evaluasi dan usulan perbaikan sistem drainase...

12
EVALUASI DAN USULAN PERBAIKAN SISTEM DRAINASE JALAN RYACUDU KELURAHAN KORPRI RAYA KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDAR LAMPUNG Andre Atmadestra 1 , Prof. Dr. Ir. Sri Legowo 2 , Dr. Ir. Endang Setiawati, M.T. 3 1 Mahasiswa Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sumatera 2 Dosen Teknik Sipil, Insitut Teknologi Bandung 3 Dosen Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sumatera Email: [email protected] Abstrak: Korpri Raya merupakan kawasan pemukiman relatif padat penduduk di Kecamatan Sukarame. Kurang optimalnya saluran drainase di kawasan tersebut menyebabkan beberapa titik khususnya dijalan Ryacudu terdapat genangan jika terjadi hujan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi saluran drainase, mengevaluasi saluran drainase dan memberikan usulan perbaikan pada saluran drainase di jalan Ryacudu. Analisis hidrologi menggunakan data curah hujan selama 10 tahun terakhir dan menggunakan distribusi Log Pearson III dengan kala ulang 2, 5, 10, dan 25 tahun. Intensitas hujan menggunakan persamaan Mononobe. Saluran drainase mengalami luapan dibeberapa saluran. Diperlukan usulan perbaikan normalisasi dan perencanaan ulang saluran drainase. Normalisasi saja tidak bisa mengatasi luapan perlunya perencanaan ulang. Didapat dimensi saluran pada kanan jalan dengan lebar 0,92, kedalaman 1,07 m dan kiri jalan dengan lebar 0,95 m, kedalaman 1,10 m. Kata Kunci : Korpri Raya, Genangan, Drainase, Curah Hujan, Normalisasi Abstract : Korpri Raya is a relatively densely populated residential area in Sukarame District. The less than optimal drainage channels in the area cause some spots, especially on the Ryacudu road, to have puddles when it rains. The purpose of this study is to identify drainage channels, evaluate drainage channels and provide suggestions for improvements to the drainage channels on Jalan Ryacudu. Hydrological analysis uses rainfall data for the last 10 years and uses the Log Pearson III distribution with return times of 2, 5, 10, and 25 years. Rain intensity uses the Mononobe equation. Drainage channels overflow in several channels. It is necessary to recommend repair of normalization and redesign of drainage channels. Normalization alone cannot overcome the need for re-planning. There is a channel dimension on the right of the road with a width of 0.92, a depth of 1.07 m and a left of the road with a width of 0.95 m, a depth of 1.10 m. Keywords: Korpri Raya, Puddle, Drainage, Rainfall, Normalization

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • EVALUASI DAN USULAN PERBAIKAN SISTEM DRAINASE JALAN RYACUDU

    KELURAHAN KORPRI RAYA KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDAR

    LAMPUNG

    Andre Atmadestra1, Prof. Dr. Ir. Sri Legowo

    2, Dr. Ir. Endang Setiawati, M.T.

    3

    1Mahasiswa Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sumatera

    2Dosen Teknik Sipil, Insitut Teknologi Bandung

    3Dosen Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sumatera

    Email: [email protected]

    Abstrak: Korpri Raya merupakan kawasan pemukiman relatif padat penduduk di Kecamatan Sukarame. Kurang

    optimalnya saluran drainase di kawasan tersebut menyebabkan beberapa titik khususnya dijalan Ryacudu terdapat

    genangan jika terjadi hujan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi saluran drainase, mengevaluasi

    saluran drainase dan memberikan usulan perbaikan pada saluran drainase di jalan Ryacudu. Analisis hidrologi

    menggunakan data curah hujan selama 10 tahun terakhir dan menggunakan distribusi Log Pearson III dengan kala

    ulang 2, 5, 10, dan 25 tahun. Intensitas hujan menggunakan persamaan Mononobe. Saluran drainase mengalami

    luapan dibeberapa saluran. Diperlukan usulan perbaikan normalisasi dan perencanaan ulang saluran drainase.

    Normalisasi saja tidak bisa mengatasi luapan perlunya perencanaan ulang. Didapat dimensi saluran pada kanan jalan

    dengan lebar 0,92, kedalaman 1,07 m dan kiri jalan dengan lebar 0,95 m, kedalaman 1,10 m.

    Kata Kunci : Korpri Raya, Genangan, Drainase, Curah Hujan, Normalisasi

    Abstract : Korpri Raya is a relatively densely populated residential area in Sukarame District. The less than

    optimal drainage channels in the area cause some spots, especially on the Ryacudu road, to have puddles when it

    rains. The purpose of this study is to identify drainage channels, evaluate drainage channels and provide

    suggestions for improvements to the drainage channels on Jalan Ryacudu. Hydrological analysis uses rainfall data

    for the last 10 years and uses the Log Pearson III distribution with return times of 2, 5, 10, and 25 years. Rain

    intensity uses the Mononobe equation. Drainage channels overflow in several channels. It is necessary to

    recommend repair of normalization and redesign of drainage channels. Normalization alone cannot overcome the

    need for re-planning. There is a channel dimension on the right of the road with a width of 0.92, a depth of 1.07 m

    and a left of the road with a width of 0.95 m, a depth of 1.10 m.

    Keywords: Korpri Raya, Puddle, Drainage, Rainfall, Normalization

  • PENDAHULUAN

    Pertumbuhan kota yang meningkat menyebabkan

    padatnya pemukiman dimana lahan terbuka hijau di

    area pemukiman yang awalnya merupakan daerah

    resapan air sekarang tidak dapat lagi menampung

    dan meresapkan air hujan. Sehingga aliran air

    hujan mengalir kedaerah yang lebih rendah dan

    masuk saluran eksisting sebagai air permukaan

    (run off). Berkurangnya lahan terbuka hijau

    menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan.

