elvipson tesis

73
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga angka kelahiran mencapai 4,5 juta per tahun dan pada tahun 2010 berdasarkan sensus penduduk mencapai 237 juta jiwa. Ledakan penduduk disadari akan berpengaruh pada ketersediaan pangan dan kualitas sumber daya manusia. Untuk menghindari dampak tersebut, pemerintah berusaha keras menekan angka kelahiran hingga di bawah 237 juta jiwa per tahun (BKKBN, 2011). Salah satu program untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yakni melalui program KB. Program KB memiliki peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah

Upload: elvipson-sinaga

Post on 30-Jun-2015

8.135 views

Category:

Health & Medicine


1 download

DESCRIPTION

Thx atas analisis faktor yang sudah dijelaskan dengan baik……artikel ini sangat membantu saya dalam menyelesaikan tesis…..

TRANSCRIPT

Page 1: Elvipson tesis

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam

kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

lamban, hingga angka kelahiran mencapai 4,5 juta per tahun dan pada tahun 2010

berdasarkan sensus penduduk mencapai 237 juta jiwa. Ledakan penduduk disadari

akan berpengaruh pada ketersediaan pangan dan kualitas sumber daya manusia.

Untuk menghindari dampak tersebut, pemerintah berusaha keras menekan angka

kelahiran hingga di bawah 237 juta jiwa per tahun (BKKBN, 2011).

Salah satu program untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yakni

melalui program KB. Program KB memiliki peranan dalam menurunkan resiko

kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta

menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah pasangan usia subur (PUS).

Program pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan

keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

kelahiran dengan program KB (Manuaba, 2010).

Program ini diharapkan bisa mengubah minat mayoritas pengguna alat

kontrasepsi jangka pendek menjadi kontrasepsi jangka panjang, dimana dinilai lebih

praktis karena bisa bertahan dalam hitungan tahun. Tingkat pencapaian pelayanan

keluarga berencana dapat digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan

1

Page 2: Elvipson tesis

2

melalui kelompok sasaran program yang sedang/pernah menggunakan alat

kontrasepsi yang digunakan akseptor.

Sesuai dengan tuntutan perkembangan program, maka program KB telah

berkembang menjadi gerakan keluarga berencana nasional yang mencakup gerakan

masyarakat. Gerakan keluarga berencana nasional disiapkan untuk membangun

keluarga sejahtera dalam rangka membangun sumber daya manusia yang optimal,

dengan ciri semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan KB (Meilani, dkk, 2010).

Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum

dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) tahun 2004-2009 adalah

meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/intra uterine device (IUD), implant (susuk) dan

sterilisasi. AKDR/IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan

termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan

kehamilan. Keuntungan pemakaian AKDR/IUD yakni hanya memerlukan satu kali

pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman

karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak

mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas

(BKKBN, 2009).

AKDR/IUD adalah satu alat kontrasepsi modern  yang telah dirancang

sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya),

Page 3: Elvipson tesis

3

bentuknya bermacam-macam. AKDR/IUD  adalah alat kontrasepsi yang

efektifitasnya sangat tinggi, yaitu 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun

pertama pemakaian, 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan (Hidayati, 2009).

Paradigma baru program keluarga berencana (KB) nasional telah berubah

visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi

visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. Keluarga berkualitas adalah

keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, mewakili jumlah anak yang ideal,

berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan taqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Dalam paradigma baru KB ini sangat menekankan pentingnya upaya

menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan

kualitas keluarga (Saifuddin, 2006).

Gerakan KB nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran

serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang mandiri. Keberhasilan ini

harus diperhatikan dan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata.

Pada saat ini AKDR/IUD merupakan salah satu cara kontrasepsi yang paling

populer dan diterima oleh program keluarga berencana di setiap negara. Diperkirakan

sekitar 60-65 juta wanita di seluruh dunia memakainya, dengan pemakai terbanyak di

Cina (Siswosudarmo, 2007). Pada saat ini diperkirakan memakai AKDR/IUD, 30%

terdapat di Cina, 13% di Eropa, 5% di Amerika dan sekitar 6,7% di negara-negara

berkembang (Augustin, 2000).

Page 4: Elvipson tesis

4

Survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 memperlihatkan

proporsi peserta KB untuk semua tercatat sebesar 60,3%. Bila dirinci lebih lanjut

proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntik (27,8%), diikuti oleh pil (13,2%),

IUD (6,2%), implant atau susuk KB (4,3%) sterilisasi wanita (3,7%), kondom (0,9%),

sterilisasi pria (0,4%), MAL (metode amenore laktasi) (0,1%), dan sisanya

merupakan peserta KB tradisional masing-masing menggunakan cara tradisional,

pantang berkala (1,6%) maupun senggama terputus (1,5%) dan 0,5% cara lain

(BKKBN, 2006). Pada tahun 2007 yang menggunakan alat kontrasepsi 61,4% yaitu

sebanyak 31,6% menggunakan suntik, pil 13,2 %, AKDR/IUD 4,8%, implant 2,8%,

kondom 1,3%, vasektomi dan tubektomi 7,7 %.12. Pada tahun 2009 peserta KB yang

tercatat 51,21% akseptor KB memilih suntikan sebagai alat kontrasepsi, 40,02%

memilih Pil, 4,93% memilih Implant, 2,72% memilih AKDR/IUD dan lainnya

1,11%. Pada umumnya masyarakat memilih non metode kontrasepsi jangka panjang

(MKJP). Sehingga metode KB MKJP seperti AKDR/IUD, implant, kontap pria

(MOP) dan kontap wanita (MOW) kurang diminati (Arum, 2009).

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, penduduk Sumatera Utara

berjumlah 12,98 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk rata rata 1,1% setiap

tahunnya. Persoalan kependudukan yang dihadapi Sumut dalam satu dekade terakhir

adalah masih tingginya angka kelahiran total yakni sebesar 3,8 per wanita usia subur,

penduduk miskin sebesar 11,31% atau 1,41 juta jiwa, angka pengangguran terbuka

sebesar 7,43%. Sementara angka kematian bayi, berdasarkan riset, kesehatan dasar

Page 5: Elvipson tesis

5

2010 adalah sebesar 22 per 1000 kelahiran, sementara kematian ibu hamil dan

bersalin sebesar 249 per 100.000 kelahiran. Ini adalah tantangan program keluarga

berencana untuk segera dipercepat disemua wilayah dan lini lapangan (BKKBN

Sumut, 2011).

