endokrin
DESCRIPTION
endokrinTRANSCRIPT
LINDA YULIANDARI
405080102
HISTOLOGI PANKREAS
HistologiPada preparat histologis, pankreas terbagi menjadi 2 jaringan dasar :• Acini
– Jaringan yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan, berupa lobulus dibagian akhir kelenjar pankreas.
– Sifat serosa & mengandung butir-butir zymogen, suatu proenzim pepsinogen yang bersifat asidofil
– Di tengah pars terminal yg acinus itu sering kali terdapat sel centroacini yang memiliki sifat sbb:
• Inti kecil, oval, & aspeknya seperti ductus intercalaris• Letak di llumen & asalnya dari ducus intercalaris yang tersayat• Membran basalisnya tipis & tanpa myoepitel
Selain itu terdapat ductus :• D.intercalaris
– Panjang & bentuk sel nya dari gepeng sampai kubis– Letak intralobuler
• D. excretorius :– Letak interlobuler – Bentuk sel dari epitel torak rendah sampai kubus– Pada ductus interlobaris banyak sel goblet
Pulau Langerhans
• Pulau Langerhans tersebar diseluruh Pankreas.• Dgn MC tampak berupa massa bundar tdk
teratur.• Selnya tampak
– Tersusun membentuk korda tdk teratur.– Poligonal tdk teratur, inti bundar di tengah.– Sitoplasma dengan HE tampak bergranula.
• Diantara selnya terdapat– Banyak pembuluh darah kapiler.– Jaringan ikat dengan sedikit serat retikulin.
4 tipe sel Pulau Langerhans
• Sel Beta: terpulas biru, 60-80%, menghasilkan insulin.
• Sel Alfa: kemerahan, lbh besar, diperifer pulau, -20%, byk terdapat di tepi, menghasilkan glukagon (meningkatkan gula darah melalui glukoneogenesis selama puasa)
• Sel Delta/gamma: bbrp, menghasilkan somatostatin (menurunkan glukagon & melepaskan polipeptida pankreatik)
• Sel F/clear cell: bbrp, menghasilkan polipeptida pankreatik (menurunkan sekresi eksokrin pankreas & sekresi empedu)
Histologi Pankreas
Gambaran histologi
Anatomi Pankreas
Anatomi • Merupakan organ kelenjar lunak & berlobus dengan fungsi eksokrin
& endokrin• Terletak horisontal sepanjang dinding posterior abdomen,
berdekatan dengan curvatura mayor gaster• Panjang 12-15 cm & berat kurang lebih 90 gr• Berfungsi sebagai kelenjar eksokrin & endokrin
– Bagian eksokrin : • produksi enzim pankreas yang dialirkan melalui ductus pancreaticus ke duodenum
– Bagian endokrin : • terdiri dari sekumpulan sel yang dinamakan pulau Langerhans.• Paling banyak terdapat di corpus & cauda, yang terdiri dari sel alpha,beta,delta,&
sel F• Sel alpha meliputi 25% dari kelenjar & sisanya 75% terdiri dari sel beta
• Bagian :– Caput : terletak dekat duodenum– Corpus : pada bagian tengahnya– Cauda : terletak retroperitoneal
• Aliran darah: – A.coeliaca, A.mesenterica sup dan cabang-cabang
a.pancreaticoduodenalis memberi darah untuk caput – A.pancreatico dorsal memberi darah untuk leher dan corpus – A.pancreatico caidalis memberi darah untuk cauda
• Jalannya vena mengikuti arteri dan bermuara ke vena porta