    Dampak yang ditimbulkan adalah kelebihan air

    ketika hujan berupa genangan air (Simanjuntak,

    2009).

    Aliran air hujan yang jatuh di pemukiman

    menimbulkan dampak yang berpengaruh pada

    lingkungan yang ada yaitu timbulnya banjir dan

    genangan. Hal ini dikarenakan debit air hujan yang

    mengalir lebih besar dari kapasitas eksisting

    sehingga tidak dapat ditampung saluran eksisting

    yang ada. (Simanjuntak, 2009).

    Jalan Ryacudu berada di kelurahan Korpri Raya

    merupakan kawasan yang cukup berkembang.

    Dapat dilihat banyaknya fasilitas disekitar daerah

    tersebut seperti sekolah, universitas, rumah kos,

    rumah makan, tempat rekreasi, bahkan daerah

    tesebut merupakan salah satu jalur utama menuju

    pintu Tol Kota Baru. Kurang optimalnya saluran

    drainase di kawasan tersebut menyebabkan

    beberapa titik khususnya di Jalan Ryacudu terdapat

    genangan akibat hujan deras yang turun pada

    kawasan tersebut. Hal ini diakibatkan karena

    saluran yang tertutup oleh sedimen, sampah dan

    bangunan sehingga tidak mampu menampung air

    hujan. (Febri, 2020).

    Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan

    tersebut diperlukan suatu kajian untuk

    mengevaluasi saluran eksisting drainase yang ada.

    Penelitian ini akan melakukan evaluasi drainase

    dengan metode Gumbel dan Log Pearson III agar

    sistem drainase di Jalan Ryacudu menjadi zero run

    off. Dari hasil evaluasi dapat dilihat apakah saluran

    drainse perlu dilakukan perbaikan atau hanya

    dilakukan normalisasi saja. Jika normalisasi tidak

    mengatasi masalah yang ada perlunya perbaikan

    sesuai dengan PERMEN PU RI No 12 Tahun 2014

    pasal 27 ayat 5.

    Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi

    eksisting saluran drainase Jalan Ryacudu,

    mengevaluasi saluran drainase serta memberikan

    usulan perbaikan saluran drainase.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Banjir muncul dari aliran yang mengalir melalui

    sungai atau menjadi genangan. Sedangkan

    limpasan adalah aliran yang mengalir pada

    permukaan tanah yang ditimbulkan akibat curah

    hujan setelah mengalami infiltrasi (Hadisusanto,

    2010). Menurut Suripin (2004) banjir adalah suatu

    kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam

    saluran pembuang. Menurut Kodoatie, dan

    Sugiyanto (2002) penyebab banjir biasanya

    diakibat oleh curah hujan yang tinggi, pengaruh

    akibat erosi dan sedimentasi, kapasitas drainase

    tidak memadai sehingga tidak bisa menampung air

    hujan.

    Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

    Nomor 12/PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan

    Sistem Drainase Perkotaan, drainase adalah

    prasarana yang berfungsi untuk mengalirkan air

    yang berlebih dari suatu kawasan ke badan air

    penerima. Menurut Hasmar (2011) drainase adalah

    ilmu yang mempelajari mengalirkan air dalam

    suatu konteks pemanfaatan tertentu. Drainase

    merupakan prasarana berfungsi mengalirkan air

    permukaan ke badan air atau ke bangunan resapan

    buatan (Nuryanto, 2017). Drainase juga

    didefisinikan upaya mengontrol kualitas air tanah.

    Kegunaannya mengalirkan air agar tidak terjadi

    genangan.

    Sistem drainase di Indonesia mengacu pada

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik

    Indonesia Nomor 12/PRT/M/2014. Dalam

    peraturan tersebut berisikan bahwa perlu dibuat

    suatu sistem pengeringan dan pengaliran air yang

    baik dengan mengalirkan air berasal dari air hujan

    agar tidak terjadi genangan yang berlebihan.

    Sebelum membuat rancangan sistem drainase yang

    baru diperlukan evaluasi untuk memutuskan

    menyusun rancangan yang baru. Bertujuan agar

    rancangan yang baru tidak mengalami kegagalan

    dalam hal perencanaan. Sistem drainase secara

    teknis meliputi mengarahkan run off permukaan

    semaksimal mungkin, membatasi kecepatan aliran

    dalam sistem drainase. Lalu mengusahakan

    pematusan air tanah lereng agar tidak menimbulkan

    pori berlebih.

    Hidrologi sendiri merupakan ilmu yang

    mempelajari kejadian distribusi air secara alami di

    bumi. Unsur didalam analisis hidrologi terdapat

    curah hujan, oleh karena itu data curah hujan

    merupakan data utaman untuk menentukan debit

    limpasan maupun intensitas hujan. Metode dalam

    menganalisis curah hujan terdapat beberapa metode

    seperti metode gumbel ataupun metode log pearson

    III.

    Berdasarkan Kamiana (2010) Analisis ini bertujuan

    mencari hubungan antara besarnya kejadian

    ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan

    menggunakan distribusi probabilitas. Digunakan

    beberapa metode dalam analisis curah hujan

    maksimum. Dalam analisis perlu juga dicari

    beberapa hal sebagai berikut:

  • 1. Standar deviasi (S) Besar perbedaan dari nilai sampel terhadap

    nilai rata-rata.

    S = √∑ ̅

    (1)

    dengan:

    S = standar deviasi

    Ri = nilai varian ke i (mm/hari)

    ̅ = nilai rata-rata varian (mm/hari) n = jumlah data

    2. Koefisien kemencengan (Cs) Suatu nilai menunjukan derajat

    ketidaksimetrisan.

