elvipson tesis
DESCRIPTION
Thx atas analisis faktor yang sudah dijelaskan dengan baik……artikel ini sangat membantu saya dalam menyelesaikan tesis…..TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam
kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan
lamban, hingga angka kelahiran mencapai 4,5 juta per tahun dan pada tahun 2010
berdasarkan sensus penduduk mencapai 237 juta jiwa. Ledakan penduduk disadari
akan berpengaruh pada ketersediaan pangan dan kualitas sumber daya manusia.
Untuk menghindari dampak tersebut, pemerintah berusaha keras menekan angka
kelahiran hingga di bawah 237 juta jiwa per tahun (BKKBN, 2011).
Salah satu program untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yakni
melalui program KB. Program KB memiliki peranan dalam menurunkan resiko
kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta
menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah pasangan usia subur (PUS).
Program pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan
keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak
kelahiran dengan program KB (Manuaba, 2010).
Program ini diharapkan bisa mengubah minat mayoritas pengguna alat
kontrasepsi jangka pendek menjadi kontrasepsi jangka panjang, dimana dinilai lebih
praktis karena bisa bertahan dalam hitungan tahun. Tingkat pencapaian pelayanan
keluarga berencana dapat digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan
1
2
melalui kelompok sasaran program yang sedang/pernah menggunakan alat
kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Sesuai dengan tuntutan perkembangan program, maka program KB telah
berkembang menjadi gerakan keluarga berencana nasional yang mencakup gerakan
masyarakat. Gerakan keluarga berencana nasional disiapkan untuk membangun
keluarga sejahtera dalam rangka membangun sumber daya manusia yang optimal,
dengan ciri semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan KB (Meilani, dkk, 2010).
Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum
dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) tahun 2004-2009 adalah
meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/intra uterine device (IUD), implant (susuk) dan
sterilisasi. AKDR/IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan
termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan
kehamilan. Keuntungan pemakaian AKDR/IUD yakni hanya memerlukan satu kali
pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman
karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak
mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas
(BKKBN, 2009).
AKDR/IUD adalah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang
sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya),
3
bentuknya bermacam-macam. AKDR/IUD adalah alat kontrasepsi yang
efektifitasnya sangat tinggi, yaitu 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama pemakaian, 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan (Hidayati, 2009).
Paradigma baru program keluarga berencana (KB) nasional telah berubah
visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi
visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. Keluarga berkualitas adalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, mewakili jumlah anak yang ideal,
berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam paradigma baru KB ini sangat menekankan pentingnya upaya
menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan
kualitas keluarga (Saifuddin, 2006).
Gerakan KB nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran
serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang mandiri. Keberhasilan ini
harus diperhatikan dan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata.
Pada saat ini AKDR/IUD merupakan salah satu cara kontrasepsi yang paling
populer dan diterima oleh program keluarga berencana di setiap negara. Diperkirakan
sekitar 60-65 juta wanita di seluruh dunia memakainya, dengan pemakai terbanyak di
Cina (Siswosudarmo, 2007). Pada saat ini diperkirakan memakai AKDR/IUD, 30%
terdapat di Cina, 13% di Eropa, 5% di Amerika dan sekitar 6,7% di negara-negara
berkembang (Augustin, 2000).
4
Survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 memperlihatkan
proporsi peserta KB untuk semua tercatat sebesar 60,3%. Bila dirinci lebih lanjut
proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntik (27,8%), diikuti oleh pil (13,2%),
IUD (6,2%), implant atau susuk KB (4,3%) sterilisasi wanita (3,7%), kondom (0,9%),
sterilisasi pria (0,4%), MAL (metode amenore laktasi) (0,1%), dan sisanya
merupakan peserta KB tradisional masing-masing menggunakan cara tradisional,
pantang berkala (1,6%) maupun senggama terputus (1,5%) dan 0,5% cara lain
(BKKBN, 2006). Pada tahun 2007 yang menggunakan alat kontrasepsi 61,4% yaitu
sebanyak 31,6% menggunakan suntik, pil 13,2 %, AKDR/IUD 4,8%, implant 2,8%,
kondom 1,3%, vasektomi dan tubektomi 7,7 %.12. Pada tahun 2009 peserta KB yang
tercatat 51,21% akseptor KB memilih suntikan sebagai alat kontrasepsi, 40,02%
memilih Pil, 4,93% memilih Implant, 2,72% memilih AKDR/IUD dan lainnya
1,11%. Pada umumnya masyarakat memilih non metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP). Sehingga metode KB MKJP seperti AKDR/IUD, implant, kontap pria
(MOP) dan kontap wanita (MOW) kurang diminati (Arum, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, penduduk Sumatera Utara
berjumlah 12,98 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk rata rata 1,1% setiap
tahunnya. Persoalan kependudukan yang dihadapi Sumut dalam satu dekade terakhir
adalah masih tingginya angka kelahiran total yakni sebesar 3,8 per wanita usia subur,
penduduk miskin sebesar 11,31% atau 1,41 juta jiwa, angka pengangguran terbuka
sebesar 7,43%. Sementara angka kematian bayi, berdasarkan riset, kesehatan dasar
5
2010 adalah sebesar 22 per 1000 kelahiran, sementara kematian ibu hamil dan
bersalin sebesar 249 per 100.000 kelahiran. Ini adalah tantangan program keluarga
berencana untuk segera dipercepat disemua wilayah dan lini lapangan (BKKBN
Sumut, 2011).
