embriologi anak de

23
LAPORAN TUTORIAL BLOK XX HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITAOLEH Nama : Dewi Soraya Nim : J500080051 Kelompok : 7 Nama tutor : drg. Dendy FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011

Upload: aiyasoraya

Post on 29-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

asddd

TRANSCRIPT

Page 1: Embriologi ANAK de

LAPORAN TUTORIAL

BLOK XX

“HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG

KESEHATAN DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA”

OLEH

Nama : Dewi Soraya

Nim : J500080051

Kelompok : 7

Nama tutor : drg. Dendy

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011

Page 2: Embriologi ANAK de

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak masalah tumbuh kembang yang sering dihadapi dalam praktik sehari-hari,

seperti masalah Kekurangan Energi Protein (KEP), obesitas, kretin, retardasi mental,

palsi serebralis, gangguan bicara pada anak dan lain sebagainya. Dengan

memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak,

maka kualitas anak dapat ditingkatkan seoptimal mungkin, untuk mencapai sumber

daya manusia yang berkualitas di kemudian hari

(http://www.gramediaonline.com/product_detail.cfm?bid=448277).

Dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu genetik

dan lingkungan. Faktor genetik menentukan potensial anak, sedangkan faktor

lingkungan menentukan tercapai tidaknya potensial tersebut. Faktor lingkungan besar

sekali pengaruhnya pada fase-fase kehidupan anak yaitu pranatal, kelahiran, dan

pascanatal (Soetjiningsih, 1995). Salah satu faktor lingkungan pascanatal adalah gizi

yang sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak (Monks, 2002). Gizi berpengaruh

terhadap perkembangan otak dimana sangat erat hubungannya dengan perkembangan

mental dan kemampuan berfikir. Dengan demikian apabila terjadi gangguan kurang

gizi dapat menimbulkan kelainan fisik maupun mental dan menghambat

perkembangan (Suhardjo, 1992).

Masalah gizi kurang dan buruk hingga kini masih menjadi masalah yang serius di

Indonesia. Krisis ekonomi, merosotnya nilai rupiah dan bencana

alam yang beruntun, menjadi pemicu meningkatnya masalah ini

(http://www.pkpu.or.id/berita.php?id=19&no=131). Berdasarkan data

Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) jumlah penderita gizi buruk pada

anak balita sejak tahun 1989 sampai dengan tahun 2000 tidak terjadi

perubahan. Pada tahun 1989 dengan total penduduk 177.614.965 orang, kasus

gizi buruk pada balita adalah 1.342.796 anak. Sedangkan pada tahun 2000

dengan total penduduk 203.456.005 orang, kasus gizi buruk pada balita

Page 3: Embriologi ANAK de

adalah 1.348.181 anak (Sumber: News Letter, Depkes 9 November 2002

No.

05 ).

Prevalensi kurang gizi di Jawa Tengah dinilai masih tinggi. Pada tahun

2002, tercatat sebanyak 4.378 balita atau 1,51 persen balita di Jateng bergizi

buruk. Sebanyak 40.255 balita atau 13,88 persen balita di Jateng bergizi

kurang. Jumlah balita di Jateng pada tahun 2002 tercatat sebanyak 290.065

balita

(http://theindonesianinstitute.com/index.php/20080416163/Gizi-

Buruk-

Statistik-atau-Empirik.html).

Menurut Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2004, cakupan deteksi

dini perkembangan anak balita dan pra sekolah Provinsi Jawa Tengah sebesar

1.558.30 (56,31%) dari jumlah anak balita yang ada sebanyak 2.767.378

balita, sedangkan di Kota Semarang sebesar 53.178 (35,97%) dari 156.823

anak balita dan di Kabupaten Semarang sebesar 22.096 (33,91%) dari 65.162

anak balita (http://www.pkpu.or.id/berita.php?id=19&no=131).

3

Sedikitnya 147 (0,15%) dari 101.434 balita yang tersebar di 14

kecamatan di Kabupaten Demak juga bergizi buruk, sedangkan 4.572 (4,5%)

lainnya mengalami gizi kurang. Ada 1.212 posyandu di kabupaten Demak,

yang masih aktif ada 1.146 posyandu, dengan jumlah kader 6.114 orang.