    Cs = ∑ ̅

    (2)

    dengan:

    Cs = koefisien kemencengan

    Ri = nilai varian ke i (mm)

    n = jumlah data

    S = standar deviasi

    3. Koefisien kurtosis (Ck) Untuk mengukur keruncingan dari bentuk

    kurva distribusi.

    Ck =

    ∑ ̅

    (3)

    dengan:

    Ck = koefisien kurtosis

    Ri = nilai varian ke i (mm/hari)

    ̅ = nilai rata-rata varian (mm/hari) n = jumlah data

    Menurut Kamiana (2010) untuk menghitung

    analisis ini dapat menggunakan beberapa metode

    yaitu sebagai berikut:

    1. Distribusi Log Pearson III Metode ini menggunakan rumus:

    log RT = log ( ̅) +KxS (4) dengan:

    RT = curah hujan periode ulang (mm/hari)

    ̅ = nilai hujan maksimum rata-rata (mm/hari) S = simpangan baku

    Kx = faktor frekuensi

    2. Distribusi Gumbel Metode ini dipengaruhi oleh banyak variable

    yaitu reduced variable. Reduced mean, reduced

    standar deviasi. Hubungan N dan Yn/Sn dan

    hubungan periode ulang dan Yt disajikan dalam

    Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3. Berikut rumus

    untuk mengghitung dalam metode Gumbel:

    RT = ̅ +

    (5)

    dengan:

    RT = curah hujan periode ulang (mm),

    ̅ = nilai hujan maksimum rata-rata (mm), S = simpangan baku,

    Yt = reduced variable,

    Yn = reduced ,

    Sn = Reduced standar deviasi

    Tabel 1 Hubungan N dengan Yn

    Sumber: Suripin, 2004.

    Tabel 2 Hubungan N dengan Yn

    Sumber: Suripin, 2004.

    Tabel 3Rwduced Variate (Yt)

    Sumber: SNO-03-34240-1994

    Besarnya curah hujan maksimum dalam suatu

    desain disebut juga intensitas curah hujan

    (Sosrodarsono dan Takeda, 1987). Intensitas hujan

    digunakan untuk mengetahui debit rencana hujan

    yang akan digunakan. Untuk menghitung dapat

    digunakan beberapa metode sebagai berikut:

    1. Metode Monobe Untuk mendapat intesitas digunakan rumus:

    (6)

    dimana:

    I = intensitas hujan (mm/jam)

    R24= curah hujan harian maksimum (mm/24

    T = periode ulang hujan

    Perhitungan debit limpasan dilakukan untuk

    mengetahui debit rencana yang akan datang. Nilai

    debit berdasarkan PUH yang akan digunakan.

    Perhitungan debit menggunakkan rumus metode

    rasional. Rumus rasional yang digunakan adalah:

    Q = C. I. A (7)

    dimana:

    Q = debit puncak limpasan (m3/det)

    C = angka pengaliran

    A = luas daerah pengaliran

    I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

  • Tabel 4 Nilai Koefisien Limpasan

    Sumber: Urban Drainage Guidelines and Technical Design

    Standards, Dep. PU Jakarta November 1994.

    Metode Penelitian

    A. Lokasi Studi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Jalan Ryacudu

    Kelurahan Korpri Raya ,Kecamatan Sukarame,

    Kota Bandar Lampung. Pemilihan lokasi studi di

    kawasan tersebut karena kawasan tersebut memiliki

    pertumbuhan penduduk yang pesat. Seiring dengan

    pertumbuhan kawasan yang padat penduduk harus

    diiringi oleh pembangunan sarana dan prasarana

    yang baik seperti drainase. Drainase di kawasan

    tersebut masih berfungsi secara optimal untuk

    mengatasi curah hujan yang cukup tinggi sehingga

    masih perlunya perbaikan agar drainase di kawasan

    tersebut akan berfungsi lebih optimal untuk

    kedepannya.

    B. Kerangka Perencanaan

    Kerangka perencanaan terdapat pada diagram alir

    perencanaan disajikan pada Gambar 1 dibawah

    ini.

    Gambar 1 Langkah langkah Perencanaan

    1. Kajian Pustaka

    Kajian pustaka berfungsi untuk menunjang dalam

    penulisan Tugas Akhir. Kajian pustaka pada Tugas

    Akhir ini meliputi drainase, analisis hidrologi,

    analisis hidrolika, aspek lingkungan, aspek struktur

    dan lainnya. Pustaka yang diperoleh dari

    pengumpulan pustaka berupa buku, jurnal, dan

    perencanaan terdahulu.

    2. Pengumpulan Data

    Dalam menunjang perencanaan diperlukan

    pengumpulan data terlebih dahulu untuk

    menyelesaikan suatu masalah didasari oleh teori

    yang valid. Dalam perencanaan dibutuhkan

    beberapa data seperti data primer dan data

    sekunder.

    a. Pengumpulan Data Primer Data yang diperolah dengan cara survei

    langsung di lapangan. Data primer yang

    digunakan adalah data dokumentasi, titik

    genangan atau drainase yang bermasalah dan

    eksisting penampang drainase.

    b. Pengumpulan Data Sekunder Data yang diperlukan dari kajian pustaka dan

    mencari data dari lembaga yang terkait. Pada

    perencanaan data-data sekunder yang

    diperlukan adalah sebagai berikut:

    1) Data curah hujan yang diperoleh dari BBWS Way Sekampung 10 tahun terakhir

    dari tahun 2010 sampai 2019 dengan 3

    stasiun hujan yaitu:

    Stasiun PH.001 Teluk Betung Utara

    Stasiun PH 003 Sukabumi

    Stasiun PH 004 Sumur Putri 2) Peta tata guna lahan berfungsi untuk melihat

    guna lahan kawasan yang akan

    mempengaruhi koefisien dan besarnya debit

    limpasan.

