essay bismillah

8
OPTIMALISASI INTERVENSI SEHAT GUNA MENGHINDARI PENINGKATAN RISIKO PENYAKIT AKIBAT AFTA DISUSUN OLEH: Yogi Yhuwono 101411535004 UNIVERSITAS AIRLANGGA BANYUWANGI 2014

Upload: andiwally

Post on 10-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

penulisaan essay

TRANSCRIPT

Page 1: Essay Bismillah

OPTIMALISASI INTERVENSI SEHAT GUNA MENGHINDARI

PENINGKATAN RISIKO PENYAKIT AKIBAT AFTA

DISUSUN OLEH:

Yogi Yhuwono

101411535004

UNIVERSITAS AIRLANGGA

BANYUWANGI

2014

Page 2: Essay Bismillah

Abstrak

Hadirnya AFTA sebagai wajah baru perekonomian wilayah ASEAN,

memiliki dampak dibidang kesehatan akibat peningkatan mobilitas dari wilayah

skala besar gabungan beberapa negara. Hal ini memungkinkan penyebaran

penyakit jauh akan lebih cepat, baik dari pengiriman barang produksi maupun

secara personal. Dapat dimungkinkan pula penyakit yang endemik dapat meluas

menjadi pandemik karena hal tersebut. AFTA akan menjadi tantangan besar

terhadap tingkat derajad kesehatan masyarakat ketika mobilitas geografis serta

sosial semakin tinggi. Peningkatan pelayanan pengobatan bukan lagi menjadi

jalan keluar yang solutif saat diketahui bahwa penanganan kuratif akan memakan

anggaran negara yang besar. Alokasi anggaran kementrian kesehatan Indonesia

tahun 2014 mencapai Rp46,459 triliun yang masuk ke dalam 5 kementrian dengan

anggaran dana terbesar. Oleh sebab itu, perlu adanya sebuah sistem untuk

menjaga stabilitas tingkat derajad kesehatan masyarakat yang efektif. Selain dapat

meminimalisir kebutuhan anggaran dan menekan masyarakat yang mengalami

sakit, penanganan preventif akan menjadi solusi jitu dalam menghindari

peningkatan risiko penyakit akibat AFTA. Perlu optimalisasi intervensi sehat

dalam upaya pencegahan untuk masyarakat tidak mengalami sakit sehingga

penanganan kuratif serta rehabilitatif dapat ditekan. Ditambah lagi dengan risiko

hadirnya penyakit pandemik dari wilayah lain maka pencegahan melalui

intervensi sehat mampu melindungi secara pribadi dengan pengendalian perilaku

dan lingkungan. Intervensi sehat berupa perubahan perilaku buruk masyarakat,

peningkatan kualitas lingkungan, serta pembudayaan penanganan pencegahan

seperti imunisasi dan vaksin, mampu meningkatkan derajad kesehatan masyarakat

sehingga risiko penyakit yang hadir tidak mudah menjangkiti masyarakat.

Sehingga dengan sistem preventif masyarakat dapat mandiri dalam menjaga

kondisi sehatnya dan mampu menghindarkan dirinya dari peluang sakit secara

optimal. Intervensi sehat harus mendapatkan kontribusi masyarakat sebagai

sasaran subjek demi penghindaran risiko penyakit tersebut.

Kata Kunci: AFTA, Intervensi Sehat, dan Penyakit

Page 3: Essay Bismillah

OPTIMALISASI INTERVENSI SEHAT GUNA MENGHINDARI

PENINGKATAN RISIKO PENYAKIT AKIBAT AFTA

Pendahuluan

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud kesepakatan dari

negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan

dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN

dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar

regional bagi kurang lebih 500 juta penduduknya (Kompas:2014).

Dengan diberlakukannya AFTA ini, maka negara-negara anggota harus

menurunkan pengenaan tarif impor intra-ASEANnya, menjadi hanya 0% - 5%,

bagi barang-barang yang telah dimasukkan ke dalam Daftar Inklusi (Inclusive

List) dan telah memenuhi ketentuan tentang kandungan produk ASEAN. Pada

akhirnya, diharapkan keseluruhan tarif ini akan dihapuskan sama sekali (menjadi

0%), pada tahun 2010 bagi negara ASEAN-6 dan 2015 bagi negara ASEAN-4,

sehingga akan menciptakan kawasan perdagangan regional Asia Tenggara yang

benar-benar bebas (Henry Aspan:2011).

