evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di pacitan ... · pdf filedikutip dari karya ilmiah...

93

Upload: phamnhu

Post on 06-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

EVALUASI KEGIATAN PERIKANAN PANCING TONDADI PACITAN TERHADAP KELESTARIAN

SUMBERDAYA IKAN TUNA

ROISUL MA’ARIF

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAPDEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2011

Page 2: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBERINFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Evaluasi Kegiatan Perikanan Pancing

Tonda di Pacitan terhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Tuna adalah karya saya

sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, 18 Juli 2011

Roisul Ma’arif

Page 3: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

ABSTRAK

ROISUL MA’ARIF, C44070028. Evaluasi Kegiatan Perikanan Pancing Tonda diPacitan terhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Tuna. Dibimbing oleh TRI WIJINURANI dan PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM.

Kegiatan perikanan pancing tonda cukup efektif untuk menangkap ikan tuna,namun hasil tangkapan ikan tuna lebih banyak berukuran kecil. Jenis ikan tunayang dominan ditangkap adalah yellowfin tuna (Thunnus albacares). Penelitianditujukan untuk mendeskripsikan kegiatan operasi penangkapan dan penangananikan tuna dengan menggunakan pancing tonda di Pacitan, menentukan tujuanpemasaran ikan tuna yang didaratkan di Pacitan serta menentukan komposisi dankualitas hasil tangkapan ikan tuna dalam kaitannya dengan kelestariansumberdaya tuna. Hasil tangkapan tuna untuk ekspor tidak dipasarkan di Pacitan,karena belum ada perusahaan untuk ekspor tuna di Pacitan. Salah satu daerahpemasaran produk ekspor tuna terdapat di Pasuruan. Hasil tangkapan tuna denganbobot lebih dari 10 kg langsung dipasarkan ke Pasuruan, sedangkan tuna denganbobot kurang dari 10 kg disalurkan melalui pasar lokal. Berdasarkan 150 sampelikan tuna yang diuji, komposisi hasil tangkapan menunjukkan bahwa 48 ekor atausekitar 32% ikan tuna sudah layak tangkap, sedangkan 102 ekor atau sekitar 68%ikan tuna tidak layak tangkap. Pengukuran organoleptik ikan tuna yangmemenuhi syarat ekspor yaitu berjumlah 41 ekor (27,33%).

Kata kunci: komposisi kualitas hasil tangkapan, komposisi ukuran, Pacitan,pancing tonda, sumberdaya tuna

Page 4: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

© Hak cipta IPB, Tahun 2011Hak cipta dilindungi Undang-Undang1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber:a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatumasalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

Page 5: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

EVALUASI KEGIATAN PERIKANAN PANCING TONDADI PACITAN TERHADAP KELESTARIAN

SUMBERDAYA IKAN TUNA

ROISUL MA’ARIF

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAPDEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2011

Page 6: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

Judul Skripsi :

Nama :

NRP :

Mayor :

Evaluasi Kegiatan Perikanan Pancing Tonda di Pacitanterhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Tuna

Roisul Ma’arif

C44070028

Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:

Pembimbing I,

Dr.Ir.Tri Wiji Nurani, M.SiNIP 19650624 198903 2 002

Pembimbing II,

Prihatin Ika Wahyuningrum, S.Pi, M.SiNIP 19780613 200801 2 011

Diketahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr.Ir.Budy Wiryawan, M.ScNIP 19621223 198703 1 001

Tanggal lulus: 20 Juni 2011

Page 7: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

KATA PENGANTAR

Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang

dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2010 ini adalah Evaluasi Kegiatan

Perikanan Pancing Tonda di Pacitan terhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Tuna.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr.Ir.Tri Wiji Nurani, M.Si dan Prihatin Ika Wahyuningrum, S.Pi, M.Si atas

arahan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini;

2. Dr.Ir.Muhammad Imron, M.Si selaku Komisi Pendidikan Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Dr.Ir.Domu Simbolon, M.Si selaku

penguji tamu;

3. Dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah

diberikan selama ini;

4. Drs. Suwoto, MH selaku Kepala Badan Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten

Pacitan, Bapak Choirul Huda selaku pengelola PPP Tamperan, Bapak Djohan

selaku Kepala UPT Pelayanan dan Pengembangan TPI Tamperan, Bapak

Nurdin Toha selaku staff TPI Tamperan, Mas Fauzi, Bapak Marsono, dan

Keluarga Besar Bapak Bibit Sumarno;

5. Papa, Mama, Eyang, dan Adik-adikku atas semua doa, nasehat, inspirasi,

semangat serta kasih sayang kepada penulis;

6. Danang Setiawan, Oktavianto Prastyo D, dan Yudhi Romansyah atas

bantuannya selama penelitian dan pengolahan data;

7. Keluarga Bagan PSP (Beni, Ade, Dudi, Reza, Ryan, dan Dede), keluarga

PASMAD, dan Suci Y.M atas doa, dukungan dan semangatnya selama ini;

8. Teman-teman seperjuangan PSP 44, adik-adik PSP 45, dan PSP 46 atas segala

dorongan, inspirasi dan semangat kepada penulis;

9. Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Juni 2011

Roisul Ma’arif

Page 8: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 23 Maret

1990 dari Bapak Ir.Widodo dan Almh. Umi Yusroh. Penulis

merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri 5 Madiun pada tahun

2007 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih

Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah

Rekayasa Tingkah Laku Ikan pada tahun ajaran 2010/2011 dan 2011/2012, serta

mata kuliah Eksplorasi Penangkapan Ikan pada tahun ajaran 2011/2012. Pada

tahun 2010 dan 2011 penulis menerima program hibah pendanaan bidang

kewirausahaan, dan penelitian PKM, serta program hibah pendanaan “Program

Mahasiswa Wirausaha” pada tahun 2010. Penulis juga mendapat Peringkat II

Mahasiswa Berprestasi Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Penulis

aktif di berbagai organisasi kampus IPB seperti staff Divisi HUBLUKOM BEM

FPIK periode 2009-2010, Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode 2010-2011, dan Ketua Umum

Paguyuban Sedulur Madiun (PASMAD) Bogor periode 2009-2010.

Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Evaluasi

Kegiatan Perikanan Pancing Tonda di Pacitan terhadap Kelestarian Sumberdaya

Ikan Tuna” untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Mayor Teknologi

dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan dan dinyatakan lulus dalam sidang sarjana pada tanggal 20 Juni 2011.

Page 9: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian................................................................................... 2

1.3 Manfaat Penelitian................................................................................. 2

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unit Penangkapan Ikan ......................................................................... 4

2.1.1 Kapal dan nelayan ....................................................................... 42.1.2 Alat tangkap pancing tonda......................................................... 52.1.3 Umpan ......................................................................................... 62.1.4 Rumpon ....................................................................................... 6

2.2 Hasil Tangkapan.................................................................................... 7

2.3 Deskripsi dan Klasifikasi Tuna ............................................................. 7

2.4 Tingkah Laku Tuna ............................................................................... 11

2.5 Penyebaran dan Ruaya Tuna ................................................................. 11

2.6 Kondisi Oseanografis yang Mempengaruhi Keberadaan Tuna............. 12

2.7 Penanganan Tuna .................................................................................. 13

2.7.1 Penanganan tuna di atas kapal...................................................... 132.7.2 Penanganan tuna di pelabuhan perikanan .................................... 20

2.8 Tujuan Pemasaran Tuna ........................................................................ 22

2.9 Kelestarian Sumberdaya Ikan................................................................ 23

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 25

3.2 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 25

3.2.1 Data primer.................................................................................. 263.2.2 Data sekunder .............................................................................. 26

3.3 Analisis Data ......................................................................................... 27

3.3.1 Analisis kegiatan operasi penangkapan dan penanganan ikan.... 273.3.2 Analisis pemasaran...................................................................... 27

Page 10: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

ix

3.3.3 Analisis komposisi dan kualitas hasil tangkapan ........................ 27

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian .................................................... 29

4.1.1 Kondisi geografi dan topografi ................................................... 294.1.2 Kondisi demografi ....................................................................... 30

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Kabupaten Pacitan.................. 31

4.3 Daerah dan Musim Penangkapan Ikan .................................................. 34

4.4 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di PPP Tamperan ........................ 34

4.4.1 Unit penangkapan ikan................................................................ 344.4.2 Sarana dan prasarana PPP Tamperan .......................................... 37

5 HASIL PENELITIAN

5.1 Kegiatan Operasi Penangkapan dan Penanganan Ikan.......................... 39

5.1.1 Unit penangkapan ikan................................................................ 395.1.2 Metode pengoperasian pancing tonda ......................................... 445.1.3 Penanganan hasil tangkapan di atas kapal................................... 45

5.2 Aspek Pemasaran .................................................................................. 46

5.3 Komposisi dan Kualitas Hasil Tangkapan ............................................ 48

5.3.1 Komposisi jenis hasil tangkapan tonda........................................ 485.3.2 Komposisi ukuran tuna yang tertangkap ..................................... 495.3.3 Penanganan mutu hasil tangkapan ikan tuna............................... 51

6 PEMBAHASAN

6.1 Kegiatan Operasi Penangkapan dan Penanganan Ikan.......................... 53

6.2 Aspek Pemasaran .................................................................................. 57

6.3 Komposisi dan Kualitas Hasil Tangkapan ............................................ 58

7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan............................................................................................ 60

7.2 Saran...................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61

LAMPIRAN.................................................................................................... 65

Page 11: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Komponen pokok dan bahan dari sebuah rumpon ...................................... 7

2 Syarat mutu dan keamanan pangan untuk tuna segar sashimi .................... 17

3 Syarat mutu dan keamanan pangan untuk tuna loin segar .......................... 20

4 Harga ikan tuna di Provinsi Jawa Timur tahun 2001-2008......................... 23

5 Luas wilayah perairan berdasarkan wilayah kewenangan .......................... 29

6 Panjang pantai per kecamatan berdasarkan kondisi pantai ......................... 30

7 Jumlah produksi perikanan tangkap per kecamatan di Kabupaten Pacitantahun 2005-2009.......................................................................................... 34

8 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPP Tamperan tahun 2006-2009 ............................................................................................................. 35

9 Perkembangan kapal tonda di PPP Tamperan tahun 2007-2010 ................ 36

10 Perkembangan alat tangkap di PPP Tamperan tahun 2006-2009................ 36

11 Perkembangan nelayan di PPP Tamperan tahun 2006-2009....................... 37

12 Fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang di PPPTamperan..................................................................................................... 38

13 Posisi pemasangan rumpon nelayan dan komposisi hasil tangkapan.......... 43

14 Posisi pemasangan rumpon bantuan Dinas Kelautan dan PerikananKabupaten Pacitan ....................................................................................... 43

15 Harga ikan tuna yang ditetapkan oleh TPI PPP Tamperan KabupatenPacitan ......................................................................................................... 48

16 Karakteristik hidup ikan tuna ...................................................................... 51

17 Nilai organoleptik ikan tuna yang didaratkan oleh kapal tonda di PPPTamperan..................................................................................................... 51

Page 12: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Pancing tonda dalam operasi penangkapan................................................. 5

2 Beberapa spesies ikan tuna.......................................................................... 8

3 Peta Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur............................................ 25

4 Pengukuran panjang total ikan .................................................................... 28

5 Beberapa lokasi TPI di Kabupaten Pacitan ................................................. 33

6 Konstruksi kapal tonda di Kabupaten Pacitan............................................. 39

7 Alat tangkap pancing tonda dan bagian-bagiannya di Kabupaten Pacitan . 41

8 Nelayan pancing tonda di Kabupaten Pacitan ............................................. 42

9 Desain rumpon nelayan di Kabupaten Pacitan............................................ 43

10 Pemberat dari cor semen ............................................................................. 44

11 Perbekalan yang dibutuhkan dalam setiap operasi penangkapan................ 45

12 Penanganan ikan tuna di atas kapal ............................................................. 46

13 Proses distribusi hasil tangkapan ikan tuna di Pacitan ................................ 47

14 Komposisi berat total tuna yang didaratkan per kapal dan sampel berattotal tuna per kapal ...................................................................................... 49

15 Komposisi jenis hasil tangkapan tonda ....................................................... 49

16 Komposisi ukuran tuna yang tertangkap ..................................................... 50

17 Spesifikasi organoleptik ikan tuna .............................................................. 52

Page 13: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Distribusi kisaran ukuran panjang tubuh ikan tuna (Thunnus sp) yangtertangkap .................................................................................................... 66

2 Distribusi kisaran berat tubuh ikan tuna (Thunnus sp) yang tertangkap ..... 67

3 Data sheet untuk data utama........................................................................ 68

4 Produksi per jenis ikan selama tahun 2004-2009 di Kabupaten Pacitan..... 78

5 Nilai-nilai organoleptik ikan ....................................................................... 79

Page 14: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan menyimpan potensi sumberdaya

perikanan laut yang melimpah. Salah satu potensi yang ada adalah sumberdaya

tuna. Perairan laut Indonesia kaya dengan sumberdaya ikan tuna karena terletak

di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang merupakan habitat utama

ikan tuna. Wilayah perairan laut Indonesia, yang meliputi perairan pesisir

(pedalaman), perairan teritorial, perairan laut dalam, dan ZEEI merupakan jalur

migrasi beberapa jenis ikan tuna (Dahuri, 2008).

Ikan tuna mempunyai daerah penyebaran yang sangat luas, hidup di perairan

pantai dan lepas pantai, di daerah tropis dan subtropis, meliputi Samudra Hindia,

Pasifik dan Atlantik. Penyebaran tidak dibatasi oleh garis lintang. Kelompok ikan

tuna merupakan spesies yang mampu berenang cepat dan jauh, dan secara

bergerombol menempuh jarak ribuan mil, melintasi samudra yang satu ke

samudra lainnya (highly migratory species) (Nakamura, 1969).

Salah satu cara atau jalan yang ditempuh untuk memenuhi permintaan ikan

tuna, yaitu dengan penangkapan ikan tuna. Penangkapan ikan tuna dapat

dilakukan dengan menggunakan pancing tonda (Nurani, 2010). Pancing tonda

merupakan alat penangkapan ikan yang dioperasikan secara aktif dengan cara

ditarik oleh perahu motor atau kapal kecil. Pancing tonda (pancing tarik)

merupakan alat tangkap tradisional yang bertujuan untuk menangkap jenis-jenis

ikan pelagis seperti tuna, cakalang, dan tongkol yang biasa hidup dekat

permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang

tinggi (Gunarso, 1998). Pancing tonda sangat terkenal di kalangan nelayan

Indonesia karena harganya relatif murah dan pengoperasiannya sangat mudah

untuk menangkap tuna berukuran kecil di dekat permukaan (Nugroho, 1992).

Kabupaten Pacitan sebagai salah satu daerah di Jawa Timur yang berbatasan

langsung dengan Samudera Hindia menjadi tempat kegiatan perikanan tangkap

yang sedang berkembang. Komoditas ikan yang terdapat di perairan Kabupaten

Pacitan (Samudera Hindia) yaitu jenis ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang,

tongkol, tenggiri, marlin, dan lemadang. Penangkapan tuna di perairan Kabupaten

Page 15: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

2

Pacitan (Samudera Hindia) dilakukan dengan alat tangkap pancing tonda (Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2009).

Penangkapan tuna dengan menggunakan pancing tonda marak dilakukan di

perairan Selatan Jawa (Samudra Hindia) (Nuramin, 2005; Handriana, 2007; Ross,

2008). Hasil tangkapan ikan tuna dengan menggunakan pancing tonda lebih

banyak yang berukuran kecil. Penelitian yang dilakukan oleh (Handriana, 2007)

mengatakan bahwa komposisi hasil tangkapan ikan tuna yang tertangkap oleh

pancing tonda dengan menggunakan alat bantu rumpon di perairan Palabuhanratu

mempunyai berat rata-rata sekitar 4,22 kilogram (kg). Hasil tangkapan ikan tuna

tersebut tidak menguntungkan secara ekonomi, karena ikan tuna untuk ekspor

harus mempunyai berat lebih dari 25 kg/ekor (BSN, 1992). Tujuan utama usaha

perikanan tuna adalah produk dengan kualitas ekspor, khususnya dalam bentuk

tuna segar (fresh tuna) (Nurani, 2010). Pasar Jepang khusus untuk produk tuna

segar dan tuna beku sashimi (Nurani & Wisudo, 2007). Produk tuna ekspor segar

untuk fresh sashimi adalah ikan tuna yang memiliki nilai organoleptik minimal 7

(BSN, 2006a). Apabila penangkapan ikan tuna berukuran kecil terus dilakukan,

maka keberlangsungan hidup dan kelestarian sumberdaya tuna akan terganggu.

Oleh karena itu penelitian mengenai “Evaluasi Kegiatan Perikanan Pancing Tonda

di Pacitan terhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Tuna” penting dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mendeskripsikan kegiatan operasi penangkapan dan penanganan ikan tuna

dengan menggunakan pancing tonda di Pacitan;

2) Menentukan tujuan pemasaran ikan tuna yang didaratkan di Pacitan;

3) Menentukan komposisi dan kualitas hasil tangkapan ikan tuna dalam

kaitannya dengan kelestarian sumberdaya tuna yang didaratkan di Pacitan.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai:

1) Informasi bagi nelayan mengenai penanganan ikan tuna yang baik di atas

kapal dan komposisi ikan tuna yang layak untuk ditangkap;

Page 16: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

3

2) Informasi bagi pengusaha perikanan mengenai kriteria-kriteria yang baik

untuk tuna ekspor segar;

3) Informasi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan pengelolaan

perikanan pancing tonda di Pacitan.

Page 17: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unit Penangkapan Ikan

2.1.1 Kapal dan nelayan

Konstruksi kapal tonda terbuat dari kayu. Ruang kemudi terletak di bagian

buritan, ruang mesin berada di bagian tengah, di bagian atas ruang kemudi

terdapat ruang ABK (Anak Buah Kapal), palka ikan terletak di bagian haluan.

Kapal pancing tonda berukuran sekitar 3-10 GT, terbuat dari kayu jati (Tektona

grandis) dan kayu ulin (Eusiderrixylon spp.). Dimensi kapal adalah panjang

(LOA) 10,75-12 meter (m), lebar (B) 2,85-3,50 meter (m), tinggi (D) 1-1,5 meter

(m). Kapal tonda menggunakan mesin dalam (inboard engine), berkekuatan

sekitar 20-40 PK. Berbagai merek mesin biasa digunakan seperti mesin Kubota

atau mesin Yanmar (Nurani, 2010).

Penangkapan ikan dengan pancing tonda dilakukan pada siang hari. Tiap

perahu biasanya membawa lebih dari dua buah pancing yang ditonda sekaligus.

Penondaan dilakukan dengan mengulur tali kurang lebih dua per tiga dari seluruh

panjang tali pancing yang disediakan (Subani & Barus, 1989). Satu kapal tonda

akan menarik 4 tali pancing di sisi kanan kapal, 4 di sisi kiri dan 2 di belakang

(Nurani, 2010).

