evaluasi lanskap permukiman padat kelurahan … · 534/kpts/m/2001 tentang standar pelayanan...
TRANSCRIPT
`
EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN
BABAKAN PASAR SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG
REVITALISASI KAWASAN CBD (CENTRAL BUSINESS
DISTRICT) KECAMATAN BOGOR TENGAH
KOTA BOGOR
SHAIBATUL ISLAMIAH
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
`
`
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Lanskap
Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung
Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah
Kota Bogor adalah benar karya saya dan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan pada Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Shaibatul Islamiah
NIM A44100040
`
ABSTRAK
SHAIBATUL ISLAMIAH. Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan
Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business
District) Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Dibimbing oleh ARIS
MUNANDAR.
Peningkatan jumlah permukiman yang tidak diikuti oleh peningkatan luas
kawasan yang dapat menyebabkan menurunnya pemenuhan kebutuhan dasar
penduduk di permukiman tersebut. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini untuk
menginventarisasi dan menganalisis kriteria revitalisasi lanskap permukiman
padat berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010
tentang pedoman revitalisasi kawasan dan mengevaluasi lanskap permukiman
padat berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor
Tengah, Kota Bogor pada Bulan Maret sampai Juli 2014. Tahapan pengumpulan
data melalui survei, wawancara, dan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lanskap permukiman padat penduduk ini termasuk dalam kategori cukup
potensial untuk dilakukan kegiatan revitalisasi dan potensi vitality ekonomi di
lanskap permukiman padat Kel. Babakan Pasar yang paling signifikan. Hasil
evaluasi menunjukkan bahwa kualitas permukiman, jaringan jalan, drainase,
persampahan belum sesuai dengan standard. Sedangkan sarana dan utilitas umum
berupa air bersih di permukiman sudah sesuai standar.
Kata kunci : evaluasi lanskap, revitalisasi, lanskap permukiman padat, kawasan
CBD
ABSTRACT
SHAIBATUL ISLAMIAH. (Slum Settlement Landscape Evaluation to Support
CBD (Central Bussines District) Area Revitalization in Central Bogor District
Bogor City. Supervised by ARIS MUNANDAR.
Generally, growth level of people in CBD area enhance amount of slum
settlement in Indonesia. In slum settlement, enhancement of settlement was not
followed by amount of area, so it could decrease fulfilling of basic needs of
residential. Therefore, the objectives of this research were to inventory and and to
analyze revitalization criteria of slum settlememt based on Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 about guideline for area revitalization and
to evaluate landscape slum settlement based on Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 about standard of minimum
requirement in settlement. This research was held in Babakan Pasar district, in
Central Bogor, Bogor City at March till July 2014. Process of data collecting by
survey, interview, and questionnaire. The result showed that slum settlement was
quite potential as revitalization area and vitality of economy was the most
significant potency. The result of evaluation showed that quality of settlement,
path, drainage and waste management were not fulfill the standard. Beside that
infrastructure and utility were fulfill the standard.
Keywords: landscape evaluation, revitalization, landscape settlement, CBD area
`
EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN
BABAKAN PASAR SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG
REVITALISASI KAWASAN CBD (CENTRAL BUSINESS
DISTRICT) KECAMATAN BOGOR TENGAH
KOTA BOGOR
SHAIBATUL ISLAMIAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
`
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
`
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Juli 2014 ini adalah
evaluasi lanskap permukiman padat, dengan judul Evaluasi Lanskap Permukiman
Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi
Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah Kota
Bogor.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Aris Munandar, MS
selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan dalam
penyusunan dan penyelesaian penelitian ini. Disamping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSi selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan banyak pengarahan selama mengikuti
perkuliahan. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf
di Kelurahan Babakan Pasar Kota Bogor, penduduk permukiman padat Kelurahan
Babakan Pasar, dinas-dinas dan instansi di Kota Bogor yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada
keluarga terutama Mamak, Ayah, Pesal, Zara dan seluruh keluarga atas doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Shaibatul Islamiah
`
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Keraangka Pikir 3
Tinjauan Pustaka 4
METODE PENELITIAN 8
Lokasi dan Waktu Penelitian 8
Alat dan Bahan 9
Batasan Penelitian 9
Metode dan Tahapan Penelitian 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 16
Kondisi Umum 16
Lokasi Penelitian 16
Topografi 16
Sirkulasi dan Aksesibilitas 16
Demografi 18
Tata Guna Lahan dan Vegetasi 19
Iklim 21
Aspek Legalitas 23
Aktivitas Pengguna Tapak 24
Aspek Ekonomi 25
Aspek Sosial 26
Aspek Budaya 26
Inventarisasi 28
Jaringan Jalan 29
Drainase 29
Persampahan 30
Sarana lingkungan 31
Utilitas 31
Analisis dan Sintesis 32
Analisis Penilaian Kriteria Revitalisasi Kawasan 32
Analisis Vitality Lanskap Permukiman Padat 38
Analisis Elemen Mental Map 46
Analisis Persepsi dan Preferensi Pengguna Tapak 50
Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar 52
Rekomendasi 62
SIMPULAN DAN SARAN 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 66
`
DAFTAR TABEL
1 Jenis data yang diperlukan 10
2 Identifikasi Vitality Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan Pasar 12
3 Skor penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap 5 jenis
aspek perilaku keteritorialan
13
4 Skor ideal untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap
struktur dan perilaku keteritorialan
13
5 Rating scale untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap
struktur dan perilaku keteritorialan
14
6 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat
terhadap struktur dan perliku keteritorialan di Kelurahan Babakan
Pasar
14
7 Deskripsi penilaian derajat kepentingan perilaku keteritorialan terhadap
revitalisasi di lokasi penelitian 14
8 Kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Tengah 18
9 Jumlah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Akhir November 2013 18
10 Jenis fasilitas umum pada lokasi penelitian 19
11 Vegetasi eksisting di permukiman padat penduduk 21
12 Data curah hujan rata-rata (mm/bulan) 22
13 Data temperatur rata-rata (oC) 22
14 Data kelembaban udara rata-rata (%) 22
15 Kelas usia penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor
Tengah
24
16 Jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan
Bogor Tengah
24
17 Nilai lokasi penelitian berdasarkan penurunan produktivitas ekonomi 32
18 Nilai lokasi penelitian berdasarkan degradasi lingkungan 33
19 Nilai lokasi penelitian berdasarkan fungsi strategis terhadap variabel
fungsi ekonomi
34
20 Nilai lokasi penelitian berdasarkan komitmen Pemda 35
21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26 Tahun 2007
36
22 Nilai lokasi penelitian berdasarkan kepemilikan Tanah (land tenure) di kawasan
36
23 Kriteria revitalisasi kawasan 37
24 Identifikasi Vitality Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan Pasar 38
25 Intensitas dan aksesibilitas pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di
lokasi penelitian
39
26 Perbandingan kondisi vitality jalan Roda dahulu dan eksisting 43
27 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat
terhadap struktur dan perilaku keteritorialan di Kel. Babakan Pasar
45
`
28 Analisis elemen mental map Kelurahan Babakan Pasar 46
29 Hasil evaluasi lanskap permukiman padat 52
30 Evaluasi sarana pendidikan di lokasi penelitian 55
31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55
32 Evaluasi sarana ibadah di lokasi penelitian 56
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pikir Penelitian 3
2 Peta lokasi penelitian di Kel. Babakan Pasar, Kecamatan Bogor
Timur, Kota Bogor
8
3 Tahap analisis kriteria revitalisasi di lokasi penelitian 11
4 Pola sirkulasi di lokasi penelitian 17
5 Peta tata guna lahan lanskap permukiman padat penduduk 20
8 Mekanisme fungsi tanaman dalam mereduksi polutan 23
9 Warung sederhana yang berada di depan rumah penduduk 25
10 Kios kuliner khas makanan etnis Tionghoa 27
11 Kegiatan ritual perayaan Hari Raya Imlek 2013 di Jalan
Suryakencana
27
12 (a)Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana Bogor,
Jawa Barat, sekitar 1920-1930 (b) Klenteng Dhanagun di kawasan
pecinan Suryakencana
28
13 Jalan lingkungan di lokasi penelitian 29
14 Tipe drainase tertutup di lokasi penelitian: (a) Drainase di Pasar
Bogor (b)Drainase di permukiman
30
15 Lapangan olahraga di lokasi penelitian 31
16 Intensitas aktivitas di dalam lokasi penelitian 40
17 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas
ekonomi PKL di Jalan Roda
41
18 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas
ekonomi PKL di Jalan Suryakencana
42
19 (a)Tingkat vitality aktivitas PKL selama ± 24 jam (b)Tingkat vitality
aktivitas ekonomi pada ruko selama ± 24 jam
42
20 Jenis aktivitas ekonomi didalam kawasan penelitian 44
21 Mental map kelurahan Babakan Pasar 48
22 Kriteria lebar sempadan bertanggul 53
23 Peta evaluasi permukiman berdasarkan peraturan sempadan sungai 57
24 Gambar 24 Peta evaluasi lanskap permukiman berdasarkan KDB 58
`
DAFTAR LAMPIRAN
1 Lembar kuesioner 66
2 Lembar kuesioner 69
25 Peta evaluasi sarana pendidikan 59
26 Peta evaluasi sarana kesehatan 60
27 Peta evaluasi sarana ibadah 61
28 (a)Gambar potongan zona konservasi dan (b) ilustrasi zona
konservasi
62
29 (a)Sistem drainase vertikal di permukiman dan (b) detail gambar
sumur vertikal
62
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi di daerah pusat kota secara
umum meningkatkan jumlah permukiman padat di kota-kota Indonesia. Data pada
tahun 2008 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia yang bermukim di
perkotaan telah mencapai 112 juta jiwa, dan hampir seperempat dari penduduk
perkotaan tersebut (23,1%), atau sekitar 25 juta jiwa, hidup dikawasan
permukiman kumuh (Kemen PU 2010). Bahkan dengan tingkat urbanisasi sebesar
1%-1.5% per tahun, maka dalam kurun waktu 20 hingga 25 tahun lagi jumlah
penduduk perkotaan di Indonesia akan dapat mencapai 65% (Kemen PU 2010).
Tingginya jumlah penduduk di pusat kota mengharuskan terpenuhinya kebutuhan
permukiman yang layak huni, khususnya masyarakat yang bekerja pada sektor
perdagangan dan jasa di kawasan komersial di pusat kota. Masyarakat lebih
tertarik untuk bertempat tinggal di sekitar kawasan pusat kota karena lebih
memudahkan jangkauan tempat kerja yang bekerja di pusat kota, serta memenuhi
kebutuhan tempat tinggal masyarakat yang banyak bekerja di kawasan CBD kota
(Eny 2006). Selain itu ketersediaan prasarana dan sarana yang lengkap menjadi
daya tarik masyarakat untuk tinggal di kawasan tersebut. Fenomena ini dapat
mempengaruhi kualitas fisik suatu lingkungan permukiman di pusat kota tersebut.
Kota Bogor memiliki tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi dalam
kurun waktu 1990-2000. Berdasarkan data BPS kota Bogor jumlah penduduk
tahun 1990 sebanyak 271.17 ribu jiwa, tahun 2000 sebanyak 949.1 jiwa dan data
terakhir tercatat pada tahun 2010 sebanyak 949.066 orang dengan laju
pertumbuhan 2,39 % per tahun. Kecamatan Bogor Tengah berada di urutan
keempat dengan jumlah penduduk 102.203 orang dengan laju pertumbuhan
penduduk sekitar 1,15 %. Namun dari sisi kepadatan, Kecamatan Bogor Tengah
berada di urutan tertinggi pada kepadatan penduduk sekitar > 12000 km2 (BPS
Bogor 2010). Berdasarkan Perda Bogor No. 8 tahun 2011, Kecamatan Bogor
Tengah merupakan wilayah pusat kota dan diarahkan menjadi kawasan
perdagangan.
Salah satu permukiman padat yang berada di Kecamatan Bogor Tengah
adalah permukiman penduduk di Kelurahan Babakan Pasar. Kawasan Kelurahan
Babakan Pasar terdiri dari kawasan perdagangan dan permukiman padat
penduduk. Pengaruh area permukiman yang terletak berdampingan dengan area
perdagangan memiliki peluang mempengaruhi kualitas fisik lingkungan
permukiman padat di kelurahan Babakan Pasar.
Tempat manusia tinggal, bekerja dan pergi dalam kehidupan sehari-hari
memiliki pengaruh besar dalam kualitas manusia, terutama tempat tinggal yang
ditempati seumur hidup. Menurut Kevin Lynch (1981) dalam Good City Form,
salah satu alat ukur atau dimensi untuk mengukur kualitas suatu permukiman
yaitu vitality. Vitality adalah kemampuan permukiman untuk mendukung
kebutuhan biologis dan kapabilitas manusia (Lynch 1981). Kebutuhan dasar
manusia tersebut yaitu kebutuhan makan (ekonomi), keamanan, afiliasi, ekonomi,
identitas, aktualisasi diri, dan lainnya.
Suatu lanskap permukiman diharapkan dapat memenuhi kriteria pemenuhan
kebutuan dasar manusia ini agar dapat disebut sebagai kawasan permukiman yang
memiliki vitality tinggi. Evaluasi kualitas lanskap permukiman padat di Kelurahan
2
Babakan Pasar diharapkan dapat menghasilkan zonasi dan rekomendasi sehingga
dapat mendukung kebutuhan dasar manusia yang bermukim di lanskap
permukiman tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan,
1. menginventarisasi karakteristik lanskap permukiman padat berdasarkan
potensi dan kendala di Kel. Babakan Pasar;
2. menganalisis kriteria revitalisasi lanskap permukiman padat berdasarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 tentang pedoman
revitalisasi kawasan;
3. mengevaluasi lanskap permukiman padat berdasarkan Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang standar
pelayanan minimal untuk permukiman.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ialah,
1. hasil evaluasi dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kota Bogor dan
pihak-pihak yang terkait dalam usaha revitalisasi area lanskap permukiman
padat;
2. rekomendasi dapat meningkatkan aktivitas ekonomi, kenyamanan, keamanan,
dan kualitas vitality lanskap di lanskap permukiman padat.
3
KERANGKA PIKIR
Evaluasi lanskap permukiman padat dilakukan sebagai upaya pendukung
revitalisasi kawasan CBD yang saat ini kondisi kualitas lanskapnya kurang dapat
mengakomodasi kebutuhan pengguna tapak. Kerangka pikir penelitian ini dapat
dilihat pada diagram alir di bawah ini (Gambar 1).
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
Aspek Legal dan
Vitality Lanskap
Aspek Ekonomi
dan Sosial
Aspek Fisik
dan Biofisik
1.RTRW Kota Bogor
2.Perda Bogor
3.UU dan PP
4.Kebutuhan
dasar/fisiologis
manusia
Zona berdasarkan evaluasi lanskap
Rekomendasi Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan
Pasar Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor
Evaluasi
Analisis
1.Letak geografis dan
administratif
2.Topografi dan
sirkulasi
3.Demografi
4.Tataguna lahan
5. Vegetasi
6. Iklim
1.Aktivitas ekonomi
2.Perspektif dan
Preferensi pengguna
3.Aktivitas sosial dan
budaya masyarakat
(perilaku
keteritorialan)
Aspek Analisis
Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor
Tengah Kota Bogor
Kendala Potensi
4
TINJAUAN PUSTAKA
Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir dan mengkaji (Echols dan
Shadily 1996). Evaluasi bertujuan untuk menyeleksi dan menampilkan informasi
yang diperlukan dalam mendukung pengambilan kesimpulan dan keputusan
tentang suatu program serta menampilkan nilainya (Vitasari 2004). Evaluasi
bertujuan untuk melihat apakah sesuatu yang telah dilakukan dapat dilanjutkan
(memberikan hasil positif) atau dihentikan dan bagaimana cara
pengembangannya.
Lanskap Permukiman
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1992, permukiman
diartikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan kawasan permukiman padat adalah
kawasan yang terdiri atas perpetakan yang sangat kecil dan menyebabkan
penyediaan daerah hijau alami tidak mungkin diselenggarakan secara individual
(Joga dan Ismaun 2002). Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal untuk
Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001 bahwa permukiman perkotaan minimal harus memiliki,
a. Prasarana lingkungan
Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
semestinya (BSN 2003). Prasarana lingkungan lanskap permukiman terdiri
dari,
1. Jaringan jalan
Jalan adalah jalur yang direncanakan atau digunakan untuk lalu lintas
kendaraan dan orang (BSN 2003). Jaringan jalan di permukiman terdiri dari
jalan lingkungan dan setapak. Ketentuan cakupan jalan lingkungan dengan
panjang 40-60m/ha dengan lebar 2-5m. Selain itu, jalan setapak dengan
panjang 50-11-m/ha dengan lebar 0,8-2m. Jalan dengan tingkat pelayanan
kecepatan rata-rata 5-10 km/jam. Kualitas jalan dengan aksesibilitas kesemua
lingkungan permukiman dan dapat diakses mobil pemadam kebakaran.
2. Pengolahan air limbah
Sebagian besar limbah permukiman merupakan limbah rumah tangga, yang
pengelolaannya cukup dengan menyediakan tangki septik dan sumur resapan.
Standar pelayanan minimum air limbah setempat dengan presentase 80-90%
penduduk terlayani untuk daerah dengan kepadatan 300 jiwa/ha. Tingkat
pelayanan air limbah dengan tangki septik dan MCK yang disesuaikan oleh
masyarakat.
3. Drainase
Drainase adalah serangkaian bangunan air yang berfungsi mengurangi dan
membuang kelebihan air dari suatu lahan sehingga lahan tersebut dapat
difungsikan secara optimal (Suripin 2003). Batas minimum cakupan daerah
genangan drainase yang dapat diatasi sebanyak 50-80%. Kualitas drainase
5
dengan tinggi < 30cm, lama genangan <2 jam dan frekuensi genangan
maksimal 2 kali setahun.
4. Persampahan
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau
cacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan atau ditolak atau
buangan (Kamus Istilah Lingkungan 1994)
b. Sarana lingkungan
Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan
budaya (BSN 2003). Sarana lingkungan di lanskap permukiman terdiri dari,
1. Sarana niaga
Sarana niaga yang memberikan pelayanan perdagangan kepada masyarakat
meliputi toko/warung, pertokoan, pusat pertokoan, pasar lingkungan, dan pusat
perbelanjaan/niaga (BSN 2003).
2. Sarana pendidikan
Sarana pendidikan yang menyangkut bidang pendidikan yang bersifat formal
atau umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar (Taman Kanak-kanak), tingkat
dasar (SD/MI), tingkat menengah (SLTP/MTs dan SMU) (BSN 2003).
3. Sarana pelayanan kesehatan
Sarana kesehatan adalah sarana yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk (BSN 2003)
4. Sarana pelayanan umum
Sarana pelayanan umum di permukiman adalah kantor pelayanan/administrasi
pemeritahan dan kependudukan, kantor pelayanan utilitas umum, dan pos
pelayanan keamanan dan keselamatan (BSN 2003).
