pengamatan terhadap tugas perkembangan anak · 2018. 2. 27. · memberikan perhatian yang lebih...

103
PENGUASAAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN SUATU STUDI KASUS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh: Anastasia Juwita Asih Pangesti NIM: 011114042 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILM U PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGUASAAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK

    USIA 4-5 TAHUN

    SUATU STUDI KASUS

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Bimbingan dan Konseling

    Oleh:

    Anastasia Juwita Asih Pangesti

    NIM: 011114042

    PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2008

  • ii

  • iii

  • iv

    MOTTO

    Jangan pernah menyesali hidup saat ini.

    Jalanilah sekalipun itu hanya untuk satu hari.

    Hari-hari baik mendatangkan KEBAHAGIAAN,

    hari-hari yang kurang baik memberi PENGALAMAN.

    Kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.

  • v

    PERSEMBAHAN

    Teriring ucapan terimakasih, skripsi ini ku persembahkan kepada :

    Allah Bapa yang selalu ada dalam hatiku yang membuatku mampu

    menyelesaikan skripsi ini.

    Kedua orangtuaku: Yohanes Eddy Supeno dan Ignatia Hertati

    Ketiga adikku : Agnes Asa Paramita, Lucia Imaniastri dan

    Margaretha Panca Wardhani.

    Kekasihku Sehelbert Leo

    Dan

    Taman Asuhan Anak Pertiwi

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

    tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

    dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 25 Juli 2008

    Penulis

    Anastasia Juwita Asih Pangesti

  • vii

    ABSTRAK

    PENGUASAAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN

    SUATU STUDI KASUS

    Anastasia Juwita Asih Pangesti Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta 2008

    Penelitian ini mengenai Penguasaan Tugas Perkembangan Anak. Subjek

    penelitian ini adalah seorang anak bernama Dewi (bukan nama sebenarnya) yang berusia 4 tahun, dan pada saat ini sedang dititipkan di Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji Jakarta Pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tugas perkembangan apa saja yang belum terpenuhi oleh subjek yang dititipkan di Taman Asuhan Anak, untuk mengetahui latar belakang permasalahan mengapa subjek belum dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik dan memberikan bantuan kongkret pada subjek agar dapat memenuhi tugas perkembangannya.

    Jenis penelitian ini adalah deskritif kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, metode wawancara informatif dan studi dokumentasi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa subjek belum mampu memenuhi Tugas Perkembangan anak usia 4-5 tahun, sehingga berdampak dalam perkembangan diri subjek selanjutnya dan membuat subjek tidak bahagia, kurang diterima dalam lingkungan masyarakat dan kesulitan dalam memenuhi tugas perkembangan selanjutnya. Hal ini dikarenakan subjek dikondisikan oleh orang tuanya untuk tidak memenuhi Tugas Perkembangannya sehingga subjek merasa tidak perlu menyelesaikan Tugas Perkembangannya.

    Mengingat pentingnya menyelesaikan Tugas Perkembangan maka diambil langkah-langkah sebagai berikut : (1) memanggil orang tua subjek untuk meminta kesediannya bekerjasama agar subjek mampu menyelesaikan Tugas Perkembangannya. (2) melatih Toilet Training pada subjek, dan setelah 5 minggu berhasil membantu subjek menyelesaikan Tugas Perkembangannya. (3) mengambil langkah- langkah kongkret lain untuk membantu subjek memenuhi Tugas Perkembangan lain yang belum dapat dipenuhi oleh subjek sehingga subjek mampu menyelesaikan Tugas Perkembangannya yang lain. Langkah- langkah yang diambil demi membantu subjek memenuhi Tugas Perkembangannya cukup berhasil membantu subjek menyelesaikan Tugas Perkembangannya sehingga subjek menjadi lebih percaya diri dan ceria.

  • viii

    ABSTRACT

    THE DEVELOPMENT OF TASK MASTERY OF 4-5 YEAR OLD CHILD

    A CASE STUDY

    Anastasia Juwita Asih Pangesti Sanata Dharma University

    Yogyakarta 2008

    This research was about The Development of task masteryof 4-5 year old

    child. This research subject was a girl name Dewi (not the real name) ages 4 years old and this time is being entrusted at Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji, central Jakarta. This research aimed to know all about domination of assignment that is fulfilled yet at The place, to know what the problems background why this subject cannot finish her development better and give a concrete helps to the subject so she can fulfill her development.

    This research was Descriptive Qualitative with design case study research. The collecting data method used to observe were interview informative method, documentation study and home visit. From this result the subject was not capable to fulfill the child growth of age 4 years old, so affecting the subject then and make the subject unhappy, not quite accepted in the society and difficulty to fulfill next assignment. It is because the subject has been conditioned by her parents not to fulfill her assignment so she feels that is no need to finish it.