Peserta KB aktif di Sumatera Utara yang berhasil dibina sebanyak 2.326.172
pasangan (64,64%) dari seluruh pasangan usia subur (PUS). Realisasi peserta KB
aktif yang menggunakan kontrasepsi AKDR/IUD 153.627 peserta (10,22%), MOW
114.944 peserta (7,64%), MOP 5.029 peserta (0.33%), kondom 91.691 peserta
(6,10%), implant 133.741 peserta (8,89%), suntik 503.370 peserta (3,48%) dan pil
501.262 peserta (33,34%) (BKKBN Sumut, 2011).
Di Kabupaten Deli Serdang, berdasarkan hasil laporan rapat kerja
pembangunan dan keluarga berencana provinsi Sumatera Utara Tahun 2010,
menunjukkan bahwa jumlah PUS pada tahun 2009 sebanyak 293.472 pasang, dengan
peserta akseptor KB aktif sebanyak 213.844 orang. Berdasarkan jenis kontrasepsi
yang digunakan, maka dapat dilihat bahwa peserta kontrasepsi AKDR/IUD 22.147
peserta (10,36%), kondom 15.408 peserta (7,21%), suntik 68.357 peserta (31,97%)
pil 80.761 peserta (37,77%), MOW 11.647 peserta (5,45%) dan MOP 282 peserta
(0,13%) (BKKBN Sumut, 2011).
Pada tahun 2011, menunjukkan bahwa peserta KB baru berdasarkan jenis
kontrasepsi adalah kontrasepsi AKDR/IUD 3.666 peserta (6,65%), MOW 607 peserta
(1,10%), MOP 444 peserta (0,81), kondom 15.398 peserta (27,95%), implant 4.589
6
peserta (8,33%), suntik 13.593 peserta (24,67%) dan pil 16.796 (30,49%) dan
berdasarkan data Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan Deli Serdang (2011), di
kecamatan Sibolangit merupakan yang ketiga terendah (16,67%) peserta KB baru
AKDR/IUD dari seluruh 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang.
Rendahnya jumlah peserta KB AKDR/IUD disebabkan karena beberapa
faktor seperti : 1) Ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB AKDR/IUD. Dimana
pengetahuan terhadap alat kontrasepsi merupakan pertimbangan dalam menentukan
metode kontrasepsi yang digunakan. 2) Kualitas pelayanan KB, dilihat dari segi
ketersediaan alat kontrasepsi, ketersediaan tenaga yang terlatih dan kemampuan
medis teknis petugas pelayanan kesehatan (BKKBN, 2003). 3) Biaya pelayanan
AKDR/IUD yang mahal. 4) Adanya hambatan dukungan dari suami dalam
pemakaian alat kontrasepsi AKDR/IUD. 5) Adanya niat yang timbul dari adanya
sikap yang didasarkan pada kepercayaan (budaya), norma-norma di masyarakat dan
norma pokok yang ada dalam lingkungan. Salah satu norma yang dianut masyarakat
adalah pemasangan AKDR/IUD yang dilakukan di aurat (vagina) sehingga
menimbulkan perasaan malu/enggan untuk menggunakan AKDR/IUD.
Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD adalah pemberi pelayanan kesehatan, fasilitas
pelayanan kesehatan yaitu ketersediaan pelayanan kesehatan, keterjangkauan dan
kualitas, faktor budaya yaitu keyakinan, tradisi, nilai dan agama, faktor informasi
yaitu tenaga kesehatan, media massa/televisi, kelompok masyarakat, keluarga dan
7
pengalaman orang lain, karakteristik individu yaitu umur, pendidikan, pekerjaan,
sosial ekonomi, faktor pengetahuan, pengalaman dan persepsi. Berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhinya, konsumen akan memutuskan menggunakan alat
kontrasepsi AKDR/IUD.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja
Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang diperoleh bahwa pada tahun 2009
dilaporkan KB baru terdapat 18,25% peserta yang menggunakan metode kontrasepsi
MKJP dan 81,75% mengunakan non MKJP dengan kontrasepsi pil (43,35%), suntik
(32,98%) dan paling sedikit MOP/MOW (0,89%). Pada tahun 2010 dilaporkan dari
761 peserta KB aktif yang ada di kecamatan Sibolangit terdapat 410 peserta yang
menggunakan metode kontrasepsi non MKJP dan 351 menggunakan MKJP. Jenis
kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif ini adalah pil
(47,84%), suntik (42,18%), penggunaaan kondom (6,44%) dan paling sedikit IUD
(3,54%). Pada tahun 2011 dari 1009 peserta KB aktif, jenis kontrasepsi paling
banyak adalah suntik sebanyak 325 akseptor (32.21%), pil sebanyak 242 akseptor
(23.98%), implant sebanyak 228 akseptor (22,59%), penggunaaan kondom sebanyak
67 akseptor (6.64%), MOW sebanyak 88 akseptor (8,73%) dan paling sedikit IUD
sebanyak 59 akseptor (5,85%) (Profil Puskesmas Sibolangit, 2011).
Melihat data tersebut bahwa metode non MKJP merupakan metode yang lebih
disukai oleh peserta KB aktif di kecamatan Sibolangit. Sama halnya dengan alasan
peserta KB baru selain harganya relatif lebih murah, metode non MKJP juga
8
dipandang masyarakat lebih aman dan lebih mudah untuk menggunakan atau tidak
menggunakannya lagi sesuai dengan keinginan peserta KB untuk kembali memiliki
anak. Akseptor KB di Wilayah Puskesmas Sibolangit memakai kontrasepsi yang
bertujuan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan mengakhiri
kehamilan atau kesuburan.
Petugas tenaga kesehatan yang melayani akseptor KB di lapangan adalah
dokter sebanyak 4 orang, bidan sebanyak 25 orang dan BKB & PP UPT Deli
Serdang yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit sebanyak 10 orang.