5. Sarana ruang terbuka hijau (Taman dan Pemakaman Umum)
Sarana untuk menyediakan RTH yang populasinya didominasi oleh
penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfataan
dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan
penyangga kehidupan wilayah perkotaan. Penggolongan sarana ruang terbuka
hijau di lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap
sejumlah penduduk (BSN 2003)
6. Sarana sosial budaya
Sarana yang mewadahi kegiataan kebudayaan dan rekreasi seperti gedung
pertemuan, serbaguna, bioskop dan gedung kesenian dan lain-lain. Bangunan
juga dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan
pelayanan umum (BSN 2003).
c. Utilitas
Utilitas adalah pelayanan seperti air bersih, air limbah, gas, listrik dan telepon,
yang pada umumnya diperlukan untuk beroperasinya suatu bangunan dan
lingkungan permukiman (BSN 2003).
Teori Perilaku
Hal yang melatarbelakangi bentukan fisik suatu lingkungan adalah
karakteristik sosial budaya masyarakat (Rapoport 1969). Penataan lanskap
6
permukiman dilakukan dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan
permukiman dan pelayanan permukiman pada penduduk permukiman setempat.
Teori hirarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham
Maslow dalam Potter dan Perry (2005) dapat dikembangkan untuk menjelaskan
kebutuhan dasar manusia sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, contohnya lapar dan
haus, kesehatan, minuman, makanan, tempat tinggal, istirahat, dan tidur,
diekspresikan sebagai kegiatan ekonomi,
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan: selain perlindungan dari kekerasan
fisik, peluang untuk mengurangi ancaman perilaku fisik dari orang lain, untuk
menunjukkan privasi seseorang, dan self orientation pada lingkungan
perkotaan,
3. Kebutuhan afiliasi: kebutuhan untuk bersosialisasi dengan orang lain, rasa
memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang,
mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok
sosial dan sebagainya,
4. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain.
Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih
prestasi, rasa percaya diri, kemerdekaan diri dan memerlukan pengakuan dari
orang lain. Kebutuhan ini diekspresikan dalam permukiman sebagai identitas
sebuah tempat,
5. Kebutuhan aktualisasi diri: kebutuhan tertinggi dalam hirarki Maslow, berupa
kebutuhan untuk diakui oleh lingkungan, berkontribusi pada orang lain atau
lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya misalnya penyaluran
minat dan aktivitas selain ekonomi kebutuhan.
6. Kebutuhan kognitif/estetika: terkait konsep keindahan bagi perorangan dan
kebutuhan manusia untuk belajar.
Revitalisasi
Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai kawasan melalui
pembangunan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya (Permen PU
2010). Menurut Kementerian PU (2008), revitalisasi merupakan rangkaian upaya
menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati, meningkatkan nilai-nilai
vitality yang strategis dan signifikan dari kawasan yang masih mempunyai potensi
dan atau mengendalikan kawasan yang cenderung kacau atau semrawut.
Pendekatan revitalisasi diharapkan mampu mengenali dan memanfaatkan potensi
lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo 2000).
Dalam lingkup kawasan, vitality dapat diartikan kemampuan, kekuatan kawasan
untuk tetap bertahan hidup. Hidupnya suatu kawasan dapat tercermin dari
kegiatan yang berlangsung di dalam kawasan sepanjang waktu di mana orang
datang, menikmati, dan melakukan aktivitas-nya di sini. Namun dalam konteks
perkotaan sebuah vitality atau revitalisasi tidak hanya menekankan pada aspek
ekonomi saja, tetapi perbaikan fisik dalam kawasannya yang akan dijadikan objek
juga harus mendapat perhatian khusus. Vitality terlihat dari kualitas kehidupan di
sepanjang jalan. Kualitas kehidupan ini dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat, baik pengunjung maupun pekerja, yang ditandai dengan peningkatan
penjualan dan menjadi daya tarik pengunjung (Wiedenhoeft 1981).
7
Mengidentifikasi vitality adalah salah satu alat ukur desain perkotaan dan dapat
menjelaskannya sebagai tingkat bentuk-bentuk tempat yang mendukung fungsi,
kebutuhan biologis dan kapabilitis manusia (Lynch 1981). Adaptasi revitalisasi
merupakan upaya untuk mengubah suatu lingkungan binaan agar dapat digunakan
untuk fungsi baru yang sesuai, tanpa menuntut perubahan drastis atau hanya
memberikan dampak yang minimal.
Elemen Mental Map
Citra atau imageability adalah kualitas obyek fisik, baik bentuk, warna, atau
penuh identifikasi dan memiliki kekuatan struktur ruang dan memiliki manfaat
tinggi. Imageability membentuk persepsi masyarakat tentang citra terhadap
keruangan kota melalui pengalaman dan pergerakan aktivitas di suatu kawasan
(Lynch 1960). Lynch mengklasifikasikan isi dari citra kota dikaji dari bentuk fisik
yang menghasilkan suatu kualitas tertentu, yang dapat memberikan kesan khas
tentang suatu lingkungan kota dan diklasifikasikan menjadi lima tipe elemen.
Elemen – elemen tersebut antara lain,
a) landmark : titik referensi dimana pengamat meninjau secara eksternal.
Landmark dapat berupa bangunan, tanda tertentu, gunung, dll. Skala landmark
dapat berskala kota ataupun lingkungan. Landmark juga merupakan suatu
petunjuk terhadap kawasan tertentu.
b) node : suatu titik pemusatan kegiatan fungsional suatu kota. Node merupakan
titik atau lokasi yang strategis dimana pengamat dapat memasuki kegiatan
tersebut. Lokasi ini umumnya mempunyai intensitas kegiatan yang tinggi, ataupun
dapat juga merupakan konsentrasi kegiatan dalam skala tertentu, misalnya sudut
jalan. Node pada dasarnya mempunyai dua sifat dasar, yaitu pemusatan dan
persimpangan.
c) District (kawasan): merupakan suatu bagian yang berukuran sedang hingga
besar pada suatu kota, disusun atau dipahami pada tingkat dua dimensi. District
dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior maupun eksterior. District
mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas
tampilannya dan bersifat homogen, serta memiliki fungsi dan posisi yang jelas.
d) Pathway (Jalur Sirkulasi): merupakan penghubung dimana seseorang biasanya
melalui jalur tersebut. Pathway ini dapat berupa jalan, tempat pejalan kaki, kanal,
jalan kereta api, dll. Kesan ini umumnya diperoleh ketika seseorang melakukan
suatu perjalanan
e) Edges (perbatasan wilayah): merupakan suatu pembatas antar kegiatan atau
jenis penggunaan. Merupakan batas antara dua fase, linier putus-putus yang
menerus, dapat berupa pantai, antar bangunan dengan ruang terbuka, atau antar
kegiatan yang sangat terlihat perbedaan jenisnya. Edges ini dapat berupa
pembatas, atau kegiatan yang dapat terpenetrasi.
8
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor
Tengah Kota Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terletak
pada titik koordinat 6°36'32.5"S 106°48'16.1"E. Peta lokasi tapak disajikan pada
Gambar 2. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai Maret hingga Juli
2014.
Sumber : (a) navperencanaan.com, (b) rajapindahbogor.wordpress.com, (c) Kelurahan Babakan
Pasar
Gambar 1 Peta lokasi penelitian di Kel. Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor
b a
c
9
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat tulis, alat
gambar, kuesioner, kamera digital, laptop, mesin pencetak (printer) dan mesin
pemindai (scanner), perangkat lunak (software) rancang bangun AutoCAD 2010
dan, serta perangkat lunak (software) perancangan grafis Adobe Photoshop CS5,
Google Sketch Up Pro 8. Selain itu, penelitian ini membutuhkan bahan berupa
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei lapang dan
wawancara dengan staf BAPPEDA Kota Bogor, staf dinas Kependudukan Kota
Bogor, staf Kelurahan Babakan Pasar dan staf di Kantor Kecamatan Bogor
Tengah. Data primer juga diperoleh dari pengguna area penelitian yaitu penduduk,
pedagang dan pembeli melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari
BAPPEDA Kota Bogor, dinas Kelurahan dan Kecamatan Bogor Tengah dan
BMKG Pusat.
Batasan Penelitian Penelitian ini merupakan studi evaluasi vitality untuk kualitas lanskap
permukiman padat di kawasan CBD Bogor Tengah sebagai pendukung upaya
revitalisasi agar berlangsungnya kegiatan ekonomi yang menjaga vitality kawasan
permukiman aman dan nyaman di Kota Bogor. Produk penelitian ini merupakan
bentuk rekomendasi hasil evaluasi dimensi vitality lanskap permukiman padat di
kawasan CBD untuk mendukung upaya revitalisasi lanskap CBD yang
mendukung pemenuhan kebutuhan dasar penduduknya. Produk penelitian ini
merupakan rekomendasi evaluasi lanskap permukiman padat dalam bentuk
deskriptif.
Metode dan Tahapan Penelitian
Metode yang digunakan pada evaluasi lanskap permukiman padat adalah
metode survei langsung dan wawancara kepada responden di lanskap permukiman
padat. Tahapan penelitian terdiri atas tahap pengumpulan data atau inventarisasi,
analisis, evaluasi dan rekomendasi. Berikut penjelasan dari tahapan penelitian
yang dilakukan.
Inventarisasi
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dan semua informasi yang
berhubungan dengan kondisi tapak dan faktor-faktor di luar tapak yang
mempengaruhi evaluasi lanskap tersebut. Data yang diperoleh dari tahap ini
berasal dari data primer, data sekunder, dan informasi pendukung lainnya. Jenis
data tersebut meliputi data umum, aspek legal, aspek ekonomi, aspek sosial dan
aspek vitality lanskap. Metode pengambilan data yang dilakukan adalah metode
survei lapang dan studi pustaka. Survei lapang dilakukan dengan pengamatan
langsung, dokumentasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Wawancara
dilakukan kepada pihak BAPPEDA Kota Bogor, dinas Kelurahan dan Kecamatan
Bogor Tengah dan BMKG Pusat. Penyebaran kuesioner ditujukan kepada
penduduk permukiman padat sebanyak 30 orang responden yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian (purposive sampling). Studi pustaka diperoleh dari buku
acuan serta data informasi dan peta dari berbagai instansi terkait. Data yang telah
dikumpulkan dalam penelitian ini di tampilkan dalam tabel berikut (Tabel 1),
10
Tabel 1 Jenis data yang diperlukan
No Jenis data Parameter Cara
pengambilan
Bentuk Data Sumber Data
1 Data umum
Letak geografis
dan administratif
Letak, luas,
dan batas area
Studi pustaka Deskriptif
dan spasial
BAPPEDA
Kota Bogor
aksesibilitas
sirkulasi
Topografi Ketinggian
lahan
Studi pustaka Deskriptif Kelurahan
Babakan
Pasar
Demografi Kepadatan
penduduk
Studi pustaka Deskriptif Kelurahan
Babakan
Pasar
Tata guna lahan
Jenis
pemanfaatan
lahan
permukiman
Studi pustaka
dan pengamatan
langsung
Deskriptif
dan spasial Kelurahan
Babakan
Pasar dan
pengamatan
langsung
Iklim
Arah dan
kecepatan
angin, suhu
dan
kelembaban
udara
Studi pustaka
Deskriptif
BMKG Bogor
Geologi dan
tanah
Jenis tanah Studi pustaka Deskriptif BAPPEDA
Bogor
Vegetasi Jenis dan
fungsi tanaman
Pengamatan Deskriptif Lapang
2 Aspek Ekonomi
Aktivitas
ekonomi
Pengamatan
langsung
Deskriptif
dan
dokumentasi
Pengamatan
langsung
3 Aspek Sosial
Perspektif dan
preferensi
pengguna
Kuisioner dan
wawancara
Deskriptif Lapang
Aktivitas
Budaya
Kuisioner dan
wawancara
Deskriptif Lapang
4 Aspek Legal
Aspek legal
kawasan
pengelolaan kota
RTRW, Perda
dan PP Kota
Bogor
Studi pustaka Deskriptif BAPPEDA
Bogor
5 Aspek Vitality
Kebutuhan
dasar/fisiologis
manusia
Fisiologis,
keamanan,
stimulasi,
afiliasi,
identitas
Kuisioner dan
wawancara
Deskriptif Lapang
11
Analisis
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan beberapa analisis untuk
mengetahui potensi dan kendala yang ada di area permukiman padat penduduk.
Analisis yang dilakukan meliputi analisis spasial dan analisis deskriptif (kualitatif
dan kuantitatif).
a. Analisis Deskriptif
Analisis kriteria revitalisasi kawasan dilakukan untuk menilai kawasan
permukiman padat yang berada di CBD ini termasuk kawasan yang memiliki nilai
tinggi untuk direvitalisasi. Melihat dari tujuan studi ini untuk menghasilkan
evaluasi sebagai salah satu upaya untuk mendukung kegiatan revitalisasi CBD.
Teknik yang digunakan sesuai dengan panduan revitalisasi kawasan berdasarkan
UU Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 tentang Pedoman
Revitalisasi Kawasan. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan staf di
BAPPEDA Kota Bogor dan Staf di Kantor Kelurahan Babakan Pasar. Langkah-
langkah revitalisasi kawasan meliputi:
1) Menentukan kriteria pemilihan lokasi Kriteria pemilihan lokasi dikelompokkan dalam dua kelompok tahap
penilaian yang dirumuskan seperti berikut.
Gambar 3 Tahap analisis kriteria revitalisasi di lokasi penelitian
a. Tahap I
Penilaian tahap 1 berisi variabel-variabel utama yang harus dipenuhi dalam
pemilihan lokasi. Penilaian terhadap variabel-variabel utama ditujukan untuk
mengetahui kondisi: (1) vitality kawasan dan degradasi lingkungan, (2) nilai
lokasi dan (3) komitmen pemda.
b. Tahap II
Penilaian tahap II berisi variabel tambahan dalam pemilihan lokasi.
Penilaian terhadap variabel-variabel tambahan yang ditujukan untuk mengetahui
Pangan, keamanan, afiliasi,
stimulasi dan identitas
Pemenuhan kebutuhan
12
(4) keberadaan kawasan apakah masuk dalam kawasan strategis menurut UU Tata
Ruang, (5) kondisi kepemilikan tanah dan (6) kepadatan fisik.
2) Memberikan Penilaian Pemilihan Lokasi Penilaian untuk memilih lokasi revitalisasi kawasan dilakukan dalam dua tahap
penilaian yang harus dipenuhi agar diperoleh lokasi terpilih, yaitu meliputi: Tahap
I dan Tahap II.
3) Menentukan kelulusan (passing grade) dan potensi keberhasilan pemilihan
lokasi kawasan a. Kelulusan (Passing Grade)
Ketentuan dalam penilaian passing grade pemilihan lokasi kawasan:
i. Kawasan revitalisasi dapat lolos masuk ke passing grade apabila total jumlah
nilai pada tahap I ≥ 60%.
ii. Bila lolos passing grade, penilaian tahap II akan dilanjutkan untuk
mendapatkan nilai akhir.
b. Potensi Keberhasilan Lokasi Terpilih
Potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi kawasan
didasarkan pada jumlah penilaian Tahap I dan Tahap II, yang dikategorikan
dalam:
i. Nilai ≥ 65% – ≤ 80% = cukup potensial (keberhasilan revitalisasi rendah)
ii. Nilai > 80% – ≤ 85% = potensial (keberhasilan revitalisasi sedang)
iii. Nilai > 85% – 100% = sangat potensial (keberhasilan revitalisasi tinggi)
b. Analisis Komparatif
Analisis komparatif adalah sejenis analisis deskriptif untuk mencari jawaban
secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor
penyebabnya atau munculnya fenomena tertentu, dan membandingkan dua atau
lebih variabel tertentu (Arifin 2011). Analisis ini membandingkan variabel dengan
data hasil inventarisasi di lokasi penelitian dengan teori yang ada.
Analisis unsur pendukung vitality lanskap permukiman berdasarkan teori
good city form (Lynch 1981) yang dilakukan dengan pengamatan langsung,
kuisioner dan wawancara dengan penduduk di pernukiman padat. Penelitian
diawali dengan identifikasi kebutuhan dasar manusiayang disusun ke dalam tabel
berikut (Tabel 2).
Tabel 2 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat
Kel. Babakan Pasar
No. Perilaku
Keteritorialan
Bentuk Fisik/Non
Fisik Keteritorialan
Keterangan
(Ada/Tidak Ada),
Jenis
Form
(Bentuk)
1. Fisiologis
2. Keamanan
3. Afiliasi
4. Stimulasi
5. Identitas
Melalui hasil identifikasi kebutuhan dasar manusia di lanskap permukiman
tersebut, dilanjutkan dengan penilaian derajat kepentingan terhadap perilaku
keteritorialan yang diberikan kepada para responden melalui kuisioner di kawasan
penelitian. Pertanyaan yang diajukan sebanyak 5 buah yang menjadi variabel
13
paling penting untuk menilai persepsi masyarakat mengenai perilaku
keteritorialan pada lokasi penelitian.
Pada penelitian ini, kuisioner yang diberikan kepada responden
menggunakan skala likert. Skala likert yang digunakan adalah dengan lima skala
dan memberikan nilai pada masing-masing jawaban pertanyaan. Skor pada skala
tertinggi ialah 5 (lima) hingga skor terendah ialah 1 (satu). Skor pada masing-
masing jawaban dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 3).
Tabel 3 Skor penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap 5 jenis aspek
perilaku keteritorialan
Skala Jawaban Skor
Sangat Setuju/Bagus/Penting 5
Setuju/Bagus/Penting 4
Cukup Setuju/Bagus/Penting 3
Kurang Setuju/Bagus/Penting 2
Sangat Tidak Setuju/Bagus/Penting 1
Sumber: Sugiyono (2013)
Pada penghitungan untuk memperoleh skor kriteria diperlukan skor ideal.