    Considering the importance to finish her assignment, that were taken steps as follow : (1) invite her parents to ask their cooperation so the subject capable to finish her assignment. (2) Train the Toilet Training to the subject and after 5 weeks it can be done. (3) Take another concrete step to help her to fulfill another assignment. The step that has beentaken to help subject to fulfill her assignment wasquite successful so she can more self confidence and more cheerful.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Syukur kepada Bapa di surga atas segala rahmat, karunia dan bimbingan

    mulai dari awal kehidupan hingga saat ini, sehingga skripsi yang berjudul

    "Penguasaan Tugas Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun Suatu Studi Kasus"

    telah dapat diselesaikan. Puji syukur atas kesempatan untuk dapat menyelesaikan

    studi hingga perguruan tinggi. Menyadari bahwa jalan kehidupan masih panjang

    membentang, dan memerlukan proses belajar yang terus menerus, tidak cukup

    sampai di sini, maka pada kesempatan ini ingin berbagi kebahagiaan atas

    selesainya proses penyusunan skripsi dengan menghaturkan terima kasih kepada:

    1. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., sebagai dosen pembimbing I yang berkenan

    memberikan pengarahan, dukungan dan menjadi teman diskusi dalam proses

    penyusunan skripsi.

    2. Drs. T.A. Prapancha Hary, M.Si., dosen pembimbing II yang berkenan

    memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini.

    3. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    4. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

    Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    5. Drs. Wens Tanlain, M.Pd., selaku dosen penguji III yang berkenan

    menyediakan waktu dalam pelaksanaan ujian skripsi.

    6. Seluruh dosen prodi BK dan karyawan Universitas Sanata Dharma atas

    bimbingan dan kerja sama selama proses studi.

  • x

    7. Bapak dan ibu tercinta (Yohanes Eddy Supeno & Ignatia Hertati) yang

    berkenan menjaga, merawat, membesarkan, membimbing, dan menyediakan

    segala fasilitas hingga saat ini. Terimakasih untuk semuanya.

    8. Ketiga adikku (Asa, Iim & Reta) tempatku berbagi kasih. Terimakasih untuk

    dukungan serta doa untukku.

    9. Teman teman yang selalu mendukungku dalam Studi : Nur, Endra, Agus dan

    Desy terima kasih untuk persahabatan yang indah dan dukungan.

    10. Alfon, Deni, Arny, Sipry, Paul Tere, U-nee, Sr Floren, Bety, yang telah

    memberikan masukan, dukungan dan doa untukku.

    11. Semua teman prodi BK angkatan 2001 kelas A dan B. Terima kasih telah

    menjadi sahabat dan saudara untuk saling memperkembangkan.

    12. Ibu Kost yang selalu mendukung dan mendorongku dengan banyak nasehat

    dan petuah untuk menyelesaikan skripsi ini dan teman-teman kost di Bener 3

    Tegal Rejo : Epi, Ica, Ila, Shinta, Adel, Lia yang telah dan akan tetap menjadi

    keluargaku.

    13. Sahabat-sahabatku di Bekasi : Ica, Nona, Ndoenk, Mario, Hans, Rika, Lim.

    Terima kasih atas dukungan dan persahabatan yang indah dan selalu siap sedia

    mendengar semua keluh kesahku.

    14. Keluarga Om Yossy& Tante Lina Kemitbumen. Terima kasih atas tempat

    tinggal selama 3 tahun selama kuliah di Jogja serta dukungan dan doanya.

    15. Keluarga besar Pakde Tik dan Bude Yanti Sidoarum. Terimaksih atas

    dukungan, doa dan tempat tinggal selama mengurus skiripsi sampai selesai.

  • xi

    16. Sehelbert Leo yang selalu menungguku dengan setia dan mendukungku selalu

    dalam setiap keputusan yang kupilih. Terima kasih untuk semua kesabaran

    dan kasih sayang untukku.

    17. Keluarga Besar TAA Pertiwi Sangaji : Ibu Fatmawati, Ibu Sri, Ibu Dirah, Ibu

    Deby, Ibu Ema, Pak Topo, Mba Midah, Mba Rahma, Mas Elan dan Mas

    Jalmo yang telah memberi informasi saat penyusunan skripsi. Terimakasih

    untuk semuanya.

    18. Untuk semua murid-muridku di TAA Pertiwi yang aku sayangi : Kristine,

    Diva, Thoriq, Zia, Vira, Ikke, Helwa, Kanz, yang telah membuat hari-hariku

    semakin berwarna. Terimakasih untuk semuanya.

    19. Semua pribadi dan pihak yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu.

    Terima kasih. Tuhan memberkati.

    Penulis menyadari bahwa “tak ada gading yang tak retak”, demikian juga

    dengan skripsi ini. Semoga hasil karya pemikiran ini berguna bagi pribadi-pribadi

    yang berkenan membacanya.

    Penulis

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... . i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

    HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi

    ABSTRAK ..................................................................................................... vii

    ABSTRACT ................................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3

    C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

    E. Batasan Istilah .......................................................................................... 6

    BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................ 7

    A. Perkembangan Anak ................................................................................ 7

    1. Pengertian ……………………………………….…………….……. 7

    2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak ………… 9

  • xiii

    B. Tugas Perkembangan Anak ...................................................................... 19

    1. Pengertian ............................................................................................. 19

    2. Sumber-sumber Tugas Perkembangan ……………………………….. 21

    3. Tugas perkembangan Anak …………………..………………………… 23

    4. Tujuan Tugas Perkembangan Anak……………………………………. 31

    5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penguasaan Tugas Perkembangan... 32

