essay tb .pdf
DESCRIPTION
Essay TBTRANSCRIPT
-
1
DENGAN JUS MENGKUDU : TUBUH TAK RENTAN, KELUARGA
AMAN, TB PUN HILANG
ANASTASIA CITRA PURWANI
Tuberkulosis merupakan suatu masalah kesehatan global. Penyakit ini
menempati urutan kedua dengan angka mortalitas tinggi di dunia setelah
HIV/AIDS. Pada laporan kasus tahun 2012, terdapat 8,6 miliar kasus TB baru dan
1,3 penderita meninggal di dunia (WHO, 2013). Menurut data Global Report
WHO 2010, Pada tahun 2009 Indonesia memiliki 294.731 kasus TB, hal tersebut
membuat Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara dengan kasus
TB terbesar di dunia dan propinsi Jawa Timur menjadi salah satu penyumbang
kasus TB terbesar di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yaitu 38,4 juta jiwa
sebesar 41.534 diantaranya menderita TB. Dari sekian banyak kabupaten dan kota
di propinsi Jawa Timur kota Surabaya menempati peringkat pertama dengan total
kasus 4.212 dan kabupaten Jember di tempat kedua dengan total kasus 3.225,
sedangkan untuk angka kematian karena TB kabupaten Jember memiliki angka
terbesar di Jawa Timur yaitu 114 (Dinkes Jatim, 2012). Banyaknya masyarakat
yang menderita TB dikarenakan proses penularannya belum bisa ditekan.
TB atau tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini menyerang paru dan dapat
bermanifestasi klinis pada meninges (selaput otak), tulang, kelenjar getah bening,
dan kulit. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko penularan penyakit TB paru
adalah (1) Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB
aktif, (2) individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV), (3)
pengguna obat-obat IV dan alkoholik, (4) individu yang memiliki gangguan medis
yang sudah ada sebelumnya (5) umur dan jenis kelamin, (6) keadaan malnutrisi
atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain lain yang akan
mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap penyakit
termasuk TB Paru, (7) individu yang tinggal di institusi (misal: fasilitas perawatan
jangka panjang, institusi psikiatrik, penjara), (8) mereka yang tinggal di
perumahan yang padat, kumuh dan sanitasi yang buruk (Brunner & Suddarth,
-
2
2002). Berdasar salah satu faktor yang mempengaruhi penularan TB, anggota
keluarga merupakan individu yang memiliki risiko tinggi untuk tertular penyakit
ini. Data kasus yang diperoleh dari sebuah penelitian yaitu riwayat tidur sekamar
beresiko 3,839 kali lebih tertular TB dan isolasi dahak yang tidak baik dari
penderita TB bagi orang serumah beresiko 9,240 kalinya (Susilowati, 2010). Bila
terdapat lebih dari satu faktor penularan maka individu tersebut akan lebih
berisiko untuk tertular TB. Rendahnya imunitas pada individu disekitar penderita
TB aktif menjadi penyebab penularan penyakit tersebut semakin nyata.
Imun berperan penting dalam proses penularan TB. Pada individu dengan
tingkat imunitas yang tinggi bakteri TB yang masuk akan segera dieliminasi
setelah terjadi inhalasi, sedangkan pada individu dengan imunitas rendah proses
imunitas awal atau disebut imunitas non-spesifik akan gagal. Lolos dari proses
imunitas non spesifik akan mengaktivasi sistem imunitas spesifik/ adaptif.
Antigen ini dapat langsung merangsang sel limfosit B yang menghasilkan
imunoglobin (Ig)M spesifik yang kuat. Selain itu produksi IgG juga dirangsang
yang mungkin melalui mekanisme perangsangan isotype switching rantai berat
oleh sitokin. Respons sel limfosit T yang utama terhadap bakteri melalui sel
TCD4 yang berhubungan dengan molekul MHC kelas II yang mekanismenya
telah dijelaskan di atas. Sel TCD4 berfungsi sebagai sel penolong untuk
merangsang pembentukan antibodi, aktivasi fungsi fagosit dan mikrobisid
makrofag. Ada 3 mekanisme efektor yang dirangsang oleh IgG dan IgM serta
antigen permukaan bakteri (1) Opsonisasi bakteri oleh IgG serta peningkatan
fagositosis dengan mengikat reseptor Fc_ pada monosit, makrofag dan neutrofil.
Antibodi IgG dan IgM mengaktivasi komplemen jalur klasik yang menghasilkan
C3b dan iC3b yang mengikat reseptor komplemen spesifik tipe 1 dan tipe 3 dan
selanjutnya terjadi peningkatan fagositosis. (2) Netralisasi toksin bakteri oleh IgM
dan IgG untuk mencegah penempelan terhadap sel target serta meningkatkan
fagositosis untuk eliminasi toksin tersebut. (3) Aktivasi komplemen oleh IgM dan
IgG untuk menghasilkan mikrobisid MAC serta pelepasan mediator inflamasi
akut (Zakiudin, 2001). Bila seluruh respon imun tersebut gagal, maka akan
terbentuk infeksi primer. TB
-
3
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dikenal sebagai buah yang memiliki
berbagai manfaat. Penggunaannya sebagai obat tradisional telah menjadi budaya
di Indonesia sejak zaman nenek moyang kita dahulu. Selain itu keberadaannya
yang mudah dijangkau membuatnya semakin digemari. Mengkudu memiliki
kandungan yang dibutuhkan tubuh manusia yaitu xeronine. Meskipun kandungan
xeronine dalam buah ini hanya sedikit namun mengkudu memiliki kandungan
proxeronine yang tinggi. Proxeronine merupakan prekursor dari pembentukan
xeronine dalam tubuh. Xeronine berfungsi menormalkan fungsi sel yang rusak
dalam tubuh manusia sehingga dapat meningkatkan imunitas (Heinicke RM,
1985). Pada penggunaan obat yang bersifat imunomodulator, imunomodulator
tidak akan bekerja langsung terhadap mikroorganisme melainkan dengan cara
sistem imunitas akan didorong untuk menghadapi melalui efektor sistem imunitas
(Subowo, 1996).
