epidural hematom tipus

11
EPIDURAL HEMATOM I. Definisi  Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi olek tulang tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang di sebut dura. Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula interna. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari  pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inlah yang di kenal dengan sebutan epidural hematom. Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematom berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural, bila terjadi perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi. II. Etiologi Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja, beberapa keadaan yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya benturan pada kepala pada kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat trauma kepala, yang biasanya  berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak dan laserasi pembuluh d arah.

Upload: denata-prabhasiwi

Post on 29-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/14/2019 Epidural Hematom Tipus

http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 1/11

EPIDURAL HEMATOM

I.  Definisi 

Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling sering terjadi

karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi olek tulang tengkorak yang kaku dan keras.

Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang di sebut dura.

Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum

tabula interna.

Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk 

suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari

 pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan

maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inlah

yang di kenal dengan sebutan epidural hematom. Epidural hematom sebagai keadaan

neurologist yang bersifat emergency dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang

memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural

hematom berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan.

Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah tulang

temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural, bila terjadi perdarahan arteri maka

hematom akan cepat terjadi.

II.  Etiologi

Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja, beberapa keadaan

yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya benturan pada kepala pada

kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat trauma kepala, yang biasanya

 berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah.

7/14/2019 Epidural Hematom Tipus

http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 2/11

III.  Patofisiologi(1,4)

 

Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan dura meter.

Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang arteria meningea

media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di daerah bersangkutan.

Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital.

Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum

dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale. Perdarahan yang

terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma akan melepaskan durameter 

lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah besar.

Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus

temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus

mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya

tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis

Tekanan dari herniasi unkus pda sirkulasi arteria yang mengurus formation retikularis

di medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini terdapat nuclei saraf 

cranial ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan

 ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah

ini, menyebabkan kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat

cepat, dan tanda babinski positif.

Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong kearah

yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar. Timbul tanda-tanda lanjut

 peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda-tanda

vital dan fungsi pernafasan.

Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus keluar 

hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita

 pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam , penderita akan

merasakan nyeri kepala yang progersif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun.

Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan di

sebut interval lucid. Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada

7/14/2019 Epidural Hematom Tipus

http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 3/11

Epidural hematom. Kalau pada subdural hematoma cedera primernya hamper selalu berat

atau epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien

langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar.

Sumber perdarahan :

  Artery meningea ( lucid interval : 2  – 3 jam )

  Sinus duramatis

  Diploe (lubang yang mengisis kalvaria kranii) yang berisi a. diploica dan vena

diploica

Epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergensi di bedah saraf karena

 progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada sutura sehingga langsung

mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah herniasi trans dan infra tentorial.Karena itu

setiap penderita dengan trauma kepala yang mengeluh nyeri kepala yang berlangsung lama,

apalagi progresif memberat, harus segera di rawat dan diperiksa dengan teliti.

7/14/2019 Epidural Hematom Tipus

http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 4/11

IV.  Gejala Klinis(1,3)

 

Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif. Pasien dengan

kondisi seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga. Sering

 juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga. Pasien seperti ini harus di

observasi dengan teliti.

Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam-macam akibat dari cedera kepala.

Banyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera kepala.

Gejala yang sering tampak :

  Penurunan kesadaran, bisa sampai koma

  Bingung

  Penglihatan kabur 

  Susah bicara

   Nyeri kepala yang hebat

  Keluar cairan darah dari hidung atau telinga

   Nampak luka yang adalam atau goresan pada kulit kepala.

  Mual

  Pusing

  Berkeringat

  Pucat

  Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.

Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese atau serangan

epilepsi fokal. Pada perjalannya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya

 pada permulaan masih positif menjadi negatif. Inilah tanda sudah terjadi herniasi tentorial.

Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun

sampai koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua

 pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Gejala-gejala

respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan adanya disfungsi rostrocaudal batang

otak.

7/14/2019 Epidural Hematom Tipus

http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 5/11

Jika Epidural hematom di sertai dengan cedera otak seperti memar otak, interval bebas

tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur.

