essay pacar air

8
Pemanfaatan Ekstrak Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina L) Sebagai Obat Herbal dan Reagen Analisis Kimia Tumbuhan merupakan sumber kehidupan bagi manusia, baik sebagai sumber makanan, bahan bakar, bahan bangunan, serat kertas, pakaian dan obat-obatan. Sebagai bahan obat tumbuhan telah lama dimanfaatkan oleh manusia, sebagian masih berdasarkan pada pengalaman turun temurun yang dikenal sebagai obat tradisional dan sebagian lagi telah dikembangkan melalui penelitian-penelitian ilmiah. Dalam pengobatan secara tradisional, sebagian besar ramuan berasal dari tumbuhan, baik berupa akar, kulit batang, kayu, daun, bunga atau bijinya. Ada pula yang berasal dari organ binatang dan bahan-bahan mineral. Agar pengobatan secara tradisional dapat dipertanggung jawabkan maka diperlukan penelitian penelitian ilmiah seperti penelitian-penelitian dibidang farmakologi, toksikologi, identifikasi dan isolasi zat kimia aktif yang terdapat dalam tumbuhan. Dibidang farmakologi penelitian untuk mencari antibiotik dari tumbuhan tingkat tinggi sedang digalakkan karena umumnya antibiotik yang ada sekarang ini adalah metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan ada pula yang semi sintetik, jika pemakaian antibiotik berlebihan menyebabkan resistensi mikroba. Maka dari itu diperlukan penemuan senyawa antibiotik baru yang lebih aman dan mempunyai spektrum yang lebih luas [3].

