ekploitasi orangtua terhadap anak dikota …repository.umrah.ac.id/543/1/jurnal .pdf · mereka...

13
1 EKPLOITASI ORANGTUA TERHADAP ANAK DIKOTA TANJUNGPINANG Sri Wahyuni 1 , Emmy Solina 2 , Nanik Rahmawati 3 [email protected] Program studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Eksploitasi anak merupakan sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang- wenang terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga ataupun masyarakat. Seperti halnya yang terjadi di Kota Tanjungpinang adalah masih ditemukan keberadaan pekerja anak yang berusia 18 tahun kebawah, yang bekerja sebagai penjual kerupuk, penjual Koran, buruh bangunan, pekerja bengkel dan penjual santan. Mereka bekerja atas suruhan orang tuanya. Permasalahan yang di temukan dalam Ekploitasi yaitu berawal dari orang tua yang mempekerjakan anak-anak dengan jam kerja yang panjang mulai dari jam 08:00-17:00 WIB. Sehingga waktu yang mereka gunakan habis hanya untuk bekerja mencari uang untuk kebutuhan makan dan minum mereka sekeluarga sehari-hari. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan bagaimana Eksploitasi Orangtua yang mempekerjakan anak di Kota Tanjungpinang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, Jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang, yaitu 5 orang anak dan 8 orang tua. Hasil dari penelitian mengenai Eksploitasi Orang Tua yang mempekerjakan anak di Kota Tanjungpinang adalah masih banyak orang tua yang tidak bertanggung jawab terhadap hak-hak anaknya, dan kurangnya dalam menjalankan fungsi keluarga, kurangnya sosialisai terhadap hak anak sehingga orang tua tidak menyadari akan hak-hak anak dalam bekerja. sebagian besar anak- anak yang tereksploitasi, waktu yang mereka miliki habis begitu saja ditempat mereka bekerja, sehingga dalam fikiran anak- anak bagai mana cara agar mereka mendapatkan uang tidak ada lagi waktu bermain seperti anak kebanyakan, anak- anak telah tereksploitasi secara ekonomi, psikis, sosial bahkan waktu. Kata kunci: Eksploitasi, Keluarga, Anak-anak

Upload: lylien

Post on 08-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

EKPLOITASI ORANGTUA TERHADAP ANAK DIKOTA

TANJUNGPINANG

Sri Wahyuni1, Emmy Solina

2, Nanik Rahmawati

3

[email protected]

Program studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik,

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Eksploitasi anak merupakan sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-

wenang terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga ataupun masyarakat. Seperti

halnya yang terjadi di Kota Tanjungpinang adalah masih ditemukan keberadaan

pekerja anak yang berusia 18 tahun kebawah, yang bekerja sebagai penjual

kerupuk, penjual Koran, buruh bangunan, pekerja bengkel dan penjual santan.

Mereka bekerja atas suruhan orang tuanya. Permasalahan yang di temukan dalam

Ekploitasi yaitu berawal dari orang tua yang mempekerjakan anak-anak dengan

jam kerja yang panjang mulai dari jam 08:00-17:00 WIB. Sehingga waktu yang

mereka gunakan habis hanya untuk bekerja mencari uang untuk kebutuhan makan

dan minum mereka sekeluarga sehari-hari.

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan bagaimana

Eksploitasi Orangtua yang mempekerjakan anak di Kota Tanjungpinang. Jenis

penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pemilihan informan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, Jumlah informan

dalam penelitian ini berjumlah 13 orang, yaitu 5 orang anak dan 8 orang tua.

Hasil dari penelitian mengenai Eksploitasi Orang Tua yang

mempekerjakan anak di Kota Tanjungpinang adalah masih banyak orang tua yang

tidak bertanggung jawab terhadap hak-hak anaknya, dan kurangnya dalam

menjalankan fungsi keluarga, kurangnya sosialisai terhadap hak anak sehingga

orang tua tidak menyadari akan hak-hak anak dalam bekerja. sebagian besar anak-

anak yang tereksploitasi, waktu yang mereka miliki habis begitu saja ditempat

mereka bekerja, sehingga dalam fikiran anak- anak bagai mana cara agar mereka

mendapatkan uang tidak ada lagi waktu bermain seperti anak kebanyakan, anak-

anak telah tereksploitasi secara ekonomi, psikis, sosial bahkan waktu.

