epista ks is

30
Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga hidung kaya dengan pembuluh darah. Pada rongga bagian depan tepatnya pada sekat yang membagi rongga hidung menjadi dua, terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut pleksus Kiesselbach.Pada rongga bagian belakang juga terdapat banyak cabang-cabang dari pembuluh darah yang cukup besar, antara lain dari arteri spheenopalatina. 1,2 Epistaksis atau perdarahan dari hidung banyak dijumpai sehari-hari baik pada anak-anak maupun usia lanjut. Epistaksis sering kali merupakan gejala atau manifestasi penyakit lain. Kebanyakan ringan dan sering dapat berhenti sendiri tanpa memerlukan bantuan medis, tetapi epistaksis yang berat, walaupun jarang, merupakan masalah kedaruratan yang dapat berakibat fatal bila tidak segera ditangani. 3 Epistaksis diperkirakan terjadi pada 60% warga dunia selama hidupnya dan 6% dari mereka mencari penanganan medis. Prevalensi epistaksis meningkat pada anak-anak usia dibawah 10 tahun dan meningkat kembali diusia 35 tahun keatas. Epistaksis terjadi dalam sekitar 15% anak, namun kurang dari 1% yang memerlukan terapi oleh spesialis. 3,4,5 Epistaksis terbanyak dijumpai pada usia 2-10 tahun dan 50- 80 tahun, sering dijumpai pada musim dingin dan kering. Di Amerika serikat angka kejadian epistaksis dijumpai 1 dari 7 penduduk.Tidak ada perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan. Epistaksis bagian anterior sangan umum dijumpai EPISTAKSIS Page 1

Upload: cha-dhichadher

Post on 10-Jul-2016

239 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

epistaksis

TRANSCRIPT

Page 1: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rongga hidung kaya dengan pembuluh darah. Pada rongga bagian depan tepatnya pada

sekat yang membagi rongga hidung menjadi dua, terdapat anyaman pembuluh darah yang

disebut pleksus Kiesselbach.Pada rongga bagian belakang juga terdapat banyak cabang-

cabang dari pembuluh darah yang cukup besar, antara lain dari arteri spheenopalatina.1,2

Epistaksis atau perdarahan dari hidung banyak dijumpai sehari-hari baik pada anak-

anak maupun usia lanjut. Epistaksis sering kali merupakan gejala atau manifestasi penyakit

lain. Kebanyakan ringan dan sering dapat berhenti sendiri tanpa memerlukan bantuan medis,

tetapi epistaksis yang berat, walaupun jarang, merupakan masalah kedaruratan yang dapat

berakibat fatal bila tidak segera ditangani.3

Epistaksis diperkirakan terjadi pada 60% warga dunia selama hidupnya dan 6% dari

mereka mencari penanganan medis. Prevalensi epistaksis meningkat pada anak-anak usia

dibawah 10 tahun dan meningkat kembali diusia 35 tahun keatas. Epistaksis terjadi dalam

sekitar 15% anak, namun kurang dari 1% yang memerlukan terapi oleh spesialis.3,4,5

Epistaksis terbanyak dijumpai pada usia 2-10 tahun dan 50-80 tahun, sering dijumpai

pada musim dingin dan kering. Di Amerika serikat angka kejadian epistaksis dijumpai 1 dari

7 penduduk.Tidak ada perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan. Epistaksis

bagian anterior sangan umum dijumpai pada anak dan dewasa muda, sementara epistaksis

posterior sering pada orang tua dengan riwayat penyakit hipertensi atau aterosklerosis.7

Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu mengehentikan pendarahan,

mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis.7

EPISTAKSIS Page 1

Page 2: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG

2.1.1 Anatomi Hidung

Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah yaitu pangkal

bidung (bridge), batang hidung (dorsum), puncak hidung (tip), ala basi, kolumela dan lubang

hidung (nares anterior).2

Gambar 1. Anatomi Hidung Luar

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit,

jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan

lubang hidung.Kerangka tulang terdiri dari os.nasal, processus frontalis, os.maxilla,

pocessus nasalis, os.frontal. Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang

tulang rawan yang terletak di bagian bawah tulang, yaitu kartilago nasalis lateralis

superior, kartilago nasalis inferior dan kartilagi septum.2

Ronga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang

dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.

Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang

belakang disebut nares posterior (choana) yang menghubungkan kavum nasi dengan

nasofaring.2

Kedua kavum nasi merupakan bagian atas dari traktus respirasi dan mempunyai

reseptor olfaktorius dan tertahan terbuka karena struktur tulang dan tulang rawan. Bagian

dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang nares anterior,

EPISTAKSIS Page 2

Page 3: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

dusebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar

sebasea dan rambut panjang disebut vibrise.2

Gambar 2. Anatomi Tulang dan Tulang Rawan Hidung

Rongga hidung atau nasi terbentuk terowongan dari depan ke belakang dipisahkan

oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau

lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang

disebut nares posterior (choana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.2

Kedua kavum nasi merupakan bagian paling atas dari traktur respirasi dan

mempunyai reseptor olfaktorius dan tertahan terbuka karena struktur tulang dan tulang

rawan.Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang

nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai

banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang disebut vibrise.2

Gambar 3. Anatomi Hidung Dalam

Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial, inferior dan

superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi, septum dibentuk oleh tulang dan

tulang rawan. Bagian tulang adalah lamina perpendikularis os.ethoid, vomer, Krista nasalis

os.maxilla dan Krista nasalis os.palatina.Bagian tulang rawan adalah kartilago septum

(lamina kuadrangularis) dan kolumela.Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian EPISTAKSIS Page 3

Page 4: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi oleh

mukosa hidung, Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya

paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media, lebih

kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema yang

biasanya rudimenter.2

Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pda os.maxilla dan labirin

etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari labirin

etmoid. Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang

disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus, yaitu inferior, medius dan

superior. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding

lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara duktus nasolakrimalis . Pada

meatus medius terdapat muara sinus frontal , sinus maxilla dan sinuss ethmoid anterior.

Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media

terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sphenoid.2

2.1.2 Fisiologi Hidung

Fungsi Hidung Adalah :2,3,10

1. Fungsi Respirasi

Untuk jalur tempat lewatnya udara, mengatur kondisi udara (air conditioning),

penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran dan mekanisme

imunologik local.

2. Fungsi Penghidu

Dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan

sepertiga bagian atas septum.

3. Fungsi Fonetik

Untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan pembentukan kata-kata.

Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi suara berkurang atau hilang,

sehingga terderngar suara sengau.

4. Refleks Nasal

Berupa reflex bersin, reflex yang merangsang sekresi kelenjar liur dan kelenjar

saluran pencernaan

2.1.3 Perdarahan Hidung

Perdarahan untuk hidung bagian dalam berasal dari tiga sumber utama : a. Etmoidalis

anterior, a.Etmoidalis posterior cabang dari a.Oftalmika menyuplai sinus frontalis dan

EPISTAKSIS Page 4

Page 5: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

etmoidalis serta atao hidung. A. Sfenopalatina cabang terminal a. Maksilaris interna, yang

berasal dari a. Karotis eksterna menuplai konka, meatus dan septum. Sedangkan sinus

maksilaris diperdarahi oleh suatu cabang arteri labialis superior dan cabang infraorbitalis

serta alveolaris dari arteri maksilaris interna dan cabang faringealis dari arteri maksilaris

interna disebarkan ke dalam sinus sfenoidalis.2,3

Vena-vena membentuk suatu pleksus kavernosus yang rapat di bawah membrane

mukosa. Pleksus ini terlihat nyata diatas konka media dan inferior, serta bagian bawah

septum dimana ia membentuk jaringan erektil. Drainase vena terutama melalu vena

oftalmika, fasialis anterior dan sfenopalatina.2,3

Gambar 4. Perdarahan Hidung

2.1.4. Persarafan Hidung

Yang terlibat langsung adalah saraf cranial pertama untuk penghiduan, divisi

oftalmikus dan maksilaris dari saraf trigeminus untuk impuls aferen sensorik lainnya, saraf

fasialis untuk gerakan otot-otot pernapasan pada hidung luar dan system saraf otonom. Yang

terakhir ini terutama melalui ganglion sfenopalatina, guna mengontrol diameter vena dan

arteri hidung, dan juga produksi mucus dengan demikian dapat mengubah pengaturan

hantaran, suhu dan kelembaban aliran udara.3

EPISTAKSIS Page 5

Page 6: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

Gambar 5. Persarafan Hidung

2.2 Epistaksis

2.2.1 Definisi

Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau

nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana

hamper 90% dapat berhenti sendiri.7

2.2.2 Etiologi

Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya pembuluh darah di dalam selaput mukosa

hidung.Delapan puluh persen perdarahan berasal dari pembuluh darah Pleksus Kiesselbach