Pancing tonda umumnya dioperasikan dengan perahu kecil, jumlah nelayan

yang mengoperasikannya sebanyak 4-6 orang yang terdiri 1 orang nakhoda

merangkap fishing master, 1 orang juru mesin dan 2-4 orang ABK yang masing-

masing mengoperasikan satu atau lebih pancing pada saat operasi penangkapan

berlangsung (Sainsbury, 1971).

Kecepatan perahu pada saat menonda mempengaruhi keberhasilan

penangkapan sesuai dengan tujuan ikan sasaran. Perahu/kapal untuk menangkap

ikan pelagis jenis ikan umpan, kecepatan menonda harus lambat (1-3 knot).

Waktu penangkapan ikan cakalang dan tuna muda di pagi hari dengan kecepatan

perahu sekitar 4-5 knot, dan pada siang hari kecepatan menonda sekitar 7-8 knot

(Nugroho, 1992).

Page 18: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

5

2.1.2 Alat tangkap pancing tonda

Pancing tonda merupakan salah satu alat penangkap ikan yang termasuk

dalam kelompok pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau

kapal (Sudirman, 2004). Banyak bentuk dan macam pancing tonda (troll line)

yang pada prinsipnya adalah sama (Subani & Barus, 1989).

Sumber: Subani dan Barus, 1989

Gambar 1 Pancing tonda dalam operasi penangkapan.

Alat tangkap ini ditujukan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang

biasa hidup dekat permukaan, mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai

kualitas daging dengan mutu tinggi (Gunarso, 1998). Sainsbury (1986)

menegaskan bahwa kunci keberhasilan penangkapan umumnya banyak ditentukan

oleh:

1) Kemampuan pendugaan tempat pengkonsentrasian yang banyak didiami

jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan;

2) Kesiapan ikan-ikan untuk memakan umpan;

3) Kemampuan untuk mengetahui keadaan suhu dan gradiasi suhu maupun

termoklin yang ada di daerah penangkapan tersebut, karena ikan-ikan

pelagis yang hidup dekat permukaan ini umumnya sangat sensitif terhadap

hal ini;

Page 19: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

6

4) Bunyi yang dihasilkan baik oleh mesin maupun propeler kapal dapat

mengganggu dan mengusir ikan-ikan yang membuntuti kapal yang sedang

dioperasikan. Sehubungan hal ini, perahu atau kapal yang digerakkan oleh

tenaga layar, tampaknya justru akan lebih baik.

2.1.3 Umpan

Umumnya ikan mendeteksi mangsa melalui reseptor yang dimilikinya, dan

hal ini bergantung pada jenis reseptor tertentu yang mendominasi pada jenis ikan

tersebut. Pemilihan umpan disesuaikan dengan kesukaan makan ikan sasaran,

dengan mempertimbangkan kemampuan ikan mendeteksi makanan (Gunarso,

1998).

Umumnya pancing tonda menggunakan umpan tiruan (imitation bait), ada

pula yang menggunakan umpan benar (true bait). Umpan tiruan tersebut bisa dari

bulu ayam (chicken feaders), bulu domba (sheep wools), kain-kain berwarna

menarik, bahan dari plastik berbentuk miniatur menyerupai aslinya (misalnya:

cumi-cumi, ikan, dan lain-lainnya) (Subani & Barus, 1989). Umpan merupakan

satu-satunya perangsang bagi ikan untuk mendekati mata pancing dalam

pengoperasian pancing tonda. Ukuran umpan tergantung ukuran mata pancing,

pancing ukuran 10 menggunakan ukuran umpan 2,5 cm; pancing ukuran 9

menggunakan umpan 6,5 cm; pancing ukuran 5-7 menggunakan umpan ukuran

10,5 cm (Nurani, 2010).

2.1.4 Rumpon

Rumpon biasa juga disebut dengan Fish Agregation Device (FAD), yaitu

suatu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul

dalam suatu catchable area. Bahan dan komponen dari rumpon bermacam-

macam, tetapi secara ringkas setiap rumpon terdiri dari beberapa komponen

seperti pada Tabel 1. Di Indonesia, umumnya rumpon masih menggunakan

bahan-bahan alami, sehingga daya tahannya juga sangat terbatas. Nelayan

umumnya menggunakan pelampung dari bambu, sedangkan tali temalinya masih

menggunakan bahan alamiah, biasanya dari rotan dan pemberatnya menggunakan

batu sedangkan atraktornya daun kelapa. Rumpon jenis ini biasanya dipasang di

perairan dangkal dengan tujuan untuk mengumpulkan ikan-ikan pelagis kecil.

Page 20: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

7

Rumpon laut dalam menggunakan tali-temali dari sintetic fibres (tali nylon),

dengan tujuan utama mengumpulkan ikan layang, tuna, dan cakalang.

Tabel 1 Komponen pokok dan bahan dari sebuah rumponNo. Komponen Bahan1 Float Bambu

Plastik2 Tali Tambat (mooring line) Tali

Wire Rantai Swivel

3 Pemikat ikat (atractor) Daun kelapa Jaring bekas

4 Pemberat (bottom sinker) Batu Beton

Sumber: Sudirman, 2004

2.2 Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan utama untuk tonda perairan permukaan yaitu tongkol,

cakalang, tenggiri, madidihang, setuhuk, alu-alu, sunglir, beberapa jenis kwe.

Hasil tangkapan lapisan dalam terutama berupa cumi-cumi, sedangkan untuk

lapisan dasar terutama manyung, pari, cucut, gulamah, senangin, kerapu, dan lain-

lain (Subani & Barus, 1989).

Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan antara lain jenis ikan

bonito (Scomberomerous sp.), tuna, salmon, cakalang, tenggiri, dan lainnya

melalui bagian belakang maupun samping kapal yang bergerak tidak terlalu cepat,

dilakukan penarikan sejumlah tali pancing dengan mata-mata pancing yang

umumnya tersembunyi dalam umpan buatan. Ikan-ikan akan memburu dan

menangkap umpan-umpan buatan tersebut, hal ini tentu saja memungkinkan

mereka untuk tertangkap (Gunarso, 1998).

2.3 Deskripsi dan Klasifikasi Tuna

Menurut taksonomi (sistematika ikan), jenis-jenis ikan tuna termasuk ke

dalam Famili Scombridae. Secara global, terdapat 7 spesies ikan tuna yang

memiliki nilai ekonomis penting, yaitu albacore (Thunnus alalunga), bigeye tuna

(Thunnus obesus), atlantic bluefin tuna (Thunnus thynnus), pacific bluefin tuna

(Thunnus oreintalis), southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii), yellowfin tuna

Page 21: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

8

(Thunnus albacares), dan skipjack tuna (Katsuwonus pelamis), kecuali pacific

bluefin dan southern bluefin tuna, kelima spesies tuna lainnya hidup dan

berkembang di perairan Samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia (Dahuri, 2008).

Menurut Saanin (1984), ikan tuna diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Pisces

Ordo: Percomorphi

Famili: Scombridae

Species: Thunnus alalunga

Thunnus obesus

Thunnus thynnus

Thynnus oreintalis

Thunnus maccoyii

Thunnus albacores

Sumber: Subani, 1999 dan Encylopedia of Life, 2009

Gambar 2 Beberapa spesies ikan tuna.

Tuna Sirip Biru AtlantikThunnus thynnus

Tuna Sirip Biru PasifikThunnus oreintalis

Page 22: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

9

Menurut Collette (1994) ikan tuna dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Albacore (Thunnus alalunga)

Ikan tuna jenis ini membentuk busur kuat ke arah belakang dibanding

dengan jenis ikan tuna lain. Sirip dada sangat panjang mencapai 30%

panjang tubuh atau berkisar lebih dari 50 cm. Albacore tersebar di semua

perairan tropik dan perairan-perairan bersuhu sedang. Ikan ini bersifat

epipelagik, mesopelagik, dan oceanic. Tempat penyebarannya pada

kedalaman antara 300 m dan maksimal pada 600 m. Ukuran panjang badan

maksimal tuna ini adalah 120 cm dengan berat badan maksimal 60 kg.

2) Bigeye (Thunnus obesus)

Bigeye merupakan salah satu jenis ikan tuna dengan ukuran besar, sirip dada

cukup panjang pada individu yang besar dan dapat menjadi sangat panjang

pada ukuran tuna yang masih kecil. Warna bagian bawah perut putih, garis-

garis sisi seperti sabuk biru yang membujur di sepanjang badan. Ikan tuna

jenis bigeye ini memiliki dua sirip punggung (D1) berwarna kuning terang

sedangkan sirip punggung dua (D2) berwarna kuning muda. Jari-jari sirip

tambahan berwarna kuning terang dan sedikit hitam pada ujungnya.

Penyebaran bigeye dari perairan tropis ke subtropis yang biasanya berada

pada kedalaman hingga 200 meter. Ukuran panjang bigeye dapat mencapai

lebih dari 200 cm dengan berat badan maksimal 200 kg.

3) Atlantic Bluefin (Thunnus thynnus)

Panjang total atlantic bluefin maksimal hingga 458 cm dengan berat badan

maksimal 684 kg. Ikan ini bersifat pelagis dan oceanodromus. Ikan ini

biasanya berada pada lapisan kedalaman antara 0-100 m. Pada perairan

sebelah barat Atlantik, Atlantic Bluefin ditemukan di perairan Kanada,

Teluk Meksiko, dan Laut Karibia hingga Venezuela dan Brazil. Ikan ini

juga ditemukan menyebar pada perairan timur Atlantik, termasuk

Mediterania dan Laut Hitam, namun ikan tuna jenis ini tidak terdapat di

Indonesia.

Sirip punggung kedua dari Atlantic Bluefin lebih tinggi dari sirip punggung

yang pertama. Sirip dada sangat pendek kurang dari 80% panjang kepala,

sisi bawah perut berwarna putih.

Page 23: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

10

4) Pacific Bluefin (Thunnus oreintalis)

Panjang cagak maksimal pacific bluefin hingga 300 cm dengan berat

maksimal 198 kg, bersifat pelagis dan oceanodromus, namun pada musim-

musim tertentu mendekat ke pesisir pada perairan pasifik utara (Teluk

Alaska-selatan California, dan dari Pulau Saklir hingga selatan Laut

Filiphina). Ikan tuna jenis ini tidak terdapat di perairan Indonesia.

Feeding habit ikan pacific bluefin adalah sebagai predator dengan

memangsa bermacam schooling kecil ikan atau cumi-cumi, juga kepiting

dan organisme sesil.

5) Southern Bluefin (Thunnus maccoyii)

Tuna jenis southern bluefin merupakan salah satu jenis ikan terbesar, sirip

dadanya sangat pendek (kurang dari 80% panjang kepala), dan tidak pernah

mencapai jarak antara kedua sirip punggung. Warna bagian bawah perut

putih keperakan dengan garis melintang yang tidak berwarna berselang-

selang dengan deretan bintik yang tidak berwarna, hal ini akan terlihat pada

southern bluefin dalam keadaan segar.

Southern bluefin menyebar di seluruh bagian selatan dan Samudera Hindia

pada suhu 5-10C. Ikan ini bersifat epipelagic dan oceanic di air bersuhu

dingin. Ikan ini bertelur dan berlarva pada suhu 20-30C. Ikan dewasa

secara musiman beruaya ke daerah hangat pada kedalaman hingga 50 meter

di bawah permukaan air. Panjang maksimal ikan ini mencapai 160-200 cm.

6) Yellowfin (Thunnus albacares)

Yellowfin tuna termasuk jenis ikan berukuran besar, mempunyai dua sirip

dorsal dan sirip anal yang panjang. Sirip dada (pectoral fin) melampaui

awal sirip punggung (dorsal) kedua, tetapi tidak melampaui pangkalnya.

Ikan tuna jenis ini bersifat pelagic, oceanic, berada di atas dan di bawah

termoklin. Ikan jenis yellowfin biasanya membentuk schooling

(gerombolan) di bawah permukaan air pada kedalaman kurang dari 100

meter. Ukuran panjang yellowfin dapat mencapai lebih dari 200 cm dengan

rata-rata 150 cm, berat badan maksimal 200 kg.

Page 24: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

11

2.4 Tingkah Laku Tuna

Ikan tuna biasa dalam schooling (bergerombol) saat mencari makan, jumlah

schooling bisa terdiri dari beberapa ekor maupun dalam jumlah banyak

(Nakamura, 1969). Kondisi lingkungan (faktor-faktor fisika dan kimia) perairan

berpengaruh terhadap pergerakan (migrasi) ikan tuna, namun pergerakan ikan

tuna dewasa lebih disebabkan oleh naluri (instinct)-nya dalam mendapatkan

(mengejar) makanan.

Ikan-ikan tuna kecil (stadium larva dan juvenil), pergerakannya lebih

banyak ditentukan oleh arus laut. Ikan tuna berumur muda lebih menyenangi

hidup di daerah-daerah perairan laut yang berkadar garam (salinitas) relatif

rendah, seperti perairan dangkal di sekitar pantai (Dahuri, 2008).

Aktivitas harian erat hubungannya dengan aktivitas mencari makan,

albacore memburu mangsa pada siang hari, terkadang juga pada malam hari

dengan puncak keaktifan pada pagi dan sore hari. Madidihang aktif mencari

mangsa pada siang hari (Gunarso, 1985).

2.5 Penyebaran dan Ruaya Tuna

Penyebaran jenis-jenis tuna tidak dipengaruhi oleh perbedaan bujur

melainkan dipengaruhi oleh perbedaan lintang (Nakamura, 1969). Di perairan

Indonesia, yellowfin tuna dan bigeye tuna didapatkan di perairan pada daerah

antara 15LU–15LS, dan melimpah pada daerah antara 0-15LS seperti daerah

pantai Selatan Jawa dan Barat Sumatera (Nurhayati, 1995). Penyebaran ikan-ikan

tuna di kawasan barat Indonesia terutama terdapat di perairan Samudra Hindia.

Di perairan ini, terjadi percampuran antara perikanan tuna lapis dalam, yang

dieksploitasi dengan alat rawai tuna, dengan perikanan tuna permukaan yang

dieksploitasi menggunakan alat tangkap pukat cincin, gillnet, tonda dan payang

(Sedana, 2004).

Menurut Dahuri (2008), ikan madidihang dan mata besar terdapat di seluruh

wilayah perairan laut Indonesia. Sedangkan, albacore hidup di perairan sebelah

barat Sumatera, selatan Bali sampai dengan Nusa Tenggara Timur. Ikan tuna sirip

biru selatan hanya hidup di perairan sebelah selatan Jawa sampai ke perairan

Samudra Hindia bagian selatan yang bersuhu rendah (dingin).

Page 25: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

12

2.6 Kondisi Oseanografis yang Mempengaruhi Keberadaan Tuna

Tiga faktor lingkungan perairan laut yang mempengaruhi kehidupan ikan

tuna adalah suhu, salinitas, dan kandungan oksigen (dissolved oxygen). Secara

umum, ikan tuna dapat tumbuh dan berkembang biak secara optimal pada perairan

laut dengan kisaran suhu 20C–30C. Sebagai perairan laut tropis yang

mendapatkan curahan sinar matahari sepanjang tahun, massa air permukaan laut

Indonesia memiliki suhu rata-rata tahunan 27C–28C, dengan fluktuasi relatif

kecil. Artinya, ikan tuna bisa berada di perairan laut Indonesia sepanjang tahun.

Bahkan diperkirakan, perairan laut Indonesia menjadi salah satu tujuan migrasi

utama gerombolan ikan tuna, baik yang berasal dari belahan bumi selatan

(Samudra Hindia) maupun dari belahan bumi utara (Samudra Pasifik) (Dahuri,

2008).

Jenis ikan tuna madidihang (yellowfin tuna) lebih menyukai hidup di sekitar

lapisan termoklin dengan kisaran suhu perairan antara 18C–31C. Umumnya,

daerah ini terletak di sekitar permukaan laut sampai kedalaman 100 m. Daerah

penangkapan madidihang masih cukup baik di perairan dengan suhu sampai 14C

(Dahuri, 2008). Tuna mata besar (Thunnus obesus) merupakan jenis yang

memiliki toleransi suhu yang paling besar, yaitu berkisar antara 11-28ºC dengan

kisaran suhu penangkapan antara 18-23ºC (Uda, 1952 vide Supadiningsih, 2004).

Ikan tuna sirip biru selatan bisa hidup optimal di perairan laut dengan kisaran suhu

5C–20C. Ikan cakalang dapat hidup di perairan dengan kisaran suhu 16C–

30C, tetapi suhu yang optimal adalah 19C–23C (Dahuri, 2008).

Kandungan oksigen terlarut dalam perairan laut mempengaruhi fisiologi

ikan tuna. Kisaran kandungan oksigen yang optimal bagi yellowfin tuna adalah

1,5–2,5 ppm (mg per liter); untuk bigeye 0,5–1,0 ppm; untuk albakora 1,7–1,9

ppm; dan untuk cakalang 2,5–3,0 ppm (Dahuri, 2008).

Page 26: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

13

2.7 Penanganan Tuna

2.7.1 Penanganan tuna di atas kapal

Menurut Nurani dan Wisudo (2007), cara penanganan tuna di atas kapal,

khususnya untuk produk yang langsung diolah dalam bentuk beku (frozen) untuk

bahan sashimi meliputi:

1) Persiapan untuk melakukan penanganan tuna yaitu pisau yang akan

digunakan untuk memotong harus setajam mungkin. Pada waktu menangani

ikan, suhu ikan harus terus dijaga agar tidak naik dengan cara ikan terus

dibersihkan dengan air yang disemprotkan dari hose (slang), demikian juga

dijaga agar tidak timbul luka-luka di tubuh ikan.

2) Membunuh ikan dengan cara memasukkan spike (batang besi tajam) pada

otak ikan yang dilakukan dengan sangat hati-hati. Jika proses ini dilakukan

dengan tidak hati-hati dapat merusak tekstur daging ikan. Segera diusahakan

untuk mengeluarkan darah dari badan ikan.

3) Pemotongan ekor dilakukan di belakang sirip ekor 4 yaitu tepat diantara

tulang batang ekor. Pemotongan harus dilakukan dengan menggunakan

pisau yang tajam. Jika cara pemotongan tidak tepat, proses pengeluaran

darah akan terhambat yang dapat menimbulkan noda pada daging tuna.

4) Pemotongan nadi darah pada kedua sirip dada. Pemotongan dimaksudkan

untuk mengeluarkan darah dari jantung, proses ini juga harus dilakukan

dengan cepat. Pemotongan dilakukan dari tempat nadi darah yang paling

jauh dari jantung ke tempat nadi darah yang terdekat. Darah dari jantung

akan keluar melalui nadi darah secara berurutan dengan memotong kedua

sirip dada.

5) Pengeluaran darah masih terus dilanjutkan dengan cara memotong nadi

darah dari insang ke jantung. Pengeluaran darah dilakukan dengan cara

memasukkan hose atau slang karet yang diselipi pipa besi atau alumunium

atau sejenisnya. Urat nadi darah dari insang yang menyambung ke jantung

dipotong lalu dimasukkan hose. Air laut dihisap melalui hose, disemprotkan

antara insang dan jantung untuk membersihkan darah-darah yang keluar.

