essay uas rue-komen lintang

20
PROSPEK BOSNIA-HERZEGOVINA SEBAGAI ANGGOTA BARU UNI EROPA disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Regionalisme Uni Eropa Dosen Pengampu: Dr. Siti Muti’ah Setiawati, M.A Annisa Gita Srikandini, MA. Oleh: Ezka Amalia (09/283366/SP/23675) JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

Upload: ezka-amalia

Post on 14-Aug-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Essay Uas Rue-komen Lintang

PROSPEK BOSNIA-HERZEGOVINA SEBAGAI ANGGOTA

BARU UNI EROPA

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Regionalisme Uni Eropa

Dosen Pengampu:

Dr. Siti Muti’ah Setiawati, M.A

Annisa Gita Srikandini, MA.

Oleh:

Ezka Amalia (09/283366/SP/23675)

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Essay Uas Rue-komen Lintang

PROSPEK BOSNIA-HERZEGOVINA SEBAGAI ANGGOTA

BARU UNI EROPA

Kebijakan perluasan dan penambahan anggota atau yang kita kenal sebagai

enlargement dalam tubuh Uni Eropa hingga saat ini masih berlangsung. Hal ini tidak

dapat dipungkiri mengingat Uni Eropa merupakan regionalisme yang paling

sempurna dibandingkan regionalisme yang lain karena telah memenuhi syarat-syarat

terbentuknya regionalism seperti liberalisasi perdagangan hingga full economic

integration sehingga banyak negara-negara tetangga Uni Eropa yang tertarik untuk

bergabung. Uni Eropa sendiri juga menargetkan negara-negara mana saja yang

menurut Uni Eropa berpotensi untuk masuk ke dalam Uni Eropa. Salah satunya

adalah Bosnia-Herzegovina.

Bosnia-Herzegovina merupakan salah satu negara yang terletak di wilayah

Balkan dan telah cukup lama menjalin hubungan dengan Uni Eropa jika kita

melihatnya dari awal mula keterlibatan Uni Eropa dalam upaya penyelesaian konflik

di negara pecahan Yugoslavia tersebut. Mulai terlibat dalam upaya penyelesaian

konflik Bosnia-Herzegovina sejak tahun 1991 atau awal mula konflik, hingga saat

inipun Uni Eropa masih hadir di negara yang merdeka tahun 1995 tersebut. Kehadiran

Uni Eropa di Bosnia-Herzegovina hingga saat ini kemudian memunculkan

pertanyaan, bagaimana sebenarnya pospek Bosnia-Herzegovina sebagai anggota Uni

Eropa pasca konflik yang melanda negara tersebut? Untuk menjawab pertanyaan

tersebut, dalam esai ini penulis akan membagi tulisan menjadi empat sub tulisan yaitu

pertama kondisi domestik Bosnia-Herzegovina, kedua proses eropanisasi Bosnia-

Herzegovina menuju Uni Eropa, ketiga prospek Bosnia-Herzegovina sebagai anggota

Uni Eropa dan terakhir kesimpulan. Menurut penulis, Bosnia-Herzegovina masih

harus menempuh jalan yang panjang untuk menjadi negara anggota baru Uni Eropa.

Hal ini dikarenakan masih belum stabilnya politik negara tersebut akibat kentalnya

etnonasionalisme.

Kondisi Domestik Bosnia-Herzegovina Pasca Konflik

Konflik antar etnis yang terjadi di Bosnia-Herzegovina dimulai ketika Kroasia

memerdekakan diri dari Slovenia dan parlemen Bosnia yang memutuskan untuk ikut

melepaskan diri dari federasi Yugoslavia. Etnis Serbia yang terhitung minoritas di

1

Page 3: Essay Uas Rue-komen Lintang

Bosnia-Herzegovina masih menginginkan untuk tetap bergabung dengan Yugoslavia.

Dengan sisa tentara sebanyak 60.000 di kawasan Bosnia, Serbia melakukan

pembersihan etnis untuk mempertahankan Bosnia di bawah kekuasaan Serbia.