(area little). Pleksus Kiesselbach terletak di septum nasi bagian anterior, di belakang

persambungan mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya anastomosis. Epistkasis

dapat ditimbulkan oleh sebab – sebab local dan umum atau kelainan sistemik.5,8,9,10

1. Lokal

a. Trauma

Perdarahan dapat terjadi karena trauma ringan, misalnya mengorek hidung,

benturan ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras, atau sebagai akibat

trauma yang lebih hebat seperti kena pukul, jatuh atau kecelakaan lalu lintas.Trauma

karena sering mengorek hidung dapat menyebabkan ulserasi dan perdarahan di

mukosa bagian septum anterior. Selain itu epistaksis juga bias terjadi akibat adanya

benda asing tajam atau trauma pembedahan.5,7

Epistaksis sering juga terjadi karena adanya spina septum yang tajam.Perdarahan

dapat terjadi di tempat spina itu sendiri atau pada mukosa konka yang berhadapan bila

konka itu sedang mengalami pembengkakan. Bagian anterior septum nasi, bila

EPISTAKSIS Page 6

Page 7: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

mengalami deviasi atau perforasi, akan terpapar aliran udara pernafasan yang

cenderung mengeringkan sekresi hidung. Pembentukan krusta yang keras dan usaha

melepaskan dengan jari menimbulkan trauma digital.Pengeluaran krusta berulang

menyebabkan erosi membrane mukosa septum dan kemudian perdarahan.5,7,8

Benda asing yang berada di hidung dapat menyebabkan trauma local, misalnya

pada pipa nasogastrik dan pipa nasotrakea yang menyebabkan trauma pada mukosa

hidung.Trauma hidung dan wajah sering menyebabkan epistaksis.Jika perdarahan

disebabkan karena laserasi minimal dari mukosa, biasanya perdarahan yang terjadi

sedikit tetapi trauma wajah yang berat dapat menyebabkan perdarahan yang banyak.

b. Infeksi

Infeksi hidung dan sinus paranasal, rhinitis, sinusitis serta granuloma spesifik,

seperti lupus, sifilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis. Infeksi akan

menyebabkan inflamasi yang akan merusak mukosa. Inflamasi akan menyebabkan

peningkatan permeabilitas pembuluh darah setempat sehingga memudahkan

terjadinya perdarahan di hidung.

c. Neoplasma

Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan intermiten,

kadang-kadang ditandai dengan mucus yang bernoda darah.Hemangioma,

angiofibrima dapat menyebabkan epistaksis berat.Karena pada tumor terjadi

pertumbuhan sel yang abnormal dan pembentukan pembuluh darah yang baru

(neovaskularisasi) yang bersifat rapuh sehingga memudahkan terjadinya perdarahan.

Gambar 6. Epistaksis Pada Pasien Neoplasma

EPISTAKSIS Page 7

Page 8: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

d. Kelainan Kongenital

Kelainan congenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah perdarahan

telangiektasis herediter (hereditary hemorrhagic telangiectasi/ Osled’s disease).Juga

sering terjadi pada Von Willendbrand disease.Telangiectasis hemorrhagic hereditary

adalah kelainan bentuk pembuluh darah dimana terjadi pelebaran kapiler yang bersifat

rapuh sehingga memudahkan terjadinya perdarahan.

Jika ada cedera jaringan, terjadi kerusakan pembuluh darah dan akan

menyebabkan kebocoran darah melalui lubang pada dinding pembuluh darah.

Pembuluh dapat rusak dekat permukaan seperti saat terpotong.Atau dapat rusak di

bagian dalam tubuh sehingga terjadi memar atau perdarahan dalam.

