enzim
DESCRIPTION
TekbioTRANSCRIPT
X. ENZIM
1. STRUKTUR DAN FUNGSI ENZIM
Enzim merupakan unit fungsional pada metabolisme sel. Enzim bekerja tahap demi tahap
secara berurutan, mengkatalisis ratusan reaksi-antara pada metabolisme di dalam sel, di mana
pada proses tersebut molekul nutrisi didegradasi, energi kimia yang dihasilkan ditangkap dan
ditransformasi, dan makromolekul penyusun sel disintesa dari prekursornya yang lebih
sederhana. Di antara enzim-enzim tersebut, terdapat satu golongan khusus yang disebut enzim
regulator atau enzim pengendali (regulatory enzymes), yang peka terhadap berbagai isyarat
metabolik dan mengubah kecepatan katalitiknya sesuai dengan isyarat yang ada. System
enzim bekerja secara terkoordinasi untuk menghasilkan keadaan harmonis antara berbagai
aktivitas metabolisme yang sangat penting untuk memelihara kelangsungan hidup sel. Kita
tidak mungkin, dan tidak akan mencoba mengkatalogkan seluruh enzim yang telah diketahui
keberadaannya, yang jumlahnya melebihi 2000 macam, tetapi kita akan meninjau secara
umum sifat dan ciri-ciri yang dimiliki oleh kebanyakan enzim.
a. Komposisi Enzim
Tinjauan lebih mendalam mengenai komposisi enzim, beberapa diantaranya hanya
mengandung rantai polipeptida, tanpa gugus lain selain residu asam amino, contohnya enzim
pancreas ribonuklease. Namun demikian, beberapa enzim memerlukan komponen kimia lain
dalam melakukan aktivitasnya. Komponen lain tersebut disebut kofaktor. Sebagai kofaktor,
dapat berupa zat anorganik seperti ion-ion logam Fe2+ , Mn2+ , atau Zn2+ (lihat Tabel 3.2).
Beberapa enzim memerlukan koenzim dan ion logam sekaligus. Dalam beberapa enzim,
koenzim dan ion logam ada yang terikat secara lemah dengan molekul enzimnya, tetapi ada
pula yang terikat secara kuat dan permanen bersama molekul enzim, dalam hal ini disebut
gugus prostetik (prostetic group). Susunan lengkap enzim dan koenzim atau ion logam, yang
aktif secara katalitik, disebut holoenzim. Bagian koenzim atau ion logamnya relative stabil
terhadap pemanasan, sedangkan bagian protein yang disebut apoenzim, dapat mengalami
denaturasi oleh pemanasan. Koenzim mempunyai peran sebagai pembawa antara kofaktor
dengan gugus fungsi tertentu sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel : Kofaktor anorganik dengan enzimnya
Kofaktor Enzim
Fe2+ atau Fe3+
Sitokrom oksidase
Katalase
Peroksidase
Cu2+ Sitokrom oksidase
Zn2+
DNA polimerisasi
Karbonik anhidrase
Alkohol dehidrogenase
Mg2+
Heksokinase
Glukosa-6-fosfatase
Piruvat kinase
Mn2+ Arginase
K+ Piruvat kinase
Ni2+ Urease
Mo Nitrat reduktase
Se Glutation peroksidase
Tabel: Koenzim dengan gugus fungsi yang ditanganinya
Koenzim Gugus yang ditransfer
Tiamin pirofosfat Aldehid
Flavin adenine dinukleotida (FAD) atom Hidrogen
Nikotinamid adenine dinukleotida
(NAD) ion hidrida (H+)
Koenzim A gugus asli
Pirodoksal fosfat gugus amino
5-deoksiadenosilkobalamin (B12) atom H dan gugus alkil
Biotin CO2
Tetrahidrofolat gugus dengan satu atom C
b. Interaksi Enzim-Substrat
Pada proses katalisis, diperlukan interaksi antara katalis dengan substrat, demikian pula proses
yang terjadi dengan enzim. Ada dua model hipotetis yang diajukan mengenai bagaimana
enzim berikatan dengan substrat saat melakukan katalisis, yaitu model “lock-and-key” dan
model “induced-fit”.