Pembersihan etnis sendiri tidak hanya ditujukan pada muslim Bosnia, tetapi juga pada

etnis Kroasia yang masih ada di Bosnia. Konflik tersebut sendiri membuat kerusakan

yang parah terhadap infrastruktur dan perekonomian Bosnia-Herzegovina. Konflik

kemudian diakhiri dengan ditandatanganinya Dayton Agreement di Paris, Perancis

pada tanggal 14 Desember 1995. Isi dari perjanjian tersebut adalah:1

1. Bosnia dan Herzegovina serta Federasi Republik Yugoslavia – Kroasia (the

Republic of Croatia and the Federal Republic of Yugoslavia/FRY) saling

menghargai kedaulatan masing-masing;

2. Bosnia dan Herzegovina serta Federasi Republi Yugoslavia – Kroasia (FRY)

saling mengakui;

3. Memiliki komitmen, serta menghargai Hak Asasi Manusia (HAM); dan

4. Mengakui kewenangan Mahkamah Keamanan Amerika Serikat untuk

membangun perdamaian.

Pasca konflik antar etnis tersebut, Bosnia-Herzegovina mendapatkan statusnya

sebagai sebuah negara merdeka meskipun di bawah administrasi internasional.2

Administrasi internasional awalnya dilakukan oleh pihak NATO, namun kemudian

dilakukan oleh pasukan penjaga perdamian dari Uni Eropa pada tahun 2004 melalui

EUFOR guna membantu Bosnia-Herzegovina menciptakan stabilitas dalam negeri.

Namun sayangnya, hingga saat ini stabilitas belum dapat tercapai di Bosnia-

Herzegovina yang dibuktikan dengan masih tingginya nasionalisme etnis, terutama di

ranah politik yang kemudian mempengaruhi rakyat biasa. Masing-masing etnis

menginginkan untuk menjadi pemegang tampuk kekuasaan. Misalnya saja pihak

Republik Srpska yang merupakan wilayah otonomi yang menginginkan untuk

membentuk negara sendiri.3 Selain itu, saat ini rakyat Bosnia-Herzegovina semakin

1 University of Minnesota, Summary of the Dayton Peace Agreement on Bosnia-Herzegovina (online), <http://www1.umn.edu/humanrts/icty/dayton/daytonsum.html>, diakses 5 April 2012.

2 BBC, “Bosnia-Herzegovina Country Profile”, BBC News (online), 12 Januari 2012, <http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/country_profiles/1066886.stm>, diakses 22 Juni 2012.

3 C. Whitlock, “Old Troubles Threaten Again in Bosnia”, The Washington Post (online), 23 Agustus 2009, <http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2009/08/22/AR2009082202234_pf.html>, diakses 18 Juni 2012.

2

Page 4: Essay Uas Rue-komen Lintang

terpolarisasi dengan pindahnya etnis-etnis Serbia, Kroasia dan Muslim Bosnia ke

wilayah-wilayah dimana etnis mereka merupakan etnis mayoritas.

Jika kita melihat dari segi sistem politik dan pemerintahan, Bosnia-

Herzegovina menganut sistem demokrasi konsosiasional berdasarkan etnis. Sistem

yang diterapkan berdasarkan Dayton Agreement ini sangat kompleks. Dalam struktur

pemerintahannya, pemerintahan Bosnia terdiri dari negara federal, kesatuan, distrik

dan kanton. Jabatan presiden diberikan secara bergilir kepada setiap perwakilan etnis

yang ada di Bosnia-Herzegovina setiap delapan bulan sekali, dengan presiden pertama

yang menjabat adalah kandidat yang mendapatkan jumlah suara terbanyak. Pemilihan

umum (Pemilu) pertama setelah konflik antar etnis dilaksanakan pada 14 September

1996. Namun pemilu tersebut dinyatakan sebagai pemilu yang tidak bebas dan tidak

adil serta tidak memenuhi ketentuan yang ada di dalam Dayton Agreement.4

Pemilu diadakan lagi pada tanggal 12-13 September 1998. Pada pemilu tahun

tersebut pun tidak lepas dari permasalahan dan kritikan. Misalnya saja menurut

laporan yang dikeluarkan oleh Office for Democratic Institutions and Human Rights,

muncul permasalahan seperti desain surat suara yang membingungkan, tidak

terbukanya informasi terkait dana yang dikeluarkan oleh para kandidat, dan lain-lain.