Gambar 7. Osler’s Disease

e. Deviasi Septum

Deviasi septum ialah suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari septum

nasi dari letaknya yang berada di garis medial tubuh.Selain itu dapat menyebabkan

turbulensi udara yang dapat menyebabkan terbentuknya krusta. Pembuluh darah

mengalami rupture bahkan oleh trauma yang sangat ringan seperti menggosok-gosok

hidung.

f. Pengaruh Lingkungan

Misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah atau

lingkungan udaranya sangat kering.Kelembapan udara yang rendah dapat

menyebabkan iritasi mukosa.Epistaksis sering terjadi pada udara yang kering dan saat

musim dingin yang disebabkan oleh dehumidifikasi mukosa nasal, selain itu

disebabkan oleh zat-zat kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan

kekeringan mukosa sehingga pembuluh darah gampang pecah.

EPISTAKSIS Page 8

Page 9: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

2. Sistemik

a. Kelainan Darah

Beberapa kelainan darah yang dapat menyebabkan epistaksis adalah

trombositopenia, hemophilia dan leukemia.Trombosit adalah fragmen sitoplasma

mengakarosit yang tidak berinti dan dibentuk di sumsum tulang.Trombosit berfungsi

untuk pembekuan darah bila terjadi trauma. Trombosit pada pembuluh darah yang

rusak akan melepaskan serotonin dan tromboksan A (prostaglandin), hal ini

menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah berkonstriksi. Pada awalnya akan

mengurangi darah yang hilang, kemudian trombosit membengkak, menjadi lengket,

dan menempel pada serabut kolagen dinding pembuluh darah yang rusak dan

membentuk plug trombosit.

Trombosit juga akan melepas ADP untuk mengaktifasi trombosit lain, sehingga

mengakibatkan agregasi trombosit untuk memperkuaat plug. Trombositopenia adalah

keadaan dimana jumlah trombosit kurang dari 150.000/ul. Trombositopenia akan

memperlama waktu koagulasi dan memperbesar resiko terjadinya perdarahan dalam

pembuluh darah kecil di seluruh tubuh sehingga dapat terjadi epistaksis pada keadaan

trompositopenia.

Hemofilia adalah penyakit gangguan koagulasi herediter yang diturunkan secara

X-Linked resesif.Gangguan terjadi pada jalur intrinsic mekanisme hemostasis

herediter, dimana terjadi defisiensi atau defek dari factor pembekuan VIII (hemophilia

A) atau IX (hemophilia B).Darah pada penderita hemophilia tidak dapat membeku

dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah berjalan amat klambat.

Hal ini dapat menyebabkan terjadinya epistkasis.

Leukimia adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang

diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).Sumsum tulang dalam tubuh manusia

memproduksi tiga tipe sel darah, diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya

tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oksigen kedalam

tubuh) dan trombosit (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan

darah). Pada leukemia terjadi peningkatan pembentukan sel leukosit sehingga

menyebabkan penekanan atau gangguan pembentukan sel-sel darah yang lain di

sumsum tulang termasuk trombosit, sehingga terjadi keadaan trombositopenia yang

menyebabkan perdarahan mudah terjadi.

Obat-obatan seperti terapi antikoagulan, aspirin dan fenibutazon dapat pula

mempredisposisi epistaksis berulang. Aspirin mempunyai efek antiplatelet yaitu

EPISTAKSIS Page 9

Page 10: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

dengan dengan menginhibisi produksi tromboksan, yang pada keadaan normal akan

mengikat molekul-molekul trombosit untuk membuat suatu sumbatan pada dinding

pembuluh darah yang rusak. Aspirin dapat menyebabkan proses pembekuan darah

menjadi lebih lama sehingga dapat terjadi perdarahan. Oleh karena itu, aspirin dapat

menyebabkan epistasis.

b. Penyakit Kardiovaskuler

Hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti pada aterosklerosis, sirosis

hepatis, diabetes mellitus dapat menyebabkan epistaksis.Epistaksis akibat hipertensi

biasanya hebat, sering kambuh dan prognosisnya tidak baik.

o Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih daru 140 mmHG

dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG.Epistaksis sering terjadi pada

tekanan darah tinggi karena kerapuhan pembuluh darah yang disebabkan oleh

penyakit hipertensi yang kronis terjadilah kontraksi pembuluh darah terus-

menerus yang mengakibatkan mudah –pecahnya pembuluh darah yang tipis.

o Arteriosklerosis

Pada arteriosklerosis terjadi kekakuan pembuluh darah. Jika terjadi keadaan

tekanan darah meningkat, pembuluh darah tidak bias mengompensasi dengan

vasodilatasi, menyebabkan rupture dari pembuluh darah.

c. Sirosis Hepatis

Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang barkaitan dengan

koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, factor V,VI,VII,IX,X

dan vitamin K. Pada sirosis hepatis, fungsi sistesis protein-protein dan vitamin yang

dibutuhkan untuk pembekuan darah terganggu sehingga mudah terjadi perdarahan

yang dapat menyebabkan epistaksis pada penderita sirosis hepatis.

d. Diabetes Melitus

Terjadi peningkatan gula darah yang menyebabkan kerusakan mikroangiopati dan

makroangiopati.Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan sek endothelial

pada pembuluh darah mengambil glukosa lebih dari normal sehingga terbentuklah

lebih banyak glikoprotein pada permukaannya dan hal ini juga menyebabkan basal

membrane semakin menebal dan lemah.Dinding pembuluh darah menjadi lebih tebal

tapi lemah sehingga mudah terjadi perdarahan.Sehingga epistaksis dapat terjadi pada

pasien diabetes mellitus.

EPISTAKSIS Page 10

Page 11: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

e. Infeksi Akut (Demam Berdarah)

Sebagai tanggapab terahadap infeksi virus dengue, kompleks antige-antibodi

selain mengaktivasi system komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan

mengaktivasu system koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah.Kedua

factor tersebut menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi

sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membrane trombosit

mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosine diphospat_, sehingga trombosit melekat

satu sama lain. Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES

(reticuloendothelial system) sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini

akan menyebabkan pengeluaran platelet factor III mengakibatkan terjadinya

koagulopati konsumtif (KID = koagulasi intravascular deseminata), ditandai dengan

peningkatan FDP (fibrinogen degredation product) sehingga terjadi penurunan factor

pembekuan. Oleh karena itu epistaksis sering terjadi pada kasus demam berdarah.

f. Gangguan Hormonal

Pada saat hamil terjadi peningkatan estrogen dan prrogesteron yang tinggu di

pembuluh darah yang menuju ke semua membrane mukosa di tubuh termasuk di

hidung yang menyebabkan mukosa bengkak dan rapuh dan akhirnya terjadi

epistaksis.

2.2.3 Patofisiologi

Menentukan sumber perdarahan amat penting, meskipun kadang-kadang sukar

ditanggulangi. Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan, yaitu dari bagian anterior dan

posterior.3,4,5,6,7,9

1. Epistaksis Anterior

Perdarahan anterior seringkali berasal dari pleksus kiesselbach (little area) di

septum bagian depan, sebagian besar arteri yang memperdaragu septum

beranastomosis di area ini dan merupakan sumber perdarahan yang paling sering

dijumpai pada anak-anak. Dapat juga berasal dari arteri etmoid anterior, sebagian

besar epistaksis (95%) terjadi di little area, bagian septum nasi anterior inferior

merupakan area yang berhubungan langsung dengan udara, hal ini menyebabkan

mudah terbentuknya krusta, fisura dan retak karena trauma pada pembuluh darah

tersebut. Walaupun hanya sebuah aktifitas normal ndilakukan seperti menggosok-

gosok hidung dengan keras, tetapi hal ini dapat menyebabkan terjadinya trauma

ringan pada pembuluh darah sehinggu terjadi rupture dan perdarahan. Hal ini

terutama terjadi pada membrane mukosa yang sudah telebih dahulu mengalami

EPISTAKSIS Page 11

Page 12: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

inflamasi akibat dari infeksi saluran pernapasan atas, alergi atau sinusitis.