Kata kunci: Eksploitasi, Keluarga, Anak-anak

2

PENDAHULUAN

Anak tidak bisa diekploitasi dalam bentuk apapun juga. Terkadang kita

lupa bahwa anak memiliki dunianya, kita hanya memberikan saran dan gambaran

juga mengarahkan masa depan tetapi pada hakikatnya anak memiliki harapan

akan masa depannya sendiri. Untuk mencapainya, maka orang tua juga

masyarakat perlu sadar bahwa pemaksaan kehendak yang bertujuan baik

sekalipun belum tentu dapat diterima oleh anak (Suryatati,2011:42).

Anak-anak mempunyai harapan dan hak-hak mereka, adapun hak-hak

anak menurut Konvensi Hak Anak dikelompokkan dalam 4 kategori,yaitu :

a. Hak Kelangsungan Hidup, hak untuk melestarikan dan

mempertahankan hidup dan hak memperoleh standar kesehatan

tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya.

b. Hak Perlindungan, perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi,

kekerasan dan keterlantaran.

c. Hak Tumbuh Kembang, hak memperoleh pendidikan dan hak

mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental,

spiritual, moral dan sosial.

d. Hak Berpartisipasi, hak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal

yang mempengaruhi anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak Pasal 13 ’’Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak

lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat

perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun

3

seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, ketidakadilan,

dan perlakuan salah lainnya’’.

Fenomena yang terjadi di Kota Tanjungpinang adalah masih ditemukan

keberadaan pekerja anak yang berusia 18 tahun kebawah, yang bekerja sebagai

penjual kerupuk, penjual Koran, buruh bangunan, pekerja bengkel dan penjual

santan. Mereka bekerja atas suruhan orang tuanya yang tidak memiliki pekerjaan.

Hal tersebut merupakan suatu bentuk dari eksploitasi orang tua terhadap anak,

dikarenakan orang tua baik secara sadar ataupun tidak telah mengambil

keuntungan dengan memanfaatkan tenaga dan waktu anak untuk bekerja, dimana

penghasilan yang didapat sebagian besar diserahkan kepada orangtuanya.

Berdasarkan hasil observasi bulan Oktober 2016, bahwa Ekploitasi yang

terjadi terhadap anak di kota Tanjungpinang ini berawal dari orang tua yang

mempekerjakan anak-anak dengan jam kerja yang panjang mulai dari jam 08:00-

17:00 WIB. Sehingga waktu yang mereka gunakan habis hanya untuk bekerja

mencari uang untuk kebutuhan makan dan minum mereka sekeluarga sehari-hari.

METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe deskriptif.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan

Riau karena dijumpai anak-anak yang bekerja dan dipekerjakan oleh orang

tuanya.

3. Populasi dan Sampel

4

Informan pada penelitian ini adalah 5 orang anak dan 8 orang tua yang bekerja

dan mempekerjakan anaknya di Kota Tanjungpinang dengan menggunakan

metode purposive sampling.

4. Jenis Data

a) Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli

(tidak melalui media perantara), biasanya distilahkan dengan informan kunci,

yaitu anak-anak pekerja bengkel, penjual koran, penjual kerupuk, buruh

bangunan, dan penjual santan di kota Tanjungpinang.

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain). Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari Instansi terkait seperti

dari Badan Pusat Statistik Kota (BPS), dan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

(Dinsosnaker), Komisi perbedayaan perempuan dan anak (KPPAD) di

Tanjungpinang.