Upaya penanggulangan sudah dilakukan diantaranya peningkatan survailens

gizi buruk melalui upaya pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu

atau Pos Kesehatan Desa (PKD), namun tidak juga terjadi perubahan

(http://www.depkes.go.id). Jumlah balita gizi buruk di kecamatan

Karangawen yang tersebar di 247 desa mencapai 9 (0,13%) dari 7246 jumlah

balita, sedangkan yang mengalami gizi kurang sebanyak 327 (4,51%) balita

(http://id.wikipedia.org/wiki/ kabupatendemak). Berdasarkan data

sekunder

dari BPS, di Desa Kuripan Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak dari

Page 4: Embriologi ANAK de

40 balita usia 1-3 tahun terdapat 13 (32,5%) anak balita yang mengalami

pertumbuhan dan perkembangan kurang. Hal ini disebabkan status ekonomi

yang kurang dan kurangnya pengetahuan ibu sehingga kebutuhan zat gizi

balita tidak tercukupi.

Di wilayah Desa Kuripan Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak

belum pernah dilakukan penelitian mengenai masalah tersebut. Oleh karena

itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dalam bentuk penelitian yang

berjudul ”Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Di Bawah 3 Tahun”.

4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut : ”Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Gizi dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia di Bawah 3 Tahun?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak usia di bawah 3 tahun di desa

Kuripan Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi.

b. Untuk mendeskripsikan pertumbuhan dan perkembangan anak usia

di bawah 3 tahun.

c. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak usia di bawah 3 tahun.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan :

1. Tenaga Kesehatan

Sebagai masukan untuk menyebarluaskan akan pentingnya pengetahuan

ibu tentang gizi balita kepada petugas pelayanan kesehatan dan masyarakat

di wilayah kerjanya.

Page 5: Embriologi ANAK de

2. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan

5

pengetahuan masyarakat terutama ibu mengenai gizi balita.

3. Peneliti

Sebagai informasi penting untuk mengetahui pertumbuhan dan

perkembangan anak termasuk deteksi dini terhadap adanya penyimpangan

tumbuh kembang.

4. Institusi Pendidikan

Dapat menambah bahan pustaka bagi lembaga pendidikan tentang

hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak usia di bawah 3 tahun.

Page 6: Embriologi ANAK de

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tumbuh kembang neonatus dan infant meliputi dua proses yaitu pertumbuhan

dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhada aspek fisik,

sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ. Faktor-

faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang antaralain faktor genetik, faktor

lingkungan ( prenatal dan postnatal ). Tapi tidak semua persalinan membuahkan

hasil sesuai dengan yang diinginkan, adakalanya bayi lahir dengan kelainan

bawaan, yaitu kelainan yang di peroleh sejak bayi di dalam kandungan. Kelainan

konginetal dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu malformasi dan deformasi.

Salah satu contoh malformasi adalah labioschisis ( bibir sumbing ).

Kelainan pada bayi lain yang sering terjadi adalah bayi lahir dengan berat

badan rendah (BBLR). BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari

2500 gram, yang disebut dengan bayi premature. BBLR dapat terjadi karena faktor

nutrisi pada ibu hamil. Pemberian ASI pada bayi dapat meningkatkan berat badan

bayi secara cepat, tapi ibu yang menyusui harus memperhatikan manajemen

Page 7: Embriologi ANAK de

laktasi yang baik untuk bayi dengan kelainan konginetal dan BBLR. Upaya yang

dapat dilakukan untuk bayi dengan kelainan konginetal dan BBLR antaralain,

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan neonatus dan infant dalam

kondisi normal?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?

3. Mengapa air ketuban sudah keluar dan apa akibatnya?

4. Bagaimana kriteria bayi dalam kondisi normal?

5. Mengapa pada bayi bisa terjadi kelainan kongenital labioschisis?

6. Bagaimana upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap

tumbuh kembang bayi dengan kelainan kongenital?

7. Bagaimana pemberian kebutuhan gizi dan menejemen laktasi pada bayi?

8. Apakah harus dilakukan aqiqoh pada bayi yang baru lahir?

9. Mengapa pada berat badan bayi dengan kelainan BBLR menurun setelah

minum ASI banyak?

