estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

108
TESIS ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI GEDUNG DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA I KOMANG SUDIARTA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

Upload: doantuyen

Post on 30-Dec-2016

269 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

TESIS

ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI GEDUNG

DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA

I KOMANG SUDIARTA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2011

Page 2: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

TESIS

ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI GEDUNG

DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA

I KOMANG SUDIARTA NIM 0791561042

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2011

Page 3: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

ii

ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI GEDUNG

DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana

I KOMANG SUDIARTA NIM 0791561042

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2011

Page 4: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 30 SEPTEMBER 2011

Mengetahui

Pembimbing I,

Ir. Mayun Nadiasa, MT NIP 195708011987021001

Pembimbing II, Ir. I Nyoman Yuda Astana, MT

NIP 196110241987021001

Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA

NIP 196204041991031002

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 195902151985102001

Page 5: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

iv

Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis

Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 30 September 2011

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.: 1661/UN.14.4/HK/2011, Tanggal 30 September 2011

Ketua : Ir. Mayun Nadiasa, MT Anggota : 1. Ir. I Nyoman Yuda Astana, MT 2. Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA 3. Ir. I Wayan Yansen, MT 4. Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT

Page 6: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

v

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : I Komang Sudiarta

NIM : 0791561042

Tempat dan Tanggal Lahir : Tabanan, 26 September 1977

Alamat : Br. Belatung, Desa Pandak Gede, Kecamatan

Kediri, Tabanan

Telepon/HP : 08123998852, (0361)7907940

Menyatakan Dengan Sebenarnya Bahwa Tidak Menjiplak Setengah Atau

Sepenuhnya Tesis Orang Lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya, dan apabila di kemudian hari ternyata tidak benar maka

saya bersedia dituntut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Denpasar, 21 Oktober 2011

Hormat saya

I Komang Sudiarta

NIM 0791561042

Page 7: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Om Swastiastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/

Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas asung wara nugraha-Nya tesis ini dapat

diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Ir. Mayun Nadiasa, MT dan Ir. Nyoman Yudha

Astana, MT, pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan

kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran selama penulis

mengikuti program magister khususnya dalam penyelesaian tesis ini.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana

Putera, DEA selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program

Pascasarjana Universitas Udayana periode sebelumnya dan Prof. Dr. Ir. I Made

Alit Karyawan Salain, DEA selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil

Program Pascasarjana Universitas Udayana periode sekarang atas kesempatan dan

bimbingan yang diberikan selama penulis mengikuti program magister khususnya

dalam penyelesaian tesis ini.

Ucapan yang sama juga penulis sampaikan kepada Direktur Program

Pascasarjana dan Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di

Universitas Udayana.

Page 8: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

vii

Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang tulus disertai penghargaan kepada Ir. I Nyoman Suardika, I Nyoman Ardika,

ST dan I Nyoman Anom Purwa Winaya, MSi serta semua teman yang telah

bersumbangsih atas dukungan materi, semangat dan pemikiran serta waktu yang

telah diberikan, tidak lupa pula pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih dan persembahan keberhasilan tesis ini kepada Ir. I Komang

Sudiastawa (almarhum).

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

keluarga tercinta, Bapak I Made Darma, Ibu Ni Wayan Riti, istriku Komang Ana

Wiryanti ST, anakku Putu Aneira Putri Arvanatha dan seluruh keluarga besar

yang penuh kesabaran dan pengorbanan telah memberikan kepada penulis

kesempatam untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.

Page 9: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

viii

ABSTRAK

ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL

KONSTRUKSI GEDUNG DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA

Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep atau

gambaran secara umum terhadap bangunan yang akan dibangun. Salah satu metode estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung adalah metode faktor kapasitas biaya. Untuk bisa memakai metode faktor kapasitas biaya maka nilai faktor kapasitas biaya harus diketahui terlebih dahulu.

Nilai faktor kapasitas biaya dicari dengan melakukan analisis hubungan antara biaya dan kapasitas dengan memakai model regresi linier sederhana. Analisis hubungan biaya dengan kapasitas dilakukan dengan terlebih dahulu melogaritmiskan biaya dan kapasitas. Nilai slope pada model regresi merupakan faktor kapasitas biaya yang dicari.

Hasil analisis menunjukkan, faktor kapasitas biaya pada kapasitas fisik (luas lantai) untuk bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4 secara berurutan adalah 0,955 dan 0,956; untuk bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah lantai 1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 secara berurutan adalah 0,993; 1,269; 1,018; 1,228; 1,501; untuk bangunan sekolah dengan klasifikasi jumlah lantai 2 adalah 0,637; sedangkan pada kapasitas fungsional (jumlah pemakai), untuk bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4 secara berurutan adalah 0,947 dan 0,959; untuk bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah lantai 1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 secara berurutan adalah 1,009; 1,274; 1,055; 1,313 dan 1,514; untuk bangunan sekolah dengan klasifikasi jumlah lantai 2 adalah 0,319. Estimasi biaya konseptual konstruksi gedung selanjutnya diperoleh dengan mengalikan biaya terdahulu yang diketahui dengan hasil perbandingan antara kapasitas yang direncanakan dengan kapasitas yang diketahui berpangkat faktor kapasitas biaya menurut fungsi, klasifikasi dan jenis kapasitasnya masing-masing.

Kata kunci : estimasi biaya konseptual, faktor kapasitas biaya, analisis regresi linier

Page 10: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

ix

ABSTRACT

CONCEPTUAL COST ESTIMATION

OF BUILDING CONSTRUCTION

USING COST CAPACITY FACTOR

Conceptual cost estimation is cost estimation based on the concept or general picture of the building to be constructed. One method of conceptual cost estimation on building construction is the cost capacity factor method. To be able to use the method of the cost capacity factor, the cost of capacity factor values should be known in advance.

Cost capacity factor values are sought by analyzing the relationship between cost and capacity using simple linear regression model. The analysis of the relationship with the cost of capacity was carried out by first logarithming cost and capacity. The value of slope in the regression model is the capacity factor cost sought.

The result of the analysis showed, the capacity factor in the cost of physical capacity (floor area) for social culture building with a special classification and number of 4 floors respectively were 0,955 and 0,956; for office buildings with a simple classification, not simple, a number of floors 1, number of floors 2 and 3 at sequence was 0,993; 1,269; 1,018; 1,228; 1,501; for school buildings with the classification number of floors 2 was 0,637, while the functional capacity (the number of users), for social culture building with a special classification and number of floors 4 was respectively 0,947 and 0,959; for office buildings with a simple classification, not simple, a number of floors 1, number of floors 2 and 3 respectively was 1,009; 1,274; 1,055; 1,313 and 1,514; for school buildings with the classification number of floors 2 was 0,319. Conceptual cost estimation of building construction was obtained by multiplying the known prior costs with the comparative result between the planned capacity with the known capacity powered by cost capacity factor by function, classification and type of capacity respectively. Key word : conceptual cost estimation, cost capacity factor, linear regression analysis.

Page 11: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

x

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM . .................................................................................. i

PRASYARAT GELAR .............................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ............................... iv

SURAT PERNYATAAN ............................................................................ v

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................... vi

ABSTRAK .............. .............................................................................. viii

ABSTRACT ............ ................................................................................ ix

DAFTAR ISI ........... ................................................................................. x

DAFTAR TABEL .... .............................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3

1.5 Batasan Masalah .......................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 5

2.1 Perencanaan Biaya Proyek............................................................ 5

2.2 Estimasi Biaya .............................................................................. 6

Page 12: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

xi

2.3 Metode Faktor Kapasitas Biaya .................................................... 8

2.4 Normalisasi ............................................................................... 10

2.5 Regresi Linier Sederhana ............................................................ 12

2.6 Linierisasi Kurve Tidak Linier .................................................... 13

2.7 Bangunan Gedung di Indonesia .................................................. 15

2.8 Validasi ...... ............................................................................... 20

2.9 Koefisien Korelasi dan Koefisien Penentu .................................. 21

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN .......... 24

3.1 Kerangka Penelitian ................................................................... 24

3.1.1 Persiapan data .................................................................... 24

3.1.2 Database ............................................................................ 24

3.1.3 Pengolahan data ................................................................. 25

3.1.4 Model ............................................................................... 26

3.1.5 Aplikasi ............................................................................. 26

3.2 Konsep Penelitian ...................................................................... 27

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 29

4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 29

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 29

4.3 Penentuan Sumber Data ............................................................. 29

4.4 Variabel Penelitian .................................................................... 30

4.5 Instrumen Penelitian .................................................................. 31

4.6 Prosedur Penelitian .................................................................... 31

4.7 Analisis Data ............................................................................. 31

Page 13: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

xii

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 33

5.1 Umum ....... ............................................................................... 33

5.2 Analisis untuk Menentukan Faktor Kapasitas Biaya .................. 35

5.2.1 Normalisasi ....................................................................... 35

5.2.2 Hubungan biaya dengan luas bangunan ............................. 39

5.2.2.1 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial

budaya ...................................................................... 39

5.2.2.2 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor 47

5.2.2.3 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah 51

5.2.3 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai .......................... 55

5.2.3.1 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan

sosial budaya ............................................................ 58

5.2.3.2 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan

kantor dan sekolah ................................................... 65

5.3 Faktor Kapasitas Biaya Bangunan Gedung ................................. 67

5.4 Validasi Model Faktor Kapasitas Biaya ..................................... 71

5.5 Aplikasi Faktor Kapasitas Biaya ................................................. 78

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 82

6.1 Simpulan ... ............................................................................... 82

6.2 Saran ......... ............................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 86

LAMPIRAN ............ ............................................................................... 87

Page 14: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

xiii

DAFTAR TABEL

2.1. Persyaratan Minimal Sarana dan Prasarana SD/MI ........................... 20

2.2 Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ............... 23

5.1 Daftar biaya bangunan gedung asrama dan kantor ............................ 33

5.2 Daftar biaya bangunan gedung laboratorium, puskesmas, rumah sakit

dan sekolah ..... ............................................................................... 34

5.3 Daftar biaya bangunan gedung asrama dan kantor setelah

dinormalisasi ... ............................................................................... 37

5.4 Daftar biaya bangunan gedung laboratorium, puskesmas, rumah sakit

dan sekolah setelah dinormalisasi ..................................................... 38

5.5 Daftar biaya dan luas lantai bangunan asrama .................................. 39

5.6 Daftar biaya dan luas lantai bangunan kantor, laboratorium,

puskesmas, rumah sakit dan sekolah ................................................ 40

5.7 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan PerMen P. U.

No. 45/PRT/M/2007 (asrama, laboratorium, kantor, puskermas dan

sekolah)............ ............................................................................... 42

5.8 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan PerMen P. U.

No. 45/PRT/M/2007 (kantor dan rumah sakit) ................................. 43

5.9 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan jumlah lantai 1 ...... 44

5.10 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan

jumlah lantai 2, 3 dan 4 .................................................................... 45

5.11 Daftar biaya dan luas lantai bangunan kantor ................................... 47

Page 15: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

xiv

5.12 Klasifikasi bangunan kantor berdasarkan PerMen P. U.

No. 45/PRT/M/2007 ........................................................................ 48

5.13 Klasifikasi bangunan kantor berdasarkan jumlah lantai .................... 50

5.14 Daftar biaya dan luas lantai bangunan sekolah ................................. 51

5.15 Klasifikasi bangunan sekolah berdasarkan PerMen

P. U. No. 45/PRT/M/2007 ............................................................... 52

5.16 Klasifikasi bangunan sekolah berdasarkan jumlah lantai .................. 54

5.17 Jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya

(asrama, kantor, laboratorium dan puskesmas) ................................ 58

5.18 Jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya

(rumah sakit dan sekolah) ................................................................ 59

5.19 Klasifikasi berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007

(khusus dan sederhana) ................................................................... 60

5.20 Klasifikasi berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007

(sederhana dan tidak sederhana) ...................................................... 61

5.21 Klasifikasi berdasarkan jumlah lantai 1, 2 dan 3 .............................. 63

5.22 Klasifikasi berdasarkan jumlah lantai 3 dan 4 .................................. 64

5.23 Model dan faktor kapasitas biaya hasil analisis hubungan biaya

dengan luas bangunan dan biaya dengan jumlah pemakai ................ 69

5.24 Error estimate faktor kapasitas biaya hasil analisis hubungan biaya

dengan luas bangunan dan biaya dengan jumlah pemakai ................ 75

5.25 Faktor kapasitas biaya menurut klasifikasi dan kapasitasnya setelah

uji validasi........ ............................................................................... 78

Page 16: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

xv

5.26 Rumusan matematis estimasi biaya konseptual menurut

Klasifikasinya .. ............................................................................... 79

Page 17: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1. Bagan Klasifikasi Bangunan Gedung menurut UUBG No. 28/2002 ..... 15

3.1. Skema Konsep Model Faktor Kapasitas Biaya.................................. … 28

5.1 Diagram tingkat jumlah masing-masing fungsi bangunan gedung ........ 35

5.2 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya ...... 41

5.3 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya

berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 .... 43

5.4 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya

berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ..................................... 46

5.5 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor ................. 48

5.6 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor berdasarkan

klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 ...................... 49

5.7 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor berdasarkan

klasifikasi menurut jumlah lantai ......................................................... 50

5.8 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah ............... 52

5.9 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah berdasarkan

klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 ....................... 53

5.10 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah berdasarkan

klasifikasi menurut jumlah lantai ......................................................... 54

5.11 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial

budaya ............ ................................................................................... 59

Page 18: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

xvii

5.12 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya

berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No. 45/PRT/M/2007 ............................................................................ 62

5.13 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya

berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ..................................... 64

5.14 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor ........ 65

5.15 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor

berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No. 45/PRT/M/2007 ............................................................................ 66

5.16 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor

berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ...................................... 66

5.17 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah ....... 66

5.18 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah

berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No. 45/PRT/M/2007 ............................................................................ 67

5.19 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah

berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ...................................... 67

Page 19: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel luas lantai, jumlah pemakai dan biaya bangunan kantor

serta klasifikasinya .................................................................... 87

Lampiran 2 Tabel luas lantai, jumlah pemakai dan biaya bangunan sekolah

serta klasifikasinya ..................................................................... 88

Lampiran 3 Error Estimate bangunan sosial budaya yang terklasifikasi

ke dalam bangunan khusus ( hubungan biaya dengan luas ) ........ 89

Lampiran 4 Estimate bangunan sosial budaya yang terklasifikasi

ke dalam bangunan berlantai 4 ( hubungan biaya dengan luas ) .. 90

Lampiran 5 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam

bangunan sederhana ( hubungan biaya dengan jumlah

pemakai ) ................................................................................... 91

Lampiran 6 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam

bangunan tidak sederhana ( hubungan biaya dengan jumlah

pemakai ) ................................................................................... 92

Lampiran 7 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam

bangunan berlantai 1 ( hubungan biaya dengan jumlah

pemakai ) ................................................................................... 93

Lampiran 8 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam

bangunan berlantai 2 ( hubungan biaya dengan jumlah

pemakai ) ................................................................................... 94

Page 20: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

xix

Lampiran 9 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam

bangunan berlantai 3 ( hubungan biaya dengan jumlah

pemakai ) ................................................................................... 95

Lampiran 10 Error Estimate bangunan sekolah yang terklasifikasi ke dalam

bangunan berlantai 2 ( hubungan biaya dengan jumlah

pemakai ) .................................................................................. 96

Page 21: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Estimasi biaya merupakan hal penting dalam dunia konstruksi. Estimasi

biaya konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan fisik konstruksi dilakukan dan

memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen karena estimasi biaya

mempunyai dampak pada kesuksesan proyek dan perusahaan. Keakuratan dalam

estimasi biaya tergantung pada informasi-informasi terbaru dalam bidang

konstruksi yang didapat, disamping pemilihan jenis estimasi biaya yang

dipergunakan.

Secara umum estimasi biaya konstruksi dibedakan menjadi estimasi biaya

konseptual dan estimasi biaya detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi

biaya berdasarkan konsep atau gambaran secara umum terhadap bangunan yang

akan dibangun, misalnya rumah sederhana, rumah mewah, dan sebagainya.

Melalui estimasi ini diperoleh biaya konseptual yaitu biaya berdasarkan gambaran

umum yang menjadi acuan terhadap konstruksi bangunan yang direncanakan

sebelum biaya detail dihitung. Estimasi biaya detail adalah estimasi biaya

berdasarkan perhitungan secara detail terhadap kuantitas dan biaya satuan tiap

komponen bangunan sehingga diperoleh biaya total yang lebih akurat.

Berbagai metode dipakai dalam melakukan estimasi biaya konseptual

pada konstruksi bangunan gedung. Salah satu metode estimasi biaya konseptual

pada konstruksi bangunan gedung adalah metode faktor kapasitas biaya. Metode

Page 22: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

2

faktor kapasitas biaya ini mengambil dasar bahwa terdapat suatu hubungan

diantara beberapa proyek bangunan sejenis namun nilai, luas dan jumlah

pemakainya berbeda. Biaya sebuah bangunan baru diperoleh setelah faktor

kapasitas biaya diketahui. Faktor kapasitas biaya merupakan suatu koefisien pada

masing-masing fungsi bangunan yang diperoleh melalui proses tertentu

berdasarkan data biaya dan ukuran atau kapasitas proyek yang sudah diketahui

dan memiliki jenis yang sama.

Dalam prosesnya, metode faktor kapasitas biaya sebagai salah satu metode

estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung mengklasifikasikan

setiap bangunan untuk mengetahui faktor kapasitas fisik yaitu berupa luas lantai

dan kapasitas fungsional berupa jumlah orang pemakai, pada konstruksi bangunan

gedung yang bersangkutan. Kapasitas fisik berupa luas lantai dan kapasitas

fungsional berupa jumlah orang pemakai, masing-masing diplot bersama-sama

dengan biaya konstruksi bangunan gedung sehingga secara umum terdapat

hubungan antara masing-masing faktor kapasitas biaya dengan biaya konstruksi

bangunan gedung yang dapat dilihat dengan adanya suatu model persamaan.

Masing-masing nilai faktor kapasitas biaya bisa diketahui dari model persamaan

yang telah diperoleh berdasarkan penjelasan di atas.

Metode estimasi biaya konseptual pada negara maju telah banyak dikenal

dan dipergunakan dengan baik dalam dunia konstruksi antara lain untuk

pembuatan fasilitas pabrik proses kimia, peralatan kontrol untuk polusi udara serta

bandara (Abduh,2006). Walaupun demikian, penggunaan metode faktor kapasitas

biaya untuk estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung belum

Page 23: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

3

banyak dikenal, khususnya di Bali. Selama ini yang banyak dipergunakan dalam

estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung adalah estimasi

parameter menurut fungsi bangunan gedung tersebut atau dengan menggunakan

data masa lalu yang diperbarui dengan menggunakan indeks biaya. Untuk bisa

memakai metode faktor kapasitas biaya dalam melakukan estimasi biaya

konseptual pada konstruksi bangunan gedung maka nilai faktor kapasitas biaya

harus diketahui terlebih dahulu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Berapa nilai faktor kapasitas biaya bangunan gedung pada model estimasi

biaya konseptual bangunan gedung berdasarkan hubungan biaya dengan luas

lantai bangunan dan hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan?