AFTA menekankan pada penurunan tarif impor setiap Negara anggota

dalam bekerjasama membentuk kawasan regional yang menjadi basis produksi

dunia. Dapat dikatakan AFTA merupakan proses globalisasi pada cakupan

Negara-negara Asia Tenggara. Pada tahun 2015 setelah 10 negara menjalankan

penghapusan tarif impor secara total, maka tingkat mobilisasi barang-barang dari

setiap Negara, khususnya yang terdapat pada Daftar Inklusi (Inclusive List) akan

meningkat. Seiring hal tersebut, mobilisasi atau perjalanan lain juga akan

mengikuti termasuk mobilisasi penduduk, sosial, budaya, dan lain-lain.

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi

manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi

lintas negara. Konsekuensinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara

berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut (Calain:2006).

Tingkat mobilitas yang meningkat akibat AFTA sedikit banyak memiliki

pengaruh terhadap kesehatan masyarakat Negara yang turut berkontribusi di

dalamnya, termasuk pula Indonesia. Proses penyebaran organisme dan virus yang

menyebabkan penyakit akan semakin meningkat dan meluas seiring perpindahan

Page 4: Essay Bismillah

barang maupun manusia dari 10 negara ini. Hal tersebut yang menyebabkan

tantangan peningkatan derajad kesehatan masyarakat akan semakin berat.

Dapat dimungkinkan penyakit-penyakit yang bersifat endemik di suatu

daerah, nantinya bisa berkembang luas melewati batas Negara dan menjadi

pandemik, akibat peningkatan mobilitas oleh AFTA. Banyak hal yang menjadi

faktor penyebarannya, bisa karena mobilitas manusia, hewan, dan tumbuhan yang

membawa bibit penyakit, atau juga melalui barang-barang impor yang dikirim

dari Negara lain. Hal ini dapat menimbulkan masalah besar ketika dimungkinkan

penyebaran penyakit mematikan, ataupun virus yang menjadi resisten dan berubah

menjadi spesies baru karena perubahan kondisi geografis.

Akibat AFTA maka risiko yang dihadapi masyarakat terhadap penyakit

akan semakin besar. Sebelum terjadinya AFTA saja, di Indonesia pernah

mendapatkan serangan virus penyebab Hand, Foot, and Mouth disease (HFMD)

atau yang biasa disebut dengan Flu Singapura. Penyakit yang pernah merebak di

Singapura ini sempat menggemparkan saat diberitakan oleh media terjadi

penyebaran dan ditemukan kasus di Indonesia. “Belasan warga kelurahan Tegal

Batu, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Banten diduga terjangkit virus flu

Singapura (Tempo:2014)”.

Artinya AFTA bukan hanya sebuah kerjasama peningkatan ekonomi

regional semata, namun juga menjadi sarana perluasan dan penyebaran penyakit.

Perlu adanya tindakan oleh Indonesia untuk menangani tantangan seperti ini, agar

peningkatan risiko terjangkitnya penyakit kepada masyarakat dapat ditekan.

Tindakan yang tepat dan sesuai sasaran dapat menyelematkan masyakat dari

bahaya penyakit-penyakit yang dibawa bersamaan dengan berkembangnya AFTA.

Gagasan

"Kalau kita hanya berkutat pada paradigma kuratif, penyakit-penyakit

menular dan berbahaya yang banyak berkembang saat ini tidak akan bisa kita

cegah. Kita harus melompat dari pardigma lama ke pola pikir baru. Yaitu

bagaimana melakukan upaya promosi, preventif, dan proteksi serta pembangunan

yang berkualitas (Prof Does Sampoerno dr MPH dalam Kompas:2010)".

Page 5: Essay Bismillah

Dalam mengurangi risiko penyakit oleh AFTA memang perlu kontribusi

dari segala pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah dianggap

penting dalam hal ini, selain sebagai pemegang kekuasaan dan kebijakan,

pemerintah harus memiliki kebesaran jiwa menerima konsekuensi dari keputusan

yang dipilih untuk menjalankan AFTA.

Pemerintah Indonesia selama ini menggunakan “paradigma sakit” dalam

praktek penyelenggaraan kesehatan. Artinya dominansi penanganan masyarakat

terletak pada pengobatan orang sakit (kuratif) dan rehabilitatif. Dapat diartikan

pula masyarakat dibiarkan untuk sakit baru mendapakan tindakan berupa

pengobatan. Hal ini menjadi pola berpikir lama yang harus ditinggalkan karena

bukan menjadi jalan yang solutif dalam peningkatan derajad kesehatan.

Anggaran kementrian kesehatan Indonesia tahun 2014 mencapai Rp46,459

triliun yang masuk dalam 5 kementrian dengan anggaran terbesar (Kompas:2014).