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sibolangit tersebut,
menunjukkan faktor yang menyebabkan akseptor KB tidak memakai kontrasepsi
AKDR/IUD antara lain adalah umur, pendidikan, pengetahuan dan paritas, dukungan
suami, budaya, ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga yang terlatih.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti analisis faktor yang
berhubungan dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD di wilayah kerja Puskesmas
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah
apakah ada hubungan umur, pendidikan, pengetahuan dan paritas, dukungan suami,
budaya, ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga yang terlatih dalam
pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang.
9
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis faktor (umur, pendidikan, pengetahuan dan paritas,
dukungan suami, budaya, ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga
terlatih) yang berhubungan dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD di wilayah
kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang dengan cara mengelompokkan
variabel yang diteliti menjadi faktor 1, faktor 2 dan seterusnya.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang analisis
faktor yang berhubungan dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD
1.4.2. Manfaat Aplikatif
Dengan diperolehnya faktor 1, 2, 3 dan seterusnya yang berhubungan dalam
pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD sehingga dapat sebagai dasar untuk
membuat suatu kebijakan.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau
melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi
adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Dalam menggunakan kontrasepsi,
keluarga pada umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda
kesuburan/kehamilan, mengatur menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kehamilan
atau kesuburan (Suratun, dkk, 2008).
Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu :
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
b. Melumpuhkan sperma.
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
2.2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/Intra Uterine Devices (IUD)
2.2.1. Pengertian
AKDR/IUD adalah suatu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan ke
uterus melalui kanalis servikalis dengan cara kerja utamanya adalah mencegah
10
11
pembuahan dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/paramedik lain yang
sudah dilatih (Pendit, dkk, 2006).
2.2.2. Jenis AKDR/IUD
Jenis AKDR/IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
a. Copper-T
AKDR/IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. AKDR/IUD
berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti
fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7
AKDR/IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm², fungsinya sama
dengan lilitan tembaga halus pada AKDR/IUD Copper-T.
c. Multi load
AKDR/IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah
3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm²
12
atau 375 mm² untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu
standar, small dan mini.
d. Lippes loop
AKDR/IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes
loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya.
Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C
berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal
(benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan dari pemakaian AKDR/IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi,
jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan
plastik (Proverawati, dkk, 2010).
2.2.3. Efektifitas
Sebagai kontrasepsi, AKDR/IUD dalam mencegah kehamilan mencapai 98%
hingga 100% bergantung pada jenis AKDR/IUD. Yang terbaru tipe Copper T
efektifitasnya sangat tinggi, bahkan selama 8 tahun penggunaan tidak ditemukan
adanya kehamilan. Pada penelitian yang lain ditemukan setelah penggunaan 12 tahun
ditemukan 2,2 kehamilan per 100 pengguna dan 0,4 diantaranya terjadi kehamilan
ektopik (Meilani, 2010).
13
2.2.4. Mekanisme Kerja AKDR/IUD
Mekanisme kerja AKDR/IUD adalah sebagai berikut :
a. Menghambat kemampuan sperma masuk ke dalam tuba falopii
b. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c. AKDR/IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR/IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Proverawati, dkk,
2010).
2.2.5. Keuntungan AKDR/IUD
Keuntungan dari AKDR/IUD ini adalah sebagai berikut :
a. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
b. AKDR/IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu diganti)
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, seperti pil atau suntik
e. Tidak memengaruhi hubungan seksual
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
h. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI seperti metode kontrasepsi
hormonal
14
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
l. Dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat permanen
m. Tidak bersifat karsinogen, yaitu dapat menyebabkan kanker karena hormon yang
terkandung didalamnya (Pinem, dkk, 2009).
n. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu
kali motivasi
o. Tidak menimbukan efek sistematik
p. Efektivitas cukup tinggi
q. Reversible (Sarwono, 2009).
2.2.6. Kerugian
Efek samping yang umum terjadi pada penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD
adalah :
a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan) yaitu :
1. Haid lebih lama dan banyak.
2. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
3. Saat haid lebih sakit.
15
b. Komplikasi lain :
1. Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan.
2. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia.
3. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
c. Tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS.
1. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan
2. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR/IUD, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas
3. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan
AKDR/IUD. Sering kali perempuan takut selama pemasangan
4. Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan AKDR/IUD.
Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
5. Klien tidak dapat melepaskan AKDR/IUD sendiri
6. Mungkin AKDR/IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila
AKDR/IUD dipasang segera setelah melahirkan).
7. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR/IUD
untuk mencegah kehamilan normal (Proverawati, dkk, 2010).
16
2.2.7. Indikasi
a. Usia reproduktif
b. Telah mendapat persetujuan dari suami
c. Pernah melahirkan dan mempunyai anak, serta ukuran rahim tidak kurang 5 cm.
d. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk sterilisasi.
e. Tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun.
f. Dianjurkan sebagai pengganti pil KB bagi akseptor KB yang berumur diatas 30
tahun.
g. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
h. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
i. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
j. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
k. Resiko rendah dari IMS
l. Tidak menghendaki metode hormonal (Saifuddin, 2003).
2.2.8. Kontraindikasi Pemakaian AKDR/IUD
Menurut Meilani (2010), kontraindikasi pemakaian AKDR/IUD adalah :
a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)
c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita abortus septic
17
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri
f. Kanker alat genital
g. Ukuran rongga panggul kurang dari 5 cm
2.2.9. Cara Pemasangan AKDR/IUD
Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR/IUD setinggi mungkin dalam
rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu
serviks masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah
bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan AKDR/IUD dapat dilakukan oleh dokter
atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus
dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan
berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali (Hartanto,
2004).