2. Bagaimana menentukan estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan

faktor kapasitas biaya bangunan gedung?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui model biaya bangunan gedung berdasarkan kapasitas fisik

dan kapasitas fungsional.

2. Untuk mengetahui nilai faktor kapasitas biaya pada masing-masing bangunan

gedung sebagai faktor dalam melakukan estimasi biaya konseptual konstruksi

bangunan gedung dengan memakai metode faktor kapasitas biaya.

Page 24: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

4

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dapat melakukan estimasi biaya konseptual konstruksi bangunan gedung

dengan menggunakan faktor kapasitas biaya.

2. Estimasi biaya konseptual konstruksi bangunan gedung dengan menggunakan

faktor kapasitas biaya bisa dijadikan sebagai alternatif dalam melakukan

estimasi biaya konseptual konstruksi bangunan gedung.

1.5 Batasan Masalah

1. Lokasi obyek penelitian dibatasi pada beberapa wilayah di Kota Denpasar dan

Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

2. Obyek penelitian difokuskan pada bangunan gedung pemerintah menurut

klasifikasi sesuai UUBG No. 28/2002 berupa bangunan gedung sosial budaya

yang terdiri dari bangunan gedung pendidikan, layanan kesehatan dan

pelayanan umum.

3. Jumlah pemakai bangunan gedung pemerintah menurut klasifikasi sesuai

UUBG No. 28/2002 dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku atau

berdasarkan standar perencanaan yang ada.

4. Rencana Anggaran Biaya terdahulu yang dipakai berada pada rentang tahun

2002 sampai dengan 2009.

Page 25: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Biaya Proyek

Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek dapat mencapai jumlah yang

sangat besar dan tertanam dalam kurun waktu yang cukup lama. Oleh karena itu

perlu dilakukan identifikasi biaya proyek dengan tahapan perencanaan biaya

proyek sebagai berikut :

1. Tahapan pengembangan konseptual, biaya dihitung secara global berdasarkan

informasi desain yang minim. Dipakai perhitungan berdasarkan unit biaya

bangunan berdasarkan harga per kapasitas tertentu.

2. Tahapan desain konstruksi, biaya proyek dihitung secara agak detail

berdasarkan volume pekerjaan dan informasi harga satuan.

3. Tahapan pelelangan , biaya proyek dihitung oleh beberapa kontraktor agar

didapat penawaran terbaik, berdasarkan spesifikasi teknis dan gambar kerja

yang cukup dalam usaha mendapatkan kontrak pekerjaan.

4. Tahapan pelaksanaan, biaya proyek pada tahapan ini dihitung lebih detail

berdasarkan kuantitas pekerjaan, gambar shop drawing dan metode

pelaksanaan dengan ketelitian yang lebih tinggi.

Untuk menentukan biaya suatu unit pekerjaan sebagai bagian dari kegiatan

proyek, dilakukan estimasi biaya (Husen, 2009).

Page 26: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

6

2.2 Estimasi Biaya

Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang

berdasarkan analisis dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan

tertentu dengan hasil seoptimal mungkin. Aspek itu dapat dikelompokkan menjadi

4 tahapan yaitu (Kodoatie, 1995) :

1. Tahapan studi

2. Tahapan perencanaan

3. Tahapan pelaksanaan

4. Tahapan operasi dan pemeliharaan

Pada tahap perencanaan sangat penting untuk memperhatikan perkiraan

biaya untuk membangun proyek karena memiliki fungsi dengan spektrum yang

amat luas bagi masing-masing organisasi peserta proyek dengan penekanannya

yang berbeda-beda. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan jumlah perkiraan

biaya akan menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan investasi.

Untuk kontraktor, keuntungan financial yang akan diperoleh tergantung kepada

seberapa jauh kecakapannya membuat perkiraan biaya, bila penawaran harga yang

diajukan terlalu tinggi kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan

mengalami kekalahan, sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalu

rendah akan mengalami kesulitan di belakang hari. Untuk konsultan, angka

tersebut diajukan kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk

berbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek dan sampai derajat tertentu,

kredibilitasnya terkait dengan kebenaran atau ketepatan angka-angka yang

diusulkan (Soeharto, 1997).

Page 27: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

7

Perkiraan biaya atau estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art of

approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan

yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu (Soeharto, 1997).

Dalam prosesnya, tiap-tiap kategori estimasi harus secara hati-hati dipersiapkan

dari tingkat estimasi konseptual sampai pada estimasi detail untuk memperoleh

keakuratan estimasi biaya konstruksi. Keakuratan estimasi biaya konstruksi

seharusnya meningkat sesuai dengan perubahan proyek, dari perencanaan, desain

hingga estimasi akhir pada saat penyelesaian proyek. Hal ini bisa diprediksi dari

estimasi konseptual yang akan membentuk batasan, dengan tingkat keakuratannya

relatif luas terhadap nilai kontrak proyek konstruksi, karena tidak semua

gambaran desain dan detail disebutkan selama perencanaan awal.

Estimasi biaya dibedakan menjadi estimasi biaya konseptual dan estimasi

biaya detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep

bangunan yang akan dibangun. Estimasi biaya konseptual ini bisa disebut juga

sebagai perkiraan biaya pendahuluan. Sebagaimana telah disampaikan

sebelumnya bahwa perkiraan biaya pendahuluan dikerjakan pada tahap konseptual

di mana dalam tahap ini semua aspek yang berkaitan dengan rencana investasi

dikembangkan, dikaji dan disaring untuk sampai pada suatu laporan yang dapat

dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan untuk tahap berikutnya (Soeharto,

1997). Tuntutan yang harus dipenuhi untuk bisa berlanjutnya rencana investasi

adalah kualitas perkiraan biaya yang berkaitan dengan akurasi estimasi biaya

tersebut. Kualitas suatu estimasi biaya yang berkaitan dengan akurasi dan

kelengkapan unsur-unsurnya tergantung pada hal-hal berikut (Soeharto, 1997) :

Page 28: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

8

a. Tersedianya data dan informasi

b. Teknik atau metode yang digunakan

c. Kecakapan dan pengalaman estimator

d. Tujuan pemakaian perkiraan biaya

Tersedianya data dan informasi memegang peranan penting dalam hal

kualitas perkiraan biaya yang dihasilkan. Hal ini juga memerlukan kecakapan,

pengalaman serta judgement dari estimator dan tergantung pula dengan metode

perkiraan biaya yang dipakai. Terkait dengan metode yang digunakan, dikenal

beberapa metode estimasi biaya yaitu :

1. Metode parametrik

2. Metode dengan memakai daftar indeks harga dan informasi proyek terdahulu

3. Metode menganalisis unsur-unsurnya

4. Menggunakan metode faktor

5. Quantity take off dan harga satuan

6. Unit price

7. Memakai data dan informasi proyek yang bersangkutan

Metode mana yang hendah dipakai tergantung pada keperluan dan tersedianya

data serta informasi pada waktu itu (Soeharto, 1997).

2.3 Metode Faktor Kapasitas Biaya

Estimasi biaya konseptual dapat dilakukan dengan menggunakan data

masa lalu yang diperbarui dengan dasar pemikiran bahwa diantara beberapa

proyek sejenis namun besar dan kapasitasnya berbeda terdapat suatu korelasi.

Page 29: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

9

Pendekatan yang dipakai dalam metode ini adalah mencoba meletakkan dasar

hubungan matematis yang mengaitkan biaya dengan kapasitas tertentu dari objek

(Soeharto, 1997). Metode ini amat praktis untuk melakukan pengujian secara

cepat dalam suatu kegiatan analisis biaya. Hal ini tepat digunakan pada waktu

belum tersedianya data dan informasi untuk membuat perkiraan biaya yang lebih

akurat. Meskipun demikian karena metode ini disusun atas dasar catatan terdahulu

maka pemakaiannya harus hati-hati, perlu dikaji apakah kondisi proyek yang

sedang disiapkan serupa dengan proyek terdahulu sehingga angka-angka yang

diperoleh masih dapat diterapkan (Soeharto, 1997). Rumus matematis yang

menunjukkan hubungan antara biaya dengan kapasitas tertentu seperti tersebut di

atas adalah berupa kurva pangkat seperti pada Persamaan 2.1. di bawah ini :

m

QQCC

1

212 ……………………………………………………………… (2.1)

dengan;

C1= biaya untuk kapasitas yang diketahui (Rp)

C2 = biaya untuk kapasitas yang ingin diketahui (Rp)

Q2 = ukuran/kapasitas fasilitas yang ingin diketahui (m2 atau orang)

Q1 = ukuran/kapasitas fasilitas yang diketahui (m2 atau orang)

m = faktor kapasitas biaya

Faktor kapasitas biaya (m) yang terdapat dalam Persamaan 2.1. diperoleh

dari hasil hubungan biaya dengan kapasitas tertentu suatu objek menggunakan

kurva linier seperti Persamaan 2.2. di bawah ini :

y = mx + q ...……………………………………………………………… (2.2)

Page 30: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

10

dengan;

y = biaya,

x = kapasitas,

m = faktor kapasitas biaya

q = komponen tetap

2.4 Normalisasi

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa estimasi biaya konseptual dapat

dilakukan dengan menggunakan data masa lalu yang diperbarui dengan dasar

pemikiran bahwa diantara beberapa proyek sejenis namun besar dan kapasitasnya

berbeda terdapat suatu korelasi, maka perihal harga di waktu yang lalu dan

korelasinya terhadap tingkat harga saat ini dapat ditemui dalam penerbitan

berkala sebagai indeks harga. Indeks harga adalah angka perbandingan antara

harga pada suatu waktu ( tahun tertentu) terhadap harga pada waktu (tahun) yang

digunakan sebagai dasar (Soeharto, 1997). Dengan memahami dasar teori yang

disampaikan di atas maka dapat diartikan bahwa adanya data masa lalu tentunya

terkait dengan waktu dan lokasinya masing-masing. Perbedaan lokasi yang ada

dapat terkorelasi ke lokasi yang menjadi acuan dan diterjemahkan suatu rumusan

seperti persamaan 2.3. berikut :

L

BLB I

ICC .................................................................................................... (2.3)

dengan;

CB = biaya menurut lokasi acuan (Denpasar)

CL = biaya dari suatu lokasi yang diketahui

Page 31: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

11

IB = indeks harga konsumen menurut lokasi acuan (Denpasar)

IL = indeks harga konsumen dari suatu lokasi yang diketahui

Demikian juga halnya adanya perbedaan waktu di masa lampau dapat

terkorelasi pada waktu yang menjadi acuan dasar. Persamaan yang mewakilinya

seperti pada Persamaan 2.4.

n

lalusekarangixBiayaBiaya

1001 ………………………………………... (2.4)

dengan;

i = angka inflasi

n = selisih waktu (tahun)

Indeks harga konsumen adalah suatu ukuran statistik yang dapat

menunjukkan perubahan-perubahan pada harga komoditas dan jumlah barang

yang diminta oleh konsumen dari waktu ke waktu. Indeks harga konsumen

disusun oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan

dari berbagai sumber relevan, seperti pasar konsumen, produsen, lembaga-

lembaga konsumen dan sebagainya. Penetapan indeks harga konsumen dilakukan

dengan mempergunakan metode tertentu baik dengan indeks angka ditimbang

maupun dengan angka indeks tidak ditimbang. Waktu dasar yang dipergunakan

adalah tahun dimana ekonomi dianggap dalam keadaan stabil dan tidak berjauhan

dengan tahun yang akan datang.

Page 32: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

12

Dalam penetapan indeks harga konsumen, ada beberapa faktor yang

dianggap mempunyai pengaruh cukup besar terhadap pembentukan harga

konsumen yaitu :

1. Kebijakan pemerintah berkenaan dengan politik ekonomi dan moneter serta

politik perdagangan luar negeri.

2. Kebijakan harga yang ditetapkan oleh pemerintah.

3. Jumlah permintaan konsumen terhadap komoditas.

4. Kenaikan pendapatan masyarakat.

5. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen.

6. Nilai mata uang jika dibandingkan dengan kurs.

2.5 Regresi Linier Sederhana

Dalam penelitian orang bisa bekerja menggunakan model yang bisa

diartikan sebagai suatu hubungan fungsional antara peubah. Dengan model itu kita

berusaha memahami, menerangkan, mengendalikan dan kemudian

memprediksikan kelakuan sistem yang kita teliti. Model juga menolong dalam

menentukan hubungan kausal antara dua atau lebih peubah. Secara umum model

merupakan penyederhanaan dan abstraksi dari keadaan alam yang sesungguhnya.

Keadaan alam yang ingin diteliti biasanya rumit dan kemampuan kita menelitinya

secara keseluruhan amat terbatas, karena itu kita perlu menyederhanakannya

sesuai dengan kemampuan akal kita menghadapinya. Dari pengalaman di masa

lalu atau dari dugaan mengenai hubungan antara peubah dalam sistem yang

Page 33: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

13

diteliti, dirumuskan perkiraan kelakuan sistem tersebut dalam berbagai situasi

(Sembiring, 2003).

Model yang dibicarakan ini akan selalu berbentuk fungsi dan regresi

merupakan alat yang ampuh dalam pembentukannya (Sembiring, 2003). Regresi

yang berarti peramalan merupakan alat analisis hubungan yang digunakan untuk

meramalkan atau memperkirakan nilai dari satu variabel dalam hubungannya

dengan variabel yang lain melalui persamaan garis regresi. Regresi ini dapat

berbentuk regresi linier yaitu regresi yang memperlihatkan data yang ada dapat

dinyatakan berada pada suatu garis lurus dan regresi non linier yaitu regresi yang

memperlihatkan data yang ada tidak dapat dinyatakan pada suatu garis lurus

(Hasan, 2008).

Regresi linier dapat berupa regresi linier sederhana, yaitu regresi linier

yang hanya melibatkan dua variabel yaitu satu variabel bebas X dan satu variabel

terikat Y dan regresi linier berganda yaitu regresi linier yang melibatkan lebih dari

dua variabel, satu variabel terikat Y dan dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3,

..., Xn) (Hasan, 2008). Apabila model tersebut diterjemahkan secara matematis

maka Persamaan 2.2. sebagai perwakilannya. Dalam persamaan tersebut, m dan q

disebut koefisien regresi yang nilainya ditentukan dari data, sedangkan y

menyatakan prediksi (Sembiring, 2003).

2.6 Linierisasi Kurve Tidak Linier

Dalam praktek sering dijumpai bahwa sebaran titik-titik pada sistem

koordinat mempunyai kecenderungan (trend) yang berupa kurve lengkung

Page 34: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

14

sehingga persamaan 2.2 tidak bisa langsung digunakan. Agar persamaan regresi

linier dapat digunakan untuk mempresentasikan kurve lengkung, maka perlu

dilakukan transformasi koordinat sedemikian rupa sehingga sebaran titik data bisa

dipresentasikan dalam kurve linier. Berikut ini diberikan dua fungsi transformasi

data yang bisa digunakan, yaitu fungsi eksponensial dan fungsi berpangkat.

1) Persamaan berpangkat

Persamaan berpangkat diberikan oleh bentuk berikut ini 2b2 xay dengan

a2 dan b2 adalah koefisien konstan. Persamaan tersebut dapat dilinierkan dengan

menggunakan fungsi logaritmik sehingga didapat log y = b2 log x + log a2 yang

merupakan hubungan log-log antara log y dan log x. Persamaan tersebut

mempunyai bentuk garis lurus dengan kemiringan b2 dan memotong sumbu log y

pada log a2.

2) Fungsi exponensial

Contoh lain dari kurve tak linier adalah fungsi eksponensial seperti

diberikan oleh bentuk berikut xb1

1eay dengan a1 dan b1 adalah konstanta.

Persamaan tersebut dapat dilinierkan dengan menggunakan logaritma natural

sehingga menjadi ln y = ln a1 + b1x ln e, karena ln e = 1, maka ln y = ln a1 + b1x.

Persamaan log y = b2 log x + log a2 merupakan hubungan semi logaritmik antara

ln y dan x. Persamaan tersebut mempunyai bentuk garis lurus dengan kemiringan

b1 dan memotong sumbu ln y pada ln a1.

Page 35: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

15

2.7 Bangunan Gedung di Indonesia

Definisi tentang bangunan gedung dalam Undang-undang Republik

Indonesia nomor 28 tahun 2002 adalah "wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi

yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

atas dan atau di dalam tanah dan atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia

melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan

keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus".

Untuk memudahkan pengaturan menurut kelompok kegunaan gedung

dalam hal teknis dan administrasi, UUBG No. 28/2002 mengklasifikasikan

bangunan gedung fungsinyaseperti pada Gambar 2.1 dibawah ini :

Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007, bangunan

gedung negara menurut tingkat kompleksitasnya diklasifikasikan menjadi 3 yaitu

bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana, dan bangunan khusus.

Perkantoran Perdagangan Penginapan Industri Terminal Penyimpanan Pariwisata

Masjid Gereja Pura Wihara Kelenten

Pendidikan Layanan Kesehatan Pelayanan Umum Kebudayaan

Kemiliteran Reaktor Dll

R. Tinggal Tunggal R. Tinggal Deret R. Tinggal Susun R. Tinggal Sementara

Bangunan Gedung

Usaha Keagamaan Sosial Budaya

Khusus Hunian

Gambar 2.1 Bagan Klasifikasi Bangunan Gedung menurut UUBG No. 28/2002

Page 36: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

16

a. Klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:

1. Gedung yang sudah ada desain prototipenya, atau bangunan gedung dengan

jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2;

2. Bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;

3. Gedung pelayanan kesehatan: puskesmas; dan

4. Gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d.

2 lantai.

b. Klasifikasi Bangunan tidak Sederhana, antara lain:

1. Gedung yang belum ada desain prototipenya, atau gedung dengan luas di

atas dari 500 m2, atau gedung bertingkat di atas 2 lantai;

2. Bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang

bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk rumah susun;

3. Gedung Rumah Sakit Klas A, B,C, dan D; dan

4. Gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung

pendidikan dasar/lanjutan bertingkat di atas 2 lantai.

c. Klasifikasi Bangunan Khusus, merupakan bangunan gedung negara yang

memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan

pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi khusus. Bangunan

tersebut antara lain:

1. Istana negara dan rumah jabatan presiden & wakil presiden,

2. Wisma negara,

3. Gedung instalasi nuklir,

Page 37: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

17

4. Gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan penggunaan dan

persyaratan khusus,

5. Gedung laboratorium,

6. Gedung terminal udara/laut/darat,

7. Stasiun kereta api,

8. Stadion olah raga,

9. Rumah tahanan,

10. Gudang benda berbahaya,

11. Gedung bersifat monumental,

12. Gedung kantor perwakilan negara R.I. di luar negeri.

Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan,

dihitung berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 45/PRT/M/2007

dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi

sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per personil;

2. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak

sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per personil;

3. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atau

ruang pelayanan masyarakat, kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi

kebutuhan ruang) diluar luas ruangan untuk seluruh personil yang akan

ditampung.