V.  Pemeriksaan Penunjang(1,4)

 

Dengan CT-scan dan MRI, perdarahan intrakranial akibat trauma kepala lebih mudah

dikenali. Foto Polos Kepala pada foto polos kepala, kita tidak dapat mendiagnosa pasti

sebagai epidural hematoma. Dengan proyeksi Antero-Posterior (A-P), lateral dengan sisi

yang mengalami trauma pada film untuk mencari adanya fraktur tulang yang memotong

sulcus arteria meningea media.

a. Computed Tomography (CT Scan)

Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi cedara

intracranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian saja (single) tetapi dapat pula

terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks, paling sering di daerah

temporoparietal. Densitas darah yang homogen (hiperdens), berbatas tegas, midline terdorong

ke sisi kontralateral. Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematoma, Densitas yang

tinggi pada stage yang akut ( 60  –  90 HU), ditandai dengan adanya peregangan dari

 pembuluh darah.

 b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang menggeser posisi

duramater, berada diantara tulang tengkorak dan duramater. MRI juga dapat menggambarkan

7/14/2019 Epidural Hematom Tipus

http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 6/11

 batas fraktur yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dipilih untuk 

menegakkan diagnosis

VI.  Tata Laksana

Penanganan darurat : 

  Dekompresi dengan trepanasi sederhana

  Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom

Terapi medikamentosa(1) 

Elevasi kepala 300

dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal ataugunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial dan

meningkakan drainase vena.

Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan dexametason

(dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam), mannitol 20% (dosis 1-3

mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema cerebri yang terjadi akan tetapi hal ini

masih kontroversi dalam memilih mana yang terbaik. Dianjurkan untuk memberikan terapi

 profilaksis dengan fenitoin sedini mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya

focus epileptogenic dan untuk penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan dengan

karbamazepin. Tri-hidroksimetil-amino-metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat

masuk ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium bikarbonat,

dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat dipakai unuk 

mengatasi tekanan inrakranial yang meninggi dan mempunyai efek protektif terhadap otak 

dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan adalah diawali dengan 10 mg/kgBB

dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1

mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar serum 3-4mg%.

Terapi Operatif (2) 

Operasi di lakukan bila terdapat :

  Volume hamatom > 30 ml

  Keadaan pasien memburuk 

7/14/2019 Epidural Hematom Tipus

http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 7/11

  Pendorongan garis tengah > 3 mm

Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk  fungsional saving .

Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi emergenci. Biasanya

keadaan emergenci ini di sebabkan oleh lesi desak ruang.

Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :

  > 25 cc desak ruang supra tentorial

  > 10 cc desak ruang infratentorial

  > 5 cc desak ruang thalamus

Sedangakan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :

  Penurunan klinis

  Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan

klinis yang progresif.

  Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan

klinis yang progresif.

Rehabilitasi

Hal-hal yang timbul akibat perdarahan otak menyebabkan gangguan fungsi dan menjadi

masalah pokok pada rehabilitasi medik, adalah : lokomotor, ketrampilan tangan, gangguan

 bicara, gangguan koordinasi, gangguan sensorik dan kejiwaan). Untuk menangani banyak 

masalah tersebut perlu kerja sama tim yang terpadu.

1. Gangguan Lokomotor

Penyebab gangguan lokomotor yang paling umum adalah hemiplegia motorik akibat

gangguan pembuluh darah atau para-plegia dan quadriplegia akibat penekanan pada sumsum

tulang belakang atau penyakit demyelinasi; masalah tersebut akan memerlukan fisioterapi

tergantung dari luasnya lesi saraf ter-sebut apakah statis, memburuk atau membaik.