Peserta KB aktif di Sumatera Utara yang berhasil dibina sebanyak 2.326.172

pasangan (64,64%) dari seluruh pasangan usia subur (PUS). Realisasi peserta KB

aktif yang menggunakan kontrasepsi AKDR/IUD 153.627 peserta (10,22%), MOW

114.944 peserta (7,64%), MOP 5.029 peserta (0.33%), kondom 91.691 peserta

(6,10%), implant 133.741 peserta (8,89%), suntik 503.370 peserta (3,48%) dan pil

501.262 peserta (33,34%) (BKKBN Sumut, 2011).

Di Kabupaten Deli Serdang, berdasarkan hasil laporan rapat kerja

pembangunan dan keluarga berencana provinsi Sumatera Utara Tahun 2010,

menunjukkan bahwa jumlah PUS pada tahun 2009 sebanyak 293.472 pasang, dengan

peserta akseptor KB aktif sebanyak 213.844 orang. Berdasarkan jenis kontrasepsi

yang digunakan, maka dapat dilihat bahwa peserta kontrasepsi AKDR/IUD 22.147

peserta (10,36%), kondom 15.408 peserta (7,21%), suntik 68.357 peserta (31,97%)

pil 80.761 peserta (37,77%), MOW 11.647 peserta (5,45%) dan MOP 282 peserta

(0,13%) (BKKBN Sumut, 2011).

Pada tahun 2011, menunjukkan bahwa peserta KB baru berdasarkan jenis

kontrasepsi adalah kontrasepsi AKDR/IUD 3.666 peserta (6,65%), MOW 607 peserta

(1,10%), MOP 444 peserta (0,81), kondom 15.398 peserta (27,95%), implant 4.589

Page 6: Elvipson tesis

6

peserta (8,33%), suntik 13.593 peserta (24,67%) dan pil 16.796 (30,49%) dan

berdasarkan data Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan Deli Serdang (2011), di

kecamatan Sibolangit merupakan yang ketiga terendah (16,67%) peserta KB baru

AKDR/IUD dari seluruh 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang.

Rendahnya jumlah peserta KB AKDR/IUD disebabkan karena beberapa

faktor seperti : 1) Ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB AKDR/IUD. Dimana

pengetahuan terhadap alat kontrasepsi merupakan pertimbangan dalam menentukan

metode kontrasepsi yang digunakan. 2) Kualitas pelayanan KB, dilihat dari segi

ketersediaan alat kontrasepsi, ketersediaan tenaga yang terlatih dan kemampuan

medis teknis petugas pelayanan kesehatan (BKKBN, 2003). 3) Biaya pelayanan

AKDR/IUD yang mahal. 4) Adanya hambatan dukungan dari suami dalam

pemakaian alat kontrasepsi AKDR/IUD. 5) Adanya niat yang timbul dari adanya

sikap yang didasarkan pada kepercayaan (budaya), norma-norma di masyarakat dan

norma pokok yang ada dalam lingkungan. Salah satu norma yang dianut masyarakat

adalah pemasangan AKDR/IUD yang dilakukan di aurat (vagina) sehingga

menimbulkan perasaan malu/enggan untuk menggunakan AKDR/IUD.

Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD adalah pemberi pelayanan kesehatan, fasilitas

pelayanan kesehatan yaitu ketersediaan pelayanan kesehatan, keterjangkauan dan

kualitas, faktor budaya yaitu keyakinan, tradisi, nilai dan agama, faktor informasi

yaitu tenaga kesehatan, media massa/televisi, kelompok masyarakat, keluarga dan

Page 7: Elvipson tesis

7

pengalaman orang lain, karakteristik individu yaitu umur, pendidikan, pekerjaan,

sosial ekonomi, faktor pengetahuan, pengalaman dan persepsi. Berdasarkan faktor-

faktor yang mempengaruhinya, konsumen akan memutuskan menggunakan alat

kontrasepsi AKDR/IUD.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja

Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang diperoleh bahwa pada tahun 2009

dilaporkan KB baru terdapat 18,25% peserta yang menggunakan metode kontrasepsi

MKJP dan 81,75% mengunakan non MKJP dengan kontrasepsi pil (43,35%), suntik

(32,98%) dan paling sedikit MOP/MOW (0,89%). Pada tahun 2010 dilaporkan dari

761 peserta KB aktif yang ada di kecamatan Sibolangit terdapat 410 peserta yang

menggunakan metode kontrasepsi non MKJP dan 351 menggunakan MKJP. Jenis

kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif ini adalah pil

(47,84%), suntik (42,18%), penggunaaan kondom (6,44%) dan paling sedikit IUD

(3,54%). Pada tahun 2011 dari 1009 peserta KB aktif, jenis kontrasepsi paling

banyak adalah suntik sebanyak 325 akseptor (32.21%), pil sebanyak 242 akseptor

(23.98%), implant sebanyak 228 akseptor (22,59%), penggunaaan kondom sebanyak

67 akseptor (6.64%), MOW sebanyak 88 akseptor (8,73%) dan paling sedikit IUD

sebanyak 59 akseptor (5,85%) (Profil Puskesmas Sibolangit, 2011).

Melihat data tersebut bahwa metode non MKJP merupakan metode yang lebih

disukai oleh peserta KB aktif di kecamatan Sibolangit. Sama halnya dengan alasan

peserta KB baru selain harganya relatif lebih murah, metode non MKJP juga

Page 8: Elvipson tesis

8

dipandang masyarakat lebih aman dan lebih mudah untuk menggunakan atau tidak

menggunakannya lagi sesuai dengan keinginan peserta KB untuk kembali memiliki

anak. Akseptor KB di Wilayah Puskesmas Sibolangit memakai kontrasepsi yang

bertujuan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan mengakhiri

kehamilan atau kesuburan.

