ekstraksi_metabolit_sekunder

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari organisme penghasilnya. Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki berbagai aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain antikanker, antibakteri, antioksidan dan antifungi. Pemanfaatan metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman dapat dilakukan dengan mengkonsumsi langsung tanaman penghasil metabolit sekunder atau melakukan isolasi terhadap metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologis. Teknik mengisolasi senyawa metabolit sekunder dari suatu bahan alam dikenal sebagai ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu proses pemisahan zat yang diinginkan dari suatu material tanaman. Metode ekstraksi mengandalkan sifat kelarutan dari senyawa yang akan diekstrasi terhadap pelarut yang digunakan. Keberhasilan ekstraksi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga perlu adanya ketelitian dalam 1

Upload: ellisatan

Post on 13-Nov-2015

27 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ekstraksi_metabolit_sekunder

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMetabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari organisme penghasilnya. Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki berbagai aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain antikanker, antibakteri, antioksidan dan antifungi. Pemanfaatan metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman dapat dilakukan dengan mengkonsumsi langsung tanaman penghasil metabolit sekunder atau melakukan isolasi terhadap metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologis. Teknik mengisolasi senyawa metabolit sekunder dari suatu bahan alam dikenal sebagai ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu proses pemisahan zat yang diinginkan dari suatu material tanaman.Metode ekstraksi mengandalkan sifat kelarutan dari senyawa yang akan diekstrasi terhadap pelarut yang digunakan. Keberhasilan ekstraksi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga perlu adanya ketelitian dalam memilih metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak senyawa metabolit sekunder yang diinginkan.1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana cara mengekstraksi senyawa metabolit sekunder?2. Apa faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi?1.3Tujuan1. Mengetahui cara mengekstraksi senyawa metabolit sekunder.2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi.

BAB IIPEMBAHASANKomponen-komponen kimia yang terkandung di dalam bahan organik seperti yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan oleh keperluan hidup manusia, baik komponen senyawa tersebut digunakan untuk keperluan industri maupun untuk bahan obat-obatan. Komponen tersebut dapat diperoleh dengan metode ekstraksi dimana ekstraksi merupakan proses pelarutan komponen kimia yang sering digunakan dalam senyawa organik untuk melarutkan senyawa tersebut dengan menggunakan suatu pelarut (Anonim, 2013).Menurut Mc Cabe (1999) dalam Muhiedin (2008), ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara berdasarkan wujud bahannya yaitu:1. Ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.2. Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zatEkstraksi padat cair secara umumnya terdiri dari maserasi, refluktasi, sokhletasi, dan perkolasi. Metoda yang digunakan tergantung dengan jenis senyawa yang kita gunakan. Jika senyawa yang kita ingin sari rentan terhadap pemanasan maka metoda maserasi dan perkolasi yang kita pilih, jika tahan terhadap pemanasan maka metoda refluktasi dan sokletasi yang digunakan (Safrizal,2010). Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga terjadi distribusi sampel di antara kedua pelarut tersebut. Pendistribusian sampel dalam kedua pelarut tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD/koefisien distribusi (Faradillah:2011)2.1 Ekstraksi Padat-CairEkstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Wilda, 2013). 2.1.1 Cara dingin 2.1.1.1 Maserasi a) Pengertian MaserasiMaserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam). Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Anonim, 2014).Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Afifah,2012).Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasanb) Prinsip MaserasiPrinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentu selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik). Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya jenuh).Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%. Alat maserasi ditunjukkan pada gambar No. 1

(a) (b)Gambar 1. (a) maserasi sederhana(b) maserasi yang dilengkapi pengaduk

c) Kelebihan dan Kekurangan Metode MaserasiKelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:a) Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendamb) Biaya operasionalnya relatif rendahc) Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasanKelemahan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:a) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% sajab) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya:1. DigestiDigesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 4050C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan diperoleh keuntungan antara lain:a) Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas.b) Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.c) Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.d) Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke dalam bejana.2. Maserasi dengan Mesin PengadukPenggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

3. RemaserasiCairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.4. Maserasi MelingkarMaserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.5. Maserasi Melingkar BertingkatPada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan didapatkan :a) Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak sesuai dengan keperluan.b) Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan penyarian dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil penyarian yang maksimal.c) Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk simplisia yang baru, hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.d) Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada yang dilakukan sekali dengan jumlah pelarut yang sama (Anonim. 2011).1.1.1.2 Perkolasi a) Pengertian PerkolasiMenurut Guenther dalam Irawan (2010) Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui bahan yang telah dibasahi. Perkolasi adalahmetoda ekstraksicara dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (Agutina, 2013).Jadi, perkolasi adalah suatu metode estraksi dengan mengalirkan penyari melalui bahan yang telah dibasahi sehingga pelarut yang digunakan selalu baru. b) Prinsip PerkolasiPrinsip perkolasi adalah sebagai berikut: Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya., dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.b. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi. c) Alat PerkolasiAlat yang digunakan untuk perkolasi disebut percolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari percolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukanya penyarian disebuat ampas atau sisa perkolasi.Bentuk percolator ada 3 macam yaitu percolator berbentuk tabung, percolator berbentuk paruh, dan percolator berbentuk corong. Pemilihan percolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan di sari. Serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik jika diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari yang tersedia lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut, pembuatan sediaan digunakan percolator lebar untuk mempercepat proses perkolasi. Percolator berbentuk tabung biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak cair, percolator berbentuk paruh biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar tinggi, percolator berbentuk corong biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar rendah. Ukuran percolator yang digunakan harus dipilih sesuai dengan jumlah bahan yang disari. Jumlah bahan yang disari tidak lebih dari 2/3 tinggi percolator. Percolator dibuat dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang tidak saling mempengaruhi dengan obat atau cairan penyari.Percolator dilengkapi dengan tutup dari karet atau bahan lain, yang berfungsi untuk mencegah penguapan. Tutup karet dilengkapi dengan lubang bertutup yang dapat dibuka atau ditutup dengan menggesernya. Pada beberapa percolator sering dilengkapi dengan botol yang berisi cairan penyari yang dihubungkan ke percolator melalui pipa yang dilengkapi dengan keran. Aliran percolator diatur oleh keran. Pada bagian bawah, pada leher percolator tepat di atas keran diberi kapas yang di atur di atas sarangan yang dibuat dari porselin atau di atas gabus bertoreh yang telah dibalut kertas tapis Kapas yang digunakan adalah yang tidak terlalu banyak mengandung lemak. Untuk menampung perkkolat digunakan botol perkolat, yang bermulut tidak terlalu lebar tetapi mudah dibersihkan. Di bawah ini adalah gambar alat perkolasi.