Skor ideal merupakan skor yang digunakan untuk menghitung skor yang dipakai
untuk menentukan rating scale dan jumlah seluruh jawaban. Untuk menghitung
jumlah skor ideal dari seluruh variabel penilaian, digunakan rumus berikut, yaitu:
Pada penelitian ini, skor tertinggi adalah 5, dan jumlah responden sebanyak 30,
maka dapat ditentukan nilai skor ideal seperti tabel 2 di bawah,
Tabel 4 Skor ideal untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap
struktur dan perilaku keteritorialan Rumus Skala
5 X 30 = 150 SP
4 X 30 = 120 P
3 X 30 = 90 CP
2 X 30 = 60 KP
1 X 30 = 30 SKP
Keterangan: SP=Sangat Penting; P=Penting; CP=Cukup Penting; KP=Kurang Penting;
SKP=Sangat Kurang Penting
Sumber: Sugiyono (2013)
Nilai yang didapatkan dimasukkan ke dalam rating scale untuk mengetahui
hasil data kuesioner. Indeks penilaian digunakan untuk menentukan skala
kepentingan tiap variabel penilaian di dalam rating scale (Tabel 6). Hasil
perhitungan menunjukkan derajat kepentingan penilaian komponen perilaku
masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan
Pasar (Tabel6). Salah satu contoh perhitungan indeks penilaian sebagai berikut,
Skor Kriteria = Nilai Skala x Jumlah Responden
14
Indeks Penilaian = ( Nilai Skala x Jumlah Responden)
Jumlah responden x Skor terbesar
= 5 x 30
(30 x 5)
= 1
Tabel 5 Rating scale untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap
struktur dan perilaku keteritorialan
Nilai Jawaban Skala
0,81 – 1 SP
0,61 – 0,8 P
0,41 – 0,6 CP
0,21 – 0,4 KP
0 – 0,2 SKP
Sumber: Sugiyono (2013) *dengan modifikasi pada sistem indeks penilaian
Keterangan: SP=Sangat Penting, P=Penting, CP=Cukup Penting, KP=Kurang Penting,
SKP=Sangat Kurang Penting
Tabel 6 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap
struktur dan perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar
No Sturktur/Perilaku
Keteritorialan
1 2 3 4 5 Total DK*
1 Menjaga keindahan
lanskap/arsitektur
2 Merupakan Landmark
3 Memiliki nilai historis
4 Untuk kegiatan
upacara adat
5 Memiliki nilai
ekonomi
Sumber: Azhari dan Mohamed (2012)
Keterangan: 1=Sangat Kurang Penting; 2=Kurang Penting; 3=Cukup Penting; 4=Penting;5=Sangat
Penting; *DK= Derajat Kepentingan
Kemudian membandingkan hasil yang diperoleh pada lokasi penelitian dengan
teori dari literatur. Pembahasan selanjutanya akan dilakukan ketika terdapat
perbedaan dan persamaan dari hasil identifikasi dengan teori dan literatur yang
ada. Namun apabila sudah sesuai dengan teori dan literatur, diharapkan dapat
meningkatkan potensi vitality tapak yang telah ada.
Tabel 7 Deskripsi penilaian derajat kepentingan perilaku keteritorialan terhadap
revitalisasi di lokasi penelitian
Kategori Penilaian Responden Persepsi responden
Sangat Kurang Penting Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan
dikategorikan sangat rendah mempengaruhi revitalisasi
lokasi penelitian
Kurang Penting
Cukup Penting
Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan
dikategorikan rendah mempengaruhi revitalisasi lokasi
penelitian
Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan
dikategorikan sedang mempengaruhi revitalisasi lokasi
penelitian
15
Tabel 7 Deskripsi penilaian derajat kepentingan perilaku keteritorialan terhadap
revitalisasi di lokasi penelitian (lanjutan)
Kategori Penilaian Responden Persepsi Responden
Penting Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan
dikategorikan tinggi mempengaruhi revitalisasi lokasi
penelitian
Sangat Penting Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan
dikategorikan sangat tinggi mempengaruhi revitalisasi
lokasi penelitian
Sumber: Azhari dan Mohamed (2012)
3. Evaluasi
Memberikan penilaian terhadap kondisi eksisting dan potensi lanskap dari
hasil analisis untuk dievaluasi sesuai standar dan panduan. Kemudian
menghasilkan zonasi penataan ruang untuk evaluasi lanskap permukiman padat.
4. Rekomendasi
Memberikan rekomendasi evaluasi peningkatan kualitas permukiman untuk
mendukung kebutuhan dasar penduduk. Penelitian ini juga memberikan zonasi
wilayah dan konsep evaluasi yang dapat mendukung kegiatan revitalisasi dan
peningkatan kualitas lanskap permukiman padat penduduk.
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
KONDISI UMUM
Lokasi Penelitian
Wilayah penelitian adalah permukiman padat di Kelurahan Babakan Pasar,
Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Berdasarkan geografis dan administratif,
kawasan permukiman terletak pada 6°36'32.5"S 106°48'16.1"E dan berbatasan
langsung dengan Sungai Ciliwung. Berdasarkan wilayah administrasi Kelurahan
Babakan Pasar memiliki 10 RW dan 39 RT dengan luas wilayah administratif ±
42 Ha. Sebelah utara adalah Kelurahan Paledang, sebelah selatan adalah
Kelurahan Sukasari, sebelah barat adalah Kelurahan Gudang, dan sebelah timur
adalah Kelurahan Baranangsiang. Peruntukan permukiman dan perumahan 29 ha,
jalan beraspal yaitu 3 Ha, dan untuk kawasan lain sekitar 2 ha. Mayoritas kawasan
diperuntukkan untuk kawasan pertokoan dan perdagangan sekitar 5 ha, pasar 2 ha
dan perkantoran 1 ha.
Topografi
Berdasarkan data monografi Pemerintahan Kelurahan Babakan Pasar
tahun 2013, topografi kawasan permukiman berada pada dataran rendah dengan
kondisi tapak yang bergelombang (Gambar 4). Pada kawasan timur dan timur laut
lokasi memiliki ketinggian lebih rendah dibanding bagian barat. Bagian tapak
yang menurun agak curam membatasi dua bagian tapak lainnya yang relatif
landai. Dengan kondisi topografi tersebut, permukiman penduduk yang ada tetap
dibangun dengan mengikuti kondisi topografi lanskap permukiman. Kemiringan
lahan pada tapak tidak menjadi hambatan bagi para pengguna tapak dan menjadi
potensi sebagai recharge area untuk meningkatkan infiltrasi aliran permukaan di
lokasi penelitian.
Sirkulasi dan Aksesibilitas
Jarak lokasi penelitian dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 3 km,
dari Pemerintahan Kota adalah 2 km, dari Ibukota Propinsi 120 km, dari Ibukota
Negara 60 km. Untuk menuju kawasan permukiman Kelurahan Babakan Pasar
dapat dengan angkutan kota jurusan sukasari. Bagi pengendara roda dua dan roda
empat juga dapat menuju kawasan permukiman.
Didalam kawasan permukiman hanya dapat dilalui oleh pengendara roda
dua dan pejalan kaki. Secara umum lebar jalan sangat kecil yaitu sekitar ± 1,2m
karena ruang yang tersedia telah digunakan untuk area permukiman penduduk.
Jalan lingkungan adalah jalan yang langsung menghubungkan antar unit
rumah dalam satu lingkungan permukiman. Pola sirkulasi pada jalan lingkungan
dalam permukiman ini membentuk cul-de-sac yang hanya memiliki satu arus
masuk dan keluar pada setiap lingkungan rumah tangganya. Sedangkan pada
sekitar Jalan Suryakencana memiliki pola linier (Gambar 4).
17
Gambar 4 Pola sirkulasi di lokasi penelitian
Sumber: Survei lapang (2014)
18
Demografi
Lokasi permukiman yang strategis dengan Pasar Bogor dan kawasan
perniagaan di Jalan Suryakencana menjadikan lanskap permukiman ini memiliki
daya tarik yang cukup besar sebagai lokasi permukiman. Lokasi permukiman ini
banyak dipilih oleh golongan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke
bawah. Oleh sebab itu, kondisi tapak saat ini menjadi daerah permukiman padat
penduduk dengan tingkat kepadatan tinggi. Berdasarkan data statistik dari Kantor
Kecamatan Bogor Tengah tahun 2014, Kelurahan Babakan Pasar berada pada
urutan kedua tertinggi dengan jumlah penduduk yaitu 11.467 jiwa (Tabel 8).
Sedangkan pada jumlah luas wilayah, Kelurahan Babakan Pasar berada pada
urutan ketiga terendah yaitu 42 Ha. Luas wilayah yang sedikit dan jumlah
penduduk yang tinggi mengakibatkan penggunaaan lahan untuk permukiman
meningkat sehingga kawasan ini menjadi permukiman padat penduduk. Terkait
dengan permasalahan kawasan maka kepadatan penduduk yang tinggi, berdampak
pada minimnya RTH dan sarana-prasarana lingkungan karena minimnya lahan
yang tersedia.
Tabel 8 Kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Tengah
No Kelurahan Luas Wilayah (Ha) Jumlah Penduduk
(Januari 2014)
1 Babakan 112 7.073
2 Babakan Pasar 42 11.467
3 Cibogor 44 7.401
4 Ciwaringin 74 7.163
5 Gudang 32 7.435
6 Kebon kalapa 57 10.693
7 Pabaton 63 2.756
8 Paledang 178 10.144
9 Panaragan 27 6.769
10 Sempur 63 7.810
11 Tegallega 160 15.846
Jumlah 851 94.557 Sumber: Kecamatan Bogor Tengah (2014)
Berdasarakan data Kantor Kelurahan Babakan Pasar 2014, pada Bulan November
2013 jumlah penduduk mencapai 10347 jiwa. Kelurahan Babakan Pasar terdiri
dari 10 RW (Tabel 9).
Tabel 9 Jumlah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Akhir November 2013
No. Kelurahan
Babakan Pasar Luas Wilayah Jumlah Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Ha)
1. RW 01 2,5 Ha 908 363,2
2. RW 02 4,5 Ha 689 153,11
3. RW 03 4,5 Ha 930 206,66
4. RW 04 5 Ha 2032 406,64
5. RW 05 4,5 Ha 988 219,55
6. RW 06 4,5 Ha 396 88
7. RW 07 4,5 Ha 343 76,2
19
Tabel 9 Jumlah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Akhir November 2013
(lanjutan)
No. Kelurahan
Babakan Pasar Luas Wilayah Jumlah Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Ha)
8. RW 08 4,5 Ha 1164 258,66
9. RW 09 5 Ha 1520 304
10. RW 10 2,5 Ha 1377 550,8
Jumlah 42 Ha 10347 246,36 Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2014)
Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebanyak 90% dari luas kawasan
Kelurahan Babakan Pasar telah memiliki perkerasan. Hal ini karena peningkatan
jumlah penduduk menyebabkan hampir seluruh kawasan di bangun permukiman
penduduk. Pada kawasan terdapat sarana olahraga yang dimanfaatkan untuk
bersosialisasi dan kebutuhan berafiliasi berupa 1 unit lapangan bulutangkis dan 1
unit lapangan voli.
Tata Guna Lahan dan Vegetasi
Jenis tata guna lahan pada lokasi penelitian terbagi menjadi ruang terbangun
dan ruang tidak terbangun (Gambar 5). Ruang terbangun yang terdapat pada
lokasi penelitian yaitu rumah penduduk, kios/warung, fasilitas umum
(masjid/mushola, gereja, sekolah dasar) dan ruang tidak terbangun berupa jalan
raya dan lapangan olahraga. Proporsi tertinggi penggunaan lahan sebagai tempat
tinggal yang disebabkan jumlah penduduk yang tinggi pada luas lahan yang
terbatas. Jarak antar rumah 0-2m dan umumnya rumah penduduk tidak memiliki
halaman depan. Luas lahan setiap rumah penduduk di permukiman ini juga sangat
beragam. Kondisi jalan dengan ukuran 1-1,2m dan drainase dengan lebar ± 30-45
cm di tapak sangat buruk. Kondisi ini memiliki potensi terjadinya banjir karena
run off yang rendah dan daya tampung lahan tidak mencukupi.
Fasilitas-fasilitas yang ada dapat berupa fasilitas yang diberikan dan
dikelola oleh negara seperti bangunan pelayanan pemerintahan, sekolah dasar,
puskesmas maupun yang secara swadaya dibangun oleh masyarakat seperti
fasilitas peribadatan, warung, toko dan taman kanak-kanak. Jenis dan keterangan
mengenai fasilitas umum yang terdapat pada tapak dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Jenis fasilitas umum pada lokasi penelitian
No Jenis Fasilitas Umum Keterangan Jumlah
1 Fasilitas Peribadatan Masjid (1), gereja (1), vihara (1) 5 buah
2 Fasilitas Pelayanan
Pemerintah
Kantor Kelurahan (1) 1 buah
3 Fasilitas Pendidikan TK (1), TPA (1), SD (1) 3 buah
4 Fasilitas Kesehatan Puskesmas (1), posyandu (3), apotik (2) 6 buah
5 Fasilitas Perekonomian Pasar (1), Toko (9), Warung (7), Rumah
makan (2)
18 buah
Sumber: Survei Lapang (2014)
20
Gambar 5 Peta tata guna lahan lanskap permukiman padat penduduk
Sumber: Survei lapang (2014)
21
Luas RTH eksisting pada tapak sangat kurang dibandingkan jumlah
permukiman. Vegetasi yang dapat ditemukan pada tapak berada dalam beberapa
pekarangan penduduk. Vegetasi berupa pohon yang ditemukan dalam jumlah
yang sangat sedikit dan tumbuh secara individu bukan mengelompok sehingga
fungsinya sebgai peneduh dan memperbaiki iklim mikro kurang optimal di dalam
kawasan permukiman. Vegetasi yang terdapat di dalam kawasan penelitian dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Vegetasi eksisting di permukiman padat penduduk
No Nama Lokal Nama Latin Fungsi pada Tapak
1 Teh-tehan Acalypha macrophylla Border
2 Alpinia zerumbet Alpinia zerumbet Display
3 Pohon Kenari Canarium commune Peneduh
4 Pohon Kelapa Cocos nucifera Pengarah
5 Puring Codiaeum sp. Display
6 Hanjuang Cordyline sp. Display
7 Drasena Dracaena sp. Display
8 Euphorbia Euphorbia milii Display
9 Pohon Tanjung Mimuspoh elengi Peneduh
10 Tanaman Pisang Musa paradiciaca Pembatas
11 Pinus Pinus merkusii Peneduh
12 Pohon jambu biji Psidium guajava Pembatas
13 Adam hawa Rhoeo discolor Display
14 Dwarf ruellia Ruellia malacosperma Display
15 Lidah mertua Sanseviera sp. Display
16 Palem ekor tupai Wodyetia bifurcata Display
Sumber: Survei lapang (2014)
Keberadaan tanaman eksisting tersebut sangat kurang karena kawasan padat
penduduk sangat membutuhkan tingkat kenyamanan tinggi terutama dalam hal
kenyaman iklim mikro. Hal ini terjadi karena sebagian besar penggunaan lahan
adalah untuk permukiman.
Iklim
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2008–2012), Kota Bogor memiliki
curah hujan rata-rata sebesar 300.28 mm setiap bulannya (BMKG 2013). Waktu
curah hujan minimum terjadi pada bulan Juli, yaitu sekitar 178.8 mm dan curah
hujan maksimum terjadi pada bulan November, yaitu sebesar 441.4 mm (Tabel
12).
Tabel 12 Data curah hujan rata-rata (mm/bulan)
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
2008 261 385 672 527 267 172 172 196 344 311 509 255
2009 361 305 261 260 571 338 131 33 157 416 407 258
2010 252 461 415 43 331 303 270 478 601 436 284 177
2011 203 77 140 278 362 275 202 142 106 256 458 345
2012 272 549 136 390 195 94 119 79 271 540 549 359
Rataan 269.8 355.
4
324.
8
299.
6
345.
2
236.
4
178.
8
185.
6
295.
8
391.
8
441.
4
278.
8
Min 33
Maks 672
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013)
22
Sementara itu, temperatur rata-rata di lanskap permukiman Kecamatan
Bogor Tengah terus-menerus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada siang
hari, temperatur rata-rata berkisar antara 24.5–27.1 ºC (Tabel 13). Temperatur
tertinggi rata-rata terjadi pada bulan Mei, yaitu sebesar 26.16 ºC, sementara
temperatur terendah rata-rata terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 25.3 ºC.
Tingginya suhu disebabkan oleh tingginya volume kendaraan yang beroperasi
sehingga menimbulkan panas yang berasal dari mesin kendaraan.
Tabel 13 Data temperatur rata-rata (oC)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
2008 25.7 24.5 25.1 25.5 25.8 25.6 25.2 25.6 25.9 25.8 25.8 25.5
2009 25 25.1 25.8 26.2 26.1 26.1 25.8 26.3 26.6 26 26.3 26.1
2010 25.3 25.9 26 27.1 26.7 25.9 25.8 25.8 25.3 25.4 25.9 25.5
2011 25.4 25.6 25.7 25.8 26.1 26.1 25.8 25.6 26 26.3 24.6 26.1
2012 25.1 25.6 26 26 26.1 26.2 25.6 25.8 26 26.3 25.8 26
Rataan 25.3 25.3
4
25.7
2
26.1
2
26.1
6
25.9
8
25.6
4
25.8
2
25.9
6
25.9
6
25.6
8
25.8
4
Min 24.5
Maks 27.1
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013)
Curah hujan yang tinggi di lokasi peneletian berpotensi menyebabkan run-
off di permukaan tanah. Salah satu alternatif solusi dengan membuat sumur
resapan di unit lingkungan ketetanggaan di lokasi penelitian. Sumur resapan air
hujan adalah sarana untuk menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam
tanah. Prinsip dasar sumur resapan dengan mengendalikan kelebihan air
permukaan sehingga air limpasan dapat mengalir secara terkendali dan lebih
banyak meresap kedalam tanah. Kelembaban udara di lanskap permukiman padat
Kecamatan Bogor Tengah sebesar 82.88%. Kelembaban tertinggi rata-rata terjadi
pada bulan Januari, yaitu sebesar 87.00%, sementara kelembaban terendah rata-
rata terjadi pada bulan Agustus, yaitu sebesar 77.8% (Tabel 14).
Tabel 14 Data kelembaban udara rata-rata (%)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
2008 84 90 87 86 82 83 77 81 80 84 86 88
2009 88 88 82 85 85 83 77 75 75 82 84 85
2010 88 88 86 80 84 86 84 84 87 86 85 83
2011 83 82 82 84 84 80 80 75 76 75 83 84
2012 86 87 80 86 86 82 79 74 76 81 85 85
Rataan 85.8 87 83.4 84.2 84.2 82.8 79.4 77.8 78.8 81.6 84.6 85
Min 74
Maks 90
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013)
Untuk meningkatkan kenyamanan pengguna, diperlukan ameliorasi iklim di
area lanskap permukiman padat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan memodifikasi penurunan suhu dengan peletakkan dan pemilihan jenis
vegetasi. Vegetasi dapat menghalangi datangnya sinar matahari sehingga area di
bawah kanopi pohon lebih dingin sebesar 25ºF (14ºC) daripada di area terbuka
(Grey dan Deneke 1978). Terkait dengan masalah polusi udara, Nasrullah et al.
23
(2001) menyebutkan bahwa untuk mengurangi jumlah polutan yang telah terlepas
pada lingkungan dapat dikurangi dengan adanya vegetasi. Berikut merupakan
mekanisme tanaman dalam mereduksi polutan (Gambar 8), yaitu:
Gambar 8 Mekanisme fungsi tanaman dalam mereduksi polutan
Sumber: Nasrullah et al. (2011)
menurut Dirjen Bina Marga (1996), tanaman penyerap polusi udara dan
kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai
massa daun yang padat dan dapat menyerap polusi udara akibat asap kendaraan
bermotor dan dapat mengurangi kebisingan. Selain itu, untuk menurunkan
kelembaban udara terminal dapat dilakukan dengan cara mengarahkan angin
untuk membawa partikel-partikel air ke luar tapak.