    3. Analisis Hidrologi

    a. Analisis data hujan Data curah hujan yang sudah ada diolah untuk

    mencari pengaruh stasiun hujan terhadap daerah

    lokasi studi dengan metode aritmatika karena

    cocok digunakan untuk stasiun yang tidak

    diketui koordinatnya.

    b. Analisis curah hujan harian maksimum Analisis dilakukan dengan menggunakan

    distribusi Gumbel dan Log Perason III.

    Digunakan distribusi Gumbel karena pada

    penelitian terdahulu banyak yang hasil

    analisisnya menggunakan distribusi Gumbel

    dan Log Pearson III dibandingkan dengan

    distribusi yang lainnya.. Cara untuk memilih

    dsitribusi menggunanakan nilai Ck dan Cs.

    Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai dari

  • teoritis sehingga yang mana sesuai dengan

    syarat.

    c. Uji kesuaian distribusi Untuk uji kesesuian dilakukan perhitungan

    dengan uji chi kuadrat. Hasil analisis

    dibandingkan dengan nilai chi kuadrat teoritis.

    Xh2 = ∑

    (8)

    Dengan:

    Xh2 = Parameter chi kuadrat terhitung

    Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub

    kelompok

    Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok

    d. Analisis intensitas hujan Untuk menghitung intensitas hujan digunakan

    persamaan Mononobe. Dipilih persamaan

    Mononobe karena cocok untuk wilayah di

    Indonesia dan data curah hujan yang didapat

    hanya ada curah hujan harian saja.

    4. Analisis Hidrolika

    Perhitungan kapasitas eksisting dilakukan untuk

    mengetahui berapa daya tampung saluran yang ada

    dilapangan. Hasil perhitungan kapasitas eksisting

    nantinya akan di bandingkan dengan debit

    limpasan.

    5. Evaluasi Kondisi Eksisting

    Evaluasi kondisi eksisting dilakukan dengan

    membandingan hasil perhitungan debit eksisting

    dan debit limpasan air hujan. Kedua nilai tersebut

    dibandingkan untuk mendapatkan hasil apakah

    eksisting masih baik untuk digunakan. Dan juga

    untuk mengavaluasi apakah saluran masih bisa

    untuk dinormalisasi atau membutuhkan perbaikan.

    6. Perencanaan Usulan Perbaikan Sistem Drainase

    a. Perencanaan Teknis: 1) Penentuan usulan yang digunakan

    Dari hasil evaluasi yang sudah didapatkan

    hasil bahwa drainase bisa dinormalisasi atau

    diperlukan perbaikan. Jika diperlukan

    perbaikan maka dibuat usulan perbaikan

    yang mampu untuk mengatasi permasalahan

    drainase dikawasan tersebut.

    2) Usulan rancangan perbaikan dan perhitungan dimensi .

    Setelah mentukan usalan apa yang

    digunakan, dilanjutkan dengan mengerjakan

    perhitungan dimensi yang akan digunakan.

    Perhitungan dilakukan jika drainase

    membutuhkan perbaikan.

    3) Desain dan detail gambar Setelah dapat dimensi dari hasil perhitungan

    lalu membuat gambar dan detail gambar.

    Desain gambar yang akan dibuat sesuai

    dengan hasil perhitungan sebelumnya.

    Desain dibuat menggunakan aplikasi

    Autocad versi 2019.

    b. Perhitungan BOQ dan RAB Setelah desain gambar selesai, selanjutnya

    membuat estimasi biaya untuk rancangan

    tersebut dalam bentuk Bill Of Quantity (BOQ)

    dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB). BOQ

    dan RAB berisikan deskripsikan pekerjaan,

    kuantitas unit dan harga satuan pekerjaan.

    Hasil dan Pembahasan

    A. Identifikasi Kondisi Eksisting

    Berdasarkan hasil identifikasi yang diperoleh

    secara langsung dari hasil observasi didapatkan

    data eksisting saluran drainase jalan Ryacudu

    didapatkan bahwa saluran memiliki ukuran yang

    berbeda dan memiliki jenis penampang yang

    berbeda. Data eksisting bisa dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5 Data Eksisting Saluran Drainase

    Dari data didapatkan bahwa adanya saluran yang

    tertutup sampah ataupun sedimen yang cukup

    banyak. Akibat dari hal ini menyebabkan air hujan

    yang melimpah dari saluran drainase tersebut.

    Selain itu ada adanya pedagang kaki lima yang

    berjualan di atas saluran drainase. Hal ini

    menyebabkan saluran drainase tertutup dan

    menyebabkan air susah untuk mengalir menuju

    saluran yang ada.

    B. Analisis Hidrologi

    1. Analisis Data Curah Hujan

    Analisis hidrologi dilakukan dengan periode

    pengamatan selama 10 tahun mulai dari tahun 2010

    sampai tahun 2019. Data yang diperoleh berasal

    dari BBWS Way Sekampung. Untuk data curah

    hujan maksimum setiap tahun yang digunakan

    dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:

  • Tabel 6 Data Curah Hujan Maksimum

    2. Probabilitas Hujan

    a. Rata-rata ( ̅) Hasil perhitungan rata-rata setiap tahun

    disajikan pada Tabel 7 dibawah ini . Contoh

    perhitungan besar nilai rata-rata stasiun hujan

    Teluk Betung Utara yaitu:

    ̅ = ∑

    ̅ =

    = 112,98

    b. Standar Deviasi (S) Setiap stasiun hujan dicari nilai standar deviasi

    dan hasil perhitungan setiap stasiun hujan

    dapat dilihat pada Tabel 7.