Desain awal sebuah bangunan harus memperhatikan kapasitas bangunan

yang akan didesain. Sebagai dasar penentuan kapasitas atau daya tampung yang

Page 38: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

18

akan direncanakan adalah mengikuti standar perencanaan bangunan menurut jenis

bangunan yang akan dibangun (Neufert,1989). Asrama dengan kamar tidur

terpisah, luas kamarnya lebih besar dari 6 m2, sebaiknya 9 m2. Tempat tidur

sebaiknya tidak disusun berderet dan sebaiknya setiap tempat tidur dilengkapi

lemari pakaian dan barang pribadi yang diletakkan di sisi tempat tidur, aliran

udara harus cukup baik. Tingkat pengawasan penghuni asrama tergantung pada

system yang dianut. Pengawas asrama membutuhkan ruang keluarga dan kamar

tidur masing-masing dengan luas 18 m2 (Neufert,1989).

Daya tampung bangunan perkantoran dapat ditelusuri melalui jenis/bentuk

organisasinya. Berdasarkan bentuk organisasi ini, diketahui jumlah orang menurut

tingkatan jabatannya secara fuugsional. Hal ini, nanti akan mempengaruhi jenis

ruang yang harus tersedia dalam kantor tersebut. Jumlah orang yang

terdeskripsikan melalui struktur organisasi kantor akan menentukan ukuran luas

ruang yang dibutuhkan. Kebutuhan ruang kantor dapat dihitung melalui 2 cara

bersamaan (Neufert,1989), yaitu :

a. Ruang gerak orang (standar ruang perorangan dikalikan jumlah orang)

ditambahkan dengan ruang tambahan untuk sarana penunjang dan faktor untuk

sirkulasi utama,

b. Ruang bebas untuk bukan orang, misal ruang mesin.

Secara ideal ukuran ruang laboratorium ditentukan oleh ukuran

anthropometric, misalnya lebar daun meja diukur berdasarkan daya jangkau

maksimum, menurut teori sekitar 600 tetapi dalam prakteknya berkisar 610 hingga

840. Panjang daun meja bagi siswa yang sedang melakukan penelitian biasanya

Page 39: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

19

berkisar antara 2.100 dan 4.600 tergantung pada disiplin ilmu dan persyaratan

khusus dari penelitian yang dikerjakan. Bila peneliti membentuk kelompok

dengan menggunakan alat bersama maka panjang daun meja bias dikurangi

menjadi sekitar 1.500 per orang. Tinggi meja diukur dari permukaan lantai

berkisar antara 450 untuk pekerjaan kimia hingga 90 untuk pekerjaan yang harus

dilakukan sambil berdiri (Neufert,1989).

Puskesmas sebagai tempat untuk pasien berobat jalan terdiri dari ruang

konsultasi, ruang penyelidikan, ruang pemeriksaan dan ruang pengobatan.

Pemeriksaan berkala memakan waktu sekitar 3 jam (kira-kira 10 jam per minggu)

dan dilakukan antara pukul 09.00 – 18.00. Setiap dokter dapat menggunakan

sekaligus 2 kegiatan masing-masing dalam satu ruangan. Penggunaan ruang

diperkirakan 9 kali kunjungan per minggu, dimana rumusan perhitungan

kebutuhan ruang adalah jumlah ruang yang dibutuhkan dibagi 9 sama dengan

kegiatan dalam ruang per minggu. Untuk bangunan rumah sakit secara umum

pembangunannya didasarkan pada 2 unsur utama yakni dasar pelayanan dan

konfigurasi tempat tidur. Dalam perhitungan memakai konfigurasi tempat tidur

perbandingan tempat tidur per tim petugas rumah sakit adalah 20 – 30 pasien.

Selain itu perbandingan tempat tidur untuk suatu rumah sakit lingkungan didapat

angka kira-kira 37 – 46 m2 per tempat tidur untuk bagian perawatan dan 46 – 53

m2 per tempat tidur untuk bagian-bagian utama lainnya (Neufert,1989).

Batasan pengertian ruang untuk tahun-tahun awal pada sekolah yang

menjalankan program wajib belajar lebih banyak mengandalkan pada perencanaan

arsitektural yang dapat dikelompokkan atas 3 kategori (Neufert,1989) yakni :

Page 40: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

20

1. Unsur fasilitas dari ruang kelas utama setempat

2. Unsur fasilitas ruang tertutup yang yang dipakai bersama

3. Unsur fasilitas ruang luar yang dipakai bersama

Perubahan acuan perencanaan dari ruang kelas yang baku menjadi pusat-pusat

ruang menurut acuan baru telah dicoba dengan mengubah beberapa sekolah tua.

Persyaratan Minimal Sarana dan Prasarana bangunan SD/MI dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1. Persyaratan Minimal Sarana dan Prasarana SD/MI

Uraian

Tipe SD/MI Satuan A B C

Jumlah Murid orang Ideal 480 Ideal 240 Min. 90 Jumlah Ruang Kelas buah 12 6 3 Jumlah murid/kelas orang 40 40 30 Jumlah Luas Ruang Kelas m2 672 336 168 Kebutuhan ruang/murid m2

/murid 1,4 1,4 1,87

Kebutuhan Ruang Belajar m2 840 504 168 Kebutuhan Ruang Kantor m2 56 42 - Kebutuhan Ruang Penunjang (kecuali Kantin, parkir, rumah kepsek, mess guru)

m2 67 52 17

Jumlah Luas Ruang Total m2 963 598 185 Lokasi Kab./ kota Kec. /kel. Desa/daerah

terpencil Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Gedung SD/MI No. CT/TB/PELT/TC/SD/001/99

2.8 Validasi

Salah satu tahap penting dalam pengembangan model adalah melakukan

uji validitasnya. Proses ini meliputi tes dan evaluasi dari model yang

dikembangkan dengan beberapa validasi data. Uji validasi dimaksudkan untuk

mengukur tingkat kesalahan estimasi yang menggunakan faktor kapasitas biaya

Page 41: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

21

terhadap data aktual. Koreksi ini juga melihat seberapa besar penyimpangan dari

estimasi biaya konseptual dengan metode faktor kapasitas biaya. Melalui nilai

koreksi yang dilakukan, diharapkan dapat melihat faktor kapasitas biaya untuk

setiap fungsi bangunan yang lebih mendekati kenyataan atau tingkat kesalahan

yang lebih kecil. Tahapan validasi yang dilakukan meliputi:

1. Menentukan data-data bangunan yang memiliki karakteristik sama pada setiap

fungsi bangunan yang nantinya akan menjadi nilai Q1, Q2, C1 dan C2,

2. Menentukan nilai m, Q1, Q2, C1 dan C2 dari data yang terdapat pada setiap

klasifikasi,

3. Input nilai Q1, Q2 dan C1 pada persamaan faktor kapasitas m

QQCC

1

212 ,

menjadi nilai C2,

4. Menentukan prosentase kesalahan antara C2 dan C2 aktual melalui Persamaan

2.4, dan

%100cos

cosmodcosx

actualtactualtelt

estimateError

……………………... (2.5)

5. Nilai kesalahan ini kemudian dapat dirata-rata untuk setiap kelasnya sehingga

dapat diketahui berapa persentase kesalahan pada suatu klasifikasi.

2.9 Koefisien Korelasi dan Koefisien Penentu

Koefisien korelasi (KK) adalah indeks atau bilangan yang digunakan

untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah

hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada di antara -1

Page 42: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

22

dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam

positif (+) dan negatif (-) atau (-1 ≤ KK ≤ +1) (Hasan, 2008).

Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variable-variabel berkorelasi

positif, artinya jika variable yang satu naik/turun maka variable yang lain juga

naik/turun. Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke +1 semakin kuat positifnya.

Jika koefisien korelasi bernilai negatif maka variable-variabel berkorelasi negatif,

artinya jika variable yang satu naik/turun maka variable yang lain juga naik/turun.

Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke -1 semakin kuat negatifnya. Jika

koefisien korelasi bernilai 0 (nol) maka variable tidak menunjukkan korelasi. Jika

koefisien korelasi bernilai +1 atau -1 maka variable-variabel menunjukkan

korelasi positif atau negative sempurna (Hasan, 2008).

Koefisien penentu (KP) atau koefisien determinasi (KD) adalah angka atau

indeks yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan sebuah variabel

atau lebih (variabel bebas X) terhadap variasi (naik/turunnya) variabel yang lain

(variabel terikat Y). Nilai koefisien penentu berada antara 0 sampai 1 (0 ≤ KP ≤

1). Jika nilai koefisien penentu (KP) = 0, berarti tidak pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Jika nilai koefisien penentu (KP) = 1

berarti variasi (naik/turunnya) variabel dependen adalah 100% dipengaruhi oleh

variabel independen. Jika nilai koefisien penentu (KP) berada di antara 0 dan 1 (0

< KP < 1) maka besarnya pengaruh variabel independen terhadap variasi

(naik/turunnya) variabel dependen adalah sesuai dengan nilai KP itu sendiri, dan

selebihnya berasal dari faktor-faktor lain (Hasan, 2008).

Page 43: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

23

Untuk menentukan keeratan hubungan/korelasi antar variabel tersebut,

berikut ini diberikan nilai-nilai KK sebagai patokan (Hasan, 2008).

Table 2.2 Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan No. Interval Nilai Kekuatan Hubungan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

KK = 0,00

0,00 < KK ≤ 0,20

0,20 < KK ≤ 0,40

0,40 < KK ≤ 0,70

0,70 < KK ≤ 0,90

0,90 < KK ≤ 1,00

KK = 1,00

Tidak ada

Sangat rendah atau lemah sekali

Rendah atau lemah tapi pasti

Cukup berarti atau sedang

Tinggi atau kuat

Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan

Sempurna

Page 44: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

25

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

3.1.1 Persiapan data

Sebagai langkah awal dari penulisan ini adalah mempersiapkan data

dengan terlebih dahulu menentukan klasifikasi bangunan gedung yang akan

dijadikan objek penulisan. Untuk memenuhi kebutuhan terhadap data yang

diperlukan, dilakukan survey ke instansi terkait ataupun ke penyedia jasa

konstruksi untuk memperoleh data-data kontrak tiap jenis bangunan gedung.

Survey juga dilakukan ke Badan Pusat Statistik (BPS) setempat untuk mengetahui

tingkat inflasi pada waktu tertentu dan data lain yang berkaitan.

3.1.2 Database

Berdasarkan survey dan data-data kontrak tiap jenis bangunan yang akan

dicari, akan diketahui rencana anggaran biaya dan luas bangunan yang

bersangkutan. Dari hasil survey ke Badan Pusat Statistik (BPS) diharapkan akan

diperoleh data inflasi dan data indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen

tiap lokasi dipakai untuk normalisasi lokasi karena indeks harga konstruksi belum

ada secara resmi di Indonesia. Rencana anggaran biaya, kapasitas bangunan, data

indeks harga konsumen dan data inflasi inilah yang akan menjadi database dari

penulisan ini.

Page 45: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

26

3.1.3 Pengolahan data

Pada pengolahan data diawali dengan penentuan real cost pada setiap

fungsi bangunan yang diperoleh dari data RAB yang telah didapat dengan tetap

mengacu pada standar teknis peraturan bangunan gedung. Data biaya yang

diperoleh berasal dari waktu dan lokasi yang berbeda kemudian dinormalisasi.

Normalisasi dilakukan terhadap lokasi dan waktu yang berbeda.

Normalisasi terhadap lokasi dilakukan dengan menggunakan indeks lokasi dari

indeks harga konsumen tiap lokasi. Informasi indeks diperoleh dari BPS dengan

menetapkan lokasi acuan (base location) adalah kota Denpasar. Normalisasi

terhadap waktu dilakukan dengan menggunakan angka inflasi yang dikeluarkan

oleh BPS. Biaya yang dinormalisasi terhadap waktu adalah biaya yang telah

disesuaikan dengan lokasi. Tahun acuan dalam normalisasi terhadap waktu adalah

tahun 2010.

Setelah dilakukan normalisasi, dilanjutkan dengan klasifikasi data,

Klasifikasi data ini untuk melihat perbandingan seberapa besar error yang terjadi

melalui pembagian atau pengelompokan data yang baik menurut aturan tertentu.

Selain itu, untuk melihat apakah dengan diklasifikasikan faktor kapasitas biaya

(m) menjadi lebih spesifik dibandingkan dengan tidak diklasifikasikan. Spesifik

nilai m dalam arti memiliki kecenderungan yang sama atau berbeda antara

kapasitas dan biayanya. Klasifikasi dilakukan menurut Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 yang mengklasifikasikan bangunan

sederhana dan tidak sederhana dan klasifikasi menurut jumlah lantai. Eksponen

faktor kapasitas biaya didapatkan dengan menggunakan algoritma kapasitas dan

Page 46: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

27

biaya. Berdasarkan pengeplotan ini kemudian dilakukan analisis hubungan antara

kapasitas dan biayanya dengan model regresi linier sederhana.

3.1.4 Model

Model faktor kapasitas biaya diperoleh dengan analisis hubungan antara

kapasitas dan biayanya. Melalui analisis regresi linier sederhana yang digunakan

dalam penelitian ini, fungsi matematis yang menghubungkan kapasitas dan biaya

bangunannya bisa diketahui. Kapasitas yang dimaksud adalah luas (m2) dan

jumlah orang pemakai. Hasil dari analisis regresi adalah fungsi matematis yang

dapat dikatakan sebagai persamaan regresi. Hasil akhir dari pengembangan faktor

kapasitas biaya adalah nilai faktor kapasitas biaya sesuai dengan fungsi bangunan

dan kapasitas serta batasan atau jangkauan itu dapat berlaku.

Setelah nilai faktor kapasitas biaya (m) sesuai dengan fungsi bangunan dan

kapasitas diketahui, nilai m tersebut disusun pada suatu grafik sesuai slopenya

dengan batasan range untuk slope yang berbeda-beda.

3.1.5 Aplikasi

Pada aplikasi faktor kapasitas biaya, bangunan yang akan dibangun

diestimasi dengan menggunakan data biaya bangunan sebelumnya yang memiliki

karakteristik atau jenis yang sama. Data lampau yang dibutuhkan adalah kapasitas

dan jumlah biayanya. Perhitungan biaya untuk kapasitas yang direncanakan

menggunakan Persamaan 2.1 dengan nilai eksponen faktor kapasitas biaya yang

sudah didapatkan sebelumnya.

Page 47: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

28

Salah satu tahap penting dalam pengembangan model adalah melakukan

uji validitasnya. Proses ini meliputi tes dan evaluasi dari model yang

dikembangkan dengan beberapa validasi data. Uji validasi dimaksudkan untuk

mengukur tingkat kesalahan estimasi yang menggunakan faktor kapasitas biaya

terhadap data aktual. Koreksi ini juga melihat seberapa besar penyimpangan dari

estimasi biaya konseptual dengan metode faktor kapasitas biaya. Melalui nilai

koreksi yang dilakukan, diharapkan dapat melihat faktor kapasitas biaya untuk

setiap fungsi bangunan yang lebih mendekati kenyataan atau tingkat kesalahan

yang lebih kecil.

3.2 Konsep Penelitian

Untuk menggambarkan konsep penelitian ini dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Page 48: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

i

Klasifikasi Bangunan Gedung

Pengumpulan Data - Survey

Data-data Kontrak tiap jenis bangunan

BPS

Rencana Anggaran

Biaya

KAPASITAS BANGUNAN

Data Indeks Harga Konsumen

Data

Inflasi

Real Cost

Standar Teknis Peraturan Bangunan Gedung

Normalisasi Data Biaya

Klasifikasi Hubungan Kapasitas dan biaya setiap fungsi bangunan : - Menurut Permen No. 45/PRT/M/2007 - Menurut jumlah lantai

Plot Hubungan dengan algoritma untuk menentukan

nilai m

o

n

o

n

QQm

CC

lnln

Model Faktor Kapasitas Biaya dari

persamaan garis linier dengan nilai m yang

memiliki batas kapasitas tertentu

OUTPUT : Nilai m sesuai range, klasifikasi bangunan dan kapasitas. Listing nilai m pada satu tabel sesuai slopenya dengan batasan range untuk slope yang berbeda-beda

Bangunan yang akan dibangun diestimasi dengan

menggunakan data biaya bangunan sebelumnya yang memiliki jenis yang sama.

Input data: kapasitas rencana (Q2), C1 & Q1 bangunan

lampau

ESTIMASI BIAYA m

QQCC

1

212

Dimana: C1 = biaya yang diketahui C2 = biaya yang ingin diketahui Q2 = ukuran /kapasitas yang ingin

diketahui Q1 = ukuran /kapasitas yang diketahui m = faktor kapasitas biaya

Persiapan Data Database Pengolahan Data Model Aplikasi

Gambar 3.1. Skema Konsep Model Faktor Kapasitas Biaya

29

Page 49: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

30

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian diawali dengan pengumpulan data RAB bangunan yang

tergolong fungsi sosial budaya dan dikelompokkan pada masing-masing fungsi

yang lebih spesifik. Real cost dari RAB ditentukan, selanjutnya dilakukan

normalisasi terhadap tempat dan waktu. Jumlah orang pemakai masing-masing

bangunan dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku atau dasar acuan standar

yang ada. Analisis hubungan biaya dengan kapasitas dilakukan dengan terlebih

dahulu melogaritmiskan biaya dan kapasitas. Nilai faktor kapasitas yang didapat

dari analisis hubungan tersebut diplot dalam satu tabel, dan nilai-nilai tersebut

diuji dan dicari tingkat kesalahannya. Selanjutnya akan diketahui nilai faktor

kapasitas masing-masing fungsi bangunan beserta dengan klasifikasinya.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten

Badung, Provinsi Bali yang dilaksanakan pada tahun 2009/2010.

4.3 Penentuan Sumber Data

Sumber data yang dimaksud adalah Dokumen Kontrak pembangunan

gedung yang dimiliki penyedia jasa konstruksi yang berada di wilayah Kota

Denpasar dan Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Dokumen kontrak yang diambil

Page 50: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

31

disesuaikan dengan rencana klasifikasi yang sudah ditetapkan yakni bangunan

gedung pemerintah menurut klasifikasi sesuai UUBG No. 28/2002 berupa

bangunan gedung sosial budaya yang terdiri dari bangunan gedung pendidikan,

layanan kesehatan, pelayanan umum dan kebudayaan dari beberapa kurun waktu

tertentu sehingga data yang terkumpul dapat langsung dikelompokkan menurut

fungsinya. Tujuan klasifikasi bangunan ini untuk memudahkan ketika survei.

Jumlah data sebagai sampel yang diharapkan bisa terpenuhi setidaknya memenuhi

batasan minimum dari populasi yang ada.

Metode pengumpulan data, selain dengan cara mendatangi langsung

penyedia jasa konstruksi untuk memperoleh informasi mengenai data bangunan

dari dokumen kontrak juga melakukan browsing internet untuk memperoleh data-

data pendukung.

Informasi data, selain dari dokumen kontrak yang akan menunjang

pengolahan data juga dari data inflasi dan indeks konsumen yang diperoleh dari

website Badan Pusat Statistik. Data penunjang, selain dari data di atas juga dari

standar peraturan pedoman bangunan sesuai fungsi gedung yang diteliti yaitu

bangunan pendidikan dasar mengikuti peraturan dari Dikdasmen, pendidikan

tinggi mengikuti peraturan menurut Dikti, dan bangunan perkantoran pemerintah

mengikuti peraturan menurut Permen.