Pemilu di Bosnia kembali digelar pada tahun 2002, 2006 dan 2010. Pada pemilu

tahun 2010, menurut OSCE/ODIHR pemil u tersebut dinilai demokratis, memenuhi

standar internasional serta menunjukkan perkembangan yang bagus di Bosnia-

Herzegovina. Namun, prospek pemilu dan perhatian media memanaskan kembali

tendensi partai politik dan pejabat pemerintah untuk terlibat dalam hal retorika

nasionalis berbasis etnis.

Selain itu, pada tahun 2009 negosiasi terkait reformasi konstitusional gagal

dilakukan. Apalagi pada saat itu dimungkinkan adanya propaganda media dan

dukungan terhadap etnonasional selama istirahat sementara dalam proses negosiasi

oleh para elit politik.5 Kemudian pada tahun 2010, Majelis Nasional Republik Srpska

secara unilateral mengadopsi hukum terkait properti yang berlaku hanya di negara

bagian tersebut. Hal ini merusak prospek bagi perjanjian properti milik negara yang

4 International Crisis Group, “Elections in Bosnia-Herzegovina”, International Crisis Group (online), 22 September 1996, <http://www.crisisgroup.org/en/regions/europe/balkans/bosnia-herzegovina/016-elections-in-bosnia-and-herzegovina.aspx>, diakses 22 Juni 2012.

5 V. Džihić, “Europeanization and new constitutional solutions - a way out of the vicious crisis cycle of crises in Bosnia and Herzegovina”, < http://www.cpi.hr/en-10665_bosnia_and_herzegovina_how_to_come_to_a_sustainable_solution.htm>, diakses 23 Juni 2012.

3

Page 5: Essay Uas Rue-komen Lintang

berkelanjutan. Pada saat yang sama, DPR gagal mengadopsi undang-undang

kependudukan dan sensus rumah tangga. Kemudian pada pertengahan tahun 2011,

Bosnia-Herzegovina gagal memenuhi persyaratan bagi ditutupnya Office of the High

Representative (OHR), termasuk dalam menyikapi isu kekayaan negara dan reformasi

konstitusional.

Kondisi Bosnia-Herzegovina pasca konflik juga dapat kita lihat melalui

perekonomiannya. Konflik yang terjadi semenjak Bosnia-Herzegovina

memerdekakan diri mengakibatkan perekonomian Bosnia-Herzegovina hancur. Pasca

konflik, jumlah penganggiran melebihi 40% dari keseluruhan jumlah penduduk.

Pendapatan negara merosot drastis dan banyak penduduk yang meninggalkan Bosnia-

Herzegovina. Sejumlah usaha sudah dilaksanakan untuk membangun kembali

perekonomian Bosnia-Herzegovina. Misalnya dalam bidang moneter, pada tahun

1997 diperkenalkan mata uang Bosnia-Herzegovina yaitu Konvertible Marka (BAM

atau KM) yang dihubungkan dengan euro dan hasilnya inflasi rendah serta menjadi

salah satu mata uang paling stabil di wilayah Eropa sebelah tenggara. Pengenalan

BAM sendiri juga tidak tanpa masalah. Misalnya saja masalah nama mata uang dan

desainnya sehingga OHR harus turun tangan untuk menyelesaikan kebuntuan

tersebut.6 Sektor perbankan pun berhasil direformasi dengan jumlah kepemilikan

asing sebanyak 85%. Selain itu, Bosnia-Herzegovina juga melakukan privatisasi

terhadap BUMN-BUMN. Namun sayangnya, privatisasi ini juga diikuti oleh praktik

korupsi.

Perbaikan ekonomi Bosnia-Herzegovina juga dibantu oleh sektor pariwisata

yang terus tumbuh dengan adanya destinasi pariwisata ski yang terkenal.

Pertumbuhan ekonomi di Bosnia-Herzegovina memang sempat menunjukkan

peningkatan yang ekspresif, namun dengan pendapatan absolut yang rendah karena

perekonomian yang masih lemah.7 Selain itu, privatisasi hingga saat ini dianggap

masih lamban. Pembuatan lapangan pekerjaan pun juga masih lamban yang

menyebabkan tidak adanya perubahan yang signifikan pada jumlah pengangguran.

6 M. A. Starr, “Monetary Policy in Post Conflict Countries: Restoring Credibility”, Department of Economic Working Paper Series, No. 2004-07, September 2004, <http://w.american.edu/cas/economics/repec/amu/workingpapers/2004-07.pdf>, diakses 23 Juni 2012, hal. 10.