Gambar 2. Alat perkolasiReperkolasi Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari, maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan. Pada perkolasi tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi dilakukan dengan cara : simplisia dibagi dalam beberapa percolator, hasil percolator pertama dipekatkan menjadi perkolat I dan sari selanjutnya disebut susulan II. Susulan II digunakan untuk menjadi perkolat II. Hasil perkolator II dipisahkan menjadi perkolat II dan sari selanjutnya disebut susulan III. Pekerjaan tersebut diulang sampai menjadi perkolat yang diinginkan. Perkolasi bertingkat Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia, maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses penyarian tersebut akan menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesan pertama dan tetesan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer. Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dilakukan cara perkolasi bertingkat.serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna, sebelum dibuang, disari dengan penyari yang baru, diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru, disari dengan perkolat yang hampir jenuh dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jenuh. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan. Cara ini cocok jika digunakan untuk perusahaan obat tradisional,termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik. Agar diperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan: 1. Jumlah perkolator yang diperlukan 2. Bobot serbuk simplisia untuk tiapa perkolasi 3. Jenis cairan penyari 4. Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi 5. Besarnya tetesan dan lain-laind) Kelebihan dan Kekurangan PerkolasiKelebihan dari metode perkolasi adalah:1. Tidak terjadi kejenuhan 2. Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel) Kekurangan dari metode perkolasi adalah1. Cairan penyari lebih banyak 2. Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka (Sulaiman, 2011).2.1.2 Cara Panas 2.1.2.1 Refluks a) Pengertian RefluksRefluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Refluks adalah teknik yang melibatkan kondensasi uap dan kembali kondensat ini ke sistem dari mana ia berasal. Hal ini digunakan dalam industri dan laboratorium distilasi. Hal ini juga digunakan dalam kimia untuk memasok energi untuk reaksi-reaksi selama jangka waktu yang panjang. Campuran reaksi cair ditempatkan dalam sebuah wadah terbuka hanya di bagian atas. Kapal ini terhubung ke kondensor Liebig, seperti bahwa setiap uap yang dilepaskan kembali ke didinginkan cair, dan jatuh kembali ke dalam bejana reaksi. Kapal kemudian dipanaskan keras untuk kursus reaksi. Alat refluks dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Alat refluksb) Prinsip Metode RefluksPrinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Akhyar,2010).c) Kelebihan dan Kekurangan Metode RefuksKelebihan dari metode refluks adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan tahan pemanasan langsung. (Anonim, 2011).Kekurangan dari metode refluks adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar,dan Sejumlah manipulasi dari operator (Mandiri, 2013).2.1.2.2 Soxhletasi a) Pengertian SoxhletasiSoxhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam sampel padat dengan cara penyarian berulangulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Pelarut yang digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana (C6H14) untuk sampel kering dan metanol (CH3OH) untuk sampel basah. Jadi, pelarut yang dugunakan tergantung dari sampel alam yang digunakan. Nama lain yang digunakan sebagai pengganti sokletasi adalah pengekstrakan berulangulang (continous extraction) dari sampel pelarut (Rahman: 2012).Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon ( Rene,2011).b) Prinsip Kerja SoxhletasiBahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) dibagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan antara labu penyulingan dengan labu pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang menguap dan mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipet, berkondensasi di dalamnya, menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke dalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melalui penguapan bahan pelarut murni berikutnya. Pada cara ini diperlukan bahan pelarut dalam jumlah kecil, juga simplisia selalu baru artinya suplai bahan pelarut bebas bahan aktif berlangsung secara terus-menerus (pembaharuan pendekatan konsentrasi secara kontinyu). Keburukannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama (sampai beberapa jam) sehingga kebutuhan energinya tinggi (listrik, gas). Selanjutnya, simplisia di bagian tengah alat pemanas langsung berhubungan dengan labu, dimana pelarut menguap. Pemanasan bergantung pada lama ekstraksi, khususnya titik didih bahan pelarut yang digunakan, dapat berpengaruh negatif terhadap bahan tumbuhan yang peka suhu (glikosida, alkaloida). Demikian pula bahan terekstraksi yang terakumulasi dalam labu mengalami beban panas dalam waktu lama. Meskipun cara soxhlet sering digunakan pada laboratorium penelitian untuk pengekstraksi tumbuhan, namun peranannya dalam pembuatan sediaan tumbuhan kecil artinya (Anonim: 2011).c) Alat ekstraksi Soxhletasi