5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data pada penelitian ini yang dilakukan yaitu:

a) Observasi

Observasi yang peneliti lakukan ialah berupa pengamatan dan pencatatan

terhadap gejala-gejala yang diteliti. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil

observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau

peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk

menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab

5

pertanyaan, untuk membantu mengerti Ekploitasi orangtua yang mepekerjakan

anak di kota Tanjungpinang, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran

terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Observasi di lakukan di lokasi yang menjadi tempat pekerja anak di kota

Tanjungpinang.

b) Wawancara

Jenis wawancara yang dilakukan wawancara yang tidak terpimpin berupa

wawancara yang tidak terarah dikarena lebih bersifat bebas tidak memerlukan

keterampilan bertanya, dan dapat memelihara kewajaran suasana.

c) Dokumentasi

Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-

dokumen. Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung

merupakan data sekunder berupa sebuah dokumentasi dalam melakukan

penelitian.

6. Teknik Analisa Data

Pada penelitian kualitatif, teknik analisa datanya di lakukan terhadap data-

data non angka, seperti hasil wawancara atau catataan laporan, bacaan dari buku-

buku, artikel, dan juga termasuk non tulisan seperti foto, atau film, yang di

gunakan dalam penelitian ini dalah analisis tiga alur kegiatan yang di kemukakan

oleh miles dan hubberman (1992:16) Teknik analisis data pada penelitian tentang

Ekploitasi Orangtua Terhadap anak di Kota Tanjungpinang yaitu:

a) Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan

mengolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

6

mengkeordinasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga finalnya dapat di

tarik dan diverifikasi.

b) Penyajian Data

Penyajian data dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun

dalam suatu bentuk yang padu dan mudah dipahami. Menurut Sugiyono

(2015:342), dengan penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami

tersebut. Bentuk penyajian data dalam penelitian ini yaitu bentuk teks yang

bersifat deskriptif

c) Vertifikasi Data

Tahap terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model

interaktif yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (dalam Haris Herdiansyah

2010:178). Sebenarnya, hampir semua teknik analisis data kualitatif maupun

analisis kuantitatif selalu berakhir dengan sebuah kesimpulan, dan secara essensial

berisi mengenai uraian dari seluruh subkategori tema yang tercantum pada table

kategori yang sudah terselesaikan disertai dengan hasil dari wawancaranya

TINJAUAN PUSTAKA

Teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Teori Interaksi Sosial

(Superordinasi dan Subordinasi) dari George Simmel yang didukung dengan

konsepnya yaitu Kesadaran Individu. Sebagai bagian dari masyarakat, interaksi

yang terjadi antara anak-anak yang bekerja dengan orang-orang yang berada di

linkungan tempat mereka bekerja secara umum dapat dikatakan hanya sebatas

hubungan kerja. Salah satu bentuk-bentuk interaksi yang dibicarakan dalam karya

7

Simmel yaitu superordinasi dan subordinasi yang memiliki beragam motif, tujuan,

dan kepentingan (Ritzer & Goodman, 2014 : 177 & 183).

Sebagai keluarga dengan tingkat perekonomian rendah, interaksi yang

terjadi antara orang tua dengan anak-anak disebabkan oleh adanya hubungan

saling ketergantungan antara anak dengan orangtua. Pada satu sisi anak-anak

tergantung kepada orangtua karena dirinya masih membutuhkan perhatian dan

perlindungan dari orangtuanya, sedangkan di sisi yang lain orangtua tergantung

kepada anaknya dengan harapan anak dapat memberikan sumbangan terhadap

pendapatan orangtua sehingga beban orangtua menjadi berkurang.

Interaksi dalam bentuk superordinasi dan subordinasi antara orangtua

dengan anak yang bekerja dilakukan melalui proses pembagian kerja yang tidak

memihak pada kondisi dan hak-hak anak. Anak secara struktural berada pada

posisi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan orangtuanya karena dalam

posisi tertentu ia tidak mampu melawan orang tuanya yang memiliki kekuatan

mental dan fisik yang lebih besar darinya sehingga dalam hal ini anak-anak

terkategori ke dalam posisi subordinat, sedangkan orangtua yang memiliki kuasa

dan kontrol atas anaknya terkategori ke dalam posisi superordinat. Rendahnya

posisi anak tersebut sering di manfaatkan oleh orangtuanya untuk mengikuti

kehendaknya dan mempertahankan dominasi dengan cara melakukan upaya

tertentu agar anak mau bekerja untuk menunjang perekonomian keluarga.

