evaluasi jenis dan tingkat kerusakan dengan menggunakan metode pavement condition index (pci)1

6
EVALUASI JENIS DAN TINGKAT KERUSAKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (STUDI KASUS: JALAN SOEKARNO HATTA, DUMAI 05+000-10+000) Amin Khairi 1 , Muhammad Idham, ST.,M.Sc. 2 , Hamdani Saleh, S.ST. 3 Mahasiswa Program Studi D3 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil 2,3 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bengkalis 1,2,3 Email: [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 ABSTRAK Kinerja Perkerasan merupakan kondisi perkerasan yang dapat memberikan pelayanan kepada pemakai jalan selama kurun waktu perencanaan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan jalan dan nilai kondisi perkerasan jalan sehingga dapat menentukan cara perbaikannya. Penelitian evaluasi kerusakan jalan pada tugas akhir ini dilakukan melalui survey visual, yaitu dengan mengukur panjang, lebar, dalam serta luasan dari tiap kerusakan yang terjadi. Setelah data-data di atas diperoleh, maka untuk analisa pengambilan keputusan digunakan metode Pavement Condition Index (PCI). Hasil yang didapat dari analisis data pada kerusakan jalan Soekarno Hatta (Dumai), mempunyai nilai PCI yaitu 24,07 dengan kondisi Very Poor (Sangat Jelek) berdasarkan ratting kondisi perkerasan Pavement Condition Index (PCI). Kata Kunci: Jenis dan Tingkat Kerusakan Jalan, Pavement Condition Index (PCI). I. PENDAHULUAN Kerusakan jalan yang terjadi di Kota Dumai merupakan salah satu permasalahan yang tak kunjung hentinya sehingga mengalami kerugian bagi para pengguna jalan. Kerusakan jalan juga mengakibatkan terjadinya kecelakaan, kemacetan dan tidak ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Secara umum penyebab kerusakan jalan ada berbagai sebab yakni karena perencanaan perkerasan, perencanaan campuran, pemilihan bahan yang kurang baik dan beban lalu lintas yang berlebihan (over load), serta mutu jalan yang tidak sesuai dengan perencanaan. Perbaikan yang dilakukan dengan cara menambal atau menutupnya tanpa dilakukannya suatu penelitian tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Lapisan pekerasan jalan akan mengalami penurunan tingkat pelayanan. Menurut tingkat pelayanan jalan ditandai dengan adanya kerusakan pada lapisan perkerasan jalan, kerusakan yang terjadi juga bervariasi pada setiap segmen di sepanjang jalan dan apabila dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, maka akan dapat memperburuk kondisi lapisan pekerasan sehingga dapat mempengaruhi keamanan, kenyamanan dan kelancaran dalam berlalu lintas. Metode Pavement Condition Index merupakan salah satu cara untuk mengetahui kondisi kerusakan jalan, metode ini salah satu solusi untuk menyelesaikan dan mencari cara perbaikan pada permasalahan kerusakan jalan. Pemeliharaan jalan adalah kegiatan mempertahankan, memperbaiki, menambah ataupun mengganti bangunan fisik yang telah ada agar fungsinya tetap dapat dipertahankan untuk waktu yang lama. Pemeliharaan jalan merupakan satu upaya untuk menjaga agar jalan tetap dalam keadaan kokoh dan aman, sehingga memberikan keamanan bagi pengemudi yang menggunakan jalan dan dapat memberikan kondisi pelayanan terhadap transportasi yang dapat diandalkan.

Upload: tengku-noprizal

Post on 24-Nov-2015

92 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • EVALUASI JENIS DAN TINGKAT KERUSAKAN DENGAN MENGGUNAKAN

    METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (STUDI KASUS: JALAN SOEKARNO HATTA, DUMAI 05+000-10+000)

    Amin Khairi

    1, Muhammad Idham, ST.,M.Sc.

    2, Hamdani Saleh, S.ST.

    3

    Mahasiswa Program Studi D31

    Dosen Jurusan Teknik Sipil2,3

    Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bengkalis1,2,3

    Email: [email protected], [email protected]

    2, [email protected]

    3

    ABSTRAK

    Kinerja Perkerasan merupakan kondisi perkerasan yang dapat memberikan pelayanan kepada pemakai jalan

    selama kurun waktu perencanaan tertentu.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan jalan dan nilai kondisi perkerasan jalan

    sehingga dapat menentukan cara perbaikannya. Penelitian evaluasi kerusakan jalan pada tugas akhir ini dilakukan

    melalui survey visual, yaitu dengan mengukur panjang, lebar, dalam serta luasan dari tiap kerusakan yang terjadi.

