epidural hematom tipus
TRANSCRIPT
7/14/2019 Epidural Hematom Tipus
http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 1/11
EPIDURAL HEMATOM
I. Definisi
Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling sering terjadi
karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi olek tulang tengkorak yang kaku dan keras.
Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang di sebut dura.
Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum
tabula interna.
Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk
suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari
pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan
maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inlah
yang di kenal dengan sebutan epidural hematom. Epidural hematom sebagai keadaan
neurologist yang bersifat emergency dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang
memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural
hematom berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan.
Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah tulang
temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural, bila terjadi perdarahan arteri maka
hematom akan cepat terjadi.
II. Etiologi
Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja, beberapa keadaan
yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya benturan pada kepala pada
kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat trauma kepala, yang biasanya
berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah.
7/14/2019 Epidural Hematom Tipus
http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 2/11
III. Patofisiologi(1,4)
Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan dura meter.
Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang arteria meningea
media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di daerah bersangkutan.
Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital.
Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum
dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale. Perdarahan yang
terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma akan melepaskan durameter
lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah besar.
Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus
temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus
mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya
tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis
Tekanan dari herniasi unkus pda sirkulasi arteria yang mengurus formation retikularis
di medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini terdapat nuclei saraf
cranial ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan
ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah
ini, menyebabkan kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat
cepat, dan tanda babinski positif.
Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong kearah
yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar. Timbul tanda-tanda lanjut
peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda-tanda
vital dan fungsi pernafasan.
Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus keluar
hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita
pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam , penderita akan
merasakan nyeri kepala yang progersif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun.
Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan di
sebut interval lucid. Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada
7/14/2019 Epidural Hematom Tipus
http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 3/11
Epidural hematom. Kalau pada subdural hematoma cedera primernya hamper selalu berat
atau epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien
langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar.
Sumber perdarahan :
Artery meningea ( lucid interval : 2 – 3 jam )
Sinus duramatis
Diploe (lubang yang mengisis kalvaria kranii) yang berisi a. diploica dan vena
diploica
Epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergensi di bedah saraf karena
progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada sutura sehingga langsung
mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah herniasi trans dan infra tentorial.Karena itu
setiap penderita dengan trauma kepala yang mengeluh nyeri kepala yang berlangsung lama,
apalagi progresif memberat, harus segera di rawat dan diperiksa dengan teliti.
7/14/2019 Epidural Hematom Tipus
http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 4/11
IV. Gejala Klinis(1,3)
Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif. Pasien dengan
kondisi seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga. Sering
juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga. Pasien seperti ini harus di
observasi dengan teliti.
Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam-macam akibat dari cedera kepala.
Banyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera kepala.
Gejala yang sering tampak :
Penurunan kesadaran, bisa sampai koma
Bingung
Penglihatan kabur
Susah bicara
Nyeri kepala yang hebat
Keluar cairan darah dari hidung atau telinga
Nampak luka yang adalam atau goresan pada kulit kepala.
Mual
Pusing
Berkeringat
Pucat
Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.
Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese atau serangan
epilepsi fokal. Pada perjalannya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya
pada permulaan masih positif menjadi negatif. Inilah tanda sudah terjadi herniasi tentorial.
Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun
sampai koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua
pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Gejala-gejala
respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan adanya disfungsi rostrocaudal batang
otak.
7/14/2019 Epidural Hematom Tipus
http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 5/11
Jika Epidural hematom di sertai dengan cedera otak seperti memar otak, interval bebas
tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur.
V. Pemeriksaan Penunjang(1,4)
Dengan CT-scan dan MRI, perdarahan intrakranial akibat trauma kepala lebih mudah
dikenali. Foto Polos Kepala pada foto polos kepala, kita tidak dapat mendiagnosa pasti
sebagai epidural hematoma. Dengan proyeksi Antero-Posterior (A-P), lateral dengan sisi
yang mengalami trauma pada film untuk mencari adanya fraktur tulang yang memotong
sulcus arteria meningea media.
a. Computed Tomography (CT Scan)
Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi cedara
intracranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian saja (single) tetapi dapat pula
terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks, paling sering di daerah
temporoparietal. Densitas darah yang homogen (hiperdens), berbatas tegas, midline terdorong
ke sisi kontralateral. Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematoma, Densitas yang
tinggi pada stage yang akut ( 60 – 90 HU), ditandai dengan adanya peregangan dari
pembuluh darah.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang menggeser posisi
duramater, berada diantara tulang tengkorak dan duramater. MRI juga dapat menggambarkan
7/14/2019 Epidural Hematom Tipus
http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 6/11
batas fraktur yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dipilih untuk
menegakkan diagnosis
VI. Tata Laksana
Penanganan darurat :
Dekompresi dengan trepanasi sederhana
Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom
Terapi medikamentosa(1)
Elevasi kepala 300
dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal ataugunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial dan
meningkakan drainase vena.
Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan dexametason
(dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam), mannitol 20% (dosis 1-3
mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema cerebri yang terjadi akan tetapi hal ini
masih kontroversi dalam memilih mana yang terbaik. Dianjurkan untuk memberikan terapi
profilaksis dengan fenitoin sedini mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya
focus epileptogenic dan untuk penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan dengan
karbamazepin. Tri-hidroksimetil-amino-metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat
masuk ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium bikarbonat,
dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat dipakai unuk
mengatasi tekanan inrakranial yang meninggi dan mempunyai efek protektif terhadap otak
dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan adalah diawali dengan 10 mg/kgBB
dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1
mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar serum 3-4mg%.
Terapi Operatif (2)
Operasi di lakukan bila terdapat :
Volume hamatom > 30 ml
Keadaan pasien memburuk
7/14/2019 Epidural Hematom Tipus
http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 7/11
Pendorongan garis tengah > 3 mm
Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk fungsional saving .
Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi emergenci. Biasanya
keadaan emergenci ini di sebabkan oleh lesi desak ruang.
Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :
> 25 cc desak ruang supra tentorial
> 10 cc desak ruang infratentorial
> 5 cc desak ruang thalamus
Sedangakan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :
Penurunan klinis
Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan
klinis yang progresif.
Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan
klinis yang progresif.
Rehabilitasi
Hal-hal yang timbul akibat perdarahan otak menyebabkan gangguan fungsi dan menjadi
masalah pokok pada rehabilitasi medik, adalah : lokomotor, ketrampilan tangan, gangguan
bicara, gangguan koordinasi, gangguan sensorik dan kejiwaan). Untuk menangani banyak
masalah tersebut perlu kerja sama tim yang terpadu.
1. Gangguan Lokomotor
Penyebab gangguan lokomotor yang paling umum adalah hemiplegia motorik akibat
gangguan pembuluh darah atau para-plegia dan quadriplegia akibat penekanan pada sumsum
tulang belakang atau penyakit demyelinasi; masalah tersebut akan memerlukan fisioterapi
tergantung dari luasnya lesi saraf ter-sebut apakah statis, memburuk atau membaik.
Pertimbangan utama adalah mobilisasi dan ketergantungan penderita; anggota gerak yang
sehat harus dipelihara kekuatan-nya dan anggota yang lumpuh digerakkan secara pasif
untuk memelihara gerakan sendi yang normal jangan sampai kaku. Bila ada spastisitas, harus
7/14/2019 Epidural Hematom Tipus
http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 8/11
diusahakan sedemikian rupa sehingga fungsi untuk berjalan bisa terpenuhi; baik dengan cold
pack atau hot pack maupun dengan vibrasi atau menggunakan refleks hambatan. Kadang-
kadang diperlukan suntikan lokal langsung pada saraf dengan phenol atau alkohol yang
bermanfaat untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, sehingga penderita telah dapat
diperbaiki mobilitasnya.
2. Ketrampilan tangan
Sistim piramidalis sangat mempengaruhi kemahiran ketrampilan tangan; walaupun
proses penyakit telah sembuh namun dalam hal ini selalu ada defisit. Walaupun kekuatan otot
telah pulih, gerakan sendi telah balk, pengendalian anggota gerak telah dikuasai namun
ketrampilan tangan ini masih bagian yang penting dalam proses rehabilitasi. Sebagian dapatdikerjakan fisioterapist tetapi lebih terperinci lagi oleh okupasi terapist. Ketrampilan dapat
dipulihkan melalui latihan terapi okupasi seperti menulis, mengetik, memasukkan kancing
baju, bertukang dan menjahit. Akhirnya kemampuan yang semakin rumit se-hubungan
dengan kebutuhan penderita dalam pekerjaannya, memerlukan latihan yang lebih rumit pula.
3. Gangguan bicara
Gangguan berkomunikasi merupakan cacat penting yang bisa disandang oleh penderita.
Cacat demikian memerlukan evaluasi yang teliti dan penanganan khusus. Berbagai
klasifikasi gangguan berkomunikasi, diantaranya yang mudah dan praktis adalah klasifikasi
Sehuell :
Gol. 1 : Afasia sederhana.
Terdapat pengurangan semua bahasa, tidak ada gangguan sensorik dan motorik, ada
disarthria.
Gol. 2 : Serupa dengan gol. 1 ditambah dengan gangguan visual dan terdapat gangguan
diskriminasi, pengenal-an dan pengungkapan simbol visual.
Gol. 3 : Afasia disertai gangguan proses pendengaran dan sensorik-motorik.
Gol. 4 : Campuran gangguan pendengaran, penglihatan dan motorik dan tanda-tanda
kerusakan otak yang me-nyeluruh.
7/14/2019 Epidural Hematom Tipus
http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 9/11
Gol. 5 : Afasia, ireversibel dan hilangnya semua modalitas fungsi berbahasa. Dari
klasifikasi dapat diduga prognosisnya; gol. 1 afasia sederhana adalah baik sedang gol. 5
afasia ireversibel adalah jelek. Apapun golongan penderita ada kemungkinan memberi
bantuan komunikasi yang sesuai oleh speech therapist.