    6. Bahaya Tugas Perkembangan………………………………………….. 33

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 35

    A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 35

    B. Subjek Penelitian ...................................................................................... 36

    C. Sumber Data ............................................................................................. 36

    D. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 36

    E. Analisis Data……. .................................................................................... 37

    BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 42

    A. Observasi.................................................................................................... 42

    B. Studi Dokumentasi ………………………………………………………. 53

    C. Wawancara Informasi ……………………………………………………. 54

    D. Kunjungan Rumah………………………………………………………… 60

    E. Analisis Masalah …………………………………………………………. 61

    F. Penyelesaian Masalah …………………………………………………….. 64

    BAB V PENUTUP ......................................................................................... 69

    A. Ringkasan ................................................................................................. 69

    B. Kesimpulan ............................................................................................... 71

  • xiv

    C. Saran ......................................................................................................... 71

    Daftar Pustaka

    Lampiran

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Dewasa ini perkembangan individu mulai dari periode pralahir sampai

    masa puber semakin disoroti oleh berbagai kalangan, terutama para pendidik, ahli

    psikologi dan orangtua. Perkembangan individu meliputi berbagai aspek dan

    melalui tahapan yang sama dengan mengikuti pola-pola yang dapat diramalkan

    dan mempengaruhi kehidupan individu. Para orangtua dewasa ini juga mulai

    memberikan perhatian yang lebih besar pada perkembangan anak-anak mereka

    terutama pada fase-fase awal. Orangtua menginginkan anak-anaknya tumbuh dan

    berkembang dengan wajar, dalam arti sesuai dengan standar sosial dalam

    lingkungan mereka.

    Standart sosial yang dimaksud ini adalah tugas perkembangan yang terjadi

    tiap tahapan hidup manusia. Misal saja pada usia 2 tahun anak dapat berbicara

    atau berceloteh walaupun belum jelas, sehingga bila ada anak yang belum dapat

    berbicara atau berceloteh maka anak tersebut tidak memenuhi standart sosial

    dalam masyarakat / Tugas Perkembangan. Apabila standart sosial dalam

    masyarakat / Tugas Perkembangan tersebut belum terpenuhi maka dapat

    menimbulkan berbagai dampak negatif dalam diri anak, yaitu : anak menjadi

    kurang percaya diri, memiliki konsep diri yang rendah, dikucilkan dari

    lingkungan, dicemooh dan kesulitan dalam memenuhi standar sosial yang lain.

    Tugas perkembangan menurut Havigurst (Hurlock, 1978; 40) adalah tugas yang

  • 2

    timbul pada / sekitar kehidupan individu tertentu, keberhasilan melakukannya

    menimbulkan kebahagian dan keberhasilan pelaksanaan tugas lainnya kelak,

    sedangkan kegagalan menimbulkan ketidakbahagiaan, ketidaksetujuan

    masyarakat, dan kesulitan dalam pelaksaan tugas lainnya kelak.

    Tugas Perkembangan yang hadir berikutnya adalah lanjutan dari tugas

    perkembangan sebelumnya. Misal saja seorang anak tidak akan bisa berjalan

    apabila anak belum pernah merangkak dan rambatan, atau seorang anak tidak

    akan bisa membaca apabila anak belum dapat mengenal huruf. Jadi apabila anak

    belum dapat memenuhi Tugas Perkembangan pada awal kehidupannya maka akan

    mengalami kesulitan dalam memenuhi tugas perkembangan tahap selanjutnya.

    Dewi (bukan nama sebenarnya) adalah seorang anak berusia 4 tahun yang

    masih belum mampu mengontrol saat buang air besar dan air kecil dan masih

    menggunakan pampers. Dewi juga masih belum dapat berbicara dengan lancar.

    Pada umumnya seorang anak usia 4 tahun sudah tidak menggunakan pampers dan

    mampu mengontrol pembuangan tubuh dengan baik. Hal lain yang ditemukan

    pada Dewi adalah Dewi seorang anak yang tidak ceria seperti anak-anak pada

    umumnya. Dewi lebih banyak diam dan suka melamun baik saat bermain maupun

    saat belajar dikelas.

    Ketidak mampuan Dewi untuk mengontrol pembuangan fisiologik dalam

    dirinya menimbulkan dampak yang negatif bagi Dewi yaitu mengganggu Dewi

    dalam kehidupan sosialnya dikarenakan Dewi sering mendapat olok-olok dari

    teman sebayanya kerena masih suka buang air besar dan buang air kecil di celana.

  • 3

    Dewi menjadi kurang percaya diri, kurang ceria dan banyak melamun karena

    tidak mendapat penerimaan sosial yang baik dari lingkungan sosialnya.

    Ketertarikan mengangkat masalah ini adalah karena keingintahuan untuk

    mengetahui tugas perkembangan apa yang sudah terpenuhi dan belum terpenuhi

    oleh Dewi. Mengetahui lebih dalam hal yang melatarbelakanginya dan keinginan

    untuk membatu Dewi agar mampu memenuhi Tugas perkembangannya. Sehingga

    pada akhirnya dapat membantu anak-anak lain yang dititipkan di TAA Pertiwi

    untuk memenuhi tugas perkembangannya dengan baik sehingga anak-anak tidak

    tertekan karena belum dapat menyelesaikan tugas perkembangannya, dalam hal

    ini terutama Dewi.