Mengkudu dapat diolah menjadi berbagai macam makanan atau minuman
siap santap. Salah satu bentuk penyajian yang disarankan penulis dalam esai ini
adalah jus. Seseorang dapat menikmati mengkudu dengan nikmat dan mudah
tanpa harus merusak kandungannya. Konsumsi jus mengkudu pada dosis tertentu
dapat meningkatkan aktivitas IgM dan IgG (Novanita, 2011). IgG dan IgM
merupakan agen imunitas dalam tubuh manusia, saat antigen masuk ke dalam
tubuh manusia maka agen tersebut bertugas membentuk kompleks antigen
antibodi sehingga terbentuk presipitat yang menggagalkan invasi antigen.
Individu disekeliling penderita TB aktif terutama keluarga dianjurkan
untuk mengonsumsi jus mengkudu setiap hari. Dari hasil penelitian pada mencit,
peningkatan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) dengan
pemberian jus buah mengkudu dengan konsentrasi 0,1% adalah konsentrasi yang
paling baik. Jus mengkudu 0,1% didapat dari 0,1 gram buah mengkudu
dicukupkan dengan air hingga 100 mL setara dengan 1 mg/mL pada mencit dan
jika dikonversi ke dosis manusia 387,9 mg/mL/ 70 kg BB (Novanita, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, didapat perhitungan konversi pada manusia
sebagai berikut,
-
4
0,1%
=
1/
387,9 /
=0,1 % 387,9
1= 38,79 %
38,79 % = 38,79 gram
Dari perhitungan diatas didapat bahwa untuk membuat jus mengkudu untuk
manusia yang disetarakan dengan kadar 0,1% pada mencit, dibutuhkan 38,79
gram buah mengkudu. Satu buah mengkudu memiliki berat 35-40 gram
sehingga pada pembuatan jus ini, dibutuhkan cukup satu buah mengkudu. Cara
pembuatannya cukup sederhana, satu buah mengkudu dicuci bersih dengan air
kemudian ditiriskan dan dipotong-potong selanjutnya dimasukkan ke dalam alat
pembuat jus(blender), ditambahkan air hingga volumenya menjadi 100 ml. Pada
dosis tersebut, jus mengkudu aman dikonsumsi dan bersifat imunomodulator
dengan meningkatkan aktivitas IgM dan IgG dalam tubuh. Keluarga penderita
Tuberkulosis sangat dianjurkan mengonsumsi jus yang terbuat dari satu buah
mengkudu per harinya untuk peningkatkan imunitas dan sebagai metode diet
pencegahan penularan TB. Disini peran petugas kesehatan terutama di kawasan
yang memiliki angka kasus TB tinggi sangat penting dalam memberi pengarahan
dan anjuran untuk meminum jus mengkudu setiap hari kepada keluarga penderita
TB aktif.
Mengkudu merupakan buah yang memiliki banyak khasiat untuk
kesehatan tubuh. Xeronine merupakan kandungan mengkudu yang berfungsi
memperkuat imunitas, perannya dalam meningkatkan aktivitas IgM dan IgG dapat
melindungi tubuh dari infeksi Micobacterium Tuberculosis. Keluarga penderita
TB aktif merupakan individu-individu yang rentan tertular TB, konsumsi jus yang
terbuat dari satu buah mengkudu setiap harinya sangat dianjurkan untuk
meningkatkan imunitas dan menjadi metode diet pencegahan TB yang dapat
menurunkan angka kasus TB di Indonesia.
-
5
DAFTAR PUSTAKA
WHO. Global Tuberculosis Report 2013. Diunduh dari www.who.int. diakses 23
Februari 2014
Dinas Kesehatan Jawa Timur. Data Kasus Tuberkulosis (TB) Menurut Kabupaten/
Kota Tahun 2012. Diunduh dinkes.jatimprov.go.id diakses 23 Februari 2014
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Cahyadi, Alius. 2011. Tuberkulosis Paru pada Pasien Diabetes Mellitus. J Indon
Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011
Heinicke RM. The pharmacologically active ingredient of noni. Pacific Tropical
Botanical Garden Bulletin. 1985;15:10-14.
Novanita, Marianti, Gemini. 2011. UJI EFEK JUS BUAH MENGKUDU
(Morinda citrifolia Linn.) TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M
(IgM) DAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) PADA MENCIT (Mus musculus).
Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2 Juli 2011, hlm. 99 104
Munasir, Zakiudin. 2001. RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI BAKTERI.
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001: 193 - 197
-
6
BIODATA PENULIS
Nama Penulis : Anastasia Citra Purwani
Tempat, tanggal lahir : Mojokerto, 25 September 1993
Nama Perguruan Tinggi : Universitas Jember
Nama Fakultas, Jurusan : Fakultas Kedokteran, Pendidikan dokter
Alamat : Jalan Mastrip 2 no.31 Jember
Alamat email : [email protected]
Telepon : 085736002193
Judul Esai :
DENGAN JUS MENGKUDU : TUBUH TAK RENTAN, KELUARGA
AMAN, TB PUN HILANG