7 K. Bayliss, “Post-conflict Privatization: A Review of Developments in Serbia and Bosnia-Herzegovina”, ESAU Working Paper 12, Agustus 2005, <http://kms1.isn.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/23291/ipublicationdocument_singledocument/0615f227-c419-4f45-a2c4-e47c31dc2674/en/esau_wp12.pdf>, diakses 23 Juni 2012, hal. 34.

4

Page 6: Essay Uas Rue-komen Lintang

Misalnya saja pada tahun 2009, banyak penduduk Bosnia Herzegovina yang

kehilangan pekerjaan mereka, sebanyak 500.000 pensiunan hidup hanya dengan

300KM setiap bulan dan tingkat pesimisme terhadap ekonomi negara tersebut naik

hingga angka 90%.8

Proses “Eropanisasi” Bosnia-Herzegovina Menuju Uni Eropa

Proses eropanisasi dilakukan oleh Uni Eropa untuk mempersiapkan Bosnia-

Herzegovina ke arah integrasi dengan Uni Eropa. Tindakan ini pun bukan tanpa

perhitungan untung dan rugi. Dengan melakukan eropanisasi berupa upaya

menciptakan negara Bosnia-Herzegovina yang stabil dan demokratis, Uni Eropa akan

mampu menerapkan dan memperlihatkan kekuatan normatif mereka. Kekuatan

normatif Uni Eropa tersebut merupakan salah satu dasar dari kebijakan luar negeri

Uni Eropa yaitu dengan mempromosikan nilai-nilai atau norma-norma yang tertulis di

dalam pasal dua dan tiga Treaty on European Union atau yang juga dikenal dengan

Perjanjian Maastricht yaitu demokrasi, penegakan hukum, HAM, penghormatan

terhadap martabat manusia, prinsip persamaan dan solidaritas, penghormatan terhadap

Piagam PBB dan hukum internasional, pembangunan yang berkelanjutan serta good

governance.9 Selain itu, dengan menciptakan stabilitas di Bosnia-Herzegovina, Uni

Eropa khususnya negara-negara anggota yang wilayahnya berdekatan dengan Bosnia-

Herzegovina akan lebih terjamin stabilitas serta keamanan mereka. Oleh karena itu,

tidak mengherankan hingga sekarang ini Uni Eropa masih melakukan upaya

eropanisasi demi mewujudkan Bosnia-Herzegovina yang stabil.

Kebijakan eropanisasi yang dilakukan oleh Uni Eropa pertama kali setelah

ditandatanganinya Dayton Agreement adalah menetapkan persyaratan politik dan

ekonomi untuk pembangunan hubungan bilateral negara-negara di wilayah Balkan

bagian barat atau Regional Approach pada tahun 1997. Pada tahun 1998, EU-BiH

Consultative Task Force dibentuk untuk proses pembangunan perdamaian dan

perlindungan terhadap penduduk sipil. Kemudian, pada tahun 1999, Uni Eropa

mengeluarkan Stability Pact for South-eastern Europe pada tahun 1999 yang

8 Džihić, “Europeanization and new constitutional solutions - a way out of the vicious crisis cycle of crises in Bosnia and Herzegovina”, diakses 23 Juni 2012.

9 A. Voh Boštic, “Analysing EU’s Civil Society Development in Bosnia and Herzegovina”, Journal on European Perspectives of the Western Balkans, vol. 3, no. 1 (4), April 2011, <http://www.europeanperspectives.si/index.php?option=com_docman&task=doc_download&gid=45>, diakses 18 Juni 2012, hal. 93.

5

Page 7: Essay Uas Rue-komen Lintang

ditujukan untuk memperkuat perdamaian, demokrasi, HAM dan ekonomi di wilayah

Balkan.

