etya bangper.pdf

17
LAPORAN PRAKTIKUM BANGUNAN DAN PERALATAN PETERNAKAN Kandang Ayam PetelurDisusun Oleh: Etya Nurrimas Gustiarani 200110130333 D - 8 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2015

Upload: etyanurrimasgustiarani

Post on 18-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

BANGUNAN DAN PERALATAN PETERNAKAN

“Kandang Ayam Petelur”

Disusun Oleh:

Etya Nurrimas Gustiarani

200110130333

D - 8

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2015

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin meningkatnya jumlah

penduduk dan SDM serta kesadaran akan pentingnya gizi berdampak pada

meningkatnya sumber pangan yang mengandung protein hewani seperti telur.

Secara umum keberhasilan dalam usaha peternakan khususnya produksi ayam

petelur sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pemberian pakan, bibit,

dan tata laksana pemeliharaan yang terdiri dari manajemen perkandangan, pakan,

dan manajemen kesehatan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar produktivitas ayam petelur

meningkat adalah dengan membatasi aktivitas ayam. Pembatasan ini dapat

dilakukan dengan cara pemeliharaan secara intensif. Pemeliharaan ayam petelur

secara intensif dilakukan di dalam kandang yang merupakan lingkungan terkecil

untuk tempat ayam hidup dan berproduksi. Kandang intensif harus mampu

menyediakan suatu lingkungan nyaman bagi ternak dan memudahkan

pengelolaan, sehingga ayam mampu berproduksi secara maksimal sesuai potensi

genetis dengan pengelolaan efisien. Maka dari itu penting untuk kita ketahui

tentang manajemen perkandangan pada ayam petelur yang akan dibahas lebih

lanjut dalam laporan ini.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana bentuk kandang yang cocok untuk memelihara ayam petelur.

2. Bagaimana ukuran kandang yang baik untuk memelihara ayam petelur.

3. Apa bahan yang baik untuk memelihara ayam petelur.

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kandang yang cocok untuk

memelihara ayam petelur.

2. Untuk mengetahui bagaimana ukuran kandang yang baik untuk

memelihara ayam petelur.

3. Untuk memgetahui apa bahan yang baik untuk memelihara ayam petelur.

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam petelur

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan

dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak.

Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para

pakar (Aziz, 2007). Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena

ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang

banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan

produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur

dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit

telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat

(Rasyaf, 1997).

Ayam petelur yang dipelihara di indonesia pada umumnya terdapat dua

jenis tipe yaitu petelur putih atau biasa dikenal sebagai tipe ringan, yang di

khususkan untuk bertelur dengan ciri-ciri tubuh ramping, warna bulu putih, dan

dengan kemampuan produksi 250 butir telur setiap tahun produksi. Dan ayam

petelur coklat atau yang biasa dikenal sebagai ayam dwiguna, pada dasarnya tipe

petelur ini tidak hanya diharapkan telurnya akan tetapi dagingnya pun juga

(Rasyaf, 1997).

2.2 Perkandangan

Kandang adalah lingkungan kecil tempat ayam hidup dan berproduksi,

oleh karena itu dibutuhkan kandang yang nyaman dan berpengaruh terhadap

kesehatan ayam serta hasil produksi yang maksimal (Abidin, 2003). Kandang

yang nyaman dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Apabila kandang lebih dari satu

dengan umur yang sama maka kumpulan kandang tersebut disebut satu flock.

Kumpulan seluruh kelompok yang memenuhi suatu aturan sanitasi dan tata

laksana peternakan disebut perkandangan.

Udara dalam kandang banyak mengandung CO2 dan gas Amoniak yang

berasal dari hasil sekresi, seperti feses. Gas tersebut dapat menyebabkan

kerusakan permanen pada paru-paru dan darah jika konsentrasinya sangat padat,

oleh karena itu ventilasi kandang dan kontruksi kandang harus diperhatikan.

Perputaran udara pada musim kemarau harus ditingkatkan agar udara panas dalam

kandang harus segera terganti dengan udara segar yang lebih dingin sedangkan

perputaran udara pada musim hujan harus dikurangi sampai pada tingkat untuk

tidak menimbulkan adanya kelembaban dan bibit penyakit (Lubis dan Paimin,

2001)

Kontruksi kandang yang baik harus bisa menciptakan keamanan dan

kenyamanan bagi ayam yang dipelihara (Sudaryani dan Santosa, 2004).