Hingga saat ini, sekitar 85 persen anggaran kesehatan dialokasikan pada upaya

penyembuhan (Prof Does Sampoerno dr MPH dalam Kompas:2010). Dengan

anggaran yang meningkat setiap tahunnya, seharusnya Indonesia mampu

menyelesaikan masalah-masalah kesehatan yang aktual. Namun pada

kenyataannya, karena pola berfikir “paradigma sakit” yang digunakan maka

anggaran ini hanya teralokasikan pada penyembuhan dan sedikit sekali dalam

tindakan pencegahan. Terbukti pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indonesia semakin menurun dalam dua tahun terakhir. Jika pada 2007 berada di

peringkat 107 dari 117 negara, pada tahun 2009 menurun menjadi peringkat 111.

Sementara target angka kematian ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 pada tahun

2015, pada tahun 2009 baru mencapai 228 per 100.000 (Kompas:2010).

Jika dalam berjalannya AFTA, Indonesia masih menerapkan pola berpikir

seperti ini maka risiko dari penularan penyakit justru akan semakin tinggi. Perlu

adanya tindakan yang dilakukan sebelum masyarakat mengalami sakit, artinya

menjaga stabilitas kesehatan masyarakat agar tetap sehat. “Seharusnya mereka

yang sehat diberi peningkatan derajat kesehatan, yang sehat bisa menjadi lebih

sehat dan tahu cara menghindari penyakit. Upaya ini penting karena kalau mereka

sakit maka produktivitas mereka akan hilang (Prof Does Sampoerno dr MPH

dalam Kompas:2010)”

Page 6: Essay Bismillah

Upaya pencegahan (preventif) tersebut dapat dilakukan dengan

optimalisasi intervensi sehat kepada Masyarakat. Dengan tindakan ini besaran

anggaran dapat ditekan penuh karena masyarakat memiliki kemampuan untuk

menjaga kesehatannya serta mampu melindungi dari risiko penyakit melalui

perubahan perilaku dan perbaikan lingkungan. Dengan demikian, derajad

kesehatan masyarakat dapat dijaga serta menurunkan penderita sakit meskipun

adanya risiko penyebaran penyakit oleh AFTA.

Intervensi sehat yang dilakukan secara berkelanjutan dan sesuai tujuannya

yaitu mencegah, maka dalam bergulirnya waktu dapat menjadi budaya baru

masyarakat. Sehat akan menjadi kebutuhan bukan lagi sesuatu yang bisa

dipertaruhkan dengan hadirnya penyakit. Intervensi sehat dapat berupa pemberian

vaksin dan imunisasi, penggalakan lingkungan sehat, menjaga kebersihan,

perubahan pola perilaku menuju kesehatan, atau bahkan dalam pemilihan

makanan untuk dikonsumsi. Dengan “paradigma sehat” seperti ini, maka

intensitas penderita sakit mampu dikurangi serta meminimalisir tertularnya infeksi

virus dan mikroorganisme lain yang terbawa oleh arus mobilitas dari AFTA.

Pembahasan

Intervensi sehat merupakan sebuah dorongan dan perlakuan kepada

masyarakat untuk menciptakan peningkatan derajad kesehatan masyarakat, yang

masuk dalam “paradigma sehat” serta sebagai upaya pencegahan. Optimalisasi

intervensi sehat akan mampu menciptakan masyarakat yang memiliki perilaku

baik dalam memilihara kesehatannya, lingkungan yang terkendali dengan baik

sehingga nyaman dan bukan menjadi tempat penyebaran penyakit, dan pada

akhirnya masyarakat sendiri lah yang menjadi proteksi mandiri terhadap ancaman

penyakit, baik endemik maupun pandemik dari berkembangnya AFTA.

Intervensi sehat dalam kaitannya sebagai usaha mengikis risiko penyakit

akibat AFTA memiliki beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dalam pencapaian

peningkatan derajad kesehatan masyarakat melalui pencegahan tidak cukup

melalui satu tindakan, namun perlu adanya pemotongan ataupun minimalisir dari

semua faktor-faktor yang diketahui menyebabkan terjadinya penyakit.

Diantaranya merupakan perilaku, lingkungan, gizi, tingkat pengetahuan

Page 7: Essay Bismillah

kesehatan, kualitas antibodi, proses deteksi mobilitas, hingga kebijakan

pemerintah.