Model “lock-and-key” (Gambar) yang menggambarkan bahwa enzim dan substrat, seperti
kunci gembok dan anaknya, hanya anak kunci yang cocok yang bisa masuk ke dalam gembok,
demikian pula halnya hanya substrat yang sesuai yang dapat dikatalisis oleh enzim tertentu
dalam reksinya. Model ini mengisyaratkan bahwa struktur enzim bersifat kaku sehingga hanya
substrat dengan struktur tertentu yang dapat masuk ke dalam enzim sesuai dengan struktur
enzim tersebut.
Model kedua, dikenal dengan nama model “induced-fit”, menggambarkan bahwa enzim akan
mengalami sedikit perubahan struktur konformasi jika berikatan dengan substrat. Model ini
beranggapan bahwa struktur enzim tidak kaku, tetapi memiliki bagian berupa ruang yang
mudah mengalami konformasi jika substrat masuk ke dalamnya.
Interaksi enzim dan substrat sebagaimana telah diuraikan di atas, membawa pada kesimpulan
bahwa enzim bergabung dengan substratnya membentuk kompleks enzim substrat merupakan
tahap yang penting, yang dilalui oleh semua reaksi katalisis enzimatik. Gagasan ini membawa
Michaelis dan Menten (1933) pada teori umum mengenai aksi enzim, yang menyusun postulat
bahwa enzim berikatan dengan substrat sebagai tahap pertama reaksi, membentuk kompleks
enzim-substrat (ES), sebagai reaksi dapat balik
E + S ES
Selanjutnya, kompleks ES tersebut terurai menghasilkan produk dan enzim diperoleh kembali
:
ES P + E
Selama reaksi berlangsung, enzim terdapat dalam dua bentuk, bentuk bebas E dan bentuk
terikat sebagai kompleks ES. Karena reaksi pembentukan P merupakan tahap penentu, maka
kecepatan reaksi enzim ditentukan oleh konsentrasi kompleks ES.
2. PENAMAAN DAN KLASIFIKASI ENZIM
Tata nama enzim diatur menurut “ Comission on Enzymes of the International Union of
Biochemistry “. Enzim tunggal biasanya menggunakan akhiran –ase, misalnya suksinat
dehidrogenase. Untuk penamaan suatu kompleks yang terdiri dari beberapa enzim berdasarkan
reaksi keseluruhan yang dikatalisis oleh enzim digunakan kata sistem, misalnya sistem suksinat
oksidase, yang mengkatalisis oksidasi asam suksinat oleh oksigen dalam beberapa langkah dan
beberapa individu enzim. Klasifikasi enzim berlaku hanya bagi enzim-enzim tunggal dan bukan
sistem enzim.
Tabel: kelas-kelas utama enzim
No Kelas Kelas Reaksi Katalitik
1 Oksidoreduktase Reaksi transfer electron (pemindahan electron atau
atom hydrogen)
2 Transferase Transfer gugusan fungsional (gugsan fungsional
mencakup fosfat, amino, metal, dsb)
3 Hidrolase Reaksi hidrolisis (penambahan molekul air untuk
memecahkan ikatan kimiawi)
4 Liase Penambahan ikatan ganda pada molekul dan juga
pengusiran non-hidrolitik gugusan-gugusan kimiawi
5 Isomerase Reaksi isomerisasi (pengubhan suatu senyawa menjadi
isomer, misalnya suatu senyawa yang memiliki atom-
atom yang sama tetapi berbeda struktur molekulnya)
6 Ligase
Pembentukan ikatan disertai pemecahan ATP
(adenosine trifosfat)
Setiap enzim mempunyai nama dan kode klasifikasinya sebanyak 4 digit, yang menggambarkan
reaksi yang dikatalisisnya. Sebagai contoh, ATP : glukosa fosfotransferase menunjukan reaksi
transfer gugus fosfat dari ATP kepada glukosa.
Merupakan kelas kedua dalam klasifikasi enzim pada tabel, sedangkan nomor klasifikasinya
adalah 2.7.1.1; angka-angka tersebut merupakan kode sebagai berikut
Digit ke 1 : kelas (transferase)
Digit ke 2 : sub kelas (fosfotransferase)
Digit ke 3 : sub sub-kelas (fosfotransferase dengan gugus hidroksil sebagai penerima)
Digit ke 4 : senyawa merupakan substratnya berdasarkan sub-sub kelas. (D-glukosa
sebagai senyawa penerima gugus fosfat yang ditransfer).