Uni Eropa juga mengusulkan Stabilisation and Association Process (SAP)

yang ditujukan untuk menstabilkan negara-negara di wilayah Balkan dan mendorong

mereka untuk beralih ke sistem ekonomi pasar, mempromosikan kerjasama regional

dan kemungkinan untuk menjadi anggota UE. Kebijakan SAP sendiri baru diakui

sebagai kebijakan Uni Eropa kepada negara-negara Balkan pada tahun 2003. Selain

itu, program CARDS juga dikeluarkan oleh UE (Community Assistance for

Reconstruction, Development and Stabilisation)10 yang bertujuan untuk memberikan

bantuan teknik dan finansial kepada negara-negara Balkan, termasuk Bosnia-

Herzegovina, hingga negara-negara tersebut siap untuk menjadi anggota EU; dan lain-

lain. Pada tahun 2000, Dewan Eropa yang bertemu di Santa Maria da Feira pada

tanggal 19 dan 20 Juni memutuskan bahwa seluruh negara yang ada dalam SAP

merupakan kandidat potensial untuk menjadi negara anggota Uni Eropa.11

Keseluruhan program atau kebijakan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa tersebut

bertujuan untuk menciptakan kestabilan di Bosnia-Herzegovina.

Selain bantuan-bantuan ekonomi maupun yang berhubungan dengan

hal-hal berbau sipil, UE akhirnya juga menggunakan kekuatan militer sebagai bentuk

bantuan penanganan konflik di Bosnia. Pada Januari 2003, UE meluncurkan misi

polisi pertamanya di Bosnia yaitu European Union Police Mission (EUPM) yang

merupakan misi pertama dari European Security and Defence Policy (ESDP). EUPM

bertujuan untuk menciptakan layanan polisi yang berkelanjutan, profesional dan

multietnis yang beroperasi sesuai dengan standar Eropa dan internasional.12

Kemudian pada Desember 2004 UE meluncurkan operasi militer terbesarnya

yaitu EUFOR Althea yang bertujuan untuk menjaga stabilitas di Bosnia. Kedua misi

militer tersebut berada di bawah ESDP (European Security and Defense Policy) dan

bertujuan untuk meningkatkan pengaruh UE sehingga nantinya dapat

mempromosikan nilai-nilai yang dijunjung oleh UE. November 2005, negosiasi

10 Minsitry of Foreign and European Affairs Republic Croatia, CARDS (online), <http://www.mvep.hr/ei/default.asp?ru=615&sid=&akcija=&jezik=2>, diakses 3 April 2012.

11 I. G. Bărbulescu & M. Troncotă, “The Ambivalent Role of the EU in Western Balkans - “Limited Europenization” between Formal Promises and Practical Constraint. The Case of Bosnia-Herzegovina”, Romanian Journal of European Affairs, vol. 12, no. 1, Maret 2012, hal. 9.

12 Bărbulescu & Troncotă, “The Ambivalent Role of the EU in Western Balkans - “Limited Europenization” between Formal Promises and Practical Constraint. The Case of Bosnia-Herzegovina”, hal. 10.

6

Page 8: Essay Uas Rue-komen Lintang

Stabilisation and Association Agreement dilaksanakan di Sarajevo dan disusul pada

tahun 2006 pertemuan RPM (Reform Process Monitoring) serta diadakannya

pemilihan umum.13 Pemilu yang diharapkan mampu mengarahkan Bosnia-

Herzegovina ke arah reformasi pada kenyataannya tidak terbukti dengan kembalinya

prinsip etnisitas dalam politik.

Kemudian pada tahun 2007, didirikanlah OHR atau Office of the High

Representative untuk Bosnia dan juga ditandatanganinya perjanjian terkait fasilitasi

visa dan pendaftaran kembali. Selain itu, pada akhir tahun 2007, Bosnia mendapatkan

paket reformasi dari UE sebagai hasil dari SAA dan pada saat yang sama polisi di

Bosnia menghadapi krisis politik yang besar semenjak penandatangan Dayton

Agreement. Krisis yang dipicu oleh ketakutan etnis Serbia terhadap pembatasan veto

etnis akhirnya dapat diselesaikan setelah lagi-lagi UE terlibat dengan menyetujui

perubahan prosedural namun pada akhirnya memundurkan reformasi di Bosnia.14

Pada Februari 2008, aktifitas dan kompetensi SAP ditransfer ke Regional

Cooperation Council yang berada di bawah kepemilikan regional Balkan dan

memberikan insentif bagi regional tersebut untuk reformasi yang terkoordinasi.15

Selain itu, pada tahun 2008 juga diadakan pembicaraan terkait liberalisasi visa, serta

penandatanganan perjanjian pembiayaan untuk instrument pre-aksesi (IPA) dan

adanya kemitraan baru antara Uni Eropa dengan Bosnia-Herzegovina. IPA sendiri

ditujukan untuk membantu negara kandidat maupun kandidat potensial memenuhi

kriteria Copenhagen yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa untuk menjadi anggota Uni

Eropa. Melalui status sebagai kandidat potensial, Bosnia diperbolehkan untuk

mendapatkan bantuan finansial dalam proyek di bawah dua komponen pertama IPA

yaitu Transition Assistance and Institution Building and Cross-Border Cooperation.16

Prioritas IPA bagi Bosnia sendiri diatur dalam European Partnership tahun 2008.