Perilaku menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit pada diri

seseorang. Buruknya perilaku dalam berkehidupan dapat mempengaruhi tingkat

kesehatan serta daya tahannya terhadap serangan penyakit. Hadirnya AFTA

artinya menjadi daftar panjang risiko penyebaran penyakit yang harus dihadapi

oleh masyarakat. Oleh karena itu perubahan perilaku menuju kesehatan perlu

digiatkan dalam masyarakat agar proteksi pada diri mereka mampu berfungsi

dengan baik.

Perubahan perilaku dilakukan melalui promosi kesehatan yang secara

tidak langsung memberikan pengetahuan serta kesadaran terhadap masyarakat.

Promosi kesehatan yang berkelanjutan dan mampu menarik antusias masyarakat

maka perubahan perilaku akan sedikit demi sedikit mulai terjadi. Pola perilaku

sehat nantinya akan mulai berjalan, yang tanpa disadari hal itulah yang

menjadikan salah satu proteksi bagi masyarakat. Intervensi perilaku ini juga

memberikan pengetahuan kesehatan yang dapat mengedukasi masyarakat dalam

pelaksanaan hidup sehat. Baik hal kecil mulai dari sikat gigi yang baik, mencuci

tangan, membersihkan badan, BAB ditempat yang benar ataupun sampai kepada

peningkatan kualitas gizi, pentingnya ASI pada bayi, dan lain-lain. Dengan

menambah pengetahuan masyarakat terhadap perilaku sehat baik berupa cara

pelaksanaan maupun manfaat yang didapatkan, akan membuat masyarakat mulai

sadar bahwa mereka juga turut andil dalam menentukan kesehatan diri sendiri.

Selain perilaku, lingkungan juga menjadi penentu besar terciptanya

penyakit pada masyarakat. Lingkungan yang baik, bersih, dan sehat maka akan

membantu peningkatan derajad kesehatan masyarakat yang tinggal disekitarnya.

Intervensi lingkungan dilakukan melalui perbaikan serta pemeliharaan lingkungan

oleh masyarakat. Sebagai tempat bernaungnya segala aktifitas manusia,

lingkungan dibutuhkan dalam kondisi baik dan mampu mendukung dalam

pencegahan penyebaran penyakit oleh AFTA. Intervensi lingkungan dapat

dilakukan berupa pengolahan limbah, pemeliharaan tanaman, pengurangan emisi

gas buang, berdirinya paru-paru kota, hingga terciptanya lingkungan baik, bersih,

dan sehat.

Page 8: Essay Bismillah

Perilaku dan lingkungan menjadi proses pencegah penularan penyakit

mandiri oleh masyarakat. Perlu pula andil dari pemerintah untuk proses intervensi

sehat ini agar berjalan lebih efisien. Untuk menambah tingkat protektif

masyarakat terhadap penyakit, pemberian secara berkala imunisasi, vaksinasi, atau

antibiotik sangat diperlukan. Hal ini tidak akan tercapai tanpa kontribusi langsung

dari pemerintah untuk melakukan peningkatan kualitas antibodi tersebut. Selain

itu untuk meminimalisir penyebaran penyakit, pemerintah harus lebih giat dalam

pengawasan kesehatan pelaku mobilitas. Artinya proses screening terhadap

barang maupun individual yang masuk ke Indonesia harus sangat diperketat untuk

menghindari jika diketahui adanya risiko penyakit yang dapat ditimbulkan.

Kesimpulan

Peningkatan penyebaran penyakit yang menjadi risiko oleh

berkembangnya AFTA, menjadi tantangan Indonesia yang harus dihadapi.

Penggunaaan “paradigma sakit” yang dominan kuratif, akan menghabiskan

anggaran yang besar namun sedikit dalam pencegahan. Perlu adanya usaha

preventif melalui optimalisasi intervensi sehat dalam peningkatan derajad

kesehatan masyarakat. Intervensi sehat dilakukan melalui perubahan perilaku,

perbaikan lingkungan, serta kontribusi dari pemerintah dalam peningkatan

kualitas antibodi serta proses screening mobilitas dari luar negeri.

Daftar Pustaka

Aspan, Henry, 2011.Kebijakan Perdagangan Luar-Negeri Indonesia dalam

Menghadapi Pemberlakuan Kesepakatan Afta

Anabarja, Sarah, 2008.Kendala dan Tantangan Indonesia dalam

Mengimplementasikan AFTA Menuju Terbentuknya ASEAN Econimic

Community

Murti, Bhisma, 2010.Surveilans

http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=4199 [diakses 29 november 2014]

http://kesehatan.kompas.com/read/2009/10/24/10314483/Jangan.Berat.pada.Progr

am.Kuratif.Lagi [diakses 30 november 2014]