Pada umumnya nama sistematik suatu enzim relatif panjag, sehingga dikenal juga nama trivial
dari enzim tersebut. Untuk ATP’; glukosa fosfotransferase di atas, nama trivialnya adalah
heksokinase, hekso untuk glukosa (6 atom C) dan kinase untuk reaksi yang menggunakan ATP
sebagai sumber gugus fosfat.
3. SIFAT DAN MEKANISME PENGIKATAN ENZIM
a. Sifat Enzim
1) Merupakan protein
2) Merupakan biokatalisator.
3) Mempercepat reaksi kimia dengan jalan menurunkan energy aktivasi yaitu energy
awal yang diperlukan untuk memulai reaksi kimia.
4) Enzim bekerja spesifik artinya untuk mengubah atau mereaksikan suatu zat tertentu
memerlukan zat tertentu pula.
5) Bekerja sangat cepat
6) Tidak ikut bereaksi (tidak mengalami perubahan).
7) Tidak mengubah keseimbangan reaksi
8) Memliki sifat aktif atau sisi katalitik yaitu bagian enzim tempat substrat
berkombinasi.
9) Substrat asing yang berfungsi menghambat reaksi disebut inhibitor dan yang
berfungsi mempercepat reaksi disebut activator.
b. Mekanisme Katalisis 2 Macam Substrat
Di dalam reaksi metabolisme, pada umumnya reaksi katalisis enzim bukan terhadap satu macam
substrat sebagaimana telah diuraikan, melaikan terdapat dua macam substrat yang terlibat,
seperti yang terjadi pada heksokinase yang mengkatalisis reaksi glukosa dengan ATP
menghasilkan ADP dan glukosa-6-fosfat. Pada reaksi tersebut, sebagai substrat adalah ATP dan
Glukosa.
ATP + Glukosa → ADP + Glukosa-6-fosfat
Mekanisme Enzim dalam mengikat Dua Macam Substrat
Ada dua macam mekanisme pembentukan komplek enzim-substrat pada reaksi katalisis dengan
dua macam substrat. Yang pertama, bahwa salah satu dari substrat mula-mula akan berikatan,
kemudian terjadi pemindahan gugus fungsi dari substrat kepada molekul enzim dan setelah
substrat pertama terlepas dari molekul enzim, substrat kedua menyusul berikatan dengan enzim
untuk menerima gugus fungsi yang sementara diikat oleh enzim; mekanisme demikian di sebut
reaksi ping-pong atau double-displacement. Model kedua, adalah dengan cara kedua substrat
sekaligus berikatan dengan enzim, melalui suatu mekanisme, baik secara urutan tertentu atau
secara random, membentuk komplek EAB, dimana A dan B adalah substratnya, dan
menghasilkan produk C dan D. kedua mekanisme dapat diilustrasikan seperti skema pada
gambar.
4. KONDISI YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS ENZIM
Beberapa faktor/kondisi yang mempengaruhi aktivitas enzim, yaitu :
a. Konsentrasi enzim dan substrat
b. pH
c. Suhu
d. Inhibitor enzim
a. Konsentrasi Enzim dan Substrat
Jika pH dan suhu suatu sistem enzim dalam keadaan konstan serta jumlah
substrat berlebihan, laju reaksi adalah sebanding dengan enzim yang ada. Jika pH, suhu,
dan konsentrasi enzim dalam keadaan konstan, reaksi awal hingga batas tertentu
sebanding dengan substrat yang ada. Jika sistem enzim memerlukan suatu koenzim atau
ion kofaktor, konsentrasi subsrat dapat menentukan laju keseluruhan sistem enzim.
b. pH atau keasaman
Seluruh enzim peka terhadap perubahan derajat keasaman (pH). Enzim menjadi
nonaktif bila diperlakukan pada asam basa yang sangat kuat. Sebagian besar enzim
dapat bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang agak sempit. Diluar
pH optimum tersebut, kenaikan atau penurunan pH menyebabkan penurunan
aktivitas enzim dengan cepat. Misalnya, enzim pencerna dilambung mempunyai pH
optimum 2 sehingga hanya dapat bekerja pada kondisi sangat asam. Sebaliknya,
enzim pencerna protein yang dihasilkan pankreas mempunyai pH Optimum 8,5.