    Tabel 7 Nilai Besaran Statistik

    3. Analisis Curah Hujan Maksimum

    Dalam perhitungan curah hujan harian maksimum

    dilakukan dengan 2 metode yaitu metode Gumbel

    dan metode Log Pearson Type III.

    1. Distribusi Gumbel Contoh perhitungan besarnya curah hujan

    dengan PUH 2 tahun adalah:

    RT = ̅ +

    (Yt – Yn)

    RT = 112,98 +

    (0,3365 – 0,4952)

    RT =111,11

    Koefisien Kemencengan (Cs)

    Cs = ∑ ̅

    =

    = 1,85

    Koefisien Kurtosis (Ck)

    Ck = ∑ ̅

    = 0,66

    Hasil perhitungan curah hujan untuk periode

    ulang hujan 2 tahun, 10 tahun, dan 25 dapat

    dilihat pada Tabel 8 dan pada Gambar 2.

    Tabel 8 Curah Hujan PUH Pada Distribusi Gumbel

    Gambar 2 Curah Hujan Distribusi Gumbel Dengan PUH

    2. Metode Log Pearson III Pada metode ini didasarkan pada perubahan

    data yang ada ke dalam bentuk logaritma.

    Berikut parameter statistik untuk menghitung

    data curah hujan sebelum perhitungan dalam

    bentuk logaritma dengan Metode Log Pearson

    Type III. Data yang sudah diubah menjadi

    logaritma dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil

    perhitungan distribusi Log Pearson III

    disajikan pada Tabel 10 dan digambarkan

    pada Gambar 3.

    Tabel 9 Perhitungan Distribusi Log Pearson III

    0

    50

    100

    150

    200

    2 5 10 25

    HHM

    Gum…

    Cu

    rah

    hu

    jan (

    mm

    )

    Periode Ulang Hujan (Tahun)

  • Berikut langkah perhitungan analisis hujan

    metode Log Pearson Type III

    Mengubah data ke dalam bentuk logaritma log R = Log 236,67 = 2,374

    Menghitung nilai rata-rata

    log ( ̅ ) = log 112,98 = 2,053 Menghitung standar deviasi

    S = √∑ ̅

    = √

    = 0,173

    Menghitung koefisien kemencengan

    Cs = ∑ ̅

    =

    = 0,2

    Untuk Cs = 0,2 nilai Kx yang dipakai pada

    PUH 2 tahun adalah -0,033

    Menghitung log hujan dengan periode ulang T dan anti log dari RT. Contoh

    perhitungan untuk PUH 5 tahun:

    log RT = log ( ̅) +KxS log R2 = 2,053 + (0,830 x 0,173) = 2,197

    R2 = 102,19

    = 157,25 mm/hari

    Tabel 10 Hasil Perhitungan Metode Log Pearson

    Type III

    Gambar 3 Distribusi Log Pearson III Dengan PUH

    4. Pemilihan Jenis Distribusi Curah Hujan Maksimum

    Pemilihan menggunakan tabel kesimpulan dengan

    membandingkan nilai Cs dan Ck setiap distribusi.

    Hasil dari pemilihan dapat dilihat pada Tabel 11.

    Tabel 11. Tabel Kesimpulan Pemilihan Jenis

    Distribusi

    Berdasarkan Tabel kesimpulan distribusi yang

    memenuhi syarat hanya Log Pearson III dan akan

    digunakan. Data distribusi Log Pearson PUH 5

    tahun akan digunakan untuk perhitungan

    selanjutnya mengacu pada standar perencanaan.

    Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan

    oleh Sadhu (2017), hasil pemilihan distribusi

    menggunakan nilai Cs dan Ck yang memenuhi

    syarat hanya distribusi Log Pearson saja.

    5. Uji Keselarasan Chi-Kuadrat

    Tabel 12. Hasil Uji Chi Kuadrat

    Oi = Jumlah data curah hujan yang memenuhi

    Untuk α = 5%

    Xh2 (hitung) = ∑

    =

    = 2,1

    Dari hasil perbandingan, Xh2 (hitung) < Xh

    2(tabel

    2,1 < 3,841

    Berdasarkan hasil perhitungan chi-kuadrat nilai

    yang didapat dari hasil perhitungan masih lebih

    kecil dibanding chi-kuadrat dari tabel dengan nilai.

    Sehingga distribusi Lo Pearson diterima.

    6. Analisis Intensitas Hujan

    Hasil perhitungan untuk lokasi studi disajikan

    dalam Tabel 13 dan Grafik Intensity Duration

    Frequency (IDF) pada setiap PUH dapat dilihat

    pada Gambar 4. Contoh perhitungan intensitas

    hujan dengan kala ulang 2 tahun dengan durasi 1

    jam, yaitu:

    = 38,655 mm/jam

    Tabel 13. Intensitas Curah Hujan Berbagai PUH

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    2 5 10 25

    HHM LogPearson III

    Periode Ulang Hujan (Tahun)

    Cu

    rah

    hu

    jan (

    mm

    )

  • Gambar 4 Grafik Intensitas Hujan Metode Mononobe

    7. Karakteristik DAS

    Pada perencanaan drainase di jalan Ryacudu terdiri

    dari beberapa sub-DAS yaitu kawasan pemukiman

    dan jalan (termasuk median dan bahu jalan).