Petugas tenaga kesehatan yang melayani akseptor KB di lapangan adalah

dokter sebanyak 4 orang, bidan sebanyak 25 orang dan BKB & PP UPT Deli

Serdang yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit sebanyak 10 orang.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sibolangit tersebut,

menunjukkan faktor yang menyebabkan akseptor KB tidak memakai kontrasepsi

AKDR/IUD antara lain adalah umur, pendidikan, pengetahuan dan paritas, dukungan

suami, budaya, ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga yang terlatih.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti analisis faktor yang

berhubungan dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD di wilayah kerja Puskesmas

Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah

apakah ada hubungan umur, pendidikan, pengetahuan dan paritas, dukungan suami,

budaya, ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga yang terlatih dalam

pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang.

Page 9: Elvipson tesis

9

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis faktor (umur, pendidikan, pengetahuan dan paritas,

dukungan suami, budaya, ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga

terlatih) yang berhubungan dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD di wilayah

kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang dengan cara mengelompokkan

variabel yang diteliti menjadi faktor 1, faktor 2 dan seterusnya.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang analisis

faktor yang berhubungan dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD

1.4.2. Manfaat Aplikatif

Dengan diperolehnya faktor 1, 2, 3 dan seterusnya yang berhubungan dalam

pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD sehingga dapat sebagai dasar untuk

membuat suatu kebijakan.

Page 10: Elvipson tesis

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau

melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang

matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi

adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan

sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Dalam menggunakan kontrasepsi,

keluarga pada umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda

kesuburan/kehamilan, mengatur menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kehamilan

atau kesuburan (Suratun, dkk, 2008).

Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu :

a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.

b. Melumpuhkan sperma.

c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

2.2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/Intra Uterine Devices (IUD)

2.2.1. Pengertian

AKDR/IUD adalah suatu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan ke

uterus melalui kanalis servikalis dengan cara kerja utamanya adalah mencegah

10

Page 11: Elvipson tesis

11

pembuahan dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/paramedik lain yang

sudah dilatih (Pendit, dkk, 2006).

2.2.2. Jenis AKDR/IUD

Jenis AKDR/IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :

a. Copper-T

AKDR/IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian

vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini

mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. AKDR/IUD

berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya

diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti

fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.

b. Copper-7

AKDR/IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan

ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm², fungsinya sama

dengan lilitan tembaga halus pada AKDR/IUD Copper-T.

c. Multi load

AKDR/IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan

kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah

3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm²

Page 12: Elvipson tesis

12

atau 375 mm² untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu

standar, small dan mini.

d. Lippes loop

AKDR/IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S

bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes

loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya.

Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C

berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal

(benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.

Keuntungan dari pemakaian AKDR/IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi,

jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan

plastik (Proverawati, dkk, 2010).

2.2.3. Efektifitas

Sebagai kontrasepsi, AKDR/IUD dalam mencegah kehamilan mencapai 98%

hingga 100% bergantung pada jenis AKDR/IUD. Yang terbaru tipe Copper T

efektifitasnya sangat tinggi, bahkan selama 8 tahun penggunaan tidak ditemukan

adanya kehamilan. Pada penelitian yang lain ditemukan setelah penggunaan 12 tahun

ditemukan 2,2 kehamilan per 100 pengguna dan 0,4 diantaranya terjadi kehamilan

ektopik (Meilani, 2010).

Page 13: Elvipson tesis

13

2.2.4. Mekanisme Kerja AKDR/IUD

Mekanisme kerja AKDR/IUD adalah sebagai berikut :

a. Menghambat kemampuan sperma masuk ke dalam tuba falopii

b. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

c. AKDR/IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun

AKDR/IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan

dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Proverawati, dkk,

2010).

2.2.5. Keuntungan AKDR/IUD

Keuntungan dari AKDR/IUD ini adalah sebagai berikut :

a. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.

b. AKDR/IUD dapat efektif segera setelah pemasangan

c. Metode jangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu diganti)

d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, seperti pil atau suntik

e. Tidak memengaruhi hubungan seksual

f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil

g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)

h. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI seperti metode kontrasepsi

hormonal

Page 14: Elvipson tesis

14

i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak

terjadi infeksi)

j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)

k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat

l. Dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat permanen

m. Tidak bersifat karsinogen, yaitu dapat menyebabkan kanker karena hormon yang

terkandung didalamnya (Pinem, dkk, 2009).

n. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu

kali motivasi

o. Tidak menimbukan efek sistematik

p. Efektivitas cukup tinggi

q. Reversible (Sarwono, 2009).

2.2.6. Kerugian

Efek samping yang umum terjadi pada penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD

adalah :

a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang

setelah 3 bulan) yaitu :

1. Haid lebih lama dan banyak.

2. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

3. Saat haid lebih sakit.

Page 15: Elvipson tesis

15

b. Komplikasi lain :

1. Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan.

2. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan

penyebab anemia.

3. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).

c. Tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS.

1. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang

sering berganti pasangan

2. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai

AKDR/IUD, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas

3. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan

AKDR/IUD. Sering kali perempuan takut selama pemasangan

4. Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan AKDR/IUD.

Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

5. Klien tidak dapat melepaskan AKDR/IUD sendiri

6. Mungkin AKDR/IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila

AKDR/IUD dipasang segera setelah melahirkan).

7. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR/IUD

untuk mencegah kehamilan normal (Proverawati, dkk, 2010).

Page 16: Elvipson tesis

16

2.2.7. Indikasi

a. Usia reproduktif

b. Telah mendapat persetujuan dari suami

c. Pernah melahirkan dan mempunyai anak, serta ukuran rahim tidak kurang 5 cm.

d. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk sterilisasi.

e. Tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun.

f. Dianjurkan sebagai pengganti pil KB bagi akseptor KB yang berumur diatas 30

tahun.

g. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

h. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

i. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

j. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

k. Resiko rendah dari IMS

l. Tidak menghendaki metode hormonal (Saifuddin, 2003).