Kebanyakan enzim intrasel mempunyai pH optimum sekitar 7,0 (Netral).
c. Suhu
Akibat kenaikan suhu dalam batas tidak wajar, terjadi perubahan struktur
enzim (denaturasi). Enzim yang terdenaturasi akan kehilangan kemampuan
katalisnya. Sebagian besar enzim mengalami denaturasi yang tidak dapat balik
pada suhu 55-65 Derajat C. Enzim yang secara fisik telah rusak biasanya tidak
dapat diperbaiki lagi. Hal tersebut merupakan salah satu alasan bahwa enzim lebih
aman dimakan pada makanan yang sudah dimasak. Khususnya daging dan telur
daripada makanan mentah.
d. Inhibitor Enzim
Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor berupa zat kimia tertentu.
Zat kimia tersebut merupakan senyawa selain substrat yang biasa terikat pada sisi
aktif enzim (substrat normal) sehingga antara substrat dan inhibitor terjadi
persaingan untuk mendapatkan sisi aktif . Persaingan tersebut terjadi karena
inhibitor biasanya mempunyai kemiripan kimiawi dengan substrat normal. Pada
konsentrasi Substrat yang rendah akan terlihat dampak inhibitor terhadap laju reaksi,
kondisi tersebut berbalik bila konsentrasi substrat naik.
Gambar berikut memperlihatkan profil hambatan oleh inhibitor non kompetitif
seperti halnya dengan inhibitor kompetitif, penambahan inhibitor non kompetitif
akan menghasilkan grafik yang mendekati sumbu Y, tetapi dalam hal ini inhibitor
non kompetitif tidak mengubah harga KM, tetapi mengubah harga Vmaks. Dengan
demikian, penambahan konsentrasi substrat sangat besar tidak dapat menghilangkan
pengaruh inhibitor.
I/V Dengan inhibitor
Tanpa inhibitor
1/V
-1/KM 1/[S]
Gambar: Profil hambatan non kompetitif
5. PENGHAMBATAN KERJA ENZIM
Aktivitas suatu enzim dapat dihentikan oleh zat-zat kimia melalui beberapa cara. Zat-zat kimia
dapat menghambat laju enzim dengan tidak menyebabkan denaturasi (penghancuran) bagian
proteinnya. Informasi mengenai bagaimana zat-zat tersebut bekerja, dapat memperoleh suatu
bahan kimia baru yang mungkin berguna untuk menghambat mikroorganisme.
Hambatan enzim ada dua tipe yaitu tipe nonreversible (tidak dapat balik) dan reversible (dapat
balik). Hambatan nonreversible menyangkut modifikasi atau menjadi tidak aktifnya satu atau
lebih gugusan fungsional enzim tersebut. Ada 2 tipe utama hambatan reversible yaitu kompetitif
dan nonkompetitif. Hambatan kompetitif dapat balik dengan cara menambah konsentrasi
substrat, sedangkan nonkompetitif tidak dapat balik.
Penghambat kerja enzim
o Inhibitor kompetitif
Molekul penghambat yang strukturnya mirip substrat, sehingga molekul tersebut berkompetisi
dengan substrat untuk bergabung pada sisi aktif
enzim. Contoh : sianida bersaing dengan oksigen untuk mendapatkan Hemoglobin pada rantai
akhir respirasi. Inhibitor kompetititf dapat diatasi
dengan penambahan konsentrasi substrat.
o Inhibitor nonkompetitif
Molekul penghambat yang bekerja dengan cara
melekatkan diri pada bagian bukan sisi aktif enzim. Inhibitor ini menyebabkan sisi aktif berubah sehingga tidak dapat berikatan
dengan substrat. Inhibitor nonkompetitif tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi
substrat.
6. KLASIFIKASI DAN MEKANISME PENGENDALIAN ENZIM
a. Klasifikasi Enzim
Enzim dibagi menjadi 2 kelompok :
1) Enzim-enzim konsitutif : dihasilkan oleh sel-sel yang tidak tergantung
pada konsentrasi substratnya di dalam medium,
enzim ini selalu dijumpai dalam jumlah kurang
lebih sama.
Contohnya ialah enzim pada proses
glikolisis atau penguraian gula.