    B. RUMUSAN MASALAH

    1. Tugas perkembangan mana sajakah yang belum diselesaikan oleh Dewi, yang

    dititipkan di Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji Jakarta Pusat?

    2. Apakah penyebab utama Dewi belum dapat menyelesaikan tugas

    perkembangannya?

    3. Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan oleh penulis untuk membantu Dewi

    agar dapat memenuhi tugas perkembangannya?

  • 4

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Mengetahui tugas perkembangan apa saja yang belum terpenuhi oleh Dewi

    yang dititipkan di Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji Jakarta Pusat.

    2. Mengetahui latar belakang permasalahan yang menyebabkan Dewi belum

    dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik.

    3. Memberikan bantuan konkret pada Dewi agar dapat memenuhi tugas

    perkembangannya.

    D. MANFAAT PENELITIAN

    1. Bagi Guru :

    a. Mengetahui lebih dalam tentang tugas perkembangan anak dan

    permasalahan yang timbul akibat belum terpenuhinya Tugas

    Perkembangan dan penyebabnya.

    b. Berlatih mengaplikasikan ilmu untuk membantu subjek menyelesaikan

    Tugas Perkembangannya.

    2.Bagi Orangtua :

    a. Menambah wawasan tentang Tugas Perkembangan dan masalah-masalah

    yang timbul akibat belum terpenuhinya Tugas Perkembangan.

    b. Mampu mengambil tindakan apabila timbul masalah serupa.

  • 5

    3. Bagi Taman Asuhan Anak Pertiwi :

    a. Menjadi semakin tahu bahwa belum terpenuhinya Tugas Perkembangan

    mampu menimbulkan masalah pada anak dan mempengaruhi pemenuhan

    Tugas perkembangan selajutnya.

    b. Menambah wawasan tentang Tugas Perkembangan pada masa kanak-

    kanak awal.

    c. Mampu mengambil tindakan apabila timbul masalah serupa di lain waktu.

    E. BATASAN ISTILAH

    1. Tugas Perkembangan adalah : tugas-tugas yang harus dilakukan, dipecahkan

    dan diselesaikan oleh individu dalam tahap-tahap perkembangannya agar

    individu bahagia dan tidak dikucilkan dari lingkungannya.

    2. Studi Kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan

    perkembangan seseorang individu secara utuh dan mendalam dengan tujuan

    memahami keberadaan dirinya dengan lebih baik dan membantunya dalam

    perkembangan selanjutnya.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Perkembangan Anak

    1. Pengertian

    Perkembangan yang terjadi pada manusia merupakan akibat dari proses

    kematangan dan pengalaman yang terjadi pada serangkaian perubahan yang

    progresif, sistematis, dan berkesinambungan. Perkembangan dapat disebut sebagai

    suatu proses yang mengarah ke depan dan tidak akan kembali atau tidak begitu

    saja dapat diulang kembali (Baradja, 2005: 1-2). Menurut Chaplin (dalam Mubin

    dan Cahyadi, 2006: 2) perkembangan diartikan sebagai perubahan yang

    berkesinambungan dan progresif dalam organisme dari lahir sampai mati;

    pertumbuhan; perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian

    jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional; dan kedewasaan atau kemunculan

    pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.

    Baradja (2005: 3) juga mengungkapkan bahwa perkembangan dapat

    dikatakan proses yang tetap dan kekal, yaitu tetap dalam arti bahwa setiap

    individu akan dan pasti melakukan atau melalui proses perkembangan yang

    menuju kepada tingkatan integrasi yang lebih tinggi. Kekal disini berarti bahwa

    jika perkembangan tersebut telah berjalan maka tidak akan kembali atau mundur

    ke belakang.

  • 7

    Menurut Hurlock perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif

    yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Sedangkan

    Van den Daele (dalam Hurlock, 1978: 2) mengatakan bahwa perkembangan

    berarti perubahan secara kualitatif. Perkembangan bukan sekedar penambahan

    beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan

    seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang

    kompleks. Perkembangan pada manusia tidak dapat dipisahkan dari adanya

    pertumbuhan. Keduanya memiliki persamaan, yaitu keduanya mengalami

    perubahan secara kualitatif dan kuantitatif. Namun keduanya juga memiliki

    perbedaan yaitu; pertumbuhan dikhususkan pada perubahan fisik dan bentuk

    tubuh, sedangkan untuk perkembangan lebih difokuskan pada perubahan yang

    bersifat psikologis.

    Perkembangan berlangsung melalui sejumlah tahapan, dimana masing-

    masing tahapan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan. Beberapa teori

    menekankan tahapan seluruh bidang perkembangan anak yang dapat diramalkan,

    sementara yang lain membatasi diri pada bidang perkembangan tertentu (Hurlock,

    1978: 5). Perkembangan terjadi secara bertahap dengan pola-pola yang dapat

    diramalkan. Ericson (dalam Hurlock, 1978: 5) berpendapat serupa tentang anak

    bahwa perkembangan ego setiap anak tumbuh melalui tahapan yang dapat

    diramalkan dan tahapan ini tidak terbatas pada masa kanak-kanak tetapi berlanjut

    sampai usia tua.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah

    serangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat proses kematangan dan

  • 8

    pengalaman yang terjadi dalam diri manusia secara terus-menerus ke arah depan

    dan tidak dapat begitu saja kembali ke belakang, dalam hal ini lebih banyak

    bersifat kualitatif karena berkenaan dengan aspek kejiwaan.