    Perhitungan dibedakan menjadi drainase ruas

    kanan jalan dan ruas kiri jalan. Pada ruas kanan

    terbagi menjadi 5 blok dan ruas kiri menjadi 5

    blok. Karakteristik sub-DAS di jalan Ryacudu

    dapat dilihat pada Gambar 5.

    Gambar 5 Karakteristik Sub-DAS Jalan Ryacudu

    8. Waktu Konsentrasi (tc)

    Untuk perhitungan nilai tc dibagi menjadi dua yaitu

    kanan jalan dan kiri jalan yang terdiri dari kawasan

    pemukiman dan jalan. Nilai tc akan berpengaruh

    pada lamanya air mengalir. Perhitungan waktu

    konsentrasi (tc) dapat dilihat pada Tabel 14. Hasil

    perhitungan tc pada ruas kiri dapat dilihat pada

    Tabel 15.

    Tabel 14 Nilai tc kanan jalan Ryacudu

    Tabel 15 Nilai tc kiri jalan Ryacudu

    9. Debit Limpasan

    Debit dipengaruhi oleh intensitas hujan, koefisien

    limpasan dan DAS. Perhitungan intesitas blok 1

    kanan jalan dengan PUH 5 tahun sebagai berikut:

    I =

    =

    = 97,87 mm/jam

    Hasil perhitungan intensitas hujan pada kanan jalan

    disajikan pada Tabel 16 dan intensitas hujan ruas

    kiri jalan dapat dilihat pada Tabel 17.

    Tabel 16 Intensitas Hujan Kanan Jalan Ryacudu

    Tabel 17 Intensitas Hujan Kiri Jalan Ryacudu

    Debit limpasan setiap blok ruas kanan jalan

    terdapat pada Tabel 18. Perhitungan debit limpasan

    kiri jalan sama dengan langkah-langkah dengan

    perhitungan debit limpasan kanan jalan. Hasil

    perhitungan debit limpasan setiap blok di kiri jalan

    dapat dilihat pada Tabel 19.

    Tabel 18 Debit Limpasan Kanan Jalan

    Tabel 19 Debit Limpasan Kiri Jalan

    Berdasarkan Tabel 18 dan Tabel 19 didapatkan

    nilai debit limpasan yang berbeda. Nilai yang

    berbeda disebabkan dengan luas area cakupan yang

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    5 10 15 20

    25

    10

    5

    2

    Waktu Konsentrasi (menit)

    Inte

    nsi

    tas

    Huja

    n (

    mm

    /jam

    )

  • berbeda setiap blok nya sehingga memperoleh nilai

    yang berbeda. Nilai debit limpasan nantinya akan

    dibandingkan dengan nilai kapasitas eksisting.

    C. Analisis Hidrolika

    1. Analisis Saluran Eksisting

    Perhitungan dilakukan untuk mengetahui berapa

    besaran kapasitas yang terdapat dilapangan. Untuk

    tinggi muka air terhitung dengan adanya Sedimen

    di dalam saluran. Hasil perhitungan lengkap dapat

    dilihat pada Tabel 20.

    Tabel 20 Analisis Kapasitas Saluran Eksisting

    jalan Ryacudu

    Berdasarkan Tabel 20 didapatkan hasil kapasitas

    setiap blok yang bervariasi tergantung pada lebar

    dan kedalaman saluran serta kekasaran dasar

    saluran juga mempengaruhi nilai kapasitas

    eksisting yang ada.. Nilai kapasitas eksisting

    nantinya akan dibandingan dengan debit limpasan.

    D. Evaluasi Kondisi Eksisting

    Hasil perhitungan kapasitas eksisting dan debit

    limpasan digunakan untuk menganalisis

    kemampuan saluran untuk mengalirkan air.

    Apabila nilai debit limpasan lebih besar maka

    saluran tersebut akan meluap. Perbandingan debit

    limpasan dan kapasitas eksisting tersaji pada Tabel

    4.21.

    Tabel 21 Perbandingan Debit Limpasan dan Debit

    Eksisiting Jalan Ryacudu

    Berdasarkan hasil perbandingan ada beberapa titik

    yang debit limpasan melebihi debit eksisting

    seperti pada blok 1, blok 7, blok 9, blok 2, blok 8,

    dan blok 10. Sedangkan pada blok 2, blok 3, blok

    4, dan blok 5 saluran masih aman dan tidak

    mengalami luapan. Seperti hal pada penelitian

    Muliawati (2015) ada beberapa saluran yang masih

    aman dan tidak meluap akan tetapi ada juga saluran

    yang sudah tidak aman dan meluap melebihi

    kapastias eksisting yang ada. Beberapa faktor yang

    menyebabkan terjadinya luapan pada saluran

    drainase yaitu kapasitas saluran yang tidak

    mencukup pada beberapa saluran yang ada

    sehingga diperlukan perbaikan pada saluran

    drainase. Lalu adanya Sedimen ataupun sampah

    pada saluran menyebabkan air meluap. Hal yang

    perlu dilakukan untuk mengatasi sampah atau

    Sedimen adalah normalisasi saluran dengan

    melakukan pembersihan saluran yang tertutupi

    sampah atau Sedimen. Selain itu ada juga terdapat

    bangunan diatas saluran akibatnya air tidak dapat

    mengalir kedalam saluran.

    E. Usulan Perbaikan

    Dalam mengatasi permasalahan yang terjadi

    dibutuhkan sebuah usulan perbaikan. Usulan

    perbaikan memiliki beberapa alternatif seperti

    normalisasi, perencanaan ulang, pembuatan sumur

    resapan ataupun kolam retensi. Untuk

    penanggulangan debit luapan yang terjadi di Jalan

    Ryacudu dapat dilakukan dengan memilih

    alternatif sebagai berikut:

    1. Normalisasi saluran eksisting Genangan yang terjadi dikarenakan ada saluran

    yang mengalami pendangkalan akibat adanya

    sampah dan sedimen pada saluran drainase.