2) Enzim-enzim adaptif (terinduksi) : enzim-enzim ini dihasilkan oleh sel sebagai
tanggapan terhadap adanya substrat tertentu,
mereka dihasilkan apabila dibutuhkan. Proses
ini disebut induksi enzim, dan substrat yang
menyebabkan pembentukannya enzim tersebut
disebut induser.
Contoh enzim indusibel ialah galaktosidase;
indusernya gula laktosa.
b. Mekanisme pengendalian Enzim
Mekanisme pengaturan selular penting artinya pada bakteri karena tidak terdapat pengendalian
melalui saraf dan hormonal, seperti yang dijumpai didalam sel-sel jaringan organisme tingkat
yang lebih tinggi.
Aktivitas enzim diatur melalui 2 cara :
1) pengendalian katalis secara langsung
2) pengendalian genetik
Pengendalian enzim secara langsung, berupa pengendalian melalui penggandengan mekanisme
katalitik dengan proses-proses lain. Pengendalian genetik, mencangkup fenomena induksi dan
respirasi enzim.
1) Pengendalian langsung mekanisme katalitik
a) Pengendalian langsung mekanisme katalitik terjadi dengan mengubah konsentrasi
substrat atau reaktannya. Misalnya, bila konsentrasi substrat bertambah, maka laju reaksi
meningkat sampai tercapai suatu nilai pembatas. Bila produk menumpuk, laju reaksi
menurun. Selain itu, konsentrasi koenzim dan kofaktor dapat memberikan pengaruh
pengendalian didalam sel.
b) Tipe pengendalian dapat juga disebabkan oleh tidak adanya kontak langsung, karena
enzim dapat terikat pada berbagai struktur internal, misalnya pada membran dan
makromolekul, ataupun terpisah dengan substratnya.
c) Pada beberapa mikroba, enzim proteolitik(perombak protein) amat spesifik menguraikan
enzim-enzim lain yang tidak lagi dibutuhkan untuk reaksi-reaksi metabolik.
c. Sistem multi enzim
Enzim yang bekerja berdasarkan isyarat molekuler sebagaimana telah dikemukakan disebut
enzim pengendali atau pengatur (regulatory enzim). Ada dua kelas enzim pengatur seperti itu,
yaitu enzim alosterik yang bekerja secara nonkovalen, dan enzim pengendali yang bekerja
melalui pembentukan ikatan kovalen dengan suatu senyawa.
1) Enzim alosterik
Kata alosterik berasal dari bahasa latin ‘allo’ berarti lainnya, dan ‘stereos’ artinya ruang,
sehingga alosterik berarti mempunyai sisi lain, dengan kata lain mempunyai sisi lain selain sisi
aktif untuk digunakan mengikat inhibitor.
Enzim alosterik mempunyai beberapa perbedaan dari enzim umumnya.
Pertama, memiliki sisi regulatori selain mempunyai sisi aktif yang digunakan untuk
mengikat molekul regulator atau disebut modulator.
Kedua, umumnya merupakan molekul besar, dan dapat terdiri lebih dari satu unit
rantai polipeptida.
Ketiga, memiliki sifat agak menyimpang dari profil enzim sebagaimana
dikemukakan oleh Michaelis-Menten.
Penyimpangan enzim regulatori dari profil Michaelis-Menten ditunjukkan dengan
bentuk grafik hubungan kecepatan dengan konsentrasi yang sigmoidal (bukan
hiperbola).
2) Enzim pengendali
Kelas kedua dari enzim regulatori adalah kelompok enzim yang memiliki dua macam bentuk,
melalui pembentukan ikatan kovalen dengan suatu senyawa. Oleh karena itu, kelompok enzim
ini terdapat dalam dua bentuk, yaitu bentuk aktif dan bentuk kurang aktif sebagai contoh adalah
enzim glikogen fosforilase, yang mengubah glukosa menjadi glikogen.
Fosforilase (a) merupakan bentuk aktif dan fosforilase (b) merupakan bentuk
kurang aktif.
Fosforilase (b) dapat diaktifkan kembali dengan mentransfer gugus fosfat dari ATP
menggunakan enzim lain. Dengan demikian, ikatan kovalen gugus fosfat dengan
enzim mengendalikan kerja enzim melalui pembentukan bentuk aktif dan kurang
aktif.