• Getah bening berhubungan langsung antara jaringan getah bening pankreas dengan ductus thoracicus merupakan rute utama insulin (masuk ke duct.thoracicus)
• Persarafan
- Saraf-saraf simpatis
- Cabang-cabang N.vagus
Definisi
• Diabetes mellitus (mellitus, "rasa manis") yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Karakteristik DM tipe 1 dan DM tipe 2
DM tipe 1• Mudah terjadi ketosidosis• Pengobatan harus dengan
insulin• Onset akut• Biasanya kurus• Biasanya pada umur muda• Berhubungan dengan HLA -DR3
& DR4• Didapatkan islet cell antibody
(ICA)• Riwayat keluarga diabetes (+)
pada 10%• 30-50% kembar identik terkena
DM tipe 2• Tidak mudah terjadi
ketoasidosis• Tidak harus dengan insulin• Onset lambat• Gemuk atau tidak gemuk• Biasanya > 45 tahun• Tak berhubungan dengan HLA• Tak ada islet cell antibody• Riwayat keluarga (+) Pada 30% 100% kembar identik terkena
Faktor Risiko DM
• Usia > 45 tahun• Kegemukan (BB>120% idaman atau IMT>25
kg/m2)• Hipertensi (TD ≥140/90 mmHg)• Riwayat keluarga DM• Riwayat melahirkan bayi dengan BB>4000 gram• Riwayat DM pada kehamilan (DM gestasional)• Riwayat TGT atau GDPT• Penderita PJK,TBC, Hipertiroidisme• Kadar lipid (Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau
trigliserid ≥ 200 mg/dl)
Etiologi kegagalan fungsi sel beta pada DM tipe 2
5. Efek inkretin
Beta-cell failure
Genetik (TCF 7L2)
Umur
4. Deposit amiloid
3. Resistensi insulin
2. Lipotoksisitas FFA
1. Glukotoksisitas
1. Glikotoksisitas – Kadar glukosa tinggi yg berlangsung lama akan
menyebabkan peningkatan stres oksidatif. IL-1β dan Nf-kB dengan peningkatan apoptosis sel beta.
2. Lipotoksisitas– Peningkatan as.kemak bebas yg berasal dr ja.adiposa
dlm proses lipolisis akan mengalami metabolisme non oksidatif menjadi ceramide yg toksik terhadap sel beta hingga terjadi apoptosis.
3.Penumpukan amiloid– Pd keadaan resistensi insulin, kerja insulin dihambat
hingga kadar glukosa darah akan meningkat, kerana itu sel beta akan mengkompensasinya dg meningkatkan sekresi insulin –> hiperinsulinemia.
– Peningkatan sekresi insulin jg diikuti dg sekresi amylin dr sel beta yg akan ditumpuk disekitar sel beta hingga menjadi jaringan amiloid & akan mendesak sel beta itu sendiri hingga akhirnya jumah sel beta dlm pulau langerhans berkurang. (pd DM tipe 2 jmlh sel beta berkurang sampai 50-60% dr normal)
4. Resistensi insulin-> Penyebab resistensi insulin pd DM tipe 2 sebenarnya
tdk begitu jelas tp beberapa faktor di bawah ini banyak berperan:
– Obesitas terutama bersifat sentral– Diet tinggi lemak & rendah karbohidrat– Kurang gerak badan– Faktor keturunan (herediter)-> glukotoksisitas, lipotoksisitas dan penumpukan
amiloid semuanya disebabkan oleh resistensi insulin.
5. Efek inkretin– Incretin mempunyai efek langsung terhadap sel beta
dengan cara meningkatkan proliferasi sel beta, meningkatkan sekresi insulin dan mengurangi apoptosis sel beta.