6) Pemotongan insang yang ditujukan untuk menghindari ikan dari akumulasi

bakteri. Insang adalah tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Ada

Page 27: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

14

beberapa cara pemotongan insang yang dapat dilakukan yaitu: 1)

memasukkan pisau dan memotong semua nadi darah yang terkumpul di

bawah insang, 2) memasukkan pisau dan memotong nadi darah di sudut

segitiga insang, 3) memasukkan dan memotong nadi darah di kedua sisi

perut sampai di bagian depan sirip dada, serta dapat pula dengan cara

memasukkan dan memotong di bagian depan jantung. Pembuangan insang

harus bersih, dengan kata lain penampilan (performance) tuna harus baik.

7) Mematikan syaraf dengan cara mematikan nadi syaraf dari ekor bagian

belakang yang tersambung ke depan, dengan mematikan syaraf ini berarti

ikan tersebut betul-betul sudah mati. Proses pengeluaran darah harus dalam

waktu sesingkat-singkatnya, karena waktu untuk mematikan ikan sampai

ikan itu mati dapat mempengaruhi kelancaran keluarnya darah dari badan

ikan.

8) Pembuangan isi perut dilakukan dengan cara membelah perut yang dimulai

dari bagian dubur ikan sampai ke bagian sirip dada. Semua isi perut, jangan

sampai ada yang tertinggal sedikitpun. Selaput perut juga harus dibuang.

9) Terakhir dilakukan pencucian, dimulai terutama dari tempat-tempat yang

terpotong atau teriris. Darah harus dikeluarkan sampai bersih. Darah yang

masih tertahan atau terkumpul akan menyebabkan proses pembekuan tidak

merata dan tidak berjalan dengan baik.

Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2006b) melalui SNI 01-

2693.3-2006, penanganan dan pengolahan tuna segar untuk sashimi terdiri dari:

1) Penerimaan

(1) Potensi bahaya: mutu bahan baku kurang baik, ukuran dan jenis tidak

sesuai, kontaminasi bakteri patogen dan terdapatnya mata pancing.

(2) Tujuan: mendapatkan bahan baku yang memenuhi persyaratan mutu

dan terhindar dari kontaminasi bakteri patogen serta bebas dari mata

pancing.

(3) Petunjuk: tuna segar yang diterima pada unit pengolahan ditangani

secara cepat, cermat dan bersih serta suhu pusat ikan diperhatikan

maksimal 4,4C. Pemeriksaan terhadap mata pancing dilakukan

terhadap setiap ikan dengan membuka insang dan mulut.

Page 28: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

15

2) Pencucian 1

(1) Potensi bahaya: kotoran dan kontaminasi bakteri.

(2) Tujuan: membersihkan kotoran dan mencegah kontaminasi bakteri.

(3) Petunjuk: pencucian dilakukan dengan cara mengusap bagian tubuh

ikan dengan air dingin. Pengusapan dilakukan searah dengan susunan

sisik mulai dari kepala sampai ekor. Proses dilakukan dengan cepat,

cermat dan saniter serta suhu pusat ikan dipertahankan maksimal

4,4C.

3) Pemotongan sirip

(1) Potensi bahaya: kemunduran mutu, kontaminasi bakteri patogen,

masih ada sirip.

(2) Tujuan: mendapatkan ikan yang bersih dari sirip serta bebas dari

kontaminasi bakteri patogen.

(3) Petunjuk: sirip ikan dipotong secara manual dari arah ekor ke kepala.

Pemotongan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter sehingga tidak

menyebabkan pencemaran pada tahap berikutnya dengan suhu pusat

ikan maksimal 4,4C.

4) Sortasi mutu (grading)

(1) Potensi bahaya: kemunduran mutu.

(2) Tujuan: mendapatkan mutu yang sesuai dengan yang telah ditentukan.

(3) Petunjuk: sortasi dilakukan terhadap mutu (grading). Selama sortasi

ikan ditangani secara cepat, cermat dan bersih serta suhu pusat ikan

dipertahankan maksimal 4,4C.

5) Pencucian 2

(1) Potensi bahaya: kotoran dan kontaminasi bakteri.

(2) Tujuan: membersihkan kotoran dan mencegah kontaminasi bakteri.

(3) Petunjuk: pencucian dilakukan dengan cara mengusap pada bagian

tubuh ikan dengan air dingin. Pengusapan dilakukan searah dengan

susunan sisik mulai dari kepala sampai ekor. Proses dilakukan dengan

cepat, cerrmat dan saniter serta suhu pusat ikan dipertahankan

maksimal 4,4C.

Page 29: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

16

6) Penimbangan

(1) Potensi bahaya: kemunduran mutu, kekurangan berat dan kontaminasi

bakteri patogen.

(2) Tujuan: mendapatkan berat tuna yang sesuai dengan ukuran yang

telah ditentukan dan bebas dari kontaminasi bakteri patogen.

(3) Petunjuk: ikan ditimbang satu persatu menggunakan timbangan yang

telah dikalibrasi. Penimbangan dilakukan secara hati-hati, cepat,

cermat dan saniter dengan suhu pusat ikan maksimal 4,4C.

7) Penyimpanan dingin atau tanpa penyimpanan dingin

(1) Potensi bahaya: histamin.

(2) Tujuan: mencegah terjadinya peningkatan histamin.

(3) Petunjuk: apabila tuna segar menunggu waktu untuk dipasarkan maka

dilakukan penampungan dalam ruang pendingin atau dengan es kering

dan tetap mempertahankan suhu pusat ikan maksimal 4,4C.

8) Pengusapan (swabbing) bila dilakukan penyimpanan dingin

(1) Potensi bahaya: kotoran dan kontaminasi bakteri.

(2) Tujuan: membersihkan kotoran dan mencegah kontaminasi bakteri.

(3) Petunjuk: pengusapan dilakukan dengan cara mengusap pada bagian

tubuh ikan memakai spons yang sudah direndam dengan air dingin.

Pengusapan dilakukan searah dengan susunan sisik mulai dari kepala

sampai ekor. Proses dilalukan dengan cepat, cermat, dan saniter.

9) Pengepakan dan pelabelan

(1) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri, kerusakan fisik dan kesalahan

label.

(2) Tujuan: melindungi produk dari kontaminasi bakteri dan kerusakan

fisik selama transportasi dan penyimpanan serta ketidaksesuaian label.

(3) Petunjuk: ikan ditimbang lalu disusun dalam wadah dengan

penambahan es dan pelabelan dilakukan sesuai dengan SNI 01-4858-

2006, Pengemasan ikan segar melalui sarana angkutan udara.

Page 30: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

17

10) Pengemasan

(1) Bahan kemasan

Bahan kemasan untuk tuna segar sashimi sesuai dengan SNI 01-4858-

2006, Pengemasan ikan segar melalui sarana angkutan udara.

(2) Teknik pengemasan

Produk akhir dikemas sesuai dengan SNI 01-4858-2006, Pengemasan

ikan segar melalui sarana angkutan udara.

11) Syarat penandaan

Dalam sistem penandaan dan pemberian kode dilakukan dengan sebaik

mungkin. Setiap produk tuna segar untuk sashimi yang akan dipasarkan

diberi tanda dengan benar dan mudah dibaca, menggunakan bahasa yang

dipersyaratkan disertai keterangan sekurang-kurangnya sebagai berikut:

jenis produk, berat bersih produk, bila ada bahan tambahan lain diberi

keterangan bahan tersebut, nama dan alamat unit pengolahan secara

lengkap, tanggal, bulan, tahun produksi, dan tahun kadaluarsa.

Tabel 2 Syarat mutu dan keamanan pangan untuk tuna segar sashimi

Jenis Uji Satuan Persyaratan

1) Organoleptik Angka (1-9) minimal 72) Cemaran mikroba*

1. ALT2. Escherichia coli3. Salmonella4. Vibrio cholera

koloni/gAPM/gAPM/gAPM/g

maksimal 5,0 x 105

maksimal <2negatif

negative3) Cemaran kimia*

1. Raksa (Hg)2. Timbal (Pb)3. Histamin4. Kadmium (Cd)

mg/kgmg/kgmg/kgmg/kg

maksimal 1maksimal 0,4maksimal 100maksimal 0,5

4) Fisika1. Suhu pusat C maksimal 4,4

5) Parasit Ekor 0Catatan* Bila diperlukan

Sumber: BSN, 2006a

Page 31: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

18

Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2009) melalui SNI

7530.3:2009, teknik penanganan dan pengolahan untuk bahan baku tuna segar

terdiri dari:

1) Penerimaan

(1) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen, kemunduran mutu dan

histamin.

(2) Tujuan: mendapatkan bahan baku yang bebas dari kontaminasi bakteri

patogen.

(3) Petunjuk: bahan baku yang diterima di unit pengolahan diuji secara

organoleptik dan uji histamin, untuk mengetahui mutunya.

Penanganan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter dengan suhu

produk 0C-4,4C untuk bahan baku segar dan -18C atau lebih

rendah untuk bahan baku beku. Bahan baku diidentifikasi dan diberi

kode untuk kemudahan dalam penelusuran (traceability) dan

dipertahankan sampai tahapan produk akhir.

2) Penyiangan

(1) Potensi bahaya: kemunduran mutu dan kontaminasi bakteri patogen.

(2) Tujuan: mendapatkan ikan yang bersih, tanpa kepala dan isi perut

serta mereduksi kontaminasi bakteri patogen.

(3) Petunjuk: apabila ikan yang diterima masih dalam keadaan utuh, ikan

disiangin dengan cara membuang kepala dan isi perut. Penyiangan

dilakukan secara cepat, cermat dan saniter sehingga tidak

menyebabkan pencemaran pada tahap berikutnya dengan suhu pusat

produk 0C- 4,4C.

3) Pencucian

(1) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen dan kemunduran mutu.

(2) Tujuan: menghilangkan sisa kotoran darah yang menempel di tubuh

ikan dan bebas dari kontaminasi bakteri patogen.

(3) Petunjuk: ikan dicuci dengan hati-hati menggunakan air bersih dingin

yang mengalir secara cepat, cermat dan saniter untuk mempertahankan

suhu pusat produk 0C-4,4C.

Page 32: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

19

4) Pembuatan loin

(1) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen.

(2) Tujuan: mendapatkan bentuk loin sesuai dengan ukuran yang

ditentukan dan bebas dari kontaminasi bakteri patogen.

(3) Petunjuk: pembuatan loin dilakukan dengan cara membelah ikan

menjadi empat bagian secara membujur. Proses pembutan loin

dilakukan secara tepat, cermat dan saniter dan tetap mempertahankan

suhu pusat produk 0C-4,4C.

5) Pembuangan kulit dan perapian

(1) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen, terdapat tulang, daging

hitam dan kulit.

(2) Tujuan: mendapatkan loin yang rapi dan bebas dari tulang, daging

hitam dan kulit serta terhindar dari kontaminasi bakteri patogen.

(3) Petunjuk: tulang, daging hitam dan kulit yang ada pada loin dibuang

hingga bersih. Pembuangan kulit dan perapian dilakukan secara cepat,

cermat dan saniter serta tetap mempertahankan suhu pusat produk.

6) Sortasi mutu

(1) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen.

(2) Tujuan: mendapatkan loin dengan mutu sesuai spesifikasi.

(3) Petunjuk: sortasi mutu dilakukan dengan mengelompokkan produk

sesuai spesifikasi, secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter dengan

suhu pusat produk.

7) Pembungkusan (wrapping)

(1) Potensi bahaya: pembungkusan kurang sempurna dan kontaminasi

bakteri patogen.

(2) Tujuan: mendapatkan loin dalam kemasan yang sempurna dan

terhindar dari kontaminasi bakteri patogen.

(3) Petunjuk: loin yang sudah rapi selanjutnya dikemas dalam plastik

vacum dan tidak vacum secara individual dengan cepat, cermat dan

saniter serta tetap mempertahankan suhu pusat produk.

Page 33: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

20

8) Penimbangan

(1) Potensi bahaya: kemunduran mutu, kekurangan berat dan kontaminasi

bakteri patogen.

(2) Tujuan: mendapatkan berat loin yang sesuai dengan ukuran yang telah

ditentukan dan bebas dari kontaminasi bakteri patogen.

(3) Petunjuk: loin ditimbang satu per satu dengan menggunakan

timbangan yang sudah dikalibrasi dengan cepat, cermat dan saniter

serta tetap mempertahankan suhu pusat produk.

9) Pengepakan

(1) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen dan kesalahan label.

(2) Tujuan: melindungi produk dari kontaminasi dan kerusakan selama

transportasi dan penyimpanan serta sesuai dengan label.

(3) Petunjuk: loin yang telah dilepaskan dari pan pembeku, kemudian

dikemas dengan plastik dan dimasukkan dalam master karton secara

cepat, cermat dan saniter.

Tabel 3 Syarat mutu dan keamanan pangan untuk tuna loin segar

Jenis Uji Satuan Persyaratan

1) Sensori Angka (1-9) minimal 72) Cemaran mikroba*

1. ALT2. Escherichia coli3. Salmonella4. Vibrio cholera

koloni/gAPM/gAPM/gAPM/g

maksimal 5,0 x 105

maksimal <3negatifnegatif

3) Cemaran kimia*1. Raksa (Hg)2. Timbal (Pb)3. Kadmium (Cd)

mg/kgmg/kgmg/kg

maksimal 1,0maksimal 0,4maksimal 0,1

4) Fisika1. Suhu pusat C maksimal 4,4

5) Parasit Ekor 0Catatan* bila diperlukan

Sumber: BSN, 2009

2.7.2 Penanganan tuna di pelabuhan perikanan

Penanganan tuna di Pelabuhan Perikanan (PP) dilakukan secara hati-hati,

untuk menjaga tuna masih tetap dalam kualitas yang baik. Kapal tuna dengan

produk frozen yang ditujukan untuk bahan sashimi, biasanya akan membongkar

Page 34: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

21

tuna pada malam hari, dan dilakukan secara transhipment dari kapal ke kapal.

Produk yang tidak masuk kualitas ekspor akan dibongkar siang hari, dijual kepada

perusahaan pengolahan tuna atau dibawa ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) untuk

dilelang.

Kapal-kapal fresh tuna melakukan bongkar ikan di PP pada siang hari.

Proses penanganannya dilakukan secara hati-hati dan diperlukan fasilitas khusus

untuk menjaga kualitas tuna agar tetap segar dan berkualitas baik. Menurut

Nurani dan Wisudo (2007), proses pembongkaran tuna dari kapal fresh tuna

meliputi:

1) Pembongkaran (unloading) tuna dari dalam palka dengan menggunakan

crane. Pembongkaran dilakukan secara hati-hati untuk menjaga tuna dari

kerusakan fisik. Selama pembongkaran tuna selalu dijaga kesegarannya

dengan menyemprotkan air menggunakan slang. Penyemprotan disamping

untuk membersihkan tuna dari lendir, kotoran dan darah, juga untuk

mencegah naiknya suhu tubuh guna menghambat pertumbuhan bakteri.

2) Tuna dipindahkan dari kapal ke transhit sheed untuk dilakukan penanganan

sementara dan seleksi kualitas. Proses pemindahan tuna ke transhit sheed

memerlukan fasilitas khusus yaitu ditutup atap plastik, guna menjaga agar

tidak terkena sinar matahari. Hal ini dimaksudkan juga agar suhu tubuh

tuna tidak naik yang berakibat pada peningkatan pertumbuhan bakteri.

3) Di dalam transhit sheed dilakukan seleksi kualitas (grading). Grading

dimaksudkan untuk menyeleksi tuna yang memenuhi standar kualitas

ekspor untuk produk fresh tuna. Tuna yang tidak memenuhi kualitas fresh

tuna ekspor akan dijual kepada perusahaan pengolahan tuna atau dijual ke

TPI untuk dilelang.

4) Ikan tuna yang memenuhi kualitas ekspor ditangani lebih lanjut dengan

membuang sirip-sirip, membersihkan sisa-sisa insang dan isi perut.

Selanjutnya ikan tuna ini akan diekspor dalam bentuk segar dengan

menggunakan transportasi udara.

5) Sebelum ditransportasikan dengan menggunakan transportasi udara, ikan

tuna terlebih dahulu dilakukan pengemasan. Produk dikemas dengan cara

dimasukkan ke dalam styrofoam atau boks karton, sebelumnya tuna

Page 35: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

22

dibungkus dengan kantong plastik. Satu boks berisi 1 atau 2 ekor tuna

segar. Di dalam boks karton atau styrofoam dimasukkan beberapa potong

dry ice yang berguna untuk menjaga tingkat kesegaran ikan. Selanjutnya

boks karton atau styrofoam ditutup dengan menggunakan lack ban dan

produk siap untuk diekspor. Ekspor menggunakan ruang bagasi di dalam

pesawat terbang dengan biaya sekitar 250 yen per kg tuna.

2.8 Tujuan Pemasaran Tuna

Kelompok ikan tuna memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan tingkat

permintaannya terus meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan permintaan

(demand) ini terutama disebabkan oleh kegemaran masyarakat Jepang menyantap

sushi dan sashimi sejak dasa warsa terakhir ini (Dahuri, 2008). Kualitas ikan tuna

akan terkait dengan harga. Harga ikan tuna paling tinggi adalah kualitas fresh tuna

(kualitas A) untuk bahan sashimi. Kualitas di bawahnya adalah fresh tuna

(kualitas B+) untuk tujuan pasar Amerika dan Uni Eropa. Kualitas B dan C masuk

ke industri pengolahan tuna beku untuk dibuat loin, saku, chunk dan sejenisnya.

Harga jual ekspor produk fresh tuna berkisar antara 800-1.500 yen per kg,

tergantung dari grade tuna yang diekspor. Kegitan ekspor ikan tuna ini, akan

dikenakan biaya untuk pengangkutan dengan pesawat terbang, yaitu sekitar 250

yen per kg ikan tuna (Nurani, 2010).

Perkembangan harga tuna domestik (harga asal) dan harga ekspor (harga di

pasar tujuan) menunjukkan perbedaan yang menyolok, apabila harga domestik

mengalami kenaikan maka ada kecenderungan eksportir untuk menjual tuna di

pasar luar negeri, walaupun terdapat perbedaan jenis dan ukuran yang dikonsumsi

domestik dengan yang diekspor. Perubahan harga di pasar tujuan (harga ekspor)

memiliki kaitan yang erat dengan perubahan yang terjadi di pasar lokal. Hal

tersebut tergambar dengan signifikannya perubahan harga di pasar tujuan dengan

yang terjadi di pasar lokal (Sitorus, 2004).