4.4 Variabel Penelitian

Dalam menentukan faktor kapasitas biaya untuk bangunan gedung,

terdapat dua variabel yang terkandung di dalam persamaan regresi linier

Page 51: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

32

sederhana tersebut. Variabel tersebut adalah variabel tidak bebas berupa biaya

bangunan gedung dan variabel bebas berupa kapasitas bangunan. Kapasitas

bangunan ini terdiri dari kapasitas fisik berupa luas ruang bangunan gedung dan

kapasitas fungsional berupa jumlah orang pengguna atau penghuni bangunan

gedung yang bersangkutan.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah wawancara langsung pada penyedia jasa

konstruksi dan mengambil langsung data yang sesuai setelah mendapatkan ijin

dari penyedia jasa.

4.6 Prosedur Penelitian

Pengumpulan data dilakukan secara bertahap dengan melakukan

kunjungan kepada penyedia jasa konstruksi di wilayah Kota Denpasar dan

Kabupaten Badung. Tahap awal dijelaskan terlebih dahulu tujuan kedatangan dan

latar belakang untuk diijinkan memperoleh data di tempat tersebut. Apabila dirasa

perlu surat pengantar dari jurusan disertakan dalam proses tersebut. Pengumpulan

data ini dilakukan oleh penulis sendiri dengan memilih kontrak-kontrak yang

sesuai.

4.7 Analisis Data

Analisis data menggunakan bantuan Microsoft exel untuk menampilkan

regresi linier sederhana. Pada analisis data diawali dengan penentuan real cost

Page 52: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

33

pada setiap fungsi bangunan. Data biaya yang diperoleh berasal dari waktu dan

lokasi yang berbeda kemudian dinormalisasi.

Setelah dilakukan normalisasi, dilanjutkan dengan klasifikasi data,

Klasifikasi ini untuk melihat perbandingan seberapa besar error yang terjadi

melalui pembagian atau pengelompokan data yang baik menurut aturan tertentu.

Selain itu, untuk melihat apakah dengan diklasifikasikan faktor kapasitas biaya m

menjadi lebih spesifik dibandingkan dengan tidak diklasifikasikan. Spesifik nilai

m dalam arti memiliki kecenderungan yang sama atau berbeda antara kapasitas

dan biayanya. Eksponen faktor kapasitas biaya ini didapatkan dengan

menggunakan algoritma kapasitas dan biaya. Berdasarkan pengeplotan ini

kemudian dilakukan analisis hubungan antara kapasitas dan biayanya.

Page 53: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

34

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Umum

Berdasarkan survey yang telah dilakukan diperoleh 40 Rencana Anggaran

Biaya historis proyek pembangunan gedung menurut fungsinya masing-masing.

Rencana Anggaran Biaya yang terkumpul tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1 dan

table 5.2 di bawah ini.

Tabel 5.1 Daftar biaya bangunan gedung asrama dan kantor

No Kode Jenis RAB Luas Lantai Tahun Lokasi Jumlah

Lantai 1 As 1 Asrama 1.958.337.272,73 673,18 2007 Denpasar 2 2 As 2 Asrama 822.233.636,36 422,30 2008 Denpasar 1 3 As 3 Asrama 1.046.090.909,09 350,00 2006 Denpasar 2 4 As 4 Asrama 458.603.000,00 337,00 2003 Denpasar 1 5 As 5 Asrama 1.178.421.818,18 721,00 2002 Badung 2 6 As 6 Asrama 1.309.090.909,09 480,00 2006 Denpasar 2 7 K 1 Kantor 2.377.430.909,09 871,72 2006 Denpasar 2 8 K 2 Kantor 508.140.909,09 207,02 2008 Badung 1 9 K 3 Kantor 1.108.545.454,55 500,00 2006 Denpasar 2

10 K 4 Kantor 707.710.000,00 400,00 2003 Denpasar 1 11 K 5 Kantor 4.446.581.818,18 1.222,81 2008 Denpasar 3 12 K 6 Kantor 2.954.545.454,55 855,26 2008 Denpasar 2 13 K 7 Kantor 1.569.074.545,45 575,33 2007 Denpasar 1 14 K 8 Kantor 6.191.180.000,00 1.702,58 2005 Denpasar 3 15 K 9 Kantor 5.225.500.909,09 1.796,27 2002 Denpasar 3 16 K 10 Kantor 1.355.924.545,45 426,15 2008 Denpasar 2 17 K 11 Kantor 589.818.181,82 204,00 2007 Badung 1 18 K 12 Kantor 397.138.181,82 376,00 2003 Denpasar 1 19 K 13 Kantor 1.900.000.000,00 696,67 2002 Denpasar 2 20 K 14 Kantor 5.181.818.181,82 1.628,57 2004 Denpasar 3

Page 54: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

35

Tabel 5.2 Daftar biaya bangunan gedung laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah No Kode Jenis RAB Luas

Lantai Tahun Lokasi Jumlah Lantai

1 L 1 Laboratorium 1.275.128.181,82 467,55 2007 Denpasar 2 2 L 2 Laboratorium 3.278.257.272,73 1.163,25 2008 Denpasar 2 3 L 3 Laboratorium 3.909.090.000,00 1.228,57 2008 Badung 2 4 P 1 Puskesmas 338.625.454,55 165,55 2004 Badung 1 5 P 2 Puskesmas 1.094.839.000,00 401,44 2008 Badung 2 6 RS 1 Rumah sakit 1.327.272.727,27 456,25 2003 Denpasar 1 7 RS 2 Rumah Sakit 8.596.001.818,18 2.954,88 2006 Denpasar 4 8 RS 3 Rumah Sakit 9.409.909.090,91 3.136,64 2006 Denpasar 4 9 RS 4 Rumah Sakit 3.773.718.181,82 1.297,22 2004 Badung 4

10 RS 5 Rumah Sakit 2.634.208.181,82 905,51 2006 Denpasar 3 11 S 1 Sekolah 193.909.090,91 118,50 2004 Badung 1 12 S 2 Sekolah 1.068.636.363,64 325,00 2006 Badung 2 13 S 3 Sekolah 161.750.000,00 118,62 2002 Badung 1 14 S 4 Sekolah 281.818.181,82 140,91 2002 Badung 1 15 S 5 Sekolah 2.817.272.727,27 930,00 2007 Badung 3 16 S 6 Sekolah 722.709.090,91 314,00 2004 Badung 2 17 S 7 Sekolah 842.919.090,91 440,00 2003 Denpasar 2 18 S 8 Sekolah 302.559.090,91 202,00 2004 Denpasar 1 19 S 9 Sekolah 723.511.818,18 314,00 2004 Denpasar 1 20 S 10 Sekolah 1.068.636.363,64 425,00 2006 Badung 1

Dari tabel 5.1 dan table 5.2 tersebut di atas, 6 buah teridentifikasi dengan

fungsi bangunan sebagai asrama, 14 teridentifikasi dengan fungsi bangunan

sebagai kantor, 3 teridentifikasi dengan fungsi bangunan sebagai laboratorium, 2

teridentifikasi dengan fungsi bangunan sebagai puskesmas, 5 teridentifikasi

dengan fungsi bangunan sebagai rumah sakit dan 10 teridentifikasi dengan fungsi

bangunan sebagai sekolah. Dari identifikasi di atas dapat dilihat bahwa hasil

survey terhadap bangunan gedung dengan fungsi laboratorium, puskesmas dan

rumah sakit terlalu sedikit sehingga sulit untuk dilakukan analisis secara spesifik

Page 55: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

36

menurut klasifikasi tertentu. Diagram identifikasi tersebut di atas dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.1 Diagram tingkat jumlah masing-masing fungsi bangunan gedung

5.2 Analisis untuk Menentukan Faktor Kapasitas Biaya

5.2.1 Normalisasi

Langkah awal yang dilakukan dalam analisis data adalah memberikan

kode sesuai dengan fungsi bangunannya masing-masing. Untuk fungsi bangunan

sebagai asrama diberi kode As1 sampai dengan As6, kantor diberi kode K1

sampai dengan K14, laboratorium diberi kode L1 sampai dengan L3, puskesmas

diberi kode P1 sampai dengan P2, rumah sakit diberi kode RS1 sampai dengan

RS5 dan sekolah diberi kode S1 sampai dengan S10. Langkah selanjutnya adalah

melakukan normalisasi terhadap masing-masing biaya bangunan disesuaikan

dengan daerah acuan yaitu Kota Denpasar dan waktu acuan yaitu tahun 2010.

Normalisasi terhadap daerah acuan memakai persamaan 2.3 yaitu :

L

BLB I

ICC

dengan :

Page 56: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

37

CB = biaya pada lokasi acuan

CL = biaya pada suatu lokasi yang diketahui

IB = indeks harga konsumen pada lokasi acuan

IL = indeks harga konsumen pada suatu lokasi yang diketahui

Salah satu contoh perhitungannya adalah sebagai berikut :

Diketahui data biaya bangunan kantor hasil survey yaitu :

Biaya = Rp 508.140.909,09

Lokasi = Kabupaten Badung, tahun 2008

Indeks Harga Konsumen Kabupaten Badung = 139,205

Indeks Harga Konsumen Kota Denpasar = 126,55

Angka inflasi Kota Denpasar tahun 2009 = 4,37

Angka inflasi Kota Denpasar tahun 2010 = 8,1

Maka : L

BLB I

ICC

99,280.946.461205,13955,1269,09508.140.90 xCB

Jadi setelah dinormalisasi terhadap tempat acuan biayanya menjadi Rp

461.946.280,99

Normalisasi selanjutnya dilakukan terhadap waktu acuan dengan memakai

persamaan 2.4 yaitu :

n

lalusekarangixBiayaBiaya

1001

Page 57: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

38

dengan ;

i = angka inflasi

n = selisih waktu (tahun)

maka : nixBiayaBiaya

100120082009

47,333.133.482100

37,4199,280.946.4611

2009

xBiaya

48,133.186.521100

1,8147,333.133.4821

2010

xBiaya

Jadi setelah dinormalisasi terhadap waktu acuan biayanya menjadi Rp

521.186.133,48.

Hasil normalisasi secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.3 Daftar biaya bangunan gedung asrama dan kantor setelah dinormalisasi

No Kode RAB Luas Lantai Tahun Tempat Jumlah

Lantai Biaya

Ternormalisasi

1 As 1 1.958.337.272,73 673,18 2007 Denpasar 2 2.413.850.188,86 2 As 2 822.233.636,36 422,30 2008 Denpasar 1 927.676.631,22 3 As 3 1.046.090.909,09 350,00 2006 Denpasar 2 1.365.617.957,62 4 As 4 458.603.000,00 337,00 2003 Denpasar 1 736.543.002,72 5 As 5 1.178.421.818,18 721,00 2002 Badung 2 1.799.015.399,02 6 As 6 1.309.090.909,09 480,00 2006 Denpasar 2 1.708.950.950,71 7 K 1 2.377.430.909,09 871,72 2006 Denpasar 2 3.103.613.953,86 8 K 2 508.140.909,09 207,02 2008 Badung 1 521.186.133,48 9 K 3 1.108.545.454,55 500,00 2006 Denpasar 2 1.447.149.159,23

10 K 4 707.710.000,00 400,00 2003 Denpasar 1 1.136.623.285,18 11 K 5 4.446.581.818,18 1.222,81 2008 Denpasar 3 5.016.810.136,57 12 K 6 2.954.545.454,55 855,26 2008 Denpasar 2 3.333.435.477,27 13 K 7 1.569.074.545,45 575,33 2007 Denpasar 1 1.934.044.222,43 14 K 8 6.191.180.000,00 1.702,58 2005 Denpasar 3 8.429.805.032,69 15 K 9 5.225.500.909,09 1.796,27 2002 Denpasar 3 8.775.153.433,01 16 K 10 1.355.924.545,45 426,15 2008 Denpasar 2 1.529.807.902,39 17 K 11 589.818.181,82 204,00 2007 Badung 1 660.919.086,54 18 K 12 397.138.181,82 376,00 2003 Denpasar 1 637.826.941,67 19 K 13 1.900.000.000,00 696,67 2002 Denpasar 2 3.190.659.003,37 20 K 14 5.181.818.181,82 1.628,57 2004 Denpasar 3 7.853.449.452,11

Page 58: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

39

Tabel 5.4 Daftar biaya bangunan gedung laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah

setelah dinormalisasi

No Kode RAB Luas Lantai Tahun Tempat Jumlah

Lantai Biaya

Ternormalisasi

1 L 1 1.275.128.181,82 467,55 2007 Denpasar 2 1.571.725.384,27 2 L 2 3.278.257.272,73 1.163,25 2008 Denpasar 2 3.698.660.001,90 3 L 3 3.909.090.000,00 1.228,57 2008 Badung 2 4.009.445.935,34 4 P 1 338.625.454,55 165,55 2004 Badung 1 466.557.524,64 5 P 2 1.094.839.000,00 401,44 2008 Badung 2 1.122.946.204,46 6 RS 1 1.327.272.727,27 456,25 2003 Denpasar 1 2.131.676.940,57 7 RS 2 8.596.001.818,18 2.954,88 2006 Denpasar 4 11.221.638.907,91 8 RS 3 9.409.909.090,91 3.136,64 2006 Denpasar 4 12.284.153.052,54 9 RS 4 3.773.718.181,82 1.297,22 2004 Badung 4 5.199.421.927,62

10 RS 5 2.634.208.181,82 905,51 2006 Denpasar 3 3.438.823.496,07 11 S 1 193.909.090,91 118,50 2004 Badung 1 267.167.586,62 12 S 2 1.068.636.363,64 325,00 2006 Badung 2 1.268.227.173,33 13 S 3 161.750.000,00 118,62 2002 Badung 1 246.932.580,76 14 S 4 281.818.181,82 140,91 2002 Badung 1 430.232.401,50 15 S 5 2.817.272.727,27 930,00 2007 Badung 3 3.156.886.943,89 16 S 6 722.709.090,91 314,00 2004 Badung 2 995.747.248,08 17 S 7 842.919.090,91 440,00 2003 Denpasar 2 1.353.776.923,11 18 S 8 302.559.090,91 202,00 2004 Denpasar 1 458.551.891,12 19 S 9 723.511.818,18 314,00 2004 Denpasar 1 1.096.538.568,65 20 S 10 1.068.636.363,64 425,00 2006 Badung 1 1.268.227.173,33

Dapat dilihat pada tabel 5.3 dan tabel 5.4 di atas bahwa terjadi pertambahan biaya

setelah dilakukannya normalisasi. Faktor yang mempengaruhi adalah pada setiap

tahun selalu mengalami inflasi tidak ada deflasi sehingga nilai tukar uang

menurun terhadap barang yang menyebabkan harga seolah-olah meningkat. Dari

hasil perhitungan diperoleh biaya bangunan gedung yang diperoleh melalui survey

mengalami peningkatan sebesar rata-rata 33,89% setelah dinormalisasi ke tahun

acuan.

Page 59: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

40

5.2.2 Hubungan biaya dengan luas bangunan

Hubungan biaya dengan luas bangunan memberlakukan algoritma yang

diturunkan dari persamaan 2.1 sehingga menjadi

o

n

o

n

QQm

CC lnln . Dalam

persamaan ini dapat dilihat biaya dan luas bangunan sama-sama menjadi bentuk

“ln” sebelum diplot mengikuti persamaan garis linear sederhana. Hubungan biaya

dengan luas bangunan disusun berdasarkan hubungan secara umum, hubungan

berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

45/PRT/M/2007 dan hubungan berdasarkan jumlah lantai. Hubungan tersebut

diberlakukan terhadap fungsi bangunan sosial budaya menurut UUBG No.

28/2002 dan fungsi bangunan yang lebih spesifik yang menjadi bagian dari fungsi

bangunan sosial budaya yaitu asrama, kantor, laboratorium, puskesmas, rumah

sakit dan sekolah.

5.2.2.1 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya

Biaya dan luas lantai bangunan sosial budaya secara umum ditampilkan

dalam tabel 5.5 dan table 5.6 di bawah ini.

Tabel 5.5 Daftar biaya dan luas lantai bangunan asrama

NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010 LN LUAS

LANTAI LN BIAYA

1 As 1 673,18 2.413.850.188,86 6,51 21,60 2 As 2 422,30 927.676.631,22 6,05 20,65 3 As 3 350,00 1.365.617.957,62 5,86 21,03 4 As 4 337,00 736.543.002,72 5,82 20,42 5 As 5 721,00 1.799.015.399,02 6,58 21,31 6 As 6 480,00 1.708.950.950,71 6,17 21,26

Page 60: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

41

Tabel 5.6 Daftar biaya dan luas lantai bangunan kantor, laboratorium, puskesmas, rumah

sakit dan sekolah NO KODE LUAS

LANTAI BIAYA TH. 2010 LN LUAS LANTAI LN BIAYA

1 K 1 871,72 3.103.613.953,86 6,77 21,86 2 K 2 207,02 521.186.133,48 5,33 20,07 3 K 3 500,00 1.447.149.159,23 6,21 21,09 4 K 4 400,00 1.136.623.285,18 5,99 20,85 5 K 5 1.222,81 5.016.810.136,57 7,11 22,34 6 K 6 855,26 3.333.435.477,27 6,75 21,93 7 K 7 575,33 1.934.044.222,43 6,35 21,38 8 K 8 1.702,58 8.429.805.032,69 7,44 22,86 9 K 9 1.796,27 8.775.153.433,01 7,49 22,90

10 K 10 426,15 1.529.807.902,39 6,05 21,15 11 K 11 204,00 660.919.086,54 5,32 20,31 12 K 12 376,00 637.826.941,67 5,93 20,27 13 K 13 696,67 3.190.659.003,37 6,55 21,88 14 K 14 1.628,57 7.853.449.452,11 7,40 22,78 15 L 1 467,55 1.571.725.384,27 6,15 21,18 16 L 2 1.163,25 3.698.660.001,90 7,06 22,03 17 L 3 1.228,57 4.009.445.935,34 7,11 22,11 18 P 1 165,55 466.557.524,64 5,11 19,96 19 P 2 401,44 1.122.946.204,46 6,00 20,84 20 RS 1 456,25 2.131.676.940,57 6,12 21,48 21 RS 2 2.954,88 11.221.638.907,91 7,99 23,14 22 RS 3 3.136,64 12.284.153.052,54 8,05 23,23 23 RS 4 1.297,22 5.199.421.927,62 7,17 22,37 24 RS 5 905,51 3.438.823.496,07 6,81 21,96 25 S 1 118,50 267.167.586,62 4,77 19,40 26 S 2 325,00 1.268.227.173,33 5,78 20,96 27 S 3 118,62 246.932.580,76 4,78 19,32 28 S 4 140,91 430.232.401,50 4,95 19,88 29 S 5 930,00 3.156.886.943,89 6,84 21,87 30 S 6 314,00 995.747.248,08 5,75 20,72 31 S 7 440,00 1.353.776.923,11 6,09 21,03 32 S 8 202,00 458.551.891,12 5,31 19,94 33 S 9 314,00 1.096.538.568,65 5,75 20,82 34 S 10 425,00 1.268.227.173,33 6,05 20,96

Hubungan secara umum antara biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya

dilakukan dengan memplot ln biaya dan ln luas lantai sesuai tabel 5.5 dan tabel

Page 61: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

42

5.6 di atas ke dalam suatu persamaan regresi linier sederhana. Hasil hubungan

tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 5.2 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya

Gambar diatas didapat dengan memplot nilai ln biaya dan ln luas lantai ke

dalam grafik melalui proses analisis regresi linier sederhana sehingga diperoleh

suatu persamaan regresi dengan nilai slope 1,191 dan adanya suatu nilai tetap

13,79 dengan nilai koefisien korelasi √0,960. Nilai slope inilah yang kemudian

dipakai sebagai faktor kapasitas biaya.