Defek reseptorDan post reseptor
HATI Glukosa SEL
PANKREAS(Produksi Glukosa Meningkat)
Genetik
Resistensi Insulin
Didapat
Hiperinsulinemia
Resistensi Insulin Terkompensasi
(Normal atau TGT)
Sekresi berkurang
Didapat :-Toksisitas glukosa- Asam lemak dll
Kelelahan sel Beta
Genetik
DM tipe 2-Resistensi insulin-Produksi glukosa hati -Sekresi insulin kurang
Etiologi terjadinya DM tipe 2
Kompensasi
Kriteria Diagnosis DM
Gejala klasik DM + Glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL (11.1 mmol/l Glukosa sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
Atau
Gejala klasik DM + Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L) Puasa diartikan pasien tak mendapat
kalori tambahan sedikitnya 8 jam Atau
1
2
Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air
3
Baik Sedang Buruk
Gula darah puasa (mL/dL) 80-109 110-125 -126
Gula darah 2 jam (mL/dL) 110-144 145-179 ≥ 180
HbA1c (%) 4-5.9 6-8 > 8
Kolesterol total (mg/dl) < 200 200-239 ≥ 240
Kolesterol HDL (mg/dL) < 100 100-129 ≥ 130
Kolesterol LDL (mg/dL) > 45 35-45 < 35
Trigliserida < 150 150-199 > 200
IMT ♀ 18,5-22,9 23-25 > 25/< 18.5
♂ 20-24,9 25-27 > 27/< 20
Tekanan Darah (mmHg) 130/80 Antara > 160/95
Kriteria Pengendalian DM
Kriteria diabetes terkendali ditentukan berdasarkan kadar HbA1c.Kriteria glukosa darah terkendali ditentukan berdasarkan kadar glukosa darah kurva harian.
Untuk penderita DM usia > 60 tahun, sasaran kadar gula darah lebih tinggi yaitu gula darah puasa < 150 mg/dl dan 2 PP < 200 mg/dl. Hal ini adalah untuk menghindari timbulnya hipoglikemia.
• Gejala klasik : – Poliuria– Polidipsi– Polifagia– Penurunan BB tanpa diket sbbnya.
• Gejala lainnya:– Lemah badan – Kesemutan – Gatal – Mata kabur– Disfungsi ereksi pada pria– Pruritus vulvae pada wanita
GEJALA
PERJALANAN PENYAKIT• Fase inisial
– Dimulai saat timbulnya gejala sampai diagnosis ditegakkan– Sering didahului infeksi, goncangan emosi, atau trauma fisik
• Fase penyembuhan– Setelah beberapa hari mendapat pengobatan– Keadaan akut penyakit telah teratasi– Terdapat sensistivitas jaringan terhadap insulin
• Fase remisi (honeymoon period)– Khas pada penyandang DM tipe 1– Kebutuhan insulin menurun dapat terjadi hipoglikemia bila dosis
insulin tidak disesuaikan– Hentikan pemberian insulin bila dosis 0,1 IU/kgBB masih menyebabkan
hipoglikemia– Perlu observasi dan pemeriksaan urine secara teratur– Berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulan– Perlu diberikan penyuluhan bahwa fase ini bukan berarti sembuh
• Fase intensifikasi– Timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakkan– Terjadi kekurangan insulin endogen
PILAR PENGELOLAAN DM :1. Edukasi2. Terapi gizi medis3. Latihan jasmani4. Intervensi farmakologis5. SMBG
Self Monitoring BloodGlucose
PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi :– Perjalanan penyakit DM– Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM– Penyulit DM dan risikonya– Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan– Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik dan obat hipoglikemik oral
atau insulin serta obat-obatan lain– Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau
urin mandiri – Pentingnya latihan jasmani yang teratur– Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
2. Terapi Gizi Medis
Tujuan TGM mencapai & mempertahankan :
1. Kadar glukosa darah mendekati normal
• Glukosa puasa sekitar 90 – 130mg/dl• Glukosa darah 2 jam setelah makan < 180mg/dl• Kadar A1c < 7%
2. Tekanan darah < 130/80mmHg
3. Lipid
– Kolestrol LDL < 100mg/dl– Kolestrol HDL > 40mg/dl– Trigliserid < 150 mg/dl
4. Berat badan senormal mungkin
Komposisi makanan yang dianjurkan : Karbohidrat : 45–65% total asupan Lemak : 25–30% kebutuhan kalori. Kolestrol : kolesterol < 300mg/hari. Protein : 15–20% total asupan energi. Garam : Na < 3 g (6-7g/1sendok teh)/hr Serat : ± 25 g/hari, diutamakan serat larut. Pemanis aman digunakan sepanjang tidak
melebihi batas ADI (Acceptable Daily Intake)
Perencanaan Makan
• Makanan dengan komposisi seimbang– Karbohidrat : 45 – 60 %– Protein : 10 – 20 %– Lemak : 20 – 25 %
• Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, dan kegiatan jasmani
• Rumus Broca
– Berat badan kurang = < 90% BB idaman– Berat badan normal = 90 – 110% BB idaman– Berat badan berlebih = > 120% BB idaman
BB idaman = (TB – 100) – 10%
Prinsip latihan jasmani bagi diabetisi : – 3-4 x/minggu, 30 – 60 menit– Intensitas :Ringan sampai sedang– Dianjurkan : jalan kaki, bersepeda santai,
jogging, berenang. – Menentukan intensitas latihan, digunakan :
Maximum Heart Rate (MHR)= 220 – umur.Target Heart Rate (THR) = 75 – 80%MHR.
