artikel konseptual

12
UJIAN TENGAH SEMESTER PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH Karya Tulis Ilmiah Konseptual Diajukan untuk memenuhi ujian tengah semester mata kuliah Penulisa Karya Tulis Ilmiah Dosen Pengampu : Andi Suhardiyanto, S.Pd, M.Si Drs. Tijan, M.Si Drs. Ngabiyanto,M.Si Disusun Oleh Nama : Aziz Zindani NIM : 3301412021 JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Upload: aziz-zindani

Post on 02-Jul-2015

1.336 views

Category:

Education


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Konseptual

UJIAN TENGAH SEMESTER

PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH “ Karya Tulis Ilmiah Konseptual ”

Diajukan untuk memenuhi ujian tengah semester mata kuliah Penulisa Karya Tulis Ilmiah

Dosen Pengampu : Andi Suhardiyanto, S.Pd, M.Si

Drs. Tijan, M.Si

Drs. Ngabiyanto,M.Si

Disusun Oleh

Nama : Aziz Zindani

NIM : 3301412021

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

Page 2: Artikel Konseptual

2

1. Pembelajaran dengan Fairytale sebagai Pelaksanaan Pendidikan

Karakter Meningkatkan Minat Siswa dalam Mata Pelajaran Pkn

2. LATAR BELAKANG MASALAH

Kementrian Pendidikan Nasional 2010 – 2014 telah mencanangkan penerapan

pendidikan karakter disekolah untuk seluruh jenjang pendidikan di Indonesia mulai tingkat

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi (PT) dalam sistem

pendidikan di Indonesia. Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter disemua

jenjang pendidikan tersebut maka sangat diperlukan kerja keras semua pihak, terutama

terhadap program – program yang berkontribusi besar terhadap peradaban bangsa yang

harus benar – benar dioptimalkan. Penerapan pendidikan karakter disekolah memerlukan

pemahaman tentang konsep, teori, metodelogi, dan aplikasi yang relevan dengan

pembentukan karakter dan pendidikan karakter. Pada implementasinya pendidikan

karakter masih berbanding lurus dengan meningkatnya angka kriminalitas dan dekadensi

moral dikalangan anak sekolah. Salah satu pembentukan karakter dapat melalui pendidikan

moral. Pendidikan moral bertujuan untuk menanamkan nilai moral dan norma yang baik,

meningkatkan, dan memperluas tatanan nilai keyakinan seseorang, meningkatkan kualitas

manusia, menangkal, memperkecil, dan meniadakan hal-hal yang negatif. Namun

realitanya peristiwa kriminalitas yang dilakukan oleh anak – anak sangatlah banyak tercatat

pada tahun 2012 mencapai 2.008 kasus kriminalitas dilakukan oleh anak. Seperti yang

diinformasikan oleh Puskominfo Bid Humas Polda Metro Jaya pada tanggal 12 Mei 2012

PUSKOMINFO - Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat

sebanyak 2.008 kasus kriminalitas yang dilakukan anak usia sekolah terjadi di

sepanjang kuartal pertama 2012. Jumlah itu meliputi berbagai jenis kejahatan

seperti pencurian, tawuran, dan pelecehan seksual yang dilakukan siswa SD

hingga SMA.

Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait mengatakan, angka kriminalitas

yang dilakukan anak usia sekolah cenderung meningkat setiap tahunnya. Dari

data yang diperoleh Komnas PA, pada 2010 terjadi 2.413 kasus kriminal anak

usia sekolah. Jumlah itu kemudian meningkat di 2011, yakni sebanyak 2.508

kasus.

Menurutnya, ada dua penyebab aksi kejahatan yang diperbuat anak usia

sekolah. Pertama adalah imitasi anak atas segala tindakan kekerasan yang

mereka lihat. Kedua, faktor pelepasan ekspresi yang tersumbat. Arist

mengungkapkan, sebagian besar anak cenderung meniru atas fenomena yang dia

lihat dan rasakan. Bila yang dilihat dan dirasakan adalah peristiwa yang baik,

mereka melakukan hal yang serupa dengan itu. "Tapi yang terjadi justru

sebaliknya, mereka kerap menyaksikan adegan kekerasan sehingga berperilaku

seperti itu juga," ujar dia.