2.2.8. Kontraindikasi Pemakaian AKDR/IUD

Menurut Meilani (2010), kontraindikasi pemakaian AKDR/IUD adalah :

a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)

c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita abortus septic

Page 17: Elvipson tesis

17

e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat

mempengaruhi kavum uteri

f. Kanker alat genital

g. Ukuran rongga panggul kurang dari 5 cm

2.2.9. Cara Pemasangan AKDR/IUD

Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR/IUD setinggi mungkin dalam

rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu

serviks masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah

bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan AKDR/IUD dapat dilakukan oleh dokter

atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus

dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan

berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali (Hartanto,

2004).

2.3. Faktor-faktor dalam Memilih dan Menggunakan Alat Kontrasepsi

Seperti kita ketahui sampai saat ini belum tersedia satu metode kontrasepsi

yang benar-benar 100% ideal atau sempurna. Pengalaman menunjukkan bahwa saat

ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafeteria atau

supermarket, yang artinya calon klien memilih sendiri metode kontrasepsi yang

diinginkannya. Menurut Hartanto (2004), faktor-faktor yang memengaruhi dalam

memilih metode kontrasepsi adalah :

Page 18: Elvipson tesis

18

a. Faktor pasangan, yang dapat memengaruhi motivasi dalam memilih metode

kontrasepsi, yaitu meliputi : umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah anak

yang diinginkan, pengalaman dengan alat kontrasepsi yang lalu, sikap dari

individu sendiri dan sikap dari pasangan (suami).

b. Faktor kesehatan, yang dapat memengaruhi keadaan kontraindikasi absolute atau

relative, yaitu meliputi : status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul.

c. Faktor metode kontrasepsi, yang berhubungan dengan tingkat penerimaan dan

pemakaian yang berkesinambungan, yaitu meliputi: efektifitas, efek samping,

kerugian, komplikasi-komplikasi yang potensial dan besarnya biaya.

Menurut Proverawati, dkk (2010), beberapa kendala yang sering dijumpai

dilapangan sehingga masyarakat masih enggan menggunakan kontrasepsi

AKDR/IUD ini antara lain :

a. Pengetahuan/pemahaman yang salah tentang AKDR/IUD

Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap

pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD. Beberapa temuan fakta memberikan

implikasi program, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka

penggunaan kontrasepsi terutama AKDR/IUD juga menurun. Jika hanya sasaran

para wanita saja yang selalu diberi informasi, sementara para suami kurang

pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor

ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan.

Page 19: Elvipson tesis

19

b. Pendidikan pasangan usia subur (PUS) yang rendah

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan pelatihan. Pendidikan pasangan suami/istri yang rendah akan menyulitkan

proses pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang

AKDR/IUD juga terbatas.

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil pengindraan manusia atau

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba (Notoadmojo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Suatu perbuatan yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari

oleh pengetahuan, dan orang yang mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang

tersebut akan terjadi proses sebagai berikut :

a. Kesadaran (awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek (stimulus).

b. Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Disini sikap

subyek sudah mulai timbul.

c. Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak

Page 20: Elvipson tesis

20

baik lagi.

d. Trial, dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

e. Adopsi (adoption), dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup di dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini

adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemapuan menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut

secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

Page 21: Elvipson tesis

21

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, adanya

prinsip terhadap obyek yang dipelajari.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Sikap dan pandangan negatif masyarakat

Sikap ini juga berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang. Banyak

mitos tentang AKDR/IUD seperti dapat mengganggu kenyamanan hubungan

suami/istri, mudah terlepas jika bekerja terlalu keras, menimbulkan kemandulan

dan lain sebagainya.

Page 22: Elvipson tesis

22

d. Sosial budaya dan ekonomi

Tingkat ekonomi memengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan

karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus

menyediakan dana yang diperlukan. Walaupun jika dihitung dari segi

keekonomisannya, kontrasepsi AKDR/IUD lebih murah dari KB suntik atau pil,

tetapi terkadang orang melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk

sekali pasang. Kalau patokannya adalah biaya setiap kali pasang, mungkin

AKDR/IUD tampak jauh lebih mahal. Tetapi kalau dilihat jangka waktu

penggunaannya tentu biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan

AKDR/IUD akan lebih murah dibandingkan KB suntik ataupun pil. AKDR/IUD

bisa aktif selama 3-5 tahun tahun, bahkan seumur hidup atau sampai dengan

menopause. Sedangkan KB suntik atau pil hanya mempunyai masa aktif 1-3

bulan saja, yang artinya untuk mendapatkan efek yang sama dengan AKDR/IUD

seseorang harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan berpuluh-puluh kali lipat

2.4. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Perilaku Penggunaan AKDR/IUD

Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi AKDR/IUD

tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu.

Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan

Menurut Notoatmodjo (2010) yang dibedakan dalam tiga jenis yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Page 23: Elvipson tesis

23

Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau

motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah jenis kelamin, umur,

pendidikan, pengetahuan, keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan

motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak.

b. Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan

suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor pemungkin adalah

lingkungan fisik, keterampilan petugas, sumber daya pribadi dan komunitas.

Seperti tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat-alat kontrasepsi,

keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan.

c. Faktor pendorong (reinforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada

tujuan dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat. Berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang memengaruhinya,

konsumen akan memutuskan menggunakan alat kontrasepsi AKDR/IUD.

Selanjutnya proses penggunaan alat kontrasepsi AKDR/IUD oleh masyarakat

atau konsumen dapat dijelaskan oleh Notoadmodjo (2010) yang mengutip pendapat

Anderson (1974) bahwa keputusan seseorang dalam menggunakan alat kontrasepsi

tertentu tergantung pada :

Page 24: Elvipson tesis

24

a. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristic)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu

mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan maupun

memakai alat kontrasepsi yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat

dibagi ke dalam 3 kelompok yakni :

1. Ciri-ciri demografi : umur, jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah

anggota keluarga.

2. Struktur sosial : jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, agama dan

kesukuan.

3. Kepercayaan kesehatan : keyakinan, sikap, pengetahuan terhadap pelayanan

kesehatan, dokter dan penyakitnya.

b. Karakteristik pendukung (enabling characteristic)

1. Sumber daya keluarga : penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa

pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan.