Gambar 4. Alat SoxhletasiNama-nama instrumen dan fungsinya adalah: 1) Kondensor berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk mempercepat proses pengembunan, 2) Timbal/klonsong berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil zatnya, 3) Pipa F/vapor berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang menguap dari proses penguapan, 4) Sifon berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan 1 siklus, 5) Labu alas bulat berfungsi sebagai wadah bagi ekstrak dan pelarutnya, 6) Hot plate atau penangas berfungsi sebagai pemanas larutan, 7) Water in sebagai tempat air masuk, dan 8) Water out sebagai tempat air keluar (Azam Khan: 2012).d) Kelebihan dan Kekurangan SoxhletasiMetode soxhletasi memiliki kelebihan dan kekurangan pada proses ekstraksi. Kelebihan: a) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung. b) Digunakan pelarut yang lebih sedikit c) pemanasannya dapat diatur kekurangan:a) Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas. b) Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya. c) Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi (Keloko, 2013).2.2 Ekstraksi Cair-Cair2.2.1 Pengertian ekstraksi pelarut (Ekstraksi Cair-Cair)Dalam laboratorium ekstraksi dapat digunakan untuk mengambil zat terlarut dalam air dengan menggunakan pelarut-pelarut organik yang tidak bercampur dengan air. Dalam industri, ekstraksi dipakai menghilangkan zat-zat yang tidak disukai yang terkait dalam produk. (Team Teaching, 2013).Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air adalah metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut.Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.Ekstraksi cair-cair dengan pengkelat logam adalah salah satu aplikasi utama ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi selektif ion logam menggunakan agen pengkelat. Pada umumnya ion-ion logam tidak larut dalam pelarut organik non polar. Ion logam harus diubah menjadi bentuk molekul yang tidak bermuatan dengan pembentukan kompleks agar ion logam tersebut dapat terekstrak ke dalam pelarut organik non polar. Senyawa kompleks adalah suatu senyawa dimana ion logam bersenyawa dengan ion atau molekul netral yang mempunyai sepasang atau lebih elektron bebas yang berikatan secara kovalen koordinasi (Anonim: 2011).Pembagian solut antara dua cairan yang tak saling campur memberikan banyak kemungkinan yang menarik bagi pemisahan-pemisahan analitik juga untuk keadaan yang tujuan utamanya bukanlah analitik melainkan preparatif, maka ekstraksi solven dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang memberikan hasil murni di dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan alat yang sukar, seringkali diperlukan hanya sebuah corong pemisah (gambar 5). Sering pemisahan secara ekstraksi solvent dapat dilakukan dalam beberapa menit. Tekniknya dapat diterapkan untuk suatu batas-batas konsentrasi yang luas, dan telah digunakan secara ekstensif untuk isotop-isotop bebas pembawa dalam jumlah-jumlah yang sangat sedikit yang diperoleh baik dari transmutasi nuklir maupun dari material-material industri yang dalam jumlah ion (Underwood,1988).