Page 36: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

23

Tabel 4 Harga ikan tuna di Provinsi Jawa Timur tahun 2001-2008

No Tahun Harga Ikan Tuna per kg (rupiah)

1 2001 7.5062 2002 6.4233 2003 7.0504 2004 14.2115 2005 9.7056 2006 11.0447 2007 12.1198 2008 18.051

Sumber: diolah dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2008

2.9 Kelestarian Sumberdaya Ikan

Pengertian pengelolaan SDI (Sumber Daya Ikan) berkelanjutan adalah

pengelolaan yang mengarah bagaimana SDI yang ada saat ini mampu memenuhi

kebutuhan sekarang dan kebutuhan generasi yang akan datang, dimana aspek

keberlanjutan harus meliputi aspek ekologi, sosial-ekonomi, masyarakat dan

institusi. Pengelolaan SDI berkelanjutan tidak melarang aktivitas penangkapan

yang bersifat ekonomi/komersial, tetapi menganjurkan dengan persyaratan bahwa

tingkat pemanfaatan tidak melampaui daya dukung (carrying capacity)

lingkungan perairan atau kemampuan pulih SDI (MSY), sehingga generasi

mendatang tetap memiliki aset sumberdaya alam (SDI) yang sama atau lebih

banyak dari generasi saat ini (Mallawa, 2006).

Bengen (2005) vide Mallawa (2006) mengatakan bahwa suatu pengelolaan

dikatakan berkelanjutan apabila kegiatan tersebut dapat mencapai 3 tujuan

pembangunan berkelanjutan yaitu berkelanjutan secara ekologi, sosial dan

ekonomi. Berkelanjutan secara ekologi mengandung arti, bahwa kegiatan

pengelolaan SDI dimaksud harus dapat mempertahankan integritas ekosistem,

memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya ikan termasuk

keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga pemanfaatan SDI dapat

berkesinambungan. Berkelanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa kegiatan

pengelolaan ikan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil, mobilitas

sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas

sosial, dan pengembangan kelembagaan. Sedang keberlanjutan secara ekonomi

Page 37: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

24

berarti bahwa kegiatan pengelolaan SDI harus dapat membuahkan pertumbuhan

ekonomi, pemeliharaan kapital, dan penggunaan SDI serta investasi secara efisien.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 45 tahun 2009,

pemanfaatan secara optimal diarahkan pada pendayagunaan sumberdaya ikan

dengan memperhatikan daya dukung yang ada dan kelestariannya untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan

pembudidaya ikan kecil, meningkatkan penerimaan devisa negara, menyediakan

perluasan dan kesempatan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan

daya saing hasil perikanan serta menjamin kelestarian sumberdaya ikan. Menurut

data tahun 2004, kondisi sumberdaya ikan untuk perairan laut memiliki potensi

lestari (MSY) sebesar 6,4 juta ton/tahun, jumlah tangkapan yang diperbolehkan

(JTB) sebesar 5,12 ton/tahun atau 80% dari MSY, dan produksi tahunan sebesar

4,7 juta ton atau 73,4% dari MSY (Mallawa, 2006).

Jenis-jenis ikan pelagis besar yang terdapat di perairan Indonesia antara lain

ikan tuna besar meliputi madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar

(Thunnus obesus), albakora (Thunnus alalunga), tuna sirip biru selatan (Thunnus

maccoyii), tuna ekor panjang (Thunnus tonggol), jenis ikan pedang/setuhuk yang

meliputi ikan pedang (Xipias gladius), setuhuk biru (Makaira mazara), setuhuk

hitam (Makaira indica), setuhuk loreng (Teptapturus audax), ikan layaran

(Istiophorus platypterus), jenis tuna kecil meliputi ikan cakalang (Katsuwonus

pelamis), dan jenis ikan tongkol yang terdiri atas Euthynnus affinis, Auxis thazard,

dan Auxis rochei, jenis ikan cucut yang meliputi Sphyrna sp, Carcharhinus

longimanus, C.brachyurus dan lain-lain. Ikan pelagis besar tersebar dihampir

semua wilayah pengelolaan perikanan dimana tingkat pemanfaatan berbeda-beda

antar perairan. Menurut Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (2005) vide

Mallawa (2006), bahwa beberapa wilayah pengelolaan antara lain Selat Malaka,

Laut Jawa, Samudera Pasifik telah mengalami over exploited di lain beberapa

wilayah pengelolaan antara lain Laut Cina Selatan, Laut Flores, Laut Banda, Laut

Seram, Lautan Hindia masih pada tingkatan under exploited.

Page 38: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

25

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian lapang ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2010. Penelitian

bertempat di PPP Tamperan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Gambar 3 Peta Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Teknik untuk pengambilan responden adalah menggunakan purposive

sampling dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria

tertentu. Pemilihan responden dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden

mampu berkomunikasi dengan baik dalam pengisian kuisioner. Responden yang

dituju antara lain nelayan, pedagang ikan, pihak TPI, Balai Pengelola Pelabuhan

Perikanan serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan. Jumlah

responden yang diwawancarai berjumlah 40 orang yang terdiri dari staf Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan 2 orang, Kepala dan staf Balai

Pengelola PPP Tamperan 2 orang, Kepala dan staf UPT TPI Tamperan 2 orang,

16 orang pedagang dan 18 orang nelayan pancing tonda.

Page 39: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

26

3.2.1 Data primer

Data primer diperoleh dari observasi dan hasil wawancara di lapangan

dengan pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan perikanan pancing tonda yaitu

nelayan maupun masyarakat dan pihak instansi yaitu Dinas Perikanan dan

Kelautan, Balai Pengelola Pelabuhan Perikanan, dan TPI.

Data primer yang diambil adalah:

1) Unit penangkapan tonda;

2) Posisi penangkapan tonda;

3) Waktu operasi tonda;

4) Komposisi dan ukuran hasil tangkapan tuna;

5) Kualitas tangkapan tuna;

6) Daerah pemasaran tuna.

Data primer tentang unit penangkapan tonda, posisi penangkapan tonda,

waktu operasi tonda, dan daerah pemasaran tuna diambil menggunakan alat bantu

kuesioner. Data primer tersebut diambil dari 10 sampel kapal tonda. Kualitas

tangkapan tuna, komposisi, ukuran dan harga hasil tangkapan tuna dapat dilihat

pada Lampiran 3.

3.2.2 Data sekunder

Data sekunder berdasarkan data time series 5 tahun terakhir yang

dikumpulkan dari Balai Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Tamperan, Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pacitan, serta Badan Pusat Statistik Kabupaten

Pacitan. Data sekunder yang dikumpulkan adalah:

1) Data jumlah unit penangkapan tonda;

2) Data volume dan produksi perikanan tuna;

3) Data tujuan pemasaran perikanan tuna;

4) Keadaan umum wilayah;

5) Jumlah rumpon yang dipasang di perairan Pacitan;

6) Posisi dan waktu pemasangan rumpon;

7) Umur teknis rumpon.

Page 40: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

27

3.3 Analisis Data

3.3.1 Analisis kegiatan operasi penangkapan dan penanganan ikan

Analisis unit penangkapan ikan digunakan untuk mengkaji faktor yang

berhubungan dengan keragaan teknis unit penangkapan pancing tonda. Analisis

unit penangkapan ikan dilakukan melalui wawancara kepada pihak-pihak terkait

yang dijelaskan secara deskriptif. Analisis ini meliputi gambaran unit

penangkapan ikan, metode pengoperasian dan metode penanganan ikan.

3.3.2 Analisis pemasaran

Analisis pemasaran bertujuan untuk mengetahui jalur pemasaran produk

tuna untuk ekspor. Analisis pemasaran difokuskan pada daerah pemasaran

komoditas, perkembangan harga tuna, dan bentuk produk yang dijual. Analisis ini

dilakukan secara deskriptif dengan mengamati dan melakukan wawancara

terhadap pelaku pasar.

3.3.3 Analisis komposisi dan kualitas hasil tangkapan

Analisis komposisi dan kualitas hasil tangkapan bertujuan untuk mengetahui

kelayakan hasil tangkapan ikan tuna sebagai produk ekspor melalui pendekatan

secara biologi dan ekonomi. Analisis komposisi hasil tangkapan dilihat dari

beberapa poin penting meliputi:

1) Jenis ikan;

Data jenis ikan didapatkan dengan cara pengamatan secara morfologi

meliputi warna tubuh, sirip dada dan sirip punggung.

2) Jumlah ikan;

Sampel ikan yang diambil sebanyak 150 ekor dari 10 kapal tonda. Tiap

kapal tonda diambil 3 keranjang dimana tiap keranjangnya berisi 5 ekor

ikan. Jumlah sampel kapal tersebut sudah mewakili jumlah populasi kapal

tonda di Pacitan.

3) Panjang ikan;

Panjang total ikan diukur dari ujung mulut hingga ujung sirip ekor. Data

panjang ikan tuna digunakan untuk mengetahui jumlah ikan tuna yang layak

untuk ditangkap. Batasan penentuan jumlahnya ditentukan dari analisis

berdasarkan length at maturity.

Page 41: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

28

Gambar 4 Pengukuran panjang total ikan

4) Berat ikan;

Ikan sampel diukur beratnya satu per satu dengan menggunakan timbangan.

Data berat ikan digunakan untuk mengetahui jumlah ikan yang layak

diekspor. Ikan tuna untuk ekspor harus mempunyai berat lebih dari 25

kg/ekor (BSN, 1992)

5) Fishing ground.

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) ditentukan dari posisi

pemasangan rumpon di perairan. Data daerah penangkapan ikan didapatkan

dari wawancara dengan nelayan.

Analisis kualitas hasil tangkapan dilihat dari nilai organoleptik tiap ikan.

Kualitas hasil tangkapan ikan tuna menentukan kelayakannya sebagai produk

ekspor. Produk tuna ekspor segar untuk fresh sashimi adalah ikan tuna yang

memiliki nilai organoleptik minimal 7 (BSN, 2006a). Nilai-nilai organoleptik ikan

dapat dilihat pada Lampiran 5.

Panjang total

Page 42: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

29

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

4.1.1 Kondisi geografi dan topografi

Kabupaten Pacitan terletak di pesisir selatan Propinsi Jawa Timur yang

berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah. Secara administratif, Kabupaten Pacitan

terbagi atas 12 wilayah kecamatan, 5 kelurahan, dan 171 desa dengan posisi

antara 11055’–11125’ BT dan 755’–817’ LS. Secara geografis Kabupaten

Pacitan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Ponorogo

Sebelah timur : Kabupaten Trenggalek

Sebelah selatan : Samudera Hindia

Sebelah barat : Kabupaten Wonogiri

Kabupaten Pacitan mempunyai luas wilayah 1.389,8742 km2 dengan luas

wilayah laut mencapai 532,82 km2 yang kondisi alamnya sebagian besar terdiri

dari bukit-bukit yang mengelilingi kabupaten. Wilayah kota Pacitan berupa

daratan rendah, selebihnya berupa daerah pantai yang memanjang dari sebelah

barat sampai timur di bagian selatan (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Pacitan, 2009).

Tabel 5 Luas wilayah perairan berdasarkan wilayah kewenangan

No KecamatanPanjang Garis

PantaiLuas Wilayah Kewenangan

4 mil 12 mil ZEEI

(mil) (km) (mil2) (km2) (km2) (mil2) (km2) (mil2)

1. Donorojo 4,52 8,371 18,08 62,01 186,04 54,24 3.100,62 904

2. Pringkuku 8,52 15,779 34,08 116,89 350,67 102,24 5.844,54 1.704

3. Pacitan 1,39 2,574 5,56 19,17 57,20 16,68 953,41 278

4. Kebonagung 10,17 18,835 40,68 139,53 418,59 122,04 6.976,48 2.034

5. Tulakan 1,94 3,593 7,76 26,62 79,85 23,28 1.330,85 388

6. Ngadirojo 5,69 10,538 22,76 78,07 234,20 68,28 3.903,28 1.138

7. Sudimoro 5,95 11,019 23,80 81,63 244,89 71,40 4.081,44 1.190

Total 38,18 70,709 152,72 523,82 1.571,44 458,16 26.190,62 7.636

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2009

Page 43: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

30

Kondisi pantai di Kabupaten Pacitan terdiri dari pantai yang landai dan

curam/terjal. Perincian panjang pantai tiap kecamatan berdasarkan kondisi pantai

tercantum dalam Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Panjang pantai per kecamatan berdasarkan kondisi pantai

No. Kecamatan Desa / Kelurahan Panjang Pantai (km)Curam Landai

1. Donorojo - Sendang- Widoro- Kalak

4,100,751,75

01,7710

2. Pringkuku - Watukarung- Dersono- Candi- Jlubang- Poko- Dadapan

1,001,501,001,002,004,00

2,001,002,279000

3. Pacitan - Kel. Sidoharjo- Kel. Ploso- Kembang

0,28700,30

1,000,8580,129

4. Kebonagung - Sidomulyo- Wora-Wari- Katipugal- Klesem- Karangnongko- Kalipelus- Plumbungan

1,0501,9701,0763,4780,9531,5891,875

1,0470,1241,0161,2290,6161,5491,263

5. Tulakan - Jetak 3,593 06. Ngadirojo - Sidomulyo

- Hadiwarno2,503,438

2,901,70

7. Sudimoro - Sumberejo- Sukorejo- Pager Lor- Pager Kidul

1,0960,8952,9322,885

1,9300,7500,000,531

7 kecamatan 26 desa/kel 47,017 23,692Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2009

4.1.2 Kondisi demografi

Kabupaten Pacitan terdiri dari 12 kecamatan dengan jumlah penduduk

terbanyak pada tahun 2010 yaitu Kecamatan Tulakan. Berdasarkan hasil

pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Pacitan adalah sebesar

540.516 orang, yang terdiri dari 263.919 laki-laki dan 276.597 perempuan.

Tulakan dan Pacitan adalah dua kecamatan berpenduduk terbanyak masing-

masing berjumlah 77.273 orang dan 73.020 orang. Luas wilayahnya sekitar

1.389,87 km2, rata-rata tingkat kepadatan penduduk Pacitan adalah sebesar 389

orang per km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduknya tertinggi adalah

Kecamatan Pacitan, yaitu sebesar 947 orang per km2. Sementara itu, kecamatan

Page 44: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

31

yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Pringkuku,

yaitu sebesar 223 orang per km2 (BPS, 2010).

Penduduk Pacitan terus bertambah dari waktu ke waktu. Tahun 1971

penduduk Pacitan sebanyak 476,6 ribu jiwa, tahun 1980 sebanyak 478,0 ribu jiwa,

tahun 1990 sebanyak 514,1 ribu jiwa, tahun 2000 sebanyak 525,8 ribu jiwa, dan

pada tahun 2010 sebanyak 540,5 ribu jiwa. Sex ratio penduduk Pacitan adalah

sebesar 95, yang artinya jumlah penduduk perempuan lima persen lebih banyak

dibandingkan jumlah penduduk laki-laki, atau setiap 100 perempuan terdapat 95

laki-laki (BPS, 2010).

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Kabupaten Pacitan

Wilayah kegiatan di sektor perikanan, khususnya untuk perikanan tangkap

di Kabupaten Pacitan meliputi 7 kecamatan pantai, yaitu:

1) Kecamatan Pacitan;

2) Kecamatan Pringkuku;

3) Kecamatan Kebonagung;

4) Kecamatan Tulakan;

5) Kecamatan Ngadirojo;

6) Kecamatan Sudimoro;

7) Kecamatan Donorojo.

Aktivitas perikanan di pesisir pantai Pacitan yang saat ini telah

dikembangkan berupa perikanan tangkap terkendali yang mengandung arti bahwa

penangkapan ikan memperhatikan rambu-rambu kelestarian sumberdaya,

sehingga dapat menghindari terjadinya over fishing. Aktivitas perikanan tangkap

ini juga didukung adanya Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang terdapat di

Tamperan, Kelurahan Sidoharjo (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Pacitan, 2009).

Tempat pendaratan ikan tersebar di 7 kecamatan pantai yang jumlah

keseluruhan mencapai 17 buah, meliputi:

1) Pantai Ngobyok, Desa Sumberejo, Kecamatan Sudimoro

2) Pantai Tawang, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo

3) Pantai Godeg, Desa Jetak, Kecamatan Tulakan

Page 45: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

32

4) Pantai Pidakan, Desa Jetak, Kecamatan Tulakan

5) Pantai Wawaran, Desa Sidomulyo, Kecamatan Kebonagung

6) Pantai Dangkal, Desa Wora Wari, Kecamatan Kebonagung

7) Pantai Kaliuluh, Desa Klesem, Kecamatan Kebonagung

8) Pantai Tawang, Desa Katipugal, Kecamatan Kebonagung

9) Pantai Bakung, Desa Karangnongko, Kecamatan Kebonagung

10) Pantai Srengit, Desa Kalipelus, Kecamatan Kebonagung

11) Pantai Bagelon, Desa Plumbungan, Kecamatan Kebonagung

12) Pancer, Desa Kembang, Kecamatan Pacitan

13) Pantai Teleng, Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan

14) Tamperan, Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan

15) Pantai Watukarung, Desa Watukarung, Kecamatan Pringkuku

16) Pantai Srau, Desa Candi, Kecamatan Pringkuku

17) Pantai Klayar, Desa Sendang, Kecamatan Donorojo

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai sarana untuk pemasaran hasil

tangkapan nelayan terdapat di 6 tempat pendaratan ikan yaitu:

1) Kecamatan Pacitan sebanyak 2 buah yaitu di Pantai Teleng Ria dan Pantai

Tamperan di Kelurahan Sidoharjo;

2) Kecamatan Pringkuku di Pantai Watukarung Desa Watukarung;

3) Kecamatan Kebonagung di Pantai Wawaran Desa Sidomulyo;

4) Kecamatan Ngadirojo di Pantai Tawang Desa Sidomulyo;

5) Kecamatan Sudimoro di Pantai Karangturi, Ngobyok Desa Sumberejo.

Salah satu dari 6 lokasi TPI saat ini telah menjadi Pelabuhan Perikanan

Pantai (PPP), yaitu PPP Tamperan, yang telah diresmikan operasional

minimumnya pada tanggal 29 Desember 2007 oleh Presiden RI, Susilo Bambang

Yudhoyono (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2009).

Page 46: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

33

(a) TPI Tamperan (b) TPI Teleng (c) TPI Watukarung

(d) TPI Tawang (e) TPI Ngobyok (f) TPI Wawaran

Gambar 5 Beberapa lokasi TPI di Kabupaten Pacitan.

Komoditas yang terdapat di pesisir dan laut Kabupaten Pacitan terdiri dari

beberapa jenis, yaitu:

1) Ikan pelagis besar, yaitu ikan yang mempunyai habitat di tengah sampai

permukaan laut dan pada umumnya berukuran besar, seperti Tuna,

Cakalang, Tongkol, Tengiri, Marlin dan Lemadang;

2) Ikan pelagis kecil, ikan yang mempunyai habitat di tengah sampai

permukaan laut dan pada umumnya berukuran kecil, seperti Kembung,

Lemuru, Rebon, Keri, Kuwe, Pisang-pisang, Julung-julung, Layang,

Kuniran, Golok-golok, Lencam dan Cumi-cumi;

3) Ikan demersal besar, yaitu ikan yang mempunyai habitat di dasar laut dan

pada umumnya berukuran besar, seperti Cucut, Pari, Tiga Waja, Kakap

Merah, Kakap Putih dan Kerapu;

4) Ikan demersal kecil, yaitu ikan yang mempunyai habitat di dasar laut dan

pada umumnya berukuran kecil, seperti Lobster, Layur, Manyung, Sebelah,

Bawal, Udang, Peperek, Kurisi dan Pogot.