2. Sumber daya masyarakat : jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga

kesehatan, rasio penduduk dengan tenaga kesehatan dan lokasi sarana.

c. Karakteristik kebutuhan (need characteristik)

Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu ada.

Karakteristik kebutuhan itu sendiri dapat dibagi menjadi 2 kategori yakni :

Page 25: Elvipson tesis

25

1. Perceived (subject assessment) : simptom, fungsi-fungsi yang terganggu,

persepsi terhadap status kesehatannya.

2. Evaluated (clinical diagnosis) : simptom dan diagnosis

2.5. Beberapa Hasil Penelitian yang Berkaitan dengan Perilaku Penggunaan

AKDR/IUD

Berdasarkan penelitian Imbarwati (2009), beberapa faktor yang berkaitan

dengan penggunaan KB AKDR/IUD pada peserta KB di Kecamatan Pedurangan

Kota Semarang adalah pengetahuan yang kurang baik tentang KB AKDR/IUD

semakin menjauhkan AKDR/IUD sebagai salah satu pilihan bagi akseptor KB,

Alasan yang mayoritas klien yang lebih memilih menggunakan KB non AKDR/IUD

salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan yang kurang akan informasi yang benar

tentang AKDR/IUD sehingga menyebabkan mereka memiliki perasaan takut untuk

memilih alat kontrasepsi tersebut.

Faktor pengetahuan suami sebagai pasangan dari peserta KB juga

berkontribusi cukup besar sebagai pendukung sekaligus penganjur istri dalam

menjatuhkan pilihan kontrasepsi. Suami yang memiliki pengetahuan cukup tentang

AKDR/IUD akan cenderung menganjurkan dan mengijinkan istrinya menggunakan

alat kontrasepsi jangka panjang tersebut. Perpaduan antara pengetahuan dan

dukungan suami dengan kemauan yang kuat dari istri dalam menetapkan pilihan pada

alat kontrasepsi non hormonal yang terbukti efektif tersebut membuahkan keputusan

yang bulat bagi kedua pasangan dalam memilih menggunakan kontrasepsi tersebut.

Page 26: Elvipson tesis

26

Selain itu kualitas pelayanan KB yang tergambar dalam dua dimensi kualitas.

Dimensi pertama adalah gambaran ketersediaan berbagai pilihan metode kontrasepsi,

Dimensi mutu kedua dari kualitas pelayanan KB ternyata masih ada yang

dipersepsikan kurang baik oleh responden, Dimensi mutu yang ketiga

menggambarkan kemauan petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan dengan

cepat dan tepat, serta memberikan pelayanan dengan trampil. Dimensi yang keempat

menggambarkan pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan untuk

menimbulkan pemahaman dan kemantapan bagi klien dalam memilih salah satu

metode kontrasepsi serta keramahan dan kesopanan petugas. Dimensi kelima

tergambar dari interaksi antara klien dan petugas kesehatan yang dinilai dari

kecakapan petugas untuk menciptakan suasana serta komunikasi dua arah untuk

membantu memahami kebutuhan dan memberi perhatian pada klien.

Menurut penelitian Ekarini (2008), bahwa analisis faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap pemilihan KB di Kecamatan Selo Kabupaten Bayolali adalah

pengetahuan berpengaruh terhadap pemilihan KB (OR = 18.712) artinya jika

pengetahuan ibu semakin baik maka peluang responden 18,712 kali untuk memilih

kontrasepsi jika dibandingkan dengan ibu dengan pengetahuan buruk, kualitas

pelayanan berpengaruh dengan pemilihan KB (OR = 17.152) artinya jika kualitas

pelayanan semakin baik maka peluang responden 17,152 kali untuk memilih

kontrasepsi jika dibandingkan dengan ibu dengan pelayanan yang tidak baik, sikap

ibu berpengaruh terhadap pemilihan KB (OR = 5.663) jika sikap ibu semakin baik

Page 27: Elvipson tesis

27

maka peluang responden 5,663 kali untuk memilih kontrasepsi jika dibandingkan

dengan ibu dengan sikap buruk, akses pelayanan berpengaruh terhadap pemilihan KB

(OR = 5.228) jika akses pelayanan semakin baik maka peluang responden 5,228 kali

untuk memilih kontrasepsi jika dibandingkan dengan akses pelayanan yang tidak

baik.

2.6. Landasan Teori

Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD adalah pemberi pelayanan kesehatan, fasilitas

pelayanan kesehatan yaitu ketersediaan pelayanan kesehatan, keterjangkauan dan

kualitas, faktor budaya yaitu keyakinan, tradisi, nilai dan agama, faktor informasi

yaitu tenaga kesehatan, media massa/televisi, kelompok masyarakat, keluarga dan

pengalaman orang lain, karakteristik individu yaitu umur, pendidikan, pekerjaan,

sosial ekonomi, faktor pengetahuan, pengalaman dan persepsi. Berdasarkan faktor-

faktor yang mempengaruhinya, konsumen akan memutuskan menggunakan alat

kontrasepsi AKDR/IUD.

Page 28: Elvipson tesis

28

Gambar 2.1 : Kerangka Teori Menurut Notoatmodjo (2010).

Landasan teori menurut Notoatmodjo (2010) tidak semuanya akan diteliti

pada penelitian ini, dengan berbagai pertimbangan dan melihat situasi dilapangan

bahwa variabel yang diambil harus dapat diukur dan sesuai dengan kepustakaan yang

ada menurut peneliti. Variabel yang diambil adalah variabel umur, pendidikan,

pengetahuan, jumlah anak, dukungan suami, budaya, ketersediaan alat kontrasepsi

dan ketersediaan tenaga terlatih.