    Para ahli psikologi perkembangan (Baradja, 2005: 3) mengungkapkan

    bahwa manusia berkembang sesuai dengan proses yang terjadi pada individu itu

    sendiri dan lingkungannya. J.P Chaplin (dalam Baradja, 2005: 3) mengungkapkan

    bahwa psikologi perkembangan mempelajari proses perubahan dan kematangan

    perilaku pada individu sebelum kelahiran maupun setelah kelahiran.

    2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

    Setiap makhluk hidup yang berkembang akan mengalami perubahan dari

    rendah menjadi tinggi, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.

    Perubahan didasari oleh proses yang terjadi dalam diri dan proses pembelajaran

    yang dialami dari luar diri individu. Seberapa cepat dan besarnya proses

    perkembangan itu berpengaruh dari faktor hereditas dan faktor lingkungan.

    a. Faktor Hereditas

    Hereditas merupakan suatu faktor bawaan individu yang diperoleh dari

    orangtua kandung. Dalam hal ini hereditas diturunkan oleh orangtua kepada

    anak melalui struktur genetik. Hereditas berasal dari hasil pembuahan yang

    terjadi dari perpaduan atau pertemuan antara kromosom. Ada perbedaan

    kromosom pada laki-laki dan perempuan, pada laki-laki terdapat kromosom

    "XY" sedangkan pada perempuan terdapat kromosom "XX".

  • 9

    Dari sel-sel yang membentuk kromosom itulah yang diwariskan dari

    orangtua kepada anaknya yaitu sifat-sifat, bakat dan bentuk fisik. Kromosom ibu

    dan kromosom ayah melebur saat terjadi pembuahan dalam rahim yaitu saat sel

    telur bertemu dengan sel sperma. Peleburan antara kromosom ayah dan

    kromosom ibu itulah yang diwariskan kepada anaknya. Kromosom tersebut

    mengandung bagian-bagian yang lebih kecil lagi yang akan membawa faktor

    keturunan yang sesungguhnya, bagian itu disebut gen.

    Pembawaan anak tergantung pada kromosom mana yang lebih dominan.

    Penurunan gen tersebut tidak hanya sebatas fisik saja dan bukan berlaku pada

    tingkah laku yang berasal dari pengalaman dan proses belajar. Seperti telah

    diketahui bahwa perkembangan fisik individu sangat dipengaruhi oleh faktor

    hereditas, namun tidak dipungkiri ada pengaruh dari luar individu pada masa

    konsepsi. Pengaruh dari luar juga dapat menghambat perkembangan individu.

    Aliran Navitisme ini berpendapat bahwa perkembangan individu itu

    semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Para ahli

    aliran navitisme (dalam Mubin dan Cahyadi, 2006: 33) berpendapat bahwa

    setiap individu yang dilahirkan dibekali (membawa) bakat-bakat, baik yang

    berasal dari orangtuanya, nenek moyang, atau jenisnya. Jika pembawaannya itu

    baik maka akan baik pula anak itu kelak, demikian juga sebaliknya.

    Menurut anggapan aliran ini segala pengaruh lingkungan atau

    pendidikan tidaklah akan berarti apa-apa, karena segala bakat atau pembawaan

    itu akan berkembang dengan sendirinya tanpa dapat dirubah (Mubin dan

    Cahyadi, 2006: 34). Faktor genetik tidak hanya menurunkan fisik saja tetapi

  • 10

    juga bakat, minat dan sifat. Contoh yang nyata dalam kehidupan adalah adanya

    kemiripan dalam bentuk fisik yaitu kemiripan pada wajah dan bentuk tubuh.

    Selain itu apabila ayah atau ibu seorang seniman maka ada dari anaknya yang

    juga menjadi seniman. Jadi anggapan bahwa faktor genetik hanya menurunkan

    fisik saja itu tidak benar karena ada sifat, bakat dan minat yang diturunkan oleh

    orangtua kepada anaknya melaui genetik.

    b. Faktor Lingkungan

    Menurut paham empirisme yang menentukan kehidupan dan pola hidup

    manusia serta perkembangannya adalah lingkungan. Paham tersebut

    berpendapat bahwa lingkungan sangat mempengaruhi proses perkembangan

    individu. Salah satu tokoh paham empirisme adalah Watson yang menyatakan

    "berikan seribu anak akan saya bentuk seribu manusia". (dalam Baradja, 2005:

    68) hal ini membuktikan bahwa kepribadian seseorang dapat dibentuk melalui

    lingkungan.

    Selain itu John Locke (dalam baradja, 2005: 68) yang berpendapat

    bahwa manusia dapat dibentuk sesuai dengan keinginan kita, menyatakan bahwa

    manusia itu bagaikan kertas putih, jika diberi warna merah maka akan jadi

    merah, teori ini dikenal dengan nama Tabularasa. Lingkungan tidak hanya

    mempengaruhi perkembangan individu tetapi individu yang ada juga

    mempengaruhi lingkungannya. Sehingga akan terjadi hukum alam yaitu saling

    mempengaruhi.

