar dilakukan sehingga cara langsung ini sudah banyak ditinggalkan dan menggunakan cara tidak langsung. Cara tidak langsung dinilai memiliki keunggulan baik dari segi biaya dan waktu karena pada cara ini digunakan suatu pembatas yaitu satuan pemetaan tanah dengan asumsi bahwa pada satu karakteristik akan menghasilkan produk yang sama ketika lahan digunakan untuk kepentingan tertentu. Tahapan dalam evaluasi lahan secara tidak langsung dapat dilihat pada gambar 2 .Penilaian lahan dapat dilakukan menggunakan 3 kriteria yaitu kemampuan lahan, kesesuaian dan nilai lahan (Sitorus, 1985).Fungsi evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil. Dengan demikian manfaat yang mendasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan (Sitorus, 2004).

Metode Praktikum 1. Lokasi dan waktu praktikum Lokasi praktikum berada di lahan atau kebun percobaan ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Waktu praktikum dilaksanakan pada 4 desember 2014 dan pertengahan bulan November. 2. Alat dan bahan GPS Bor tanah Soil munsel Air Pisau Kertas deskripsi Pena Klinometer Lahan Prosedur praktikum 1. Melakukan pemetaan lahan Ambil GPS dan atur GPS untuk mode jejak sehingga jejak perjalanan terekam pada GPS Catat koordinat sumbu X dan Y yang ditunjukkan oleh GPS. Koordinat ini akan dicatat ketika ada perbedaan pengunaan lahan dan ketika kita melakukan atau membatasi lahan. Ukur kemiringan lahan dengan menggunakan klinometer (pengukuran dilakukan bila ketinggian dari suatu lahan itu berbeda). Pindahkan koordinat yang telah dicatat tadi kedalam kertas millimeter block sehingga didapatkan gambaran dari peta penggunaan lahannya. Klasifikasikan lahan tersebut berdasarkan kemiringan lahan. Buat lagenda pada peta tersebut. 2. Melakukan survey lahan Pindahkan peta lahan kedalam kertas kalkir Lalu tentukan atau pilih tempat yang akan digunakan sebagai tempat untuk melihat kondisi dari tanah. (dalam hal ini nanti dilakukan pengeboran oleh karna itu perlu koordinat dari titik yang akan digunakan sebagai titik pengeboran dan dipilih titik yang dapat mewakili keadaan dari lahan tersebut) Ambil bor tanah, kemudian lakukan pengeboran sedalam 20 cm, 40 cm, dan 60 cm. Dari tiap kedalaman pengeboran diamati kondsi struktur, tekstur, dan warna dari tanah tersebut. Untuk menentukan tekstur, ambil sampel tanah lalu tambahkan sedikit air lalu rasakan dengan menggunakan tangan. Untuk menentukan struktur, ambil sampel tanah lalu lihat ikatan dari partikel tanah tersebut. Untuk menentukan warna tanah, ambil sampel tanah lalu cocokan warna tanah dengan soil munsel.

Pembahasan Kesesuaian lahan menggambarkan kecocokan lahan terhadap tanaman tertentu (Sitorus, 1985). Kesesuaian lahan lebih memfokuskan perhatiannya pada jenis tanaman tertentu saja yang pada intinya analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan memadukan kebutuhan tanaman atau persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan. Kelas kesesuaian lahan juga menggunakan pembatas seperti dalam kemampuan lahan namun tidak dituliskan dalam klasifikasi. Kelas kesesuaian lahan yang diklasifikasi merupakan kelas terjelek dari kondisi lahan sehingga yang ditampakkan adalah kondisi yang paling buruk bagi suatu tanaman. Semakin rumit pengelolaan lahan yang diperlukan maka tingkat kesesuaian lahannya semakin rendah, hal ini juga berkaitan dengan konservasi yang hendak diterapkan.Kelas kesesuaian lahan terbagi menjadi empat tingkat, yaitu : sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Pengelolaan lahan dilakukan pada suatu satuan lahan untuk mementukan keputusan yang tentu berbeda antara satuan lahan yang satu dengan lahan yang lain. (Rossiter, 1994 dalam Nasution, 2005).Berdasarkan hasil literature, tanah di ciparanje merupakan tanah inceptisol. Tanah inceptisol merupakan tanah yang belum matang yang perkembangan profil yang lemah disbanding tanah yang sudah matang. Keadaan inceptisol di Indonesia banyak digunakan sebagai lahan kopi, sawah, coklat dan lain lain. Oleh karena itu perlu teknik budidaya yang tepat seperti pemupukan, pengolahan tanah, dan system drainase sehingga produktivitas tanah dapat maksimal. Adapun sifat dan karakteristik dari tanah inceptisol adalah memiliki solum tanah agak tebal yakni 1-2 meter, warnanya hitam sampai kelabu sampai dengan cokat tua, teksturnya pada umumnya debu, lempung berdebu bahkan lemung, struktur tanah remah dan konsistensi gembur dengan pH antara 5.0-7.0, kandungan bahan orgorganickitar 10%-30%. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa lahan yang digunakan sebagai lahan untuk pertanaman ubi jalar pada tekstur tanahnya memiliki kelas s1 yakni dengan tekstur lempung berdebu, struktur granuler dengan kelas s1, bahaya erosi sedang dengan kelas s2, dan kedalaman efektif untuk perakaran yakni 0-40 cm dengan kelas s1. Untuk menjadikan lahan ini menjadi s1 yakni perlu dilakukan penaungan dari tanaman lain agar tidak terjadi erosi percik oleh air hujan. KesimpulanDari hasil praktikum yang dilakukan, untuk kesesuaian lahan, sudah sangat sesuai untuk pertanaman ubi jalar, hal ini ditunjukkan lewat survey dan ditunjukkan oleh beberapa factor penunjang yang dapat diamati dilapangan seperti tekstur, struktur, kedalaman efektif perakaran. Untuk factor lain yang mendukung seperti curah hujan, ketinggian tempat, masi belum dapat dilakukan pengamatan.