Pemberi PelayananKesehatan :- Bidan- Dokter

Fasilitas pelayanankesehatan :- Ketersediaan- Keterjangkauan- Kualitas

Budaya- Keyakinan- Tradisi- Agama- Nilai

Informasi :- Tenaga kesehatan- Komunikasi- Kelompok masyarakat- Keluarga/suami- Pengalaman orang lain

Karakter individu/ WUS :- Umur- Pendidikan- Pekerjaan- Sosial ekonomi

- Pengetahuan- Pengalaman

Persepsi

Penggunaan KB AKDR/IUD

Page 29: Elvipson tesis

29

2.7. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik ibu :

- Umur

- Pendidikan

- Pengetahuan

- Paritas

- Dukungan suami

- Budaya

- Ketersediaan alat kontrasepsi

- Ketersediaan tenaga terlatih

Pemakaian AKDR/IUD

Page 30: Elvipson tesis

30

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

survey analitik melalui explanatory research yaitu penelitian yang mencoba untuk

menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dalam pemakaian kontrasepsi

AKDR/IUD di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang tahun

2012. Survey explanatory research adalah menjelaskan hubungan kausal antara

variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan

pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara variabel bebas dan terikat dengan model pendekatan point time atau

satu kali pengumpulan data secara observasi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten

Deli Serdang. Alasan memilih lokasi ini karena pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD

di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang lebih rendah jika

dibandingkan dengan kontrasepsi jenis lain yaitu suntik (32.20%), pil (23.98%),

implant (22,59%), penggunaaan kondom (6.64%) dan paling sedikit IUD (5,84%).

30

Page 31: Elvipson tesis

31

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai Juni 2012 yaitu mulai

melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal,

penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang menggunakan

kontrasepsi AKDR/IUD di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli

Serdang tahun 2012.

3.3.2. Sampel

Penentuan sampel pada penelitian ini adalah dengan seluruh anggota populasi

diangkat menjadi sampel berjumlah 59 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

a. Data Primer

Pengumpulan data diperoleh secara langsung dari responden melalui kuesioner

yang akan dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari

dokumen atau catatan yang diperoleh dari Puskesmas Sibolangit, data demografi

Page 32: Elvipson tesis

32

Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang dan Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang.

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment dan dilihat

penafsiran dan indeks korelasinya. Uji validitas dalam penelitian ini berhubungan

dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner mengenai pengetahuan

ibu tentang kontrasepsi AKDR.

Uji validitas bertujuan mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang

menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur

kolerasi antara variabel pada analisis reliabilitas dengan melihat nilai correlation

corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid

dan sebaliknya (Hidayat, 2010).

b. Reliabilitas

Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat

ukur dapat dipergunakan atau tidak.

Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap pertanyaan

(kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas

menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya,

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang

Page 33: Elvipson tesis

33

dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan,

maka berapa kali diambil tetap akan sama (Riwidikdo, 2009).

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercayai dengan menggunakan

metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali

pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel

(Riyanto 2009).

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada akseptor KB di wilayah kerja

Puskesmas Bandar Baru Kabupaten Deli Serdang sebanyak 30 orang dengan asumsi

karakteristik akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit dan Puskesmas

Bandar Baru relatif sama.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari variabel yang diteliti adalah :

a. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung

dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati).

b. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan

diselesaikan oleh responden dengan memperoleh ijazah.

c. Pengetahuan akseptor KB adalah segala sesuatu yang diketahui akseptor KB

tentang kontrasepsi AKDR/IUD yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap

responden.

Page 34: Elvipson tesis

34

d. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan si ibu baik lahir hidup dan

mati.

e. Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan suami untuk istri untuk

mempergunakan kontrasepsi AKDR/IUD.

f. Budaya adalah kondisi dimasyarakat yang berpengaruh terhadap penggunaan

kontrasepsi AKDR/IUD.

g. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah alat kontrasepsi AKDR/IUD yang tersedia

apabila akseptor KB ingin mempergunakan AKDR/IUD di wilayah kerja

Puskesmas Sibolangit.

h. Ketersediaan tenaga terlatih adalah tenaga terlatih yang tersedia apabila akseptor

KB ingin mempergunakan AKDR/IUD di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel independen yaitu pemakaian kontrasepsi

AKDR/IUD.

3.6.2. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel

independen dari penelitian ini adalah umur, pendidikan, pengetahuan, paritas,

Page 35: Elvipson tesis

35

dukungan suami, budaya, ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga

terlatih.

3.6.3. Metode Pengukuran

Menurut Hidayat (2009) skala penilaian yang digunakan untuk mengukur trait

(sifat) kepribadian adalah skala penilaian Ranting Scale. Skala sperti ini akan

memberikan kerangka acuan untuk mencatat kesan pengamat. Penilai biasanya terdiri

dari beberapa orang dan penilai hendaknya orang-orang yang mengetahui bidang

yang dinilai. Penilaian yang dilakukan oleh satu orang umumnya dianggap kurang

reliabilitas (Nazir, 2009). Pada suatu pengukuran dengan menggunakan instrumen

observasi checklist dan ranting scale, peneliti menggunakan pendekatan berdasarkan

kategori sistem yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengobservasi suatu peristiwa

dan perilaku dari subjek (Nursalam, 2011).

Maka skala penilaian yang digunakan untuk pengukuran variabel dependen

(terikat) dan variabel bebas (independen) pada penelitian ini adalah menggunakan

skala penilaian Rating Scale. Dalam model Rating Scale responden menjawab salah

saru jawaban data kuantitatif yang sudah tersedia (Riduan, 2010). Disini subyek

diminta untuk mengecek angka tertentu dari suatu garis tertentu dimana individu atau

subjek akan ditempatkan (Nazir, 2009). Pada pengukuran Rating Scale terdapat skala

1 sampai dengan 5, dimana 1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju). Di sini responden

disuruh menilai seberapa besar tingkat persetujuan responden dalam suatu kejadian faktor

pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.

Page 36: Elvipson tesis

36

1 2 3 4 5

Dimana : (1) Sangat Tidak setuju

(2) Tidak Setuju

(3) Netral

(4) Sejutu

(5) Sangat Setuju

Adapun rincian pertanyaan dari variabel yang diteliti dapat dilihat pada tabel 3.6.1

Tabel 3.6.1. Rincian Pertanyaan Variabel yang Diteliti

No Variabel Skala Pengukuran

Jumlah Pertanyaan

12356789

UmurPendidikanPengetahuanParitasDukungan suamiBudayaKetersediaan alat kontrasepsiKetersediaan tenaga terlatih.

