elitisme
DESCRIPTION
whatTRANSCRIPT
c. Elitisme
Elitisme adalah kecenderungan penyelenggaraan pendidikan oleh
pemerintah menguntungkan kelompok masyarakat yang kecil atau yang justru
mampu ditinjau dari segi ekonomi.
Namun pada kenyataannya di Indonesia bahkan banyak Negara-negara
Asia misalnya, China, Thailand, dan Malaysia, banyak terjadi kepincangan
dalam pemberian subsidi pada siswa sekolah dasar dan pendidikan tinggi.
Tetapi untuk Negara maju seperti Korea Selatan berbanding terbalik, Negara
ini telah menganut pola keadilan yang merata yaitu memberikan subsidi
bantuan kepada mahasiswa lebih rendah atau semakin menurun (mengecil).
Akan tetapi secara kumulatif subsidi yang diberikan pemrintah di Negara-
negara Asia pada umumnya memberikan proporsi yang lebih tinggi pada
lembaga pendidikan tinggi.
d. Managemen Pendidikan
Dalam kajian ekonomi, pendidikan dapat dipandang sebagai suatu
industry, sebagai suatu industry pengembangan sumber daya manusia
pendidikan harus dikelola secara professional dan menuntut kerja keras dari
berbagai pihak untuk berbagai bidang atau jenjang pendidikan. Karena untuk
tampil unggul dalam dunia globalisasi, pendidikan bukan merupakan factor
yang paling menentukan sehingga harus diperhitungkan dan ditingkatkan
kekuatan factor-faktor lain disamping pengelolaan sumber daya manusia dan
alam, dana dan sumber-sumber lain yang terbatas perlu dialokasikan secara
tepat.
Di Indonesia masalah pengelolaan Sekolah Dasar (SD), merupakan
contoh kesemrawutan management pendidikan di Negara Indonesia. Hal ini
memberikan efek pada setiap usaha meningkatkan mutu keluaran system
pendidikan. Undang-Undang Tahun 1989 mengenai sisitem pendidikan
nasional beserta beberapa peraturan dan pelaksanaanya, belum mampu
menolong dalam membenahi management pendidikan sekolah, begitu pula
otonomi pengelolaan penyelenggaraan pendidikan di Tingkat Sekolah
Menengah dan Pendidikan Tinggi, khususnya yang menyangkut masalah-
masalah akademik dan financial masih perlu penyesuaian dengan
kelembagaan-kelembagaan yang ada pada system pendidikan nasional.
Lembaga pendidika di Indonesia dibentuk berdasarkan fungsi dan
peranannya yang sudah ketinggalan jaman. Lembaga-lembaga social, uang,
dan lainnya tidak dapat mengikuti cepatnya laju pembangunan. Tilaar (1994)
mengatakan bahwa pengelolaan pendidikan di Indonesia, termasuk lemabaga
dalam system Pendidikan Nasional (Sisdiknas) perlu penataan ulang bahkan
direstrukturisasi.
e. Pemerataan Pendidikan
Pada tahun-tahun awal repelita I, Indonesia mampu memenuhi sebagian
besar desakan aspirasi pendidikan. Melalui Inpres, pemerintah telah
meningkatkan mutu bangsa yaitu ditandai dengan tingkat partisipasi
pendidikan dasar, sekarang di Indonesia angka partisipasi untuk Sekolah Dasar
sudah hamper mencapai 100% (Santosa S Hamijoyo: 1991 :11).
Pada pertengahan Repelita I dan dilanjutkan pada Repelita-Repelita
selanjutnya, telah mengangkat tingkat pembangunan manusia Indonesia pada
angka 84 atau dapat dikatakan berhasil dalam meningkatkan dalam pemerataan
kesempatan belajar terutama di tingkat pendidikan dasar. Namun dalam
globalisasi para ahli ekonomi mengemukakan, Durkhurst (1971), Devision dan
Fabriancant (1959) menyimpulkan bahwa mutu tenaga kerja mempunyai peran
besar terhadap pertumbuhan ekonomi. (NOeng Muhadjir, 1986 :3). Namun
perencanaan pendidikan di Indonesia belum mengarah kepada kebutuhan
lapangan kerja, apalagi mengantisipasi pemenuhan tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam dunia industry di masa mendatang.