– Sifat olahraga : Continous, Rhytmic, Interval, Sifat olahraga : Continous, Rhytmic, Interval, Progressive, EnduranceProgressive, Endurance
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani
Kurangi AktifitasHindari aktifitas sedenter
Misalnya, menonton televisi, menggunakan internet, main game komputer
Persering AktifitasMengikuti olahraga rekreasi dan beraktifitas fisik tinggi pd waktu liburan
Misalnya, jalan cepat, golf, olah otot, bersepeda, sepak bola
Aktifitas HarianKebiasaan bergaya hidup sehat
Misalnya, berjalan kaki ke pasar (tdk menggunakan mobil), menggunakan tangga (tdk menggunakan lift), menemui rekan kerja (tdk hanya melalui telepon internal), berjalan-jalan
4. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran GD blm tercapai dgn TGM & latihan jasmaniIndikasi Obat Hipoglikemik Oral: - Diabetes setelah umur 40 tahun - Diabetes kurang dari 5 tahun - Memerlukan insulin kurang dari 40 unit perhari - DM tipe II
FARMAKO
Mekanisme kerja dan efek samping
Cara kerja utama Efek samping utama
Penurunan A1C
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi insulin
BB naik, hipoglikemia
1,5-2%
Glinid Meningkatkan sekresi insulin
BB naik, hipoglikemia
Metformin Menekan produksi glukosa hati & menambah sensitivitas terhadap insulin
Diare, dispepsia, asidosis laktat
1,5-2%
Penghambat gluoksidase alfa
Menghambat absorpsi glukosa
Flatulens, tinja lembek
0,3-1%
Tiazolidindion Menambah sensitivitas terhadap insulin
Edema 1,3%
Insulin Manakan produksi glukosa hati, stimulasi pemanfaatan glukosa
Hipoglikemia, BB naik
Potensial sampai normal
PENCEGAHAN
Primer Ditujukan kepada mereka yg memiliki faktor resiko, yakni mereka yg blm terkena, tp berpotensi utk mjd DM dan kelompok prediabetes.
Berupa penyuluhan:•Program penurunan BB•Latihan jasmani
Sekunder Bertujuan utk menghambat timbulnya penyulit pada DM yg tlh menderita DM.
Berupa:•Pemberian pengobatan yg ckp•Deteksi dini penyulit DM sejak dini
Tersier Ditujukan pd kelompok diabetesi yg telah mempunyai penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut
Berupa:•Upaya rehabilitasi DM sedini mungkin (sblm kecacatan menetap)
Pencegahan
KOMPLIKASI DM
• Komplikasi akut :– Ketoadosis Diabetik, ditandai dengan :– Symptom DM (poliuri,polifagi,polidipsi)– Hipotensi– Tachicardi– Bau nafas aseton– Respirasi Kussmaul– Penurunan kesadaran – Hiperosmolar Non ketotik.– Hipoglikemia.
KOMPLIKASI DMKomplikasi kronis :• Microangiopathy
– Retinopathy diabeticum yang disebabkan karena kerusakan pembuluh darah retina. Ada dua klasifikasi dari retinopathy yaitu non-proliferative dan proliferative.
– Nephropathy diabeticum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang tinggi dalam urine. Hal ini disebabkan adanya kerusakan pada glomerolus berupa penebalan glomerolus pada awalnya. Diabetic nephropathy merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.
