eu red ii dan resolusi eu dari sudut ketentuan ... - … fileupaya-upaya pembelaan solusi dan tindak...
TRANSCRIPT
EU RED II DAN RESOLUSI EU
DARI SUDUT KETENTUAN WTO DAN SOLUSINYA
Direktorat Pengamanan Perdagangan
Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan
BOGOR, 24 April 2018
OUTLINE
PENDAHULUAN
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN OLEH KEMENTERIAN PERDAGANGAN
KESESUAIAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN WTO
UPAYA-UPAYA PEMBELAAN
SOLUSI DAN TINDAK LANJUT
PENDAHULUAN
RED I
RED II
RESOLUTION ON PALM OIL AND
DEFORESTATION OF RAINFOREST
Berlaku: 23 April 2009
Diusulkan: 30 November 2016
Diusulkan: 3 November 2016
Perlu melihat kembali kebijakan
UE lain yang terkait dengan RED II, yaitu
RED I dan Resolution on palm
oil and deforestation of
rainforests
Voting: 4 April 2017
Negara anggota UE wajib menggunakan 10% kebutuhan bahan bakar di sektor transportasi dari energi hayati yang terbarukan pada tahun 2020
• Seluruh anggota UE wajib memastikan bahwa biofuel yang digunakan mempunyai sedikitnya 35% penghematan emisi karbon dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Angka ini meningkat hingga 50% pada tahun 2017 dan 60% pada tahun 2018.
Minyak sawit dianggap tidak memenuhi ambang batas penghematan emisi karbon Default value menurut RED I untuk minyak sawit hanya 19%, jauh dari ambang batas sebesar 35%.
Kebijakan ini dianggap sebagai diskriminasi terhadap produk biofuel asal Indonesia di pasar UE.
5
RENEWABLE ENERGY DIRECTIVE (RED) I
7
TRILOGUE (s/d Juni
2018)
RED II (RECAST)
30 November 2016
Komisi Eropa (KE) publikasi proposal revisi atas RED I atau RED Recast
17 Januari 2018
Parlemen Eropa sepakat menghapuskan penggunaan minyak nabati sebagai komponen dari Biofuel pada tahun 2030, dan khusus untuk minyak sawit pada tahun 2021
15 Februari 2018
7 negara (Ekuador, Guatemala, Indonesia, Kolombia, Malaysia, Nigeria dan Thailand) menandatangani Joint Letter Palm Oil Producing Countries sebagai tanggapan terhadap rencana phase out palm oil sebagai komponen biofuel
Recital 25a RED II The Resolution of the European Parliament of 4 April 2017 on palm oil and deforestation of rainforests called on
the Commission to take measures to phase out the use of vegetable oils that drive
deforestation, including palm oil, as a component of biofuels, preferably by 2020.
Usulan Parlemen Eropa: Resolusi masuk ke dalam Draft RED II Recital 25a
PERMASALAHAN UTAMA RED II
1. Amandemen Parlemen Eropa terhadap Article 7 ; Kontribusi biofuel yang berasal dari palm oil sebesar 0% di tahun 2021.
2. Parlemen Eropa menambahkan text baru untuk Recital 25 a
Komisi Eropa mengambil langkah untuk phase-out penggunaan vegetable oils yang menyebabkan deforestasi, termasuk palm oil, sebagai komponen biofuel ditahun 2020
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN
SURAT MENTERI PERDAGANGAN RI KEPADA KOMISI UNI EROPA
Mendag RI mengirim Surat kepada Komisioner Uni Eropa pada tanggal
27 Maret 2017 mengenai Rainforest and
Deforestasi.
Mendag RI menekankan
bahwa Palm Oil bukan
penyebab utama
deforestasi dan
menghimbau agar EU
juga mengevaluasi minyak
nabati lainnya seperti
sunflower oil, rapeseed,
dan lain-lain.
Mendag RI mengirim Surat kepda Komisioner Uni Eropa pada tanggal
7 Desember 2017 mengenai Hasil Voting
Parlemen bulan Oktober terkait Recast RED
Mendag RI menekankan
bahwa Keputusan voting
Parlemen tersebut bersifat
diskriminasi terhadap
minyak sawit dan tidak
mengevaluasi minyak
nabati lainnya seperti
rapeseed dan soya.
Mengangkat Isu RED pada Sidang Reguler Committee TBT
Pada Sidang Reguler TBT tanggal 20-22 Maret 2018:
1. Indonesia menyatakan keberatan karena adanya ketentuan yang mendiskriminasi minyak kelapa sawit dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti minyak bunga matahari dan rapeseed.