Eksploitasi Anak

Eksploitasi adalah istilah yang mengandung konotasi ketidakadilan untuk

menggambarkan relasi antar kelas dimana suatu pihak secara structural berada

8

pada posisi yang memampukannya untuk mengambil keuntungan dari pihak yang

lain (Outhwaite, 2008 : 302).

Eksploitasi Fisik

Eksploitasi fisik adalah penyalahgunaan tenaga anak untuk dipekerjakan

demi keuntungan orangtuanya atau orang lain seperti menyuruh anak bekerja dan

menjuruskan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya belum pantas untuk

di jalaninya. Dalam hal ini, anak-anak dipaksa untuk bekerja dengan segenap

tenaganya dan juga mengancam jiwanya, dengan adanya tekanan fisik yang berat

dapat menghambat pertumbuhan fisik anak-anak sehingga mencapai 30%

dikarenakan mereka mengeluarkan tenaga ekstra besar yang merupakan cadangan

stamina yang harus dipertahankan hingga dewasa.

Eksploitasi sosial

Eksploitasi sosial adalah segala bentuk penyalahgunaan ketidakmampuan

seorang anak yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan emosional

anak, seperti kata-kata yang ancaman kepada anak atau menakut-nakuti anak,

penghinaan kepada anak, penolakan terhadap anak, perlakuan negatif pada anak,

mengeluarkan kata-kata tidak senonoh untuk perkembangan emosi anak, memberi

hukuman yang kejam pada anak-anak seperti memasukkan anak pada kamar

gelap, mengurung anak dalam kamar mandi, dan mengikat anak. Pada sektor jasa,

khususnya hotel dan obyek wisata, anak-anak direkrut berdasarkan penampilan

dan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Mereka harus

melayani para pelanggan yang pada umumnya orang dewasa, sehingga besar

terjadinya peluang mengalami tekanan batin karena mengalami rayuan-rayuan

seksual.

9

Hak Anak

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, di

lindungi, dan di penuhi oleh orang tua, keluarga, msyarakat, negara, pemerintah,

dan pemerintah daerah

EKPLOITASI ORANG TUA TERHADAP ANAK DIKOTA

TANJUNGPINANG

Permasalahan eksploitasi terhadap anak merupakan permasalahan yang

serius dan jarang disadari karena permasalahan ini dilakukan oleh orang terdekat

anak seperti orang tua dan keluarga anak, sehingga masyarakat dalam

memandang permasalahan anak dianggap permasalahan biasa tidak jarang hanya

mengundang simpati karena permasalahan ini menyangkut ekonomi keluarga

sehingga dalam pandangan masyarakat umum mengganggap hal yang wajar dan

dapat diterima. Padahal jika kita lihat dalam pengertian masalah eksploitasi anak

dalam permasalahannya menujukkan kepada bentuk pemanfaatan anak untuk

kepentingan keluarga atau masyarakat sehingga yang didalamnya mengandung

permasalahan diskrimatif yang menguntungkan salah satu pihak seperti baik dari

segi ekonomi, sosial dan politik tanpa memandang status anak yang statusnya

masih dimasa kanak-kanank (Kurang dari 17 tahun). (Soeharto: 2005).

ketika keterlibatan anak dalam dunia kerja dilakukan secara proporsional

tentunya tidak menimbulkan permasalahan yang serius karena mengikuti aturan

hukum yang berlaku. Oleh karena itu melalui kebijakan UU No 13 Tahun 2003

pemerintah telah menyadari pentingnya memberikan perlindungan kepada tenaga

kerja anak, sehingga mereka terayomi dalam segala kebutuhan nya mulai dari

10

sandang, pangan, papan, pendidikan, fisik, mental dan sosial yang tidak

terganggu dalam masa perkembangannya.