B. Tujuan

1. Mampu menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan neonatus dan infant

2. Mampu menjelaskan kondisi normal pertumbuhan dan perkembangan

neonatus dan infant

3. Mampu menjelaskan kelainan kongenital labioschisis pada neonatus

4. Mampu menjelaskan pola pewarisan genetik dari kedua orangtua kepada

anaknya

5. Mampu menjelaskan kebutuhan nutrisi dan gizi bayi

6. Mampu menjelaskan menejemen laktasi

7. Mampu menjelaskan penatalaksanaan kelainan kongenital dan penyakit BBL

8. Mampu menjelaskan hubungan aqiqoh dengan kelahiran bayi

C. Manfaat

Page 8: Embriologi ANAK de

1. Mahasiswa mampu dan mengenal dasar – dasar

pertumbuhan dan perkembangan anak

2. Mahasiswa mampu menggali potensi dalam pemahaman pada perkembangan

neonatus dan infant

3. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip pertumbuhan dan perkembangan

neonatus

4. Mahasiswa mampu memahami proses laktasi

5. Menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca

6. Menunjang wawasan tentang tumbuh kembang neonatus dan infant

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan dan perkembangan neonatus dan infant

Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai

maturitas dewasa yang dipengaruhi faktor bawaan atau lingkungan. Tumbuh

kembang mencakup dua peristiwa yaitu, pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan

berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu.

1. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang neonatus

a. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses

tumbuh kembang anak. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan

pembelahan,derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan,umur

pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik

antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik,

jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu

Page 9: Embriologi ANAK de

hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga

diperoleh hasil akhir yang optimal.

b. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau

tidaknya potensi bawaan. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio-

fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari.

1) Faktor lingkungan prenatal

Faktor lingkungan prenatal yang berepngaruh terhadap tumbuh

kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir antara lain :

a) Gizi ibu pada waktu hamil apabila gizi ibu yang jelek sebelum

terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil,lebih

sering menghasilkan BBLR atau lahir mati dan jarang

menyebabkan cacat bawaan.

b) Mekanis, trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat

menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.

c) Toksin atau zat kimia, keracuanan logam berat pada ibu hamil

dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi cerebralis.

d) Endokrin, hormon-hormon yang berperan pada pertumbuhan

janin,adalah somatotropin,hormon plasenta,hormon tiroid, dan

insulin.

e) Radiasi, infeksi, stress, imunitas, anoksia embrio yang dapat

merusak janin.

2). Faktor lingkungan postnatal

Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang

anak secara umum dapat digolongkan menjadi lingkungan biologis,

faktor fisik, faktor psikososial, faktor keluarga, dan adat

istiadat.Lingkungan biologis antara lain rasa atau, suku bangsa, jenis

kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan,hormon, kepekaan terhadap

penyakit. faktor psikososial antara lain

stimulasi,motivasi,stress,kualitas interaksi anak dan orang tua,cinta

Page 10: Embriologi ANAK de

dan kasih sayang. Faktor fisik antara lain keadaan geografis suatu

daerah,sanitasi dan radiasi. Faktor keluarga dan adat istiadat antara

lain pekerjaan keluarga, pendidikan ayah ibu, jumlah saudara, jenis

kelamin dalam keluarga, adat istiadat, agama, dan stabilitas rumah

tangga. ( Soetjiningsih, 2000 )

2. Tahap proses pertumbuhan dan perkembangan neonatus dan infant

a. Masa neonatus 4 minggu pertama

Pada 4 minggu pertama ini pertumbuhan neonatus dapat melakukan tiarap

dalam sikap fleksi, memutar kepala dari sisi ke sisi, kepala melengkng pada

suspense ventral. Selain itu dapat memfiksasi muka atau cahaya pada garis

penglihatan, gerak refleks sudah tampak berupa respons moro aktif, refleks

melangkah dan refleks memegang aktif.

b. Pada minggu keempat

Pada 4 minggu ini pertumbuhan bayi ditandai dengan kaki lebih ekstensi,

postur tonus leher menonjol, gerakan tubuh seirama dengan suara orang lain

pada kontak sosial dan mulai tersenyum.

c. Pada minggu kedelapan

Pada minggu kedelapan, bayi sudah dapat mengangkat kepala sedikit lebih

jauh, postur tonus leher menonjol, penglihatan mata sudah dapat mengikuti

gerakan objek 1800, sudah bisa tersenyum pada kontak social dan dapat

mendengarkan suara.