Page 3: Artikel Konseptual

3

Dia menambahkan, sebagian besar anak-anak melakukan imitasi atas

tayangan yang ada di televisi. Tayangan yang mayoritas menampilkan kekerasan

akan menanamkan suatu kebenaran akan kekerasan pada benak anak.

Sejumlah anak juga kehilangan ruang dan akses untuk melepaskan

ekspresinya. Akibatnya, mereka mengalami kebuntuan ekspresi yang positif dan

cenderung mengarah kepada tindakan yang tidak produktif.Misalnya, kata Arist,

karena sulit memperoleh akses untuk berekspresi, sejumlah anak berkumpul satu

sama lain. Kegiatan itu dapat menuntun mereka melakukan hal negatif seperti

balapan liar atau tawuran. "Karenanya semua pihak harus terlibat dalam

penyediaan ruang ekspresi itu seperti keluarga, masyarakat, sekolah dan

pemerintah," ujarnya.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Drs.

Rikwanto menambahkan, saat ini, pelaku kejahatan anak tetap diproses sesuai

undang-undang yang berlaku. Hanya saja, ruang tahanan mereka terpisah.

Pemeriksaan juga didampingi oleh orang tua.

"Tindak kejahatan yang dilakukan anak-anak tidak jauh berbeda dengan

orang dewasa. Tidak jarang melukai korbannya baik dengan senjata tajam

maupun benda lainnya," tutur Kabid Humas Polda Metro Jaya.

( Sumber : http://humaspoldametrojaya.blogspot.com/2012/05/2.html )

Melihat banyaknya kasus kriminal yang dilakukan oleh anak serta banyaknya

faktor yang menyebabkan rusaknya moral anak maka pendidikan karakter merupakan

suatu upaya pembimbingan perilaku anak agar mengetahui, mencintai, dan melakukan

kebaikan. Pendidikan karaker yang selama ini disandarkan pada mata pelajaran PKn seperti

apa yang telah tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional. Pendidikan kewarganegaraan yang ditekankan pada proses pembentukan

karakter yang berlandaskan Pancasila sangatlah mulia. Namun, dalam pelaksanaannya

banyak sekali penyimpangan terhadap Pancasila itu sendiri seperti praktik korupsi yang

menggila, banyaknya praktek kekerasan, kenakalan remaja dan masih banyak

permasalahan sosial lainnya. Melihat realita tersebut berarti pendidikan karakter yang

disalurkan kepada siswa kurang bisa diserap dan dipraktekkan oleh anak. Salah satu

penyebabnya adalah para guru yang sudah mengajar pendidikan karakter namun masih

seputar teori kurang inovatifnya metode yang digunakan belum ada aplikasi ke dalam

kehidupan. Penyebab inilah yang membuat peserta didik merasa bosan sehingga pelajaran

PKn yang didalamnya terdapat nilai – nilai Pendidikan Karakter tidak tersampaikan dengan

baik. Kebanyakan anak – anak tidak suka dengan pelajaran PKn , agar mereka suka dengan

pelajaran Pkn yang didalamnya terdapat Pendidikan Karakter maka metode belajar yang

aktif , inovatif kreatif yang sangat mendukung pengembangan karakter anak.

Page 4: Artikel Konseptual

4

Berdasarkan latar belakang diatas, dalam tulisan ini akan dibahas mengenai salah

satu metode yang bisa dilakukan dalam pembelajaran Pendidikan Karakter yaitu

pembelajaran Pendidikan Karakter dengan fairytale (dongeng) sebagai salah satu upaya

meningkatkan minat anak terhadap pendidikan karakter demi terwujudnya Indonesia yang

berkarakter.

3. PERUMUSAN MASALAH

a. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan :

a. Urgensinya Pendidikan dalam pembangunan karakter

b. Penerapan belajar dengan fairytale (dongeng) dalam pembelajaran Pendidikan

Karakter anak.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka masalah yang akan dikaji adalah :

a. Apakah Urgensi pendidikan karakter dalam pembangunan karakter ?

b. Bagaimana cara Penerapan belajar dengan fairytale (dongeng) dalam pembelajaran

Pendidikan Karakter anak ?

4. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini ialah :

1. Mengetahui urgensi Pendidikan karakter dalam membangun karakter

2. Mengetahui cara penerapan belajar dengan fairytale (dongeng) dalam pembelajaran

Pendidikan Karakter anak.

5. KAJIAN TEORI

1. Pendidikan Karakter

a. Makna Pendidikan

Sebelum berbicara mengenai apa itu pendidikan karakter, terlebih dahulu

akan dilihat definisi dari pendidikan itu sendiri. Ada berbagai pengertian

pendidikan yang diungkapkan oleh sejumlah pakar pendidikan. Menurut Hasan

Langgulung “Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa

Latin ‘educare’ berarti memasukkan sesuatu” (1994: 4). Dalam konteks ini, makna

pendidikan adalah menanamkan nilai-nilai tertentu ke dalam kepribadian anak

didik atau siswa. Driyarkara dalam jurnal yang ditulis Ali Muhtadi (2010:32),

Page 5: Artikel Konseptual

5

mengemukakan “Bahwa pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk

memanusiakan manusia”. Pada konteks tersebut pendidikan tidak dapat diartikan

sekedar membantu pertumbuhan secara fisik saja, tetapi juga keseluruhan

perkembangan pribadi manusia dalam konteks lingkungan yang memiliki

peradaban. Sedangkan menurut Yahya Khan (2010: 1) “Pendidikan merupakan

sebuah proses yang menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, menata, dan

mengarahkan”. Pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam

potensi yang ada dalam diri manusia agar dapat berkembang dengan baik dan

bermanfaat bagi dirinya dan juga lingkungannya.

b. Makna Karakter

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 3) “Karakter adalah

watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil

internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai

landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak”. Menurut

Tadkiratun Musfiroh “Karakter mengacu pada serangkaian sikap perilaku

(behavior), motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills), meliputi keinginan

untuk melakukan hal yang terbaik” (2008: 27). Menurut Megawangi dalam

buku Darmiyati (2004: 110) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai

“Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan

dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya”.

c. Makna Pendidikan Karakter

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 4) pendidikan

karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan dan karakter

bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter

sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan

dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius,

nasionalis, produktif dan kreatif. Sedangkan menurut Koesoema pendidikan

karakter merupakan nilai-nilai dasar yang harus dihayati jika sebuah

masyarakat mau hidup dan bekerja sama secara damai. Nilai-nilai seperti

kebijaksanaan, penghormatan terhadap yang lain, tanggung jawab pribadi,

Page 6: Artikel Konseptual

6

perasaan senasib, sependeritaan, pemecahan konflik secara damai, merupakan

nilai-nilai yang semestinya diutamakan dalam pendidikan karakter (2007: 250).

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku

yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga,

masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan

yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain pendidikan karakter

mengajarkan anak didik berpikir cerdas, mengaktivasi otak tengah secara alami.

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Definisi pendidikan karakter

Pendidikan karakter adalah perihal menjadi sekolah karakter, dimana sekolah

adalah tempat terbaik untuk menanamkan karakter menurut Thiomas Lickona. Adapun

proses pendidikan karakter itu sendiri didasarkan pada totalitas psikologis yang

mencangkup seluruh potensi individu manusia dan fungsi totalitas sosiokulturdal

dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.

Berdasarkan totalitas psikologis dan sosiokultural pendidikan karakter dapat

dikelompokan sebagai berikut : (1) Olah hati, olah piker , olah rasa/karsa, dan olahraga.

(2)Beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani

mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotic. (3)Ramah,

saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis,

kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, banggua mengunakan bahasa dan

produk Indonesia, dinamis, kerja keras dan beretos kerja. (4) Bersih dan sehat , disiplin,

sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, deteminatif, kompetitif,

ceria, gigih, cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif,

berorientasi IPTEKS dan reflektif

Karakter suatu bangsa dapat diliat dengan dengan karakter warganya. Karakter

warganya atau watak dari warganya yang akan menjadi tumuan pada watak bangsa

untuk membangun karakter harus dipikirkan dengan kesungguhan: bagaimana cara

mendidik anak – anak disekolah agar selain menjadi pintar juga menjadi manusis yang

berwatak.