Upload: wera-aretheyhasa

Post on 27-Sep-2015

32 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

tugas essay organik

TRANSCRIPT

Pemanfaatan Ekstrak Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina L) Sebagai Obat Herbal dan Reagen Analisis KimiaTumbuhan merupakan sumber kehidupan bagi manusia, baik sebagai sumber makanan, bahan bakar, bahan bangunan, serat kertas, pakaian dan obat-obatan. Sebagai bahan obat tumbuhan telah lama dimanfaatkan oleh manusia, sebagian masih berdasarkan pada pengalaman turun temurun yang dikenal sebagai obat tradisional dan sebagian lagi telah dikembangkan melalui penelitian-penelitian ilmiah. Dalam pengobatan secara tradisional, sebagian besar ramuan berasal dari tumbuhan, baik berupa akar, kulit batang, kayu, daun, bunga atau bijinya. Ada pula yang berasal dari organ binatang dan bahan-bahan mineral. Agar pengobatan secara tradisional dapat dipertanggung jawabkan maka diperlukan penelitian penelitian ilmiah seperti penelitian-penelitian dibidang farmakologi, toksikologi, identifikasi dan isolasi zat kimia aktif yang terdapat dalam tumbuhan. Dibidang farmakologi penelitian untuk mencari antibiotik dari tumbuhan tingkat tinggi sedang digalakkan karena umumnya antibiotik yang ada sekarang ini adalah metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan ada pula yang semi sintetik, jika pemakaian antibiotik berlebihan menyebabkan resistensi mikroba. Maka dari itu diperlukan penemuan senyawa antibiotik baru yang lebih aman dan mempunyai spektrum yang lebih luas [3]. Salah satu penggunaan senyawa antibakteri dalam dunia kesehatan adalah sebagai bahan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen. Akan tetapi penggunaan obat secara terus menerus yang tidak sesuai dengan ketentuan dapat menyebabkan munculnya sifat resisten pada bakteri patogen. Munculnya sifat resisten ini disebabkan karena bakteri patogen yang secara terus-menerus dikenai senyawa antibakteri dengan dosis yang kurang memadai tidak mati, tetapi beradaptasi dengan lingkungannya. Proses adaptasi yang terus-menerus menyebabkan terjadinya perubahan genetik yang mengarah pada terbentuknya gen yang menyebabkan bakteri patogen resisten terhadap obat yang digunakan, sehingga obat yang sama tidak dapat dipakai lagi. Dengan demikian, maka pencarian antibakteri baru atau memodifikai yang sudah ada harus terus dilakukan, sehingga didapat senyawa antibakteri yang aktivitasnya lebih efektif, yang akhirnya dapat dibuat sebagai bahan aktif obat dan dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan bakteri patogen yang telah resisten [3].Pada tulisan ini mengulas tentang tanaman bunga yang sangat dekat dengan masyarakat Bali karena sering digunakan sebagai salah satu sarana dalam persembahyangan. Tanaman yang memiliki banyak variasi warna yang indah dilihat, tidak lain dan tidak adalah bunga pacar air yang memiliki nama ilmiah Impatiens balsamina L. Bisa dibilang harga dari bunga ini cukup murah dan mudah didapatkan. Bunga ini dapat berkembang biak dengan cepat tanpa memerlukan kondisi tertentu. Hanya dengan menaruh biji dari bunga ini pada tanah yang gembur, beberapa hari kemudian tanaman pacar air akan segera tumbuh. Namun siapa yang menyangka ternyata tanaman ini memiliki banyak manfaat baik dari batang, daun dan bunganya. Tiap komponen dari bunga ini memiliki kandungan kimia yang berbeda dengan khasiat yang berbeda pula. Kandungan pada tanaman ini sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai salah satu obat tradisional dan kini juga sedang dikembangkan sebagai obat herbal dalam kemasan yang siap konsumsi. Selain itu bunga pacar air juga digunakan menjadi indikator alami dalam praktikum sederhana di laboratorium.Bunga pacar air yang mengandung antosianin, sianidin dan malvidum berkhasiat sebagai anti hipertensi dan rematik. Biji pacar air mengandung saponin, parinaric acid, kuersetin, balsaminasterol, -spinasterol, -ergosterol, naphtaquinon, minyak atsiri, dan derivat kamferol yang berkhasiat untuk mempermudah persalinan dan mengobati kanker saluran pencernaan atas. Tanaman pacar air sudah terbukti memiliki aktivitas sebagai antikanker. Hal ini sudah ditunjukkan pada penelitian Amelia (2011) menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh harga LC50 ekstrak metanol 744,4893 85,96 g/ml. Dimana dinyatakan bahwa suatu tanaman mempunyai aktivitas antikanker apabila harga LC50 kurang dari 1000 g/ml. Dari hasil uji skrining fitokimia pada penelitian Amelia (2011) tersebut juga diketahui bahwa ekstrak metanol herba pacar air mengandung senyawa flavonoid, saponin dan steroid/triterpen yang merupakan komponen senyawa sitotoksik.Kandungan kimia dari bunganya sendiri salah satunya yaitu antosianin. Antosianin adalah pigmen berwarna merah, ungu, dan biru yang terdapat pada seluruh tumbuhan kecuali fungus. Sebagian besar antosianin dalam bentuk glikosida, biasanya mengikat satu atau dua unit gula seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan silosa. Jika monoglikosida, maka bagian gula hanya terikat pada posisi 3, dan pada posisi 3 dan 5 bila merupakan diglikosida dan bagian aglikionnya disebut antosianidin. Sebagian besar antosianin berwarna kemerahan dalam larutan asam, tetapi menjadi ungu dan biru dengan meningkatnya pH yang akhirnya rusak dalam larutan alkali kuat .Warna yang dihasilkan dari antosianin dipengaruhi oleh tingkat keasaman medium, pada suasana asam pH 1-3 antosianin menunjukkan warna merah sementara peningkatan pH mengakibatkan penurunan intensitas warna yang dihasilkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa antosianin merupakan pigmen yang tidak stabil terhadap perubahan pH dan suhu. Dengan sifat dari kimia antosianin yang terkandung dalam bunga inilah kemudian digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam-basa di lab. Untuk mengekstrak zat antosianin ini sendiri dilakukan dengan melarutkan bunga bersama dengan alkohol, kemudian diaduk hingga zat warnanya keluar kemudian disaring. Larutan hasil ekstraksi tadi inilah yang kemudian ditambahkan pada sampel larutan yang akan diujikan.Selain itu pada daun pacar air juga mengandung senyawa kimia yang bisa dimanfaatkan sebagai obat. Menurut Panichayupakaranant (2001) [7], daun pacar air Impatiens balsamina L. mengandung senyawa naftoquinon, turunan kumarin, tanin, flavanoid, dan steroid. Hal ini juga didukung oleh penelitian Adfa (2007) [1] dari uji pendahuluan metabolit sekunder diketahui bahwa daun pacar air Impatiens balsamina L. mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan steroid. Senyawa aktif tersebut mempunyai kemampuan sebagai antimikroba yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan fungi. Penelitian ini menggunakan simplisia dari ekstrak daun pacar air Impatiens balsamina L. yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid, steroid dan saponin. Secara tradisional daun pacar air ini biasanya direbus ataupun digiling kemudian dioleskan pada bagian luka untuk mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri dan kuman.Pada biji dari pacar air ini juga dipercaya berkhasiat sebagai penghenti perdarahan (hemostatis), meningkatkan fungsi pencernaan, mempunyai efek melunakkan massa yang keras (tumor), anti kanker, peluruh haid, dan mempermudah persalinan (parturifasien) dengan cara memimun air rebusan dari biji pacar tersebut. Namun memimun ramuan ini tidak dianjurkan bagi ibu hamil dan untuk penggunaan jangka panjang, ramuan bisa memberikan rasa mual, mulut kering, dan kurang nafsu makan. Untuk mengatasi hal tersebut dianjurkan untuk mengurangi pemakaian dari ramuan ini ataupun menghentikan meminumnya selama 2 3 hari.Pemanfaatan bunga pacar air tidak dilakukan di Bali saja, namun sudah menyebar di seluruh pelosok Indonesia dan bahkan di luar Indonesia. Salah satu contoh di Indonesia adalah masyarakat Bengkulu yang telah memanfaatkan tanaman pacar air sebagai obat luka potong, bengkak-bengkak, koreng, obat panas dalam dan susah kencing bagi anak kecil, disamping itu tanaman pacar air juga digunakan untuk memerahkan kuku [2]. Disisi lain penelitian yang telah dilakukan [4] terhadap ekstrak etanol bunga putih pacar air memberikan efek antihistamin, anti anapilaktik, anti bodi, anti puritik dan menurunkan tekanan darah. Dalam pengobatan Cina, pacar air digunakan untuk mengobati penyakit encok, luka memar dan beri-beri [5] serta pacar air di India digunakan juga sebagai racun ikan [8]. Dari penelitian terdahulu telah dilaporkan bahwa [6] telah berhasil mengisolasi Kaemferol 3-O-glukosida dan Kuersetin dari bunga putih pacar air [4] berhasil mengisolasi Rutin dari bunga pacar air, tahun 2000, Adfa telah berhasil mengisolasi Skopoletin dari daun pacar air. Namun sejauh ini belum ada laporan tentang aktivitas biologis dari ekstrak daun tanaman pacar air.Berdasarkan beberapa jurnal dan artikel yang telah dirujuk, tanaman pacar air banyak memiliki manfaat yang baik dalam dunia pegobatan nantinya. Untuk dewasa ini mungkin belum banyak beredar tentang hal ini dan juga belum diproduksinya obat yang berasal dari tanaman ini dalam skala pabrik, namun jika sudah diproduksi ekstrak dan obat dari tanaman ini, ada kemungkinan penggunaan tanaman pacar air sebagai sarana sembahyang di Bali akan mulai berkurang karena tahu manfaat dan khasiatnya yang begitu banyak sama seperti ektrak kulit buah manggis yang populer di kalangan masyarakat baru baru ini mengakibatkan harga dari buah ini sedikit mengalami kenaikan harga. Terkait tentang kandungan dan manfaat dari tanaman pacar air, beberapa baru diujikan dalam skala laboratorium saja, maksudnya diujikan pada binatang uji maupun pada sel tertentu dan belum diterapkan secara langsung pada manusia. Walaupun penggunaan tanaman pacar air sebagai obat tradisional sudah pernah dilakukan sejak lama oleh beberapa orang namun diperlukan testimoni yang kuat dan publikasi tentang pengujian khasiat dari obat tersebut sehingga dapat dipercaya dan bisa diproduksi. Selain itu ijin dan pemeriksaan dari badan pengawasan obat juga diperlukan, karena menurut efek farmakopis dari tanaman pacar air ini sedikit toxic (beracun), sehingga dengan pengawasan dan pengujian lebih lanjut agar ekstrak dari tanaman ini aman dikonsumsi. Jika semua hal tersebut sudah terpenuhi maka jelaslah tanaman ini dapat diolah menjadi obat yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan penjualan sebelumnya sebagai sarana sembahyang sehari hari.

