elektroanalisis

5
Subjek:Kimia/ Materi:Elektrokimia Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas < Subjek:Kimia Elektrokimia adalah reaksi redoks yang bersangkut paut dengan listrik. Reaksi elektrokimia dibagi menjadi 2, yaitu: Sel galvani/sel volta adalah reaksi redoks yang menghasilkan listrik. Contohnya baterai. Sel elektrolisis adalah listrik yang mengakibatkan reaksi redoks. Contohnya adalah pemurnian logam dan pelapisan logam. Sel galvani/sel volta Pada gambar di atas, logam Zn akan mengalami oksidasi, sedangkan logam Cu akan mengalami reduksi. Reaksi kimianya adalah: Zn → Zn 2+ + 2 e, E 0 = 0,76 volt Cu 2+ + 2 e → Cu, E 0 = 0,34 volt Zn + Cu 2+ → Zn 2+ + Cu, E sel = 1,1 Volt. Fungsi dari jembatan garam adalah untuk menetralkan kelebihan anion dan kation pada larutan dan untuk menutup rangkaian sehingga reaksi dapat berlangsung terus-menerus.

Upload: nina-asriana-andi

Post on 26-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

analitik

TRANSCRIPT

Page 1: Elektroanalisis

Subjek:Kimia/Materi:ElektrokimiaDari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas< Subjek:Kimia

Elektrokimia adalah reaksi redoks yang bersangkut paut dengan listrik.

Reaksi elektrokimia dibagi menjadi 2, yaitu:

Sel galvani/sel volta adalah reaksi redoks yang menghasilkan listrik. Contohnya baterai.

Sel elektrolisis adalah listrik yang mengakibatkan reaksi redoks. Contohnya adalah pemurnian logam dan pelapisan logam.

Sel galvani/sel volta

Pada gambar di atas, logam Zn akan mengalami oksidasi, sedangkan logam Cu akan mengalami reduksi. Reaksi kimianya adalah:

Zn → Zn2+ + 2 e, E0 = 0,76 voltCu2+ + 2 e → Cu, E0 = 0,34 volt Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu, Esel = 1,1 Volt.

Fungsi dari jembatan garam adalah untuk menetralkan kelebihan anion dan kation pada larutan dan untuk menutup rangkaian sehingga reaksi dapat berlangsung terus-menerus.

Notasi sel

Untuk sel volta, penulisannya adalah: anoda || katoda atau zat yang teroksidasi || zat yang tereduksi

Seperti pada contoh diatas, berarti notasi selnya adalah:

Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu, Esel= 1,1 volt

Page 2: Elektroanalisis

Sel Elektrolisis

Sel elektrolisis adalah arus listrik yang menimbulkan reaksi redoks.

Pada sel elektrolisis, katoda akan tereduksi dan anoda yang akan teroksidasi.

Pada katoda, terdapat 2 kemungkinan zat yang ada, yaitu:

kation (K+) atau air (H20) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan atau

lelehan.)

Pada anoda, terdapat 3 kemungkinan zat yang ada, yaitu:

anion (A-) atau air (H20) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan atau

lelehan.) elektroda, elektroda ada 2 macam, inert (tidak mudah bereaksi, ada 3 macam zat yaitu

platina (Pt), emas (Aurum/Au), dan karbon (C)) dan tak inert (mudah bereaksi, zat lainnya selain Pt, C, dan Au).

Ada berbagai macam reaksi pada sel elektrolisis, yaitu:

Reaksi yang terjadi pada katoda o Jika kation merupakan logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), IIA (Be,

Mg, Cr, Sr, Ba, Ra), Al, dan Mn, maka reaksi yang terjadi adalah 2 H20 + 2 e → H2 + 2 OH-

o Jika kationnya berupa H+, maka reaksinya 2H+ + 2 e → H2

o Jika kation berupa logam lain, maka reaksinya (nama logam)x+ + xe → (nama logam)

Reaksi yang terjadi pada anoda o Jika elektroda inert (Pt, C, dan Au), ada 3 macam reaksi:

Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO3-, SO4

2-), maka reaksinya 2 H20 → 4H+ + O2 + 4 e

Jika anionnya OH-, maka reaksinya 4 OH- → 2H20 + O2 + 4 e

Page 3: Elektroanalisis

Jika anionnya berupa halida (F-, Cl-, Br-), maka reaksinya adalah 2 X(halida) → X (halida)2 + 2 e

o Jika elektroda tak inert (selain 3 macam di atas), maka reaksinya Lx+ + xe

Pembuatan sensor untuk penetapan kadar oksigen, sulfur dan batu bara pada limbah batu bara

Penelitian ini merupakan rekayasa alat sensor yang dapat digunakan secara langsung di lapangan. Sensor ini terdiri dari platinum sebagai working electrode dan AgCl sebagai reference electrode.

Larutan KCl jenuh digunakan sebagai elektrolitnya yang dilapisi membran polietilin. Sensor ini dapat dimodifikasi untuk mengukur kadar gas oksigen, gas sianida, klorin dan sulfur dioksida terlarut secara bersamaan.

Hasil uji coba penentuan kadar oksigen terlarut dengan alat sensor ini dibandingkan dengan metode winkler ada perbedaan 9,73%. Sedangkan penentuan kadar sulfur dioksida dengan alat sensor ini dibandingkan dengan metode volumetri sebesar 4,45%.

Peneliti Iran berhasil mengukur konsentrasi rendah ion sianida beracun dan berbahaya di dalam air dengan menggunakan nanoteknologi. Fars News melaporkan, Senin, 26/03/12.

"sintesis perak nanopartikel yang digunakan dalam penelitian tersebut sebagai sensor kolorimetri untuk mengukur konsentrasi rendah ion sianida di dalam air," kata Salahoddin Hajizadeh, MSc, ahli kimia analitik dari Urmia University, INIC.

Menurut dia, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan sebuah metode sederhana, hemat biaya, selektif, dan sensitif untuk mengkur konsentrasi rendah ion sianida beracun dan berbahaya dalam air dengan menggunakan nanoteknologi.

"Polusi dari penampungan air dengan senyawa sianida adalah salah satu tantangan lingkungan yang penting. Sebagian besar metode kolorimetri dilaporkan untuk mengukur

Page 4: Elektroanalisis

sianida didasarkan pada warna organik, sehingga mereka dapat diterapkan dalam lingkungan organik. Oleh karena itu, perlu untuk menyajikan metode sederhana dan biaya efektif untuk mengukur sianida dalam larutan air, "tambahnya.

Lebih lanjut menjelaskan bahwa, pada metode penelitian, Hajizadeh berkata, "solusi Koloid nanopartikel perak memiliki warna kekuningan cerah. Oleh karena itu, pembentukan dan stabilisasi larutan perak nanopartikel dapat dikonfirmasikan dengan menggunakan ultraviolet, nampak seperti analisis spektroskopi cahaya.

Hajizadeh menjelaskan keuntungan dari metode tersebut dan menambahkan,"Metode ini dapat dengan mudah digunakan dengan mata telanjang, atau dengan menggunakan perangkat spektrofotometer sederhana untuk mendeteksi sianida dalam air". Tambahnya. [Islam Times/on/Fars News]