2.3. Faktor-faktor dalam Memilih dan Menggunakan Alat Kontrasepsi
Seperti kita ketahui sampai saat ini belum tersedia satu metode kontrasepsi
yang benar-benar 100% ideal atau sempurna. Pengalaman menunjukkan bahwa saat
ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafeteria atau
supermarket, yang artinya calon klien memilih sendiri metode kontrasepsi yang
diinginkannya. Menurut Hartanto (2004), faktor-faktor yang memengaruhi dalam
memilih metode kontrasepsi adalah :
18
a. Faktor pasangan, yang dapat memengaruhi motivasi dalam memilih metode
kontrasepsi, yaitu meliputi : umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah anak
yang diinginkan, pengalaman dengan alat kontrasepsi yang lalu, sikap dari
individu sendiri dan sikap dari pasangan (suami).
b. Faktor kesehatan, yang dapat memengaruhi keadaan kontraindikasi absolute atau
relative, yaitu meliputi : status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul.
c. Faktor metode kontrasepsi, yang berhubungan dengan tingkat penerimaan dan
pemakaian yang berkesinambungan, yaitu meliputi: efektifitas, efek samping,
kerugian, komplikasi-komplikasi yang potensial dan besarnya biaya.
Menurut Proverawati, dkk (2010), beberapa kendala yang sering dijumpai
dilapangan sehingga masyarakat masih enggan menggunakan kontrasepsi
AKDR/IUD ini antara lain :
a. Pengetahuan/pemahaman yang salah tentang AKDR/IUD
Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap
pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD. Beberapa temuan fakta memberikan
implikasi program, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka
penggunaan kontrasepsi terutama AKDR/IUD juga menurun. Jika hanya sasaran
para wanita saja yang selalu diberi informasi, sementara para suami kurang
pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor
ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan.
19
b. Pendidikan pasangan usia subur (PUS) yang rendah
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Pendidikan pasangan suami/istri yang rendah akan menyulitkan
proses pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang
AKDR/IUD juga terbatas.
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil pengindraan manusia atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Suatu perbuatan yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari
oleh pengetahuan, dan orang yang mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang
tersebut akan terjadi proses sebagai berikut :
a. Kesadaran (awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek (stimulus).
b. Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Disini sikap
subyek sudah mulai timbul.
c. Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak
20
baik lagi.
d. Trial, dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adopsi (adoption), dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup di dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemapuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
21
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, adanya
prinsip terhadap obyek yang dipelajari.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
c. Sikap dan pandangan negatif masyarakat
Sikap ini juga berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang. Banyak
mitos tentang AKDR/IUD seperti dapat mengganggu kenyamanan hubungan
suami/istri, mudah terlepas jika bekerja terlalu keras, menimbulkan kemandulan
dan lain sebagainya.
22
d. Sosial budaya dan ekonomi
Tingkat ekonomi memengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan
karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus
menyediakan dana yang diperlukan. Walaupun jika dihitung dari segi
keekonomisannya, kontrasepsi AKDR/IUD lebih murah dari KB suntik atau pil,
tetapi terkadang orang melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk
sekali pasang. Kalau patokannya adalah biaya setiap kali pasang, mungkin
AKDR/IUD tampak jauh lebih mahal. Tetapi kalau dilihat jangka waktu
penggunaannya tentu biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan
AKDR/IUD akan lebih murah dibandingkan KB suntik ataupun pil. AKDR/IUD
bisa aktif selama 3-5 tahun tahun, bahkan seumur hidup atau sampai dengan
menopause. Sedangkan KB suntik atau pil hanya mempunyai masa aktif 1-3
bulan saja, yang artinya untuk mendapatkan efek yang sama dengan AKDR/IUD
seseorang harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan berpuluh-puluh kali lipat
2.4. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Perilaku Penggunaan AKDR/IUD
Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi AKDR/IUD
tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan
Menurut Notoatmodjo (2010) yang dibedakan dalam tiga jenis yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factors)
23
Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau
motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah jenis kelamin, umur,
pendidikan, pengetahuan, keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan
motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak.
b. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan
suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor pemungkin adalah
lingkungan fisik, keterampilan petugas, sumber daya pribadi dan komunitas.
Seperti tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat-alat kontrasepsi,
keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan.
c. Faktor pendorong (reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada
tujuan dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat. Berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang memengaruhinya,
konsumen akan memutuskan menggunakan alat kontrasepsi AKDR/IUD.
Selanjutnya proses penggunaan alat kontrasepsi AKDR/IUD oleh masyarakat
atau konsumen dapat dijelaskan oleh Notoadmodjo (2010) yang mengutip pendapat
Anderson (1974) bahwa keputusan seseorang dalam menggunakan alat kontrasepsi
tertentu tergantung pada :
24
a. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristic)
Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan maupun
memakai alat kontrasepsi yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat
dibagi ke dalam 3 kelompok yakni :
1. Ciri-ciri demografi : umur, jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah
anggota keluarga.
2. Struktur sosial : jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, agama dan
kesukuan.
3. Kepercayaan kesehatan : keyakinan, sikap, pengetahuan terhadap pelayanan
kesehatan, dokter dan penyakitnya.
b. Karakteristik pendukung (enabling characteristic)
1. Sumber daya keluarga : penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa
pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan.
2. Sumber daya masyarakat : jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga
kesehatan, rasio penduduk dengan tenaga kesehatan dan lokasi sarana.
c. Karakteristik kebutuhan (need characteristik)
Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu ada.
Karakteristik kebutuhan itu sendiri dapat dibagi menjadi 2 kategori yakni :
25
1. Perceived (subject assessment) : simptom, fungsi-fungsi yang terganggu,
persepsi terhadap status kesehatannya.