  • 11

    Faktor lingkungan terdiri dari :

    1) Lingkungan Keluarga

    Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang bersifat universal,

    maksudnya adalah lingkungan ini ada dalam masyarakat luas (Baradja, 2005:

    68). Keluarga memberikan pengaruh besar dalam kehidupan individu dan

    merupakan lingkungan sosial yang utama (kelompok primer) bagi individu.

    Keluarga sangat mempengaruhi perkembangan individu karena keluarga yang

    memberikan stimulus pada individu untuk berkembang. Setiap kondisi yang

    kurang baik dalam hubungan keluarga akan menyebabkan bahaya psikologis

    dengan akibat yang serius dan luas terutama dalam kepribadian individu.

    Keluarga merupakan tempat individu untuk mengembangkan jasmani,

    afektif dan psikomotor karena dalam keluarga individu memperoleh

    pemenuhan kebutuhan secara fisik dan psikis (Baradja, 2005: 69). Keluarga

    merupakan penetapan dasar dalam hidup individu dalam keluarga individu

    diperkenalkan dengan nilai agama, nilai moral, budaya dan keterampilan hidup.

    Keluarga memberikan penanaman, pembimbingan, dan membiasakan individu

    hidup dalam nilai yang di pegang teguh oleh keluarga yang merupakan

    pendidikan awal dalam hidup individu. Dengan menanamkan nilai-nilai hidup

    ini keluarga khususnya orangtua berharap individu (anak) menjadi pribadi

    sesuai dengan harapan keluarga.

    Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005: 55) keluarga merupakan tempat

    dimana anak diasuh dan dibesarkan. Keluarga sangat berpengaruh terhadap

    pertumbuhan dan perkembangan anak. Kondisi ekonomi rumah tangga serta

  • 12

    tingkat kemampuan orangtua dalam merawat anak sangat mempengaruhi

    pertumbuhan jasmani anak. Anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan

    kondisi ekonomi yang cukup umumnya sehat dan cepat pertumbuhannya

    dibandingkan dengan anak dari keluarga kurang mampu. Demikian pula anak

    yang orangtuanya berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan

    pula.

    Hal lain lagi yang mempengaruhi perkembangan individu yang berasal

    dari keluarga adalah cara bersosialisasi atau bergaul, baik dengan orangtua,

    saudara kandung ataupun dengan anggota keluarga lainnya. Selain

    bersosialisasi dengan anggota keluarga yang lain individu juga belajar untuk

    bertanggung jawab, bekerjasama, bertoleransi dan menghargai orang lain

    melalui keluarga.

    Jadi keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan

    individu karena melalui keluarga individu belajar banyak hal utama dari

    keluarga. Mulai dari agama sampai cara bergaul yang pada akhirnya

    membantu individu dalam rentang kehidupan selanjutnya. Selain itu keluarga

    juga membentuk kepribadian individu.

    2) Lingkungan Sekolah

    Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap perkembangan individu

    karena di sekolah individu mendapatkan pendidikan formal. Di sekolah

    individu mendapatkan bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang berguna

    untuk mengembangkan potensi dasar yang dimiliki individu (Baradja, 2005:

    74).

  • 13

    Lingkungan sekolah berpengaruh pada pengenalan diri dan

    pembentukan konsep diri individu (Baradja, 2005: 75). Sekolah memberikan

    proses identifikasi individu melalui berbagai kegiatan yang mampu

    mengembangan potensi dasar yang ada dalam diri individu. Pada

    perkembangan selanjutnya individu mencontoh hal-hal yang diajarkan dan

    dilatihkan di sekolah, kemudian individu memproses dengan identitas dirinya.

    Dengan demikian lingkungan sekolah membantu anak untuk mengenal dirinya

    dan mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri individu dengan lebih

    baik.

    Menurut Havighurs (dalam Baradja, 2005: 75) sekolah mempunyai

    peranan atau tanggung jawab dalam membantu anak mencapai kematangan

    tugas perkembangannya. Untuk mencapai kematangan perkembangan maka

    sekolah menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan potensi

    dasar yang ada dalam diri individu dengan cara mengembangkan kreativitas.

    Sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong perkembangan

    individu, karena sekolah merupakan pengaruh pembanding atas pengaruh

    perkembangan anak dalam lingkungan keluarga. Pendidikan yang di terima

    oleh individu di rumah akan di bandingkan dengan pendidikan yang

    didapatkan di sekolah dan pada akhirnya individu menentukan sendiri

    pilihannya dan diterapkan dalam hidupnya.

  • 14

    Menurut Yusuf (2006: 54) sekolah merupakan faktor penentu bagi

    perkembangan kepribadian anak baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun

    cara berprilaku. Menurut Yusuf ada beberapa alasan sekolah memainkan peran

    penting dalam perkembangan kepribadian anak, yaitu:

    a) Para siswa harus hadir di sekolah

    b) Sekolah memberikan pengaruh pada anak secara dini, seiring

    dengan perkembangan "konsep diri" anak

    c) Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dari pada

    di tempat lain di luar rumah

    d) Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih

    sukses

    e) Sekolah memberi kesempatan pertama kepada anak untuk menilai

    dirinya dan kemampuanya secara realistik.

    Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005: 55-56) sekolah merupakan salah

    satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

    terutama untuk kecerdasannya. Individu yang tidak sekolah akan tertinggal

    dalam berbagai hal, karena sekolah berperan dalam meningkatkan pola pikir

    individu. Melalui sekolah individu dapat belajar berbagai ilmu pengetahuan

    yang turut menentukan pola pikirnya. Individu yang kuliah di Fakultas

    Keguruan akan berbeda kepribadiannya dengan individu yang kuliah di

    Fakultas Teknik. Demikian pula individu yang tamat dari sekolah tinggi akan

    berbeda pola pikirnya dengan individu yang tidak sekolah.

  • 15

    3) Lingkungan Teman Sebaya

    Teman sebaya menurut Baradja (2005: 76) membantu individu untuk

    menyatukan perasaan, pemikiran motif dan tingkah laku dirinya dengan orang

    lain. Teman sebaya memungkinkan individu untuk menjalin hubungan sosial,

    antara satu dengan lainnya dan pada akhirnya akan saling mempengaruhi.

    Dorongan untuk menjadi sama antara satu dengan yang lain sesuai dan

    seragam akan menimbulkan konformitas, agar dapat diterima dalam kelompok

    sebaya.

    Teman sebaya lebih berpengaruh dari pada lingkungan keluarga

    terutama orangtua. Alasannya adalah (Baradja, 2005: 76-77) :

    a) Mempunyai kesamaan dalam perasaan, pikiran dan tingkah laku antara

    satu dengan yang lain. Tumbuhnya rasa saling mengerti dan

    memahami.

    b) Komunikasi dengan teman sebaya, terdapat interaksi yang nyata dan

    saling menanggapi tanpa adanya perintah dan tekanan.

    c) Munculnya keinginan yang sama sesuai dengan perkembangan dan

    usianya, sama-sama mempunyai kebutuhan yang sesuai dengan

    perkembangannya.

    d) Teman sebaya melakukan pola tingkah laku yang meminta individu

    untuk mengikuti dan melakukannya.

  • 16

    Menurut Yusuf (2006: 59) kelompok teman sebaya sangat

    mempengaruhi kepribadian anak terlihat dari beberapa aspek :

    a) Social Cognition yaitu kemampuan untuk berpikir tentang pandangan,

    perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang lain karena adanya

    kesamaan usia. Kemampuan ini berpengaruh kuat terhadap minatnya

    untuk bergaul atau membentuk persahabatan dengan teman sebayanya.

    b) Konformitas yaitu motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam dengan

    nilai-nilai kebiasaan, kegemaran, (hobi) atau budaya teman sebayanya.

    4) Lingkungan Masyarakat

    Masyarakat menurut Ahmadi dan Soleh (2005: 56) adalah lingkungan

    tempat tinggal anak mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah.

    Kondisi orang-orang di desa atau di kota tempat tinggal juga turut

    mampengaruhi perkembangan jiwanya.

    Anak-anak yang dibesarkan di kota akan berbeda pola pikirnya dengan

    anak-anak yang dibesarkan di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap

    dinamis dan aktif dibanding dengan anak desa yang cenderung bersikap statis

    dan lamban. Anak kota lebih berani mengungkapkan pendapatnya, ramah dan

    luwes sikapnya dalam pergaulan sehari-hari. Bertolak belakang dengan anak

    kota, anak desa umumnya kurang berani mengeluarkan pendapat, pemalu, agak

    penakut dan kaku dalam pergaulan. Semua perbedaan sikap dan pola pikir

    diatas adalah akibat pengaruh dan lingkungan masyarakat yang berbeda antara

    kota dan desa.

  • 17

    5) Keadaan alam Sekitar

    Keadaan alam sekitar tempat tinggal juga berpengaruh bagi

    pertumbuhan dan perkembangan anak. Keadaan alam sekitar adalah lokasi

    tempat anak bertempat tinggal, di kota atau di desa, di pantai atau di

    pegunungan (Ahmadi dan Soleh, 2005: 56).

    Menurut John Locke dan diperkuat oleh Sigaud dan Mac Aulife ada

    beberapa tipe manusia berdasarkan hasil bentukan lingkungan tempat

    tinggalnya (dalam Mubin dan Cahyadi, 2006: 36-37), yaitu :

    a) Tipe Muskuler adalah orang yang hidup di daerah-daerah yang sukar

    (pegunungan, desa terpencil, pulau kecil yang jauh dari kota besar)

    memiliki otot dan anggota badan yang kuat.

    b) Tipe Respiratoris adalah orang yang hidup di daerah pertanian, yang

    mempunyai dada bidang dan rongga yang besar.

    c) Tipe Digestif adalah orang yang kaya atau tuan-tuan tanah, yang

    mempunyai perut gendut, mata kecil, leher pendek dan rahang besar.

    d) Tipe Cerebral adalah orang yang hidup di kota besar yang banyak

    memerlukan kerja dengan otak penuh dengan problem-problem

    kehidupan, memiliki dahi menonjol ke depan, rambut jarang bahkan

    botak, telinga lebar, mata bersinar,kaki dan tangan kecil.