Eksplotasi Fisik Terhadap Anak Di Kota Tanjungpinang

Anak-anak bekerja mereka mendapatkan perlakuan eksploitasi fisik secara

tidak langsung karena dalam memahami prilaku ekspoitasi fisik cendrung orang

memahami harus memiliki goresan luka, memar, pukulan dll. Padahal yang harus

dipahami bahwa eksploitasi fisik telah terjadi ketika orang tua/ masyarakat

memanfaatkan anak untuk bekerja mereka telah digerakkan secara fisik untuk

bekerja tanpa harus menimbulkan luka fisik. Maka orang yang memiliki

kekuasaan terhadap anak tentunya orang tua mereka termotivasi mengerjakan

anak dari awalnya peran anak sebagai pembantu pemasukkan orang tua sekarang

berubah peran sebagai pemasukkan utama dalam keluarga makanya peran ini

pada akhirnya mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahkan mereka merasa

sudah sepantasnya anak bekerja membantu keluarga.

Dalam pemahaman ini eksploitasi fisik terbentuk karena orang tua

memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dalam menekan anak untuk bekerja atau

secara istilah dikenal dengan superordinasi dan anak sebagai pelaku yang disuruh

orang tua untuk bekerja atau dikenal dengan istilah subordinasi karena secara

struktur anak memiliki posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan orang tua

sehingga ia tidak mampu melawan yang memang memiliki kekuatan fisik dan

mental lebih besar dari anak. Rendahnya posisi anak sering dimanfaatkan orang

tua untuk mengikuti kehendaknya dan mempertahankan dominasi struktur

tersebut agar anak mau bekerja dan menunjang perekonomian keluarga.

Walaupun anak memiliki fisik dan mental yang kuat dibandingkan orang tua ada

11

nilai yang muncul dalam diri anak untuk tunduk dan taat kepada orang tua karena

sejak kecil masyarakat kita sudah menanamkan nilai balas budi terhadap orang

tua sehingga nilai tersebut memang telah terinternalisasi dalam diri anak sejak

kecil, sedangkan apabila anak yang tidak mematuhi, menghormati,

membahagianakannya maka anak-anak tersebut dicap sebagai anak durhaka.

permasalahan eksploitasi anak secara sosial memang terjadi dalam bentuk

verbal yang menyerang langsung masalah psikologis anak, sehingga tidak jarang

mereka menjadi tertekan, disamping itu juga eksploitasi sosial juga terjadi

dilingkungan masyarakat terutama dilingkungan pertemanan yang seringkali

mengejek, menghina dan menjatuhkan mereka karena memang anak yang

dipekerjakan terlihat, kemal, kusam dan kotor sehingga tidak jarang sebagian

orang merasa jijik, tetapi disatu sisi bagi mereka yang mempekerjakan anak ini

merasa sebagai daya tarik terhadap pembeli yang ditimbulkan akibat simpati.

KESIMPULAN

Eksploitasi terhadap anak yang dilakukan orang tua memang dipengaruhi oleh

kondisi ekonomi keluarga, kemiskinan menjadikan mereka tidak punya pilihan

selain bekerja tanpa memandang usia, keluarga mereka yang pecah akibat

perceraian mengandalkan mereka dalam bekerja, ibu mereka yang bekerja belum

mampu memenuhi semua kebutuhan pokok yang ada, dengan upah yang kecil dan

jam kerja yang panjang, pekerja anak belum mendapatkan hak-hak mereka

sebagaimana mestinya melainkan melahirkan eksploitasi walaupun tanpa unsur

kesengajaan dari orang tua.

12

Pekerja anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun yang biasanya

melakukan kegiatan menjual Koran, menjual kerupuk, pekerja bengkel,dan

pekerja bangunan di tempat-tempat umum yang memungkinkan terjadinya

aktifitas pekerjaan tersebut. Ekploitasi orang tua terhadap anak terdapat dua

bentuk, yaitu bentuk ekploitasi fisik, pemahaman dalam eksploitasi fisik itu

sendiri dipahami bukan hanya berkaitan dengan luka fisik yang didapati oleh

anak, tetapi juga dapat dipahami ketika mereka diperintahkan untuk berada dijalan

atau ditempat kerja, diluar batas kewajaran dan kemampuan anak secara sadar

maupun tidak, mereka sudah diperlakukan eksploitasi secara fisik.