2. Evaluated (clinical diagnosis) : simptom dan diagnosis
2.5. Beberapa Hasil Penelitian yang Berkaitan dengan Perilaku Penggunaan
AKDR/IUD
Berdasarkan penelitian Imbarwati (2009), beberapa faktor yang berkaitan
dengan penggunaan KB AKDR/IUD pada peserta KB di Kecamatan Pedurangan
Kota Semarang adalah pengetahuan yang kurang baik tentang KB AKDR/IUD
semakin menjauhkan AKDR/IUD sebagai salah satu pilihan bagi akseptor KB,
Alasan yang mayoritas klien yang lebih memilih menggunakan KB non AKDR/IUD
salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan yang kurang akan informasi yang benar
tentang AKDR/IUD sehingga menyebabkan mereka memiliki perasaan takut untuk
memilih alat kontrasepsi tersebut.
Faktor pengetahuan suami sebagai pasangan dari peserta KB juga
berkontribusi cukup besar sebagai pendukung sekaligus penganjur istri dalam
menjatuhkan pilihan kontrasepsi. Suami yang memiliki pengetahuan cukup tentang
AKDR/IUD akan cenderung menganjurkan dan mengijinkan istrinya menggunakan
alat kontrasepsi jangka panjang tersebut. Perpaduan antara pengetahuan dan
dukungan suami dengan kemauan yang kuat dari istri dalam menetapkan pilihan pada
alat kontrasepsi non hormonal yang terbukti efektif tersebut membuahkan keputusan
yang bulat bagi kedua pasangan dalam memilih menggunakan kontrasepsi tersebut.
26
Selain itu kualitas pelayanan KB yang tergambar dalam dua dimensi kualitas.
Dimensi pertama adalah gambaran ketersediaan berbagai pilihan metode kontrasepsi,
Dimensi mutu kedua dari kualitas pelayanan KB ternyata masih ada yang
dipersepsikan kurang baik oleh responden, Dimensi mutu yang ketiga
menggambarkan kemauan petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan dengan
cepat dan tepat, serta memberikan pelayanan dengan trampil. Dimensi yang keempat
menggambarkan pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan untuk
menimbulkan pemahaman dan kemantapan bagi klien dalam memilih salah satu
metode kontrasepsi serta keramahan dan kesopanan petugas. Dimensi kelima
tergambar dari interaksi antara klien dan petugas kesehatan yang dinilai dari
kecakapan petugas untuk menciptakan suasana serta komunikasi dua arah untuk
membantu memahami kebutuhan dan memberi perhatian pada klien.
Menurut penelitian Ekarini (2008), bahwa analisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pemilihan KB di Kecamatan Selo Kabupaten Bayolali adalah
pengetahuan berpengaruh terhadap pemilihan KB (OR = 18.712) artinya jika
pengetahuan ibu semakin baik maka peluang responden 18,712 kali untuk memilih
kontrasepsi jika dibandingkan dengan ibu dengan pengetahuan buruk, kualitas
pelayanan berpengaruh dengan pemilihan KB (OR = 17.152) artinya jika kualitas
pelayanan semakin baik maka peluang responden 17,152 kali untuk memilih
kontrasepsi jika dibandingkan dengan ibu dengan pelayanan yang tidak baik, sikap
ibu berpengaruh terhadap pemilihan KB (OR = 5.663) jika sikap ibu semakin baik
27
maka peluang responden 5,663 kali untuk memilih kontrasepsi jika dibandingkan
dengan ibu dengan sikap buruk, akses pelayanan berpengaruh terhadap pemilihan KB
(OR = 5.228) jika akses pelayanan semakin baik maka peluang responden 5,228 kali
untuk memilih kontrasepsi jika dibandingkan dengan akses pelayanan yang tidak
baik.
2.6. Landasan Teori
Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD adalah pemberi pelayanan kesehatan, fasilitas
pelayanan kesehatan yaitu ketersediaan pelayanan kesehatan, keterjangkauan dan
kualitas, faktor budaya yaitu keyakinan, tradisi, nilai dan agama, faktor informasi
yaitu tenaga kesehatan, media massa/televisi, kelompok masyarakat, keluarga dan
pengalaman orang lain, karakteristik individu yaitu umur, pendidikan, pekerjaan,
sosial ekonomi, faktor pengetahuan, pengalaman dan persepsi. Berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhinya, konsumen akan memutuskan menggunakan alat
kontrasepsi AKDR/IUD.
28
Gambar 2.1 : Kerangka Teori Menurut Notoatmodjo (2010).
Landasan teori menurut Notoatmodjo (2010) tidak semuanya akan diteliti
pada penelitian ini, dengan berbagai pertimbangan dan melihat situasi dilapangan
bahwa variabel yang diambil harus dapat diukur dan sesuai dengan kepustakaan yang
ada menurut peneliti. Variabel yang diambil adalah variabel umur, pendidikan,
pengetahuan, jumlah anak, dukungan suami, budaya, ketersediaan alat kontrasepsi
dan ketersediaan tenaga terlatih.
Pemberi PelayananKesehatan :- Bidan- Dokter
Fasilitas pelayanankesehatan :- Ketersediaan- Keterjangkauan- Kualitas
Budaya- Keyakinan- Tradisi- Agama- Nilai
Informasi :- Tenaga kesehatan- Komunikasi- Kelompok masyarakat- Keluarga/suami- Pengalaman orang lain
Karakter individu/ WUS :- Umur- Pendidikan- Pekerjaan- Sosial ekonomi
- Pengetahuan- Pengalaman
Persepsi
Penggunaan KB AKDR/IUD
29
2.7. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik ibu :
- Umur
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Paritas
- Dukungan suami
- Budaya
- Ketersediaan alat kontrasepsi
- Ketersediaan tenaga terlatih
Pemakaian AKDR/IUD
30
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
survey analitik melalui explanatory research yaitu penelitian yang mencoba untuk
menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dalam pemakaian kontrasepsi
AKDR/IUD di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang tahun
2012. Survey explanatory research adalah menjelaskan hubungan kausal antara
variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara variabel bebas dan terikat dengan model pendekatan point time atau
satu kali pengumpulan data secara observasi.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten
Deli Serdang. Alasan memilih lokasi ini karena pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD
di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang lebih rendah jika
dibandingkan dengan kontrasepsi jenis lain yaitu suntik (32.20%), pil (23.98%),
implant (22,59%), penggunaaan kondom (6.64%) dan paling sedikit IUD (5,84%).