d. Pada minggu ke-12

Pada minggu keduabelas, bayi sudah dapat mengangkat kepala dan dada dan

bisa menjulurkan tangan kearah dan melambaikan mainan. Respons moro

khas tidak menetap dapat membuat gerakan pertahanan dan sudah mulai

dapat mendengarkan music dan berkata “aah, ngah”.

e. Pada minggu ke-16

Pada minggu ke-16, sudah dapat mengangkat kepala dan dada, postur

simetri menonjol dan dapat memegang objek dan membawanya ke mulut.

Page 11: Embriologi ANAK de

Bisa mendorong dengan kaki dan sudah dapat tertawa keras serta dapat

menampakkan perasaan tidak senang dan gembira.

f. Pada minggu ke-28

Pada minggu ke-28, bayi sudah dapat berguling-guling, merayap dan

merangkak. Sudah dapat duduk namun hanya sebentar, dapat mencapai dan

memindahkan objek dari tangan ke tangan. Disamping itu bayi sudah

menyukai ibu, suka mengoceh, dan senang berkaca.

g. Pada minggu ke-40

Pada minggu ke-40, bayi bisa duduk bangun sendiri tanpa bantuan, bisa

merayap atau merangkak dan memegang objek dengan ibu jari dan jari

telunjuk. Sudah mulai berespons terhadap suara ibu dan bapak, dapat

memainkan permainan ciluk-ba dan melambaikan bye-bye.

h. Pada minggu ke-52 (1 tahun)

Pada minggu ke-52, bayi dapat berjalan dengan satu tangan dipegang dan

melangkah beberapa langkah (knobloch), mulai bisa mengmbil bola-bola

kecil tanpa dibantu gerakan tangan jari telunjuk dan jempol serta dapat

memainkan permainan bola sederhana dan mengucapkan kata selain ibu dan

bapak. (Wahab, 2000)

B. Kelainan pada neonatus dan infant

1. Kelainan kongenital

a. Faktor yang mempengaruhi kelainan kongenital

Kemungkinan penyebabnya meliputi ibu yang terpajan obat,

kompleks sindrom malformasi, murni tak diketahui atau genetik. Selain itu

adanya kelainan kromosom pada janin ataupun akibat faktor lingkungan

seperti terkena radiasi.( Kosim, 2008 )

b. Macam-macam kelainan kongenital

1) Malformasi, terjadi selama pembentukan struktur, yaitu pada saat

organogenesis. Malformasi disebabkan oleh faktor lingkungan atau

genetik yang bekerja sendiri-sendiri atau bersama-sama. Kebanyakan

Page 12: Embriologi ANAK de

malformasi berawal dari minggu ke-3 hingga ke-8 kehamilan.

Contohnya antara lain labioschisis, palatoskisis.

2) Disrupsi, menyebabkan perubahan morfologi struktur organ setelah

pembentukannya dan disebabkan oleh proses-proses yang merusak.

3) Deformasi, disebabkan oleh gaya-gaya mekanik yang mencetak

sebagian janin dalam jangka waktu yang lama. Talipes yang disebabkan

oleh kompresi di rongga amnion adalah salah satu contohnya.

Deformasi sering mengenai sistem kerangka otot dan bisa pulih

kembali setelah lahir.

4) Sindrom, merujuk pada sebuah kelompok cacat yang bersamaan,

mempunyai etiology yang spesifik dan sama. Contohnya antara lain

adalah charge (koloboma), hearts defects (cacat jantung), atresia chonae

(atresia koana) dan retarded growth (keterlambatan pertumbuhan).

( Sadler, 2000 )

c. Kelainan-kelainan pada bayi baru lahir

Pada bayi baru lahir (BB) dapat mengalami gangguan/kelainan

antralain, lahir premature (< 37 minggu ), lahir postmatur (> 42 minggu ),

asfiksia, gawat napas. Sedangkan kelainan bayi yang muncul akibat BBLR

antaralain, hipotermia, hipoglikemia, apneu, kejang, syok dan sianosis.