Konstruksi kandang yang menjamin kelangsungan hidup ayam yaitu kandang

yang memenuhi aspek kesehatan dan mempunyai daya tahan yang kuat dan lama,

sehingga dapat dipakai untuk proses produksi berikutnya (Hartono, 1997). Jahja

(1998) menyatakan bahwa kandang untuk mendapatkan sinar matahari yang

cukup sebaiknya dibangun membujur dari arah timur ke barat yang ditambahkan

oleh Prayitno dan Yahya (1999) yang mengemukakan bahwa arah barat timur

tersebut bertujuan menghindari panas matahari secara langsung baik pada pagi

hari maupun tengah hari.

Terdapat beberapa jenis kandang ayam petelur diantaranya kandang

battery dan kandang litter. Kandang battery berbentuk kotak terbuat dari kawat

atau bambu. Ukuran setiap kotak 40x30x40, biasanya dibuat rangkaian terdiri dari

beberapa buah (4-5 buah) (Suprijatna dkk 2005). Kandang jenis litter digunakan

untuk fase starter dan grower lantainya diberi sekam padi, fungsi litter sebagai

absober atau penyerap cairan kotoran supaya kandang tidak lembab dan basah.

Ketebalan litter berkisar 10-15 cm, untuk kandang dengan sisitem litter panjang

1m dapat menampung 10 ekor ayam dewasa (Suprijatna dkk 2005).

III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Pemilik : Bapak Rukmana

Alamat : Kampung Cibiana, desa Pangguh, kecamatan Ibun

Populasi : 10.000 ekor

Kandang 2 (umur 1 tahun)

Kandang Panjang : 27,3 m Dimensi : 284 m3

Lebar : 4,56 m

Tinggi : 2,28 m

Ukuran 1 Row Panjang : 25,5 m Dimensi : 10,2 m3

Lebar : 1 m

Tinggi : 0,4 m

Ukuran 1 Pen Panjang : 0,38 m Dimensi : 0,034 m3

Lebar : 0,22 m

Tinggi : 0,4 m

Tempat Pakan Panjang : 25,5 m

Lebar : 0,12 m

Tempat Minum Panjang : 25,5 m

Lebar : 0,12 m

Tinggi Panggung 0,66 m

Lorong 0,95 m

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan di peternakan ayam peterlur milik bapak

Rukmana, terdapat kandang ayam pejantan, kandang DOC, gudang pakan, kolam

sumber air, mess untuk pegawai dan 10 kandang ayam petelur yang berkapasitas

1000 ekor setiap kandangnya. Namun saat ini tidak semua kandang terisi karena

sistem pemeliharaan di peternakan ini adalah Multiple Brooding System sehingga

ada kandang yang kosong karena umur ayam telah memasuki masa afkir. Selain

itu lokasi kandang pun dekat dengan sungai (sumber air) dan jauh dari

pemukiman (diantara sawah) sehingga tidak mengganggu warga sekitar. Suhu di

daerah peternakan pun menunjang untuk pemeliharaan ayam petelur yaitu sekitar

21ᵒC. Seperti yang dikemukakan oleh Kartasudjana (2010) bahwa temperatur yang

baik untuk pemeliharaan ayam petelur sekitar 21ᵒC dan apabila suhu di atas 26

ᵒC

akan menurunkan hasil produksi.

Konstruksi kandang harus menjamin kelangsungan hidup ayam yaitu kandang

yang memenuhi aspek kesehatan dan mempunyai daya tahan yang kuat dan lama,

sehingga dapat dipakai untuk proses produksi berikutnya (Hartono, 1997). Untuk itu

perlu diperhatikan bahan pembuat kandang itu sendiri baik untuk atap, lantai

maupun dinding. Pada peternakan ini, bahan yang dipakai dalam pembuatan

kandang adalah bambu. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna dkk (2005)

bahwa kandang battery berbentuk kotak terbuat dari kawat atau bambu.