Berdasarkan data jumlah produksi ikan yang berhasil ditangkap, terlihat

adanya fluktuasi produksi dari tahun ke tahun dan Kecamatan Pacitan merupakan

Page 47: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

34

produsen terbesar sepanjang tahun, sedangkan Kecamatan Donorojo adalah

produsen terkecil (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2009).

Tabel 7 Jumlah produksi perikanan tangkap per kecamatan di Kabupaten Pacitantahun 2005–2009

Kecamatan Jumlah Produksi (Kg)2005 2006 2007 2008 2009

Donorojo 5.365 1.748 32.803 1.533 18.279Pringkuku 212.115 308.484 326.685 374.561 406.560Pacitan 645.363 489.827 2.155.665 2.434.137 3.671.989Kebonagung 242.216 430.186 210.771 84.779 128.611Tulakan 52.312 159.358 65.607 117.185 96.906Ngadirojo 326.213 264.089 222.100 307.616 216.301Sudimoro 75.965 217.908 101.030 118.661 16.497Jumlah 1.559.549 1.871.600 3.114.661 3.438.472 4.555.143

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2009

4.3 Daerah dan Musim Penangkapan Ikan

Daerah operasi penangkapan ikan di wilayah Kabupaten Pacitan meliputi

Teluk Pacitan dan luar Teluk Pacitan. Daerah operasi di dalam meliputi Teluk

Pacitan, Teluk Panggul, Teluk Sidomulyo, Teluk Sudimoro, dan Teluk Taman. Di

luar Teluk Pacitan meliputi Watukarung, Jogoboyo, Wates, Klopan, Srau,

Wawaran, Hadiwarno, Bawur, Cucung, Watu mureb, dan Laut Bremen (DKP,

2009).

Nelayan di Pacitan menentukan musim penangkapan ikan dengan metode

yang disebut “Pranoto Mongso”. Nelayan harus mengetahui musim terlebih

dahulu sebelum melaksanakan operasi penangkapan ikan, karena dapat diketahui

keadaan angin, gelombang, arus, ombak, jenis-jenis ikan dan musim ikannya.

Musim penangkapan ikan dibagi menjadi dua musim, yaitu musim puncak pada

bulan Mei-September, dan musim paceklik pada bulan Desember-Februari (Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2009).

4.4 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di PPP Tamperan

4.4.1 Unit penangkapan ikan

1) Kapal penangkap ikan

Kapal penangkap ikan di PPP Tamperan terbagi menjadi dua, yaitu Perahu

Motor Tempel (PMT) dan Kapal Motor (KM). Perahu motor tempel merupakan

Page 48: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

35

perahu yang menggunakan mesin luar (outboard). Jenis armada/perahu ini

mengoperasikan alat tangkap jaring insang hanyut, jaring insang tetap, trammel

net, payang, dogol, dan krendet. Kapal motor merupakan armada penangkapan

ikan yang menggunakan mesin dalam (inboard). Jenis kapal ini mengoperasikan

alat tangkap purse seine dan pancing (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Pacitan, 2009).

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan merupakan pelabuhan

perikanan tipe C. Sebelumnya, pelabuhan ini masih dalam bentuk Pangkalan

Pendaratan Ikan (PPI) Tamperan dan resmi menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai

(PPP) Tamperan pada tanggal 29 Desember 2007 (Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Pacitan, 2009). Menurut Murdiyanto (2003), pelabuhan perikanan tipe

C adalah pelabuhan perikanan yang diperuntukkan terutama bagi kapal-kapal

perikanan yang beroperasi di perairan pantai. Pelabuhan perikanan tipe C ini

dirancang untuk bisa menampung kapal berukuran sampai dengan 15 GT (gross

tonage).

Kapal penangkap ikan di PPP Tamperan pada tahun 2006–2008 mengalami

penurunan jumlah, dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2009. Jumlah

armada yang beroperasi di PPP Tamperan mencapai angka tertinggi pada tahun

2006. Namun, untuk jenis kapal motor mengalami peningkatan dari tahun 2006–

2009. Hal ini, disebabkan dominasi kapal motor untuk alat tangkap purse seine

dan pancing yang begitu kuat, sehingga banyak nelayan perahu motor tempel

beralih menjadi nelayan kapal motor. Ikan tuna merupakan hasil tangkapan

terbesar yang didaratkan di pelabuhan ini. Adanya rumpon membuat banyak

kapal motor yang beroperasi disana.

Tabel 8 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPP Tamperan tahun 2006-2009

Tahun Jumlah2006 2007 2008 2009Perahu MotorTempel 892 177 27 54 1.150

Kapal Motor 31 78 88 264 461Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2009

Page 49: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

36

Tabel 9 Perkembangan kapal tonda di PPP Tamperan tahun 2007-2010

Tahun Jumlah (unit)

2007 162008 772009 612010 98

Sumber: Hasil wawancara

2) Alat tangkap

Jenis alat tangkap yang terdapat di PPP Tamperan antara lain: purse seine,

jaring insang hanyut, pancing, jaring insang tetap, payang, trammel net, dogol dan

lain-lain (krendet). Tahun 2007 tidak ada data alat tangkap yang masuk dalam

statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan.

Tabel 10 Perkembangan alat tangkap di PPP Tamperan tahun 2006–2009

No. Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit)2006 2007 2008 2009

1. Pancing tonda 13 - 81 892. Jaring insang hanyut 149 - 2 623. Purse seine 16 - 4 134. Jaring insang tetap 610 - 27 -5. Payang 49 - 20 446. Trammel net 592 - 15 157. Dogol 39 - - -8. Lain-lain (Krendet) 310 - - -

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2009

3) Nelayan

Nelayan di PPP Tamperan berasal dari berbagai daerah, seperti Pacitan,

Pekalongan, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur. Secara mayoritas,

nelayan andon mendominasi jumlah nelayan di PPP Tamperan. Nelayan andon

ini berasal dari daerah di luar Pacitan atau bahkan luar Jawa. Berdasarkan hasil

wawancara dengan nelayan setempat, nelayan andon yang berasal dari

Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur ini biasanya mengoperasikan

alat tangkap pancing. Nelayan yang berasal dari luar Jawa tersebut didatangkan

oleh juragan untuk bekerja kepadanya. Tabel 11 menggambarkan jumlah nelayan

yang berada di PPP Tamperan pada tahun 2006–2009.

Page 50: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

37

Tabel 11 Perkembangan nelayan di PPP Tamperan tahun 2006–2009

No. NelayanJumlah (orang)

2006 2007 2008 2009

1. Nelayan tetap 3.352 422 108 158

2. Nelayan sambilan 51 38 60 137

3. Nelayan andon 40 550 400 1.010

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2009

Jumlah nelayan pada tahun 2006 didominasi oleh nelayan tetap sebesar

3.352 orang. Namun, tahun 2007–2009 nelayan andon mendominasi jumlah

nelayan di PPP Tamperan. Nelayan andon bertempat tinggal di perumahan

nelayan andon yang disediakan oleh pihak pengelola PPP Tamperan. Mereka

pulang ke daerah asalnya masing-masing pada musim paceklik, dan kembali lagi

ketika musim puncak tiba. Jumlah nelayan sambilan mengalami fluktuasi. Jumlah

terbesar nelayan sambilan pada tahun 2009 sebesar 137 orang.

4.4.2 Sarana dan prasarana PPP Tamperan

Fasilitas kepelabuhanan di PPP Tamperan sudah cukup baik dan lengkap.

Fasilitas PPP Tamperan dapat dilihat pada Tabel 12. Pembagian fasilitas PPP

Tamperan terdiri dari:

1) Fasilitas pokok, adalah sarana yang diperlukan untuk kepentingan seperti,

keselamatan pelayaran dan tempat tambat labuh serta bongkar muat yang

meliputi:

(1) Breakwater

(2) Sarana tambat labuh, yaitu dermaga, tiang tambat, pelampung tambat,

dan kolam pelabuhan

(3) Sarana transportasi, yaitu jembatan, jalan, dan tempat parkir

2) Fasilitas fungsional adalah sarana yang langsung dimanfaatkan untuk

kepentingan manajemen pelabuhan perikanan dan dapat dimanfaatkan oleh

perorangan atau badan hukum yang meliputi:

(1) Sarana pemasokan bahan bakar untuk kapal

(2) Sarana pemasaran, meliputi: tempat pelelangan ikan (TPI),

penanganan, dan penyimpanan hasil tangkapan

(3) Kantor pelabuhan dan kantor keamanan

Page 51: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

38

3) Fasilitas penunjang adalah sarana yang secara tidak langsung dapat

meningkatkan kesejahteraan nelayan dan memberikan kemudahan bagi

masyarakat umum yang meliputi:

(1) Sarana kesejahteraan nelayan yaitu tempat penginapan, kios

perbekalan, dan tempat ibadah

(2) Sarana pengolahan pelabuhan yaitu rumah tamu, dan pos

pemeriksaan.

Tabel 12 Fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang di PPPTamperan

No Jenis Fasilitas Volume Kapasitas Kondisi

1. Fasilitas Pokok1. Lahan PPP 2,05 Ha Baik2. Breakwater 460,9 m Baik3. Dermaga Caisson 234 m Baik4. Kolam labuh 4,5 Ha Terjadi sedimentasi

2. Fasilitas Fungsional1. Gedung TPI 720 m2 Baik2. Kantor Pelabuhan 220 m2 Baik3. Ground Resevoir 35 m2 Baik4. Power House 20 m2 Baik5. Menara Air 18 m2 Baik6. SPBN 45 m2 Baik7. Toilet 30 m2 Baik

3. Fasilitas Penunjang1. Tempat Penginapan 220 m2 Baik2. Kantin 45 m2 Baik3. Musholla 100 m2 Baik4. Pos Jaga 12,6 m2 Baik5. Pasar ikan 288 m2 Belum berfungsi6. Tempat parkir 1 unit Baik7. Plengsengan bukit 270 m2 Baik

Sumber: Hasil wawancara

Page 52: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

39

5 HASIL PENELITIAN

5.1 Kegiatan Operasi Penangkapan dan Penanganan Ikan

5.1.1 Unit penangkapan ikan

1) Kapal tonda

Kapal motor yang digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap pancing

tonda berbahan kayu dengan dimensi panjang (LoA) 16-17 m, lebar (B) 3-3,5 dan

tinggi (D) 1-1,5 m. Rata-rata nelayan kapal tonda di Tamperan, Kabupaten

Pacitan menggunakan 2 buah mesin inboard yang terdiri dari mesin utama

bermerek Yanmar dan mesin bantu bermerek Jangdong berkekuatan 30 PK. Kapal

ini berukuran 6 GT. Mesin inboard menggunakan bahan bakar solar dan

menghabiskan + 450 liter dalam 1 kali trip. Penggunaan 2 buah mesin

dimaksudkan untuk menambah kekuatan kapal dalam mendukung operasi

penangkapan ikan. Kapal tonda di PPP Tamperan, Kabupaten Pacitan dapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Konstruksi kapal tonda di Kabupaten Pacitan.

a) Tampak samping

b) Tampak atas

Page 53: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

40

Kapal tonda di Tamperan, Kabupaten Pacitan menggunakan alat bantu

berupa GPS (Global Positioning System), kompas, dan alat keselamatan di laut

berupa life jacket. Alat bantu GPS digunakan untuk menentukan daerah

penangkapan ikan (fishing ground). Daerah penangkapan ikan (fishing ground)

ditandai dengan rumpon laut dalam yang ditanam di perairan.

Perbaikan kapal dilakukan setiap kali ada kerusakan kecil atau kerusakan

besar. Bagian haluan kapal digunakan untuk menyimpan perbekalan dan tempat

istirahat, karena bagian haluan ini terlindung dari hujan dan panas. Bagian buritan

kapal digunakan untuk tempat penyimpanan alat tangkap. Pengoperasian pancing

tonda dilakukan di bagian sisi kanan dan kiri kapal. Tempat penyimpanan hasil

tangkapan diletakkan pada palka kapal. Kapasitas palka kapal dapat memuat hasil

tangkapan sebesar 4-6 ton. Sebelumnya, palka kapal ini diisi terlebih dahulu

dengan es curah.

2) Alat tangkap tonda

Pancing tonda memiliki 2 bagian utama yaitu tali pancing dan mata pancing

tanpa pemberat. Jumlah pancing tonda yang dioperasikan dalam 1 kapal sebanyak

6-8 buah pancing. Desain pancing tonda dapat dilihat pada Gambar 6. Bagian-

bagian pancing tonda terdiri dari:

1) Penggulung (reel), terbuat dari bahan kayu atau plastik berbentuk persegi

dan bulat. Penggulung berfungsi untuk menggulung tali pancing saat selesai

pengoperasian.

2) Tali utama (main line), terbuat dari bahan nylon monofilament nomor 2000

dengan panjang 22,5 meter.

3) Kili-kili (swivel), terbuat dari bahan stainless steel. Kili-kili berfungsi agar

tali pancing tidak terbelit pada saat pengoperasian.

4) Tali cabang (branch line), terbuat dari bahan nylon monofilament.

5) Umpan, berupa umpan buatan yang terbuat dari serat-serat kain sutra

berwarna mencolok dan ada juga yang berbentuk menyerupai cumi-cumi.

Umpan dibuat sedemikian rupa untuk menarik ikan mendekat.

6) Mata pancing (hook), terbuat dari alumunium dan besi dengan nomor 3, 4,

7, dan 9. Mata pancing yang digunakan berbentuk triple hook.

Page 54: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

41

(a) Desain alat tangkap pancing tonda

(b) Mata pancing dan umpan buatan (c) Penggulung dan tali utama

Gambar 7 Alat tangkap pancing tonda dan bagian-bagiannya di KabupatenPacitan.

3) Nelayan

Nelayan kapal tonda di Tamperan, Kabupaten Pacitan berjumlah sekitar 5-6

orang, terdiri dari 1 orang sebagai juru mudi dan 4-5 orang sebagai anak buah

kapal (ABK). Nelayan kapal tonda memiliki tugas yang berbeda di setiap operasi

penangkapan ikan. Tugas yang dilakukan tergantung dari keahlian dan

pengalaman setiap nelayan. Juru mudi kapal bertugas mengemudikan kapal dan

menentukan daerah operasi penangkapan ikan, sedangkan ABK bertugas sebagai

pelaksana teknis, seperti: mempersiapkan dan menurunkan alat tangkap untuk

penggulung

tali utama

kili-kili

tali cabang

umpan

mata pancing

Page 55: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

42

setting, menaikkan alat tangkap ketika hauling, penanganan hasil tangkapan di

kapal, dan merapikan alat tangkap.

Sebagian besar nelayan kapal tonda memiliki tingkat pendidikan yang

rendah dan berstatus sebagai nelayan penuh. Sistem bagi hasil telah ditentukan

dari awal dengan persetujuan pemilik kapal dan nelayan. Hasil penerimaan dalam

sistem bagi hasil dibagi dua yaitu 50% untuk pemilik kapal dan 50% untuk

nelayan. Bagian 50% yang didapat oleh nelayan dibagi lagi sesuai dengan jumlah

ABK yang turut melaut, sedangkan nakhoda kapal mendapatkan 2 bagian dan

ABK mendapat 1 bagian.

Gambar 8 Nelayan pancing tonda di Kabupaten Pacitan.

4) Rumpon

Rumpon adalah alat bantu penangkapan ikan yang terdiri dari 4 bagian

utama yaitu pelampung tanda, tali, atraktor dan pemberat. Rumpon digunakan

sebagai alat bantu operasi penangkapan ikan pada kapal tonda di Kabupaten

Pacitan. Tujuan pemasangan rumpon ini adalah untuk mengumpulkan ikan tuna

agar lebih mudah ditangkap dengan menggunakan pancing tonda. Posisi

penangkapan tonda berada di sekitar posisi rumpon yang dipasang. Desain

rumpon dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 56: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

43

Panjang:

7.500 m

Pelampung

Kayu

Atraktor (pelepah kelapa)

Pemberat

Sambungan

Tali rumpon

Ban mobil

Pemberat

Tabel 13 Posisi pemasangan rumpon nelayan dan komposisi hasil tangkapan

Rumpon Posisi Komposisi hasil tangkapanLintang BujurRumpon 1 (R1) 10°01’48” LS 110°01’30” BT Yellowfin tunaRumpon 2 (R2) 11°01’38” LS 110°15’20” BT Yellowfin tunaRumpon 3 (R3) 11°03’48” LS 110°25’38” BT Yellowfin tunaRumpon 4 (R4) 11°10’53” LS 110°08’15” BT Yellowfin tunaRumpon 5 (R5) 10°09’40” LS 110°20’10” BT Yellowfin tunaRumpon 6 (R6) 11°22’20” LS 110°30’45” BT Yellowfin tunaRumpon 7 (R7) 11°15’30” LS 110°20’40” BT Yellowfin tunaRumpon 8 (R8) 10°18’35” LS 110°30’25” BT Yellowfin tunaRumpon 9 (R9) 12°25’30” LS 110°08’20” BT Yellowfin tuna, bigeye tunaRumpon 10 (R10) 12°30’20” LS 110°20’30” BT Yellowfin tuna, bigeye tuna

Sumber: Pengolahan data

Tabel 14 Posisi pemasangan rumpon bantuan Dinas Kelautan dan PerikananKabupaten Pacitan

Rumpon PosisiLintang Bujur

Rumpon 1 (R1) 8°16’15” LS 111°11’45” BTRumpon 2 (R2) 8°16’25” LS 111°13’20” BTRumpon 3 (R3) 8°16’71” LS 111°24’24” BTRumpon 4 (R4) 8°17’14” LS 111°25’46” BTRumpon 5 (R5) 8°43’04” LS 111°46’69” BTRumpon 6 (R6) 8°41’27” LS 110°54’44” BT

Sumber: Hasil wawancara

Gambar 9 Desain rumpon nelayan di Kabupaten Pacitan.

Rumpon ini dipasang pada kedalaman 5.000 m. Nelayan tonda di Pacitan

menggunakan pelampung rumpon dari ponton besi berbentuk tabung dan ada juga

Page 57: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

44

yang memakai pelampung dari gabus besar yang dipagari kayu. Pelampung

rumpon dari gabus besar mempunyai panjang 3,5 m, lebar 1,5 m, dan tinggi 1 m.

Pelampung tersebut dipagari dengan kayu bertinggi 1 m. Tali rumpon terbuat dari

tali tambang yang berukuran panjang 7.500 m, atraktornya terbuat dari pelepah

daun kelapa yang berjumlah 100 buah, pemberatnya terbuat dari semen cor

berbentuk balok yang berjumlah 50 buah, tiap pemberatnya berbobot 70 kg.

Pemberat yang terpasang pada atraktor berjumlah 1 buah tiap atraktor dengan

bobot 25 kg. Satu buah rumpon yang dipasang digunakan untuk 3 kapal.

