essay adaptasi pertanian menghadapi perubahan iklim
TRANSCRIPT
1
ESSAY ADAPTASI PERTANIAN MENGHADAPI
PERUBAHAN IKLIM
DISUSUN OLEH:
1. Aulia Nada
2. Kinanti Maura Sandradewi
SMP NEGERI 21 SEMARANG
Jalan Karangrejo Raya no. 12 Banyumanik, Semarang.
***
Apa itu adaptasi terhadap perubahan iklim? Menurut beberapa sumber yang kami
kutip dari internet, strategi adaptasi merupakan upaya penyesuaian kegiatan dan teknologi
dengan kondisi iklim yang disebabkan oleh fenomena perubahan iklim akibat pemanasan
global. Strategi adaptasi yang dilakukan dibagi menjadi dua. Pertama adalahyang bersifat
struktural dan kedua bersifatnon-struktural. Strategi yang bersifat struktural adalah kegiatan
meningkatkan ketahanan sistem produksi pangan dari dampak perubahan iklim melalui upaya
perbaikan kondisi fisik seperti pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi, pembangunan
dam, waduk, dan embung. Sedangkan strategi yang bersifat non-struktural adalah melalui
pengembangan teknologi budiidaya yang lebih toleran terhadap cekaman iklim, epnguatan
kelembagaan dan peraturan, pemberdayaan petani dalam memanfaatkan informasi iklim
untuk mengatasi dan mengantisipasi kejadian iklim ekstrim yang semakin meningkat
frekuensinya.
Sebagai negara agraris, pertanian merupakan sektor pertama dan utama di Indonesia.
Hal ini didukung oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki iklim muson laut hutan
hujan tropis, yang menyebabkan Indonesia memiliki curah hujan lebih dari 1000 mm/tahun.
Oleh karena itu,sebagian tanah memiliki tingkat kesuburan yang tinggi sehingga sangat
potensial untuk sektor pertanian.
Namun, seiring dengan gencarnya pemanasan global, iklim di Indonesia mengalami
perubahan. Curah hujan sering berubah-ubah dan tidak menentu. Itu menyebabkan
ketersediaan air untuk sektor pertanian tidak menentu pula. Kadang terjadi kekeringan, yang
jika tidak di antisipasi oleh petani, dapat sangat merugikan. Petani dapat mengalami gagal
panen, sehingga produktivitas mereka sekaligus kesejahteraan mereka menurun. Ditambah,
2
jika hal tersebut berlangsung lama, ketahanan pangan di Indonesia pun menjadi rawan.
Karena produksi tidak maksimal.
Terlebih, dewasa ini, air bekas mencuci dan mandi atau limbah menjadi masalah
serius. Mengapa? Karena air detergen atau sabun mengandung zat yang dapat menyuburkan
ganggang dan eceng gondok di perairan, sehingga pemukaan air akan tertutup oleh tanaman
tersebut. Hal itu menyebabkan biota yang tinggal di ekosistem tersebut akan kekurangan
oksigen dan sinar matahari.Selain itu, zat-zat yang terkandung dalam detergen juga bukan zat
yang ramah terhadap lingkungan. Zat tersebut mencemari air yang seharusnya dapat kita
gunakan sebagai air untuk masak dan mencuci yang layak. Khususnya didalam pertanian,
mencemari air yang seharusnya dapat berperan dalam irigasi tanaman.
Dengan menghubungkan kedua permasalahan yang cukup kompleks tersebut, kami
Atau secara garis besar, melakukan intensifikasi terhadap sistem irigasi/pengairan. Yang
dapat digolongkan pada adaptasi struktural.
Berikut ini, menurut penelitian kami, cara mendaur ulang air dari bahan alami.
Alat dan bahan:
1. Pipa
2. Arang
3. Kerikil besar dan kecil
4. Ijuk
5. Jerami (bisa diganti dengan kapas)
6. Baskom kecil
7. Pasir halus
8. Air kotor (air sabun)
9. Kertas lakmus (untuk mendeteksi kandungan basa dalam air. Dapat diganti dengan
alat pendeteksi lainnya)
Cara kerja:
1. Susunlah komponen dengan urutan sebagai berikut :
3
2. Ambil sampel air sabun, lalu ukur dengan kertas lakmus. Kertas lakmus warna merah
maupun biru akan berubah menjadi biru. Hal tersebut menandakan bahwa air sabun
bersifat basa.
3. Lalu tuangkan air ke dalam filter air yang sudah disusun sebelumnya.
4. Lakukan selama beberapa kali hingga air yang diperoleh menjadi jernih.
5. Ukur kembali air yang telah jernih tersebut dengan kertas lakmus. Warna ketas
lakmus tidak berubah (kertas lakmus merah tetap merah begitu pula kertas lakmus
biru)
6. Setelah jernih, air dapat dialirkan untuk mengairi tanaman di lahan.
Maka kesimpulannya adalah menurut pendapat kami dalam adaptasi perubahan iklim
yang mempengaruhi ketidakstabilannya curah hujan dimana sewaktu-waktu dapat
menyebabkan kelangkaan air yang berdampak fatal bagi sektor pertanian dapat diatasi
dengan cara daur ulang air. Air bekas mencuci pakaian/piring maupun air bekas sabun mandi
yang dapat menjadi limbah, dapat dijernihkan dengan memasang filter lalu air yang sidah
difilter dapat langsung dialirkan ke lahan pertanian. Dapat pula disimpan untuk cadangan
pengairan saat kekeringan.
Cara di atas memang sangat sederhana, namun bila semisal sebuah desa menggunakan
sistem filterisasi tersebut pada setiap rumah, maka cara tersebut akan sangat efektif.
Terlebih lagi, manfaatnya bila sektor pertanian lebih maju maka akan memperbaiki
kondisi ekonomi di wilayah tersebut. Hingga masyarakat semakin sejahtera dan maju.
-SEKIAN-