Selain menampilkan hubungan biaya dan luas bangunan secara umum,

biaya dan luas dibuat dalam hubungan berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 yang membagi bangunan gedung

menjadi bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana dan bangunan khusus.

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 dijelaskan

bahwa gedung yang sudah ada desain prototipenya, atau bangunan gedung dengan

jumlah lantai sampai dengan 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2

terklasifikasi ke dalam bangunan sederhana, sedangkan gedung yang belum ada

Page 62: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

43

desain prototipenya, atau gedung dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung

bertingkat di atas 2 lantai terklasifikasi ke dalam bangunan tidak sederhana

disamping ada yang tergolong ke dalam bangunan khusus. Pengklasifikasian data

yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 5.7 dan tabel 5.8 di bawah ini.

Tabel 5.7 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan PerMen P. U. No.

45/PRT/M/2007 (asrama, laboratorium, kantor, puskermas dan sekolah)

NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010

LN LUAS

LANTAI

LN BIAYA

KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007

1 L 1 467,55 1.571.725.384,27 6,15 21,18 Bangunan Khusus 2 L 2 1.163,25 3.698.660.001,90 7,06 22,03 Bangunan Khusus 3 L 3 1.228,57 4.009.445.935,34 7,11 22,11 Bangunan Khusus 4 As 2 422,30 927.676.631,22 6,05 20,65 Bangunan Sederhana 5 As 3 350,00 1.365.617.957,62 5,86 21,03 Bangunan Sederhana

6 As 4 337,00 736.543.002,72 5,82 20,42 Bangunan Sederhana

7 As 6 480,00 1.708.950.950,71 6,17 21,26 Bangunan Sederhana

8 K 2 207,02 521.186.133,48 5,33 20,07 Bangunan Sederhana

9 K 3 500,00 1.447.149.159,23 6,21 21,09 Bangunan Sederhana

10 K 4 400,00 1.136.623.285,18 5,99 20,85 Bangunan Sederhana

11 K 10 426,15 1.529.807.902,39 6,05 21,15 Bangunan Sederhana

12 K 11 204,00 660.919.086,54 5,32 20,31 Bangunan Sederhana

13 K 12 376,00 637.826.941,67 5,93 20,27 Bangunan Sederhana

14 P 1 165,55 466.557.524,64 5,11 19,96 Bangunan Sederhana

15 P 2 401,44 1.122.946.204,46 6,00 20,84 Bangunan Sederhana

16 S 1 118,50 267.167.586,62 4,77 19,40 Bangunan Sederhana

17 S 2 325,00 1.268.227.173,33 5,78 20,96 Bangunan Sederhana 18 S 3 118,62 246.932.580,76 4,78 19,32 Bangunan Sederhana 19 S 4 140,91 430.232.401,50 4,95 19,88 Bangunan Sederhana 20 S 6 314,00 995.747.248,08 5,75 20,72 Bangunan Sederhana 21 S 7 440,00 1.353.776.923,11 6,09 21,03 Bangunan Sederhana 22 S 8 202,00 458.551.891,12 5,31 19,94 Bangunan Sederhana 23 S 9 314,00 1.096.538.568,65 5,75 20,82 Bangunan Sederhana 24 S 10 425,00 1.268.227.173,33 6,05 20,96 Bangunan Sederhana 25 As 1 673,18 2.413.850.188,86 6,51 21,60 Bangunan Tidak Sederhana 26 As 5 721,00 1.799.015.399,02 6,58 21,31 Bangunan Tidak Sederhana 27 K 1 871,72 3.103.613.953,86 6,77 21,86 Bangunan Tidak Sederhana 28 K 5 1.222,81 5.016.810.136,57 7,11 22,34 Bangunan Tidak Sederhana 29 K 6 855,26 3.333.435.477,27 6,75 21,93 Bangunan Tidak Sederhana 30 K 7 575,33 1.934.044.222,43 6,35 21,38 Bangunan Tidak Sederhana

Page 63: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

44

Tabel 5.8 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan PerMen P. U. No.

45/PRT/M/2007 (kantor dan rumah sakit)

NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010

LN LUAS

LANTAI

LN BIAYA

KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007

1 K 8 1.702,58 8.429.805.032,69 7,44 22,86 Bangunan Tidak Sederhana 2 K 9 1.796,27 8.775.153.433,01 7,49 22,90 Bangunan Tidak Sederhana 3 K 13 696,67 3.190.659.003,37 6,55 21,88 Bangunan Tidak Sederhana 4 K 14 1.628,57 7.853.449.452,11 7,40 22,78 Bangunan Tidak Sederhana 5 RS 1 456,25 2.131.676.940,57 6,12 21,48 Bangunan Tidak Sederhana 6 RS 2 2.954,88 11.221.638.907,91 7,99 23,14 Bangunan Tidak Sederhana 7 RS 3 3.136,64 12.284.153.052,54 8,05 23,23 Bangunan Tidak Sederhana 8 RS 4 1.297,22 5.199.421.927,62 7,17 22,37 Bangunan Tidak Sederhana 9 RS 5 905,51 3.438.823.496,07 6,81 21,96 Bangunan Tidak Sederhana

10 S 5 930,00 3.156.886.943,89 6,84 21,87 Bangunan Tidak Sederhana

Grafik yang menyatakan hubungan biaya dan luas bangunan berdasarkan

klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.3 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007

Page 64: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

45

Dari hasil ploting melalui proses analisis regresi linier sederhana,

diperoleh 3 buah persamaan regresi sebagai perwakilan dari bangunan sederhana

tidak sederhana dan bangunan khusus. Bangunan sederhana terwakili oleh

persamaan y = 1,144x + 14,03 dengan nilai R = √0,860 sedangkan bangunan tidak

sederhana terwakili oleh persamaan y = 1,091x + 14,54 dengan nilai R = √0,928

dan bangunan khusus terwakili oleh y = 0,955x + 15,29 dengan nilai R = √0,999.

Nilai slope 1,144 ; 1,091 dan 0,955 inilah yang kemudian dipakai sebagai faktor

kapasitas biaya.

Seperti halnya pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 45/PRT/M/2007 di atas, pengklasifikasian juga dilakukan terhadap

jumlah lantai bangunan gedung. Klasifikasi menurut jumlah lantai tersebut dapat

dilihat pada tabel 5.9 dan 5.10 di bawah ini :

Tabel 5.9 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan jumlah lantai 1

NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010

LN LUAS

LANTAI

LN BIAYA

JUMLAH LANTAI

1 As 2 422,30 927.676.631,22 6,05 20,65 1 2 As 4 337,00 736.543.002,72 5,82 20,42 1 3 K 2 207,02 521.186.133,48 5,33 20,07 1 4 K 4 400,00 1.136.623.285,18 5,99 20,85 1 5 K 7 575,33 1.934.044.222,43 6,35 21,38 1 6 K 11 204,00 660.919.086,54 5,32 20,31 1 7 K 12 376,00 637.826.941,67 5,93 20,27 1 8 P 1 165,55 466.557.524,64 5,11 9,96 1 9 RS 1 456,25 2.131.676.940,57 6,12 21,48 1

10 S 1 118,50 267.167.586,62 4,77 19,40 1 11 S 3 118,62 246.932.580,76 4,78 9,32 1 12 S 4 140,91 430.232.401,50 4,95 19,88 1 13 S 8 202,00 458.551.891,12 5,31 19,94 1 14 S 9 314,00 1.096.538.568,65 5,75 20,82 1 15 S 10 425,00 1.268.227.173,33 6,05 20,96 1

Page 65: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

46

Tabel 5.10 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan jumlah lantai 2, 3 dan 4

NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010

LN LUAS

LANTAI

LN BIAYA

JUMLAH LANTAI

1 As 1 673,18 2.413.850.188,86 6,51 21,60 2 2 As 3 350,00 1.365.617.957,62 5,86 21,03 2 3 As 5 721,00 1.799.015.399,02 6,58 21,31 2 4 As 6 480,00 1.708.950.950,71 6,17 21,26 2 5 K 1 871,72 3.103.613.953,86 6,77 21,86 2 6 K 3 500,00 1.447.149.159,23 6,21 21,09 2 7 K 6 855,26 3.333.435.477,27 6,75 21,93 2 8 K 10 426,15 1.529.807.902,39 6,05 21,15 2 9 K 13 696,67 3.190.659.003,37 6,55 21,88 2

10 L 1 467,55 1.571.725.384,27 6,15 21,18 2 11 L 2 1.163,25 3.698.660.001,90 7,06 22,03 2 12 L 3 1.228,57 4.009.445.935,34 7,11 22,11 2 13 P 2 401,44 1.122.946.204,46 6,00 20,84 2 14 S 2 325,00 1.268.227.173,33 5,78 20,96 2 15 S 6 314,00 995.747.248,08 5,75 20,72 2 16 S 7 440,00 1.353.776.923,11 6,09 21,03 2 17 K 5 1.222,81 5.016.810.136,57 7,11 22,34 3 18 K 8 1.702,58 8.429.805.032,69 7,44 22,86 3 19 K 9 1.796,27 8.775.153.433,01 7,49 22,90 3 20 K 14 1.628,57 7.853.449.452,11 7,40 22,78 3 21 RS 5 905,51 3.438.823.496,07 6,81 21,96 3 22 S 5 930,00 3.156.886.943,89 6,84 21,87 3 23 RS 2 2.954,88 11.221.638.907,91 7,99 23,14 4 24 RS 3 3.136,64 12.284.153.052,54 8,05 23,23 4 25 RS 4 1.297,22 5.199.421.927,62 7,17 22,37 4

Merujuk kepada tabel 5.9 dan tabel 5.10 dibuat hubungan linier sederhana antara

biaya dan luas bangunan pada masing-masing jumlah lantai. Gambar grafik

hubungan tersebut dilihat seperti di bawah ini :

Page 66: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

47

Gambar 5.4 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai

Dari gambar 5.4 dapat dilihat ada 4 buah persamaan sebagai hasil ploting yang

dilakukan. Persamaan I mewakili hubungan biaya dengan luas lantai bangunan

sosial budaya yang memiliki 1 lantai, persamaan II yang memiliki 2 lantai,

persamaan III yang memiliki 3 lantai dan persamaan IV yang memiliki 4 lantai.

Persamaan I, II, III dan IV secara berurutan adalah y = 1,141x + 14,01; y = 0,993x

+ 15,07; y = 1,49x + 11,75 dan y = 0,956x + 15,51. Nilai slope yang menjadi

faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 1,141; 0,993; 1,49 dan 0,956

dengan nilai R secara berurutan √0,856; √0,892; √0,991 dan √0,998.

Analisis hubungan biaya dengan luas lantai juga dilakukan terhadap fungsi

yang lebih spesifik. Bangunan dengan fungsi sosial budaya terdiri atas beberapa

jenis bangunan dengan fungsi yang lebih spesifik yaitu asrama, kantor,

Page 67: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

48

laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah. Menurut tabel 5.1 jumlah data

rencana anggaran biaya untuk masing-masing bangunan dengan fungsi yang lebih

spesifik secara berurutan adalah 6 buah, 14 buah, 3 buah, 2 buah, 5 buah dan 10

buah. Terlihat bahwa bangunan dengan fungsi asrama, laboratorium, puskesmas

dan rumah sakit belum bisa dianalisis hubungan antara biaya dan luas lantainya

karena data yang tersedia cukup sedikit sehingga belum bisa diperoleh faktor

kapasitas biayanya, hanya bisa terwakili oleh faktor kapasitas biaya bangunan

sosial budaya yang lebih umum sifatnya.

5.2.2.2 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor

Analisis hubungan biaya dengan luas lantai akan dilakukan terhadap

bangunan kantor dengan dukungan jumlah data 14 buah. Setelah dilakukan

pemilahan data diketahui data rencana anggaran biaya bangunan kantor seperti

terlihat pada tabel berikut :

Tabel 5.11 Daftar biaya dan luas lantai bangunan kantor

NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010

LN LUAS

LANTAI

LN BIAYA

1 K 1 871,72 3.103.613.953,86 6,77 21,86 2 K 2 207,02 521.186.133,48 5,33 20,07 3 K 3 500,00 1.447.149.159,23 6,21 21,09 4 K 4 400,00 1.136.623.285,18 5,99 20,85 5 K 5 1.222,81 5.016.810.136,57 7,11 22,34 6 K 6 855,26 3.333.435.477,27 6,75 21,93 7 K 7 575,33 1.934.044.222,43 6,35 21,38 8 K 8 1.702,58 8.429.805.032,69 7,44 22,86 9 K 9 1.796,27 8.775.153.433,01 7,49 22,90

10 K 10 426,15 1.529.807.902,39 6,05 21,15 11 K 11 204,00 660.919.086,54 5,32 20,31 12 K 12 376,00 637.826.941,67 5,93 20,27 13 K 13 696,67 3.190.659.003,37 6,55 21,88 14 K 14 1.628,57 7.853.449.452,11 7,40 22,78

Page 68: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

49

Dengan cara yang sama seperti bangunan fungsi sosial budaya diperoleh suatu

persamaan seperti pada gambar berikut :

Gambar 5.5 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor

Biaya dan luas dibuat juga dalam hubungan berdasarkan klasifikasi

menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007.

Pengklasifikasian bangunan kantor menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No. 45/PRT/M/2007 seperti pada tabel berikut :

Tabel 5.12 Klasifikasi bangunan kantor berdasarkan PerMen P. U. No.

45/PRT/M/2007

NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010

LN LUAS

LANTAI

LN BIAYA

KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007

1 K 2 207,02 521.186.133,48 5,33 20,07 Bangunan Sederhana 2 K 3 500,00 1.447.149.159,23 6,21 21,09 Bangunan Sederhana 3 K 4 400,00 1.136.623.285,18 5,99 20,85 Bangunan Sederhana 4 K 10 426,15 1.529.807.902,39 6,05 21,15 Bangunan Sederhana 5 K 11 204,00 660.919.086,54 5,32 20,31 Bangunan Sederhana 6 K 12 376,00 637.826.941,67 5,93 20,27 Bangunan Sederhana 7 K 1 871,72 3.103.613.953,86 6,77 21,86 Bangunan Tidak Sederhana 8 K 5 1.222,81 5.016.810.136,57 7,11 22,34 Bangunan Tidak Sederhana 9 K 6 855,26 3.333.435.477,27 6,75 21,93 Bangunan Tidak Sederhana

10 K 7 575,33 1.934.044.222,43 6,35 21,38 Bangunan Tidak Sederhana 11 K 8 1.702,58 8.429.805.032,69 7,44 22,86 Bangunan Tidak Sederhana 12 K 9 1.796,27 8.775.153.433,01 7,49 22,90 Bangunan Tidak Sederhana 13 K 13 696,67 3.190.659.003,37 6,55 21,88 Bangunan Tidak Sederhana 14 K 14 1.628,57 7.853.449.452,11 7,40 22,78 Bangunan Tidak Sederhana

Page 69: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

50

Terdapat 6 buah data terklasifikasi sebagai bangunan sederhana yaitu kode K2,

K3, K4, K10, K11 dan K12 serta 8 buah data terklasifikasi sebagai bangunan

tidak sederhana yaitu K1, K5, K6, K7 K8, K9, K13, dan K14. Biaya dan luas

bangunan masing-masing klasifikasi dihubungkan memakai regresi linier

sederhana dan diperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar 5.6 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007

Diperoleh 2 buah persamaan regresi sebagai perwakilan dari bangunan kantor

sederhana dan tidak sederhana. Bangunan kantor sederhana terwakili oleh

persamaan y = 0,993x + 14,85 dengan nilai R = √0,681 sedangkan bangunan

kantor tidak sederhana terwakili oleh persamaan y = 1,269 + 13,37 dengan nilai R

= √0,972. Nilai slope 0.993 dan 1.269 inilah yang kemudian dipakai sebagai

faktor kapasitas biaya.

Seperti halnya pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 45/PRT/M/2007 di atas, sebagai salah satu ukuran kualitas yang lain

pengklasifikasian juga dilakukan terhadap jumlah lantai bangunan kantor. Dengan

Page 70: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

51

terklasifikasikannya bangunan kantor sesuai dengan jumlah lantainya diharapkan

dapat mewakili komponen kualitas bangunan sebagai bagian dari kapasitas

bangunan dalam arti yang luas. Klasifikasi menurut jumlah lantai tersebut dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.13 Klasifikasi bangunan kantor berdasarkan jumlah lantai

NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010

LN LUAS

LANTAI

LN BIAYA

JUMLAH LANTAI

1 K 2 207,02 521.186.133,48 5,33 20,07 1 2 K 3 500,00 1.447.149.159,23 6,21 21,09 1 3 K 4 400,00 1.136.623.285,18 5,99 20,85 1 4 K 10 426,15 1.529.807.902,39 6,05 21,15 1 5 K 11 204,00 660.919.086,54 5,32 20,31 1 6 K 12 376,00 637.826.941,67 5,93 20,27 2 7 K 1 871,72 3.103.613.953,86 6,77 21,86 2 8 K 5 1.222,81 5.016.810.136,57 7,11 22,34 2 9 K 6 855,26 3.333.435.477,27 6,75 21,93 2

10 K 7 575,33 1.934.044.222,43 6,35 21,38 2 11 K 8 1.702,58 8.429.805.032,69 7,44 22,86 3 12 K 9 1.796,27 8.775.153.433,01 7,49 22,90 3 13 K 13 696,67 3.190.659.003,37 6,55 21,88 3 14 K 14 1.628,57 7.853.449.452,11 7,40 22,78 3

Hasil hubungan biaya dan luas lantai menurut klasifikasi jumlah lantai

ditampilkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 5.7 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor

berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai

Page 71: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

52

Dari gambar 5.7 dapat dilihat ada 3 buah persamaan sebagai hasil ploting yang

dilakukan. Persamaan I mewakili hubungan biaya dengan luas lantai bangunan

kantor yang memiliki 1 lantai, persamaan II yang memiliki 2 lantai dan persamaan

III yang memiliki 3 lantai. Persamaan I, II dan III secara berurutan adalah y =

1,018x + 14,68; y = 1,228x + 13,63 dan y = 1,501x + 11,67. Nilai slope yang

menjadi faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 1,018; 1,228 dan 1,501

dengan nilai R secara berurutan √0,735; √0,875 dan √0,994.