5.1.2 Metode pengoperasian pancing tonda

Pengoperasian pancing tonda meliputi persiapan, keberangkatan,

pemancingan dan kembali ke fishing base. Persiapan awal yang dilakukan adalah

pemeriksaan secara menyeluruh semua perlengkapan yang akan digunakan untuk

operasi penangkapan ikan. Persiapan yang dilakukan meliputi semua unit

penangkapan ikan, yaitu kapal penangkapan, alat tangkap, dan nelayan. Hal

tersebut perlu dilakukan agar kesiapan unit penangkapan dalam keadaan baik,

mengingat waktu pengoperasian kapal tonda ini memakan waktu 1 minggu.

Semua peralatan ditata dengan rapi agar tidak mengganggu kegiatan operasional

penangkapan. Perbekalan dan peralatan yang dibutuhkan dalam setiap operasi

penangkapan adalah solar, minyak tanah, oli, es curah, garam, ransum, air tawar,

alat tangkap, umpan buatan, pelepah daun kelapa, scoop net dan ganco.

Gambar 10 Pemberat dari cor semen.

Page 58: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

45

(a)Perbekalan es curah, air tawar dan solar (b) Atraktor rumpon (daun kelapa)

Gambar 11 Perbekalan yang dibutuhkan dalam setiap operasi penangkapan.

Posisi pengoperasian pancing tonda berada di sekitar rumpon. Kedalaman

perairan daerah penangkapan ikan adalah 2.000-5.000 m. Lama trip operasi

penangkapan pancing tonda sekitar 7-12 hari. Operasi penangkapan dengan

pancing tonda dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari. Pancing tonda ini

dioperasikan mulai pukul 5.00-18.00 WIB. Metode pengoperasian pancing tonda

dilakukan dengan metode trolling, yaitu alat tangkap dioperasikan dengan cara

ditarik oleh kapal. Tali pancing dipegang oleh nelayan atau terkadang tersambung

pada buritan dan sisi kanan atau kiri kapal. Umpan terbuat dari kain sutra atau

plastik yang berwarna mencolok untuk menarik perhatian ikan agar mendekati

umpan. Nelayan pancing tonda akan kembali ke fishing base apabila hasil

tangkapan yang didapatkan sudah dirasakan cukup banyak. Namun nelayan

pancing tonda akan tetap kembali ke fishing base walaupun hasil tangkapan

sedikit, apabila terjadi badai besar, kerusakan kapal, dan kehabisan perbekalan.

5.1.3 Penanganan hasil tangkapan di atas kapal

Ikan tuna yang telah terlepas dari mata kail dibersihkan dari kotoran yang

menempel. Ikan tuna yang memiliki berat lebih dari 10 kg dihilangkan insang dan

isi perutnya. Setelah itu pemberian es curah di dalam perut dan rongga insang

yang telah dibuang. Sedangkan ikan tuna dengan bobot kurang dari 10 kg tidak

dihilangkan insang dan isi perutnya, hanya penanganan berupa pemberian es pada

ikan. Ikan-ikan tersebut diletakkan pada palka yang telah berisi es curah. Ikan

disusun dengan rapi tanpa ada pembatas antara ikan satu dengan yang lainnya.

Page 59: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

46

(a)Ikan tuna yang disusun pada es curah (b) Hasil tangkapan ikan tuna

Gambar 12 Penanganan ikan tuna di atas kapal.

5.2 Aspek Pemasaran

Proses pemasaran hasil tangkapan ikan tuna dimulai sejak ikan didaratkan di

tempat pelelangan ikan (TPI) PPP Tamperan, Kabupaten Pacitan. Proses

pemasaran ini diawali dengan pendaftaran kapal tonda yang akan melakukan

pembongkaran, kegiatan ini dimulai pukul 07.00 WIB. Pada tempat pelelangan

ikan (TPI) PPP Tamperan tidak ada proses pelelangan yang terjadi. Hal ini karena

hasil tangkapan yang didaratkan langsung didistribusikan ke pedagang besar.

Pedagang besar ini merupakan juragan pemilik kapal yang membiayai kebutuhan

operasi penangkapan ikan. Kegiatan yang dilakukan di TPI PPP Tamperan

berupa pembongkaran dan penimbangan hasil tangkapan tuna. Proses ini

melibatkan juru timbang, juru catat, nelayan/pemilik kapal, dan

pengumpul/juragan. Setiap kapal tonda yang mendaratkan hasil tangkapan tuna

sudah memiliki pengumpul/juragan masing-masing. Sehingga ikan tuna yang

didaratkan akan disetor langsung ke pengumpul/juragan mereka masing-masing.

Hasil tangkapan tuna untuk ekspor tidak dipasarkan di Pacitan, karena

belum ada perusahaan untuk ekspor tuna di Pacitan. Salah satu daerah pemasaran

produk ekspor tuna terdapat di Pasuruan. Hasil tangkapan tuna dengan bobot

lebih dari 10 kg langsung dipasarkan ke daerah tersebut, sedangkan tuna dengan

bobot kurang dari 10 kg disalurkan melalui pasar lokal.

Proses distribusi ikan menggunakan sarana transportasi darat yaitu truk,

mobil pick up, dan motor. Ikan dalam bentuk segar dimasukkan ke dalam coolbox

yang diberi es balok yang telah dihancurkan. Ikan yang didistribusikan ke pabrik

Page 60: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

47

Nelayan

TPI PPP Tamperan

Pedagang kecil Pedagang besar

Pasar lokalPerusahaan

industri/pabrik

EksporKonsumen

Keterangan:

: Pola 1

: Pola 2

: Pola 3

pengolahan dan ekspor menggunakan truk sebagai alat transportasi. Ikan yang

didistribusikan ke pasar dan konsumen lokal menggunakan motor dan mobil pick

up sebagai alat transportasinya. Ikan yang dipasarkan dalam bentuk ikan segar.

Pola distribusi hasil tangkapan tuna terbagi atas 3 pola. Pola pertama yaitu

dari nelayan ke TPI kemudian ke pedagang besar dilanjutkan ke perusahaan

industri/pabrik. Pola kedua yaitu dari nelayan ke TPI kemudian ke pedagang

besar dilanjutkan ke pedagang kecil, pasar lokal dan dilanjutkan ke konsumen

lokal. Pola ketiga adalah dari nelayan ke TPI kemudian ke pedagang besar

dilanjutkan ke perusahaan industri/pabrik, kemudian produk tuna segar akan

diekspor.

Gambar 13 Proses distribusi hasil tangkapan ikan tuna di Pacitan.

Page 61: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

48

Tabel 15 Harga ikan tuna yang ditetapkan oleh TPI PPP Tamperan KabupatenPacitan

Jenis Tuna Musim Bulan Berat (kg) Harga Tuna (Rp)

Yellowfin tuna

Puncak Mei-September>1 6.000>10 7.000>20 14.000

Paceklik Desember-Februari>1 11.000>10 17.000>20 25.000

Bigeye tuna Puncak Mei-September >1 10.000Paceklik Desember-Februari >1 15.000

Tuna BSPuncak Mei-September >1 3.000

>10 7.000

Paceklik Desember-Februari >1 5.000>10 10.000

Pihak pedagang besar menentukan harga yellowfin tuna dengan bobot lebih

dari 1 kg sebesar Rp 7.500,-/kg. Yellowfin tuna dengan bobot di atas dari 10 kg

ditetapkan harga sebesar Rp 9.000,-/kg. Yellowfin tuna dengan bobot di atas dari

15 kg ditetapkan harga sebesar Rp 13.000,-/kg. Yellowfin tuna dengan bobot di

atas 20 kg ditetapkan harga sebesar Rp 21.000,-/kg. Bigeye tuna dengan bobot di

atas 1 kg ditetapkan harga sebesar Rp 7.500,-/kg, bigeye tuna dengan bobot di atas

15 kg ditetapkan harga sebesar Rp 10.000,-/kg, Bigeye tuna dengan bobot lebih

dari 20 kg ditetapkan harga sebesar Rp 19.000,-/kg. Sedangkan, ikan tuna

kategori BS dengan bobot di atas 20 kg ditetapkan harga sebesar Rp 11.000,-/kg.

Ikan tuna jenis bigeye tuna kategori BS dengan bobot di atas 1 kg ditetapkan

harga sebesar Rp 4.000,-/kg.

Pihak pedagang kecil menentukan harga tuna dengan bobot lebih dari 1 kg

sebesar Rp 10.500,-/kg. Ikan tuna dengan bobot lebih dari 5 kg ditetapkan harga

sebesar Rp 12.500,-/kg. Pedagang kecil tidak menjual ikan tuna dengan kategori

BS.

5.3 Komposisi dan Kualitas Hasil Tangkapan

5.3.1 Komposisi jenis hasil tangkapan tonda

Komposisi jenis hasil tangkapan unit pancing tonda di Pacitan adalah

yellowfin tuna (Thunnus albacares) dan bigeye tuna (Thunnus obesus). Jenis ikan

tuna yang dominan tertangkap adalah yellowfin tuna (Thunnus albacares).

Jumlah total hasil tangkapan yang didaratkan dari 10 sampel kapal tonda adalah

Page 62: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

49

8.850 kg. Jumlah total sampel hasil tangkapan ikan tuna yang diambil dari 10

kapal tonda adalah 2.112,7 kg.

Gambar 14 Komposisi berat total tuna yang didaratkan per kapal dan sampel berattotal tuna per kapal.

Sampel ikan tuna yang diambil menunjukkan bahwa 98% merupakan jenis

yellowfin tuna (Thunnus albacares) dan 2% merupakan jenis bigeye tuna

(Thunnus obesus). Yellowfin tuna dan bigeye tuna mempunyai daerah penyebaran

di perairan tropis (Fromentin & Fonteneau, 2000). Wilayah perairan Selatan Jawa

memiliki potensi sumberdaya tuna yang potensial, khususnya bigeye tuna dan

yellowfin tuna (Pusat Riset Perikanan Tangkap, 2001 vide Nurani et al., 2008).

(a) Yellowfin tuna (Thunnus albacares) (b) Bigeye tuna (Thunnus obesus)

Gambar 15 Komposisi jenis hasil tangkapan tonda.

5.3.2 Komposisi ukuran tuna yang tertangkap

Ikan tuna yang diambil sebagai sampel berjumlah 150 ekor, memiliki

ukuran panjang tubuh (panjang total) antara 45–224 cm dan ukuran berat antara 1-

Page 63: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

50

75 kg. Panjang ikan tuna yang tertangkap dominan berada pada selang ukuran

panjang antara 45-64 cm dengan jumlah 91 ekor dan berat tuna yang tertangkap

dominan pada selang antara 1-25 kg dengan jumlah 108 ekor. Berdasarkan

analisis length at maturity didapatkan hasil bahwa ikan tuna sebanyak 48 ekor

(32%) sudah layak tangkap dan tidak layak tangkap sebanyak 102 ekor (68%).

Secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 16a. Sedangkan berdasarkan analisis

berat didapatkan hasil bahwa ikan tuna sebanyak 42 ekor (28%) memenuhi salah

satu kriteria untuk produk ekspor segar dan sebanyak 108 ekor (72%) tidak

memenuhi salah satu kriteria untuk produk ekspor segar. Secara lebih rinci dapat

dilihat pada Gambar 16b.

Keterangan: Lm=length at maturity tuna

(a) Komposisi panjang tuna sampel

(b) Komposisi berat tuna sampel

Gambar 16 Komposisi ukuran tuna yang tertangkap.

Tidak layak tangkap Lm Layak tangkap

Tidak layak ekspor Layak ekspor

Page 64: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

51

Tabel 16 Karakteristik hidup ikan tunaa

Jenis DaerahPenyebaran

Length atMaturity (cm)

Weight atMaturity (kg)

Age atMaturity(tahun)

PanjangMaksimum

(cm)

BeratMaksimum

(kg)Yellowfintuna Tropis 105 25 2,8 170 176

Bigeye tuna Subtropis 115 31 3,5 180 225Atlantic

ittle tuna Tropis 42 - 1,5 85 12

Albacore Subtropis dansedang 90 15 4,5 120 80

Bluefin tuna Sedang 115 27,5 4,5 295 685Southernbluefin tuna Sedang 130 43 8 200 320

a = Informasi ini diperoleh dari data hasil tangkapan dan data tagging.Sumber: Fromentin & Fonteneau, 2000

5.3.3 Penanganan mutu hasil tangkapan ikan tuna

Mutu menunjukkan kualitas dari hasil tangkapan yang didaratkan.

Penanganan terhadap mutu ikan hasil tangkapan sangat penting dilakukan oleh

nelayan. Hasil tangkapan yang banyak didaratkan di PPP Tamperan berupa ikan

tuna yang mudah mengalami kemunduran mutu.

Tabel 17 Nilai organoleptik ikan tuna yang didaratkan oleh kapal tonda di PPPTamperan

No. Nilai Organoleptik Ikan Jumlah Ikan Persentase (%)1. 4 18 12,00

2. 5 23 15,33

3. 6 68 45,33

4. 7 12 8,00

5. 8 29 19,33

Produk tuna ekspor segar untuk fresh sashimi adalah ikan tuna yang

memiliki nilai organoleptik minimal 7 (BSN, 2006a). Ikan tuna yang memiliki

nilai organoleptik minimal 7 berjumlah 41 ekor atau sekitar 27,33%, sedangkan

ikan tuna yang memiliki nilai organoleptik kurang dari 7 berjumlah 109 ekor atau

sekitar 72,67%. Ikan tuna yang memiliki nilai organoleptik 4 berjumlah 18 ekor

(12%), nilai organoleptik 5 berjumlah 23 ekor (15,33%), nilai organoleptik 6

berjumlah 68 ekor (45,33%), nilai organoleptik 7 berjumlah 12 ekor (8%) dan

nilai organoleptik 8 berjumlah 29 ekor (19,33%).

Pengukuran nilai organoleptik di atas didapatkan langsung dengan cara

memeriksa kondisi ikan. Spesifikasi organoleptik yang dinilai meliputi mata,

Page 65: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

52

insang, lendir, daging, bau, dan tekstur. Ikan tuna dengan bobot lebih dari 10 kg,

insangnya telah dihilangkan oleh nelayan ketika di atas kapal. Sedangkan ikan

tuna dengan bobot kurang dari 10 kg, insangnya masih utuh.

(a) Kondisi mata ikan tuna (b) Kondisi insang ikan tuna

(c) Kondisi tekstur ikan tuna (d) Kondisi daging dan perut ikan tuna

Gambar 17 Spesifikasi organoleptik ikan tuna.

Page 66: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

53

6 PEMBAHASAN

6.1 Kegiatan Operasi Penangkapan dan Penanganan Ikan

Kegiatan operasi penangkapan dan penanganan ikan meliputi gambaran unit

penangkapan ikan, metode pengoperasian dan metode penanganan ikan. Unit

penangkapan ikan terdiri dari kapal, nelayan, dan alat tangkap. Alat tangkap

pancing tonda di Pacitan dioperasikan dengan unit penangkapan kapal motor.

Kapal tonda berbahan dasar kayu dan menggunakan 2 mesin inboard yaitu mesin

utama (Yanmar) dan mesin bantu (Jangdong). Penggunaan 2 mesin inboard ini

bertujuan untuk menambah kekuatan dan kecepatan kapal ketika proses operasi

penangkapan ikan. Kecepatan kapal tonda di Pacitan pada saat menonda sekitar 6

knot atau 6 mil/jam. Kecepatan perahu pada saat menonda mempengaruhi

keberhasilan penangkapan sesuai dengan tujuan ikan sasaran.

Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap pancing tonda di Pacitan

berjumlah 5–6 orang. Sebagian besar nelayan tersebut berasal dari daerah Sinjai,

Sulawesi Selatan. Mereka mendapat penghasilan dari jumlah hasil tangkapan.

Hasil penerimaan dalam sistem bagi hasil dibagi dua yaitu 50% untuk pemilik

kapal dan 50% untuk nelayan. Bagian 50% yang didapat oleh nelayan dibagi lagi

sesuai dengan jumlah ABK yang turut melaut, nakhoda kapal mendapat 2 bagian

dan ABK mendapat 1 bagian. Sistem pembagian hasil ini dirasakan hanya

menguntungkan bagi juragan (pemilik kapal) dan ABK sebagai pihak yang

dirugikan. Sistem tersebut seharusnya perlu diubah agar kesejahteraan ABK lebih

baik seperti juragannya.

Alat tangkap pancing tonda di Pacitan menggunakan rumpon sebagai alat

bantu operasi penangkapan. Tujuan pemasangan rumpon adalah mengumpulkan

ikan tuna agar lebih mudah ditangkap dengan menggunakan pancing tonda.

Jumlah rumpon yang dipasang di Samudera Hindia belum diketahui secara pasti.

Pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan merasa kesulitan

mendapatkan informasi mengenai jumlah rumpon yang dipasang. Sebagian besar

rumpon tersebut milik juragan kapal. Setiap kapal memiliki rumpon tersendiri

dan letaknya berbeda satu sama lainnya. Juragan kapal tersebut merahasiakan

jumlah dan letak koordinat pasti rumponnya agar tidak diketahui oleh

Page 67: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

54

juragan/nelayan lainnya. Sehingga, rumpon yang dipasang oleh nelayan termasuk

illegal, karena pemasangannya tidak disertai ijin dari Kementerian Kelautan dan

Perikanan. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP)

No. 2 tahun 2011, rumpon yang dipasang dalam radius sampai 4 mil harus disertai

ijin dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, rumpon dengan radius

4-12 mil harus disertai ijin dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa

Timur, sedangkan rumpon dengan radius lebih dari 12 mil harus disertai ijin dari

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Pacitan sendiri memberikan bantuan rumpon kepada nelayan sejumlah 6 buah.

Menurut Jaquemet et al. (2010), rumpon sering digunakan pada kegiatan

perikanan tuna di kawasan tropis. Yellowfin tuna merupakan target utama

penangkapan dengan menggunakan rumpon. Yellowfin tuna ukuran kecil lebih

efisien daripada cakalang dalam menemukan makanan di sekitar rumpon.

Tingkah laku tuna untuk berkumpul mencari makan di rumpon akan mengganggu

dan menimbulkan dampak terhadap kelangsungan hidup dan ukurannya. Rumpon

menunjukkan sebuah ecological trap untuk yellowfin tuna ukuran kecil sampai

mencapai kematangan gonad.

Jumlah biomas akan meningkat dengan adanya rumpon, maka jumlah

biomass akan meningkat, sebab ikan akan cenderung berkumpul di sekitar lokasi

rumpon. Namun peningkatan biomas ini bersifat sementara dan tidak menambah

jumlah biomas secara keseluruhan, hanya merubah distribusi biomas, dimana

biomas mengalami penambahan di sekitar lokasi rumpon. Berkumpulnya ikan di

lokasi rumpon (terjadi peningkatan biomas), maka memudahkan kegiatan

penangkapan ikan. Keberadaan rumpon akan menghasilkan produksi hasil

tangkapan yang lebih banyak. Saat effort telah mencapai titik keseimbangan,

maka biomas juga mengalami keseimbangan, sehingga penambahan jumlah effort

justru akan menyebabkan penurunan produksi dan menyebabkan rente ekonomi

yang diterima nelayan justru akan menurun (Nahib, 2008).