    Setelah data-data di atas diperoleh, maka untuk analisa pengambilan keputusan digunakan metode Pavement

    Condition Index (PCI).

    Hasil yang didapat dari analisis data pada kerusakan jalan Soekarno Hatta (Dumai), mempunyai nilai PCI yaitu

    24,07 dengan kondisi Very Poor (Sangat Jelek) berdasarkan ratting kondisi perkerasan Pavement Condition Index

    (PCI).

    Kata Kunci: Jenis dan Tingkat Kerusakan Jalan, Pavement Condition Index (PCI).

    I. PENDAHULUAN

    Kerusakan jalan yang terjadi di Kota

    Dumai merupakan salah satu permasalahan

    yang tak kunjung hentinya sehingga

    mengalami kerugian bagi para pengguna

    jalan. Kerusakan jalan juga mengakibatkan

    terjadinya kecelakaan, kemacetan dan tidak

    ketidaknyamanan bagi pengguna jalan.

    Secara umum penyebab kerusakan jalan ada

    berbagai sebab yakni karena perencanaan

    perkerasan, perencanaan campuran,

    pemilihan bahan yang kurang baik dan beban

    lalu lintas yang berlebihan (over load), serta

    mutu jalan yang tidak sesuai dengan

    perencanaan. Perbaikan yang dilakukan

    dengan cara menambal atau menutupnya

    tanpa dilakukannya suatu penelitian tidak

    mendapatkan hasil yang maksimal.

    Lapisan pekerasan jalan akan mengalami

    penurunan tingkat pelayanan. Menurut

    tingkat pelayanan jalan ditandai dengan

    adanya kerusakan pada lapisan perkerasan

    jalan, kerusakan yang terjadi juga bervariasi

    pada setiap segmen di sepanjang jalan dan

    apabila dibiarkan dalam jangka waktu yang

    lama, maka akan dapat memperburuk kondisi

    lapisan pekerasan sehingga dapat

    mempengaruhi keamanan, kenyamanan dan

    kelancaran dalam berlalu lintas. Metode

    Pavement Condition Index merupakan salah

    satu cara untuk mengetahui kondisi

    kerusakan jalan, metode ini salah satu solusi

    untuk menyelesaikan dan mencari cara

    perbaikan pada permasalahan kerusakan

    jalan.

    Pemeliharaan jalan adalah kegiatan

    mempertahankan, memperbaiki, menambah

    ataupun mengganti bangunan fisik yang telah

    ada agar fungsinya tetap dapat dipertahankan

    untuk waktu yang lama. Pemeliharaan jalan

    merupakan satu upaya untuk menjaga agar

    jalan tetap dalam keadaan kokoh dan aman,

    sehingga memberikan keamanan bagi

    pengemudi yang menggunakan jalan dan

    dapat memberikan kondisi pelayanan

    terhadap transportasi yang dapat diandalkan.

  • Prosiding Seminar Nasional Industri dan Teknologi, 26 Desember 2012 hlmn 65-70

    66

    Lapis Pondasi (base)

    Lapis Pondasi Bawah (subbase)

    Tanah Dasar (subgrade)

    II. LANDASAN TEORI

    Sukirman (1999) menjelaskan bahwa

    kinerja perkerasan merupakan kondisi

    perkerasan yang dapat memberikan

    pelayanan kepada pemakai jalan selama

    kurun waktu perencanaan tertentu. Lebih

    lanjut Sukirman (1999) mendefinisikan

    kinerja pelaksanaan menjadi 3 (tiga) bagian

    yaitu:

    a. Keamanan yang ditentukan oleh besarnya gesekan akibat adanya kontak

    antara ban dan permukaan jalan.

    b. Struktur pelayanan, yang berhubungan dengan kondisi fisik dari jalan yang

    dipengaruhui oleh beban lalu lintas dan

    lingkungan.

    c. Fungsi pelayanan, yang berhubungan dengan bagaimana perkerasan tersebut

    memberikan pelayanan kepada pengguna

    jalan.

    2.1. Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan

    Perkerasan jalan adalah campuran antara

    agregat dan bahan ikat yang digunakan

    melayani beban lalu lintas. Agregat yang

    dipakai antara lain adalah batu pecah, batu

    belah, batu kali dan hasil samping peleburan

    baja, sedangkan bahan ikat yang dipakai

    adalah aspal dan semen.