5.2.2.3 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah

Analisis juga dilakukan terhadap bangunan gedung sekolah. Setelah

dilakukan pemilahan data diketahui data rencana anggaran biaya bangunan

sekolah seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 5.14 Daftar biaya dan luas lantai bangunan sekolah

NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010

LN LUAS

LANTAI

LN BIAYA

1 S 1 118,50 267.167.586,62 4,77 19,40 2 S 2 325,00 1.268.227.173,33 5,78 20,96 3 S 3 118,62 246.932.580,76 4,78 19,32 4 S 4 140,91 430.232.401,50 4,95 19,88 5 S 5 930,00 3.156.886.943,89 6,84 21,87 6 S 6 314,00 995.747.248,08 5,75 20,72 7 S 7 440,00 1.353.776.923,11 6,09 21,03 8 S 8 202,00 458.551.891,12 5,31 19,94 9 S 9 314,00 1.096.538.568,65 5,75 20,82

10 S 10 425,00 1.268.227.173,33 6,05 20,96

Dengan cara yang sama seperti bangunan fungsi sosial budaya diperoleh suatu

persamaan seperti pada gambar berikut :

Page 72: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

53

Gambar 5.8 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah

Selain menampilkan hubungan biaya dan luas bangunan kantor secara

umum, biaya dan luas dibuat dalam hubungan berdasarkan klasifikasi menurut

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 sebagai salah satu

ukuran kualitas karena dalam peraturan ini salah satunya membagi bangunan

gedung menjadi bangunan sederhana dan bangunan tidak sederhana.

Pengklasifikasian bangunan kantor menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No. 45/PRT/M/2007 seperti pada tabel berikut :

Tabel 5.15 Klasifikasi bangunan sekolah berdasarkan PerMen P. U. No.

45/PRT/M/2007

NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010

LN LUAS

LANTAI

LN BIAYA

1 S 1 118,50 267.167.586,62 4,77 19,40 Bangunan sederhana 2 S 2 325,00 1.268.227.173,33 5,78 20,96 Bangunan sederhana 3 S 3 118,62 246.932.580,76 4,78 19,32 Bangunan sederhana 4 S 4 140,91 430.232.401,50 4,95 19,88 Bangunan sederhana 5 S 5 930,00 3.156.886.943,89 6,84 21,87 Bangunan sederhana 6 S 6 314,00 995.747.248,08 5,75 20,72 Bangunan sederhana 7 S 7 440,00 1.353.776.923,11 6,09 21,03 Bangunan sederhana 8 S 8 202,00 458.551.891,12 5,31 19,94 Bangunan sederhana 9 S 9 314,00 1.096.538.568,65 5,75 20,82 Bangunan sederhana

10 S 10 425,00 1.268.227.173,33 6,05 20,96 Bangunan tidak sederhana

Page 73: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

54

Berdasarkan tabel 5.15, terdapat 9 buah data terklasifikasi sebagai bangunan

sederhana yaitu kode S1 sampai dengan S9 serta 1 buah data terklasifikasi sebagai

bangunan tidak sederhana yaitu S10. Biaya dan luas bangunan masing-masing

klasifikasi dihubungkan memakai regresi linier sederhana dan diperoleh hasil

sebagai berikut :

Gambar 5.9 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah

berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007

Diperoleh 2 buah persamaan regresi sebagai perwakilan dari bangunan sekolah

sederhana dan tidak sederhana. Bangunan sekolah sederhana terwakili oleh

persamaan y = 1,286x + 13,3 dengan nilai R = √0,952 sedangkan bangunan

sekolah tidak sederhana terwakili oleh persamaan y = 4,205x – 6,893 dengan

tidak ada nilai R. Namun demikian persamaan ini tidak dapat dipakai karena

jumlah data hanya satu yang berarti tidak terwakilinya kondisi yang sebenarnya.

Nilai slope 1.286 inilah yang kemudian dipakai sebagai faktor kapasitas biaya.

Seperti halnya pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 45/PRT/M/2007 di atas, sebagai salah satu ukuran kualitas yang lain

pengklasifikasian juga dilakukan terhadap jumlah lantai bangunan sekolah.

Page 74: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

55

Dengan terklasifikasikannya bangunan sekolah sesuai dengan jumlah lantainya

diharapkan dapat mewakili komponen kualitas bangunan sebagai bagian dari

kapasitas bangunan dalam arti yang luas. Klasifikasi menurut jumlah lantai

tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.16 Klasifikasi bangunan sekolah berdasarkan jumlah lantai

NO KODE LUAS LANTAI

BIAYA TH. 2010

LN LUAS

LANTAI

LN BIAYA

JUMLAH LANTAI

1 S 1 118,50 267.167.586,62 4,77 19,40 1 2 S 3 118,62 246.932.580,76 4,78 19,32 1 3 S 4 140,91 430.232.401,50 4,95 19,88 1 4 S 8 202,00 458.551.891,12 5,31 19,94 1 5 S 9 314,00 1.096.538.568,65 5,75 20,82 1 6 S 10 425,00 1.268.227.173,33 6,05 20,96 1 7 S 2 325,00 1.268.227.173,33 5,78 20,96 2 8 S 6 314,00 995.747.248,08 5,75 20,72 2 9 S 7 440,00 1.353.776.923,11 6,09 21,03 2

10 S 5 930,00 3.156.886.943,89 6,84 21,87 3

Hasil hubungan biaya dan luas lantai menurut klasifikasi jumlah lantai

ditampilkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 5.10 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai

Page 75: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

56

Dari gambar 5.10 dapat dilihat ada 3 buah persamaan sebagai hasil ploting yang

dilakukan. Persamaan I mewakili hubungan biaya dengan luas lantai bangunan

sekolah yang memiliki 1 lantai, persamaan II yang memiliki 2 lantai dan

persamaan III yang memiliki 3 lantai. Persamaan I, II dan III secara berurutan

adalah y = 1,259x + 13,41; y = 0,637x + 17,16 dan y = 4,205x – 6,893. Nilai slope

yang menjadi faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 1,259; 0,637

sedangkan untuk bangunan sekolah yang memiliki 3 lantai tidak bisa terwakili

karena data hanya satu buah. Nilai R secara berurutan √0,949 dan √0,534.

5.2.3 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai

Sama halnya pada hubungan biaya dengan luas bangunan, hubungan biaya

dengan jumlah pemakai bangunan gedung memberlakukan algoritma yang

diturunkan dari persamaan 2.1 sehingga menjadi

o

n

o

n

QQm

CC lnln . Dalam

persamaan ini dapat dilihat biaya dan jumlah pemakai bangunan gedung sama-

sama menjadi bentuk “ln” sebelum diplot mengikuti persamaan garis linear

sederhana. Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan disusun

berdasarkan hubungan secara umum, hubungan berdasarkan klasifikasi menurut

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 dan hubungan

berdasarkan jumlah lantai. Hubungan tersebut diberlakukan terhadap fungsi

bangunan sosial budaya menurut UUBG No. 28/2002 dan fungsi bangunan yang

lebih spesifik yang menjadi bagian dari fungsi bangunan sosial budaya yaitu

asrama, kantor, laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah.

Page 76: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

57

Jumlah pemakai pada masing-masing bangunan yang tergolong bangunan

sosial budaya dihitung berdasarkan peraturan yang ada dan berdasarkan aturan

standar perencanaan serta suatu asumsi pendekatan. Jumlah pemakai bangunan

asrama memakai dasar perencanaan standar menurut Ernst Neufert dalam

bukunya yang berjudul Data Arsitek yang menyebutkan bahwa luas kamar tidur

terpisah sebaiknya 9 m2, ruang pegawai asrama sekitar 80 m2, ruang duduk

sebaiknya 4,5 m2 per orang, ruang makan 1 m2 per orang, dapur 0,5 m2 per orang,

kamar mandi 1 m2 per orang. Contoh perhitungannya sebagai berikut :

Diketahui luas salah satu asrama adalah 350 m2

Luas asrama – luas ruang pegawai asrama = 350 – 80 = 270 m2

Jumlah luas yang diperlukan untuk 1 orang = 4,5 + 1 + 0,5 + 1 + 4,5 = 11,5 m2

Jadi jumlah orang yang bisa ditampung = ( 270 : 11,5 ) + ( 80 : 11,5 ) = 30 orang

Jumlah pegawai untuk kantor dihitung menurut ketentuan yang ada pada

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 45/PRT/M/2007 yang antara lain

menyebutkan bahwa, untuk gedung kantor, standar luas ruang gedung kantor

pemerintah yang termasuk klasifikasi sederhana rata-rata sebesar 9.6 m2 per

personil dan standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk

klasifikasi tidak sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per personil.

Jumlah pemakai laboratorium menggunakan asumsi pemakai memerlukan

waktu 3 jam per orang dan membutuhkan ruang 28 m2 ( Neufert 1989). Contoh

perhitungannya adalah :

Diketahui luas laboratorium = 467,55 m2

Jumlah pemakai = ( 467,55 : 28 ) x ( 8 : 3 ) ≈ 44 orang

Page 77: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

58

Puskesmas sebagai tempat bagi pasien berobat jalan bisa ditentukan

kapasitasnya. Menurut pustaka yang ada, pemeriksaan berkala pasien berobat

jalan memakan waktu 10 jam seminggu. Penggunaan ruang diperkirakan 9 kali

kunjungan per minggu. Rumusan perhitungan kebutuhan ruang adalah ( Neufert

1989) : jumlah ruang yang dibutuhkan : 9 = kegiatan dalam ruang per minggu,

sehingga jumlah pengguna puskesmas bisa dihitung. Contoh perhitungan

menentukan jumlah pengguna puskesmas seperti diuraikan di bawah ini :

Diketahui luas bangunan puskesmas = 165,55 m2

Luas Ruangan untuk 1 orang pasien + 1 pengantar dalam 1 kali kunjungan =

165,55 : 9 = 18,39 m2

Waktu yang dibutuhkan 1 orang pasien + 1 pengantar dalam 1 kali kunjungan =

10 : 6 = 1,67 jam per hari

Jumlah kunjungan yang terjadi dalam 1 hari untuk 1 ruangan = 8 : 1,67 = 4, 8

kunjungan. Jumlah pemakai puskesmas tersebut dalam 1 hari untuk 1 ruangan =

4,8 x 2 = 9,6 orang

Jumlah pemakai puskesmas tersebut = 9,6 x 18,39 = 176,544 ≈ 176 orang

Pembangunan rumah sakit secara umum salah satunya didasarkan pada

konsep dasar konfigurasi tempat tidur. Perbandingan tempat tidur untuk suatu

rumah sakit lingkungan didapat kira-kira 37 – 46 m2 per tempat tidur ( Neufert

1989). Contoh perhitungannya sebagai berikut :

Diketahui luas bangunan rumah sakit = 2.954,88 m2

Jumlah tempat tidur untuk 1 pasien + 1 pengantar = 2.954,88 : 37 = 79,86 m2

Jumlah pemakai rumah sakit = 79,86 x 2 = 159,72 ≈ 159 orang

Page 78: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

59

Jumlah siswa untuk bangunan sekolah dihitung berdasarkan Petunjuk

Teknis Pembangunan Gedung SD/MI No. CT/TB/PELT/TC/SD/001/99 menurut tabel

2.2.

5.2.3.1 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya

Hasil perhitungan jumlah pemakai bangunan sosial budaya dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 5.17 Jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya (asrama, kantor, laboratorium

dan puskesmas)

NO KODE JUMLAH PEMAKAI BIAYA TH. 2010

LN JUMLAH

PEMAKAI

LN BIAYA

1 As 1 58,00 2.413.850.188,86 4,06 21,60 2 As 2 36,00 927.676.631,22 3,58 20,65 3 As 3 30,00 1.365.617.957,62 3,40 21,03 4 As 4 29,00 736.543.002,72 3,37 20,42 5 As 5 62,00 1.799.015.399,02 4,13 21,31 6 As 6 41,00 1.708.950.950,71 3,71 21,26 7 K 1 88,00 3.103.613.953,86 4,48 21,86 8 K 2 22,00 521.186.133,48 3,09 20,07 9 K 3 53,00 1.447.149.159,23 3,97 21,09

10 K 4 42,00 1.136.623.285,18 3,74 20,85 11 K 5 123,00 5.016.810.136,57 4,81 22,34 12 K 6 86,00 3.333.435.477,27 4,45 21,93 13 K 7 58,00 1.934.044.222,43 4,06 21,38 14 K 8 171,00 8.429.805.032,69 5,14 22,86 15 K 9 180,00 8.775.153.433,01 5,19 22,90 16 K 10 45,00 1.529.807.902,39 3,81 21,15 17 K 11 22,00 660.919.086,54 3,09 20,31 18 K 12 40,00 637.826.941,67 3,69 20,27 19 K 13 70,00 3.190.659.003,37 4,25 21,88 20 K 14 163,00 7.853.449.452,11 5,09 22,78 21 L 1 44,00 1.571.725.384,27 3,78 21,18 22 L 2 110,00 3.698.660.001,90 4,70 22,03 23 L 3 117,00 4.009.445.935,34 4,76 22,11 24 P 1 176,00 466.557.524,64 5,17 19,96 25 P 2 428,00 1.122.946.204,46 6,06 20,84

Page 79: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

60

Tabel 5.18 Jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya (rumah sakit dan sekolah)

NO KODE JUMLAH PEMAKAI BIAYA TH. 2010

LN JUMLAH

PEMAKAI

LN BIAYA

1 RS 1 24,00 2.131.676.940,57 3,18 21,48 2 RS 2 159,00 11.221.638.907,91 5,07 23,14 3 RS 3 169,00 12.284.153.052,54 5,13 23,23 4 RS 4 70,00 5.199.421.927,62 4,25 22,37 5 RS 5 48,00 3.438.823.496,07 3,87 21,96 6 S 1 63,00 267.167.586,62 4,14 19,40 7 S 2 173,00 1.268.227.173,33 5,15 20,96 8 S 3 63,00 246.932.580,76 4,14 19,32 9 S 4 75,00 430.232.401,50 4,32 19,88

10 S 5 664,00 3.156.886.943,89 6,50 21,87 11 S 6 167,00 995.747.248,08 5,12 20,72 12 S 7 314,00 1.353.776.923,11 5,75 21,03 13 S 8 108,00 458.551.891,12 4,68 19,94 14 S 9 167,00 1.096.538.568,65 5,12 20,82 15 S 10 303,00 1.268.227.173,33 5,71 20,96

Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 5.11 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya

Page 80: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

61

Gambar diatas didapat dengan memplot nilai ln biaya dan ln jumlah

pemakai ke dalam grafik melalui proses analisis regresi linier sederhana sehingga

diperoleh suatu persamaan regresi dengan nilai slope 0,390 dan adanya suatu nilai

tetap 19,54 dengan nilai koefisien korelasi √0,104. Nilai slope inilah yang

kemudian dipakai sebagai faktor kapasitas biaya.

Selain menampilkan hubungan biaya dan jumlah pemakai bangunan soaial

budaya secara umum, biaya dan jumlah pemakai dibuat dalam hubungan

berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

45/PRT/M/2007 sebagai salah satu ukuran kualitas karena dalam peraturan ini

membagi bangunan gedung menjadi bangunan sederhana, bangunan tidak

sederhana dan bangunan khusus. Data yang ada dibagi menjadi tiga kelas

berdasarkan pembagian menurut peraturan yang ada. Pengklasifikasian data yang

dimaksud dapat dilihat pada tabel 5.19 dan tabel 5.20 di bawah ini :

Tabel 5.19 Klasifikasi berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 (khusus dan

sederhana)

NO KODE JUMLAH PEMAKAI BIAYA TH. 2010

LN JUMLAH

PEMAKAI

LN BIAYA

KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007

1 L 1 44,00 1.571.725.384,27 3,78 21,18 Bangunan Khusus 2 L 2 110,00 3.698.660.001,90 4,70 22,03 Bangunan Khusus 3 L 3 117,00 4.009.445.935,34 4,76 22,11 Bangunan Khusus 4 As 2 36,00 927.676.631,22 3,58 20,65 Bangunan Sederhana

5 As 3 30,00 1.365.617.957,62 3,40 21,03 Bangunan Sederhana 6 As 4 29,00 736.543.002,72 3,37 20,42 Bangunan Sederhana 7 As 6 41,00 1.708.950.950,71 3,71 21,26 Bangunan Sederhana 8 K 2 22,00 521.186.133,48 3,09 20,07 Bangunan Sederhana 9 K 3 53,00 1.447.149.159,23 3,97 21,09 Bangunan Sederhana

10 K 4 42,00 1.136.623.285,18 3,74 20,85 Bangunan Sederhana 11 K 10 45,00 1.529.807.902,39 3,81 21,15 Bangunan Sederhana 12 K 11 22,00 660.919.086,54 3,09 20,31 Bangunan Sederhana

13 K 12 40,00 637.826.941,67 3,69 20,27 Bangunan Sederhana 14 P 1 176,00 466.557.524,64 5,17 19,96 Bangunan Sederhana 15 P 2 428,00 1.122.946.204,46 6,06 20,84 Bangunan Sederhana

Page 81: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

62

Tabel 5.20 Klasifikasi berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 (sederhana dan tidak

sederhana)

NO KODE JUMLAH PEMAKAI BIAYA TH. 2010

LN JUMLAH

PEMAKAI

LN BIAYA

KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007

1 S 1 63,00 267.167.586,62 4,14 19,40 Bangunan Sederhana 2 S 2 173,00 1.268.227.173,33 5,15 20,96 Bangunan Sederhana 3 S 3 63,00 246.932.580,76 4,14 19,32 Bangunan Sederhana

4 S 4 75,00 430.232.401,50 4,32 19,88 Bangunan Sederhana 5 S 6 167,00 995.747.248,08 5,12 20,72 Bangunan Sederhana 6 S 7 314,00 1.353.776.923,11 5,75 21,03 Bangunan Sederhana

7 S 8 108,00 458.551.891,12 4,68 19,94 Bangunan Sederhana 8 S 9 167,00 1.096.538.568,65 5,12 20,82 Bangunan Sederhana 9 S 10 303,00 1.268.227.173,33 5,71 20,96 Bangunan Sederhana

10 As 1 58,00 2.413.850.188,86 4,06 21,60 Bangunan Tidak Sederhana 11 As 5 62,00 1.799.015.399,02 4,13 21,31 Bangunan Tidak Sederhana

12 K 1 88,00 3.103.613.953,86 4,48 21,86 Bangunan Tidak Sederhana 13 K 5 123,00 5.016.810.136,57 4,81 22,34 Bangunan Tidak Sederhana 14 K 6 86,00 3.333.435.477,27 4,45 21,93 Bangunan Tidak Sederhana 15 K 7 58,00 1.934.044.222,43 4,06 21,38 Bangunan Tidak Sederhana 16 K 8 171,00 8.429.805.032,69 5,14 22,86 Bangunan Tidak Sederhana 17 K 9 180,00 8.775.153.433,01 5,19 22,90 Bangunan Tidak Sederhana 18 K 13 70,00 3.190.659.003,37 4,25 21,88 Bangunan Tidak Sederhana 19 K 14 163,00 7.853.449.452,11 5,09 22,78 Bangunan Tidak Sederhana 20 RS 1 24,00 2.131.676.940,57 3,18 21,48 Bangunan Tidak Sederhana 21 RS 2 159,00 11.221.638.907,91 5,07 23,14 Bangunan Tidak Sederhana 22 RS 3 169,00 12.284.153.052,54 5,13 23,23 Bangunan Tidak Sederhana 23 RS 4 70,00 5.199.421.927,62 4,25 22,37 Bangunan Tidak Sederhana 24 RS 5 48,00 3.438.823.496,07 3,87 21,96 Bangunan Tidak Sederhana 25 S 5 664,00 3.156.886.943,89 6,50 21,87 Bangunan Tidak Sederhana

Grafik yang menyatakan hubungan biaya dan jumlah pemakai bangunan

berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

45/PRT/M/2007 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Page 82: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

63

Gambar 5.12 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

45/PRT/M/2007

Dari hasil proses ploting nilai ln biaya dan ln jumlah pemakai ke dalam

grafik melalui proses analisis regresi linier sederhana, diperoleh 3 buah persamaan

regresi sebagai perwakilan dari bangunan sederhana tidak sederhana dan

bangunan khusus. Bangunan sederhana terwakili oleh persamaan y = 0,102x +

20,07 dengan nilai R = √0,026 sedangkan bangunan tidak sederhana terwakili

oleh persamaan y = 0,457x + 20,07 dengan nilai R = √0,3 dan bangunan khusus

terwakili oleh y = 0,947x + 17,59 dengan nilai R = √0,999. Nilai slope 0,102 ;

0,457 dan 0,947 inilah yang kemudian dipakai sebagai faktor kapasitas biaya.