IntervalIntervalIntervalIntervalIntervalIntervalIntervalInterval

11817557

Untuk pengukuran variabel berikut dibawah ini digunakan rumus rata-rata

hitung (arithmetic mean) untuk mendapatkan jumlah data dari variabel yang

ditentukan yaitu :

a. Variabel faktor pengetahuan terdiri dari 8 item pertanyaan

b. Variabel faktor dukungan suami dan ketersediaan tenaga terlatih terdiri dari 7

item pertanyaan

Page 37: Elvipson tesis

37

c. Variabel faktor budaya dan ketersesiaan alat kontrasepsi terdiri dari 5 item

pertanyaan

d. Variabel faktor umur, pendidikan dan paritas terdiri dari 1 item pertanyaan

Rata-rata hitung adalah jumlah nilai data atau jumlah hasil seluruh observasi

dibagi dengan jumlah nilai data yang diobservasi tersebut (Machfoedz, I. 2011).

Rumus :

Dimana : = rata-rata jumlah

∑ = jumlah

= nilai tiap data yang diobservasi

n = jumlah data yang diobservasi

3.7. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan

komputer dengan program SPSS. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan

menggunakan analisis faktor.

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis faktor yang diteliti adalah :

a. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analis faktor. Analisis faktor

berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka ada korelasi yang cukup

diatara variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka

variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Alat seperti MSA atau

Barlett’s Test dapat digunakan untuk keperluan ini.

Page 38: Elvipson tesis

38

b. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan “ekstraksi” variabel tersebut

hingga menjadi satu atau beberapa faktor. Metode pencarian faktor yang

digunakan adalah principal components analysis dengan menentukan banyaknya

faktor harus minimum dengan memperhitungkan varian maksimum dalam data

untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat.

c. Vaktor yang terbentuk, dapat menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor

yang ada.

d. Melakukan interpretasi terhadap faktor-faktor yang terbentuk.

Page 39: Elvipson tesis

39

DAFTAR PUSTAKA

Arum Setya N.D, dkk, 2009, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Mitra Cendikia, Jogjakarta.

Augustin R. Intra, 2000, Urine Device as Mentod of Contraception. University Hospital of Obstetric and Gynecology University of Medicine Cluj- Napoca. Romania.

BKKBN, 2003, Informasi Keadilan dan Kesertaan Gender Dalam KB dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta.

_______, 2006, Kumpulan Data Program Keluarga Berencana Nasional. Jakarta

_______, 2009, Journal of Akseptor KB di Indonesia (Internet). Available from : (http://www.bkkbn.com) (Accessed March 15, 2010).

_______, 2011, http://www.bkkbn.go.id/siaranpers/Pages/Pemerintah-Beri-Insentif-Pemasangan-IUD.aspx : tanggal diakses 31 Oktober 2011.

_______ Sumut, 2011, http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/10/30/ 63562/pentingnya_kb_tren_positif_warga_sumut/#.TyglfPlAHUg : tanggal diakses 01 Pebruari 2012.

Ekarini Bhakti SM, 2008, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pemilihan KB di Kecamatan Selo Kabupaten Bayolali, Tesis Undip, Semarang.

Hartanto, Hanafi, 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pusaka Sinar Harapan, Jakarta.

Hidayat, 2009, Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan, Trans Info Media, Jakarta.

Hidayat Alimul A, 2007, Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta.

Hidayati Ratna, 2009, Metode dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi, Salemba Medika, Jakarta.

Imbarwati, 2009, Beberapa Faktor Yang Berkaitan Dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, Tesis Undip, Semarang.

39

Page 40: Elvipson tesis

40

Machfoedz, I. 2011, Biostatistika, Fitramaya, Yogyakarata.

Manuaba Gde. Ida Bagus, 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

Meilani Niken, dkk, 2010, Pelayanan Keluarga Berencana (dilengkapi dengan penuntun belajar), Fitramaya, Ygyakarta.

Nazir, M. 2009, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor.

Notoatmodjo, S. 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skrpsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Pendit Brahm U, dkk, 2006, Ragam Metode Kontrasepsi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Pinem Saroha, 2009, Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi, Trans Info Media, Jakarta.

Propil Puskesmas Siblangit Kabupaten Deli Serdang, 2011.

Proverawati Atikah, dkk, 2010, Panduan Memilih Kontrasepsi, Lengkap Dengan Panduan Praktek Pemasangan dan penggunaannya, Nuha Medika, Yogyakarta.

Riduwan, 2010, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta, Jakarta.

Riyanto Agus, 2009, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.

Riwidikdo, Handoko, 2009, Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.

Saifuddin, A.B, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

____________, 2006, Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Sarwono Prawirohardjo, 2009, Ilmu Kandungan, YBP-SP, Jakarta.

Sastroasmoro Sudigdo, 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-3, Sagung Seto, Jakarta.

Page 41: Elvipson tesis

41

Siswosudarmo HR, dkk, 2007, Teknologi Kontrasepsi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Supranto, J. 2010, Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi, Rineka Cipta, Jakarta.

Suratun, dkk, 2008, Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi, Trans Info Media, Jakarta

Wibisono, 2003, Riset Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wibowo, A. 2006, Materi Pelatihan Statistika Multivariat, Lembaga Penelitian dan pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya.

Lampiran 1

Page 42: Elvipson tesis

42

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMAKAIAN

KONTRASEPSI AKDR/IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

I. Petunjuk Pengisian :

a. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan ibu untuk menjawab seluruh

pertanyaan yang ada.

b. Berilag tanda (X) pada salah satu nomor jawaban pada kolom pertanyaan di

bawah ini, pilih sesuai dengan keadeaan atau kejadian yang sebenarnya.

c. Jawablah pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan sebenarnya. Untuk

jawaban Pertanyan “Analisis Faktor Yang Berhubungan Dalam Pemakaian

Kontrasepsi AKDR/IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten

Deli Serdang”.

d. Ada lima (5) pilihan jawaban yang sudah ditentukan, yaitu :

1 2 3 4 5

Dimana : (1) Sangat Tidak setuju

(2) Tidak Setuju

(3) Netral

(4) Sejutu

(5) Sangat Setuju

e. Penelitian ini hanya untuk kepentingan penelitian semata..