13 Bărbulescu & Troncotă, “The Ambivalent Role of the EU in Western Balkans - “Limited Europenization” between Formal Promises and Practical Constraint. The Case of Bosnia-Herzegovina”, hal. 11.

14 Bărbulescu & Troncotă, “The Ambivalent Role of the EU in Western Balkans - “Limited Europenization” between Formal Promises and Practical Constraint. The Case of Bosnia-Herzegovina”, hal. 12.

15 Bărbulescu & Troncotă, “The Ambivalent Role of the EU in Western Balkans - “Limited Europenization” between Formal Promises and Practical Constraint. The Case of Bosnia-Herzegovina”, hal. 12.

16 Bărbulescu & Troncotă, “The Ambivalent Role of the EU in Western Balkans - “Limited Europenization” between Formal Promises and Practical Constraint. The Case of Bosnia-Herzegovina”, hal. 13.

7

Page 9: Essay Uas Rue-komen Lintang

Setelah pada tahun 2009 Bosnia gagal menciptakan kemajuan bagi negaranya

terkait kegagalan dalam negosiasi reformasi konstitusi, pada tahun 2010, OHR di

bawah Valentin Inzko, Komisi Eropa mengadopsi sebuah proposal yang

memperbolehkan warga negara Bosnia bepergian ke negara-negara Schengen tanpa

visa. Meski dianggap sebagai hal yang sukses, tidak dapat dipungkiri kurangnya

koordinasi dan adaptasi yang koheren muncul dalam persyaratan UE.

Prospek Bosnia-Herzegovina sebagai Anggota Uni Eropa

Perluasan keanggotaan Uni Eropa sudah dimulai semenjak regionalisme

tersebut bernama European Coal and Steel Community dengan enam negara anggota

yaitu Jerman, Italia, Luxembourg, Belgia, Belanda dan Perancis. Terhitung Uni Eropa

telah melakukan perluasan keanggotaan hingga enam kali yaitu pada tahun 1973

(Denmark, Irlandia dan Inggris), tahun 1981 (Yunani), tahun 1986 (Spanyol), tahun

1995 (Austria, Finlandia dan Swedia), tahun 2004 (Ceko, Estonia, Hungaria, Latvia,

Lithuania, Malta, Polandia, Siprus, Slovakia dan Slovenia), serta tahun 2007

(Bulgaria dan Rumania). Perluasan keanggotaan tersebut membuat jumlah anggota

negara Uni Eropa hingga saat ini mencapai 27 negara. Uni Eropa kemudian juga

berencana untuk memperluas negara anggotanya hingga ke wilayah Balkan, salah

satunya adalah Bosnia-Herzegovina.

Untuk bergabung menjadi anggota Uni Eropa, Dewan Eropa pada Desember

1993 telah menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh negara-negara yang

menginginkan untuk menjadi anggota Uni Eropa. Persyaratan tersebut sering disebut

sebagai Copenhagen Criteria. Dalam Copenhagen Criteria, kandidat negara anggota

Uni Eropa diharuskan memiliki: a) institusi negara yang stabil yang menjamin

demokrasi, penegakan hukum, HAM dan penghormatan serta perlindungan terhadap

minoritas; b) ekonomi pasar yang berfungsi, serta kemampuan untuk mengatasi

tekanan dari persaingan dan kekuatan pasar yang ada di dalam Uni Eropa; dan c)

kemampuan memikul tanggung jawab sebagai anggota Uni Eropa, khususnya pada

tujuan politik, ekonomi dan moneter Uni Eropa.17 Lebih lanjut, negara yang menjadi

kandidat negara anggota Uni Eropa diharuskan menerapkan peraturan dan prosedur

Uni Eropa. Sedangkan untuk negara yang mendapat predikat kandidat potensial

17 European Commission, “Conditions for Enlargement”, 30 Januari 2012, <http://ec.europa.eu/enlargement/the-policy/conditions-for-enlargement/index_en.htm>, diakses 23 Juni 2012.