Perdarahan dapat berhenti sendiri (spontan), dapat dicoba dihentikan dengan

menekan hidung dari luar selama 10 – 15 menit.3,4,5,6,7,9

Gambar 8. Epistaksis Anterior

2. Epistaksis Posterior

Berasal dari arteri splenopalatina dan arteri ethmoid posterior.Perdarahan cenderung

lebih berat dan jarang berhenti sendiri, sehingga dapat menyebabkan anemia,

hipovolemia dan syok. Sering ditemukan pada pasien dengan penyakit

kardiovaskuler.3,4

Gambar 9. Epistaksis Posterior

2.2.4 Diagnosis

1. Anamnesis

Pasien sering menyatakan bahwa perdarahan berasal dari bagian depan dan

belakang hidung. Perhatian ditujukan pada bagian hidung tempat awal terjadinya

perdarahan atau pada bagian hidung yang terbanyak mengeluarkan darah.

Kebanyakan kasus epistaksis timbul sekunder trauma yang disebabkan oleh

mengorek hidung menahun atau mengorek krusta yang telah terbentuk akibat

EPISTAKSIS Page 12

Page 13: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

pengeringan mukosa hidung berlebihan.Penting mendapatkan riwayat trauma

terperinsi.Riwayat pengobatan atau penyalahgunaan alcohol terperinci harus

dicari.Adanya mengkonsumsi aspirin, aspirin merupakan penghambat fungsi

trombosit dan dapat menytebabkan pemanjangan atau perdarahan. Alkohol

merupakan senyawa lain yang banyak digunakan, yang mengubah fungsi

pembekuan secara bermakna.4,9,10

2. Pemeriksaan Fisik

Alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah lampu kepala, speculum

hidung dan alat penghisap dan pinset bayonet, kapas dan kain kasa.

Dengan speculum hidung dibuka dan dengan alat penghisap dibersihkan

semua kotoran dalam hidung baik cairan, secret maupun darah yang sudah

membeku.Sesudah dibersihkan semua lapangan dalam hidung diobservasi untuk

mencari tempat dan factor-faktor penyebab perdarahan. Setelah hidung

dibersihkan dimasukkan kapas yang dibasahi dengan larutan anastesi local yaitu

larutan pantokain 2% atau larutan lidokain 2% yang ditetesi larutan adrenalin

1/1000 ke dalam hidung untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat

vasokontriksi pembuluh darah sehingga perdarahan dapat berhenti. Sesudah 10

sampai 15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.

Pemeriksaan yanag diperlukan berupa :

Rinoskopi anterior : pemeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur

dari anterior ke posterior. Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi,

dinding lateral hidung dan konka inferior harus diperiksa dengan cermat.

Gambar 10. Rinoskopi Anterior

Rinoskopi posterior : pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior

penting pada pasien dengan epistaksis berulang dan secret hidung kronik

untuk menyingkirkan neoplasma.

EPISTAKSIS Page 13

Page 14: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

Pengukuran tekanan darah : tekanan darah perlu diukur untuk

menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena hipertensi dapat

menyebabkan epistaksis yang hebat dan sering berulang.

3. Pemeriksaan Penunjang

Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI

Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI penting mengenali neoplasma atau

infeksi.

Endoskopi hidung untuk melihat atau menyingkirkan kemungkinan

penyakit lainnya.

Gambar 11. Tampilan endoskopi epistaksis posterior

Skrining terhadap koagulopati

Tes – tes yang tepat termasuk waktu protrombin serum, waktu

tromboplastin parsial, jumlah platelet dan waktu perdarahan.3,4,5,7,9

2.2.5 Penatalaksanaan

Tiga prinsip utama penanganan epistaksis :7

Menghentikan perdarahan

Mencegah komplikasi

Mencegah berulangnya epistaksis

Pada umumnya epistaksis dapat dihentikan dengan:

1. Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam posisi duduk kecuali

bila penderita sangat lemah atau dalam keadaan syok.

2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat dihentikan

dengan cara duduk dengan kepala ditegakan kemudian cuping ditekan kearah

septum selama beberapa menit (metode trotter).

EPISTAKSIS Page 14

Page 15: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

Gambar 12. Metode Trotter

3. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas

dilakukan kaustik dengan larutan nitras argenti 20-30% asam trikloroasetat 10%

atau dengan elektrokauter. Sebelum kaustik diberikan analgesia topical terlebih

dahulu.

4. Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung, diperlukan

pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain kassa yang diberi vaselin

yang dicampur betadin atau zalf antibiotika. Dapat juga dipakai tampon rol yang

dibuat dari kassa segitiga sehingga menyerupai pita dengan lebar ukuran lebih ½

cm diletakkan beerlapis-lapis mulai dari dasar sampai ke puncak rongga hidung.

Tampon yang dipasang harus menekan tempat asal perdarahan dan dapat

dipertahankan selama 1 – 2 hari.

Gambar 13. Tampon Anterior

5. Perdarahan posterior diatasi dengan pemasangan tampon posterior atau tampon

bellocq. Tampon ini dibuat dari kassa dengan ukuran 3x2x2 cm dan mempunyai 3

buah benang, 2 buah pada sisi dan sebuah lagi pada sisi lainnya, tampon harus

tepat menutup koana (nares posterior).

EPISTAKSIS Page 15

Page 16: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

Gambar 14. Tampon Posterior

6. Sebagai pengganti tampon bellocq dapat dipakai kateter foley dengan balon.

Balonnya diletakkan di nasofaring dan dikembangkan dengan air.

Gambar 15. Tampon Bellocque Gambar 16. Kateter Foley

7. Ligasi arteri dilakukan pada epistaksis berat dan berulang yang tidak dapat diatasi

dengan pemasangan tampon posterior.

Ligasi arteri karotis eksterna : bila perdarahan berasal dari suatu cabang

systemaarteri karotis eksterna seperti arteri sfenopalatina, terutama karena

ia merupakan daerah lateral yang sulit untuk ditekan secara efektif. Ligasi

dilakukan dengan suatu ikatan memakai benang sutera diatas percabangan

arteri lingualis.

Ligasi arteri maksilaris interna : umumnya dilakukan oleh mereka yang

ahli dalam teknik bedah dan anatomosis sehingga dapat mencapai fossa

pterigomaksilaris.

Ligasi arteri etmoidalis anterior : perdarahan dari cabang-cabang terminus

arteri oftalmika terkadang memerlukan ligasi arteri etmoidalis anterior. 3,4,7,8,9,10

EPISTAKSIS Page 16

Page 17: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

2.2.6 Komplikasi

Akibat pemasangan tampon anterior dapat timbul sinusitis karena ostium sinus

tersumbat, air mata yang berdarah karena darah mengalir secara retrograde melalu duktus

nasolakrimalis. Akibat pemasangan tampon posterior dapat timbul otitis media, secara

laserasi palatum molle dan sudut bibir bila benang yang dikeluarkan melalui mulut terlalu

kencang ditarik.3,4,7,8

Sebagai akibat perdarahan yang hebat dapat terjadi syok dan anemia. Tekanan darah

yang turun mendadak dapat menimbulkan iskemia otak, insufusiensi koroner dan infark

miokard dan akhirnya kematian.3,4,7,8

2.2.7 Pencegahan

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya epistaksis antara

lain : 7,8,10,11

a. Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam, yang keduanya dapat dibeli,

pada kedua lubang hidung dua sampai tiga kali sehari. Untuk membuat tetes

larutan ini dapat mencampir 1 sendok teh garam ke dalam secangkir gelas,

didihkan selama 20 menit lalu biarkan sampai hangat kuku.

b. Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.

c. Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton bud. Jangan

masukkan cotton bud melebihi 0,5 – 0,6 cm ke dalam hidung.

d. Hindari meniup melalu hidung terlalu keras.

e. Bersin melalu mulut.

f. Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari.

g. Batasi penggunaan obat – obatan yang dpat meningkatkan perdarahan seperti

aspirin atau ibufrofen.

h. Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani dengan obat alergi biasa.

i. Berhentilah merokok. Merokok menyebabkan hidung menjadi kering dan

menyebabkan iritasi.