Daftar Pustaka[1] Adfa, M.,2007,Senyawa Antibakteri dari DaunPacar Air (Impatiens balsaminaL.), (online), (http://gradienfmipaunib.files.wordpress.com/2008/07/morina-adfa-edit.pdf) [2] Adfa, M., dan Kasrina, 2001, Pacar air (Impatiens spp.) sebagai Tanaman Obat Masyarakat Bengkulu: Survey Etnobotani dan Keanekaragaman hayati, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu.[3] Dharma, A., 2001, Uji Bioaktivitas Metabolit Sekunder, Makalah Workshop Kimia Bahan Alam Hayati, Proyek Ditjen Dikti, Unand, Padang. [4] Fukomoto, H., K. Isoi, K. Ishiguro, M. Semma, T. Murashima, 1994, J. Phytochemistry, 37(5), 1486-1488.[5] Fukomoto, H., K. Isoi, K. Ishiguro, M. Semma, M. Yamaki, 1996, Phytother-res, 10 (3),202-206. [6] Ishiguro,K., H. Oku, 1997, Phytother-res, 11 (5), 343-347.[7] Panichayupakaranant, 2001. Napthoquinone Formation in Impatiens balsamina Cell Cultures. Pharmaceutical Biology, 39 :1.[8] Shoji. N, A. Umeyama, K. Yoshikawa, N. Saitou, Y. Kan and S. Arihara, 1994, J. Tetrahedron, 50 (17), 4973-4986.