30
31
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai Juni 2012 yaitu mulai
melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal,
penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang menggunakan
kontrasepsi AKDR/IUD di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli
Serdang tahun 2012.
3.3.2. Sampel
Penentuan sampel pada penelitian ini adalah dengan seluruh anggota populasi
diangkat menjadi sampel berjumlah 59 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
a. Data Primer
Pengumpulan data diperoleh secara langsung dari responden melalui kuesioner
yang akan dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari
dokumen atau catatan yang diperoleh dari Puskesmas Sibolangit, data demografi
32
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang.
3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment dan dilihat
penafsiran dan indeks korelasinya. Uji validitas dalam penelitian ini berhubungan
dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner mengenai pengetahuan
ibu tentang kontrasepsi AKDR.
Uji validitas bertujuan mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang
menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur
kolerasi antara variabel pada analisis reliabilitas dengan melihat nilai correlation
corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid
dan sebaliknya (Hidayat, 2010).
b. Reliabilitas
Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat
ukur dapat dipergunakan atau tidak.
Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap pertanyaan
(kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas
menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya,
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang
33
dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan,
maka berapa kali diambil tetap akan sama (Riwidikdo, 2009).
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercayai dengan menggunakan
metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel
(Riyanto 2009).
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada akseptor KB di wilayah kerja
Puskesmas Bandar Baru Kabupaten Deli Serdang sebanyak 30 orang dengan asumsi
karakteristik akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit dan Puskesmas
Bandar Baru relatif sama.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel yang diteliti adalah :
a. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung
dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati).
b. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan
diselesaikan oleh responden dengan memperoleh ijazah.
c. Pengetahuan akseptor KB adalah segala sesuatu yang diketahui akseptor KB
tentang kontrasepsi AKDR/IUD yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap
responden.
34
d. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan si ibu baik lahir hidup dan
mati.
e. Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan suami untuk istri untuk
mempergunakan kontrasepsi AKDR/IUD.
f. Budaya adalah kondisi dimasyarakat yang berpengaruh terhadap penggunaan
kontrasepsi AKDR/IUD.
g. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah alat kontrasepsi AKDR/IUD yang tersedia
apabila akseptor KB ingin mempergunakan AKDR/IUD di wilayah kerja
Puskesmas Sibolangit.
h. Ketersediaan tenaga terlatih adalah tenaga terlatih yang tersedia apabila akseptor
KB ingin mempergunakan AKDR/IUD di wilayah kerja Puskesmas Sibolangit
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel independen yaitu pemakaian kontrasepsi
AKDR/IUD.
3.6.2. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel
independen dari penelitian ini adalah umur, pendidikan, pengetahuan, paritas,
35
dukungan suami, budaya, ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga
terlatih.
3.6.3. Metode Pengukuran
Menurut Hidayat (2009) skala penilaian yang digunakan untuk mengukur trait
(sifat) kepribadian adalah skala penilaian Ranting Scale. Skala sperti ini akan
memberikan kerangka acuan untuk mencatat kesan pengamat. Penilai biasanya terdiri
dari beberapa orang dan penilai hendaknya orang-orang yang mengetahui bidang
yang dinilai. Penilaian yang dilakukan oleh satu orang umumnya dianggap kurang
reliabilitas (Nazir, 2009). Pada suatu pengukuran dengan menggunakan instrumen
observasi checklist dan ranting scale, peneliti menggunakan pendekatan berdasarkan
kategori sistem yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengobservasi suatu peristiwa
dan perilaku dari subjek (Nursalam, 2011).
Maka skala penilaian yang digunakan untuk pengukuran variabel dependen
(terikat) dan variabel bebas (independen) pada penelitian ini adalah menggunakan
skala penilaian Rating Scale. Dalam model Rating Scale responden menjawab salah
saru jawaban data kuantitatif yang sudah tersedia (Riduan, 2010). Disini subyek
diminta untuk mengecek angka tertentu dari suatu garis tertentu dimana individu atau
subjek akan ditempatkan (Nazir, 2009). Pada pengukuran Rating Scale terdapat skala
1 sampai dengan 5, dimana 1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju). Di sini responden
disuruh menilai seberapa besar tingkat persetujuan responden dalam suatu kejadian faktor
pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.
36
1 2 3 4 5
Dimana : (1) Sangat Tidak setuju
(2) Tidak Setuju
(3) Netral
(4) Sejutu
(5) Sangat Setuju
Adapun rincian pertanyaan dari variabel yang diteliti dapat dilihat pada tabel 3.6.1
Tabel 3.6.1. Rincian Pertanyaan Variabel yang Diteliti
No Variabel Skala Pengukuran
Jumlah Pertanyaan
12356789
UmurPendidikanPengetahuanParitasDukungan suamiBudayaKetersediaan alat kontrasepsiKetersediaan tenaga terlatih.