Atap kandang yang digunakan adalah genting. Pemilihan genting sebagai atap

disebabkan karena sifatnya yang tahan lama dan dapat mengontrol suhu (meredam

panas dan kuat menahan hujan). Tipe atap yang digunakan adalah tipe monitoring.

Pemilihan tipe ini dimaksudkan agar udara dapat dengan bebas terganti. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sudarmono (2003) bahwa atap kandang sistem monitor sangat

menunjang sirkulasi udara dalam kandang. Tinggi kandang dari alas sampai atap

adalah 2,28 m.

Dinding kandang terbuat dari anyaman bambu sepanjang 4,56 m, namun tidak

semua sisi kandang diberi dinding. Dua sisi kandang dibiarkan terbuka (open side

wall houses) yang bertujuan untuk mempermudah aliran / sirkulasi udara, melindungi

ayam dari iklim seperti hujan dan panas, melindungi ayam dari binatang atau manusia

dan mempermudah dalam pembersihan sisa pakan dan feses yang jatuh ke lantai.

Kandang dibuat panggung dengan beralaskan bambu namun terdapat

kekurangannya yaitu lantai yang berupa tanah. Sisa pakan dan feses yang terjatuh

langsung mengenai tanah memungkinkan tumbuhnya bakteri selain itu dalam hal

pembersihan juga kurang efisien karena sulit dalam pembersihan (masih terdapat sisa-

sisa pakan dan feses). Hasil limbah yang terjatuh ini lalu dikumpulkan dan dijual

kepada petani untuk dijadikan pupuk.

Tempat penyimpanan pakan dan minum terbuat dari pipa yang terpisah

dengan posisi tempat pakan berada di bawah dan tempat minum diatas sebab ayam

lebih suka makan daripada minum. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah agar

tempat minum tidak cepat kotor. Tempat pakan dan minum berbentuk trough

(memanjang) dengan panjang sekitar 25,5 m menyesuaikan dengan panjang kandang.

Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1997) bahwa tempat minum dapat terbuat

dari bambu atau pipa yang dipasangg memanjang sepanjang jalur pen.

Penempatan kandang battery dibuat bersusun bertingkat 2 (double deck), cara

ini sangat populer karena jika ayam pada tingkat atas mengeluarkan kotoran, akan

langsung jatuh ke lantai tanpa menyentuh tingkat yang bawah. Pengaturan ini disebut

stair-steps system. Untuk mengurangi amonia dari kotoran, tinggi kandang dari tanah

adalah 0,66 m. Dalam 1 kandang terdapat 2 row yang berukuran masing-masing 25,5

m x 1 m x 0,4 m yang dipisahkan oleh lorong dengan ukuran panjang 25,5 dan lebar

0,95 m. Dalam 1 row terdapat 500 pen yang masing-masing diisi oleh 1 ayam dengan

ukuran 0,38 m x 0,22 m x 0,4 m. Ukuran ini dapat disesuaikan sesuai kebutuhan

(ukuran ternak). Menurut Suprijatna dkk (2005), ukuran setiap pen yaitu 40 cm x 30

cm x 40 cm. Ukuran ini tidak berbeda jauh dengan ukuran pen pada kandang 2.

Kandang dengan sistem battery memiliki kelebihan dan kekurangan.

Selain dapat memberikan rasa aman bagi ternak, juga dapat mengurangi

luka/lecet, lumpuh bahkan kematian akibat terinjak-injak ayam lainnya.

Keuntungan lainnya dapat mengurangi bulu yang kotor karena dengan sistem

battery kotoran ternak langsung jatuh ke lantai. Dudung (1992) menyatakan

bahwa penggunaan sistem kandang battery mempunyai kelebihan yaitu

menghindari sifat kanibalisme yang tinggi, telur yang dihasilkan lebih bersih dan

memudahkan manajemen pemeliharaan. Selanjutnya, North (1984) juga

menyatakan bahwa penggunaan kandang battery mempunyai beberapa keutungan

antara lain mudah untuk mengontrol produksi, konsumsi dan kesehatan sehingga

mudah dilakukan pengafkiran. Kekurangannya adalah investasi awal pembuatan

kandang mahal, jika terlambat dalam membersihkan kotoran akan ada lalat dan

bau, jika pakan kurang baik ayam akan mudah defisiensi nutrisi, mudah terjadi

kelumpuhan, jika ayam dimasukkan sebelum waktunya karena otot-otot ayam

masih terlalu lemah. Sebelum kandang battery dibangun terlebih dahulu harus

dibangun bangunan utama berupa atas tiang dan atap berfungsi sebagai pelindung.