Pertimbangan utama adalah mobilisasi dan ketergantungan penderita; anggota gerak yang

sehat harus dipelihara kekuatan-nya dan anggota yang lumpuh digerakkan secara pasif 

untuk memelihara gerakan sendi yang normal jangan sampai kaku. Bila ada spastisitas, harus

7/14/2019 Epidural Hematom Tipus

http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 8/11

diusahakan sedemikian rupa sehingga fungsi untuk berjalan bisa terpenuhi; baik dengan cold

 pack atau hot pack maupun dengan vibrasi atau menggunakan refleks hambatan. Kadang-

kadang diperlukan suntikan lokal langsung pada saraf dengan phenol atau alkohol yang

 bermanfaat untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, sehingga penderita telah dapat

diperbaiki mobilitasnya.

2. Ketrampilan tangan

Sistim piramidalis sangat mempengaruhi kemahiran ketrampilan tangan; walaupun

 proses penyakit telah sembuh namun dalam hal ini selalu ada defisit. Walaupun kekuatan otot

telah pulih, gerakan sendi telah balk, pengendalian anggota gerak telah dikuasai namun

ketrampilan tangan ini masih bagian yang penting dalam proses rehabilitasi. Sebagian dapatdikerjakan fisioterapist tetapi lebih terperinci lagi oleh okupasi terapist. Ketrampilan dapat

dipulihkan melalui latihan terapi okupasi seperti menulis, mengetik, memasukkan kancing

 baju, bertukang dan menjahit. Akhirnya kemampuan yang semakin rumit se-hubungan

dengan kebutuhan penderita dalam pekerjaannya, memerlukan latihan yang lebih rumit pula.

3. Gangguan bicara

Gangguan berkomunikasi merupakan cacat penting yang bisa disandang oleh penderita.

Cacat demikian memerlukan evaluasi yang teliti dan penanganan khusus. Berbagai

klasifikasi gangguan berkomunikasi, diantaranya yang mudah dan praktis adalah klasifikasi

Sehuell :

Gol. 1 : Afasia sederhana.

Terdapat pengurangan semua bahasa, tidak ada gangguan sensorik dan motorik, ada

disarthria.

Gol. 2 : Serupa dengan gol. 1 ditambah dengan gangguan visual dan terdapat gangguan

diskriminasi, pengenal-an dan pengungkapan simbol visual.

Gol. 3 : Afasia disertai gangguan proses pendengaran dan sensorik-motorik.

Gol. 4 : Campuran gangguan pendengaran, penglihatan dan motorik dan tanda-tanda

kerusakan otak yang me-nyeluruh.

7/14/2019 Epidural Hematom Tipus

http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 9/11

Gol. 5 : Afasia, ireversibel dan hilangnya semua modalitas fungsi berbahasa. Dari

klasifikasi dapat diduga prognosisnya; gol. 1 afasia sederhana adalah baik sedang gol. 5

afasia ireversibel adalah jelek. Apapun golongan penderita ada kemungkinan memberi

 bantuan komunikasi yang sesuai oleh speech therapist.

4. Gangguan kordinasi

Gangguan kordinasi timbul akibat kerusakan pada serebellum. Lesi serebellum, dan

campuran lesi serebellum dan piramidal mengakibatkan gangguan koordinasi dan kurangnya

gerak trampil. Suatu hal yang perlu diperhatikan apakah lesi bersifat tetap, sembuh atau

memburuk dan hubungannya dengan cacatnya apakah permanen atau sementara.

  Gangguan kordinasi anggota gerak atas dilatih dengan latihan sederhana dimulai dari

gerakan jari-jari sendiri-sendiri, ditingkatkan dengan antar jari, berarti sudah ada

kordinasi tangan dan mata. Sangat menolong adalah rekreasi permainan benda kecil

atau kerajinan tangan.

  Gangguan kordinasi anggota gerak bawah, tidak perlu di-paksakan untuk latihan

 jalan (walking gait); cukup dengan memulai yang sederhana menempatkan kaki

dalam berbagai posisi secara statik, dilanjutkan dengan kordinasi pergerakan sendi.

Sebelum berdiri ada baiknya posisi tegak dilatih padatilting table dulu, latihan

keseimbangan berdiri di lantai, baru latihan jalan dengan bantuan terapis. Selanjutnya

dapat dilatih dengan alat bantu seperti kruk, tripod atau tongkat untuk ber-jalan

sendiri.