Pendidikan watak yang dikembangkan disekolah harus benar – benar

dijalankan dan diterapkan bukan hanya pada siswa saja melainkan pada guru dan

Page 7: Artikel Konseptual

7

siswanya juga maka dari itu pendidikan karakter harus dibudidayakan disekolah

langkah – langkahnya begitu kompleks dan keterlibatan penuh antra siswa dan pengajar

harus baik. Ketika pendekatan yang dilakukan telah berjalan disekolah dengan baik ,

dimana upaya – upaya dalam membudayakan karakter telah dilakukan mka berikanlah

suau apresiasi bagi warga sekolah yang telah menunjukan keberhasilan di dalam

pendidikan karakter. Hal inilah yang membuat semangat tidak hanya kerja keras saja

namun apresiasi adalah suatu cara yang membuat semangat. Jika hal itu dilakukan

dengan baik maka karakter bangsa Indonesia akan menjadi the best character.

Upaya yang dilakukan untuk menuju Indonesia berkarater yaitu dengan

membenahi dari segi pendidikan. Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 di Bab

1 , Pasal 1, Ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pengertian pendidikan itu

terdapat bahwa dalam pendidikan siswa dituntut aktif agar siswa dapat mngembangkan

potensi dirinya dan bagaimanakan suasana yang mendukung proses pembelajaran yang

berkarakter. Proses belajar inilah yang menuntut siswa lebih aktif dimana guru hanya

sebagai motivator, fasilitator bagi siswa bukan lagi sebagai sumber belajar yang

mutlak.

B. Urgensinya Pendidikan Karakter Anak

Dewasa ini banyak sekali kriminalitas yang terjadi di Indonesia baik para kaum

dewasa maupun anak – anak. Mencatat data layanan pengaduan masyarakat

melalui Hotline Service dalam bentuk pengaduan langsung, telephone, surat menyurat

maupun elektronik, sepanjang tahun 2011 KomNas Anak menerima 2.386 kasus. Sama

artinya bahwa setiap bulannya KomNas Anak menerima pengaduaan masyarakat

kurang lebih 200 (dua ratus) pengaduan pelanggaran terhadap hak anak. Angka ini

meningkat 98 % jika dibanding dengan pengaduan masyarakat yang di terima Komisi

Nasional Perlindungan Anak pada tahun 2010 yakni berjumlah 1.234 pengaduan.

Melihat peningkatan yang signifikan maka sangat diperlukan pembenahan kembali di

dunia pendidikan , yaitu pendidikan karakter. Memudarnya penghayatan dengan nilai

Page 8: Artikel Konseptual

8

– nilai Pancasila yang membuat negeri ini terpuruk dalam segala bidang kehidupan,

baik ideology, politik, ekonomi, sosiologi budaya dan ketahanan dan keamanan.

Kondisi ini yang melanda pada setiapa lapisan mayarakat baik masyarakat bawah

maupun masyarakat kelas atas. Membangun karakter/ budi pekerti bangsa tidak mudah,

perlu proses yang panjang, waktu lama , biaya yang besar .

Urgensi dari Pendidikan karakter bangsa yang ditegaskan oleh beberapa tokoh

– tokoh negara Wakil Presiden RI, Boediono berkata bahwa “ Didalam Rencana Aksi

Nasional (RAN) pembangunan karakter Bangsa tahun 2010 – 2025, di dalam Ran harus

terlihat tema yang menegaskan mata rantai yang berkaitan satu sama lainnya sehingga

bersinergi dan mencapai sasaran dengan sumber daya yang optimal. (Dalam Majalah

Formula Vol. IV – Juni 2010) .Urgensi pembangunan karakter bangsa ditegaskan pula

oleh Mentri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh menyatakan bahwa Program

pembangunan karakter bangsa dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan

sejumlah kementerian. “ ini program kroyokan. Program ini bukan hanya penting tetapi

genting”. Dari berbagai pendapat yang telah diungkapkan oleh para tokoh – tokoh

negara maka urgensi pendidikan karakter sangat dibutuhkan di sekolah – sekolah untuk

kepentingan perkembangan karakter bangsa.

Pembangun karakter siswa di sekolah merupakan tanggung jawab bersama

warga sekolah melalui upaya secara menyeluruh (holistik) dan berkesinambungan.