Dan bentuk ekploitasi sosial, permasalahan eksploitasi anak secara sosial

memang terjadi dalam bentuk verbal yang menyerang langsung masalah

psikologis anak, sehingga tidak jarang mereka menjadi tertekan, permasalahan

eksploitasi sosial yang diterima oleh anak tidak sepenuhnya karena permasalahan

situasional, seringkali eksploitasi sosial ini muncul terhadap anak karena

permasalahan sosial struktural dalam keluarga akibat dari hubungan dalam

keluarga yang penuh kekerasan. Dalam eksploitasi sosial anak di Tanjungpinang

ini juga sangat terlihat jelas sehingga dapat kita mencontohkan eksploitasi sosial

yang sering diterima anak yang dilakukan oleh ibu sangat berkaitan dengan

peranan bapak sebagai keluarga tidak maksimal, bapak sebagai pengangguran

menjadikan ibu tertekan oleh sikap suami sehingga prilaku tersebut dilampiaskan

terhadap anak.

13

DAFTAR PUSTAKA

A Black James dan Dean J.Champion. 1999. Metode dan masalah penelitian

sosial. . Bandung: PT Repika Aditama.

Karundeng, V. K. 2005. Sosialisasi Penyadaran Isu Traficking. Http://www.

Freelist.Org/Archives/List_Indonesia/03-2005/msg01078.Html.Tanggal

Akses : 5 Mei 2007 .

Ridzer, George Douglas J. Goodman.2014. Teori Sosiologi. Kreasi Wacana

Ridzer, George. 2010. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadikma Ganda. Jakarta:

PT Raja Grapindo Persada.

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penenlitian Sosial. Jakarta: ReFika Aditama.

Suhartono, Edi.2005. Kemiskinan dan perlindungan sosial. Jakarta: Refika

Aditama.

Suryatati, 2011. Profil anak kota tanjungpinang. Tanjungpinang: BP2AKB.

Suharto, K. 2005. Eksploitasi Terhadap Anak & Wanita. Jakarta: CV. Intermedia.

Usman, Akbar. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rahman Astriani 2012 dalam (Bagong, S.1999). Analisis Situasi Pekerja Anak

dan Permasalahan Pendidikan Dasar di Jawa Timur. Surabaya:

Universitas Airlangga Press.

Rahman Astriani 2012. dalam (Hurlock, E. B.1980). Psikologi Perkembangan

Sepanjang Rentan Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Airlangga.

Riyanto, Sigit. 2009, Analisa Peran Masyarakat Tionghoa Dalam Kegiatan

Kemasyarakatan Dikelurahan Kampong Bulang Kecamatan

Tanjungpinang Timut Kota Tanjungpinang. Skripsi: stisipol raja haji

tanjungpinang (11 Hal) tidak dipublikasikan.

Sasmito, 1996, Dalam (Rahmadani, 2013), Latar Belakang Penyebab Anak-anak

Bekerja di Jalanan (Studi8 Orang Anak Jalanan di Kota Tanjungpinang),

Naskah Publikasi, Tanjungpinang: Maritim Raja Ali Haji.

Sugiyono. 2007. Dalam (Dwi Kurnia 2014), fenomena kehidupan anak pekerja

ojek payung di malioboro. Jurusan; Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri, Yogyakarta.

http.//isukepri.com iakses pada 5 April 2015 Jam 14.00

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstrea/FISIP.pdf diakses 15 november 2013

http://digilib.uinsby.ac.id/344/5/.pdf. diakses pada 12 juli 2015

http://digilib.unila.ac.id/8602/15/.pdf diakses pada 14 agustus 2012 jam 15.00

http://bappeda.kendalkab.go.id/component/content/article/29pemsosbud/87konve

nsi- hak hak-anak-.html).

Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang 2016

UU No. 13 Tahun 2003

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, h.203)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 pasal 13 ayat (1)

huruf b

Badan Pusat Statistik Kota (BPS)

Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi Universitas Maritim Raja Ali

Haji Tanjungpinang.