IntervalIntervalIntervalIntervalIntervalIntervalIntervalInterval
11817557
Untuk pengukuran variabel berikut dibawah ini digunakan rumus rata-rata
hitung (arithmetic mean) untuk mendapatkan jumlah data dari variabel yang
ditentukan yaitu :
a. Variabel faktor pengetahuan terdiri dari 8 item pertanyaan
b. Variabel faktor dukungan suami dan ketersediaan tenaga terlatih terdiri dari 7
item pertanyaan
37
c. Variabel faktor budaya dan ketersesiaan alat kontrasepsi terdiri dari 5 item
pertanyaan
d. Variabel faktor umur, pendidikan dan paritas terdiri dari 1 item pertanyaan
Rata-rata hitung adalah jumlah nilai data atau jumlah hasil seluruh observasi
dibagi dengan jumlah nilai data yang diobservasi tersebut (Machfoedz, I. 2011).
Rumus :
Dimana : = rata-rata jumlah
∑ = jumlah
= nilai tiap data yang diobservasi
n = jumlah data yang diobservasi
3.7. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan
komputer dengan program SPSS. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan
menggunakan analisis faktor.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis faktor yang diteliti adalah :
a. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analis faktor. Analisis faktor
berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka ada korelasi yang cukup
diatara variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka
variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Alat seperti MSA atau
Barlett’s Test dapat digunakan untuk keperluan ini.
38
b. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan “ekstraksi” variabel tersebut
hingga menjadi satu atau beberapa faktor. Metode pencarian faktor yang
digunakan adalah principal components analysis dengan menentukan banyaknya
faktor harus minimum dengan memperhitungkan varian maksimum dalam data
untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat.
c. Vaktor yang terbentuk, dapat menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor
yang ada.
d. Melakukan interpretasi terhadap faktor-faktor yang terbentuk.
39
DAFTAR PUSTAKA
Arum Setya N.D, dkk, 2009, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Mitra Cendikia, Jogjakarta.
Augustin R. Intra, 2000, Urine Device as Mentod of Contraception. University Hospital of Obstetric and Gynecology University of Medicine Cluj- Napoca. Romania.
BKKBN, 2003, Informasi Keadilan dan Kesertaan Gender Dalam KB dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta.
_______, 2006, Kumpulan Data Program Keluarga Berencana Nasional. Jakarta
_______, 2009, Journal of Akseptor KB di Indonesia (Internet). Available from : (http://www.bkkbn.com) (Accessed March 15, 2010).
_______, 2011, http://www.bkkbn.go.id/siaranpers/Pages/Pemerintah-Beri-Insentif-Pemasangan-IUD.aspx : tanggal diakses 31 Oktober 2011.
_______ Sumut, 2011, http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/10/30/ 63562/pentingnya_kb_tren_positif_warga_sumut/#.TyglfPlAHUg : tanggal diakses 01 Pebruari 2012.
Ekarini Bhakti SM, 2008, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pemilihan KB di Kecamatan Selo Kabupaten Bayolali, Tesis Undip, Semarang.
Hartanto, Hanafi, 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pusaka Sinar Harapan, Jakarta.
Hidayat, 2009, Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan, Trans Info Media, Jakarta.
Hidayat Alimul A, 2007, Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta.
Hidayati Ratna, 2009, Metode dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi, Salemba Medika, Jakarta.
Imbarwati, 2009, Beberapa Faktor Yang Berkaitan Dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, Tesis Undip, Semarang.
39
40
Machfoedz, I. 2011, Biostatistika, Fitramaya, Yogyakarata.
Manuaba Gde. Ida Bagus, 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Meilani Niken, dkk, 2010, Pelayanan Keluarga Berencana (dilengkapi dengan penuntun belajar), Fitramaya, Ygyakarta.
Nazir, M. 2009, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor.
Notoatmodjo, S. 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skrpsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Pendit Brahm U, dkk, 2006, Ragam Metode Kontrasepsi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Pinem Saroha, 2009, Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi, Trans Info Media, Jakarta.
Propil Puskesmas Siblangit Kabupaten Deli Serdang, 2011.
Proverawati Atikah, dkk, 2010, Panduan Memilih Kontrasepsi, Lengkap Dengan Panduan Praktek Pemasangan dan penggunaannya, Nuha Medika, Yogyakarta.
Riduwan, 2010, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta, Jakarta.
Riyanto Agus, 2009, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.
Riwidikdo, Handoko, 2009, Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.
Saifuddin, A.B, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
____________, 2006, Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Sarwono Prawirohardjo, 2009, Ilmu Kandungan, YBP-SP, Jakarta.
Sastroasmoro Sudigdo, 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-3, Sagung Seto, Jakarta.
41
Siswosudarmo HR, dkk, 2007, Teknologi Kontrasepsi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Supranto, J. 2010, Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Suratun, dkk, 2008, Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi, Trans Info Media, Jakarta
Wibisono, 2003, Riset Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wibowo, A. 2006, Materi Pelatihan Statistika Multivariat, Lembaga Penelitian dan pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya.
Lampiran 1
42
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMAKAIAN
KONTRASEPSI AKDR/IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG
I. Petunjuk Pengisian :
a. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan ibu untuk menjawab seluruh
pertanyaan yang ada.
b. Berilag tanda (X) pada salah satu nomor jawaban pada kolom pertanyaan di
bawah ini, pilih sesuai dengan keadeaan atau kejadian yang sebenarnya.
c. Jawablah pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan sebenarnya. Untuk
jawaban Pertanyan “Analisis Faktor Yang Berhubungan Dalam Pemakaian
Kontrasepsi AKDR/IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten
Deli Serdang”.
d. Ada lima (5) pilihan jawaban yang sudah ditentukan, yaitu :
1 2 3 4 5
Dimana : (1) Sangat Tidak setuju
(2) Tidak Setuju
(3) Netral
(4) Sejutu
(5) Sangat Setuju
e. Penelitian ini hanya untuk kepentingan penelitian semata..