Beberapa saran yang dilakukan untuk mengembangkan karakter secara berkelanjutan

adalah:

1. Melakukan umpan balik tentang kinerja guru di kelas khususnya dalam

mengembangkan karakter dengan menggunakan kerangka kerja secara menyeluruh;

2. Mensosialisasikan berbagai cara yang efektif melibatkan warga sekolah;

3. Memberikan reward kepada sekolah-sekolah yang berhasil mengembangkan

karaker di sekolah

4. Perlu ada terobosan baru dengan tetap menjadikan guru sebagai idola anak didiknya

5. Mencari variasi model-model pembelajaran, khususnya membiasakan relfeksi setiap

habis pelajaran tertentu.

Page 9: Artikel Konseptual

9

Refleksi ini tujuannya mencari makna dan hikmah dari setiap materi pelajaran

yang sudah diajarkan. Jika semuanya berjalan dengan baik harapannya Indonesia

menjadi bangsa yang berkarakter.

C. Fairytale (Dongeng) Sebagai Salah Satu Cara Belajar Pendidikan Karakter

Seorang anak pasti lebih menyukai cara belajar yang menyenangkan dan berbeda

dengan yang lain yang hanya ceramah. Dalam pembelajaran kali ini seorang guru bukanlah

sumber belajar satu – satunya dalam hal ini sangat menghindari pedidikan gaya bank,

seorang guru tidak boleh hanya mendominasi kelas memberi umpan terus kepada siswa

tanpa memberi kesenpatan pada siswa agar siswa aktif, pemebeljaran yang seperti ini perlu

dihindari.

Memberi pelajaran pada anak – anak usia dini tidaklah mudah karena daya ingat

anak sangatlah kuat jadi jangan sampai seorang anak salah persepsi kepada apa yang dia

dengar dan lihat dan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari – sehari, kalo apa yang

dia tangkap salah maka akan salah terus sampai ia dewasa sehingga sulit untuk dirubahnya.

Anak – anak suka dengan cara meniru , meniru tokoh – tokoh idola mereka dari berbagai

media seperti film, komik, kehidupan realita mereka, dan dari dongeng ataupun cerita –

cerita inspiratif. Salah satu hal yang disukai oleh anak – anak adalah dongeng. Tokoh –

tokoh dari dongeng ini yang bisa menjadi teladan untuk anak – anak. Belajar yang diselingi

dengan dongeng – dongeng seperti ini yang sering dinanti oleh anak – anak , agar tidak

membosankan dan anak lebih terinspirasi dari tokoh – tokoh yang ada di dalam dongeng –

dongeng tersebut. Jadi dalam belajar hal ini seorang guru memberikan sebuah dongeng

kepada siswa kemudian memotivasi siswa dengan dongeng tersebut bagaimana karakter

tokoh – tokoh yang ada didalam dongeng tersebut dan menyimpulkannya dengan harapan

siswanya meniru tokoh protagonisnya,

Berikut adalah salah satu contoh dongeng yang didalamnya terdapat kisah inspiratif

yang dapat dijadikan bahan ajar dalam penbelajaran Pendidikan Karakter “Kerja keras”

dan “ Jujur”. Kisah – kisah ini tidak hanya diterapkan di matapelajarn PKn tetapi dapat

juga terapkan dipelajaran PAI, Bahasa Indonesia dan lain – lain.

Adapun judul dari tulisan ini adalah kisah inspiratif yang ditulis oleh diosdas “ Sirih

Belanda”. Kisah ini sangat menyentuh , menggugah dan menginspirasi pembentukan

karakter kerja keras. Teks ini ada sedikit tambahan untuk memperkuat karakter tanpa

Page 10: Artikel Konseptual

10

mengubah cerita asli dan substansi pesan moralnya berikut kisah “ Sirih Belanda dan

Persahabatan” yang dapat dijadikan bahan ajar pendidikankarakter diruang kelas.