II. Indentitas Responden

42

Page 43: Elvipson tesis

43

1. No. Responden : …………….

2. Umur : …………….

3. Pendidikan : ……………..

4. Pekerjaan : 1. PNS

2. Pegawai Swasta

3. Wirasasta

4. IRT

5. Petani

5. Jumlah anak : ……………

III. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dalam Pemakaian Kontrasepsi AKDR/IUD

1. Faktor Umur

Seberapa besar pendapat ibu bahwa umur dapat mempengaruhi seorang ibu dalam

pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.

1 2 3 4 5

2. Faktor Pendidikan

Seberapa besar pendapat ibu bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

seorang ibu dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.

1 2 3 4 5

3. Faktor Pengetahuan

Page 44: Elvipson tesis

44

Seberapa besar pendapat ibu bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

seorang ibu dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.

Misalnya Pengetahuan tentang :

1. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD merupakan kontrasepsi yang

relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom

1 2 3 4 5

2. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD merupakan salah satu metode KB

dengan jangka panjang

1 2 3 4 5

3. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) sangat efektif karena tidak perlu

lagi mengingat-ingat, seperti pil atau suntik

1 2 3 4 5

4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD meningkatkan kenyamanan

seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.

1 2 3 4 5

5. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD tidak menimbulkan efek samping

hormonal.

1 2 3 4 5

6. Keuntungan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD tidak mempengaruhi

kualitas dan volume ASI.

1 2 3 4 5

Page 45: Elvipson tesis

45

7. Keuntungan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD dapat dilepas jika

menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat permanen.

1 2 3 4 5

8. Keuntungan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD tidak bersifat

karsinogen yaitu dapat menyebabkan kanker karena hormon yang

terkandung didalamnya

1 2 3 4 5

4. Faktor Paritas

Seberapa besar pendapat ibu bahwa jumlah anak dapat mempengaruhi seorang

ibu dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.

1 2 3 4 5

5. Faktor Dukungan Suami

Seberapa besar pendapat ibu bahwa dukungan suami dapat mempengaruhi

seorang ibu dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.

Misalnya Dukungan Suami tentang :

1. Suami menyarankan ibu untuk ber-KB

1 2 3 4 5

2. Suami mendampingi ibu dalam pemasangan KB AKDR/IUD

1 2 3 4 5

3. Suami menyediakan waktu dan fasilitas untuk pemasangan KB AKDR/IUD

1 2 3 4 5

4. Suami bersedia membiayai dalam pemasangan KB AKDR/IUD

1 2 3 4 5

Page 46: Elvipson tesis

46

5. Suami menghormati keputusan ibu dalam memilih KB yang akan digunakan

1 2 3 4 5

6. Suami memberikan dukungan moral dalam pemasangan KB AKDR/IUD

1 2 3 4 5

7. Suami memberikan dukungan emosional dalam pemasangan KB AKDR/IUD

1 2 3 4 5

6. Faktor Budaya

Seberapa besar pendapat ibu bahwa budaya dapat mempengaruhi seorang ibu

dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.

Misalnya Budaya tentang :

1. Kontrasepsi AKDR/IUD tidak umum digunakan di tempat tinggal saya

1 2 3 4 5

2. Dalam keluarga pria/suami yang berperan dalam pengambilan keputusan

untuk menggunakan metode kontrasepsi

1 2 3 4 5

3. Jumlah anak mempengaruhi keputusan untuk menggunakan metode

kontrasepsi

1 2 3 4 5

4. Pemasangan AKDR/IUD tabu karena langsung dipasang ke dalam uterus

1 2 3 4 5

Page 47: Elvipson tesis

47

5. Pandangan dari masyarakat yang melarang atau mengharamkan penggunaan

AKDR/ IUD

1 2 3 4 5

7. Faktor Ketersediaan Alat Kontrasepsi

Seberapa besar pendapat ibu bahwa ketersediaan alat kontrasepsi dapat

mempengaruhi seorang ibu dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.

Misalnya Ketersediaan Alat Kontrasepsi tentang :

1. Ditempat pelayanan KB tersedia berbagai jenis KB termasuk IUD?

1 2 3 4 5

2. Pada saat mau mempergunakan KB, petugas kesehatan terlebih dahulu

memesan alat kontrasepsi?

1 2 3 4 5

3. Menunggu waktu beberapa hari agar alat kontrasepsi yang mau dipergunakan

tersedia?

1 2 3 4 5

4. Pada saat ibu ingin ber KB, alat kontrasepsi tersedia di sarana kesehatan

1 2 3 4 5

5. Jenis kontrasepsi yang diinginkan tersedia di sarana kesehatan?

1 2 3 4 5

Page 48: Elvipson tesis

48

8. Faktor Ketersediaan Tenaga Terlatih

Seberapa besar pendapat ibu bahwa ketersediaan tenaga terlatih dapat

mempengaruhi seorang ibu dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.

Misalnya Ketersediaan Tenaga Terlatih tentang :

1. Mendapatkan informasi dengan lengkap dan jelas metode-metode

kontrasepsi dari pemberi pelayanan KB

1 2 3 4 5

2. Petugas menyarankan metode KB yang paling sesuai dengan kondisi ibu

1 2 3 4 5

3. Petugas mampu memberikan pelayanan KB yang sesuai dengan pilihan

ibu

1 2 3 4 5

4. Petugas memberikan informasi dengan jelas keuntungan dan kerugian

jenis KB pilihan ibu

1 2 3 4 5

5. Petugas kesehatan memberikan pelayanan KB dengan terampil

1 2 3 4 5

6. Petugas kesehatan memberikan pelayanan KB dengan cepat dan tepat

1 2 3 4 5

7. Ibu mudah mengerti atas penjelasan petugas seputar tentang masalah

KB

Page 49: Elvipson tesis

49

1 2 3 4 59. Alasan Memakai Kontrasepsi AKDR/IUD

1. Alasan ibu memakai kontrasepsi AKDR/IUD?

a. Menunda kehamilan

b. Menjarangkan kehamilan

c. Mengakhiri kehamilan