    2.2. Konstruksi Perkerasan Lentur

    Konstruksi perkerasan lentur (flexible

    pavement) adalah perkerasan yang

    menggunakan aspal sebagai bahan pengikat

    dan lapisan-lapisan perkerasannya bersifat

    memikul dan menyebarkan beban lalu lintas

    ke tanah dasar.

    Konstruksi perkerasan lentur terdiri

    atas lapisan-lapisan yang diletakkan diatas

    tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-

    lapisan tersebut berfungsi untuk menerima

    beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan

    yang ada dibawahnya, sehingga beban yang

    diterima oleh tanah dasar kecil dari beban

    yang diterima oleh lapisan permukaan dan

    lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.

    Bagian-bagian konstruksi perkerasan lentur

    dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini:

    Gambar 1. Lapisan Konstruksi Perkerasan Lentur

    (Sumber: Yoder dan Witczak, 1975)

    2.3. Sifat Perkerasan Lentur Aspal yang dipergunakan pada

    konstruksi perkerasan jalan berfungsi

    sebagai, (Manurung., 2010):

    a. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat

    dan antara aspal itu sendiri.

    b. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang

    ada dari agregat itu sendiri.

    Dengan demikian, aspal haruslah

    memiliki daya tahan (tidak cepat rapuh)

    terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan

    kohesi yang baik dan memberikan sifat

    elastis yang baik.

    a. Daya tahan (durability) Daya tahan aspal adalah kemampuan

    aspal mempertahankan sifat asalnya akibat

    pengaruh cuaca selama masa pelayanan

    jalan. Sifat ini merupakan sifat dari campuran

    aspal, jadi tergantung dari sifat agregat,

    campuran dengan aspal, faktor pelaksanaan

    dan sebagainya.

    b. Adhesi dan Kohesi Adhesi adalah kemampuan aspal untuk

    mengikat agregat sehingga dihasilkan ikatan

    yang baik antara agregat dengan aspal.

    Kohesi adalah kemampuan aspal untuk tetap

    mempertahankan agregat tetap ditempatnya

    setelah terjadi pengikatan.

  • Prosiding Seminar Nasional Industri dan Teknologi, 26 Desember 2012 hlmn 65-70

    67

    c. Kepekaan terhadap temperatur Aspal adalah material yang termoplastis,

    berarti akan menjadi keras atau lebih kental

    jika temperatur berkurang dan akan lunak

    atau lebih cair jika temperatur bertambah.

    Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap

    perubahan temperatur. Kepekaan terhadap

    temperatur dari setiap hasil produksi aspal

    berbeda-beda tergantung dari asalnya

    walaupun aspal tersebut mempunyai jenis

    yang sama.

    d. Kekerasan aspal Aspal pada proses pencampuran

    dipanaskan dan dicampur dengan agregat

    sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal

    panas disiramkan ke permukaan agregat yang

    telah disiapkan pada proses peleburan. Pada

    waktu proses pelaksanaan, terjadi oksidasi

    yang menyebabkan aspal menjadi getas

    (viskositas bertambah tinggi). Peristiwa

    perapuhan terus berlangsung setelah masa

    pelaksanaan selesai. Jadi selama masa

    pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan

    polimerisasi yang besarnya dipengaruhi juga

    oleh ketebalan aspal yang menyelimuti

    agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin

    besar tingkat kerapuhan yang terjadi.

    2.4. Jenis Kerusakan Perkerasan Lentur

    Menurut Shahin (1994), jenis dan tingkat

    kerusakan perkerasan untuk jalan raya ada 19

    kerusakan yaitu: Retak Kulit Buaya

    (Alligator cracking), Kegemukan, Retak

    blok, Kriting, Amblas (Depression), Cacat

    tepi perkerasan, Retak refleksi, Penurunan

    pada bahu jalan, Retak memanjang dan

    melintang, Tambalan dan Tambalan Galian

    Utilitas (Patching and Utility Cut Patching),

    Agergat licin, Lubang (Potholes), Perlintasan

    jalan rel, Alur, Sungkur (Shoving), Retak

    bulan sabit, Mengembang, Pelepasan Butir

    (Weathering/Raveling).

    2.5. Tingkat Kerusakan (Severity Level)

    Severity Level adalah tingkat kerusakan

    pada tiap-tiap jenis kerusakan. Tingkat

    kerusakan yang digunakan dalam

    perhitungan PCI adalah low severity level

    (L), medium severity level (M), dan high

    severity level (H).

    Pavement condition index (PCI) adalah

    salah satu sistem penilaian kondisi

    perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat

    kerusakan yang terjadi dan dapat digunakan

    sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan.