Dampak keberadaan rumpon secara langsung akan menyebabkan

pengurangan effort. Pengurangan effort akan berdampak langsung terhadap

pengurangan hasil produksi. Sedangkan pengurangan jumlah effort dalam jangka

panjang, akan menyebabkan ketersediaan biomas meningkat. Jumlah biomas

Page 68: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

55

yang lebih banyak ini, akan menjamin kelestarian produksi sumberdaya ikan

menjadi lebih lama. Ketersediaan biomas memberikan peluang penangkapan

(produksi) yang juga lebih lama sebelum tercapainya daya dukung lingkungan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa keberadaan rumpon (adanya penurunan jumlah

effort) akan mampu menjamin ketersediaan biomas lebih lama, sehingga

penangkapan ikan juga dapat dilakukan lebih lama. Kegiatan produksi yang

berkesinambungan dalam jangka waktu yang lebih lama, akan memberikan rente

ekonomi bagi nelayan lebih lama (sebelum akhirnya rente sumberdaya mencapai

nol). Dengan demikian dampak keberadaan rumpon akan menjamin ketersediaan

biomas dan produksi (Nahib, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Monintja dan Zulkarnain (1995) rumpon

dapat meningkatkan distribusi dan mempertinggi biomas yang dapat dieksploitasi,

tetapi bukan biomas totalnya. Rumpon merupakan suatu trophic level yang

komplit, dimana dapat ditemukan mulai dari produsen (phytoplankton) sampai

predator (ikan-ikan tuna besar) sebagai konsumen. Oleh karena itu berbagai jenis

ikan tertarik untuk berkumpul di sekitar rumpon, mulai dari ikan-ikan pelagis

kecil sampai ikan-ikan pelagis besar, yang didominasi ikan tuna dan cakalang.

Kondisi demikian yang mengakibatkan penambahan biomas, tetapi tidak

mengakibatkan waktu pencapaian daya dukung lingkungan menjadi cepat.

Tersedianya trophic level yang komplit, mengakibatkan waktu pencapaian daya

dukung lingkungan menjadi lebih lama.

Pengoperasian pancing tonda dengan panjang tali utama sebesar 22,5 meter

dilakukan di lapisan permukaan perairan. Pancing tonda tidak mampu

menjangkau lapisan perairan yang lebih dalam. Hasil tangkapan yang didapatkan

lebih banyak ikan tuna yang berukuran kecil, dan dominan tertangkap adalah jenis

yellowfin tuna (Thunnus albacares). Menurut Collette (1994) ikan jenis yellowfin

biasanya membentuk schooling (gerombolan) di bawah permukaan air pada

kedalaman kurang dari 100 meter, sedangkan jenis bigeye tuna menyebar hingga

kedalaman 200 meter. Oleh karena itu, dilihat dari aspek biologinya, pancing

tonda merupakan alat tangkap yang kurang berwawasan lingkungan.

Berbeda dengan alat tangkap longline yang tujuannya adalah menangkap

jenis-jenis tuna yang berada di perairan samudera atau perairan laut yang dalam,

Page 69: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

56

yaitu pada kedalaman 50 m sampai 300m. Kapal tuna longline mempunyai ukuran

dimensi utama yang lebih besar dibandingkan kapal tonda. Ukuran kapal

berkaitan dengan volume ruangan yang akan mempengaruhi terhadap keleluasaan

tata ruang kapal, keleluasaan kerja ABK, keleluasaan dalam melakukan operasi

penangkapan ikan, daya muat alat dan kelengkapan-kelengkapan pelayaran

maupun penangkapan, kapasitas muat perbekalan maupun hasil tangkapan.

Kapasitas palkanya jauh lebih besar dan dilengkapi dengan peralatan untuk

penanganan ikan tuna di atas kapal, seperti hose (slang), spike (batang besi tajam)

dan ruang pembekuan (freezing room) (Nurani & Wisudo, 2007).

Setelah kegiatan penangkapan dilakukan, maka ada tahap berikutnya yang

lebih penting, yaitu penanganan hasil tangkapan. Ada 2 faktor yang menentukan

nilai jual ikan yang maksimal, yaitu penanganan ikan setelah penangkapan dan

tingkat kesegarannya. Proses atau prosedur penanganan ikan di atas kapal

merupakan penanganan awal pascapenangkapan berkorelasi positif dengan

kualitas ikan dan hasil perikanan yang diperoleh. Semakin baik teknik

penanganannya maka semakin bagus kualitas ikan dan semakin tinggi nilai jual

ikan tersebut.

Penanganan hasil tangkapan tuna di atas kapal kurang begitu diperhatikan

secara baik. Ada beberapa hal yang tidak dilakukan oleh nelayan tonda di atas

kapal, seperti pemotongan ekor dan pemotongan sirip dada untuk mengeluarkan

darah dari jantung. Menurut Nurani dan Wisudo (2007) darah dari jantung akan

keluar melalui nadi darah secara berurutan dengan memotong kedua sirip dada.

Area kerja nelayan di kapal tonda kurang begitu mendukung untuk melakukan

penanganan hasil tangkapan, karena kondisi kapal yang sempit dengan jumlah

nelayan 5-6 orang.

Kualitas hasil tangkapan merupakan hal yang sangat penting untuk

diperhatikan. Hal ini terkait dengan tujuan utama tangkapan adalah pasar ekspor.

Beberapa pasar ekspor, khususnya Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa

mensyaratkan kualitas yang tinggi untuk produk yang masuk ke negaranya

(Nurani & Wisudo, 2007). Penanganan hasil tangkapan ikan tuna segar untuk

sashimi harus sesuai dengan SNI 01-2693.3-2006.

Page 70: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

57

6.2 Aspek Pemasaran

Proses pemasaran hasil tangkapan tuna berperan penting dalam kegiatan

usaha perikanan pancing tonda, karena proses ini bertujuan untuk menyalurkan

dan memasarkan hasil tangkapan tuna dari produsen ke konsumen. Proses

pemasaran dan penanganan ikan tuna harus dilakukan secara tepat dan baik agar

kualitas dan mutu ikan tuna tetap terjaga.

Hasil tangkapan tuna untuk ekspor tidak dipasarkan di Pacitan, karena

belum ada perusahaan pengekspor tuna di Pacitan. Salah satu daerah pemasaran

produk ekspor tuna terdapat di Pasuruan. Hasil tangkapan tuna dengan bobot

lebih dari 10 kg langsung dipasarkan ke Pasuruan, sedangkan tuna dengan bobot

kurang dari 10 kg disalurkan melalui pasar lokal. Syarat ikan tuna untuk ekspor

harus mempunyai berat lebih dari 25 kg/ekor (BSN, 1992). Namun, ikan tuna

pada selang bobot 10-25 kg masih dapat untuk diekspor dalam bentuk fresh

ataupun beku. Kualitas fresh tuna (kualitas A) untuk bahan sashimi, kualitas B+

untuk tujuan pasar Amerika dan Uni Eropa, kualitas B dan C masuk ke industri

pengolahan tuna beku untuk dibuat loin, saku, chunk dan sejenisnya (Nurani,

2010).

Harga ikan tuna jenis yellowfin tuna pada bobot lebih dari 20 kg mempunyai

nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada bobot yang kurang dari 20

kg. Harga tuna pada musim puncak dan paceklik mengalami perbedaan. Harga

tuna cenderung naik pada musim paceklik. Kenaikan harga ini disebabkan stok

ikan meningkat pada musim puncak, sedangkan daya beli konsumen cenderung

menurun, sebaliknya pada musim paceklik stok ikan menurun, sedangkan daya

beli konsumen cenderung meningkat.

Proses distribusi ikan menggunakan sarana transportasi darat yaitu truk,

mobil pick up, dan motor. Ikan dalam bentuk segar dimasukkan ke dalam coolbox

yang diberi es balok yang telah dihancurkan. Ikan yang didistribusikan ke pabrik

pengolahan dan ekspor menggunakan truk sebagai alat transportasi. Ikan yang

didistribusikan ke pasar dan konsumen lokal menggunakan motor dan mobil pick

up sebagai alat transportasinya. Ikan yang dipasarkan dalam bentuk ikan segar.

Page 71: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

58

6.3 Komposisi dan Kualitas Hasil Tangkapan

Komposisi jenis tuna yang tertangkap adalah yellowfin tuna dan bigeye

tuna. Komposisi jenis tuna yang dominan tertangkap oleh nelayan adalah

yellowfin tuna. Menurut Pusat Riset Perikanan Tangkap (PRPT) (2001) vide

Nurani et al (2008), wilayah perairan Selatan Jawa memiliki potensi sumberdaya

tuna yang potensial, khususnya bigeye tuna dan yellowfin tuna. Yellowfin tuna

banyak tertangkap oleh pancing tonda karena schooling (gerombolan) tuna jenis

ini terdapat di bawah permukaan air pada kedalaman kurang dari 100 meter.

Komposisi ukuran yang dominan tertangkap oleh pancing tonda pada selang

ukuran panjang 45-64 cm dengan jumlah 91 ekor dan pada selang ukuran berat 1-

25 kg dengan jumlah 108 ekor. Berdasarkan analisis length at maturity

didapatkan hasil bahwa ikan tuna sebanyak 48 ekor (32%) sudah layak tangkap

dan tidak layak tangkap sebanyak 102 ekor (68%). Ikan tuna dalam kategori tidak

layak tangkap tersebut tidak menguntungkan secara biologi. Ikan tuna tersebut

belum mencapai ukuran panjang untuk matang gonad. Ukuran untuk mencapai

matang gonad adalah pada panjang 105 cm (Fromentin & Fonteneau, 2000).

Sedangkan berdasarkan analisis berat didapatkan hasil bahwa ikan tuna sebanyak

42 ekor (28%) memenuhi salah satu kriteria untuk produk ekspor segar dan

sebanyak 108 ekor (72%) tidak memenuhi salah satu kriteria untuk produk ekspor

segar. Ikan tuna yang tidak masuk kategori layak ekspor tersebut tidak

menguntungkan secara ekonomi, karena salah satu syarat ekspor adalah tuna yang

berbobot lebih dari 25 kg.

Apabila nelayan dibiarkan terus menangkap ikan tuna yang belum layak

tangkap, maka keberlangsungan hidup, kelestarian, dan produksi ikan tuna di

Samudera Hindia akan menurun dan terancam punah. Hal tersebut diperkuat oleh

data produksi tuna di Kabupaten Pacitan dari tahun 2006-2009 terus mengalami

peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2006-2007, yaitu sebesar

1453,58%. Data terbaru tahun 2010 memperlihatkan bahwa produksi tuna

mengalami penurunan yaitu sebesar 5,84%. Jumlah produksi tuna di Pacitan

tahun 2009 adalah sebesar 1.688.588 kg dan tahun 2010 sebesar 1.589.989 kg.

Produk tuna ekspor segar untuk fresh sashimi adalah ikan tuna yang

memiliki nilai organoleptik minimal 7 (BSN, 2006a). Jumlah ikan tuna yang

Page 72: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

59

memiliki nilai organoleptik minimal 7 berjumlah 41 ekor, sedangkan ikan tuna

yang memiliki nilai organoleptik kurang dari 7 berjumlah 109 ekor. Ikan tuna

dengan nilai organoleptik 6 mempunyai jumlah yang dominan, yaitu sebesar 68

ekor. Ikan tuna dengan nilai organoleptik kurang dari 7 tidak masuk kategori

layak ekspor. Pengusaha perikanan tuna di Pacitan tentunya telah mengalami

kerugian yang cukup besar. Ikan tuna yang seharusnya mempunyai nilai jual yang

lebih tinggi apabila sebagai produk ekspor hanya menjadi produk untuk lokal

dengan nilai jual yang rendah.

Ikan tuna yang didaratkan tersebut telah mengalami kemunduran mutu.

Menurut hasil pengamatan dan wawancara, kemunduran kualitas ikan dikarenakan

penanganan ikan tuna di atas kapal dan di darat kurang diperhatikan secara baik

serta pengaturan pada penempatan ikan hasil tangkapan yang kurang begitu

diperhatikan baik di atas kapal maupun di pelabuhan. Khusus untuk di pelabuhan,

ada beberapa hal yang kurang diperhatikan, yaitu: penanganan ikan tuna yang

telah didaratkan tidak diberi es, ikan tuna dibiarkan terlalu lama di udara terbuka,

ikan tuna diletakkan di atas lantai, proses pemindahan ikan tuna setelah ditimbang

dengan cara diseret di atas lantai dan proses pemindahan ikan tuna dari TPI ke

gudang penyimpanan yang terkena sinar matahari secara langsung akan berperan

mempercepat mundurnya mutu ikan.

Di tempat pelelangan, ikan tidak boleh diletakkan begitu saja diatas lantai,

dilangkahi atau diinjak. Konstruksi bangunan pelelangan ikan harus memenuhi

persyaratan kebersihan, seperti meja harus dilapisi dengan lapisan penutup yang

keras, kedap air, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Lantai harus mempunyai

kemiringan yang cukup memungkinkan air pada permukaan segera mengalir ke

selokan dan selokan harus cukup kemiringannya sehingga air tidak tergenang

(Ilyas, 1983).

Page 73: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

60

7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1) Unit penangkapan ikan pancing tonda di Pacitan terdiri dari kapal, alat

tangkap, nelayan, dan rumpon. Rumpon digunakan sebagai alat bantu

operasi penangkapan ikan tuna pada kapal tonda di Kabupaten Pacitan.

Penanganan hasil tangkapan di atas kapal merupakan tahap penting untuk

menjaga kualitas tuna sampai di darat. Penanganan hasil tangkapan tuna di

atas kapal tonda tidak mendukung dalam mempertahankan mutu hasil

tangkapan tuna.

2) Hasil tangkapan tuna untuk ekspor tidak dipasarkan di Pacitan, karena

belum ada perusahaan untuk ekspor tuna di Pacitan. Salah satu daerah

pemasaran produk ekspor tuna terdapat di Pasuruan. Hasil tangkapan tuna

dengan bobot lebih dari 10 kg langsung dipasarkan ke daerah tersebut,

sedangkan tuna dengan bobot kurang dari 10 kg disalurkan melalui pasar

lokal.

3) Komposisi hasil tangkapan ikan tuna yang didaratkan di daerah Pacitan,

khususnya di PPP Tamperan adalah didominasi oleh jenis yellowfin tuna

(Thunnus albacares). Hasil tangkapan ikan tuna yang memenuhi kategori

layak tangkap sekitar 32% dan tidak layak tangkap sekitar 68%.

Pengukuran organoleptik ikan tuna yang memenuhi syarat ekspor yaitu

berjumlah 41 ekor (27,33%).

7.2 Saran

Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur

pengelolaan perikanan pancing tonda di Pacitan, yaitu:

1) Membatasi jumlah rumpon yang dipasang oleh nelayan pancing tonda di

Pacitan;

2) Menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mendukung penanganan dan

pemasaran hasil tangkapan ikan tuna ke konsumen dan industri;

3) Memberi penyuluhan terhadap nelayan tentang penanganan tuna yang baik

dan komposisi tuna yang layak ditangkap.

Page 74: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

61

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan. 2010. Hasil Sensus Penduduk2010. Pacitan: BPS.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1992. Ikan Tuna Segar untuk Sashimi:Spesifikasi SNI 01-2693.2-1992. Jakarta: BSN.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006a. Tuna Segar untuk Sashimi: SpesifikasiSNI 01-2693.1-2006. Jakarta: BSN.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006b. Penanganan dan Pengolahan TunaSegar untuk Sashimi: Spesifikasi SNI 01-2693.3-2006. Jakarta: BSN.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006c. Ikan Segar-Bagian 1: Spesifikasi SNI01-2729.1-2006. Jakarta: BSN.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. Tuna Loin Segar: Spesifikasi SNI7530.3: 2009. Jakarta: BSN.

Baskoro MS. 2006. Alat Penangkap Ikan Berwawasan Lingkungan. Di dalam:Sondita MFA dan Solihin I, editor. Kumpulan Pemikiran tentangTeknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggungjawab; Bogor, 2006.Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bengen DG. 2005. Merajut Keterpaduan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir danLaut Kawasan Timur Indonesia bagi Pembangunan KelautanBerkelanjutan. Disajikan pada Seminar Makassar Maritime Meeting,Makassar.

Collette B. 1994. FAO Species Catalogue Vol.2 Scombrids Of The World. Rome:Food and Agriculture Organization of The United Nations.

Dahuri R. 2003. Perkembangan Terakhir Kebijakan dan Program PembangunanKelautan dan Perikanan Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan,Republik Indonesia, Jakarta.

Dahuri R. 2008. Restrukturisasi Manajemen Perikanan Tuna. Jakarta: SamudraKomunikasi Utama.

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan. 2009. Profil danStatistik Kelautan dan Perikanan 2009. Pacitan: DKP.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap DKP. 2005. Pemacuan Stok Ikan dalamUpaya Peningkatan Produksi Perikanan Tangkap, Makalah Seminar,Makassar.

Page 75: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

62

Encylopedia of Life. 2009. Atlantic Bluefin (Thunnus thynnus). [terhubung tidakberkala]. www.eol.org/pages/223943 [30 Juni 2010].

Fromentin dan Fonteneau. 2000. Fishing Effects and Life History Traits: a CaseStudy Comparing Tropical Versus Temperate Tunas. Fisheries ResearchJournal. No. 53: 133-150.

Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metoda,dan Taktik Penangkapan [Bahan Kuliah]. Bogor: Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gunarso W. 1998. Tingkah Laku Ikan dan Perikanan Pancing [Bahan Kuliah].Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Handriana J. 2007. Pengoperasian Pancing Tonda pada Rumpon di SelatanPerairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor:Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid 1, Teknik PendinginanIkan. Jakarta: CV Paripurna.

Jaquemet S, Potier M, Menard F. 2010. do Drifting and Anchored FishAggregating Devices (FADs) Similarly Influence Tuna Feeding Habits? aCase Study from the Western Indian Ocean. Fisheries Research Journal.No. 107: 283-290.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2008. Statistik Kelautan danPerikanan Tahun 2008. Jakarta: KKP.

Mallawa A. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Berkelanjutan dan BerbasisMasyarakat. www.regional.coremap.or.id. [23 Juni 2011].

Monintja, DR dan Zulkarnain. 1995. Analisis Dampak Pengoperasian RumponTipe Philippine di Perairan ZEE terhadap Perikanan Cakalang di PerairanTeritorial Selatan Jawa dan Utara Sulawesi [Laporan Penelitian]. Bogor:Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Murdiyanto B. 2003. Pelabuhan Perikanan [Bahan Kuliah]. Bogor: FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Nahib I. 2008. Analisis Bioekonomi Dampak Keberadaan Rumpon terhadapKelestarian Sumberdaya Perikanan Tuna Kecil (Studi Kasus di PerairanTeluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi) [Tesis]. Bogor: SekolahPascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nakamura H. 1969. Tuna Distribution and Migration. London: Fishing NewsBook Ltd. 76p.