Gambar 5. Corong pisahBila senyawa organik tidak larut sama sekali dalam air, pemisahannya akan lengkap. Namun, nyatanya, banyak senyawa organik, khususnya asam dan basa organik dalam derajat tertentu larut juga dalam air. Hal ini merupakan masalah dalam ekstraksi. Untuk memperkecil kehilangan yang disebabkan gejala pelarutan ini, disarankan untuk dilakukan ekstraksi berulang. Anggap anda diizinkan untuk menggunakan sejumlah tertentu pelarut. Daripada anda menggunakan keseluruhan pelarut itu untuk satu kali ekstraksi, lebih baik Anda menggunakan sebagian-sebagian pelarut untuk beberapa kali ekstraksi. Kemudian akhirnya menggabungkan bagian-bagian pelarut tadi. Dengan cara ini senyawa akan terekstraksi dengan lebih baik (Yashito takeuchi, 2006).2.2.2 Koefisien DistribusiMenurut Hukum Distrbusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan teradi pembagian solut dengan perbandingan tertentu. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek, solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, tetapaan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi yang dinyatakan dengan berbagai rumus : Kd = atau Kd = Dengan Kd = koefisien distribusi dan C1, C2, C0 dan Ca masing-masing adalah konsentrasi solut pada pelarut 1, 2 organik dan air. Sesuai dengan kesepakatan, konsentrasi solut dalam pelarut organik dituliskan di atas dan konsentrasi solut dalam pelarut air dituliskan di bawah. Dari rumus di atas jika Kd besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organik begitu pula terjadi sebaliknya. Rumus tersebut di atas hanya berlaku bila:1) Solut tidak terionisasi dalam salah satu pelarut saja.2) Solut tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut.3) Zat terlarut tidak bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi-reaksi lain.2.2.3 Angka Banding Distribusi (D) Bagaimana jika peristiwa-peristiwa yang disebut di atas terjadi? Dalam kondisi demikian harga harga Kd tidak dapat lagi menggambarkan distribusi solut diantara kedua fasa pelarut, karena solut solut tidak berada dalam rumus molekul yang sama di dalam kedua fasa pelarut. Oleh karena itu perlu didefiinisikan suatu besaran baru, yang dinamakan angka banding distribusi (D).Angka banding ditribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Jika zat terlarut itu adalah senyawa X maka rumus angka banding distribusi dapat ditulis:D= Angka banding distribusi (D) pada keperluan analisis kimia lebih bermakna daripada koefisien distribusi (Kd). Pada kondisi ideal dan tidak terjadi asosiasi, disosiasi, atau polimerisasi, maka harga Kd sama dengan D. Harga D tidak konstan, karena tergantung kondisi reaksi, antara lain PH fasa air, konsentrasi pengompleks.2.2.4 Hubungan D dengan KdUntuk melihat hubungan D dengan Kd secara sederhana dapat dipelajari asam lemah berbasa satu [HA] dalam fasa air dan fasa organik. Dalam fasa air, HA terionisasi menjadi H+ dan A-. Anion sisa asam [A-] tidak larut dalam fasa organik. Besaran-besaraan kesetimbangan yang berpengaruh setelah kesetimbangan tercapai adalah (1) Ka (tetapan ionisasi asam lemah HA); (2) DHA (angka banding distribusi); (3) KDHA (koefisien distribusi asam lemah HA). Selanjutnya hubungan D dengan Kd dapat divari sebagai berikut:HA H+ + A-D= ...................................................................(1)KDHA= ...................................................................(2)Ka = ...................................................................(3)[A-] = ...................................................................(4)Bila persaman (4) diditribusi ke dalam persamaan (1) akan diperoleh:D = atau D = ...............................(5)Bila persamaan (2) disubtitusikan ke dalam persamaan (5) akan diperoleh persamaan (6) sebagai berikut:D = ...................................................................(6)Arti dari persamaan (6) adalah bahwa harga D dipengaruhi oleh harga Kd, Ka dan PH air.Misalkan, 1 gram asam benzoat dilarutkan dalam100 mL air kemudian dimasukkan 100 mL eter. Koefisien distribusi asam benzoat = 100, Ka =6,5 x 10-5 dan lapisan air mempunyai pH 3, 5, dan 7 maka koefisien distribusi (D) dapat dihitung sebagai berikut.Rumus D = Pada pH 3,5 dan 7, maka [H+] = 10-3, 10-5 dan 10-7a) Pada pH = 3D = = = 93,89b) Analog dengan cara a, didapat D= 13,33c) Analog dengan cara a, didapat D= 0,1536Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa harga D semakin kecil dengan berkurangnya keasaman larutan. Berdasarkan definisi harga D di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah total solut dalam pelarut organik semakin berkurang dengan berkurangnya keasaman larutan.2.2.5 Persen Terekstraksi (% E)Persen terekstraksi adalah banyaknya mol zat yang terekstraksi ke dalam fasa organik dibagi dengan banyaknya mol total dalam fasa organik dan fasa air dikalikan dengan 100. Pernyataan ini dapat ditulis dengan rumus:

...................................................................(7)