    (Hadiyatmo, 2007). Nilai PCI ini memiliki

    rentang 0 100 dengan kriteria sempurna (excellent), sangat baik (very good), baik

    (good), sedang (fair), jelek (poor), sangat

    jelek (very poor), dan gagal (failed). Adapun

    penilaian kondisi kerusakan dengan

    menggunakan metode Pavement Condition

    Index yaitu dengan meneliti:

    Gambar 2. Kualifikasi Kualitas Perkerasan Menurut

    nilai PCI.

    2.5.1. Density (Kadar Kerusakan)

    Density atau kadar kerusakan persentase

    luasan dari suatu jenis kerusakan terhadap

    luasan suatu unit segmen yang diukur meter

    persegi atau meter panjang. Nilai density

    suatu jenis kerusakan dibedakan juga

    berdasarkan tingkat kerusakannya.

    Rumus mencari nilai density:

  • Prosiding Seminar Nasional Industri dan Teknologi, 26 Desember 2012 hlmn 65-70

    68

    Density = x 100% (1)

    Atau

    Density = x 100% (2)

    Dengan:

    Ad : Luas total jenis kerusakan untuk tiap

    tingkat kerusakan (m2).

    Ld : Panjang total jenis kerusakan untuk tiap

    tingkat kerusakan (m).

    As : Luas total unit segmen (m2).

    2.5.2. Deduct Value (Nilai Pengurangan)

    Deduct value adalah nilai pengurangan

    untuk tiap jenis kerusakan yang diperoleh

    dari kurva hubungan antara density dan

    deduct value. Deduct value juga dibedakan

    atas tingkat kerusakan untuk tiap-tiap jenis

    kerusakan. Beberapa grafik menurut jenis

    kerusakan nya:

    Gambar 3. Retak Kulit Buaya (alligator cracking)

    Gambar 4. Amblas (depression)

    Gambar 5. Lubang (potholes).

    Gambar 6. Grafik Deduct Value Alur

    2.5.3. Mencari Nilai q (Quality)

    Nilai q didapat dari deduct value yang

    nilainya lebih dari syarat. Syarat untuk

    mencari nilai q adalah deduct value lebih

    besar dari 2 dengan menggunakan interasi.

    Nilai deduct value diurutkan dari yang besar

    sampai kecil. Nilai pengurang total atau total

    deduct value (TDV) adalah jumlah total dari

    nilai-nilai pengurang (deduct value) pada

    masing-masing sampel unit.

    Sebelumnya dilakukan pengecekan nilai

    deduct value dengan persamaan.

    Mi = 1 + (9/98)*(100-HDVi) (3)

    Dengan:

    Mi : Nilai koreksi untuk deduct value

    HDVi : Nilai terbesar deduct value dalam

    satu sampel unit

    Jika semua nilai deduct value lebih

    besar dari nilai Mi maka dilakukan

    pengurangan, tetapi jika semua nilai deduct

    value lebih kecil dari nilai Mi maka tidak

  • Prosiding Seminar Nasional Industri dan Teknologi, 26 Desember 2012 hlmn 65-70

    69

    dilakukan pengurangan terhadap nilai deduct

    value tersebut.

    2.5.4. Total Deduct Value (TDV)

    Total deduct value (TDV) adalah nilai

    total dari individual deduct value untuk tiap

    jenis kerusakan dan tingkat kerusakan yang

    ada pada suatu unit penelitian.

    2.5.5. Corrected Deduct Value (CDV)

    Corrected Deduct Value (CDV) adalah

    diperoleh dari kurva hubungan antara nilai

    TDV dengan nilai CDV dengan pemilihan

    lengkung kurva sesuai dengan jumlah nilai

    individual deduct value yang mempunyai

    nilai lebih besar dari 2 (dua).

    Gambar 7. Corrected Deduct Value.

    2.5.6. Klaisifikasi Kualitas Perkerasan

    Jika nilai CDV telah diketahui, maka

    nilai PCI untuk tiap unit dapat diketahui

    dengan rumus:

    PCI(S) = 100 CDV (4)

    Dengan:

    PCI(S) : pavement condition index untuk tiap

    unit.

    CDV : Corrected Deduct Value untuk tiap

    unit.

    Untuk nilai PCI secara keseluruhan:

    PCI = (5)

    Dengan:

    PCI : Nilai PCI perkerasan keseluruhan.

    PCI(s) : Pavement condition index untuk tiap

    unit.

    N : Jumlah unit.

