essay acara 1 (dasek)

6
Pertumbuhan tumbuhan dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam atau internal factor yaitu faktor yang berasal dari tumbuhan itu sendiri atau sifat yang terdapat dalam tumbuhan dan faktor lingkungan atau environmental factor yaitu faktor yang berasal atau berada di sekeliling tumbuhan. Faktor lingkungan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok abiotik dan kelompok biotik (makhluk hidup). Tumbuhan pada umumnya terkena berbagai jenis cekaman lingkungan yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan seperti kekeringan, pembekuan, suhu dan salinitas atau kadar garam yang tinggi. Setiap tumbuhan memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tumbuhan berada selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada dalam batas toleransi tumbuhan tersebut, tetapi seringkali terjadi perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas atau bahkan kematian pada tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tumbuhan memiliki faktor pembatas dan daya toleransi terhadap lingkungan (Purwadi, 2011). Setiap jenis organisme mempunyai kisaran toleransi yang berbeda terhadap faktor-faktor lingkungan. Tanaman yang mempunyai kisaran toleransi yang luas memiliki ketahanan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, yang dalam kondisi tertentu disebut sebagai cekaman (stress) lingkungan. Kondisi tersebut antara lain adalah cekaman kekeringan, kelembaban air, suhu tinggi, suhu rendah, dan kadar garam tinggi. Cekaman merupakan segala kondisi lingkungan yang memungkinkan akan menurunkan dan

Upload: oripu

Post on 12-Jul-2016

241 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

asdfghjkl

TRANSCRIPT

Page 1: Essay Acara 1 (Dasek)

Pertumbuhan tumbuhan dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam atau

internal factor yaitu faktor yang berasal dari tumbuhan itu sendiri atau sifat yang terdapat dalam

tumbuhan dan faktor lingkungan atau environmental factor yaitu faktor yang berasal atau berada

di sekeliling tumbuhan. Faktor lingkungan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok abiotik

dan kelompok biotik (makhluk hidup). Tumbuhan pada umumnya terkena berbagai jenis

cekaman lingkungan yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan seperti kekeringan,

pembekuan, suhu dan salinitas atau kadar garam yang tinggi.

Setiap tumbuhan memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tumbuhan berada selalu mengalami perubahan.

Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada dalam batas toleransi tumbuhan tersebut,

tetapi seringkali terjadi perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas

atau bahkan kematian pada tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tumbuhan memiliki

faktor pembatas dan daya toleransi terhadap lingkungan (Purwadi, 2011). Setiap jenis organisme

mempunyai kisaran toleransi yang berbeda terhadap faktor-faktor lingkungan. Tanaman yang

mempunyai kisaran toleransi yang luas memiliki ketahanan terhadap kondisi lingkungan yang

tidak menguntungkan, yang dalam kondisi tertentu disebut sebagai cekaman (stress) lingkungan.

Kondisi tersebut antara lain adalah cekaman kekeringan, kelembaban air, suhu tinggi, suhu

rendah, dan kadar garam tinggi. Cekaman merupakan segala kondisi lingkungan yang

memungkinkan akan menurunkan dan merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan

pada fungsi normalnya. Seperti yang telah dikemukakan di atas, salah satu cekaman lingkungan

yang terjadi pada tumbuhan adalah cekaman salinitas

Tanaman sering menghadapi kondisi pertumbuhan yang tidak menguntungkan. Faktor

seperti iklim, seperti suhu ekstrim (panas, dingin, beku), kekeringan (curah hujan kurang,

pengeringan angin), dan kontaminasi tanah dengan konsentrasi garam yang tinggi, adalah stres

lingkungan abiotik utama yang membatasi pertumbuhan tanaman dan pengembangan, dan

memainkan peran utama dalam menentukan distribusi geografis dari spesies tanaman. Kondisi

yang merugikan tetapi tidak harus mematikan berbeda umumnya dikenal sebagai stres. Stres

lingkungan dapat mengganggu struktur selular dan merusak fungsi fisiologis utama (Larcher,

2003 cit Krasensky dan Jonak, 2012). Kekeringan, salinitas, dan stres suhu rendah memaksakan

stres osmotik yang dapat menyebabkan hilangnya turgor. Membran dapat menjadi tidak teratur,

protein dapat mengalami hilangnya aktivitas atau akan didenaturasi, dan sering kelebihan kadar

Page 2: Essay Acara 1 (Dasek)

spesies oksigen reaktif yang diproduksi menyebabkan kerusakan oksidatif. Sebagai akibatnya,

penghambatan fotosintesis, disfungsi metabolik, dan kerusakan struktur seluler berkontribusi

terhadap gangguan pertumbuhan, mengurangi kesuburan, dan penuaan dini.

Kekeringan dan salinitas merupakan dua faktor pembatas utama pada lahan-lahan

marjinal di negara-negara sedang berkembang. Padahal lahan marjinal dengan cekaman abiotik,

yang dapat menurunkan hasil produksi atau membatasi realisasi potensi hasil, sangatlah luas.