Berdasarkan analisis unsur-unsur iklim, masalah iklim mikro pada kawasan
permukiman padat adalah tingginya suhu pada siang hari akibat tingginya radiasi
matahari. Potensi berupa penyinaran matahari yang berlimpah tersebut seharusnya
mampu dimanfaatkan sebagai sumber pencahayaaan pada siang hari, sehingga
mampu mengurangi penggunaan listrik sebagai energi penerangan. Suhu yang
tinggi tersebut dapat dikurangi dengan penyerapan suhu dengan peningkatan
ruang terbuka hijau dengan memanfaatkan ruang terbuka di sekitar permukiman.
Aspek Legalitas
Kawasan pengelolaan merupakan kawasan yang direncanakan oleh
Pemerintah Kota Bogor melalui Rancangan Tata Ruang Wilayah tahun 2011-2031
sebagai kawasan perdagangan dan pusat pelayanan publik. Kawasan ini juga
termasuk dalam kawasan wilayah pengembangan A, yaitu wilayah yang diarahkan
untuk pengendalian perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa serta
peremajaan kawasan permukiman (Bappeda Bogor 2013). Oleh sebab itu,
evaluasi lanskap permukiman Kelurahan Babakan Pasar diarahkan kepada aspek
revitalisasi kawasan permukiman untuk mendukung kegiatan perdagangan
masyarakat permukiman tersebut.
24
Aktivitas Pengguna Tapak
Lokasi tapak yang didominasi oleh usia produktif dan kelompok kerja
menunjukkan keadaan masyarakat yang sebagian besar waktunya banyak
digunakan untuk bekerja. Kelas usia penduduk di lokasi penelitian ditampilkan
pada Tabel 15.
Tabel 15 Kelas usia penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor
Tengah
Kelas Usia Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
0-5 tahun 652 6
6-18 tahun 3.051 26
19-25 tahun 2.842 25
26-50 tahun 4.266 37
>50 tahun 719 6
Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2013)
Pada lokasi penelitian pola penyebaran permukiman tidak teratur.
Permukiman yang didominasi oleh bangunan tinggi berada di kawasan pecinan,
sedangkan permukiman dengan bangunan permanen dan non permanen ukuran
berbeda berada di kawasan sempadan sungai. Fasad bangunan setiap bangunan
tidak beraturan dan menghadap ke jalan lingkungan yang ada di tapak. Kehidupan
masyarakat pada tapak berpotensi menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan lahan
terbatas yang ditempati oleh jumlah penduduk sangat tinggi nenciptakan peluang
munculnya masalah akibat frekuensi interaksi sosial antara penduduk di lanskap
permukiman.
Jenis pekerjaan penduduk permukiman yang tertinggi yaitu pelajar dan
mahasiswa. Jenis pekerjaan kedua tertinggi yaitu pegawai negeri dan ketiga yaitu
karyawan swasta. Kelompok kerja dibagi dalam sektor formal dan informal dan
jumlah kelompok kerja yang bekerja di sektor formal lebih tinggi dibandingkan
sektor informal (Tabel 16).
Tabel 16 Jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor
Tengah
Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Pegawai negeri 2.215 jiwa 19
Karyawan Swasta 1.906 jiwa 16
Pelajar dan Mahasiswa 4.526 jiwa 39
Wiraswasta: berdagang, warung, bengkel dll 624 jiwa 5
Tidak bekerja pada usia produktif 942 jiwa 8
Tidak bekerja dan tidak usia produktif 1.347 jiwa 12
Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2013)
Aktivitas kelompok kerja yang berprofesi sebagai wiraswaswasta, yaitu
pedagang dan pemilik warung dapat dilihat pada lokasi penelitian. Pada lokasi
penelitian terdapat warung sederhana, gerobak dagang dan aktivitas ekonomi
lainnya. Pemilik gerobak dagang melakukan persiapan sebelum berdagang di
rumah masing-masing yaitu di teras rumah, gang, dan di jalan lingkungan.
Pemilik warung sederhana memanfaatkan bagian rumah yang menghadap ke jalan
lingkungan menjadi lokasi warung (Gambar 9). Jalan lingkungan yang sempit dan
aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh penduduk dapat mengganggu sirkulasi
25
pejalan kaki di jalan lingkungan ini. Hal ini disebabkan kebutuhan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sangat penting. Namun,
keterbatasan lahan membuat penduduk mengoptimalkan lahan yang tersisa
walaupun dapat mengganggu kualitas fisik dan sirkulasi kawasan.
Gambar 9 Warung sederhana yang berada di depan rumah penduduk
Sumber: Survei lapang (2014)
Kelompok yang belum dan tidak bekerja didominasi oleh perempuan dan
anak-anak. Kelompok perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga
beraktivitas pada siang hari. Aktivitas yang dilakukan adalah duduk-duduk,
mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan berinteraksi sosial dengan penduduk
lainnya di teras rumah masing-masing.
Selain penduduk permukiman Kelurahan Babakan pasar, pengguna tapak
non permukim sering melakukan kunjungan ke lokasi penelitian. Berdasarkan
hasil wawancara, pengguna tapak non permukim berasal dari dalam Kota Bogor.
Aktivitas pengguna tapak non permukim lebih banyak dalam kegiatan
perdagangan, baik sebagai pedagang maupun pembeli atau konsumen. Aktivitas
mereka bukan bersifat pemenuhan kebutuhan sosial tapi lebih kepada pemenuhan
kebutuhan jasmani maupun rohani. Pemenuhan kebutuhan jasmani untuk mencari
nafkah sebagai pedagang dan menjadi pembeli untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Dan pemenuhan kebutuhan rohani dengan beribadah di masjid, gereja
dan klenteng yang terdapat di dalam tapak.
Aspek Ekonomi
Kelurahan Babakan Pasar termasuk dalam kawasan yang memiliki aktivitas
ekonomi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan rumah tinggal yang
juga digunakan sebagai tempat usaha bagi masyarakatnya. Selain itu pemanfaatan
koridor pejalan kaki yang berada tepat didepan bangunan pada lokasi strategis
menjadi sumber ekonomi etnis Cina di Kelurahan Babakan Pasar. Kehadiran
Pasar Bogor yang beroperasi di siang hari menambah intensitas aktivitas ekonomi
di dalam kawasan. Namun karena minimnya dukungan fasilitas sarana dan
infrastruktur secara kesulurah, membuat kawasan ini terlihat kontras antara siang
dan malam hari.
Kegiatan ekonomi etnis Cina juga terlihat di Pecinan Makassar, yang
merupakan awal kawasan perekonomian kota. Beberapa tempat di Kelurahan
Babakan Pasar merupakan daerah perdagangan yang sangat beragam, antara lain:
a. Jalan Surya Kencana, pusat perdagangan campuran, terdapat Puast Grosir, toko
obat, elektronik, dan material bahan bangunan.
26
b. Jalan Roda pasar tradisional dan kawasan permukiman padat
Dengan potensi yang ada diperlukan kegiatan berciri khas karakter Pecinan
yang berpotensi meningkatkan kegiatan ekonomi. Kegiatan peningkatan vitality
dari sektor ekonomi ini juga diharapkan menjadi suatu daya tarik pengunjung ke
kawasan Pecinan di Kelurahan Babakan Pasar.
Aspek Sosial
Kondisi sosial penduduk diidentifikasi melalui wawancara terhadap divisi
sosial di kelurahan Babakan Pasar dan Ketua RT di dalam kawasan permukiman
padat. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat
Tionghoa melakukan interaksi dalam dua konteks, yaitu hubungan sosial
dikalangan etnis Tionghoa (intern) dan hubungan sosial etnis Tionghoa dengan
komunitas luar yang majemuk (extern).
Perilaku keteritorialan
Perilaku keteritorialan penduduk yaitu penandaan wilayah dan pertahanan
terhadap gangguan termasuk dalam aspek sosial. Penandaan wilayah ditunjukkan
dengan pagar, batas halaman, dan gapura kelurahan. Perilaku keteritorialan ini
menjadi bentuk identitas masyarakat di dalam kawasan penelitian. Dalam suatu
komunitas memiliki suatu sistem pertahanan untuk menghadapi gangguan dari
luar. Sistem pertahanan masyarakat yaitu kegiatan sistem keamanan lingkungan
dengan petugas hansip dan pos siskamling di dalam kawasan. Pada lokasi
penelitian ditemukan bentuk pertahanan lainnya dalam unit lingkungan
ketetanggan berupa pagar dan halaman rumah. Bentuk pertahanan lainnya
diidentifikasi di dalam gedung Vihara, yaitu pengunjung dilarang masuk selain
untuk beribadah. Namun, khusus untuk kegiatan perayaan Imlek, pengunjung
dengan bebas keluar masuk walaupun tidak untuk beribadah.
Aspek Budaya
Pada aspek kebudayaan, diketahui bahwa terdapat akulturasi Budaya Cina
dan Budaya lain di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan langsung di lapangan, akulturasi budaya Cina dan kaum pribumi di
Kota Bogor dapat dilihat dari indikasi tersebut:
-Bahasa
Akulturasi budaya Cina dan pribumi kota Bogor dalam bidang bahasa terjadi
dalam bentuk peminjaman istilah pada bahasa lisan atau tulisan. Penggunaan
bahasa pada unsur nama orang, makanan Cina dan istilah lain. Untuk hal makanan
sangatlah familiar pada kios- kios di lokasi penelitian, seperti : bakso, mie, 9
bakmi, capjay, lunpia, dan lainnya. Jika dikaitkan dengan Pecinan Bogor, terdapat
pusat kuliner franchise Ngohiang, dan kuliner lain dengan penggunaan kata
serapan Cina yang berada di sepanjang Jalan Surya Kencana (Gambar 10). Kios
kuliner yang menggunakan istilah bahasa dan aksara Cina dengan Penempatan
dapur produksi berada di depan atau daerah depan kios, khas tipikal budaya Cina
27
Gambar 10 Kios kuliner khas masakan etnis Tionghoa
Sumber : Survei lapang (2014)
-Kesenian
Jika dibandingkan dengan etnis Cina di Jawa, dalam bentuk kesenian di Pecinan
Makassar tidak terlalu terlihat terjadinya perpaduan dua budaya. Kegiatan
kesenian di kawasan Pecinan Bogor menjadi suatu hal yang mendapat perhatian
berupa kegiatan ritual keagamaan dan hiburan bagi masyarakat. Salah satu bentuk
kesenian yang biasanya ditampilkan di Klenteng pada Kelurahan Babakan Pasar
yaitu atraksi barongsai, leong-leong yang sering dilakukan oleh masyarakat Cina
pada rangkaian kegiatan etnis Cina pada hari-hari perayaan tertentu (Gambar 11).
Ritual mengelilingi setiap Vihara di pusat Kota Bogor dimulai dari Vihara
Dhanagun yang berada di lokasi penelitian. Jalan Suryakencana menjadi salah
satu rute kegiatan ritual keagamaan ini yang berlangsung pada pukul 08.00 WIB
dan berakhir di Vihara Dhanagun pada pukul 19.00-24.00 WIB.
Gambar 11 Kegiatan ritual perayaan hari raya imlek 2013 di Jalan Surya Kencana
Sumber: Survei Lapang (2014)
-Sistem Kepercayaan (Religi)
Rangkaian sejarah Indonesia diwarnai berbagai pergolakan yang melibatkan
etnis Cina yang kontradiktif terhadap pribumi. Pada masa ini terjadi pula
peralihan status dan identitas, termasuk dalam sistem kepercayaan. Indikasi ini
terlihat pula di Etnis Cina di Bogor, ada yang semula beragama Kong Hu Chu
atau Budha berpindah memeluk agama Islam, Katolik dan Kristen Protestan.
28
(a) (b) Gambar 12 (a) Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana Bogor, Jawa Barat,
sekitar 1920-1930 (b) Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana
Sumber : (a)Wikimedia Commons/Tropenmuseum (2014) dan (b)Survei lapang (2014)
- Sistem Pengetahuan
Kebudayaan Sungai Kuning (Cina) termasuk salah satu kebudayaan yang
mempunyai peradaban tertinggi di dunia. Buktinya bahwa hasil kebudayaannya
tetap berkelanjutan bahkan diwarisi hingga sekarang. Cina telah membawa
pengetahuan dan teknologi seperti teknologi metalurgi (pengolahan logam dan
besi), bahkan, bangsa Cina membawa bibit-bibit tanaman seperti teh, tembakau,
dan kacang hijau atau tauge. Implikasi lanjutannya, pengetahuan dan pengolahan
makanan berkembang sehingga kita semakin mengenal variasi kuliner yang kaya
sampai kini. Perwujudan di Pecinan Bogor yang relatif sama di tempat lain pada
umumnya dapat dilihat dengan adanya praktek tabib beserta toko dan ramuan
khas Cina di Jalan Surya Kencana. Berdasarkan kondisi eksisting, dapat
disimpulkan bahwa terdapat keberagaman budaya yang tetap eksis di Pecinan
namun belum diimbangi ketersediaan wadah untuk menampung kegiatan baik
yang bersifat rutin dan insidentil.
Berdasarkan hasil wawancara dan survei langsung, setiap tahunnya
pelaksanaan perayaan Hari Raya Imlek bagi etnis tionghoa dilakukan di Klenteng
Jalan Suryakencana ini. Aktivitasnya berupa rute ritual mengelilingi setiap
klenteng di kota Bogor salah yang satunya berada di Jalan Suryakencana.
Aktivitas yang dilakukan sejak pagi hingga malam hari ini sangat menarik
pengunjung terutama masyarakat sekitar dan beberapa turis. Kegiatan ini tidak
memiliki restriksi karena hanya diikuti oleh etnis tionghoa tetapi juga dapat
dinikmati oleh seluruh masyarakat kota Bogor.
Inventarisasi
Prasarana Lingkungan
Jaringan Jalan
Pada lokasi penelitian terdapat jalan kolektor dan jalan lingkungan. Lokasi
penelitian dibatasi oleh jalan kolektor yaitu Jalan Otto Iskandar Dinata disebelah
utara. Sedangkan disebelah barat dibatasi oleh jalan yaitu Jalan Suryakencana.
Jalan Otto Iskandardinata termasuk ke dalam wilayah administrasi
Kecamatan Bogor Tengah. Panjang Jalan yang Otto Iskandardinata membatasi
lokasi studi adalah 730 m. Berdasarkan data inventarisasi jalan kota Bogor tahun
2005, jalan ini memiliki 3 lajur jalan dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan
(DAMIJA) 15 m dan jalur lalu lintas 9 m. Kondisi perkerasan rusak, jenis
29
perkerasan berupa aspal dengan tipe konstruksi hotmix. Perkerasan berlubang,
dapat dilalui kendaraan dengan kecepatan 10-20 km/jam. Angkutan berat sering
melintas di jalan ini. Trotoar di sebelah kiri dan kanan jalan selebar 1,5 m, jenis
trotoar berupa ubin/keramik dan kondisinya baik. Saluran di kiri dan kanan jalan
selebar 1 m, jenis nya berupa batu kali dan kondisinya sedang.
Jalan Roda termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Bogor
Tengah. Panjang Jalan Roda yang membatasi lokasi studi adalah 879 m.
Berdasarkan Data Inventarisasi Jalan Kota Bogor tahun 2005, jalan ini memiliki 2
lajur jalan dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan (DAMIJA) 9 m dan jalur lalu
lintas 8 m. Kondisi perkerasan baik, jenis perkerasan berupa aspal dengan tipe
konstruksi hotmix. Perkerasan tidak berlubang, dapat dilalui kendaraan dengan
kecepatan 40-60 km/jam. Jalan ini tidak dilewati angkutan berat, tidak terdapat
trotoar dan saluran drainase di sebelah kiri dan kanan jalan kondisi buruk.
Jalan Suryakencana termasuk kedalam wilayah administrasi Kecamatan
Bogor Tengah. Panjang Jalan Suryakencana yang membatasi lokasi studi adalah
900 m. Berdasarkan Data Inventarisasi Jalan Kota Bogor tahun 2005, jalan ini
memiliki 3 lajur dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan (DAMIJA) 9 m dan jalur
lalu lintas 8 m. Kondisi perkerasan baik, jenis perkerasan berupa aspal dengan tipe
konstruksi hotmix. Perkerasan tidak berlubang, dapat dilalui kendaraan dengan
kecepatan 40-60 km/jam. Jalan ini tidak dilewati angkutan berat, tidak terdapat
trotoar dan saluran drainase di sebelah kiri dan kanan jalan kondisi buruk.
Jalan lingkungan dalam permukiman hanya dapat dilalui oleh pengendara
roda dua dan pejalan kaki. Secara umum lebar jalan lingkungan sangat sempit
yaitu sekitar ± 1,2m karena ruang yang tersedia telah digunakan untuk area
permukiman penduduk.
Pola sirkulasi pada jalan lingkungan dalam permukiman ini membentuk
cul-de-sac yang hanya memiliki satu arus masuk dan keluar pada setiap
lingkungan rumah tangganya. Sedangkan pada sekitar Jalan Suryakencana
memiliki pola linier (Gambar 13).
Gambar 13 Jalan lingkungan di lokasi penelitian
Sumber: Survei lapang (2014)
Drainase
Lokasi penelitian memiliki tipe saluran drainase tertutup (Gambar 14).
Drainase terbuka terletak di sisi-sisi jalan dan berfungsi sebagai pengalir aliran air
hujan. Secara umum, drainase tertutup sudah berjalan dengan baik. Namun di
lokasi tertentu, drainase tertutup penuh dengan sampah yang berasal dari kios dan
30
warung makan. Drainase tertutup dominan terletak di seluruh sisi permukiman.
Drainase ini sebagian besar digunakan sebagai saluran pembuangan limbah dari
permukiman, toilet, dan mushola.
(a) (b)
Gambar 14 Tipe drainase tertutup di lokasi penelitian: (a) Drainase di Pasar Bogor
(b)Drainase di permukiman
Sumber: Survei lapang (2014)
Persampahan
Pembuangan sampah di lokasi studi dilakukan melalui tiga cara yaitu:
pengangkutan langsung oleh angkutan DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan), pengangkutan ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan
dibuang langsung ke sungai (Gambar 21). Berdasarkan data hasil wawancara,
27% sampah rumah tangga diangkut langsung oleh kendaraan DLHK, 57 %
diangkut ke TPS terdekat dan 13 % dibuang ke sungai. Sampah yang diangkut
secara koordinasi sebesar 74 % dan dibuang langsung ke sungai atau non
koordinasi sebesar 26%. Sistem pembuangan sampah di permukiman sepanjang
Jalan Suryakencana dilakukan melalui pengangkutan langsung oleh kendaraan
DLHK. Biaya pembuangan sampah dimasukkan ke dalam pembayaran tagihan
PDAM setiap bulannya. Sampah rumah tangga ditampung di bak sampah
berukuran 1,5 m x 1,5 m. Dalam kurun waktu 1 kali dalam satu minggu, truk
sampah dari DLHK mengangkut sampah yang ditampung sementara di bak
sampah tiap-tiap rumah atau gerobak sampah untuk diangkut ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) Galuga. Pada lokasi penelitian terdapat 4 TPS yaitu 2 TPS di
Pasar Bogor dan 2 TPS di Jalan Roda . Sistem pembuangan sampah dapat melalui
koordinasi dan non koordinasi. Berdasarkan data hasil wawancara, 38% sampah
diangkut ke TPS Jalan Roda, dan 62% diangkut ke TPS Pasar Bogor.