Seperti halnya pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 45/PRT/M/2007, sebagai salah satu ukuran kualitas yang lain

Page 83: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

64

pengklasifikasian juga dilakukan terhadap jumlah lantai bangunan gedung.

Klasifikasi menurut jumlah lantai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.21 di bawah.

Merujuk kepada tabel 5.21 maka dibuat hubungan linier sederhana antara biaya

dan jumlah pemakai pada masing-masing jumlah lantai.

Tabel 5.21 Klasifikasi berdasarkan jumlah lantai 1, 2 dan 3

NO KODE JUMLAH PEMAKAI BIAYA TH. 2010

LN JUMLAH PEMAKAI

LN BIAYA

JUMLAH LANTAI

1 As 2 36,00 927.676.631,22 3,58 20,65 1 2 As 4 29,00 736.543.002,72 3,37 20,42 1 3 K 2 22,00 521.186.133,48 3,09 20,07 1 4 K 4 42,00 1.136.623.285,18 3,74 20,85 1 5 K 7 58,00 1.934.044.222,43 4,06 21,38 1 6 K 11 22,00 660.919.086,54 3,09 20,31 1 7 K 12 40,00 637.826.941,67 3,69 20,27 1 8 P 1 176,00 466.557.524,64 5,17 19,96 1 9 RS 1 24,00 2.131.676.940,57 3,18 21,48 1

10 S 1 63,00 267.167.586,62 4,14 19,40 1 11 S 3 63,00 246.932.580,76 4,14 19,32 1 12 S 4 75,00 430.232.401,50 4,32 19,88 1 13 S 8 108,00 458.551.891,12 4,68 19,94 1 14 S 9 167,00 1.096.538.568,65 5,12 20,82 1 15 S 10 303,00 1.268.227.173,33 5,71 20,96 1 16 As 1 58,00 2.413.850.188,86 4,06 21,60 2 17 As 3 30,00 1.365.617.957,62 3,40 21,03 2 18 As 5 62,00 1.799.015.399,02 4,13 21,31 2 19 As 6 41,00 1.708.950.950,71 3,71 21,26 2 20 K 1 88,00 3.103.613.953,86 4,48 21,86 2 21 K 3 53,00 1.447.149.159,23 3,97 21,09 2 22 K 6 86,00 3.333.435.477,27 4,45 21,93 2 23 K 10 45,00 1.529.807.902,39 3,81 21,15 2 24 K 13 70,00 3.190.659.003,37 4,25 21,88 2 25 L 1 44,00 1.571.725.384,27 3,78 21,18 2 26 L 2 110,00 3.698.660.001,90 4,70 22,03 2 27 L 3 117,00 4.009.445.935,34 4,76 22,11 2 28 P 2 428,00 1.122.946.204,46 6,06 20,84 2 29 S 2 173,00 1.268.227.173,33 5,15 20,96 2 30 S 6 167,00 995.747.248,08 5,12 20,72 2 31 S 7 314,00 1.353.776.923,11 5,75 21,03 2 32 K 5 123,00 5.016.810.136,57 4,81 22,34 3 33 K 8 171,00 8.429.805.032,69 5,14 22,86 3 34 K 9 180,00 8.775.153.433,01 5,19 22,90 3 35 K 14 163,00 7.853.449.452,11 5,09 22,78 3

Page 84: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

65

Tabel 5.22 Klasifikasi berdasarkan jumlah lantai 3 dan 4

NO KODE JUMLAH PEMAKAI BIAYA TH. 2010

LN JUMLAH PEMAKAI

LN BIAYA

JUMLAH LANTAI

1 RS 5 48,00 3.438.823.496,07 3,87 21,96 3 2 S 5 664,00 3.156.886.943,89 6,50 21,87 3 3 RS 2 159,00 11.221.638.907,91 5,07 23,14 4 4 RS 3 169,00 12.284.153.052,54 5,13 23,23 4 5 RS 4 70,00 5.199.421.927,62 4,25 22,37 4

Gambar grafik hubungan tersebut dilihat seperti di bawah ini :

Gambar 5.13 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai

Dari gambar 5.13 dapat dilihat ada 4 buah persamaan sebagai hasil ploting yang

dilakukan. Persamaan I mewakili hubungan biaya dengan jumlah pemakai

bangunan sosial budaya yang memiliki 1 lantai, persamaan II yang memiliki 2

lantai, persamaan III yang memiliki 3 lantai dan persamaan IV yang memiliki 4

lantai. Persamaan I, II, III dan IV secara berurutan adalah y = -0,052x + 20,59; y =

Page 85: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

66

-0,113x + 21,88; y = -0,032x + 22,61 dan y = 0,959x + 18,29. Berdasarkan model

persamaan yang diperoleh diketahui 3 buah persamaan memiliki nilai slope yang

bernilai negatif dengan koefisien korelasi yang sangat kecil yaitu persamaan I, II

dan III. Pada grafik dapat dilihat garis linier ke arah kanan bawah menandakan

pertambahan biaya berbanding terbalik dengan pertambahan jumlah pemakai. Hal

ini bisa diartikan dalam mencari hubungan biaya dengan kapasitas fungsional

bangunan gedung menurut jumlah lantainya, kapasitas bangunan gedung tidak

tepat terwakili oleh jumlah pemakai.

5.2.3.2 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor dan

sekolah

Analisis hubungan biaya dengan jumlah pemakai akan dilakukan terhadap

bangunan kantor dan sekolah dengan dukungan jumlah data yang cukup yaitu

secara berurutan 14 buah dan 10 buah. Dengan merujuk pada lampiran 1 dan

lampiran 2 secara berurutan akan ditunjukan hubungan biaya dengan jumlah

pemakai untuk bangunan kantor dan sekolah beserta dengan beberapa klasifikasi

yang dilakukan, pada gambar-gambar di bawah ini :

Gambar 5.14 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor

Page 86: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

67

Gambar 5.15 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor

berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007

Gambar 5.16 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor

berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai

Gambar 5.17 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah

Page 87: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

68

Gambar 5.18 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah

berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007

Gambar 5.19 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah

berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai

5.3 Faktor Kapasitas Biaya Bangunan Gedung

Berdasarkan analisis, diperoleh nilai faktor kapasitas biaya seperti terlihat

pada tabel 5.23. Nilai faktor kapasitas biaya hasil hubungan biaya dengan luas

pada bangunan dengan fungsi sosial budaya secara umum lebih besar

dibandingkan dengan faktor kapasitas biaya hasil hubungan biaya dengan jumlah

Page 88: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

69

pemakai. Hasil yang sama dapat dilihat pula pada saat terklasifikasi ke dalam

beberapa kelas menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007

yang terbagi ke dalam kelas bangunan khusus, sederhana dan tidak sederhana,

nilai faktor kapasitas biaya hasil hubungan biaya dengan jumlah pemakai lebih

kecil daripada nilai faktor kapasitas biaya hasil hubungan biaya dengan luas

bangunan.

Pada saat hubungan biaya dengan luas bangunan terklasifikasikan ke

dalam jumlah lantai nilai faktor kapasitas tertinggi terjadi pada bangunan dengan

fungsi sosial budaya yang mempunyai 3 lantai. Nilai faktor kapasitas biaya yang

diperoleh untuk bangunan dengan 1 lantai mengalami penurunan pada bangunan

dengan 2 lantai kemudian naik lagi pada bangunan dengan 3 lantai dan kembali

menurun pada bangunan dengan 4 lantai. Berbeda halnya dengan hasil hubungan

biaya dengan jumlah pemakai, nilai faktor kapasitas biayanya adalah negatif ( - ),

kecuali bangunan dengan 4 lantai yang bernilai positif ( + ). Kondisi ini diartikan

bertambahnya kapasitas tidak sejalan dengan bertambahnya biaya bahkan

berbanding terbalik atau bisa diartikan kapasitas desain tidak teraplikasi sehingga

berpengaruh ke dalam penentuan harga.

Pemberlakuan hubungan biaya dengan luas bangunan dan hubungan biaya

dengan jumlah pemakai pada fungsi bangunan yang lebih spesifik menghasilkan

nilai yang menggambarkan kecenderungan peningkatan biaya yang lebih besar

dibandingkan peningkatan kapasitasnya yang berarti terjadi diseconomies of scale.

Page 89: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

70

Tabel 5.23 Model dan faktor kapasitas biaya hasil analisis hubungan biaya dengan luas

bangunan dan biaya dengan jumlah pemakai

Fungsi Klasifikasi

Hubungan Biaya dengan Luas Hubungan Biaya dengan Jumlah Pemakai

Persamaan Regresi R 2 R

Faktor Kapasi

tas

Persamaan Regresi R 2 R

Faktor Kapasi

tas

Bangunan Sosial

Budaya

Umum y = 1,191x + 13,79 0.96

0.980 1.191 y = 0,390x + 19,54 0.104

0.322 0.39

Permen P. U. No.

45/PRT/M/20

07

Khusus y = 0,955x +15,29 0.999

0.999 0.955 y = 0,947x + 17,59 0.999

0.999 0.947

Sederhana y = 1,144x + 14,03 0.86 0.927 1.144 y = 0,102x + 20,07 0.026 0.161 0.102

Tidak Sederhana

y = 1,091x + 14,54 0.928

0.963 1.091 y = 0,457x + 20,07 0.3

0.548 0.457

Jumlah Lantai

1 y = 1,141x + 14,01 0.856

0.925 1.141 y = - 0,052x + 20,59 0.004

0.063 - 0.052

2 y = 0,993x + 15,07 0.892

0.944 0.993 y = - 0,113x + 21,88 0.034

0.184 - 0.113

3 y = 1,49x + 11,75 0.991

0.995 1.49 y = - 0,032x + 22,61 0.003

0.055 - 0.032

4 y = 0,956x + 15,51 0.998

0.999 0.956 y = 0,959x + 18,29 0.998

0.999 0.959

Bangunan Kantor

Umum y = 1,312x + 13,04 0.959

0.979 1.312 y = 1,357x + 15,83 0.956

0.978 1.357

Permen P. U. No.

45/PRT/M/20

07

Khusus - - - - - - - -

Sederhana y = 0,993x + 14,85 0.681

0.825 0.993 y = 1,009x + 17,02 0.68

0.825 1.009

Tidak Sederhana

y = 1,269x + 13,37 0.972

0.986 1.269 y = 1,274x + 16,26 0.971

0.985 1.274

Jumlah Lantai

1 y = 1,018x + 14,68 0.735

0.857 1.018 y = 1,055x + 16,84 0.715

0.846 1.055

2 y = 1,228x + 13,63 0.875

0.935 1.228 y = 1,313x + 16,07 0.85

0.922 1.313

3 y = 1,501x + 11,67 0.994

0.997 1.501 y = 1,514x + 15,05 0.994

0.997 1.514

4 - - - - - - - -

Bangunan Sekolah

Umum y = 1,217x + 13,66 0.964

0.982 1.217 y = 1,019x + 15,32 0.927

0.963 1.019

Permen P. U. No.

45/PRT/M/20

07

Khusus - - - - - - - -

Sederhana y = 1,286x + 13,3 0.952

0.976 1.286 y = 1,061x + 15,13 0.89

0.943 1.061

Tidak Sederhana - -

- - - -

- -

Jumlah Lantai

1 y = 1,259x + 13,41 0.949

0.974 1.259 y = 1,054x + 15,11 0.911

0.954 1.054

2 y = 0,637x + 17,16 0.534

0.731 0.637 y = 0,319x + 19,19 0.491

0.701 0.319

3 - - - - - - - -

4 - - - - - - - -

Page 90: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

71

Untuk bangunan kantor, dalam hubungan biaya dengan luas bangunan

pada klasifikasi 1 kelas berlaku diseconomies of scale kemudian cenderung turun

pada kelas bangunan sederhana untuk klasifikasi 3 kelas dan naik lagi pada kelas

bangunan tidak sederhana. Pada klasifikasi 4 kelas menurut jumlah lantai, nilai

faktor kapasitas biaya cenderung naik dari kelas pertama yaitu bangunan kantor

dengan jumlah lantai 1 sampai pada kelas ketiga dengan jumlah lantai tiga.

Namun demikian nilai faktor kapasitas biaya dalam hubungan biaya dengan luas

bangunan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan nilai faktor kapasitas biaya

dalam hubungan biaya dengan jumlah pemakai untuk setiap klasifikasi dan tiap

kelasnya.

Bangunan sekolah dengan klasifikasi 1 kelas juga berlaku diseconomies of

scale. Nilai faktor kapasitas biaya dalam hubungan biaya dengan luas bangunan

pada klasifikasi 1 kelas sebesar 1,217 dengan koefisien korelasi yang tinggi 0,982.

Nilainya cenderung naik pada klasifikasi kelas bangunan sederhana menjadi 1,

286 kemudian cenderung turun pada klasifikasi kelas bangunan dengan jumlah

lantai 1 dan turun lagi pada klasifikasi kelas bangunan dengan jumlah lantai 2.

Nilai-nilai faktor kapasitas biaya dalam hubungan biaya dengan luas bangunan

tersebut cenderung turun untuk setiap klasifikasi dan kelasnya dalam hubungan

biaya dengan jumlah pemakai.

Nilai-nilai faktor kapasitas biaya yang diperoleh seperti tabel 5.23 di atas

didukung dengan nilai koefisien korelasi yang beragam. Pada bangunan dengan

fungsi sosial budaya, nilai koefisien korelasi dalam hubungan biaya dengan luas

bangunan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan hubungan biaya dengan

Page 91: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

72

jumlah pemakai yang berarti hasil yang lebih kuat ditunjukkan untuk hubungan

biaya dengan luas bangunan. Namun pada fungsi bangunan yang lebih spesifik

yaitu kantor dan sekolah, nilai faktor korelasi sama-sama tinggi antara hubungan

biaya dengan luas bangunan dan hubungan biaya dengan jumlah pemakai yang

berarti hasil yang ditunjukkan mempunyai kekuatan yang sama. Untuk

mengetahui seberapa besar penyimpangan atau tingkat kesalahan antara hasil

perhitungan dengan data aktual maka perlu dilakukan validasi.

5.4 Validasi Model Faktor Kapasitas Biaya

Validasi model faktor kapasitas biaya dilakukan terhadap data yang

diklasifikan dari setiap fungsi bangunan. Validasi yang dilakukan adalah

membandingkan antara data aktual dengan data dari perhitungan model faktor

kapasitas biaya sehingga dapat diketahui tingkat kesalahannya. Data yang

digunakan merupakan data yang memiliki karakteristik yang sama.

Validasi dimulai dengan membandingkan antara data aktual dengan data

dari perhitungan model faktor kapasitas biaya untuk bangunan dengan fungsi

sosial budaya. Biaya bangunan sejenis yang masing-masing ingin dicari memakai

persamaan 2.1. dan hasilnya dibandingkan dengan masing-masing data biaya yang

sudah ada sehingga diperoleh selisih dan tingkat kesalahannya. Perlakuan ini juga

diterapkan pada masing-masing klasifikasi yang lebih spesifik. Contoh

perhitungannya adalah sebagai berikut :

Diambil contoh fungsi bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus.

Page 92: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

73

Pada tabel 5.7 dan tabel 5.19 dapat dilihat biaya, luas lantai dan jumlah pemakai

untuk bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus.

Biaya L1 = Rp 1.571.725.384,27 dengan luas lantai = 467,55 m2 dan jumlah

pemakai = 44 orang

Biaya L2 = Rp 3.698.660.001,90 dengan luas lantai = 1.163,25 m2 dan jumlah

pemakai = 110 orang

Biaya L3 = Rp 4.009.445.935,34 dengan luas lantai = 1.228,57 m2 dan jumlah

pemakai = 117 orang

Langkah perhitungannya adalah :

Dianggap bahwa diinginkan estimasi biaya dengan luas lantai 467,55 m2

sementara diketahui data seperli L1, L2 dan L3, maka dengan memakai

persamaan 2.1 dihitung nilai C2 :

1. 955,0

2 55,46755,467384,271.571.725.

C = 1.571.725.384,27

Error estimate = {(1.571.725.384,27 - 1.571.725.384,27) / 1.571.725.384,27}x

100% = 0

2. 955,0

2 25,116355,467001,903.698.660.

C = 1.548.860.969,46

Error estimate = {(1.548.860.969,46-3.698.660.001,90)/

3.698.660.001,90}x100% = - 58,12%

3. 955,0

2 57,122855,467935,344.009.445.

C = 1.593.651.110,87

Error estimate = {(1.593.651.110,87-4.009.445.935,34)/

4.009.445.935,34}x100% = - 60,25%

Page 93: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

74

Rata-rata error estimate = (0 - 58,12% - 60,25%)/3 = - 39,46%

Selanjutnya dianggap bahwa diinginkan estimasi biaya dengan luas lantai 1163,25

m2 sementara diketahui data seperli L1, L2 dan L3, maka dengan memakai

persamaan 2.1 dihitung nilai C2 :

1. 955,0

2 55,46725,1163384,271.571.725.

C = 3.753.259.929,33

Error estimate = {(3.753.259.929,33 - 1.571.725.384,27) / 1.571.725.384,27}x

100% = 138,80 %

2. 955,0

2 25,116325,1163001,903.698.660.

C = 3.698.660.001,90

Error estimate = {(3.698.660.001,90-3.698.660.001,90)/

3.698.660.001,90}x100% = 0%

3. 955,0

2 57,122825,1163935,344.009.445.

C = 3.805.618.281,43

Error estimate = {(3.805.618.281,43-4.009.445.935,34)/

4.009.445.935,34}x100% = - 5,08%

Rata-rata error estimate = (138,80 % + 0% - 5,08%)/3 = 44,57%

Selanjutnya dianggap bahwa diinginkan estimasi biaya dengan luas lantai 1228,57

m2 sementara diketahui data seperli L1, L2 dan L3, maka dengan memakai

persamaan 2.1 dihitung nilai C2 :

1. 955,0

2 55,46757,1228384,271.571.725.