II. Indentitas Responden
42
43
1. No. Responden : …………….
2. Umur : …………….
3. Pendidikan : ……………..
4. Pekerjaan : 1. PNS
2. Pegawai Swasta
3. Wirasasta
4. IRT
5. Petani
5. Jumlah anak : ……………
III. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dalam Pemakaian Kontrasepsi AKDR/IUD
1. Faktor Umur
Seberapa besar pendapat ibu bahwa umur dapat mempengaruhi seorang ibu dalam
pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.
1 2 3 4 5
2. Faktor Pendidikan
Seberapa besar pendapat ibu bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
seorang ibu dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.
1 2 3 4 5
3. Faktor Pengetahuan
44
Seberapa besar pendapat ibu bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
seorang ibu dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.
Misalnya Pengetahuan tentang :
1. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD merupakan kontrasepsi yang
relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom
1 2 3 4 5
2. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD merupakan salah satu metode KB
dengan jangka panjang
1 2 3 4 5
3. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) sangat efektif karena tidak perlu
lagi mengingat-ingat, seperti pil atau suntik
1 2 3 4 5
4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD meningkatkan kenyamanan
seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
1 2 3 4 5
5. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD tidak menimbulkan efek samping
hormonal.
1 2 3 4 5
6. Keuntungan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD tidak mempengaruhi
kualitas dan volume ASI.
1 2 3 4 5
45
7. Keuntungan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD dapat dilepas jika
menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat permanen.
1 2 3 4 5
8. Keuntungan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD tidak bersifat
karsinogen yaitu dapat menyebabkan kanker karena hormon yang
terkandung didalamnya
1 2 3 4 5
4. Faktor Paritas
Seberapa besar pendapat ibu bahwa jumlah anak dapat mempengaruhi seorang
ibu dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.
1 2 3 4 5
5. Faktor Dukungan Suami
Seberapa besar pendapat ibu bahwa dukungan suami dapat mempengaruhi
seorang ibu dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.
Misalnya Dukungan Suami tentang :
1. Suami menyarankan ibu untuk ber-KB
1 2 3 4 5
2. Suami mendampingi ibu dalam pemasangan KB AKDR/IUD
1 2 3 4 5
3. Suami menyediakan waktu dan fasilitas untuk pemasangan KB AKDR/IUD
1 2 3 4 5
4. Suami bersedia membiayai dalam pemasangan KB AKDR/IUD
1 2 3 4 5
46
5. Suami menghormati keputusan ibu dalam memilih KB yang akan digunakan
1 2 3 4 5
6. Suami memberikan dukungan moral dalam pemasangan KB AKDR/IUD
1 2 3 4 5
7. Suami memberikan dukungan emosional dalam pemasangan KB AKDR/IUD
1 2 3 4 5
6. Faktor Budaya
Seberapa besar pendapat ibu bahwa budaya dapat mempengaruhi seorang ibu
dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.
Misalnya Budaya tentang :
1. Kontrasepsi AKDR/IUD tidak umum digunakan di tempat tinggal saya
1 2 3 4 5
2. Dalam keluarga pria/suami yang berperan dalam pengambilan keputusan
untuk menggunakan metode kontrasepsi
1 2 3 4 5
3. Jumlah anak mempengaruhi keputusan untuk menggunakan metode
kontrasepsi
1 2 3 4 5
4. Pemasangan AKDR/IUD tabu karena langsung dipasang ke dalam uterus
1 2 3 4 5
47
5. Pandangan dari masyarakat yang melarang atau mengharamkan penggunaan
AKDR/ IUD
1 2 3 4 5
7. Faktor Ketersediaan Alat Kontrasepsi
Seberapa besar pendapat ibu bahwa ketersediaan alat kontrasepsi dapat
mempengaruhi seorang ibu dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.
Misalnya Ketersediaan Alat Kontrasepsi tentang :
1. Ditempat pelayanan KB tersedia berbagai jenis KB termasuk IUD?
1 2 3 4 5
2. Pada saat mau mempergunakan KB, petugas kesehatan terlebih dahulu
memesan alat kontrasepsi?
1 2 3 4 5
3. Menunggu waktu beberapa hari agar alat kontrasepsi yang mau dipergunakan
tersedia?
1 2 3 4 5
4. Pada saat ibu ingin ber KB, alat kontrasepsi tersedia di sarana kesehatan
1 2 3 4 5
5. Jenis kontrasepsi yang diinginkan tersedia di sarana kesehatan?
1 2 3 4 5
48
8. Faktor Ketersediaan Tenaga Terlatih
Seberapa besar pendapat ibu bahwa ketersediaan tenaga terlatih dapat
mempengaruhi seorang ibu dalam pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.
Misalnya Ketersediaan Tenaga Terlatih tentang :
1. Mendapatkan informasi dengan lengkap dan jelas metode-metode
kontrasepsi dari pemberi pelayanan KB
1 2 3 4 5
2. Petugas menyarankan metode KB yang paling sesuai dengan kondisi ibu
1 2 3 4 5
3. Petugas mampu memberikan pelayanan KB yang sesuai dengan pilihan
ibu
1 2 3 4 5
4. Petugas memberikan informasi dengan jelas keuntungan dan kerugian
jenis KB pilihan ibu
1 2 3 4 5
5. Petugas kesehatan memberikan pelayanan KB dengan terampil
1 2 3 4 5
6. Petugas kesehatan memberikan pelayanan KB dengan cepat dan tepat
1 2 3 4 5
7. Ibu mudah mengerti atas penjelasan petugas seputar tentang masalah
KB
49
1 2 3 4 59. Alasan Memakai Kontrasepsi AKDR/IUD
1. Alasan ibu memakai kontrasepsi AKDR/IUD?
a. Menunda kehamilan
b. Menjarangkan kehamilan
c. Mengakhiri kehamilan