Pengangkutan dilakukan secara kolektif setiap hari. Sampah di daerah ini tidak
hanya sampah rumah tangga tetapi termasuk sampah pasar. Sampah dapat
diangkut secara kolektif melalui koordinasi yang dikelola oleh Ketua Pemuda,
Remaja Mesjid dan Sukarelawan. Pengangkutan dilakukan tiap RT (Rukun
Tetangga), juga dapat dilakukan 2 RT sekaligus. Pada umumnya sampah diangkut
dari setiap rumah pada waktu malam hari oleh kelompok pemuda dan pagi hari
oleh sukarelawan. Sampah dari rumah-rumah diangkut dalam karung untuk
dipanggul atau dipikul. Dalam satu malam dapat menghasilkan 4-6 karung
sampah untuk 2 RT. Pengangkutan sampah menjadi sumber pendapatan bagi
pemuda setempat. Akan tetapi masih terdapat kendala yaitu proses pengangkutan
menjadi terhambat karena keterbatasan. Adanya keterbatasan yang bersifat teknis
dan non teknis dalam pengangkutan sampah mengakibatkan sebagian warga
membuang sampah langsung ke sungai.
31
Sarana Lingkungan
Lokasi penelitian adalah salah satu pusat perdagangan di Kota Bogor. Pasar
Bogor dan sepanjang Jalan Suryakencana merupakan tempat dengan intensitas
perdagangan yang tinggi. Hampir keseluruhan bangunan merupakan sarana
perniagaan seperti warung, toko, dan Ruko (Rumah Toko). Sarana pendidikan
merupakan fasilitas penunjang dalam suatu permukiman. Pada lokasi penelitian
terdapat 1 Sekolah Dasar, 1 Taman Kanak-Kanak dan 1 TPA (Gambar 4). Sekolah
Dasar yaitu SD Roda yang berada di pinggir jalan Roda. TK Al-Mukhlisin berada
di bantaran sungai Ciliwung. TPA Al-Kharyah berada di tengah-tengah
permukiman padat. Sarana pelayanan umum pada lokasi penelitian yaitu 1 unit
administrasi pemerintahan berupa Kantor Kelurahan Babakan Pasar dan 1 unit
Kantor Bank Cabang Pembantu. Sarana RTH pada lokasi penelitian sangat rendah,
tetapi terdapat ruang terbuka yang berpotensi menjadi RTH (Gambar 15). Bentuk
ruang terbuka di lokasi penelitian berupa lapangan sebanyak 2 lapangan olahraga
masing-masing dengan luas sekitar 167 m2 dan 240 m
2. Penduduk biasanya
menggunakan lapangan ini untuk olahraga seperti badminton dan voli. Mayoritas
pengguna adalah anak-anak dan remaja. Lapangan digunakan sebagai tempat
berkumpul penduduk terutama usia remaja pada sore dan malam hari. Pada siang
hari, lapangan digunakan sebagai tempat untuk menjemur. Intensitas penggunaan
lapangan olahraga lebih tinggi pada pagi dan sore hari terutama hari libur. Sarana
peribadatan di lokasi penelitian yaitu mesjid, gereja dan vihara. Di lokasi studi
terdapat 1 unit mesjid, 1 unit gereja dan 1 unit vihara.
Gambar 15 Lapangan olahraga di lokasi penelitian
Sumber: Survei lapang (2014)
Utilitas
Air Bersih
Mayoritas penduduk di lokasi studi menggunakan pelayanan PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum) untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Menurut
data PDAM “Tirta Pakuan” Kota Bogor, sebanyak 84,75% rumah tangga di
Kelurahan Babakan Pasar mendapat air bersih dengan berlangganan PDAM.
Pelayanan PDAM sudah menjangkau dan memenuhi kebutuhan air bersih di
permukiman. Berdasarkan data hasil wawancara, sebanyak 28 responden
menggunakan PDAM dan 2 responden menggunakan sumur gali. Pada
permukiman juga terdapat sumur gali yang digunakan sebagai sumur umum.
Sumber air bersih lain di lokasi studi adalah pompa manual. Jumlah pompa
manual masih terbatas dan sedikit jumlahnya. Air tanah merupakan sumber air
untuk pompa. Kondisi air tanah yang sudah tercemar di lokasi studi menyebabkan
32
air dari pompa tidak digunakan untuk air minum, Air dari pompa digunakan untuk
mandi, cuci dan lain-lain. Penduduk memanfaatkan air dari sumur gali untuk
mandi, cuci dan wudhu. Selama pengamatan di lapang, masih terdapat masyarakat
yang menggunakan air sungai untuk mandi dan cuci.
Analisis dan Sintesis
Analisis Penilaian Kriteria Revitalisasi Kawasan
Analisis penilaian kriteria revitalisasi dilakukan berdasarkan Pedoman
Teknis Revitalisasi Kawasan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 18/PRT/M/2010 dengan beberapa modifikasi untuk menyesuaikan
dengan kondisi lokasi penelitian. Penilaian terdiri dari dua tahap, yaitu (1)
menentukan kriteria pemilihan lokasi dan (2) penilaian pemilihan lokasi. Tahap
pertama terdiri dari dua kelompok tahap penilaian, yaitu (1) penilaian variabel
utama yang harus dipenuhi suatu lokasi revitalisasi dan (2) penilaian variabel
tambahan. Variabel utama yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 18/PRT/M/2010, yaitu (a) vitality ekonomi dan degradasi lingkungan
dan (b) nilai lokasi, dan (c) komitmen Pemda. Sementara itu, variabel tambahan
yang terdiri dari (a) kawasan masuk di Kawasan Strategis Menurut UU Tata
Ruang, (b) kepemilikan tanah (land tenure) di kawasan, dan (3) kepadatan fisik
dipilih seluruhnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2010, kondisi
vitality kawasan dan degradasi lingkungan dapat diukur dari segi penurunan
produktivitas ekonomi (Tabel 17) dan degradasi lingkungan (Tabel 18) di bawah
ini,
Tabel 17 Nilai lokasi penelitian berdasarkan penurunan produktivitas ekonomi
No Variabel Parameter (P) dan Skor (S) Nilai
Kumulatif
P S1 P S2 P S3
1. Lapangan
Kerja
Tinggi 1 Sedang 2 Rendah 3 2
2. Unit
Ruang
Usaha
Sangat 1 Beragam 2 Kurang
beragam
3 2
3. Densitas
Penduduk
<60
jiwa/ha
1 60-150
jiwa/ha
2 >150
jiwa/ha
3 3
Nilai Total 1A 7
Indeksa 2.22%
Nilai total x Indeks 15.54%
Keterangan: aIndeks 2.22%
Berdasarkan hasil wawancara terhadap jumlah lapangan kerja di lokasi
penelitian, ditemukan bahwa jumlah lapangan kerja termasuk dalam kategori
sedang. Berdasarkan hasil wawancara dan survei lapang, jumlah unit ruang usaha
di lokasi penilitian termasuk dalam kategori beragam dengan jumlah 30-40 unit
ruang usaha. Berdasarkan data statistik dari Kantor Kecamatan Bogor Tengah
tahun 2014, Kelurahan Babakan Pasar memiliki luas 42 Ha dengan jumlah
penduduk 11.467 jiwa. Densitas penduduk dihitung dengan membandingkan
jumlah penduduk dengan luas keseluruhan lokasi penelitian, sehingga kelurahan
33
ini memperoleh densitas penduduk sebesar 252 jiwa/ha. Selanjutnya, potensi dan
permasalahan penurunan produktivitas ekonomi dihitung dari nilai total 1A
dikalikan indeks 2.22% dan dikategorikan menjadi:
1) Nilai < 8.9% = Rendah
2) Nilai > 8.9 s.d < 15.6% = Sedang
3) Nilai > 15.6% = Tinggi
Sementara itu, untuk penilaian degradasi lingkungan berdasarkan kondisi
tingkat pelayanan prasarana dan sarana ekonomi, sosial, dan budaya yang
meliputi:
Tabel 18 Nilai lokasi penelitian berdasarkan degradasi lingkungan
No Variabel Parameter (P) dan Skor (S) Nilai
Kumulatif P S1 P S2 P S3
Prasarana Dasar
1 Layanan prasarana
air bersih dalam
kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 2
2 Layanan jalan
(dan jembatan)
dalam kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 3
3 Layanan prasarana
drainase dalam
kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 2
4 Layanan prasarana
sanitasi dalam
kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 2
5 Layanan prasarana
persampahan
dalam kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 3
Sarana Dasar
6 Layanan sarana
ekonomi dalam
kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 2
7 Layanan sarana
sosial budaya
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 2
8 Layanan sarana
rumah dalam
kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 3
Nilai total 1B 25
Indeksa
0.83%
Nilai total x Indeks 20,75% aIndeks 0.83%
Berdasarkan standar pelayanan minimal untuk permukiman menurut
keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001,
sebanyak 60-220 liter/ orang/hari untuk permukiman di kawasan perkotaan dan
55-75% penduduk terlayani. Pada lokasi penelitian, sumber air bersih berasal dari
PDAM, air tanah, sumur gali atau mata air. Penduduk yang menggunakan air
bersih dari PDAM sekitar 80%, air sungai sekitar 14% dan sumur gali 6%. Dari
beberapa persyaratan minimun tersebut permukiman ini belum dapat melayani
sistem air bersih permukiman ini. Menurut keputusan menteri permukiman dan
prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001, standar pelayanan untuk kondisi jalan
yaitu panjang 40-60m/ha dengan lebar 2-5m, dan akses ke semua lingkungan
34
permukiman dapat diakses mobil pemadam kebakaran. Berdasarkan pengamatan
di permukiman ini, jalan yang digunakan berukuran 1-2 m dan dengan lebar ini
jalan di permukiman ini tidak dapat mengakomodasi aksesibilitas mobil pemadam
kebakaran. Menurut keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No.
534/KPTS/M/2001, standar pelayanan minimal untuk sanitasi di lingkungan
permukiman yaitu 80-90% penduduk untuk daerah dengan kepadatan > 300
jiwa/ha dengan tingkat pelayanan maksimal 120.000 jiwa, IPLT sistem kolam
dengan debit 50 m3/hari. Pada lokasi permukiman, pelayanan ini belum terpenuhi.
Menurut keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No.
534/KPTS/M/2001, penanganan sampah pada lokasi dilakukan secara individual
untuk diambil pemulung, tempat kapasitas perwadahan tersedia, pengumpulan dan
pengangkutan sampah dilakukan secara reguler. Oleh sebab itu, Potensi dan
permasalahan degradasi lingkungan dihitung dari nilai total 1B dikalikan indeks
0.83% dan dikategorikan menjadi:
1) Nilai < 8.3% = Rendah
2) Nilai > 8.3 s.d < 14.9% = Sedang
3) Nilai > 14.9% = Tinggi
2. Nilai Lokasi Penilaian terhadap nilai lokasi kawasan berdasarkan fungsi strategis
kawasan terhadap variabel fungsi ekonomi, nilai jual lahan (terhadap
sekitarnya/radius 1 km), dan pencapaian kawasan dari pusat kota (Tabel 19).
Tabel 19 Nilai lokasi penelitian berdasarkan fungsi strategis terhadap variabel
fungsi ekonomi
No Variabel Parameter (P) dan Skori (S) Nilai
P S1 P S2 P S3 Kumulatif
1 Fungsi
strategis
Tidak potensi
untuk fungsi
ekonomi
1 Cukup
potensi
fungsi
ekonomi
2 Potensi
untuk
fungsi
ekonomi
3 3
2 Nilai jual
lahan (radius
1 km)
2% 1 3% 2 4% 3 3
3 Pencapaian
dari pusat
kota
Susah diakses 1 Memiliki
akses
2 Mudah
diakses
3 3
Nilai total 1A 9
Indeksa
2.22%
Nilai total x Indeks 19.98% aIndeks 2.22 %
Potensi dan permasalahan penurunan produktivitas ekonomi dihitung dari nilai
total dikalikan indeks 2,22% dan dikategorikan menjadi:
1. Nilai < 8.9% = Rendah
2. Nilai > 8.9 s.d < 15.6% = Sedang
3. Nilai > 15.6% = Tinggi
3. Komitmen Pemerintah Daerah (Pemda) Penilaian terhadap komitmen Pemda berdasarkan pengelolaan yang
berkelanjutan dari Pemda, sharing investasi/kerjasama pendanaan dan pengaturan
35
(regulasi) dari Pemda. Namun dalam penelitian ini, hanya digunakan dua aspek,
yaitu sharing investasi/kerjasama pendanaan dan pengaturan (regulasi) dari
Pemda (Tabel 20).
Tabel 20 Nilai lokasi penelitian berdasarkan komitmen Pemda
aJawaban Ya Nilai = 1;
bJawaban Tidak Nilai = 0;
cIndeks 0.063%
Penjumlahan nilai total 1+2 dikali indeks masing-masing dikategorikan menjadi :
1. Nilai < 5% = Rendah
2. Nilai > 5 s.d < 12.5% = Sedang
3. Nilai > 12.5% = Tinggi
b. Tahap II Penilaian tahap II berisi variabel tambahan dalam pemilihan lokasi. Penilaian
terhadap variabel-variabel tambahan ditujukan untuk mengetahui (4) keberadaan
kawasan apakah masuk dalam kawasan strategis menurut UU Tata Ruang, (5)
kondisi kepemilikan tanah dan (6) kepadatan fisik, seperti yang diterangkan dalam
penjelasan berikut.
1. Kawasan Masuk di Kawasan Strategis menurut UU Penataan Ruang Penilaian kawasan kedalam kawasan strategis berdasarkan UU No.26/2008
tentang Penataan Ruang berdasarkan variabel kawasan strategis nasional, kawasan
strategis provinsi, dan kawasan strategis kabupaten/kota (Tabel 21).
Tabel 21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26
Tahun 2008 Kawasan masuk di salah satu kawasan strategis di bawah ini:
Kawasan strategis Nasional (UU No.26/2008)
Yaa
Tidakb
Nilai
A Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Tidak 0
B Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Tidak 0
No Aspek Yaa
Tidakb
Nilai
1 Sharing investasi (financing)
a. Tidak terpaku APBN, berinisiatif
menggalang dana dari Tk I dan Tk II
1 1
b. Menggalang investor 0 0
Nilai total 1
Indeks 5%
Nilai total x indeks 5%
2 Regulasi/deregulasi
a. Regulasi dokumen perencanaan Penyusunan
Rencana Kerja (PRK) diperkuat dengan SK
Kepala Daerah/Perda
1 1
b. Regulasi pengelolaan kawasan 1 1
1) Traffic system management 1 1
2) Insentif (pajak, KLB, KDB) & disinsentif
3) IMB 1 1
4) Retribusi 1 1
5) PBB,dll 1 1
6) Pembebasan lahan 0 0
7) Kemudahan perizinan 1 1
Nilai total 7
Indeksc
0.63%
Nilai total x indeks 4.41%
Nilai total 1+2 9.41%
36
Tabel 21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26
Tahun 2008 (lanjutan)
Kawasan masuk di salah satu kawasan strategis di bawah ini:
Kawasan strategis Nasional (UU No.26/2008)
Yaa
Tidakb
Nilai
C Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Tidak 0
Nilai total 0
Indeksc
1,67%
Nilai total x Indeks 0 aJawaban Ya Nilai = 1;
bJawaban Tidak Nilai = 0;
cIndeks 1,67%
Menurut UU No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. PKW adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota. PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk
mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Lokasi penelitian berada
di Kota Bogor dan Kota Bogor tidak termasuk dalam kawasan PKN, PKW dan
PKSN. Sehingga, potensi lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut
UU No. 26 Tahun 2008 dihitung dari nilai total dikalikan indeks 1.67% dan
dikategorikan menjadi:
1) Nilai 1.7% = Rendah
2) Nilai 3.4% = Sedang
3) Nilai 5.0% = Tinggi
2. Kepemilikan Tanah (Land Tenure) di Kawasan
Penilaian kepemilikan tanah berdasarkan variabel status kepemilikan lahan
tidak dalam sengketa dan status kepemilikan yang jelas (Tabel 22), Tabel 22 Nilai lokasi penelitian berdasarkan kepemilikan Tanah (land tenure) di kawasan
No Variabel Parameter (P) dan (S) Nilai
P S1 P S2 P S3 Kumulatif
1 Status
sengketa
Bersengketa 1 Penyelesai
an
2 Tidak 3 2
2 Kepemilikan
jelas
Tidak
jelas/liar
1 Milik
privat
2 Milik
Negar
a
3 2
Nilai total 1A 4
Indeksa
0.83%
Nilai total x Indeks 3.32% aIndeks 0.83%
Potensi dan permasalahan kepemilikan tanah (land tenure) dihitung dari nilai total
dikalikan indeks 0.83% dan dikategorikan menjadi:
1) Nilai < 2.5% = Rendah
2) Nilai > 2.5 s.d < 4.2% = Sedang
3) Nilai > 4.2% = Tinggi
3. Kepadatan Fisik Penilaian kepadatan fisik berdasarkan variabel KDB (Koefisien Dasar
Bangunan) dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) (Tabel 22).
37
Tabel 22 Nilai lokaasi berdasarkan kepadatan fisik
No Variabel Parameter (P) dan Skor (S) Nilai
P S1 P S2 P S3 Kumulatif
1 KDB (Koefisien
Dasar Bangunan)
Rendah
(<40%)
1 Sedang
(40%-80%)
2 Tinggi
(>60%)
3 3
2 KLB (Koefisien
Lantai Bangunan)
Rendah
(<1)
1 Sedang (1-2) 2 Tinggi
(>2)
3 1
Nilai total 1A 4
Indeksa 0.83%
Nilai total x Indeks 3.32 % aIndeks 0.83%
Pada lokasi penelitian terdapat permukiman dengan dominasi rumah toko
dan rumah sederhana. Permukiman dengan dominasi rumah toko memiliki KDB
64% dan kepadatan bangunan sangat tinggi. Jumlah bangunan 30 per hektar
dengan pola bangunan linier dan teratur. Permukiman dengan dominasi rumah
sederhana memiliki KDB sekitar 91% dengan kepadatan sangat tinggi. Dominasi
bangunan berupa rumah tinggal dengan luas 70 m2. Jumlah bangunan sekitar 85
rumah dengan pola bangunan tidak teratur dan lebar jalan lingkungan sekitar
1,2m. Oleh sebab itu, KDB di lanskap permukiman ini termasuk dalam kategori
tinggi. Potensi dan permasalahan kepadatan fisik berdasarkan variabel KDB dan
KLB dihitung dari nilai total dikalikan indeks 0.83% dan dikategorikan menjadi:
1) Nilai < 2.5% = Rendah
2) Nilai > 2.5 s.d < 4.2% = Sedang
3) Nilai > 4.2% = Tinggi Setelah dilakukan penentuan kriteria dan penilaian terhadap variabel utama
dan variabel tambahan, selanjutnya adalah tahap penentuan kelulusan (passing
grade) dan potensi keberhasilan pemilihan lokasi/ kawasan revitalisasi. Ketentuan
dalam penilaian passing grade pemilihan lokasi kawasan, yaitu:
i. Kawasan revitalisasi dapat lolos ke passing grade apabila total jumlah nilai
pada tahap I ≥ 60%.
ii. Bila lolos passing grade, penilaian tahap II akan dilanjutkan untuk
mendapatkan nilai akhir.
Potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi kawasan
didasarkan pada jumlah penilaian Tahap I dan Tahap II, yang dikategorikan
sebagai berikut:
i. nilai ≥ 65% – ≤ 80% = cukup potensial
ii. nilai > 80% – ≤ 85% = potensial
iii. nilai > 85% – 100% = sangat potensial
hasilnya, potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi
kawasan berdasarkan jumlah penilaian Tahap I (penilaian variabel utama) sebesar
65.68% dan Tahap II (penilaian variabel tambahan) sebesar 11.65%. Dengan
demikian, total nilai adalah sebesar 77.33%. Nilai ini termasuk ke dalam rentang
kriteria cukup potensial untuk dilakukan upaya revitalisasi kawasan (Tabel 23).
38
Tabel 23 Kriteria revitalisasi di lokasi penelitian
Kriteria revitalisasi Nilai Indeks (%) Nilai total (%)
1. Penilaian pemilihan lokasi
i. Variabel utama
a. Vitality ekonomi
b. Degradasi lingkungan
7.00
25.00
2.22
0.83
36.29
c. Nilai lokasi 9.00 2.22 19.98
d. Komitmen Pemda
e. Sharing investasi 1.00 5.00 5.00
f. Regulasi/deregulasi 7.00 0.63 4.41
ii. Variabel tambahan
a. Kawasan masuk di Kawasan
Strategis menurut UU Tata Ruang
0.00 1.67 0.00
b. Kepemilikan tanah (land tenure) 4.00 0.83 3.32
c. Kepadatan fisik 4.00 0.83 3.32
2. Penentuan kelulusan (passing
grade) dan potensi keberhasilan
pemilihan lokasi kawasan
1. nilai ≥65%-≤80% = cukup potensial
2. nilai >80% - ≤85% = potensial
3. nilai >85%-100% = sangat potensial
Nilai total kriteria revitalisai I+II 72.72
Kriteria revitalisasi Cukup potensial
Berdasarkan hasil analisis kriteria revitalisasi, lanskap permukiman padat
penduduk ini termasuk dalam kategori cukup potensial untuk dilakukan kegiatan
revitalisasi.
Analisis Vitality Lanskap permukiman Padat
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow dalam Porteus tahun 1977, dengan kondisi eksisting di lanskap
permukiman kelurahan Bababakan Pasar yang di tampilkan dalam tabel berikut
(Tabel 24).
Tabel 24 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat
Kel. BabakanPasar
No. Kebutuhan
Dasar
Bentuk Fisik/Non
Fisik
Keterangan (Ada/Tidak
Ada), Jenis
Form
(Bentuk)
1. Pangan ●Aktivitas
●Produksi
●Ada (berjualan)
●Ada (produksi adonan
lumpia dan kuliner khas
Cina)
●Node yang
mengokupasi path
dalam distrik
permukiman
2. Keamanan ●Layout
permukiman
●Gerbang
permukiman
●Pos keamanan
●Ada (pola linier dan cul
de sac)
●Ada (Gapura Kel.
Babakan Pasar)
●Ada (Poskamling)
39
Tabel 24 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat
Kel. BabakanPasar (lanjutan)
No. Kebutuhan
Dasar
Bentuk Fisik/Non
Fisik
Keterangan (Ada/Tidak
Ada), Jenis
Form
(Bentuk)
3. Afiliasi ●Ruang terbuka
●Ruang berkumpul
(outdoor dan indoor)
●Koperasi/Bank
●Ada (Pedestrian, teras
kios dan bangunan, jarak
antar bangunan, dan
lapangan)
●Ada (Klenteng
Gunadharma)
●Ada (Bank Mandiri)
●Node yang
mengokupasi path
dalam distrik
permukiman
●Landmark
●Node
4. Stimulasi ●Ragam display/toko
●Ada (Keunikan fasad
bangunan)
●Distrik
5. Identitas ●Budaya tradisional
Cina
●Aktivitas
●Monumen
●Tugu
●Festival budaya etnis
Cina
●Aktivitas ekonomi
●Tidak Ada
●Tidak Ada
Sumber: Survei Lapang (2014)
Berdasarkan hasil pengamatan, bentuk fisik kebutuhan dasar manusia di lanskap
permukiman dapat teridentifikasi dengan baik. Bentuk fisik kebutuhan pangan
yaitu aktivitas ekonomi seperti berjualan dan produksi kuliner khas Cina. Bentuk
fisik keamanan berupa layout permukiman, gerbang permukiman dan pos
keamanan. Bentuk fisik kebutuhan afiliasi berupa ruang terbuka dan ruang
berkumpul baik diluar ruangan maupun didalam ruangan. Bentuk fisik stimulasi
di dalam lokasi penelitian yaitu ragam display/toko yang memiliki keunikan fasad
bangunan. Bentuk non-fisik identitas kawasan yaitu festival kebudayaan
tradisional Cina yang diadakan setiap tahun. Sedangkan bentuk fisik identitas
yaitu aktivitas ekonomi karena kawasan yang telah dikenal sebagai kawasan
perdagangan sejak zaman dahulu. Kebutuhan pangan dan afiliasi terdapat
kesamaan yaitu dalam bentuk node dan mengokupasi path di dalam permukiman
yang seharusnya hanya untuk jalur sirkulasi. Kondisi ini ditemukan di sepanjang
Jalan Suryakencana dan Jalan Roda. Oleh sebab itu, kebutuhan dasar manusia
yang paling signifikan didalam lokasi penelitian yaitu pangan dan afiliasi.
Identifikasi pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di lokasi penelitian dapat
digunakan untuk memperjelas studi perilaku masyarakat. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui lokasi kegiatan, intensitas dan aksesibilitas masyarakat untuk
mencapai setiap titik lokasi kegiatan pada Tabel 25 dan Gambar 16.
40
Tabel 25 Intensitas dan aksesibilitas pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di
lokasi penelitian
Kebutuhan Dasar Lokasi Intensitas Aksesibilitas
Kebutuhan Biologis
●Berjualan
●Warung di
Pedestrian Jalan
Suryakencana
●Pagi-Sore ●Linier, mudah, publik1
●Kios di Jalan
Suryakencana
●Pagi-Sore ●Linier, mudah, publik1
●Pasar Bogor ●Pagi-Sore ●Linier, mudah, publik1
●Pasar pagi
●Jalan raya ●03.00-06.00 ●Linier, mudah, publik1
●Home industry ●Rumah penduduk ●Pagi-Sore ●Cul de sac, cukup
sulit2, khusus untuk
pekerja
Kebutuhan Afiliasi
●Berkumpul ●Lapangan
olahraga
●Siang-sore
hari
●Cul de sac, cukup
sulit2, akses publik
1
●Teras rumah dan
kios
●Sepanjang
hari
●Cul de sac, cukup sulit2
khusus hanya untuk
pemilik rumah dan
tetangga
●Tempat ibadah ●Pagi-Malam ●mudah, akses khusus
hanya untuk aktivitas
agama
Kebutuhan Rohani dan Estetika
●Sembahyang ●Vihara ●Pagi-Malam ●Akses mudah, hari
biasa hanya khusus untuk
kegiatan sembahyang,
(saat hari raya imlek
terbuka untuk publik1)
●Mesjid
●Pagi-Malam ●Akses mudah, hanya
khusus untuk umat
Kristen
●Gereja ●Pagi-Sore ●Akses mudah, hari
hanya khusus untuk umat
islam
●Perayaan Keagamaan
etnis Cina
●Jalan
Suryakencana
●Pagi-Malam ●Linier, Akses mudah,
terbuka untuk publik1
Keterangan: 1tidak ada pembatasan jenis pengguna dan pengunjung,
2ruang sempit
Sumber: Survei Lapang (2014)
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa intensitas aktivitas ekonomi
adalah aktivitas yang paling banyak di lokasi penelitian. Sementara itu, aktivitas
keagamaan berada di peringkat kedua dan aktivitas sosial berada di peringkat
ketiga. Oleh sebab itu, di lanskap permukiman padat ini memiliki potensi
ekonomi yang tinggi bagi masyarakat sekitarnya. Selanjutnya, jika dilihat pada
aksesibilitas di lokasi penelitian, pada aktivitas ekonomi secara umum
aksesibilitas linier, menuju lokasi mudah dan penggunaannya terbuka untuk
umum. Namun, untuk home industry aksesibilitas cul-de-sac dengan akses
menuju lokasi cukup sulit karena berada di dalam kawasan permukiman padat dan
penggunaannya dikhususkan untuk pekerja. Oleh sebab itu, untuk aksesibilitas
aktivitas ekonomi semakin tidak adanya pembatasan penggunaan dan pengunjung
41
menuju suatu lokasi di lanskap permukiman ini maka semakin tinggi
aksesibilitasnya.
Gambar 16 Intensitas aktivitas di dalam lokasi penelitian
Sumber: Survei lapang (2014)
Pemenuhan kebutuhan biologis diekspresikan penduduk sebagai aktivitas
ekonomi. Bangunan ruko ditemukan di dalam lokasi penelitian dalam jumlah
banyak dan mengokupasi jalur (path) di sepanjang Jalan Roda dan Jalan
Suryakencana di lokasi penelitian. Ruko adalah bangunan yang digunakan
penduduk untuk berjualan dan sekaligus menjadi tempat tinggal. Berdasarkan
hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat perbedaan jumlah PKL
dan ruko di Jalan Roda (Gambar 17) dan Jalan Suryakencana (Gambar 18).
(a)
42
(b)
Gambar 17 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi
PKL di Jalan Roda
Sumber : Survei lapang 2014
Berdasarkan hasil pengamatan, di Jalan Roda jumlah fasilitas ekonomi yang aktif
yaitu ruko 20 unit dan PKL 5 unit. Pada siang hari aktivitas ekonomi termasuk
tinggi dengan jumlah ruko yang aktif sebanyak 18 unit dan jumlah PKL aktif
sebanyak 5 unit. Sedangkan, pada malam hari aktivitas ekonomi tergolong rendah
dengan tidak adanya ruko yang aktif dan PKL yang aktif sebanyak 1 unit. Oleh
sebab itu, intensitas dan jumlah aktivitas ekonomi Jalan Roda pada pagi dan siang
hari lebih tinggi dibandingkan malam hari.
(a)
(b)
Gambar 18 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi
PKL di Jalan Suryakencana
Sumber: Survei lapang 2014
43
Berdasarkan hasil pengamatan, di Jalan Suryakencana jumlah aktivitas yaitu
ruko 40 unit dan PKL 30 unit. Pada siang hari aktivitas ekonomi termasuk tinggi
dengan jumlah ruko yang aktif sebanyak 30 unit dan jumlah PKL aktif sebanyak
30 unit. Sedangkan, pada malam hari aktivitas ekonomi tergolong rendah dengan
tidak adanya jumlah ruko yang aktif dan PKL yang aktif sebanyak 10 unit. Oleh
sebab itu, intensitas dan jumlah aktivitas ekonomi Jalan Suryakencana pada pagi
dan siang hari lebih tinggi dibandingkan malam hari. Perbandingan jumlah dan
intensitas aktifitas di jalan Suryakencana pada siang hari lebih tinggi
dibandingkan Jalan Roda. Kondisi jalan Suryakencana yang ramai dan akses
utama membuat sektor informal seperti PKL lebih banyak dibandingkan Jalan
Roda. Hal ini juga terjadi di lokasi penelitian, PKL yang tidak dapat berjualan di
pagi hari, membuka lahan usahanya di sepanjang Jalan Suryakencana pada malam
hari. Hasil survei lapang menunjukkan sebesar 10% PKL buka dibandingkan yang
tutup pada malam hari, sedangkan seluruh ruko tutup pada malam hari. Hal ini
menunjukkan bahwa PKL masih tetap beraktivitas dalam jumlah besar pada
malam hari, dibandingkan ruko.
(a) (b)
Gambar 19 (a)Tingkat vitality aktivitas PKL selama ± 24 jam (b)Tingkat vitality aktivitas
ekonomi pada ruko selama ± 24 jam
Sumber: Survei lapang (2014)
Sektor informal dapat menghidupkan suasana di malam hari (Sholihah 2005).
Oleh sebab itu, aktivitas PKL berperan sebagai salah satu penggerak ekonomi di
lokasi penelitian pada malam hari. Aktivitas ekonomi ini juga berperan sebagai
salah satu potensi untuk meningkatkan vitality kawasan ini. Aktivitas ekonomi di
Jalan Roda lebih rendah dibandingkan aktivitas di sepanjang Jalan Suryakencana,
padahal jarak antara kedua lokasi cukup dekat dan berada dalam lokasi yang
sama. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara diperoleh beberapa
informasi mengenai potensi vitality di jalan Roda (Tabel 26),
Tabel 26 Perbandingan kondisi vitality jalan Roda dahulu dan eksisting No Dahulu Saat ini
1 Digunakan sebagai jalur aktivitas budaya untuk
perayaan imlek
Tidak ada aktivitas budaya
2 sebagai jalur perdagangan Masih digunakan sebagai jalur
perdagangan
3 Jumlah permukiman sedikit Jumlah permukiman
meningkat
Sumber: Survei lapang dan wawancara langsung (2014)
44
Berdasarkan hasil analisis, potensi ekonomi di dalam lokasi penelitian lebih
dominan dibandingkan potensi lainnya. Oleh sebab itu, evaluasi dilakukan untuk
meningkatkan vitality ekonomi kawasan penelitian.
Gambar 17 Jenis aktivitas ekonomi didalam kawasan penelitian
Sumber: Survei lapang 2014
45
Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Struktur/Perilaku Keteritorialan
Analisis ini dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada responden
sebanyak 30 orang. Responden diberikan pertanyaan sebanyak 5 buah untuk
mengetahui persepsi masyarakat terhadap perilaku keteritorialan di lokasi
penelitian. Hasil kuisioner diolah menggunakan skala likert dan hasilnya
ditampilkan pada (Tabel 27),
Tabel 27 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan
perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar
Sturktur/Perilaku
Keteritorialan
1 2 3 4 5 Total Indeks
Penilai
an
DK*
Jalan Suryakencana
Menjaga keindahan
lanskap/arsitektur 2 2 15 8 100 127 0,85 SP
Merupakan Landmark 1 2 6 16 100 125 0,83 SP
Memiliki nilai historis 1 2 18 16 90 127 0,85 SP
Untuk kegiatan
upacara adat 1 12 12 4 110 139 0,93 SP
Memiliki nilai
ekonomi 1 2 3 4 130 140 0,93 SP
Jalan Roda
Menjaga keindahan
lanskap/arsitektur 1 26 30 20 5 82 0,55 CP
Merupakan Landmark 12 24 12 4 5 57 0,38 KP
Memiliki nilai historis 12 6 39 4 5 66 0,44 CP
Untuk kegiatan
upacara adat 20 14 3 4 5 46 0,31 KP
Memiliki nilai
ekonomi 19 2 3 32 5 61 0,41 CP
Vihara
Menjaga keindahan
lanskap/arsitektur 1 2 6 20 105 134 0,89 SP
Merupakan Landmark 1 2 3 20 110 136 0,91 SP
Memiliki nilai historis 1 2 21 8 100 132 0,88 SP
Untuk kegiatan
upacara adat 1 2 3 4 130 140 0,93 SP
Memiliki nilai
ekonomi 10 14 21 16 5 56 0,37 P
Sugiyono (2013) *dengan modifikasi pada sistem indeks penilaian Keterangan: 1=Sangat Kurang
Penting; 2=Kurang Penting; 3=Cukup Penting; 4=Penting;5=Sangat Penting; DK= Derajat
Kepentingan
Berdasarkan hasil pengolahan data kuisioner, diketahui bahwa responden
menganggap penting keberadaan/peran setiap variabel di lanskap permukiman
untuk mendukung struktur dan perilaku keteritorialan. Hal ini diketahui dari
46
jumlah jawaban terbanyak „sangat penting‟, „penting‟ dan „cukup penting‟
dibandingkan dengan jawaban „kurang penting‟ terhadap peran variabel kepada
keberlangsungan struktur dan perilaku keteritorialan. Hasil pengolahan data
menunjukkan bahwa responden menganggap Jalan Suryakencana sangat penting
untuk mengakomodasi struktur perilaku keteritorialan di lokasi penelitian.
Struktur/perilaku keteritorialan yang paling tinggi di Jalan Suryakencana adalah
nilai ekonomi dengan skor sebanyak 140. Sedangkan, secara keseluruhan derajat
kepentingan Jalan roda untuk mengakomodasi perilaku keteritorialan penduduk
dianggap lebih rendah dibandingkan Jalan Suryakencana dan Vihara. Berbeda
dengan Vihara yang dianggap sangat penting mengakomodasi semua perilaku
keteritorialan kecuali nilai ekonomi. Skor penilaian tertinggi Vihara dalam
mengakomodasi struktur/perilaku keteritorialan yaitu kegiatan upacara keagamaan
sebanyak 140. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa Jalan
Suryakenaca dan Vihara merupakan elemen lanskap yang sangat penting
mengakomodasi perilaku keteritorialan penduduk yaitu memiliki nilai ekonomi,
mengakomodasi kegiatan upacara adat dan memiliki nilai historis sehingga sangat
penting untuk dipertahankan kualitas lanskapnya. Sementara itu, Jalan Roda
memiliki peluang untuk mengakomodasi perilaku ekonomi karena lokasinya
berdekatan dengan Jalan Suryakencana.
Analisis Elemen Mental Map
Jalur sirkulasi dan aksesibilitas dapat menunjukkan hubungan ruang pada
tapak. Menurut Kevin Lynch dalam Image of The City tahun 1960, legibility
adalah kualitas setiap ruang yang terhubungkan dengan mudah, sehingga
pengguna merasakan navigasi dan memudahkan akses pada suatu lanskap. Faktor
legibility ini dapat di tunjukkan melalui elemen mental map. Elemen mental map
pada lokasi penelitian di tampikan sebagai berikut (Tabel 28) dan (Gambar 21),
Tabel 28 Analisis elemen mental map Kelurahan Babakan Pasar
Elemen mental map Teori Image of The City Lokasi Penelitian
Node Pusat kegiatan dimana
pengguna merasakan „masuk‟
dan „keluar‟ pada tempat yang
sama
Node dapat diidentifikasi sebagai
Vihara, Pasar Bogor dan
persimpangan Jala Suryakencana-
Jalan Juanda dan Jalan Roda-Jalan
Suryakencana. Vihara sebagai
tempat berkumpul pusat aktivitas
keagamaan bagi etnis Tionghoa
dan jalan menjadi titik dua
pertemuan jalur berbeda. Selain
itu, Pasar Bogor menjadi salah satu
pusat aktivitas ekonomi yang
sangat tinggi di Kota Bogor. Node
sering terjadi kemacetan karena
menjadi titik pertemuan dua jalur
berbeda dan berbagai aktivitas
ekonomi yang sangat tinggi. Walau
begitu legibility-nyatinggi karena
masih dapat menavigasi pengguna
di lokasi tersebut.