8

Page 10: Essay Uas Rue-komen Lintang

sebagai anggota baru Uni Eropa, negara tersebut harus mampu mengadopsi standar

yang ditetapkan oleh Uni Eropa dan beberapa persyaratan khusus lainnya.

Bosnia-Herzegovina sendiri merupakan kandidat potensial sebagai anggota

baru Uni Eropa. Status tersebut mengacu kepada keputusan Dewan Eropa yang

dikenal dengan Thessaloniki Agenda pada tahun 2003.18 Jika kita melihat upaya

eropanisasi yang dilakukan oleh Uni Eropa untuk Bosnia-Herzegovina, seharusnya

negara tersebut mendapatkan manfaat yang banyak dan mampu melaksanakan

reformasi sehingga nantinya meningkat statusnya menjadi negara kandidat. Namun,

pada kenyataannya jika kita melihat kondisi domestic Bosnia-Herzegovina sendiri,

upaya-upaya yang dilakukan oleh Uni Eropa tidak merubah keadaan Bosnia-

Herzegovina secara signifikan.

Jika kita melihat upaya yang dilakukan oleh Bosnia-Herzegovina demi

mendapatkan setidaknya status negara kandidat anggota Uni Eropa, Bosnia-

Herzegovina tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Uni Eropa memperkirakan

bahwa Bosnia-Herzegovina setidaknya baru akan bergabung dengan Uni Eropa pada

tahun 2015. Saat ini, Bosnia-Herzegovina sendiri sudah berhasil memperlihatkan

perkembangan dari empat bidang yang diajukan oleh Uni Eropa sebagia persyaratan

agar program SAA dapat terlaksana. Empat bidang tersebut adalah pembaruan polisi,

kerjasama dengan pengadilan kejahatan perang internasional, pembaruan penyiaran

serta administrasi publik.19 Meskipun demikian, perubahan atau reformasi di Bosnia-

Herzegovina masih terhitung lamban.

Memang upaya Uni Eropa telah mengakhiri konflik antar etnis yang terjadi di

Bosnia-Herzegovina. Namun, hanya sebatas itu saja keberhasilan Uni Eropa. Dengan

masih kentalnya etnonasionalisme di Bosnia-Herzegovina, kestabilan politik tidak

mungkin tercapai. Pemilu yang sudah beberapa kali diadakan di negara pecahan

Yugoslavia tersebut tidak menjadi sebuah jaminan bagi stabilitas politik Bosnia-

Herzegovina. Hal ini dapat dibuktikan dengan seringnya pemimpin-pemimpin di

Bosnia yang mewakili etnis-etnis yang ada di negara tersebut sulit untuk menyamakan

pendapat, terutama terkait masa depan Bosnia-Herzegovina. Apalagi hingga saat ini

masih timbul perbedaan pendapat terkait reformasi konstitusional.

18 European Commission, “Bosnia-Herzegovina- Relations with the EU”, <http://ec.europa.eu/enlargement/potential-candidates/bosnia_and_herzegovina/relation/index_en.htm>, diakses 23 Juni 2012.

19 BBC News, “EU enlargement: The next eight”, 2 Maret 2012, < http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-11283616>, diakses 23 Juni 2012.

9

Page 11: Essay Uas Rue-komen Lintang

Selain itu, dari pihak Uni Eropa sendiri mulai timbul “enlargement fatigue”

dari negara-negara anggota. Negara-negara anggota Uni Eropa yang berjumlah 27

negara tidak bersedia untuk memperluas keanggotaan Uni Eropa. Ditambah lagi saat

ini Uni Eropa sedang menghadapi krisis ekonomi dan permasalahan dalam

implementasi Lisbon Treaty. Dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa jalan

Bosnia-Herzegovina untuk menjadi anggota Uni Eropa masih jauh.