    Hasil evaluasi kapasitas eksisting terhadap debit

    limpasan diketahui bahwa ada saluran yang

    perlu perbaikan salah satunya dengan

    melakukan normalisasi. Normalisasi dilakukan

    agar eksisting mampu menampung debit

    limpasan sesuai dengan periode yang telah

    ditentukan. Normalisasi dilakukan dengan

    pembersihan saluran dari sampan dan sedimen.

    Perhitungan kapasitas eksisting setelah

    dilakukannya normalisasi bisa dilihat pada

    Tabel 22.

    Tabel 22 Kapasitas Eksisting Setelah Normalisasi

  • Dari hasil perhitungan kapasitas eksisting

    setelah normalisasi dibandingkan dengan debit

    limpasan yang telah dihitung sebelumnya. Hasil

    perbandingan dapat dilihat pada Tabel 23.

    Tabel 23 Perbandingan Kapasitas Eksisting dan

    Debit Limpasan Setelah Normalisasi

    2. Perencanaan saluran drainase

    Normalisasi dilakukan untuk perbaikan jangka

    pendek. Untuk jangka panjang diperlukan

    perencanaan ulang saluran drainase dengan

    menghitung dimensi kapasitas eksisting yang

    baru. Peningkatan kapasitas dilakukan agar

    debit air hujan dapat dialirkan secara optimal

    dan tidak lagi ada debit luapan yang terjadi.

    Peningkatan saluran dilakukan pada saluran-

    saluran yang memiliki kapasitas yang kurang

    dari debit limpasan. Alternatif ini dilakukan

    untuk mengatasi permasalahan genangan

    dilahan. Perencaaan saluran akan berbentuk

    persegi. Berikut rencana peningkatan saluran di

    Jalan Ryacudu bisa dilihat pada Tabel 4.24.

    Tabel 24 Rencana peningkatan kapasitas

    saluran

    Perencanan ulang saluran drainase berbentuk

    persegi dengan lebar dasar B dan kedalaman air

    h. Maka dapat dihitung nilai luas penampang

    menggunakan debit limpasan. Perhitungan luas

    penampang pada blok 1 kanan jalan sebagai

    berikut:

    A =

    =

    = 0,68 m

    2

    Pada saluran persegi kedalaman air h dan lebar

    dasar sama. Maka kedalaman air dapat dihitung

    menggunakan rumus berikut:

    h = √ = √ = 0,82 m

    Lebar dasar saluran bernilai sama dengan nilai

    h, maka nilai B pada area blok 1 kanan jalan

    Ryacudu adalah 0,82 m. Perhitungan untuk nilai

    P pada area blok 1 kanan jalan sebagai berikut:

    P = B+2h = h+2h = 3h = 3x0,82 = 2,47 m

    Perhitungan jari-jari hidrualis (R) pada blok 1

    ruas kanan jalan sebagai berikut:

    R =

    =

    = 0,27 m, free board 0,15 m

    Total kedalaman saluran dengan freeboard =

    0,15 m dengan rumus D = F + h. Perhitungan

    kedalaman total saluran drainase pada blok 1

    sebagai berikut:

    D = F + h = 0,97

    Hasil perhitungan luas penampang (A),

    kedalaman (h), lebar saluran (B), keliling basah

    (P), jari-jari hidrolis (R), dan kedalaman total

    dilakukan pada setiap blok yang meluap. Hasil

    perhitungan terdapat pada Tabel 25.

    Tabel 25 Perencanaan Ulang Saluran Draianse

    Jalan Ryacudu

    Dari hasil perhitungan nilai D, dapat diambil nilai

    D yang mewakili untuk ruas kanan jalan dan ruas

    kiri jalan untuk dibikin gambar rencana desain

    saluran drainasenya. Karakteristik saluran yang

    mewakili dapat dilihat pada Tabel 26.

    Tabel 26 Saluran Drainase yang mewakili

    F. Bill Of Quantity (BOQ) dan Rencana Anggara Biaya (RAB)

    1. Bill Of Quantity (BOQ)

    Bill Of Quantity dibuat untuk mengetahui

    jumlah peralatan dalam perencanaan sehingga

    mempermudah dalam menghitung dan

    merencakan biayanya. Perhitungan secara detail

    terdapat pada Tabel 27.

  • Tabel 27 Bill of Quntity(BOQ)

    2. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

    Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

    dengan menghubungkan harga satuan pekerjaan

    dengan volume pekerjaan. Perhitungan detail

    dapat dilihat pada Tabel 28.

    Tabel 28 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

    Kesimpulan dan Saran

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil perhitungan dan perencanaan,

    maka kesimpulan yang didapat sebagai berikut:

    1. Saluran drainase memiliki ukuran yang berbeda-beda. Saluran drainase memiliki

    beberapa masalah seperti adanya sedimen dan

    sampah didalam saluran dan adanya bangunan

    diatas saluran.

    2. Berdasarkan analisis dan hasil perhitungan debit limpasan, masih terdapat debit luapan

    pada saluran di Jalan Ryacudu. Penyebab

    genangan pada saluran di Jalan Ryacudu adalah

    kapasitas eksisting yang tidak bisa menerima

    debit limpasan. Total debit yang meluap dari

    saluran eksisting adalah 1,856 m3/s. Faktor lain

    adalah adanya sampah dan sedimen yang

    tertumpuk didalam saluran.