47
Tabel 28 Analisis elemen mental map Kelurahan Babakan Pasar (lanjutan) Elemen mental map Teori Image of The City Lokasi Penelitian
Landmark Point of reference biasanya
disimbolkan sebagai bangunan,
tanda, toko dan bangunan yang
biasanya terlihat dari beberapa
sudut pandang dan lebih
menonjol dibandigkan elemen
lainnya
Bangunan Pasar Bogor
diidentifikasi sebagai landmark
kawasan karena menjadi bangunan
terbesar di kawasan dan sebagai
tujuan utama dari kebanyakan
pengunjung. Vihara juga dapat
disebut sebagai landmark karena
bentuk bangunan yang unik
sehingga sangat kontras dengan
bangunan lain di lokasi penelitian
Path Jaringan jalan yang potensial
memunjukkan arah pergerakan
bagi penggunanya di suatu
tapak
Jaringan jalan di permukiman ini
terdiri dari jalan kota jalan
lingkungan dan gang. Jalan kota
memiliki jalur lebih jelas
dibanding jalan lingkungan
sehingga lebih dapat mengarahkan
pergerakan yang jelas pada
pengguna. Oleh sebab itu legibility
jalan kota lebih tinggi
dibandingkan jalan lingkungan.
Hal ini dapat disebabkan karena
jalan lingkungan terbentuk antara
jarak antar bangunan dan jarak
halaman setiap permukiman
sehingga tidak memiliki jalur yang
jelas dan teratur
District Bagian kota dengan ukuran
skala sedang hingga sangat
besar yang memiliki banyak
kesamaan
Distrik terbagi menjadi kawasan
permukiman dan perdagangan.
Namun pada sepanjang jalan
Suryakencana kawasan
permukiman dan perdagangan
berada dalam satu distrik.
Edge Garis linier pada batas kawasan
yang tidak dimanfaatkan sama
sekali didalam suatu kawasan
Sempadan Sungai Ciliwung masih
dimanfaatkan oleh penduduk
sebagai permukiman dan aktivitas
rumah tangga.
Sumber: Survei lapang (2014)
48
Gambar 21 Mental map kelurahan Babakan Pasar
Sumber: Survei lapang (2014)
49
Pada lokasi penelitian, node diidentifikasi sebagai Vihara, Pasar Bogor dan
persimpangan jalan utama. Selain itu node berada di setiap pertemuan jalur jalan
utama yaitu di persimpangan Jalan Suryakencana dengan Jalan Juanda dan pada
pertemuan Jalan Roda dan Jalan Suryakencana. Pada node jalan sering terjadi
kemacetan karena selain karena pertemuan dua jalur berbeda juga karena
pertemuan berbagai aktivitas ekonomi sehingga mengganggu sirkulasi. Landmark
adalah point of reference biasanya disimbolkan sebagai bangunan, tanda, toko dan
bangunan yang biasanya terlihat dari beberapa sudut pandang dan lebih menonjol
dibandigkan elemen lainnya (Lynch 1960). Landmark pada tapak yaitu Pasar
Bogor dan Vihara. Pasar Bogor yang merupakan salah satu bangunan terbesar dan
menjadi salah satu pusat aktivitas ekonomi terbesar dikawasan ini. Vihara dengan
arsitekur dan warnanaya menjadikannya sebagai point of interest dan pusat
aktivitas keagamaan. Path adalah jalur yang secara potensial memunjukkan arah
pergerakan bagi penggunanya di suatu tapak (Lynch 1960). Jaringan jalan di
permukiman ini terbagi menjadi dua yaitu, jalan kota dan jalan lingkungan. Jalan
kota adalah jaringan jalan yang sangat jelas terlihat pada tapak dan memberikan
arahan pergerakan jelas pada pengguna. Sementara itu, jalan lingkungan adalah
jalan di dalam permukiman yang terbentuk antara jarak antar bangunan dan jarak
halaman setiap permukiman. Jalan lingkungan tidak dapat memberikan arahan
bagi pengguna jalan apalagi pengguna yang pertama kali berada pada tapak
sehingga dapat tersesat. Oleh sebab itu, eligibility jalan lingkungan lebih rendah
dibandingkan eligibility jalan kota. Edge adalah garis linier yang tidak
dimanfaatkan sama sekali didalam suatu kawasan (Lynch 1960). Pada lokasi
penelitian edge berupa sempadan Sungai Ciliwung yang menjadi batas area
lanskap permukiman padat. Namun, tidak sesuai dengan teori yang ada, pada
lokasi penelitian terdapat beberapa bagian batas sempadan sungai masih
dimanfaatkan penduduk sebagai permukiman. District adalah bagian kota dengan
ukuran skala sedang hingga sangat besar yang memiliki banyak kesamaan (Lynch
1960). Pada lokasi penelitian, permukiman ini memiliki dua distrik yaitu distrik
permukiman dan distrik perdagangan. Namun, terjadi penggabungan distrik di
sepanjang Jalan Suryakencana karena penduduk menggunakan bangunan
permukimannya sebagai tempat berjualan.
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa Vihara dan Pasar Bogor
menjadi node sekaligus landmark kawasan. Hal ini disebabkan keduanya
merupakan suatu ciri kota yang menonjol yang dapat berperan dan fungsi sebagai
orientasi, pergerakan lingkungan bagi penduduk dan pendatang ke lokasi
penelitian. Namun, perbedaannya terletak pada kegiatan fungsional yang ada
disekitarnya atau didalamnya. Sehingga node dapat sekaligus merupakan
landmark, tetapi suatu landmark tidak selalu sekaligus menjadi node. Selain itu,
elemen mental map di lokasi penelitian dapat ditemukan dengan jelas sehingga
faktor legibility lanskap tersebut dapat dikategorikan tinggi. Faktor legibility
tinggi menjadi potensi lokasi penelitian untuk mengakomodasi aktivitas navigasi
dan kebutuhan masyarakat didalamnya.
50
Analisis Persepsi dan Preferensi Pengguna Tapak
Berdasarakan hasil survei melalui kuesioner dan wawancara terhadap 30
responden dengan teknik purposive sampling, diketahui bahwa pengguna lanskap
permukiman Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah sebagian besar
adalah wanita sebanyak 73% dan sisanya pria 27% (Gambar 19a) serta dominan
berusia 25-50 tahun. Tingkat variasi tujuan kedatangan dan jenis aktivitas adalah
bisnis/ekonomi 78%, aktivitas rohani 11%, dan sosial budaya 11 % (Gambar19b).
Gambar 19 Karakteristik pengguna: (a) jenis kelamin dan (b) tujuan kedatangan
Persepsi masyarakat pengguna terhadap kondisi umum lanskap permukiman di
antaranya sangat buruk 27%, buruk sebanyak 20%, sedang 23%, dan baik 30%
(Gambar 20a). Persepsi pengguna terhadap kondisi sarana dan fasilitas lanskap
permukiman Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah paling tinggi
menyatakan sangat buruk sebanyak 66%, buruk 10%, sedang 21%, dan baik 3%
(Gambar 20).
Gambar 20 Persepsi pengguna: (a) kondisi umum dan (b) kondisi pelayanan
fasilitas dan sarana lanskap permukiman
a. b.
a. b.
51
Gambar 21 Preferensi responden untuk evaluasi lanskap permukiman
Responden berharap melaui evaluasi ini dapat terciptanya suatu kawasan
lanskap permukiman yang lebih berkualitas dari segi fisik kawasan. Responden
mengharapkan adanya ruang terbuka yang dapat mengakomodasi aktivitas sosial
dan rekreasi permukim. Responden juga mengharapkan tersedia fasilitas
penunjang untuk pemenuhan kebutuhan jasmani, sosial, rohani, dan ekonomi
pengguna tapak. Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan akan ruang terbuka sangat
diharapkan terutama untuk menunjang aktivitas sosialisasi penduduk. Kebutuhan
akan ruang terbuka ini dapat berupa taman maupun lapangan olahraga yang dapat
digunakan oleh masyarakat dari setiap golongan usia. Lapangan olahraga
diharapkan mampu digunakan untuk beragam jenis olahraga seperti bulu tangkis,
voli, basket dan futsal dengan jumlah yang memadai. Pada jalur sirkulasi,
responden berharap agar fungsi jalan utama di dalam kawasan permukiman hanya
menjadi jalur sirkulasi dan bebas dari aktivitas lainnya misalnya aktivitas
ekonomi. Perbaikan kualitas jalan dari segi pemilihan material jalan juga
diharapkan agar kualitas jalan tahan lama dan kuat.
Pemenuhan kebutuhan sosialisasi pengguna tapak dapat dilakukan dengan
peningkatan ruang terbuka. Ruang terbuka yang berfungsi dengan baik akan
menciptakan suatu hubungan langsung diantara ruang dan orang-orang yang
berada disekelilingnya. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan
aktivitas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari adalah perbedaan kelas sosial,
usia, etnik dan budaya serta perbedaan lokasi dan wilayah. Pada jaringan air
lanskap permukiman, responden berharap agar kebutuhan akan air bersih dapat
tersedia secara lancar.
Potensi Vitality Ekonomi Lanskap Permukiman Padat
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa potensi vitality ekonomi di
lanskap permukiman padat ini yang paling signifikan diantara potensi lainnya
yaitu potensi budaya dan sejarah. Salah satu potensi vitality budaya yaitu
kegiatan perayaan Hari Raya Imlek di lokasi penelitian. Dan potensi kesejarahan
sebagai salah satu kawasan pusat perdagangan pada zaman Pemerintahan Kolonial
52
yang terlihat dari bangunan-bangunan bersejarah bergaya arsitektur kolonial di
dalam kawasan. Selan itu, Elemen mental map yang menunjukkan legibility tinggi
di dalam lokasi penelitian diharapkan dapat mendukung peningkatan vitality
ekonomi. Pendekatan revitalisasi diharapkan mampu mengenali dan
memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra
tempat) (Danisworo 2000). Oleh sebab itu, evaluasi lanskap ini diarahkan untuk
meningkatkan nilai vitality ekonomi di lanskap permukiman padat dengan tetap
memanfaatkan potensi budaya dan sejarah di lokasi penelitian.
Evaluasi Lanskap Permukiman Padat
Pada tahap evaluasi, dilakukan penilaian terhadap kondisi eksisting lanskap
permukiman padat dengan perbandingan standar pelayanan minimal untuk
permukiman berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
No. 534/KPTS/M/2001. Penilaian lanskap permukiman padat dikategorikan
menjadi baik dan buruk. Kategori baik apabila kondisi lanskap permukiman
sesuai dengan kriteria dan standard yang telah ditetapkan. Kategori buruk apabila
tidak sesuai dengan kriteria dan standard yang telah ditetapkan. Kategori hasil
penilaian dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 29),
Tabel 29 Hasil evaluasi lanskap permukiman padat
Kategori
Penilaian
Indikator
Penilaian
Standard Pelayanan
Minimal
Kategori
Baik
Kategori
Buruk
Sesuai
Standard
Tidak
Sesuai
Standard
Permukiman KDB KDB maksimal 75-80% √
Jaringan jalan Kondisi jalan,
aksesibilitas Akses kesemua lingkungan
permukiman
Akses ke semua lingkungan
permukiman dapat di akses
mobil pemadam kebakaran
√
Drainase Presentase daerah
genangan
Tinggi genangan
Lama genangan
Frekuensi
genangan
50%-80% daerah genangan
tertangani
Tinggi genangan <30cm
Lama genangan <2jam
Frekuensi genangan maks. 2
kali setahun
√
Persampahan Presentase
penduduk terlayani
Pemindahan dengan transfer
depo 100-150m2 per
30.000 penduduk terlayani
dengan radius 400-600 m
Pengangkutan dengan truk
sampah 6m3 per 10.000
penduduk
TPA menggunakan sistem
controlled landfill pada
lokasi yang tidak produktif
bagi pertanian, muka air
tanah cukup dalam, dan
jenis tanah kedap air
√
53
Tabel 29 Kriteria evaluasi lanskap permukiman padat (lanjutan)
Kategori
Penilaian
Indikator
Penilaian
Standard Pelayanan
Minimal
Kategori
Baik
Kategori
Buruk
Sesuai
Standard
Tidak
Sesuai
Standard
Sarana Sarana niaga,
pendidikan,
kesehatan,
pelayanan
umum, ruang
terbuka, sosial
budaya
Pada satuan lingkungan
dengan jumlah penduduk
<30.000 jiwa tersedia 1
sarana niaga yaitu pasar, 1
unit TK, 9 unit SD, 3 unit
SMP dan 1unit SMU dengan
kondisi bersih, mudah
diakses, jauh dari sumber
pencemaran, nyaman, dan
tidak bising.
√
Utilitas umum Air bersih 60-220 liter/ orang/hari
untuk permukiman di
kawasan perkotaan
Memenuhi standar air
bersih
√
Sumber: Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2001)
Permukiman
Dari segi keamanan, sempadan sungai tidak layak untuk menjadi area
permukiman. Menurut UU, sempadan bertanggul memiliki ketentuan lebar
sempadan lebih kecil. Lebar sempadan adalah >3 meter untuk kawasan perkotaan
dan >5 meter untuk kawasan luar perkotaan (Gambar 22). Area yang tidak sesuai
kriteria standar di tandai dengan warna merah menunjukkan kondisinya termasuk
buruk. Area diluar sempadan sungai termasuk aman untuk permukiman ditandai
dengan warna biru (Gambar 23).
Gambar 22 Kriteria lebar sempadan bertanggul
Sumber: Ditjen SDA Kementerian PU (2014)
Berdasarkan Standard Nasional Indonesia tahun 1983, permukiman teratur
memiliki kapasitas 50 rumah/ha sedangkan permukiman padat memiliki kapasitas
50-100 rumah/ha. Lokasi studi terdiri dari permukiman teratur dan permukiman
padat. Warna biru pada peta menunjukkan kategori “baik” dan warna merah pada
peta menunjukkan kategori ”buruk”(Gambar 24). Area dengan kategori “baik”
didasarkan pada kepadatannya dengan kapasitas 30 rumah/ha. Hal ini berarti tidak
54
melebihi kapasitas rencana dan sesuai dengan kriteria standard. Area dengan
kategori ”buruk” didasarkan pada kepadatannya dengan kapasitas 85 rumah/ha.
Area ini termasuk dalam permukiman padat dan melebihi kapasitas.
Penilaian kategori baik dan buruk juga didasarkan pada parameter Koefisien
Dasar Bangunan (KDB). Berdasarkan Keputusan Mentri PU No.640/Kpts/1997
dan Penmendagri No.59 tahun 1988 tentang pengklasifikasian kepadatan
bangunan, KDB maksimal sebesar 75-80%. Area dengan kategori baik memiliki
KDB 64% sesuai dengan kriteria standard (Gambar 24). Area dengan kategori
buruk memiliki KDB 91% atau tidak sesuai dengan kriteria standard.
Jaringan Jalan
Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001, jaringan jalan di lanskap permukman dapat memberikan
akses ke semua lingkungan permukiman. Pada lokasi penelitian, jalan lingkungan
belum dapat memberikan akses yang mudah karena ukuran jalan yang sangat
sempit. Dengan kondisi jalan lingkungan di pemukiman saat ini, juga belum dapat
menyediakan akses mobil pemadam kebakaran ke seluruh permukiman.
Drainase
Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001, standar pelayanan minimal drainase untuk permukiman yaitu
50%-80% daerah genangan tertangani, tinggi genangan <30cm, lama genangan
<2jam dan frekuensi genangan maks. 2 kali setahun. Pada lokasi penelitian,
sekitar 80% daerah genangan dapat tertangani. Namun tinggi genangan >30cm,
lama genangan air >2jam dan frekuensi genangan >2 kali dalam setahun. Oleh
sebab itu, drainase di lanskap permukiman padat ini dapat dikategorikan menjadi
buruk.
Persampahan
Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001, standar pelayanan minimal persampahan untuk permukiman
yaitu pemindahan dengan transfer depo 100-150m2 per 30.000 penduduk terlayani
dengan radius 400-600 m, pengangkutan dengan truk sampah 6m3 per 10.000
penduduk danTPA menggunakan sistem controlled landfill pada lokasi yang tidak
produktif bagi pertanian, muka air tanah cukup dalam, dan jenis tanah kedap air.
Namun, Pada lokasi penelitian pengelolaan sampah tidak dilakukan sesuai standar
dan terdapat masyarakat yang masih membuang sampah di Sungai Ciliwung.
Olehsebab itu, salah satu solusi dalam mengelola sampah adalah menerapkan
konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan melakukan sosialisasi terlebih dulu
pada seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat membentuk perilaku masyarakat
yang lebih ramah lingkungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
melakukan pengelolaan sampah. Reduce dapat dilakukan dengan memilih barang
yang diperlukan bukan diinginkan, membeli barang berkualitas tinggi,
meminimalkan penggunaan kemasan sekali pakai, dan membeli barang-barang
lokal.
55
Sarana
Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan di lokasi studi terdiri dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Atas (Tabel 30). Lokasi nya tidak merata dan
beberapa sekolah perlu dilakukan upaya pengendalian atau perbaikan. Sekolah
yang termasuk kategori ”baik” kondisinya sudah sesuai dengan kriteria standard
dari segi lokasi dan luasan. Sedangkan sekolah yang termasuk kategori ”buruk”
kondisinya tidak sesuai dengan kriteria standard sehingga perlu dilakukan upaya
perbaikan kualitas secara fisik. Sekolah yang termasuk kategori “buruk” yaitu TK
Al Mukhlisin (Gambar 25). Sekolah ini memiliki luasan yang relatif sempit dan
lokasinya dekat dengan bantaran sungai.
Tabel 30 Evaluasi sarana pendidikan di lokasi penelitian
No Nama Sekolah Kategori
1 TK Al Mukhlisin Buruk
2 TPA Al Kharyah Baik
3 SD Roda Baik Sumber: Survei Lapang (2014)
Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan di lokasi studi meliputi apotik, posyandu dan puskesmas
(Tabel 31). Secara umum keberadaannya sudah memenuhi standard minimum
pendukung akan tetapi distribusi letaknya tidak merata. Hal ini menyebabkan
kesulitan dalam menjangkau lokasi sehingga diperlukan adanya penambahan
sarana atau pemindahan lokasi. Sarana kesehatan yang terdapat di lokasi studi
termasuk ke dalam kategori “baik” (Gambar 26).