Bila kedua penyebut dan pembilang dibagi dengan [A]a dan kemudian dibagi dengan Vo serta karena = D, maka penyelesaian persamaan di atas menghasilkan rumus:...................................................................(8)Va = volume fasa airV0 = volume fasa organikPersamaan di atas akan menjadi lebih sederhana bila Va = Vo sehingga diperoleh: ...................................................................(9)Dalam kasus volume kedua fasa pelarut sama (Va=Vo), maka dapat dibuktikan bahwa solut sama sekali tidak akan terekstrak, jika D lebih kecil 0,001 dan akan terekstrak secara kuantitatif jika D lebih besar dari 1000 persen terekstraksi akan berubah dari 99,5 sampai 99,9 % jika harga D diduakalikan, misalnya dari 500 menjadi 1000.Misalkan suatu larutan asam butirat dalam air sebanyak 20 mL 0,10 M di kocok dengan 10 mL eter, setelah lapisan terpisah, kadar asam butirat yang tertinggal dalam fasa air ditentukan dengan cara titrasi. Hasil titrasi menunjukkan 0,50 mmol asam butirat tertinggal dalam fasa air. Maka angka banding distribusi dan persen terekstrak dari sistem tersebut dapat dihitung sebagai berikut.a) D = dengan e adalah eter dan a adalah airD = = = 6,00b) = = 75 % (Soebagio,2005).2.3 Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam EkstraksiDalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:1. Ukuran partikel Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin kecil ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair; sehingga laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil. 2. Zat pelarut Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun, pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental. 3. Temperatur Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.4. Pengadukan fluida Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat pelarut. Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi padat-cair misalnya, dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan ekstraksi atau pengolahan lanjut dari rafinat (dengan tujuan mendapatkan kembali sisa-sisa pelarut). Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :1. Selektivitas Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua. 2. Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit). 3. Kemampuan tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi. 4. Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal). 5. Reaktifitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.

6. Titik didih Ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah). 7. Kriteria yang lain Pelarut sedapat mungkin harus:1. Murah 2. Tersedia dalam jumlah besar 3. Tidak beracun4. Tidak dapat terbakar 5. Tidak eksplosif bila bercampur dengan udara 6. Tidak korosif 7. Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi 8. Memilliki viskositas yang rendah 9. Stabil secara kimia dan termis. Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi syarat di atas, maka untuk setiap proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai. Beberapa pelarut yang terpenting adalah : air, asam-asam organik dan anorganik, hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton, hidrokarbon yang mengandung khlor, isopropanol, etanol (Nurul, 2013).

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanSecara umum, ekstraksi metabolit sekunder dibedakan atas dua yaitu ekstraksi padat cair dan ekstraki cair-cair. Ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut yang terdiri dari cara dingin (maserasi, perkolasi) dan cara panas (soxhletasi, refluks) sedangkan ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zat. Dalam melakukan ekstraksi padat cair, ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu temperatur, zat pelarut, ukuran partikel dan pengadukan fluida sedangkan pada ektraksi cair-cair, hal yang harus diperhatikan adalah selektivitas, kelarutan, kemampuan untuk saling tidak bercampur, kerapatan, selektivitas dan titik didih. 1.2 SaranMakalah mengenai ekstraksi metabolit sekunder telah dibuat semaksimal mungkin, namun masih banyak kekurangan yang memerlukan kritik dan saran dari pembaca sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Demi untuk menambah wawasan kita dalam ekstraksi metabolit sekunder, diharapkan ada tulisan selanjutnya mengenai cara fraksinasi snyawa metabolit sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

Akhyar.2010. Uji Daya Hambat dan Analisis Klt Bioautografi Ekstrak Akar dan Buah Bakau (rhizophora stylosa griff.) terhadap vibrio harveyi. Makassar: Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Afifah, Riski. 2012. Metode Maserasi. (Online). http://ekstraksitanamanobat.blogspot.com. Diakses tanggal 18 April 2014 Pukul 16.32 WITA

Anonim.2011.Perkolasi.(Online).http://mayapusmpuspuspita.files.wordpress.com. Diakses tanggal 8 April 2014 Pukul 12.40 WITA

Anonim.2009.EkstraskiPelarut.(Online).http://bersamafebri.blogspot.com/2009/04/ekstraksi-pelarut.html. Diakses pada 18 Februari 2013 pukul 10.25 WITA

Anonim.2011.LaporanEkstraksiPelarut.(Online).http://meitaisme.wordpress.com/tuu-gaasss/kimia-analitik/laporan-ooh-laporan/.Diakses pada4 April 2013 pukul 18:34 WITA

Anonim.2011.LaporanPraktikumEkstraksiPelarut.(online).http://yellikeroppy.blogspot.com/2011/0sss5/laporan-praktikum-ekstraksi-pelarut.html.Diakses pada 4 Maret 2013 pukul 18.20 WITA