– Neuropathy diabeticum biasanya ditandai dengan hilangnya rasa sensorik terutama bagian distal diikuti dengan hilangnya reflex. Selain itu bisa juga terjadi poliradiculopathy diabeticum yang merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan pada satu atau lebih akar saraf dan dapat disertai dengan kelemahan motorik. Biasanya self-limited dalam waktu 6-12 bulan.
KOMPLIKASI DM Macroangiopathy • Coronary heart disease, dimana berawal dari berbagai
bentuk dislipidemia, yaitu hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada DM sendiri tidak meningkatkan kadar LDL, namun sedikit partikel LDL pada DM tipe 2 sangat bersifat atherogenik karena mudah mengalami glikosilasi dan oksidasi.
• Cerebrovascular disease• Peripheral vascular disease dengan tanda klinis:
– Nyeri kaki bila berjalan dan hilang bila beristirahat.– Perubahan warna pada kaki– Nyeri otot pada kaki– Kaki terasa dingin– Kaki terlihat membiru (sianosis)– Pulsasi lemah atau hilang
Penyulit Kronik DM
• Mikrovaskular : ginjal (nefropati)
(mikroangiopati) retina (retinopati)
• Makrovaskular : jantung koroner (makroangiopati) pembuluh darah otak
pembuluh darah kaki
• Neuropati : mikro dan makrovaskuler
• Rentan infeksi
Diabetic Retinopathy
• merupakan salah satu komplikasi diabetes. Komplikasi ini bisa merusak pembuluh darah pada jaringan sensitif mata bagian belakang (retina), dan lama kelamaan dapat menyebabkan kebutaan.
• Ketika terkena diabetes, tubuh tidak memanfaatkan gula (glukosa) dengan tepat. Jika kadar gula darah terlalu tinggi, maka lensa alami mata akan membengkak sehingga pandangan menjadi kabur. Lama kelamaan jumlah gula yang terlalu banyak tersebut dapat merusak pembuluh darah kecil yang memberi nutrisi pada retina (capillary), maka munculah “diabetic retinopathy.”
• Pertanda dan Gejala Diabetic RetinopathyPada tahap awal, diabetic retinopathy tidak memiliki gejala atau hanya menyebabkan gangguan mata ringan.
• Namun lama-kelamaan, bisa berujung pada kebutaan.
• Diabetic retinopathy biasanya mempengaruhi kedua mata.
Gejala Diabetic Retinopathy meliputi:• Bintik-bintik mengambang pada penglihatan • Penglihatan kabur atau tidak fokus • Garis-garis gelap atau merah yang
menghalangi penglihatan • Sulit melihat pada malam hari,Penglihatan
hilang sama sekali / buta • Pemeriksaan / Screening untuk Diabetic
Retinopathy
Nefropati diabetik
• GDP tidak terkendali• Genetik• Kelainan hemodinamik (peningkatan aliran
darah ginjal, laju filtrasi glomelurus, peningkatan tekanan intraglomelurus)
• Hipertensi sitemik• Sindroma resistensi insulin• Radang• Perubahan permeabilitas pembuluh darah• Asupan protein berlebih
Nefropati diabetik
• Gangguan metabolik (poliol, pembentukan advanced glycation end products, meningkatkan produksi sitokin)
• Pelepasan GF• Gangguan met LH, prot, lemak• Hiperlipidemia• Kelainan struktural glomelurus, ekspansi
mesangium, penebalan membran basalis glomelurus
Nefropati diabetik
• Manifestasi klinis– peningkatan material matriks mesangium– Penebalam membran basalis glomelurus– Hialinosis arteriol aferen dan eferen– Penebalam membran basalis tubulus– Atrosi tubulus– Fibrosis intestinal
KOMA DIABETIKUM
• Adalah suatu keadaan penurunan kesadaran yang terjadi pada seseorang penderita yang tak menunjukkan reaksi atau hanya reaksi refleks terhadap rangsangan nyeri sebagai akibat komplikasi diabetes melitus