Kesimpulan

Keterlibatan Uni Eropa dalam penyelesaian konflik etnis serta pasca konflik di

Bosnia-Herzegovina tidak bisa dilepaskan dari kemungkinan perluasaan keanggotaan

Uni Eropa di wilayah Balkan. Apalagi jika kita melihat dari program-program yang

dikeluarkan oleh Uni Eropa dan ditujukan kepada negara-negara di Balkan,

khususnya Bosnia-Herzegovina. Sayangnya, program-program tersebut tidak diikuti

oleh perkembangan yang signifikan di Bosnia-Herzegovina. Masih kentalnya

etnonasionalisme, masifnya korupsi dan kejahatan terorganisir menjadi halangan bagi

reformasi dan stabilitas politik di Bosnia-Herzegovina. Hal ini tentunya menghambat

perjalanan Bosnia-Herzegovina untuk menjadi anggota Uni Eropa, atau setidaknya

meningkatkan status mereka menjadi negara kandidat.

10

Page 12: Essay Uas Rue-komen Lintang

DAFTAR PUSTAKA

Artikel Online

BBC, “Bosnia-Herzegovina Country Profile”, BBC News (online), 12 Januari 2012,

<http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/country_profiles/1066886.stm>, diakses 22

Juni 2012.

BBC News, “EU enlargement: The next eight”, 2 Maret 2012, <

http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-11283616>, diakses 23 Juni 2012.

Džihić, V., “Europeanization and new constitutional solutions - a way out of the

vicious crisis cycle of crises in Bosnia and Herzegovina”,

<http://www.cpi.hr/en-

10665_bosnia_and_herzegovina_how_to_come_to_a_sustainable_solution.ht

m>, diakses 23 Juni 2012.

European Commission, “Bosnia-Herzegovina- Relations with the EU”,

<

http://ec.europa.eu/enlargement/potential-candidates/bosnia_and_herzegovina/

relation/index_en.htm>, diakses 23 Juni 2012.

European Commission, “Conditions for Enlargement”, 30 Januari 2012,

<http://ec.europa.eu/enlargement/the-policy/conditions-for-enlargement/

index_en.htm>, diakses 23 Juni 2012.

International Crisis Group, “Elections in Bosnia-Herzegovina”, International Crisis

Group (online), 22 September 1996,

<http://www.crisisgroup.org/en/regions/europe/balkans/bosnia-herzegovina/

016-elections-in-bosnia-and-herzegovina.aspx>, diakses 22 Juni 2012.

Minsitry of Foreign and European Affairs Republic Croatia, CARDS (online),

<http://www.mvep.hr/ei/default.asp?ru=615&sid=&akcija=&jezik=2>, diakses

3 April 2012.

University of Minnesota, Summary of the Dayton Peace Agreement on Bosnia-

Herzegovina (online),

<http://www1.umn.edu/humanrts/icty/dayton/daytonsum.html>, diakses 5 April

2012.

Whitlock, C., “Old Troubles Threaten Again in Bosnia”, The Washington Post

(online), 23 Agustus 2009,

<

11

Page 13: Essay Uas Rue-komen Lintang

http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2009/08/22/AR200908

2202234_pf.html>, diakses 18 Juni 2012.

Artikel Jurnal

Bărbulescu, I.G., & Troncotă, M., “The Ambivalent Role of the EU in Western

Balkans - “Limited Europenization” between Formal Promises and Practical

Constraint. The Case of Bosnia-Herzegovina”, Romanian Journal of European

Affairs, vol. 12, no. 1, Maret 2012, hal. 1-34.

Voh Boštic, A., “Analysing EU’s Civil Society Development in Bosnia and

Herzegovina”, Journal on European Perspectives of the Western Balkans, vol.

3, no. 1 (4), April 2011, <http://www.europeanperspectives.si/index.php?

option=com_docman&task=doc_download&gid=45>, diakses 18 Juni 2012,

hal. 91-113.

Working Paper

Bayliss, K., “Post-conflict Privatization: A Review of Developments in Serbia and

Bosnia-Herzegovina”, ESAU Working Paper 12, Agustus 2005,

<

http://kms1.isn.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/23291/ipublicationdocument_si

ngledocument/0615f227-c419-4f45-a2c4-e47c31dc2674/en/esau_wp12.pdf>,

diakses 23 Juni 2012, hal. 1-112.

Starr, M.A., “Monetary Policy in Post Conflict Countries: Restoring Credibility”,

Department of Economic Working Paper Series, No. 2004-07, September 2004,

<http://w.american.edu/cas/economics/repec/amu/workingpapers/2004-07.pdf>,

diakses 23 Juni 2012, hal. 1-32.

12