    3. Alternatif yang digunakan adalah normalisasi dan perencanaan ulang saluran drainase.

    Normalisasi yang dilakukan tidak dapat

    menyelesaikan masalah luapan sehingga perlu

    dilakukan perencanaan ulang saluran drainase.

    Didapat dimensi saluran pada kanan jalan

    dengan lebar 0,92, kedalaman 1,07 m dan kiri

    jalan dengan lebar 0,95 m, kedalaman 1,10 m.

    B. Saran

    1. Perlu dilakukan normalisasi setiap 1 tahun sekali untuk menjaga saluran drainase tetap bisa

    berfungsi secara optimal.

    2. Perlu dibuat sistem drainase yang berwawasan lingkungan seperti sumur resapan, kolam

    retensi dan sebagainya agar bisa mengurangi

    kelebihan air permukaan akibat saluran tidak

    bisa menampung hujan.

    Daftar Pustaka

    Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

    Kota Bandar Lampung

    Badan Pusat Statistik Bandar Lampung. 2019.

    Sukarame Dalam Angka 2019. Bandar

    Lampung: Badan Pusat Statistik.

    Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI 03-34240-

    1994. Tata Cara Desain Drainase.

    Departemen Pekerjaan Umum. 1994. Urban

    Drainage Guidelines and Technical Design

    Standards. Jakarta Kementrian Pekerjaan

    Umum.

    Departemen Pekerjaan Umum & Tenaga Listrik.

    1972. Pedoman Perencanaan Saluran

    Terbuka.

    Han, Dawei. 2010. Concise Hydrology. Ventus

    Publishing ApS.

    Hartini, Eko. 2017. Hidrologi & Hidrolika Terapan.

    Semarang: Universitas Dian Nuswatoro.

    Hasmar, H.A. Halim. 2011. Drainase Terapan.

    Yoyakarta: UII Press.

    http://portal-ina-sdi.or.id diakses pada September

    2020

    https://www.google.com/earth/ diakses tanggal 22

    Januari 2021.

    http://portal-ina-sdi.or.id/https://www.google.com/earth/

  • Kamiana, I Made. 2010. Teknik Perhitungan Debit

    Rencana Bangunan Air. Yogyakarta: Graha

    Ilmu.

    Kodoatie, R.J. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta:

    Andi.

    Kodoatie,R. J., dan Sugiyanto. 2002. Banjir

    Beberapa Penyebab dan Metode

    Pengendaliannya Dalam Perspektif

    Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Kodoatie,R. J., dan Roestam,S. 2005. Pengelolaan

    Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta:

    Andi

    Konsultan. 2018. Review Master Plan Sumber

    Daya Air Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: PT.

    Maxitech Utama Indonesia.

    Kurniawan, Dwi Riswadha dkk. 2017. Mengisi

    Data Hujan Yang Hilang Dengan Metode

    Autoregressive Dan Metode Reciprocal

    Dengan Pengujian Debit Kala Ulang (Studi

    Kasus Di DAS Bakalan). E-Jurnal Matriks

    Teknik Sipil.

    Masduki, H.S. 1988. Drainase Permukiman (Hand

    Book). Bandung: Institut Teknologi

    Bandung.

    Mawardi. Erman. 2010. Desain Hidraulik

    Bangunan Irigasi. Bandung: Alfabeta.

    Muliawati, Dea N. 2015. Perencanaan Penerapan

    Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan

    (Ekos-Drainase) Menggunakan Sumur

    Resapan Di Kawasan Rungkut. Surabaya:

    Institut Tekonologi Sepuluh November.

    Mulyanto, H.R. 2013. Penataan Drainase

    Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Nuryanto. 2017. Pemodelan dan Perencanaan

    Drainase. Universitas Gunadarma: Fakultas

    TeknikSipil & Perencanaan.

    Pandebesie. 2012. Pengelolaan Sistem Drainase

    dan Penyaluran Air Limbah. Bandung: ITS.

    Prawaka, Fanny dkk. 2016. Analisis Data Curah

    Hujan yang Hilang Dengan Menggunakan

    Metode Normal Ratio, Inversed Square

    Distance, dan Rata-Rata Aljabar (Studi

    Kasus Curah Hujan Beberapa Stasiun Hujan

    Daerah Bandar Lampung). JRSDD. Vol.4.

    No3. Hal 397-406.

    Republik Indonesia. Permen PU Nomor 12 Tahun

    2014 tentang Penyelenggaraan Sistem

    Drainase Perkotaan.

    Sadhu, M. 2017. Evaluasi Sistem Drainse Saluran

    Sekunder Gayung Kebonsari Kota

    Surabaya. Surabaya: Institut Teknologi

    Sepuluh November

    Satriawansyah, Tri. 2015. Perencanaan Resapan

    Air Sebagai Alternatif Penanggulangan

    Banir di MAN 1 Sumbawa. Sumbawa:

    Universita Samawa

    Setiawan dan Permana. 2016. Evaluasi Sistem

    Drainase Di Kelurahan Paminggir Garut.

    Jurnal Tugas Akhir. ISSN: 2302-7312. Vol.

    14. No. 1. (diakses tanggal 25 Januari 2021)

    Soewarno. 1995. Hidrologi Operasional. Bandung:

    Citra Aditya Bandung.

    Subagyo, Sentot. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi.

    Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

    Suripin. 2004. Sistem Drainse Perkotaan

    Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi.

    Syarifudin, Achmad. 2017. Drainase Perkotaan

    Berwawasan Lingkungan. Yogyakarta:

    ANDI.

    Wahyudi, Rendy. 2016. Perencanaan Dan

    Perhitungan Ulang Saluran Drainase Kali

    Pucungan, Kota Sidoarjo, Jawa Timur.

    Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh

    November.

    Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Yogyakarta:

    Graha Ilmu.