Anonim.2011.EkstraksidenganMaserasi.(Online).http://mayapusmpuspuspita.wordpress.com. Diakses tanggal 11 April 2014 pukul 11.02 WITA

Anonim. 2011. Refluks. (Online). http://zilazulaiha.blogspot.com. Diakses tanggal 11 April 2014 Pukul 12.08 WITA

Anonim. 2012. Prinsip Ekstraksi dengan Cara Soxhletasi. (Online). http://nurfaisyah.web.id. Diakses tanggal 26 April 2013 Pukul 14.10 WITA

Ardiyan,Agusta.2012.EkstraksiPelarut.(Online).http://clickardiyan.blogspot.com/2012/06/makalah-ekstraksi-pelarut.html. Diakses pada 4 Maret 2013 pukul 18:18 WITA

Anonim. 2013. Laporan Praktikum Teknik Kimia. (Online). http://alexkimia.wordpress.com. Diakses tanggal 15 April 2013 Pukul 15.24 WITA

Anonim. 2014. Obat Diabetes Paling Ampuh. (Online). http://pamitra.blogspot.com. Diakses tanggal 18 April Pukul 15.42 WITA

AzamKhan.2012.PrinsipKerjaEkstraktorSoxhlet.(online).http://khoirulazam89.blogspot.com/2012/01/prinsip-kerja-ekstraktor-soxhlet.html (diakses tanggal 26 April pukul 14.31 WITA)

Day. Jr, R.A., dan A.L. Underwood. 1988. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Faradillah.2011. Laporan Ekstraksi Pelarut (Cair-Cair dan Padat Cair). (Online). http://faradillahchemistry09.blogspot.com/. Diakses tanggal 1 April 2014 Pukul 11.35 WITA

Hamdani.2014. Maserasi. (Online). http://catatankimia.com. Diakses tanggal 18 April 2014 Pukul 16.09 WITA

Irawan, Bambang. 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut. Semarang: Universitas Negeri Gorontalo

Keloko, raju S.P. 2013. Ekstraksi. (Online). http://rajukeloko.blogspot.com. Diakses tanggal 11 April 2014 Pukul 11.43 WITA

Khopkar, S. M. Penerjemah A. Saptorahardjo. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press

Mandiri,Rizky.2013.EkstraksiMetodeRefluks.(Online).http://mandiriii.blogspot.com. Diakses tanggal 11 April 2014 pukul 12.29 WITA

Muhiedin, Fuad. 2008. Efisiensi Proses Ekstraksi Oleoresin Lada Hitam dengan Metode Ekstraksi Multi Tahap. Malang: Universitas Brawijaya

Nurul. 2013. Concept With Image. (Online). http://nurul.kimia.upi.edu Diakses tanggal 18 April 2014 Pukul 08.32 WITA

Rahman dunggio. 2012. Soxhletasi. (online). Http://rdunggiochm.blogspot.com/. Diakses tanggal 26 April 2013 Pukul 14.12 WITA

Rene Nursaerah M. L. 2011. Mempelajari Ekstraksi Pigmen Antosianin dari Kulit Manggis dengan Berbagai Jenis Pelarut. Bandung: Universitas Pasundan

Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik. Malang: Universitas Negeri Malang

Sulaiman,SephaDiadara.2011.Maserasi.(Online).http://sephadiadaralife.blogspot.com. Diakses tanggal 11 April 2014 pukul 11.10 WITA

Team Teaching. 2013. Dasar-Dasar Pemisahan Analitik bagi Mahasiswa. Gorontalo: Laboratorium Kimia, FMIPA UNG

Yashito takeuchi, 2006. Buku Teks Pengantar Kimia Diterjemahkan dari Versi Bahasa Inggrisnya oleh Ismunandar. Iwanani shoten: Tokyo

Wilda, Ulfa. 2013. Makalah kimia analisis. (online). http://ulfa-wilda-sii-pharmachy.blogspot.com. Diakses tanggal 15 April 2014 Pukul 15.36 WITA

17