Dalam pemeliharaan ayam petelur, terdapat 4 fase pada produksi ayam

petelur yaitu fase starter, fase grower, fase developer, dan fase produksi. Fase

starter adalah anak ayam yang berumur 0 sampai 6 atau 7 minggu, fase grower

adalah ayam yang berumur 7 sampai 13 minggu, fase developer antara umur 14 –

20 minggu dan fase produksi > 20 minggu (Rasyaf, 1997). Dalam pemeliharaan

ayam petelur yang baik, ayam akan mulai memproduksi telur pada umur 20 minggu

sampai umur 72 minggu. Saat ini seluruh ayam memasuki fase produksi karena

umur ayam termuda adalah 5 bulan atau 20 minggu. Sedangkan pada kandang 2

atau kandang yang diamati, ayam telah berumur 1 tahun atau 48 minggu.

IV

KESIMPULAN

1. Kandang battery lebih cocok digunakan di Indonesia yang beriklim tropis

karena bentuknya yang terbuka sehingga sirkulasi udara lebih baik, dan

juga bentuknya yang panggung menjadikan telur yang dihasilkan pun lebih

bersih karena tidak menyatu dengan feses (feses langsung jatuh ke lantai)

hal ini juga memudahkan dalam pembersihan feses. Selanjutnya feses yang

terkumpul di jual kepada petani untuk dijadikan pupuk.

2. Berdasarkan pengamatan, ukuran kandang ayam petelur yaitu 27,3 m x

4,56 m x 2,28 m yang berisi 2 row dan dalam 1 row terdapat 500 pen.

Ukuran 1 pennya adalah 0,38 m x 0,22 m x 0,4 m yang masing-masing

berisi satu ayam.

3. Bahan yang digunakan untuk atap yaitu genting, dinding berupa anyaman

bambu (namun tidak semua dinding tertutup), alas berupa tanah, bahan

untuk kandang berupa bambu, dan bahan untuk tempat pakan dan minum

yaitu pipa.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktifitas Ayam Ras Petelur. Agromedia,

Jakarta.

Aziz, Dian. 2007. Mengenal Ayam Petelur. CV. Sinar Cemerlang Abadi, Jakarta.

Dudung,M.A. 1992. Budidaya Mina Itik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Hartono, A.H.S. 1997. Beternak Ayam Petelur. CV. Gunung Mas, Pekalongan.

Jahja, J. 1998. Ayam Sehat Ayam Produktif. Penerbit PT. Medion, Bandung.

Kartasudjana, Ruhyat, dkk. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Lubis, A.M. dan F.B. Paimin. 2001. 8 Kiat Mencegah Penurunan Produksi Telur

Ayam. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

North, M.O. 1984. Commercial Chicken Production Manual. 3th Edition. Avi

Publisihing CompanyInc. Westport Conecticut.

Prayitno, D.S., dan W.E. Yuwono.1999. Manajmen Kandang Ayam Ras

Pedaging. PT. Trubus Agriwidya, Ungaran.

Rasyaf, M. 1997. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudarmono, A.S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius,.

Yogyakarta.

Sudaryani, T. dan H. Santoso. 2004. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Suprijatna, E., U. Atmowarsono dan R. Katasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak

Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

LAMPIRAN

No Gambar No Gambar

1.

Peternakan Bapak Rukmana

dengan populasi 10.000 ekor @

10 kandang.

2.

Kandang 2 tampak depan.

3.

Kandang 2 tampak samping.

4.

Lorong kandang.

5.

Tempat pakan dan minum ayam.

6.

Kolam sumber air.

7.

Atap kandang.

8.

Dinding kandang.

9.

Gudang pakan.

10.

Bagian bawah kandang.

11.

Kandang DOC.

12.

Mess pegawai.

13.

Pengangkutan limbah.

14.

Atap kandang

Ayam petelur.

15.

Kandang ayam jantan.

16.

Dinding kandang

Foto praktikan.

17.

Foto kelompok 8 dengan Bapak Rukmana.