2.2.8 Prognosis

90% kasus epistaksis anterior dapat berhenti sendiri. Pada pasien hipertensi dengan

atau tanpa arteriosklerosis biasanya perdarahan hebat, sering kambuh dan prognosisnya

buruk.3,7,11

EPISTAKSIS Page 17

Page 18: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

BAB III

KESIMPULAN

Rongga hidung kaya dengan pembuluh darah. Pada rongga bagian depan tepatnya pada

sekat yang membagi rongga hidung menjadi dua, terdapat anyaman pembuluh darah yang

disebut pleksus Kiesselbach.Pada rongga bagian belakang juga terdapat banyak cabang-

cabang dari pembuluh darah yang cukup besar, antara lain dari arteri spheenopalatina.

Epistaksis atau perdarahan dari hidung banyak dijumpai sehari-hari baik pada anak-

anak maupun usia lanjut. Epistaksis sering kali merupakan gejala atau manifestasi penyakit

lain. Kebanyakan ringan dan sering dapat berhenti sendiri tanpa memerlukan bantuan medis,

tetapi epistaksis yang berat, walaupun jarang, merupakan masalah kedaruratan yang dapat

berakibat fatal bila tidak segera ditangani.

Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya pembuluh darah di dalam selaput mukosa

hidung.Delapan puluh persen perdarahan berasal dari pembuluh darah Pleksus Kiesselbach

(area little).Pleksus Kiesselbach terletak di septum nasi bagian anterior, di belakang

persambungan mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya anastomosis. Epistkasis

dapat ditimbulkan oleh sebab – sebab local dan umum atau kelainan sistemik

Tiga prinsip utama penanganan epistaksis :

Menghentikan perdarahan

Mencegah komplikasi

Mencegah berulangnya epistaksis

EPISTAKSIS Page 18

Page 19: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjipto D, dan Endang Mangunkusumo . Hidung dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Edisi Ketujuh, Efiaty A, Nurbaiti I (ed). Jakarta: Balai

Penerbit FKUI, 2012: 96-100

2. Hilger, Peter A, MD, George L Adams, Lawrence L Boeis, MD. Hidung :Anatomi

dan Fisiologi Terapan dalam Buku Ajar Penyakit THT BOEIS edisi 6, Harjanto

effendi, R.A Kuswidayati (ed). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.1994; 85-173

3. Soetjipto D, dan Retno S Wardani . Epistaksis dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Edisi Ketujuh. Efiaty A, Nurbaiti I (ed). Jakarta: Balai

Penerbit FKUI,2012: 5-131

4. Hilger, Peter A, MD, George L Adams, Lawrence L Boeis, MD. EpistaksisBuku Ajar

Penyakit THT BOEIS edisi 6, Harjanto effendi, R.A Kuswidayati (ed). Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.1994; 85-173

5. Schosser RJ, Epistaxis. New England Journal Of Meicine [serial online] 2009 feb 09

[cited 2015 juni 14] Available from :

http://content.nejm.org/cgi/content/full/360/8/784

6. Cody D.Thane, Kern E, Pearson BW. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan. Jakart:

Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1990

7. Munir D, Haryono Y, Rambe YM.Epistaksis. September 2006. Available From :

http://respiratoryusu.co.id

8. Ballenger JJ. Penyakit THT dan kepala leher. Ed.13. jlid II. FKUI. Jakarta. 2002, H:

297-303

9. Mansjoer A, Triytanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, Kapita Selekta

Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama, Penerbit Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia 2001.

10. Soejipto D, Rifki N. Epistaksis. In: Penatalaksanaan penyakit dan kelainan telinga

hidung-tenggorok. Soepardi EA, Hadjat F, Iskandar N. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.2003

11. Budiman BJ, AL.Hafiz. Epistaksis dan hipertensi. 4 agustus 2010. Available From :

http://www.fkandalas.ac.id

12. Dhingra PL. Disease of Ear, Nose and Throat. 4th ed. India: Elsevier. 2007;131.

13. RS Dhillon, East CA. Ear Nose and Throat and Head and Neck Surgery. 2nd ed.

London: Churchill Livingstone, 1999;32.

EPISTAKSIS Page 19

Page 20: Epista Ks Is

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015

14. Arifian Juari,S.ked. Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok/Dokter

Muda. Bangka Belitung. 2008

15. Bansal, Mohan. Diseases Of Ear, Nose and Throat. Jaypee Brothers Medical Publisher

(P) Ltd. N ew Delhi.India. 2013

EPISTAKSIS Page 20