( Cunningham, 2006 )

2. Penatalaksanaan

a. Upaya promotif

Pemberian konseling atau nasihat genetik adalah suatu upaya

pemberian advis terhadap orangtua atau keluarga penderita kelainan

bawaan yang diduga mempunyai faktor penyebab herediter, tentang apa

dan bagaimana kelainan yang dihadapi ini, bagaimana pola penurunannya,

serta bagaimana penatalaksanannya. Tujuan dari konseling genetik adalah

untuk mengumpulkan data-data medis maupun genetik dari pasien ataupun

keluarga yang berpotensi, dan menjelaskan langkah-langkah yang dapat

Page 13: Embriologi ANAK de

dilakukan. Kegiatan konseling genetik harus di atur dengan baik dan

disiplin.

b. Upaya preventif

1) Pencegahan primer kelainan genetik

Kelainan kromosom disebabkan oleh non-disjunction atau kerusakan

kromosom. Pada pencegahan, diperlukan peningkatan pengetahuan

tentang kedua proses tersebut. Semua kelainan gen tunggal disebabkan

oleh mutasi. Kelainan yang disebabkan oleh multifaktor mempunyai

peranan penting dalam pencegahan primer. Tujuannya agar orang

orang yang mempunyai risiko untuk mempunyai kelainan genotip

dapat mencegah penyakit dengan menghindari faktor lingkungan.

2) Pencegahan sekunder kelainan genetik

Pada pencegahan sekunder termasuk didalamnya semua aspek uji tapis

prenatal dan terminasi selektif. Uji tapis prenatal bertujuan untuk

menentukan kehamilan resiko tinggi, dalam kombinasi dengan umur

ibu, sangat meningkatkan efektifitas program pencegahan prenatal.

c. Upaya kuratif

Beberapa terapi simtomatik tersedia untuk banyak kelainan

genetik baik dengan medikamentosa maupun dengan tindakan bedah,

sehingga penderita dapat hidup normal, meskipun secara genotip tetap

abnormal. Untuk beberapa kelainan kromosom seks, tetapi terapi sulih

hormon seks akan memberikan perkembangan seks sekunder yang normal,

tetapi tidak dapat mengembalikan fertilitas. Untuk kelainan autosom

biasanya hanya tersedia pengobatan simptomatik.Untuk kelainan

multifaktorial yang dapat diobati secara efektif misalnya terapi tindakan

bedah dan obat-obatan pada kelainan labioschisis, stenosis pylorus dan

lain-lain.

d. Upaya rehabilitative

Page 14: Embriologi ANAK de

Upaya rehabilitatif adalah upaya pemulihan pada keadaan

umum yang baik pada bayi bisa diberi nutrisi dan gizi yang baik misalnya

ASI. Sedangkan upaya pemulihan pada kelainan genetik labioschisis

dengan dilakukan penutupan bibir sumbing dilakukan setelah 2 bulan,

ketika anak itu telah menunjukkan kenaikan berat badan yang memuaskan

dan bebas dari infeksi oral, saluran nafas atu sistemik.(Kosim, M.Sholeh,

2008)

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Cunningham, F G. 2006. Obstereti Williams edisi 2. Jakarta : EGC

Elrod, Susan. 2007. Genetika edisi keempat. Jakarta: Erlangga

Guyton . 2007 . Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC

Kosim, M.Soleh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan

Dokter Anak Indonesia

Hacker, Neville F. 2001. Esensial Obstetric dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates

Mochtar, Rustam. 2001. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis

edisi 2. Jakarta :EGC

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit,

edisi 6. Jakarta : EGC

Rusepeno., Hassan. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Sadler, T.W. 2005. Embriologi Kedokteran Langman edisi ke-7. Jakarta. EGC

Schwartz, M.William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC

Sherwood, Lauratte. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Siswosudarmo, Risanto. 2008. Obstereti Fisiologi. Jakarta : Pustaka Cendikia

Soetjiningsih. 2000. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Page 15: Embriologi ANAK de

Wahab, A.Samik. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC

http://www.nejm.nih.gov/medlineplus/healthtopics/newbornneonatus.html

http://www.medscape.org/resources/jurnal/growth/neonatus.pdf

http://www.pubmed.com/2009/01/.childrenhealth.html

http://www.cochrane.org/breastfeeding/colostrum.html

http://www.emedicine.com/2009/03/gov/childrengrowth.html