essay acara 1 (dasek)
DESCRIPTION
asdfghjklTRANSCRIPT
Pertumbuhan tumbuhan dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam atau
internal factor yaitu faktor yang berasal dari tumbuhan itu sendiri atau sifat yang terdapat dalam
tumbuhan dan faktor lingkungan atau environmental factor yaitu faktor yang berasal atau berada
di sekeliling tumbuhan. Faktor lingkungan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok abiotik
dan kelompok biotik (makhluk hidup). Tumbuhan pada umumnya terkena berbagai jenis
cekaman lingkungan yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan seperti kekeringan,
pembekuan, suhu dan salinitas atau kadar garam yang tinggi.
Setiap tumbuhan memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tumbuhan berada selalu mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada dalam batas toleransi tumbuhan tersebut,
tetapi seringkali terjadi perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas
atau bahkan kematian pada tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tumbuhan memiliki
faktor pembatas dan daya toleransi terhadap lingkungan (Purwadi, 2011). Setiap jenis organisme
mempunyai kisaran toleransi yang berbeda terhadap faktor-faktor lingkungan. Tanaman yang
mempunyai kisaran toleransi yang luas memiliki ketahanan terhadap kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan, yang dalam kondisi tertentu disebut sebagai cekaman (stress) lingkungan.
Kondisi tersebut antara lain adalah cekaman kekeringan, kelembaban air, suhu tinggi, suhu
rendah, dan kadar garam tinggi. Cekaman merupakan segala kondisi lingkungan yang
memungkinkan akan menurunkan dan merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan
pada fungsi normalnya. Seperti yang telah dikemukakan di atas, salah satu cekaman lingkungan
yang terjadi pada tumbuhan adalah cekaman salinitas
Tanaman sering menghadapi kondisi pertumbuhan yang tidak menguntungkan. Faktor
seperti iklim, seperti suhu ekstrim (panas, dingin, beku), kekeringan (curah hujan kurang,
pengeringan angin), dan kontaminasi tanah dengan konsentrasi garam yang tinggi, adalah stres
lingkungan abiotik utama yang membatasi pertumbuhan tanaman dan pengembangan, dan
memainkan peran utama dalam menentukan distribusi geografis dari spesies tanaman. Kondisi
yang merugikan tetapi tidak harus mematikan berbeda umumnya dikenal sebagai stres. Stres
lingkungan dapat mengganggu struktur selular dan merusak fungsi fisiologis utama (Larcher,
2003 cit Krasensky dan Jonak, 2012). Kekeringan, salinitas, dan stres suhu rendah memaksakan
stres osmotik yang dapat menyebabkan hilangnya turgor. Membran dapat menjadi tidak teratur,
protein dapat mengalami hilangnya aktivitas atau akan didenaturasi, dan sering kelebihan kadar
spesies oksigen reaktif yang diproduksi menyebabkan kerusakan oksidatif. Sebagai akibatnya,
penghambatan fotosintesis, disfungsi metabolik, dan kerusakan struktur seluler berkontribusi
terhadap gangguan pertumbuhan, mengurangi kesuburan, dan penuaan dini.
Kekeringan dan salinitas merupakan dua faktor pembatas utama pada lahan-lahan
marjinal di negara-negara sedang berkembang. Padahal lahan marjinal dengan cekaman abiotik,
yang dapat menurunkan hasil produksi atau membatasi realisasi potensi hasil, sangatlah luas.
Untuk Indonesia luasnya mungkin mencapai puluhan juta hektar, terlebih lagi jika mencakup
faktor pembatas kemasaman tanah akibat kandungan aluminium, sulfat masam dan asam-asam
organik yang tinggi seperti misalnya di lahan gambut. Lahan salin/sodik adalah lahan yang
mengandung garam dan khususnya natrium (Na) tinggi. Berbeda dengan lahan alkalin, yaitu
lahan dengan nilai pH >7,8. Kadangkala terlihat pada permukaan tanah kering garam berwarna
putih. Apabila tanahnya sodik (kadar Na tinggi) warna tanah permukaan hitam-kecokelatan
akibat terpencarnya bahan organik dan partikel-partikel tanah menjadi padat tetapi terlepas-
lepas. Kondisi permukaan tanah seperti ini mempersulit perkecambahan benih. Tanaman yang
tumbuh pada lahan salin sering mengalami kekeringan, karena konsentrasi garam yang tinggi
dalam larutan tanah menyebabkan tanaman sulit menyerap air. Tanaman yang terpengaruh
salinitas akan mengalami cekaman kekeringan, yaitu ujung daunnya mengering, pertumbuhan
tanaman terhambat. Namun dibandingkan tanaman padi, tanaman jagung dan kacang tanah
ternyata lebih toleran terhadap salinitas, sedangkan kedelai sangat peka. Garam-garam terlarut
penyebab salinitas dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan dua cara, yaitu (1) garam
dalam tanah menarik air menimbulkan potensi osmosis, sehingga daya serap akar tanaman
terhadap air berkurang, akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat karena kurang air, dan (2)
garam-garam terlarut mengandung ion-ion Na, Cl, dan borat yang bersifat racun bagi tanaman.