  Gangguan kordinasi karena defek pada ekstrapiramidal lebih sulit diatasi terutama

kalau bilateral. Selain kekuatan yang menghambat untuk bergerak, ada kegagalan

mulai bergerak walaupun penderita sudah mengerti instruksi dan penerangan.Kadang-kadang bisa ditolong dengan bantuan visual dan pendengaran; pasien dengan

sindrom Parkinson lebih sulit berjalan pada jalan yang rata daripada berlekuk-lekuk 

karena rangsangan sensorik kerikil akan memudahkan gerakan.

5. Gangguan sensorik 

Selain pendengaran, mengecap, penciuman dan penglihatan, perasaan merupakan modalitas

yang penting. Gangguan sensorik ini dapat dibagi 3 :

7/14/2019 Epidural Hematom Tipus

http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 10/11

a. Perasaan dalam (proprioseptif) :

Memberi perasaan posisi dan pergerakan badan, reseptor terletak pada jaringan

tubuh : otot, tendon, periost dan sendi juga memberi informasi tegangan otot dalam setiap

gerakan. Gangguan proprioseptif akan mengganggu hubungan sensorik motorik. 

b. Perasaan superfisial (eksterosepuf) : 

Reseptor terletak pada kulit sangat penting untuk perabaan, tekanan, panas dingin dan

nyeri. Gangguan sensorik superfisial ini akan menyebabkan mudah cederapada kulit tanpa

disadari.

c. Stereognosis

Perasaan ini adalah kemampuan mengenal benda tiga dimensi dengan meraba,

tampaknya merupakan kombinasi perasaan dalam dan superfisial. Gangguan stereognosis

ini menyebabkan astereognosis atau hilangnya perasaan taktil-kinestetik.

Untuk mengatasi gangguan sensorik ini perlu latihan berulang-ulang setiap

rangsangan untuk memulihkan fungsi anggota gerak misalnya untuk berdiri, jalan, ADL

memasang kancing baju, sikat gigi, makan dengan garpu dan sebagainya. Variasi

rangsangan bisa diberikan melalui permainan dengan bahan berlainan misalnya balok-balok 

kayu, plastik dan tanah fiat. Latihan secara bertahap dari ringan sampai berat sesuai dengan

kemampuan yang telah dicapai.

6. Gangguan kejiwaan

Gangguan kejiwaan yang timbul akan sangat menghambat usaha-usaha rehabilitasi

 pemulihan fungsi-fungsi tubuh. Akibat kerusakan otak bisa timbul hilangnya intelek,

 perubahan kepribadian dan jadi agresif. Perlu pemeriksaan dan evaluasi oleh psikiater.

Depresi, cemas, kelelahan berlebihan, konsentrasi pikiran yang rendah dan kurangnya

ingatan bisa karena defisit neurologik tetapi belum tentu karena kerusakan otak. Gambaran

gangguan jiwa dapat diobati sehingga penderita dapat diubah keadaannya, program

rehabilitasi dapat dimulai.

VII.  Prognosis(1) 

7/14/2019 Epidural Hematom Tipus

http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 11/11

Prognosis tergantung pada :

  Lokasinya ( infratentorial lebih jelek )

  Besarnya

  Kesadaran saat masuk kamar operasi.

Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik, karena

kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar antara 7-15% dan

kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada pasien yang mengalami koma

sebelum operasi.

1.  Hafid A, Epidural Hematoma, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi kedua, Jong W.D.

EGC, Jakarta, 2004, 818-819

2.  Soertidewi L. Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kranio Serebral, Updates

In Neuroemergencies, Tjokronegoro A., Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2002,

80

3.  Mardjono M. Sidharta P., Mekanisme Trauma Susunan Saraf, Neurologi

Kilinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 2003, 254-259

4.  Markam S, Trauma Kapitis, Kapita Selekta Neurologi, Edisi kedua, Harsono,

Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, 314