4. Gangguan kordinasi
Gangguan kordinasi timbul akibat kerusakan pada serebellum. Lesi serebellum, dan
campuran lesi serebellum dan piramidal mengakibatkan gangguan koordinasi dan kurangnya
gerak trampil. Suatu hal yang perlu diperhatikan apakah lesi bersifat tetap, sembuh atau
memburuk dan hubungannya dengan cacatnya apakah permanen atau sementara.
Gangguan kordinasi anggota gerak atas dilatih dengan latihan sederhana dimulai dari
gerakan jari-jari sendiri-sendiri, ditingkatkan dengan antar jari, berarti sudah ada
kordinasi tangan dan mata. Sangat menolong adalah rekreasi permainan benda kecil
atau kerajinan tangan.
Gangguan kordinasi anggota gerak bawah, tidak perlu di-paksakan untuk latihan
jalan (walking gait); cukup dengan memulai yang sederhana menempatkan kaki
dalam berbagai posisi secara statik, dilanjutkan dengan kordinasi pergerakan sendi.
Sebelum berdiri ada baiknya posisi tegak dilatih padatilting table dulu, latihan
keseimbangan berdiri di lantai, baru latihan jalan dengan bantuan terapis. Selanjutnya
dapat dilatih dengan alat bantu seperti kruk, tripod atau tongkat untuk ber-jalan
sendiri.
Gangguan kordinasi karena defek pada ekstrapiramidal lebih sulit diatasi terutama
kalau bilateral. Selain kekuatan yang menghambat untuk bergerak, ada kegagalan
mulai bergerak walaupun penderita sudah mengerti instruksi dan penerangan.Kadang-kadang bisa ditolong dengan bantuan visual dan pendengaran; pasien dengan
sindrom Parkinson lebih sulit berjalan pada jalan yang rata daripada berlekuk-lekuk
karena rangsangan sensorik kerikil akan memudahkan gerakan.
5. Gangguan sensorik
Selain pendengaran, mengecap, penciuman dan penglihatan, perasaan merupakan modalitas
yang penting. Gangguan sensorik ini dapat dibagi 3 :
7/14/2019 Epidural Hematom Tipus
http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 10/11
a. Perasaan dalam (proprioseptif) :
Memberi perasaan posisi dan pergerakan badan, reseptor terletak pada jaringan
tubuh : otot, tendon, periost dan sendi juga memberi informasi tegangan otot dalam setiap
gerakan. Gangguan proprioseptif akan mengganggu hubungan sensorik motorik.
b. Perasaan superfisial (eksterosepuf) :
Reseptor terletak pada kulit sangat penting untuk perabaan, tekanan, panas dingin dan
nyeri. Gangguan sensorik superfisial ini akan menyebabkan mudah cederapada kulit tanpa
disadari.
c. Stereognosis
Perasaan ini adalah kemampuan mengenal benda tiga dimensi dengan meraba,
tampaknya merupakan kombinasi perasaan dalam dan superfisial. Gangguan stereognosis
ini menyebabkan astereognosis atau hilangnya perasaan taktil-kinestetik.
Untuk mengatasi gangguan sensorik ini perlu latihan berulang-ulang setiap
rangsangan untuk memulihkan fungsi anggota gerak misalnya untuk berdiri, jalan, ADL
memasang kancing baju, sikat gigi, makan dengan garpu dan sebagainya. Variasi
rangsangan bisa diberikan melalui permainan dengan bahan berlainan misalnya balok-balok
kayu, plastik dan tanah fiat. Latihan secara bertahap dari ringan sampai berat sesuai dengan
kemampuan yang telah dicapai.
6. Gangguan kejiwaan
Gangguan kejiwaan yang timbul akan sangat menghambat usaha-usaha rehabilitasi
pemulihan fungsi-fungsi tubuh. Akibat kerusakan otak bisa timbul hilangnya intelek,
perubahan kepribadian dan jadi agresif. Perlu pemeriksaan dan evaluasi oleh psikiater.
Depresi, cemas, kelelahan berlebihan, konsentrasi pikiran yang rendah dan kurangnya
ingatan bisa karena defisit neurologik tetapi belum tentu karena kerusakan otak. Gambaran
gangguan jiwa dapat diobati sehingga penderita dapat diubah keadaannya, program
rehabilitasi dapat dimulai.
VII. Prognosis(1)
7/14/2019 Epidural Hematom Tipus
http://slidepdf.com/reader/full/epidural-hematom-tipus 11/11
Prognosis tergantung pada :
Lokasinya ( infratentorial lebih jelek )
Besarnya
Kesadaran saat masuk kamar operasi.
Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik, karena
kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar antara 7-15% dan
kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada pasien yang mengalami koma
sebelum operasi.
1. Hafid A, Epidural Hematoma, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi kedua, Jong W.D.
EGC, Jakarta, 2004, 818-819
2. Soertidewi L. Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kranio Serebral, Updates
In Neuroemergencies, Tjokronegoro A., Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2002,
80
3. Mardjono M. Sidharta P., Mekanisme Trauma Susunan Saraf, Neurologi
Kilinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 2003, 254-259
4. Markam S, Trauma Kapitis, Kapita Selekta Neurologi, Edisi kedua, Harsono,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, 314