C = 3.954.283.287,25

Error estimate = {(3.954.283.287,25 - 1.571.725.384,27) / 1.571.725.384,27}x

100% = 151,59 %

Page 94: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

75

2. 955,0

2 25,116357,1228001,903.698.660.

C = 3.896.759.005,81

Error estimate = {(3.896.759.005,81-3.698.660.001,90)/

3.698.660.001,90}x100% = 5,36%

3. 955,0

2 57,122857,1228935,344.009.445.

C = 4.009.445.935,34

Error estimate = {(4.009.445.935,34-4.009.445.935,34)/

4.009.445.935,34}x100% = 0%

Rata-rata error estimate = (151,59 % + 5,36% + 0%)/3 = 52,31%

Sehingga secara keseluruhan error estimate = (- 39,46% + 44,57% + 52,31%)/3 =

19,14%.

Cara perhitungan yang sama dilakukan terhadap kapasitas fungsional (jumlah

pemakai) sehingga didapat error estimate = 19,17%

Perhitungan error estimate secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran.

Rata-rata error estimate yang didapat dapat dilihat pada tabel 5.24 di bawah. Pada

tabel dapat dilihat secara umum nilai error estimate dari hubungan biaya dengan

jumlah pemakai memberikan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan

hubungan biaya dengan luas bangunan yang berarti secara umum penyimpangan

yang terjadi lebih kecil. Pada hubungan biaya dengan luas bangunan error

estimate terkecil sebesar 0,94 % berada pada klasifikasi bangunan sekolah yang

lebih spesifik yaitu bangunan sekolah dengan jumlah lantai 2, dan error estimate

terbesar sebesar 146,52 % berada pada klasifikasi umum bangunan sosial budaya.

Page 95: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

76

Tabel 5.24 Error estimate faktor kapasitas biaya hasil analisis hubungan biaya dengan luas

bangunan dan biaya dengan jumlah pemakai

Fungsi Bangunan Klasifikasi

Hubungan Biaya dengan Luas

Hubungan Biaya dengan Jumlah

Pemakai

Faktor Kapasitas

Error estimate

rata-rata (%)

Faktor Kapasitas

Error estimate

rata-rata (%)

Bangunan Sosial

Budaya

Umum 1.191 146.52 0.39 10.64

Asrama 1.191 12.89 0.39 1.34

Kantor 1.191 92.25 0.39 7.10

Laboratorium 1.191 30.88 0.39 3.08

Puskesmas 1.191 30.50 0.39 3.03

Rumah sakit 1.191 101.04 0.39 8.56

Sekolah 1.191 71.29 0.39 8.45 PerMen

P. U. No.

45/PRT/M/2007

Khusus 0.955 19.14 0.947 19.17

Sederhana 1.144 30.29 0.102 0.83

Tidak Sederhana 1.091 40.94 0.457 12.09

Jumlah Lantai

1 1.141 37.87 -0.052 0.17

2 0.993 18.79 -0.113 0.67

3 1.49 18.69 -0.032 0.06

4 0.956 15.68 0.959 15.70

Bangunan Kantor

Umum 1.312 119.16 1.357 118.81 PerMen

P. U. No.

45/PRT/M/2007

Khusus - -

Sederhana 0.993 12.74 1.009 12.74

Tidak Sederhana 1.269 29.83 1.274 29.78

Jumlah Lantai

1 1.018 17.90 1.055 17.38

2 1.228 13.03 1.313 12.66

3 1.501 5.09 1.514 5.09

4 - -

Bangunan Sekolah

Umum 1.217 75.27 1.019 71.20 PerMen

P. U. No.

45/PRT/M/2007

Khusus - -

Sederhana 1.286 47.90 1.061 44.66

Tidak Sederhana - -

Jumlah Lantai

1 1.259 113.80 1.054 105.39

2 0.637 0.94 0.319 0.86

3 - -

4 - -

Page 96: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

77

Pada hubungan biaya dengan jumlah pemakai error estimate terkecil

sebesar 0,06 % berada pada klasifikasi bangunan sosial budaya dengan jumlah

lantai 3 dan error estimate terbesar sebesar 118,81 % berada pada klasifikasi

bangunan kantor yang lebih spesifik tapi sifatnya masih umum.

Adanya error estimate yang sangat tinggi yaitu pada bangunan sosial

budaya dengan klasifikasi umum, rumah sakit dengan faktor kapasitas 1,191,

bangunan kantor dengan klasifikasi yang lebih spesifik tapi masih bersifat umum

dan bangunan sekolah dengan klasifikasi yang lebih spesifik yaitu jumlah lantai 1,

menunjukkan sebaran data yang tersebar dengan rentang kapasitas yang besar

tidak sebanding dengan rentang biaya yang diberikan. Pada saat nilai faktor

kapasitas biaya sebesar 1,191 hasil dari model hubungan biaya dengan luas

bangunan dipakai untuk mencari biaya bangunan dengan fungsi yang spesifik

yaitu asrama, kantor, laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah,

dihasilkan nilai error estimate yang bervariasi dengan rentang yang cukup besar

yaitu 12,89% – 101,04%. Sementara itu pada saat nilai faktor kapasitas biaya

sebesar 0,39 hasil dari model hubungan biaya dengan jumlah pemakai digunakan,

rentang error estimit relatif lebih kecil berkisar antara 1,34% – 8,56%. Bangunan

sosial budaya yang terklasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

45/PRT/M/2007 menjadi 3 yaitu bangunan khusus, bangunan sederhana dan

bangunan tidak sederhana memberikan nilai error estimate yang tidak jauh

berbeda pada klasifikasi bangunan khusus antara luas dan jumlah orang yaitu

19,14% dan 19,17%. Nilai faktor kapasitas fisik 0,955 dan faktor kapasitas

fungsional 0,947 yang didukung dengan nilai koefisien korelasi yang kuat sebesar

Page 97: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

78

0,999 dan 0,999 menjadikan nilai ini bisa dipakai sebagai faktor kapasitas biaya

bangunan sosial budaya khusus pada rentang kapasitas tertentu. Klasifikasi

bangunan sosial budaya dengan jumlah lantai 4 juga bisa dipakai faktor kapasitas

biayanya dengan alasan yang sama yaitu nilai faktor kapasitas biaya 0,956 dan

0,959 dengan koefisien korelasi 0,999 dan 0,999 yang sangat kuat menghasilkan

error estimate 15,68% dan 15,70%.

Bangunan kantor yang diklasifikasikan lebih spesifik menjadi bangunan

kantor sederhana, tidak sederhana, bangunan kantor dengan jumlah lantai 1 ,2 dan

3 memberikan nilai error estimate berkisar antara 5,09% – 29,83% pada luas

bangunan dan jumlah pemakai. Nilai faktor kapasitas biaya yang diperoleh dapat

digunakan pada rentang kapasitasnya masing-masing yaitu 0,993; 1,009; 1,269;

1,274; 1,018; 1,055; 1,228; 1,313; 1,501 dan 1,514. Bangunan sekolah yang

terklasifikasi kedalam bangunan sekolah sederhana dan bangunan sekolah dengan

jumlah lantai 2 dapat juga memakai faktor kapasitas biayanya dengan rentang

kapasitas yang ada. Nilai-nilai 1,286; 1,061; 0,637 dan 0,319 sebagai faktor

kapasitas biayanya dengan koefisien korelasi yang cukup kuat 0,976; 0,943; 0,731

dan 0,701 memberikan nilai error estimate 47,90%; 44,66%; 0,94% dan 0,86%.

Uji validasi yang telah dilakukan memberikan sebuah faktor kapasitas

biaya pada setiap fungsi bangunan gedung menurut klasifikasinya masing-masing.

Hasil ini merupakan pendekatan atas rata-rata kesalahan terkecil, perbandingan

kapasitas berdasarkan klasifikasinya serta didukung nilai koefisien korelasi yang

kuat. Hasil tersebut dirangkum dalam tabel di bawah ini :

Page 98: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

79

Tabel 5.25 Faktor kapasitas biaya menurut klasifikasi dan kapasitasnya setelah uji validasi

Fungsi Bangunan Klasifikasi

Hubungan Biaya dengan Luas

Hubungan Biaya dengan Jumlah

Pemakai

Faktor Kapasitas

Error estimate

rata-rata (%)

Faktor Kapasitas

Error estimate rata-rata

(%)

Bangunan Sosial

Budaya

Khusus 0,955

19,14 0,947 19,17

Jumlah lantai 4 0,956

15,68 0,959 15,70

Bangunan Kantor

Sederhana 0,993

12,74 1,009 12,74

Tidak Sederhana 1,269

29,83 1,274 29,78

Jumlah lantai 1 1,018

17,90 1,055 17,38

Jumlah lantai 2 1,228

13,03 1,313 12,66

Jumlah lantai 3 1,501

5,09 1,514 5,09 Bangunan Sekolah Jumlah lantai 2 0,637

0,94 0,319 0,86

Tabel perhitungan error estimate untuk tabel 5.25 dapat dilihat pada lampiran 3

sampai dengan lampiran 10.

5.5 Aplikasi Faktor Kapasitas Biaya

Faktor kapasitas biaya yang telah diperoleh selanjutnya dapat digunakan

untuk menghitung biaya konseptual bangunan gedung menurut fungsi dan

klasifikasinya masing-masing. Berdasarkan tabel 5.25 di atas, nilai-nilai faktor

kapasitas biaya yang telah diperoleh, langsung diaplikasikan ke dalam rumusan

matematis estimasi biaya konseptual menurut persamaan 2.1, sehingga didapatkan

rumusan matematis sebagai berikut :

Page 99: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

80

Tabel 5.26 Rumusan matematis estimasi biaya konseptual menurut klasifikasinya

Fungsi Bangunan Klasifikasi

Hubungan Biaya dengan Luas Hubungan Biaya dengan Jumlah Pemakai

Faktor Kapasitas

Rumus matematis

Faktor Kapasit

as

Rumus matematis

Bangunan Sosial Budaya

Khusus 0,955

955,0

1

212

QQCC

0,947 947,0

1

212

QQCC

Jumlah lantai 4 0,956

956,0

1

212

QQCC

0,959 959,0

1

212

QQCC

Bangunan Kantor

Sederhana 0,993

993,0

1

212

QQCC

1,009 009,1

1

212

QQCC

Tidak Sederhana 1,269

269,1

1

212

QQCC 1,274

274,1

1

212

QQCC

Jumlah lantai 1 1,018

018,1

1

212

QQCC 1,055

055,1

1

212

QQCC

Jumlah lantai 2 1,228

228,1

1

212

QQCC 1,313

313,1

1

212

QQCC

Jumlah lantai 3 1,501

501,1

1

212

QQCC 1,514

514,1

1

212

QQCC

Bangunan Sekolah

Jumlah lantai 2 0,637

637,0

1

212

QQCC

0,319 319,0

1

212

QQCC

Contoh perhitungan untuk masing-masing fungsi bangunan dan klasifikasinya

ditampilkan seperti di bawah ini :

Misalkan diinginkan berapa biaya untuk luas lantai 500 m2 atau berapa biaya

untuk jumlah pemakai 50 orang ?

1. Bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus

Page 100: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

81

Ambil salah satu data yang diketahui, misalkan diambil dari data yang ada

biaya = Rp 1.571.725.384,27 dengan luas lantai 467,55 m2 dan jumlah

pemakai 44 orang.

Estimasi biayanya adalah 955,0

1

212

QQCC =

955,0

55,46750027,384.725.571.1

= 1.675.742.263,00

Error estimate ={(1.675.742.263,00-1.571.725.384,27)/

1.571.725.384,27}x100% = 6,62%

atau :

Estimasi biayanya adalah 947,0

1

212

QQCC =

947,0

4450

27,384.725.571.1

= 1.773.991.672,00

Error estimate ={(1.773.991.672,00-1.571.725.384,27)/

1.571.725.384,27}x100% = 12,87%

2. Bangunan sosial budaya dengan klasifikasi jumlah lantai 4

Ambil salah satu data yang diketahui, misalkan diambil dari data yang ada

biaya = Rp 5.199.421.927,62 dengan luas lantai 1297,22 m2 dan jumlah

pemakai 70 orang.

Estimasi biayanya adalah 956,0

1

212

QQCC =

956,0

22,129750062,927.421.199.5

= 2.089.918.497,00

Error estimate ={(2.089.918.497,00-5.199.421.927,62)/

5.199.421.927,62}x100% = -59,80%

atau :

Page 101: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

82

Estimasi biayanya adalah 959,0

1

212

QQCC =

959,0

7050

62,927.421.199.5

= 3.765.462.052,00

Error estimate ={(3.765.462.052,00-5.199.421.927,62)/

5.199.421.927,62}x100% = -27,58%

3. Bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana

Ambil salah satu data yang diketahui, misalkan diambil dari data yang ada

biaya = Rp 1.136.623.285,18 dengan luas lantai 400 m2 dan jumlah pemakai

42 orang.

Estimasi biayanya adalah 993,0

1

212

QQCC =

993,0

40050018,285.623.136.1

= 1.418.561.575,00

Error estimate ={(1.418.561.575,00-1.136.623.285,18)/

1.136.623.285,18}x100% = 24,80%

atau :

Estimasi biayanya adalah 009,1

1

212

QQCC =

009,1

425018,285.623.136.1

= 1.355.247.919,00

Error estimate ={(1.355.247.919,00-1.136.623.285,18)/

1.136.623.285,18}x100% = 19,23%

Langkah yang sama dilakukan terhadap fungsi bangunan dengan klasifikasinya

masing-masing memakai rumusan matematis menurut tabel 5.26.

Page 102: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

83

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Dari hasil analisis, dengan melihat koefisien korelasi yang besar dan error

estimate rata-rata yang kecil, diperoleh model dan faktor kapasitas biaya

sebagai berikut :

a. Model logaritmik biaya pada kapasitas fisik (luas lantai) untuk bangunan

sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4 secara

berurutan adalah y = 0,955x + 15,29 dan y = 0,956x + 15,51 dengan faktor

kapasitas biaya secara berurutan adalah 0,955 dan 0,956.

b. Model logaritmik biaya pada kapasitas fungsional (jumlah pemakai) untuk

bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4

secara berurutan adalah y = 0,947x + 17,59 dan y = 0,959x + 18,29 dengan

faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 0,947 dan 0,959.

c. Model logaritmik biaya pada kapasitas fisik (luas lantai) untuk bangunan

kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah lantai 1,

jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 secara berurutan adalah y = 0,993x +

14,85; y = 1,269x + 13,37; y = 1,018x + 14,68; y = 1,228x + 13,63; y =

1,501x + 11,67; dengan faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah

0,993; 1,269; 1,018; 1,228; 1,501.

d. Model logaritmik biaya pada kapasitas fungsional (jumlah pemakai) untuk

bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah

Page 103: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

84

lantai 1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 secara berurutan adalah y =

1,009x + 17,02; y = 1,274x + 16,26; y = 1,055x + 16,84; y = 1,313x +

16,07; y = 1,514x + 15,05; dengan faktor kapasitas biaya secara berurutan

adalah 1,009; 1,274; 1,055; 1,313 dan 1,514.

e. Model logaritmik biaya pada kapasitas fisik (luas lantai) untuk bangunan

sekolah dengan klasifikasi jumlah lantai 2 adalah y = 0,637x + 17,16

dengan faktor kapasitas biaya adalah 0,637.

f. Model logaritmik biaya pada kapasitas fungsional (jumlah pemakai)

adalah y = 0,319x + 19,19 dengan faktor kapasitas biaya adalah 0,319.

2. Estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dapat dilakukan terhadap

bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4,

bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah lantai

1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 dan bangunan sekolah dengan klasifikasi

jumlah lantai 2, dengan cara sebagai berikut :

a. Estimasi biaya konseptual bangunan sosial budaya dengan klasifikasi

khusus adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil

perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang

diketahui berpangkat 0,955 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui

dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan

dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 0,947.

b. Estimasi biaya konseptual bangunan sosial budaya dengan klasifikasi

jumlah lantai 4 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan

hasil perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai

Page 104: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

85

yang diketahui berpangkat 0,956 atau informasi biaya terdahulu yang

diketahui dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang

direncanakan dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 0,959.

c. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana

adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil

perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang

diketahui berpangkat 0,993 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui

dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan

dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,009.

d. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi tidak

sederhana adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil

perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang

diketahui berpangkat 1,269 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui

dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan

dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,274.

e. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi jumlah

lantai 1 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil

perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang

diketahui berpangkat 1,018 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui

dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan

dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,055.

f. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi jumlah

lantai 2 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil

Page 105: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

86

perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang

diketahui berpangkat 1,228 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui

dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan

dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,313.

g. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi jumlah

lantai 3 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil

perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang

diketahui berpangkat 1,501 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui

dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan

dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,514.

h. Estimasi biaya konseptual bangunan sekolah dengan klasifikasi jumlah

lantai 2 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil

perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang

diketahui berpangkat 0,637 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui

dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan

dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 0,319.

6.2 Saran

1. Dalam proses analisis untuk mencari faktor kapasitas biaya bangunan gedung

dengan fungsi bangunan yang lain, hendaknya data terdahulu yang dipakai

terkelompok dalam masing-masing fungsi bangunan dan terklasifikasikan

menurut batasannya masing-masing.

Page 106: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

87

2. Dalam menggunakan faktor kapasitas biaya untuk estimasi biaya konseptual

bangunan gedung hendaknya memperhatikan masing-masing fungsi bangunan

dengan masing-masing batasan klasifikasinya.

3. Untuk mencari nilai faktor kapasitas biaya bangunan gedung hendaknya

menggunakan informasi biaya konstruksi gedung sebanyak mungkin untuk

memperoleh akurasi yang bagus dengan penyimpangan yang kecil.

Page 107: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

88

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum RI. Hasan, I., 2008. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Hermansyah, D. 2003. “Estimasi Anggaran Biaya Konstruksi dan Rencana Penjadwalan Tahap Desain pada Pembangunan Kampus BSI Margonda – Depok” (tesis). Jakarta: Universitas Guna Darma. Husen, A., 2009. Manajemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan & Pengendalian Proyek. Yogyakarta: Andi. Kodoatie, R.J., 1995. Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta: Andi Offset. Neufert, E., 1995. Data Arsitek Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Neufert, E., 1995. Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Riswan, D., Abduh, M. 2006. Pengembangan Model Estimasi Biaya Parameter pada Proyek Pembangunan Gedung Negara. International Civil Engineering Conference “Towards Sustainable Civil Engineering Practice”. Surabaya 25 – 26 Agustus. Sembiring, R.K. 2003. Analisis Regresi. Edisi kedua. Bandung: ITB Soeharto, I., 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Wuryanti, W. 2005. Indeks Biaya Komponen Konstruksi Beton Bertulang Baja dan Bahan Komposit Untuk Bangunan Gedung. Kolokium & Open House. Bandung 8 – 9 Desember. Wuryanti, W. 2009. Evaluasi Penggunaan Standar pada Estimasi Biaya Konstruksi Gedung. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum RI.

Page 108: estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor

89

LAMPIRAN