Untuk Indonesia luasnya mungkin mencapai puluhan juta hektar, terlebih lagi jika mencakup

faktor pembatas kemasaman tanah akibat kandungan aluminium, sulfat masam dan asam-asam

organik yang tinggi seperti misalnya di lahan gambut. Lahan salin/sodik adalah lahan yang

mengandung garam dan khususnya natrium (Na) tinggi. Berbeda dengan lahan alkalin, yaitu

lahan dengan nilai pH >7,8. Kadangkala terlihat pada permukaan tanah kering garam berwarna

putih. Apabila tanahnya sodik (kadar Na tinggi) warna tanah permukaan hitam-kecokelatan

akibat terpencarnya bahan organik dan partikel-partikel tanah menjadi padat tetapi terlepas-

lepas. Kondisi permukaan tanah seperti ini mempersulit perkecambahan benih. Tanaman yang

tumbuh pada lahan salin sering mengalami kekeringan, karena konsentrasi garam yang tinggi

dalam larutan tanah menyebabkan tanaman sulit menyerap air. Tanaman yang terpengaruh

salinitas akan mengalami cekaman kekeringan, yaitu ujung daunnya mengering, pertumbuhan

tanaman terhambat. Namun dibandingkan tanaman padi, tanaman jagung dan kacang tanah

ternyata lebih toleran terhadap salinitas, sedangkan kedelai sangat peka. Garam-garam terlarut

penyebab salinitas dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan dua cara, yaitu (1) garam

dalam tanah menarik air menimbulkan potensi osmosis, sehingga daya serap akar tanaman

terhadap air berkurang, akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat karena kurang air, dan (2)

garam-garam terlarut mengandung ion-ion Na, Cl, dan borat yang bersifat racun bagi tanaman.

Ion-ion tersebut juga menyebabkan naiknya pH tanah, sehingga secara tidak langsung hara Fe, P,

Zn, dan Mn menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Butiran tanah menjadi mudah terlepas akibat

garam tersebut, sehingga tanah mudah tererosi.

Pemberian konsentrasi garam (salinitas) menyebabkan jumlah air dalam tanaman

berkurang sehingga turgor sel-sel penutup stomata turun. Penurunan turgor stomata

mengakibatkan proses fotosintesis terhambat sehingga jumlah asimilat yang dihasilkan oleh

tanaman semakin berkurang dan proses respirasi meningkat sehingga berat kering tanaman

Page 3: Essay Acara 1 (Dasek)

menjadi menurun. Pangaribuan (2001) menyatakan bahwa salinitas yang tinggi akan

menyebabkan proses respirasi dan fotosintesis menjadi tidak seimbang. Apabila proses respirasi

lebih besar dari pada fotosintesis maka berat kering tanaman semakin berkurang.

Konsentrasi salinitas menurunkan pertumbuhan tinggi tanaman. Penurunan tinggi

tanaman juga diakibatkan terbatasnya persediaan air dan bahan organik dalam jaringan karena

pengaruh salinitas. Penurunan jumlah air menyebabkan sel kehilangan turgor sehingga terdapat

kecenderungan bagi plasmalema untuk lepas dari dinding sel (plasmolisis). Pada proses

pemanjangan sel, tanaman memerlukan keseimbangan air yang sesuai karena kekuatan

pemanjangan sel merupakan akibat dari tekanan turgor. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan

bahwa adanya air akan meningkatkan turgor dinding sel yang mengakibatkan dinding sel

mengalami peregangan sehingga ikatan antara dinding sel melemah. Hal inilah yang mendorong

dinding dan membran sel bertambah besar, sehingga minimnya ketersediaan air akan

menghambat pertumbuhan tanaman.

Salinitas tanah merupakan salah satu faktor utama yang membatasi penyebaran tanaman

di habitat alami. Properti toleransi salinitas bukanlah sifat sederhana, tetapi merupakan hasil dari

berbagai fitur yang bergantung pada interaksi fisiologis yang berbeda, yang sulit untuk

menentukan. Menanggapi salinitas, mungkin tidak cukup untuk menentukan efeknya, sehingga

sangat penting untuk mengenali fisiologis lainnya dan biokimia faktor, termasuk ion beracun,

potensi osmotik, kurangnya elemen dan gangguan fisiologis dan kimia lainnya, serta interaksi

antara berbagai tekanan (Hasegawa et al., 2000 cit Qados, 2011).

Page 4: Essay Acara 1 (Dasek)

Krasensky, Julia and C. Jonak. 2012. Drought, salt, and temperature stress-induced metabolic rearrangements and regulatory networks. Journal of Experimental Botany, Vol. 63, No. 4, pp. 1593–1608.

Pangaribuan, N. 2001. Hardening dalam Upaya Mengatasi Efek Toksik pada Tanaman Bayam

(Amaranthus, sp). Hal: 25-29.

Purwadi, E. (2011). Pengujian Ketahanan Benih terhadap Cekaman Lingkungan. [Online] Diakses dari: http://www.alwanku.com/2011/05/23/pengujianketahanan-benih-terhadap cekaman-lingkungan/.

Qados, A.M.S. Abdul. 2011. Effect of salt stress on plant growth and metabolism of bean plant Vicia faba (L.) Journal of the Saudi Society of Agricultural Sciences (2011) 10, 7–15.

Salisbury, F.B dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. ITB. Bandung. hal. 67-72.