“ Kisah Sirih Belanda dan Persahabatan dalam Karakter Kerja Keras dan Jujur”

Mila baru saja merenovasi rumahnya tiga bulan yang lalu. Dia memang

sangat ingin memiliki taman dibelakang rumahnya untuk dia bisa duduk – duduk

dipagi hari dan sore hari menikmati matahari dan kesegaran udara bebas. Mila

memang menyukai alam dan pecinta tanaman. Dia menanam dan merawat

berbagai tanaman. Kini, Mila baru bisa menikmati kenyamanan taman dibelakang

rumahnya

Pagi itu, Mila mengamati daun-daun sirih belanda yang menjulur

memenuhi taman kecil di belakang rumahnya. Daunnya yang menghijau dengan

semburat kuning di beberapa tempat sangat segar dipandang mata. Mila sungguh

tak menyangka tumbuhan itu akan bertahan hidup.

Beberapa waktu yang lalu, tumbuhan itu tertimbun bahan bangunan.

Tidak sekedar satu atau dua buah batu bata, tetapi setumpuk beton bongkaran

bangunan. Ya, ia harus merenovasi rumahnya. Akibatnya, beberapa tanaman

kesayangannya harus dikorbankan, termasuk sirih belanda yang kala itu masih

baru saja ditanamnya. Dia merasa sayang sebenarnya. Sirih belanda memang

tanaman yang tidak mahal. Dia bisa saja membelinya lagi. Namun, yang satu ini

berbeda. Sirih belanda itu hadiah dari sobatnya sendiri.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Ia sudah melupakan

kesedihannya kehilangan tanaman dari sahabatnya. Namun, di suatu pagi yang

cerah ia melihat keajaiban yang tak berani diharapkannya: sepucuk kecil sirih

belanda muncul dari sisa-sisa bahan bangunan. Betapa terkejutnya ia. Sirih

belanda itu ternyata tidak mati! Berikutnya, pucuk-pucuk kecil yang lain

bermunculan dari balik sisa bahan bangunan itu. Sampai hari ini sirih belanda itu

malah memenuhi taman kecil di belang rumahnya dan naik merambati tembok-

tembok belakang rumahnya. Sirih belanda itu memberi nuansa hijau yang segar

dengan semburat kuningnya yang cantik di taman.

Mila menghela napas. Sangat dalam. Sirih belanda pemberian

sahabatnya itu bertahan di bawah tekanan sisa bahan bangunan. Namun,

persahabatannya tidak.

Mila teringat ketika masa suram itu datang menimpanya. Ia diberhentikan

dengan semena-mena. Tidak hanya itu saja, ia juga dituduh dengan tuduhan

bermacam-macam: koruptor, pencuri, penghasut, dan lain sebagainya. Semuanya

itu karena ia tidak mau ikut-ikutan bermain kotor di kantornya. Ganjarannya

adalah pengucilan sampai dengan pemecatannya.

Saat itu adalah saat yang sangat gelap buatnya. Namun, yang lebih

membuatnya terkejut adalah ketika mendapati kenyataan bahwa orang-orang

yang dianggapnya sahabat ternyata tidak seperti yang diduganya. Sahabatnya itu,

ikut juga melempar batu kepadanya, ketika ia sedang jatuh terpuruk.

Mila merenung mengingat kembali saat-saat itu. Persahabatan itu

ternyata palsu. Ketika harus memilih antara persahataban dengan jabatan, orang

ternyata lebih memilih jabatan. Sahabatnya itu harus ikut-ikutan melempar batu

kepadanya, bila masih sayang dengan jabatannya.

Kenyataan di depannya itu telak menampar kepercayaannya selama ini.

Selama ini ia yakin, tidak mungkin hal-hal duniawi mengalahkan nilai-nilai

persaudaraan dan persahabatan. Ternyata, ia keliru. Bila disuruh memilih, orang

ternyata lebih suka pada pilihan pragmatis.

Page 11: Artikel Konseptual

11

Mila kecewa, sangat kecewa, bahkan terpukul. Namun, dia tidak mau

terus terpuruk, dengan segala upaya, usaha dan kerja kerasnya. Ia bangkit

kembali.

Sekarang, bila sedang sendirian di taman belakangnya itu, mau tak mau

ia teringat kembali semuanya. Ia sudah kehilangan semuanya. Namun, rimbun

sirih belanda di sana seolah membisikkan sesuatu yang lain. Ia tak boleh

kehilangan semangat untuk berjuang. Seperti sirih belanda kecil yang tertimbun

bahan bangunan tapi tetap berjuang untuk terus tumbuh, ia juga akan terus

berjuang.