Ion-ion tersebut juga menyebabkan naiknya pH tanah, sehingga secara tidak langsung hara Fe, P,
Zn, dan Mn menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Butiran tanah menjadi mudah terlepas akibat
garam tersebut, sehingga tanah mudah tererosi.
Pemberian konsentrasi garam (salinitas) menyebabkan jumlah air dalam tanaman
berkurang sehingga turgor sel-sel penutup stomata turun. Penurunan turgor stomata
mengakibatkan proses fotosintesis terhambat sehingga jumlah asimilat yang dihasilkan oleh
tanaman semakin berkurang dan proses respirasi meningkat sehingga berat kering tanaman
menjadi menurun. Pangaribuan (2001) menyatakan bahwa salinitas yang tinggi akan
menyebabkan proses respirasi dan fotosintesis menjadi tidak seimbang. Apabila proses respirasi
lebih besar dari pada fotosintesis maka berat kering tanaman semakin berkurang.
Konsentrasi salinitas menurunkan pertumbuhan tinggi tanaman. Penurunan tinggi
tanaman juga diakibatkan terbatasnya persediaan air dan bahan organik dalam jaringan karena
pengaruh salinitas. Penurunan jumlah air menyebabkan sel kehilangan turgor sehingga terdapat
kecenderungan bagi plasmalema untuk lepas dari dinding sel (plasmolisis). Pada proses
pemanjangan sel, tanaman memerlukan keseimbangan air yang sesuai karena kekuatan
pemanjangan sel merupakan akibat dari tekanan turgor. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan
bahwa adanya air akan meningkatkan turgor dinding sel yang mengakibatkan dinding sel
mengalami peregangan sehingga ikatan antara dinding sel melemah. Hal inilah yang mendorong
dinding dan membran sel bertambah besar, sehingga minimnya ketersediaan air akan
menghambat pertumbuhan tanaman.
Salinitas tanah merupakan salah satu faktor utama yang membatasi penyebaran tanaman
di habitat alami. Properti toleransi salinitas bukanlah sifat sederhana, tetapi merupakan hasil dari
berbagai fitur yang bergantung pada interaksi fisiologis yang berbeda, yang sulit untuk
menentukan. Menanggapi salinitas, mungkin tidak cukup untuk menentukan efeknya, sehingga
sangat penting untuk mengenali fisiologis lainnya dan biokimia faktor, termasuk ion beracun,
potensi osmotik, kurangnya elemen dan gangguan fisiologis dan kimia lainnya, serta interaksi
antara berbagai tekanan (Hasegawa et al., 2000 cit Qados, 2011).
Krasensky, Julia and C. Jonak. 2012. Drought, salt, and temperature stress-induced metabolic rearrangements and regulatory networks. Journal of Experimental Botany, Vol. 63, No. 4, pp. 1593–1608.
Pangaribuan, N. 2001. Hardening dalam Upaya Mengatasi Efek Toksik pada Tanaman Bayam
(Amaranthus, sp). Hal: 25-29.
Purwadi, E. (2011). Pengujian Ketahanan Benih terhadap Cekaman Lingkungan. [Online] Diakses dari: http://www.alwanku.com/2011/05/23/pengujianketahanan-benih-terhadap cekaman-lingkungan/.
Qados, A.M.S. Abdul. 2011. Effect of salt stress on plant growth and metabolism of bean plant Vicia faba (L.) Journal of the Saudi Society of Agricultural Sciences (2011) 10, 7–15.
Salisbury, F.B dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. ITB. Bandung. hal. 67-72.