2. UE menanggapi bahwa draft amandemen yang dikeluarkan oleh parlemen Uni Eropa tersebut tidak ditujukan untuk melarang penggunanan minyak sawit sebagai bahan baku biofuels, namun mulai tahun 2021 penggunaan bahan baku minyak sawit dalam biofuel tersebut tidak akan diperhitungkan dalam target energi terbarukan di Uni Eropa.
Indonesia mengharapkan Uni Eropa dapat membuktikan bahwa kebijakan parlemen tersebut sesuai dengan ketentuan WTO
KESESUAIAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN WTO
PRINSIP DAN PERJANJIAN WTO
TBT & SPS AGREEMENT
General Agreement on Tariff and Trade (GATT)
Pelarangan Palm Oil Biofuel melanggar prinsip non-diskriminasi : 1. Artikel I : MFN (Most Favoured Nation) dan Artikel III:4 National
Treatment 2. Article XI:I on General Elimination of Quantitative Restrictions dan
Article XIII on Non-discriminatory Administration of Quantitative Restrictions
Selain bea masuk, pajak atau pengenaan biaya lain, tidak boleh ada pelarangan atau pembatasan yang diberlakukan bentuk kuota, lisensi impor dan ekspor, atau ketentuan lainnya. Dimana hal tersebut harus diberlakukan terhadap barang sejenis yang diimpor dari semua negara .
Artikel XX: General Exception yang kemungkinan akan digunakan oleh UE untuk justifikasi pelarangan palm oil biofuel
Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT)
Pelarangan Palm Oil Biofuel melanggar prinsip non-diskriminasi : 1. Artikel 2.1; 5.1 dan annex 3 (D) (Code of Good Practice For The
Preparation, Adoption and Application of Standard) 2. Dalam Artikel 2.2 dinyatakan bahwa regulasi yang diterapkan
bertujuan untuk melindungi kelestarian lingkungan, harus memiliki scientific evidence.
3. Artikel 2.9 ; Indonesia dapat menggunakan haknya untuk meminta UE menotifikasi peraturannya ke WTO sebelum pemberlakuannya
Oleh karena itu, EU harus memiliki scientific evidence yang membuktikan bahwa Biofuel berbahan baku minyak sawit memberikan dampak kerusakan yang lebih parah daripada biofuel berbahan baku minyak nabati lainnya.
Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT)
1. Artikel 11 tentang Technical Assistance Artikel 11.1, menyatakan bahwa Negara anggota, jika diminta, harus membantu negara berkembang untuk menyusun regulasi teknis serta memberikan bantuan teknis
2. Artikel 12 tentang Special and Differential Treatment • 12.1 Negara anggota harus memberikan perlakuan yang berbeda
dan lebih berpihak (favourable treatment) kepada negara berkembang.
• 12.3 Measures do not create unnecessary obstacles to export from developing country Members.
Kampanye Negatif
Penyebab Utama
Deforestasi
Penyebab utama
meningkatnya emisi gas
rumah kaca
Kepunahan Satwa-satwa langka
Melanggar Hak Azasi Manusia
UPAYA-UPAYA PEMBELAAN
18
• Melakukan Koordinasi dengan Stakeholder • Konsultasi dengan negara mitra dagang
Melakukan pembelaan yang komprehensif; • Melakukan analisis scientific evidence • Penyampaian Submisi dan kertas posisi ,
Konsultasi seperti Surat Mendag
• Sengketa ke WTO • Retaliasi
SOLUSI DAN TINDAK LANJUT
1. Meningkatkan koordinasi antar stakeholder sawit (termasuk DPR-RI) di dalam negeri
2. Memetakan key player (pro dan against) di ketiga institusi UE dalam proses trilogue.
3. Menyusun economic impact assessment apabila terjadi phase out biofuel sawit di UE pada tahun 2021.
4. Melakukan riset mendalam mengenai Indirect Land Use Change (ILUC) yang menjadi dasar perhitungan Gas Rumah Kaca dalam RED.
5. Menganalisis kesesuaian peraturan RED II dengan ketentuan World Trade Organization (WTO).
Direktorat Pengamanan Perdagangan (DPP) Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Kementerian Perdagangan RI
Gd II Lantai 10, Jl. M.I. Ridwan Rais, No. 5, Jakarta Pusat