Sirih belanda itu sekarang tidak lagi membuatnya menangisi sahabatnya.

Sebaliknya, tumbuhan itu memberinya semangat baru. Semangat untuk terus

melanjutkan hidup dan bertumbuh. Jauh di lubuk hatinya, ia berterima kasih pada

mantan sahabatnya. Sirih belanda pemberian sahabatnya itu telah memberinya

setitik embun inspirasi kehidupan.

Sumber: http://diosdias.wordpress.com/category/kisah-inspiratif/

Langkah Pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1. Guru menggandakan cerita tersebut

2. Kemudian cerita tersebut dibacakan oleh para siswa satu persatu per alinea sampai

selesai

3. Setelah dibacakan cerita itu kemudian guru memfasilitasi diskusi dengan

memancing pertanyaan – pertanyaan kepada siswa. Seperti:

a. Apa yang terjadi dengan Mila dan sahabatnya?

b. Apa karakter watak yang dimiliki Mila?

c. Nilai karakter apa yang bisa didapatkan dari kisah diatas?

d. Apa yang kamu lakukan jika kamu jadi Mila?

e. Apa yang kamu lakukan jika kamu menjadi sahabat Mila?

4. Guru dan siswa menarik kesimpulan dari kisah ini dengan penguat karakter kerja

keras dan jujur, dimana siswa diminta membuat cerita pendek tentang pengalaman

hidupnya atau pengalaman orang lain yang dia tahu, dengan cerita yang menyentuh

dan menginspirasi orang lain.

Dari cerita diatas secara tidak langsung si anak dapat meniru mnerapkan watak

– watak tokoh itu dalam kehidupan sehari –hari. Dari cara ini guru dapat menanamkan

karakter – karakter yang baik yang ada dalam sebuah cerita kepada peserta didiknya.

Dengan cara seperti diharapkan siswa – siswa tidak bosan dengan pelajaran

PKn yang didalamnya diajarkan pula tentang Pendidikan Karakter.

Page 12: Artikel Konseptual

12

6. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pendidikan karakter adalah perihal menjadi sekolah karakter, dimana sekolah

adalah tempat terbaik untuk menanamkan karakter. Adapun proses pendidikan karakter itu

sendiri didasarkan pada totalitas psikologis yang mencangkup seluruh potensi individu

manusia dan fungsi totalitas sosiokulturdal dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan

pendidikan, dan masyarakat. Pendidikan karakter yang erap kali ditanamkan dalam Mata

Pelajaran PKn yang kurang diminati oleh anak – anak dibandingkan dengan mata pelajaran

lainnya. Salah satu caranya yaitu dengan menerapkan pembelajaran melalui dongeng dan

kisah inspiratif guna menginspirasi anak dan harapannya anak akan meniru karakter –

karakter baik yang ada dalam cerita tersebut.

Saran

Didalam dunia Pendidikan saat ini yang mengacu pada kurikulum 2013 menuntut

siswa aktif, maka dari itu pembelajaran yang harus digunakan juga arus menarik, inovatif

dan kreatif agar siswa lebih bersemangat pembelajaran dengan dongeng ini salah satu

caranya.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Muhammad Maswardi.2011.Pendidikan Karakter Anak Bangsa.Jakarta:Baduose

Media Jakarta.

Listyarti, Retno.2012.Pendidikan karakter dalam metode aktif, inovatif dan

kreatif.Jakarta:Esensi Erlangga Group

Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional

Diosdias.2012. Kisah Inspiratif.From http://diosdias.wordpress.com/category/kisah-

inspiratif/ (Diunduh tangal 2 Oktober 2013).

KomNasPa.2011.Catatan Akhir Tahun Komisi Perlindungan Anak. From

http://komnaspa.wordpress.com/2011/12/21/catatan-akhir-tahun-2011-komisi-

nasional-perlindungan-anak/ (Diunduh Tanggal 19 September 2013).

Puskominfo bid humas polda metro jaya.2012. 2.008 Kasus Kriminal Dilakukan Anak-anak.

From

http://humaspoldametrojaya.blogspot.com/2012/05/2.html (Diunduh tanggal 18

September 2013).