Tabel 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian
No Nama Sarana Kesehatan Kategori
1 Puskesmas Belong Baik
2 Apotik Garuda Baik 3 Apotik Berbhakti Baik 4 Posyandu Kenari Baik 5 Posyandu Kenanga Baik 6 Posyandu Melati Baik
Sumber: Survei Lapang (2014)
Sarana Ibadah
Sarana ibadah di lokasi studi terdiri dari mesjid, gereja dan vihara. Secara
umum keberadaan sarana ibadah sudah memenuhi standard minimum penduduk
pendukung. Sarana yang sudah memenuhi kriteria standard minimum dan aspek
lokasi termasuk dalam kategori “baik”. Sedangkan sarana ibadah yang tidak layak
dari aspek lokasi termasuk dalam kategori “buruk”. Sarana ibadah yang termasuk
dalam kategori ”buruk” lokasinya relatif dekat dengan sempadan sungai (Gambar
27). Lokasi ini berpengaruh terhadap sarana lingkungan atau utilitas. Hal ini
dikarenakan di beberapa sarana ibadah seperti mesjid juga terdapat MCK umum.
56
Tabel 32 Evaluasi sarana ibadah di lokasi penelitian
No Nama Sarana Ibadah Kategori
1 Mesjid Baik
2 Gereja Baik 3 Vihara Baik
Sumber : Survei lapang (2014)
Utilitas Umum
Air Bersih
Menurut Dirjen SDA PU, kualitas fisik ditentukan oleh bahan padat
keseluruhan, sumber sedimen, kekeruhan, warna, bau dan rasa, temperatur. Air
minum yang dikonsumsi tidak berbau, tidak berwarna dan jernih. Oleh sebab iut,
Air sungai Ciliwung tidak dapat dikonsumsi sebagai air minum karena selain nilai
COD melebihi standar juga konsentrasi Fe atau besi menyebabkan noda karat
pada pakaian dan porselen, menyebabkan air berwarna keruh dan rasa air yang
tidak enak. Pada lokasi penelitian, sumber air bersih berasal dari PDAM, air tanah,
sumur gali atau mata air. Penduduk yang menggunakan air bersih dari PDAM
sekitar 80%, air sungai sekitar 14% dan sumur gali 6%. Sumber air bersih yang
berasal dari air tanah telah tercemar dan menyebabkan air tanah tidak digunakan
sebagai air minum. Air tanah hanya digunakan sebagai air untuk mandi dan cuci.
Oleh sebab itu, air bersih di lanskap permukiman padat ini dapat dikategorikan
sesuai standar karena mayoritas penduduk terlayani kebutuhan air bersih oleh
PDAM.
57
Gambar 23 Peta evaluasi permukiman berdasarkan peraturan sempadan sungai
58
Gambar 24 Peta evaluasi lanskap permukiman berdasarkan KDB
59
Gambar 25 Peta evaluasi sarana pendidikan
60
Gambar 26 Peta evaluasi sarana kesehatan
61
Gambar 27 Peta evaluasi sarana ibadah
62
Rekomendasi
Penambahan zona konservasi pada lokasi penelitan sebagai salah satu
rekomendasi peningkatan ruang terbuka hijau. Fasilitas yang didirikan di zona
konservasi akan dihilangkan sedangkan sarana lain yang secara lokasi sudah
sesuai, dipertahankan dan dilakukan perbaikan jika terdapat kerusakan. Beberapa
sarana ibadah dan permukiman yang semula didirikan di daerah yang akan
direlokasi akan dipindahkan ke lokasi baru.
Gambar 28 (a)Gambar potongan zona konservasi dan (b) ilustrasi zona konservasi
Berdasarkan hasil evaluasi, ditemukan bahwa drainase termasuk dalam
kategori paling buruk di lokasi penelitian. Pada lokasi penelitian dengan jumlah
penutupan lahan perkerasan sangat tinggi meningkatkan potensi runoff. Oleh
sebab itu, salah satu rekomendasi yang dapat dilakukan yaitu dengan pengadaan
jumlah sumur resapan vertikal (Gambar 28). Sumur resapan adalah rekayasa
teknik konservasi air berupa dibuat sumur gali dengan kedalaman tertentu yang
berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau
daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan juga dapat
mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi terjadinya
banjir dan genangan air, mencegah penurunan tanah (land subsidance) dan
mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.
(a) (b)
Gambar 29 (a)Sistem drainase vertikal di permukiman dan (b) detail gambar
sumur vertikal
Sumber: google.com
63
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Evaluasi lanskap permukiman padat Kel. Babakan Pasar merupakan salah
satu bentuk studi pendukung upaya revitalisasi CBD Kecamatan Bogor Tengah
Kota Bogor. Kawasan permukiman dengan luas ±42 Ha memiliki kepadatan dan
jumlah penduduk yang sangat tinggi karena terletak pada kawasan perdagangan
dan terdapat akses masuk yang mudah ke dalam tapak. Kondisi ini menjadi
kendala bagi penduduk melakukan aktivitas sosial dan rekreasi. Kurangnya
kepemilikan pekarangan dan ruang terbuka umum bagi pengguna tapak
menyebabkan aktivitas tersebut dilakukan di jalan-jalan umum. Penilaian persepsi
masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat masih mempertahankan perilaku
keteritorialan yang mendukung vitality lanskap permukiman. Potensi vitality
ekonomi di lanskap permukiman padat Kel. Babakan Pasar yang paling signifikan
diantara potensi lainnya yaitu potensi budaya dan sejarah. Penilaian evaluasi
lanskap permukiman berdasarkan standar pelayanan minimal untuk permukiman
menunjukkan bahwa permukiman, jaringan jalan, drainase, persampahan belum
sesuai dengan standard. Sedangkan sarana dan utilitas umum berupa air bersih di
permukiman sudah sesuai standar namun perlu adanya peningkatan kualitas fisik.
Rekomendasi dilakukan pada aspek fisik dengan menciptakan ruang terbuka hijau
konservasi dan peningkatan jumlah sumur resapan untuk pengoptimalan sistem
drainase di lanskap permukiman padat.
Saran
Evaluasi lanskap permukiman padat di kawasan CBD ini sangat diharapkan
oleh masyarakat, terutama para penduduk permukiman dan pengguna lanskap
permukiman tersebut. Proses evaluasi tersebut memerlukan keterlibatan antara
pemerintah kota, perencana, pelaksana, dan masyarakat, sendiri. Hal ini penting
dilakukan agar hasil yang didapat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat pengguna tapak dan rencana alternatif dari pihak evaluator. Selain itu,
perbaikan fasilitas dan kualitas pelayanan kawasan perlu ditingkatkan agar dapat
mengakomodasi kebutuhan pengguna dengan efektif.
64
DAFTAR PUSTAKA
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2011.
Peraturan Daerah Kota Bogor No. 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Bogor 2011–2031. Bogor
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (ID). 2013.
Klimatologi Darmaga Bogor. Jakarta.
[BPS] Biro Pusat Statistik Kota Bogor. 2010. Kota Bogor dalam Angka Tahun
2010
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2003. Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan. Bandung
Arifin Z. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung
(ID): P.T. Remaja Rosdakarya.
Azhari NF, Mohamed. 2012. Public Perception: Heritage Building Conservation
in Kuala Lumpur. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.08.033.
Danisworo M, Martokusumo W. 2000. Revitalisasi kawasan kota: sebuah catatan
dalam pengembangan dan pemanfaatan kawasan kota [Internet]. [diunduh
2013 Feb 26]. 13 (Info URDI): 1-6. Tersedia pada:
http://referensiplano.50webs.com/revitalisasi%20kawasan%20perkotaan.pdf.
Dewi EP, Arifin NHS, Munandar A. 2009. Application of Urban Greenery in
Historical Open Space of Jakarta Old City. Bogor: The International
Symposium of Green City
Echols, J.M. dan Shadily, H (ID). 2000. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : PT.
Gramedia
Grey GW, Deneke FJ. 1978. Urban Forestry. New York (US): John Wiley & Sons
Inc.
Pemkot Bogor. 2014.
Joga N, Ismaun I (ID). 2011. RTH 30% ! (Resolusi Kota) Hijau. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Lynch, K. 1961. The Image of The City. Massachusetts Institute of Technology
Press
Lynch, K. 1981. Good City Form. Massachusetts (US): Massachusetts Institute of
Technology Press
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI (ID). 1999. Keputusan Menteri Kesehatan
No. 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
[Kemenpu] Kementerian Pekerjaan Umum RI (ID). 2010. Pedoman Teknis
Revitalisasi Kawasan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.18/PRT/M/2010.
[RI] Pemerintah Republik Indonesia. 1992. Republik Indonesia. UU No. 4 Tahun
1992 tentang Perumahan dan Permukiman
[RI] Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Republik Indonesia. UU No. 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Nasrullah N, Gandanegara S, Suharsono H, Wungkar M, Gunawan A.
2001.Seleksi tanaman lanskap yang berpotensi tinggi menyerap polutan gas
NO2 dengan menggunakan gas NO2 bertanda 15N. Buletin Perencanaan,
Perancangan, dan Pengelolaan Taman dan Lanskap Indonesia 4(1).
65
Potter PA, Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari,dkk
Jakarta (ID): EGC
Porteus JD. 1977. Environment and Behaviour: Planning and Everyday Urban
Life, Reading. Massachusetts (US): Addison-Wesley.
Rapoport A. 1969. House Form and Culture. USA :Englewood Cliffs, NJ,
Prentice Hall Inc. ISBN: 978-0133956733
Samadi Z, Yunus RM. 2012.Physical and Spiritual Attributes of Urban Heritage
Street’s Revitalization. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.03.038. Malaysia:Elsevier
B.V
Siregar H, Salleh AG, Talarosha B, Bangun FTA. 2010. Analisis kinerja jalan
akibat peningkatan intensitas bangunan perumahan pada kawasan
permukiman studi kasus: Jalan Jenderal Besar AH Nasution (jalan lingkar
luar Medan). Jurnal Arsitektur ATRIUM. 2(2):48–55.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&B. Bandung (ID): Alfabeta.
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta:
Penerbit Andi
Vitasari, Diana. 2004. Evaluasi Tata Hijau Jalan pada Tiga Jalan Kawasan
Pemukiman Besar di Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Departemen
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tidak
dipublikasikan.
Wiedenhoeft, R. (1981). Cities for the People: Practical Measures for improving
Urban Environment. New York :Van Nostrand Reinhold Company
66
Lampiran 1 Lembar kuesioner
KUISIONER PENELITIAN
EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOGOR
TENGAH SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG REVITALISASI KAWASAN
CBD KOTA BOGOR
Penelitian ini bertujuan untuk membuat evaluasi lanskap permukiman padat
yang dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna lanskap permukiman
padat Kecamatan Bogor Tengah di Kota Bogor Oleh : SHAIBATUL ISLAMIAH (A44100040)
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB
Kuisioner ini mohon diisi dan atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima
kasih.
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN
Data Responden Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita
Usia : a. 7-12 thn b.13-19 thn c. 20-24 thn d. 25-55 thn e. >55 thn
Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa b. Pegawai negeri/swasta c. Wiraswasta
d. Pedagang e. Ibu rumah tangga f. Tidak bekerja g. Lainnya…...............
Pendidikan Terakhir : a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. Akademi
f. Peguruan Tinggi
Alamat:
....................................................................................................................................
Persepsi/Keadaan Lanskap Permukiman Kecamatan Bogor Tengah Menurut
Pengguna Lanskap Permukiman Kecamatan Bogor Tengah
1. Kondisi lanskap permukiman menurut Anda saat ini:
a. Sangat buruk b. Buruk c.Sedang d. Baik
2. Luas lanskap permukiman menurut Anda saat ini:
a. Sangat sempit b.Sempit c.Sedang d. Luas e. Sangat luas
3. Kondisi jalur kendaraan di lanskap permukiman menurut Anda saat ini:
a. Sangat sempit b.Sempit c.Sedang d. Luas e. Sangat luas
4. Kondisi pedestrian (jalur pejalan kaki) di lanskap permukiman menurut Anda
saat ini:
a. Tidak nyaman b.Cukup nyaman c.Sedang d. Nyaman e.Sangat nyaman
5. Kondisi tempat parkir motor/mobil di lanskap permukiman menurut Anda saat
ini:
a. Sangat kurang b.Kurang c.Sedang d. Memadai e. Sangat memadai
6.Bagaimana menurut Anda keamanan di lanskap permukiman menurut Anda saat
ini:
a. Sangat bahaya b.Bahaya c.Sedang d. Aman e. Sangat aman
67
7. Bagaimana menurut Anda keselamatan di lanskap permukiman menurut Anda
saat ini:
a. Sangat bahaya b.Bahaya c.Sedang d. Aman e. Sangat aman
8. Pemandangan di lanskap permukiman menurut Anda saat ini:
a. Sangat Buruk b.Buruk c.Sedang d. Indah e. Sangat indah
9. Kebersihan di lanskap permukiman menurut Anda saat ini:
a. Sangat kotor b.Kotor c.Sedang d. Bersih e. Sangat bersih
10. Penataan lampu/penerangan ini menurut Anda:
a. Sangat kurang b.Kurang c.Sedang d. Layak e. Sangat layak
11.Penataan tanaman di lanskap permukiman menurut Anda saat ini:
a. Terlalu alami/rimbun b.Kurang alami/banyak elemen keras c.Gersang
d. Kurang penataan e. Lainnya....
12. Menurut Anda keberadaan pedagang kaki lima di lanskap permukiman saat
ini:
a. Sangat menggangu b.Mengganggu c.Sedang d. Bermanfaat e.Sangat
bermanfaat
13. Menurut Anda apakah posisi pusat aktivitas ekonomi di lanskap permukiman
sudah tepat/strategis?
a. Sangat tidak tepat b.Tidak tepat c.Cukup tepat d. Tepat e. Sangat
tepat
14. Menurut Anda apakah posisi pusat aktivitas ekonomi di lanskap permukiman
mempengaruhi kemacetan di sekitarnya:
a.Ya b.Tidak
Keinginan dari Pengguna Kawasan Lanskap Permukiman
1. Jenis tanaman yang ada di sekitar lanskap permukiman ini :
a.Tanaman besar rindang (peneduh) b. Tanaman berbunga indah
c.Tanaman penghasil buah d. Tanaman berwarna-warni
2.Saluran drainase apa yang Anda inginkan?
a.Saluran terbuka b.Saluran tertutup c.kombinasi
3. Menurut keinginan Anda, keberadaan pedagang kaki lima di jalan ini sebaiknya
bersifat:
a. Permanen/tetap b. temporer/sementara
4. Peletakan pedagang kios kaki lima sebaiknya:
a. Dipusatkan di tempat tertentu b. tersebar di tempat tertentu
68
c. tersebar dan tidak
5. Tempat parkir motor/ mobil di lanskap permukiman yang Anda harapkan:
a. Tersebar dan teratur b. di satu tempat c. di mana saja
6. Penerangan/lampu di lanskap permukiman yang Anda harapkan:
a. Sangat terang b. terang c. remang-remang d. gelap
7. Penempatan tempat sampah yang Anda harapkan:
a. Pada tempat yang ramai
b. tersebar merata, mudah terjangkau
c. tersebar berjauhan
8.Saran Anda untuk evaluasi lanskap CBD Kecamatan Bogor Tengah saat ini:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
..............
Terima kasih atas partisipasi Anda
69
Lampiran 2 Lembar kuesioner
KUISIONER PENELITIAN
EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOGOR
TENGAH SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG REVITALISASI KAWASAN
CBD KOTA BOGOR
Penelitian ini bertujuan untuk membuat evaluasi lanskap permukiman padat
yang dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna lanskap permukiman
padat Kecamatan Bogor Tengah di Kota Bogor Oleh : SHAIBATUL ISLAMIAH (A44100040)
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB
Kuisioner ini mohon diisi dan atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkanterimakasih.
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN
Data Responden Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita
Usia : a. 7-12 thn b.13-19 thn c. 20-24 thn d. 25-55 thn e. >55 thn
Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa b. Pegawai negeri/swasta c. Wiraswasta d.
Pedagang e. Ibu rumah tangga f. Tidak bekerja g. Lainnya…...............
Pendidikan Terakhir : a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. Akademi
f. Peguruan Tinggi
Alamat:
....................................................................................................................................
Persepsi Penduduk terhadap Derajat Kepentingan Urban Heritage Street di
Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor tengah Kota Bogor
Jalan Roda
1. Menurut Anda, Apakah penting untuk menjaga keindahan lanskap dan
arsitektur bangunan disepanjang Jalan Roda didalam permukiman padat di
kawasan penelitian ini?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
2. Apakah Jalan Roda merupakan landmark yang penting untuk kawasan ini?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
3. Apakah Jalan Roda memiliki nilai historis yang penting dikawasan
permukiman ini?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
70
d.Penting
e.Sangat Penting
4. Apakah Jalan Roda berperan penting dalam kegiatan upacara adat?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
5.Apakah Jalan Roda memiliki nilai ekonomi yang cukup penting bagi
masyarakat?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
Jalan Surya Kencana
6. Menurut Anda, Apakah penting untuk menjaga keindahan lanskap dan
arsitektur bangunan disepanjang Jalan Suryakencana didalam kawasan
permukiman padat ini?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
7. Apakah Jalan Suryakencana merupakan landmark yang penting untuk kawasan
ini?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
8. Apakah Jalan Suryakencana memiliki nilai historis yang penting dikawasan
permukiman ini?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
9. Apakah Jalan Suryakencana berperan penting dalam kegiatan upacara adat?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
71
e.Sangat Penting
10. Apakah Jalan Suryakencana memiliki nilai ekonomi yang cukup penting bagi
masyarakat?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
Vihara
11. Menurut Anda, Apakah penting untuk menjaga arsitektur bangunan Vihara
dan keindahan lanskap sekitarnya di dalam kawasan permukiman padat ini?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
12. Apakah Vihara merupakan landmark yang penting untuk kawasan ini?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
13. Apakah Vihara memiliki nilai historis yang penting dikawasan permukiman
ini?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
14. Apakah Vihara berperan penting dalam kegiatan upacara adat?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
15.Apakah Vihara memiliki nilai ekonomi yang cukup penting bagi masyarakat?
a.Sangat Kurang penting
b.Kurang Penting
c.Cukup Penting
d.Penting
e.Sangat Penting
72
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Tanjungbalai, Provinsi Sumatera Utara, pada
tanggal 29 November 1992 dari Ayah Sofyan Lubis dan Ibu Ernawaty. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA
Negeri 1 Kota Tanjungbalai dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
dan diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama
mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi dan kepanitiaan mahasiswa.
Di lingkungan Departemen Arsitektur Lanskap, penulis aktif sebagai anggota dan
pengurus Himpunan Arsitektur Lanskap IPB (HIMASKAP) pada 2011-2012,
tergabung dalam anggota Perhimpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap Indonesia
(PERHIMALI) pada 2013, panitia Fieldtrip 2012, panitia HPS angkatan 44 tahun
2013 dan pernah menjadi asisten untuk mata kuliah Lanskap Kota dan Wilayah
(ARL 303) di Departemen Arsitektur Lanskap pada tahun 2014. Penulis juga aktif
mengikuti kompetisi, prestasi yang pernah diraih oleh penulis adalah Juara I
Sayembara desain AFFAIR UI di Jakarta tahun 2012.