    III. METODE PENELITIAN

    Obyek yang diambil pada Penelitian

    Tugas Akhir ini adalah Jalan.

    Lokasi Penelitian pada Tugas Akhir ini

    adalah di Kotamadya Dumai jalan Soekarno

    Hatta.

    Gambar 8. Jalan Soekarno Hatta (Dumai)

    (Sumber: Google MapiT)

    Bagan Alir atau Flowchart Pelaksanaan

    Penelitian

    Gambar 9. Bagan Alir

    Lokasi Penelitian

    Jalan Soekarno Hatta

    Sta 05+000 10+000

  • Prosiding Seminar Nasional Industri dan Teknologi, 26 Desember 2012 hlmn 65-70

    70

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Adapun nilai Pavement Condition

    Index (PCI) yang didapat dari analisis data

    pada jalan Soekarno Hatta (Sta 05+000-

    10+000) yaitu 24,07 dengan kondisi Very

    Poor (Sangat Jelek).

    Dari hasil survei yang dilakukan di

    jalan Soekarno Hatta (Sta 05+000-10+000),

    sebagian besar jenis kerusakan jalan tersebut

    adalah Alur (Rutting) dan kerusakan lainnya

    yaitu: Retak Kulit Buaya (alligator

    cracking), Amblas dan Lubang.

    V. KESIMPULAN

    Adapun kesimpulan yang penulis ambil

    dari penelitian ini yaitu:

    a. Luas kerusakan pada jalan Soekarno Hatta Dumai dengan luas total 4580,04

    m2 dengan jenis kerusakan yang

    didominasi oleh jenis kerusakan alur

    sebanyak 97,18% dengan tingkat

    kerusakan pada jalan Soekarno Hatta ini

    yaitu Very Poor (sangat jelek) dengan

    nilai PCI total 24,07.

    b. Pemeliharaan sebagian besar pada ruas jalan Soekarno Hatta (Sta 05+000 10+000) dilakukannya Penambalan,

    karena Penambalan cocok untuk jenis

    kerusakan seperti: Alur, Retak kulit

    buaya, Amblas dan Lubang.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1]. Departemen Pekerjaan Umum., 2008,

    Kajian dan Monitoring Hasil Uji skala

    Penuh Recycling, Asbuton, Campuran

    Beraspal Panas, Tailing, Penanganan

    Tanah Lunak Ruas Caruban Ngawai Bidang Jalan. Departemen PU,

    Bandung.

    [2]. Departemen Pekerjaan Umum., 1992,

    Petunjuk Praktis Pemeliharaan Rutin

    Jalan Upr. 02.1 Pemeliharaan Rutin

    Perkerasan Jalan, Direktorat Jenderal

    Bina Marga, Jakarta, Indonesia.

    [3]. Devianti, N., 2011, Evaluasi Jenis dan

    Tingkat Kerusakan Jalan Dengan

    Menggunakan Metode Pavement

    Condition Index (PCI), Skripsi STT,

    Dumai.

    [4]. Hadiyatmo, C., H, 2007, Pemeliharaan

    Jalan Raya, UGM, Yogyakarta.

    [5]. Kurniawan, A., 2010, Penilaian

    Perkerasan Jalan Dengan Metode

    Pavement Condition Index (Studi

    kasus: Jalan Lubuk Alung Kurai Taji).

    [6]. Manurung, A., M., 2010. Evaluasi

    Tingkat Kerusakan Jalan Sebagai Dasar

    Penentuan Perbaikan Jalan. Skripsi

    Universitas Sumatra Utara, Medan.

    [7]. Sukirman, S., 1999, Perkerasan Lentur

    Jalan Raya, Badan Penerbit Nova,

    Bandung.

    [8]. Suwandi, A., Sartono, W., Christady,

    H., 2008, Evaluasi Tingkat Kerusakan

    Jalan Dengan Metode Pavement

    Condition Index (PCI) untuk

    Menunjang Pengambilan Keputusan,

    Forum Teknik Sipil No. XVIII,

    Yogyakarta, Indonesia.

    [9]. Wijaya, Y., 2009. Evaluasi Tingkat

    Kerusakan Permukaan Perkerasan

    Jalan dengan Metode Pavement

    Condition Index (PCl) dan Cara

    Perbaikannya (Studi kasus: Jalan

    Parangtritis, Kab. Bantul Yogyakarta),

    UGM, Yogyakarta.

    [10]. Yoder, E.J. and Witzcak, M.W., 1975,

    Principles of Pavement Design,

    2Edition, John Willey & Son, Inc. New

    York.