Page 76: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

63

Nugroho P. 1992. Studi Tentang Penangkapan Madidihang (Thunnus albacares)di Sekitar Rumpon di Perairan Waigeo, Sorong [Skripsi]. Bogor: FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Nurani TW dan Wisudo SH. 2007. Bisnis Perikanan Tuna Longline. Bogor:Institut Pertanian Bogor.

Nurani TW, Haluan J, Saad S dan Lubis E. 2008. Rekayasa SistemPengembangan Perikanan Tuna di Perairan Selatan Jawa. Jurnal ForumPascasarjana. No.31:79-92.

Nurani TW. 2010. Model Pengelolaan Perikanan Suatu Kajian PendekatanSistem. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nuramin M. 2005. Prospek Pengembangan Perikanan Tuna di Sendang Biru,Kabupaten Malang, Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Nurhayati I. 1995. Analisis Hubungan antara Suhu Permukaan Laut denganDaerah dan Musim Penangkapan Tuna di Perairan Selatan Jawa Sumbawa[Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut PertanianBogor.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2011 tentang PerijinanPemasangan Rumpon.

Peta Rupa Bumi Indonesia Digital. 2000. Jakarta: Badan Koordinasi Survey danPemetaan Nasional.

[PRPT] Pusat Riset Perikanan Tangkap. 2001. Pengkajian Stok Ikan di PerairanIndonesia. Jakarta: P30LIPI.

Ross A. 2008. Peluang Ekspor Tuna Segar dari PPI Puger (Tinjauan AspekKualitas dan Aksesbilitas Pasar) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bandung: PD GrafikaUnit II.

Sainsbury J.C. 1971. Commercial Fishing Method Second Edition. London:Fishing News Book Ltd.

Sainsbury J.C. 1986. Commercial Fishing Method Third Edition. London: FishingNews Book Ltd.

Sedana I. 2004. Musim Penangkapan Ikan di Indonesia. Jakarta: PenebarSwadaya. 116 hal.

Page 77: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

64

Sitorus E. 2004. Keterpaduan Pasar Tuna Segar Benoa/Bali, Indonesia, dan PasarSentral Tuna Tokyo, Jepang [Tesis]. Bali: Agribisnis, UniversitasUdayana.

Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang LautIndonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50. Jakarta: DepartemenPertanian, Balai Penelitian Perikanan Laut.

Subani W. 1999. Economically Important Marine Fishes from Indonesia.[terhubung tidak berkala]. www.auxis.tripod.com/fish-1.htm [12 Mei2011].

Sudirman. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Supadiningsih CN, Rosana N. 2004. Penentuan Fishing Ground Tuna danCakalang dengan Teknologi Penginderaan Jauh [Pertemuan IlmiahTahunan I]. Surabaya: Teknik Geodesi, Institut Teknologi SepuluhNopember.

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun2004 tentang Perikanan.

Page 78: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

65

LAMPIRAN

Page 79: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

66

Lampiran 1 Distribusi kisaran ukuran panjang tubuh ikan tuna (Thunnus sp) yangtertangkap

No Selang kelas Jumlah Persentase (%)

1 45–64 91 60,672 65–84 10 6,673 85–104 1 0,674 105–124 2 1,335 125–144 12 8,006 145–164 31 20,677 165–184 0 0,008 185–204 2 1,339 205–224 1 0,67

150 100,00

Page 80: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

67

Lampiran 2 Distribusi kisaran berat tubuh ikan tuna (Thunnus sp) yang tertangkap

No Selang kelas Jumlah Persentase (%)

1 1–25 108 72,002 26–50 38 25,333 51–75 4 2,67

150 100,00

Page 81: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

68

Lampiran 3 Data Sheet untuk Data Utama

1) Kapal Tonda 1

Jenisikan

Panjang(cm)

Berat(kg) Harga/kg

TotalHT(kg)

Fishing GroundKualitas Hasil Tangkapan

Mata Insang Lendir Daging Bau Tekstur Rata-rata

KapalTonda 1Keranjang 1

1) YF 147 36 Rp14.000,-

340 10°01’48” LS -110°01’30” BT

6 - 7 9 9 9 82) YF 152 48 Rp14.000,- 6 - 9 8 9 9 83) YF 148 36 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 84) YF 140 32 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 85) YF 135 24 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 8

Keranjang 2

1) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 5 5 62) YF 45 1,5 Rp 6.000,- 6 6 7 5 5 5 63) YF 54 2,8 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 5 5 6

Keranjang 3

1) YF 220 66 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 82) YF 45 1,5 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 63) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 67,5 3,9 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 6

Page 82: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

69

Lampiran 3 Lanjutan

2) Kapal Tonda 2

Jenisikan

Panjang(cm)

Berat(kg) Harga/kg

TotalHT(kg)

Fishing GroundKualitas Hasil Tangkapan

Mata Insang Lendir Daging Bau Tekstur Rata-rata

Kapal Tonda 2Keranjang 1

1) YF 102 14 Rp 6.000,-

1.497 11°01’38” LS -110°15’20” BT

6 - 7 8 9 8 82) YF 135 24 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 83) YF 147 36 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 84) YF 135 25 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 85) YF 147 36 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 8

Keranjang 2

1) YF 135 25 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 82) YF 140 32 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 83) YF 67,5 4,5 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 62,6 4 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 6

Keranjang 3

1) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 62) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 63) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 6

Page 83: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

70

Lampiran 3 Lanjutan

3) Kapal Tonda 3

Jenisikan

Panjang(cm)

Berat(kg) Harga/kg

TotalHT(kg)

Fishing GroundKualitas Hasil Tangkapan

Mata Insang Lendir Daging Bau Tekstur Rata-rata

KapalTonda 3Keranjang 1

1) YF 137 29 Rp14.000,-

449 11°03’48” LS -110°25’38” BT

6 - 7 8 9 8 82) YF 200 61 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 83) YF 67,5 4,5 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 59 3,2 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 52 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 6

Keranjang 2

1) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 62) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 63) YF 51 2,5 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 6

Keranjang 3

1) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 62) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 63) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 6

Page 84: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

71

Lampiran 3 Lanjutan

4) Kapal Tonda 4

Jenisikan

Panjang(cm)

Berat(kg) Harga/kg

TotalHT(kg)

Fishing GroundKualitas Hasil Tangkapan

Mata Insang Lendir Daging Bau Tekstur Rata-rata

KapalTonda 4Keranjang 1

1) YF 148 39 Rp14.000,-

646 11°10’53” LS -110°08’15” BT

6 - 7 8 9 8 82) YF 147 35 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 83) YF 147 35 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 84) YF 147 34 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 85) YF 150 42 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 8

Keranjang 2

1) YF 148 39 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 82) YF 152 45 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 83) YF 147 36 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 84) YF 147 34 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 85) YF 75 7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 7 6

Keranjang 3

1) YF 54 2,8 Rp 6.000,- 4 3 5 5 3 3 42) YF 56 3 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 63) YF 57 3 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 56 3 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 56 3 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 6

Page 85: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

72

Lampiran 3 Lanjutan

5) Kapal Tonda 5

Jenisikan

Panjang(cm)

Berat(kg) Harga/kg

TotalHT(kg)

Fishing GroundKualitas Hasil Tangkapan

Mata Insang Lendir Daging Bau Tekstur Rata-rata

KapalTonda 5Keranjang 1

1) YF 150 42 Rp14.000,-

549 10°09’40” LS -110°20’10” BT

6 - 7 8 9 8 82) YF 200 60 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 83) YF 147 35 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 84) YF 135 27 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 85) YF 152 49 Rp14.000,- 6 - 7 8 9 8 8

Keranjang 2

1) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 62) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 63) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 6

Keranjang 3

1) YF 54 2,8 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 62) YF 55 2,9 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 63) YF 54 2,8 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 55 2,9 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 55 2,9 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 6

Page 86: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

73

Lampiran 3 Lanjutan

6) Kapal Tonda 6

Jenisikan

Panjang(cm)

Berat(kg) Harga/kg

TotalHT(kg)

Fishing GroundKualitas Hasil Tangkapan

Mata Insang Lendir Daging Bau Tekstur Rata-rata

KapalTonda 6Keranjang 1

1) YF 52 2,6 Rp 6.000,-

225 11°22’20” LS -110°30’45” BT

6 6 7 5 7 5 62) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 63) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 6

Keranjang 2

1) YF 59 3,2 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 62) YF 59 3,2 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 63) YF 51 2,5 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 54 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 6

Keranjang 3

1) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 62) YF 62,6 4 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 63) YF 51 2,5 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 6

Page 87: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

74

Lampiran 3 Lanjutan

7) Kapal Tonda 7

Jenisikan

Panjang(cm)

Berat(kg) Harga/kg

TotalHT(kg)

Fishing GroundKualitas Hasil Tangkapan

Mata Insang Lendir Daging Bau Tekstur Rata-rata

KapalTonda 7Keranjang 1

1) YF 152 38 Rp14.000,-

1.047 11°15’30” LS -110°20’40” BT

5 - 5 5 5 7 52) YF 158 50 Rp14.000,- 5 - 5 5 5 7 53) YF 130 37 Rp14.000,- 5 - 5 5 5 7 54) YF 158 51 Rp14.000,- 5 - 5 5 5 7 55) YF 121 33 Rp14.000,- 5 - 5 5 5 7 5

Keranjang 2

1) YF 152 38 Rp14.000,- 6 - 7 7 8 7 72) YF 147 35 Rp14.000,- 6 - 7 7 8 7 73) YF 145 35 Rp14.000,- 6 - 7 7 8 7 74) YF 155 41 Rp14.000,- 6 - 7 7 8 7 75) YF 152 39 Rp14.000,- 6 - 7 7 8 7 7

Keranjang 3

1) YF 55 2,8 Rp 6.000,- 6 7 7 7 7 5 62) YF 57 3 Rp 6.000,- 6 7 7 7 7 5 63) YF 54 2,7 Rp 6.000,- 6 7 7 7 7 5 64) YF 51 2,5 Rp 6.000,- 6 7 7 7 7 5 65) YF 51 2,5 Rp 6.000,- 6 7 7 7 7 5 6

Page 88: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

75

Lampiran 3 Lanjutan

8) Kapal Tonda 8

Jenisikan

Panjang(cm)

Berat(kg) Harga/kg

TotalHT(kg)

Fishing GroundKualitas Hasil Tangkapan

Mata Insang Lendir Daging Bau Tekstur Rata-rata

KapalTonda 8Keranjang 1

1) YF 136 31 Rp14.000,-

767 10°18’35” LS -110°30’25” BT

7 - 7 8 7 8 72) YF 150 36 Rp14.000,- 6 - 7 8 7 8 73) YF 138 32 Rp14.000,- 7 - 7 8 7 8 74) YF 149 35 Rp14.000,- 6 - 7 8 7 8 75) YF 144 34 Rp14.000,- 7 - 5 8 7 8 7

Keranjang 2

1) YF 150 36 Rp14.000,- 6 - 7 8 7 8 72) YF 48 1,6 Rp 6.000,- 6 6 7 7 7 7 73) YF 51 2,5 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 64) YF 57 3 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 65) YF 50 2,4 Rp 6.000,- 6 6 5 5 5 5 5

Keranjang 3

1) YF 50 2,4 Rp 6.000,- 6 6 7 5 7 5 62) YF 76 7 Rp 6.000,- 3 6 7 5 5 5 53) YF 50 2,4 Rp 6.000,- 3 5 5 5 5 5 54) YF 48 1,6 Rp 6.000,- 3 3 5 5 5 3 45) YF 51 2,5 Rp 6.000,- 3 5 5 5 5 3 4

Page 89: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

76

Lampiran 3 Lanjutan

9) Kapal Tonda 9

Jenisikan

Panjang(cm)

Berat(kg) Harga/kg

TotalHT(kg)

Fishing GroundKualitas Hasil Tangkapan

Mata Insang Lendir Daging Bau Tekstur Rata-rata

KapalTonda 9Keranjang 1

1) YF 56 3 Rp 6.000,-

1.908 12°25’30” LS -110°08’20” BT

3 5 5 5 5 5 52) YF 54 2,7 Rp 6.000,- 3 5 5 5 5 5 53) YF 55 2,8 Rp 6.000,- 3 5 5 5 5 5 54) BE 109 23 Rp10.000,- 3 3 5 5 5 3 45) YF 54 2,7 Rp 6.000,- 3 3 5 5 5 3 4

Keranjang 2

1) YF 52 2,6 Rp 6.000,- 3 5 5 5 5 5 52) YF 55 2,8 Rp 6.000,- 3 3 5 5 5 5 43) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 3 3 5 5 5 5 44) YF 153 40 Rp14.000,- 3 - 5 5 5 5 55) YF 160 43 Rp14.000,- 3 - 5 5 5 5 5

Keranjang 3

1) YF 57 3 Rp 6.000,- 3 5 5 5 5 5 52) YF 56 3 Rp 6.000,- 3 3 5 3 5 3 43) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 5 6 5 5 5 5 54) YF 45 1,5 Rp 6.000,- 3 3 5 5 3 3 45) YF 51 2,5 Rp 6.000,- 3 3 5 5 3 3 4

Page 90: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

77

Lampiran 3 Lanjutan

10) Kapal Tonda 10

Jenisikan

Panjang(cm)

Berat(kg) Harga/kg

TotalHT(kg)

Fishing GroundKualitas Hasil Tangkapan

Mata Insang Lendir Daging Bau Tekstur Rata-rata

KapalTonda 10Keranjang 1

1) YF 72 6,7 Rp 6.000,-

1.422 12°30’20” LS -110°20’30” BT

3 3 5 3 5 5 42) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 3 3 5 3 5 5 43) YF 57 3 Rp 6.000,- 3 3 5 3 5 5 44) YF 55 2,8 Rp 6.000,- 5 5 5 5 5 5 55) YF 57 3 Rp 6.000,- 3 5 5 5 5 5 5

Keranjang 2

1) YF 70 6,5 Rp 6.000,- 3 5 5 5 5 5 52) YF 71 6,6 Rp 6.000,- 3 5 5 5 5 5 53) YF 53 2,7 Rp 6.000,- 3 3 5 5 5 5 44) YF 80 7,5 Rp 6.000,- 3 5 5 5 5 5 55) YF 57 3 Rp 6.000,- 3 5 5 3 5 5 4

Keranjang 3

1) YF 63 4 Rp 6.000,- 3 5 5 5 5 3 42) YF 62 4 Rp 6.000,- 3 5 5 5 5 3 43) YF 48 1,8 Rp 6.000,- 5 5 5 5 5 5 54) BE 70 6,5 Rp 6.000,- 3 3 5 5 5 3 45) BE 145 23 Rp10.000,- 3 - 5 5 5 5 5

Keterangan:

YF = Yellowfin (Thunnus albacares)

BE = Big eye (Thunnus obesus)

Page 91: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

78

Lampiran 4 Produksi per jenis ikan selama tahun 2004–2009 di KabupatenPacitan

No Jenis Ikan Produksi (kg)2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 Tuna - - 74.231 1.153.236 1.181.905 1.688.5882 Pelagis besar 498.478 381.573 380.864 893.657 1.405.163 1.413.5803 Pelagis kecil 550.560 452.039 566.085 346.077 220.886 445.5274 Demersal

besar547.692 388.739 468.943 286.584 144.123 411.477

5 Demersalkecil

102.453 176.346 151.014 130.086 84.424 8.788

6 Crustacea 171.889 54.671 82.214 103.753 121.448 10.5777 Cumi-cumi - - - 1.631 147 1.4298 Pogot - - - 159 - -9 Rumput laut - - - 15.240 1.637 20.951

10 Lain-lain 83.755 121.293 164.249 184.238 278.738 554.226

JUMLAH 1.954.827 1.574.661 1.887.600 3.114.661 3.438.471 4.555.143

Sumber: (DKP, 2009)

Page 92: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

79

Lampiran 5 Nilai-nilai Organoleptik Ikan

Spesifikasi Nilai

1. Mata

Cerah, bola mata menonjol, kornea jernih 9

Cerah, bola mata rata, kornea jernih 8

Agak cerah, bola mata rata, pupil agak keabu-abuan, kornea agak keruh 7

Bola mata agak cekung, pupil berubah keabu-abuan, kornea agak keruh 6

Bola mata agak cekung, pupil berubah keabu-abuan, kornea agak keruh 5

Bola mata cekung, pupil mulai berubah menjadi putih susu, kornea keruh 3

Bola mata sangat cekung, kornea agak kuning 1

2. Insang

Warna merah cemerlang, tanpa lender 9

Warna merah kurang cemerlang, tanpa lender 8

Warna merah agak kusam, tanpa lender 7

Merah agak kusam, sedikit lender 6

Mulai ada diskolorasi, merah kecoklatan, sedikit lendir, tanpa lendir 5

Warna merah coklat, lendir tebal 3

Warna merah coklat ada sedikit putih, lendir tebal 1

3. Lendir Permukaan Badan

Lapisan lendir jernih, transparan, mengkilat cerah 9

Lapisan lendir jernih, transparan, cerah, belum ada perubahan warna 8

Lendir lendir mulai agak keruh, warna agak putih, kurang transparan 7

Lendir lendir mulai keruh, warna putih agak kusam, kurang transparan 6

Lendir tebal menggumpal, mulai berubah warna putih, keruh 5

Lendir tebal menggumpal, berwarna putih kuning 3

Lendir tebal menggumpal, warna kuning kecoklatan 1

4. Daging (warna dan kenampakan)

Sayatan daging sangat cemerlang, spesifik jenis, tidak ada pemerahan sepanjang tulang

belakang, dinding perut daging utuh9

Sayatan daging cemerlang spesifik jenis, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang,

dinding perut utuh

8

Sayatan daging sedikit kurang cemerlang, spesifik jenis, tidak ada pemerahan sepanjang tulang

belakang, dinding perut daging utuh

7

Sayatan daging mulai pudar, banyak pemerahan sepanjang tulang belakang, dinding perut agak

lunak

5

Sayatan daging kusam, warna merah jelas sekali sepanjang tulang belakang, dinding perut

lunak

3

Sayatan daging kusam sekali, warna merah jelas sekali sepanjang tulang belakang, dinding

perut sangat lunak

1

Page 93: Evaluasi kegiatan perikanan pancing tonda di Pacitan ... · PDF filedikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ... Judul Skripsi : ... 2.7.2 Penanganan

80

Lampiran 5 LanjutanSpesifikasi Nilai

5. Bau

Bau sangat segar, spesifik jenis 9

Segar, spesifik jenis 8

Netral 7

Bau amoniak mulai tercium, sedikit bau asam 5

Bau amoniak kuat, ada bau H2S, bau asam jelas dan busuk 3

Bau busuk jelas 1

6. Tekstur

Padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang 9

Agak padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang 8

Agak padat, agak elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang 7

Agak lunak, kurang elastis bila ditekan dengan jari, agak mudah menyobek dari tulang

belakang

5

Lunak, bekas jari terlihat bila ditekan, mudah menyobek daging dari tulang belakang 3

Sangat lunak, bekas jari tidak hilang bila ditekan, mudah sekali menyobek daging dari tulang

belakang

1

Sumber: (BSN, 2006c)