    Lingkungan sangat besar artinya bagi setiap pertumbuhan fisik. Sejak

    individu berada dalam konsepsi, lingkungan telah ikut mengambil andil bagi

    proses pembuahan / pertumbuhan. Suhu, makanan, keadaan gizi, vitamin,

  • 18

    mineral, kesehatan jasmani, aktivitas dan sebagainya sangat berpengaruh

    terhadap pertumbuhan. Antara Hereditas dan lingkungan terjadi hubungan atau

    interaksi, yaitu sama-sama menyumbangkan bagi pertumbuhan fisiologis dan

    tingkah laku individu secara bersama-sama. (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 57-58)

    B. Tugas Perkembangan Anak

    1. Pengertian

    Dalam perkembangan individu pada setiap tahapannya terdapat harapan

    sosial yang harus dipenuhi oleh individu. Harapan sosial tersebut disebut tugas

    perkembangan. Menurut Havighurst tugas perkembangan adalah tugas yang

    timbul pada atau sekitar periode kehidupan individu tertentu dalam rentang

    kehidupan individu, keberhasilan melakukannya menimbulkan kebahagiaan dan

    keberhasilan pelaksanaan tugas berikutnya kelak, sedangkan kegagalan

    menimbulkan ketidakbahagiaan, ketidaksetujuan masyarakat dan kesulitan dalam

    pelaksanaan tugas lainnya kelak (Hurlock, 1978: 40). Achdiyat (1981: 1)

    mengungkapkan kembali pendapat Havighurst tentang tugas perkembangan.

    Menurut Achdiyat tugas perkembangan adalah suatu atau sejumlah tugas yang

    timbul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu, keberhasilannya

    dalam menunaikan tugas itu dapat membawa kebahagiaan dalam menunaikan

    tugas-tugas berikut, sedangkan bilamana gagal dalam menunaikan tugas itu, maka

    yang diperoleh adalah ketidakbahagiaan, kekecewaan, dicela oleh masyarakat, dan

    kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

  • 19

    Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan erat dengan perubahan

    kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya

    sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya bila dilihat dari

    prespektif psikososial (Yusuf, 2006: 65). Tugas perkembangan ini berkaitan

    dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang sebaiknya dimiliki oleh individu,

    sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Mubin dan Cahyadi (2006: 34)

    berpendapat tugas perkembangan adalah tugas yang harus dilakukan, dipecahkan,

    dan diselesaikan oleh setiap inividu dalam tahap-tahap perkembangannya agar

    individu tersebut menjadi bahagia. Tugas perkembangan menuntut adanya

    korelasi antara potensi diri dan pendidikan yang diterima anak, serta norma-norma

    sosial budaya yang ada. Sebab konsep diri dan harga diri seseorang akan dianggap

    turun jika tidak dapat melaksanakan tugas perkembanganya dengan baik.

    Tugas perkembangan menurut Ahmadi dan Soleh (2005: 67) dipengaruhi

    oleh daya dinamis yang mendasari perkembangan anak, sehingga anak mau aktif

    dalam mengadakan percobaan-percobaan. Anak akan berusaha mencoba segenap

    potensinya untuk mencari pengalaman baru, sebab dengan banyaknya pengalaman

    yang dimiliki maka anak akan tumbuh dan berkembang jiwanya secara cepat dan

    sehat.

    Menurut Kartono (1995: 245) Tugas Perkembangan adalah tugas-tugas

    khusus yang harus dilakukan oleh sebab didorong oleh kemasakan pribadi dan

    didorong oleh tekanan-tekanan sosial (norma-norma sosial) agar individu yang

    bersangkutan bisa mempertahankan perkembangan yang normal sebagai makhluk

    sosial di tengah masyarakat. Tugas Perkembangan tersebut dengan sendirinya

  • 20

    mempunyai masa-masa kematangan dan masa pekanya, yang harus dimanfaatkan

    sebaik mungkin. Misal saja bila anak mulai mencoret sebaiknya diarahkan untuk

    menggambar benang kusut dengan menggunakan crayon sehingga secara tidak

    langsung anak diperkenalkan dengan menggambar dan mewarnai.

    Tugas perkembangan yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Bila

    terpenuhi maka akan menimbulkan perasaan bahagia. Sedangkan bila tidak

    terpenuhi maka akan menimbulkan perasaan rendah diri dan mendapat kecaman

    dari masyarakat dan perasaan sedih.

    2. Sumber-sumber Tugas Perkembangan

    Individu yang tumbuh akan menemukan dirinya memiliki sumber-sumber

    kekuatan yang baru, baik dari fisik maupun dari psikis yang memungkinkan

    individu untuk belajar. Individu juga menemukan bahwa dirinya memiliki

    tantangan dan harapan-harapan baru dari masyarakat sekitar. Kekuatan dari dalam

    dan luar individu inilah yang menempatkan individu pada serangkaian tugas-tugas

    perkembangan yang harus dikuasai agar individu dapat menjadi manusia yang

    berhasil.

    Tugas-tugas perkembangan menurut Havighurs ini muncul dari (Achdiyat,

    1981: 2-3) :

    a. Kematangan fisik

    Kematangan fisik adalah kematangan pada otot-otot tangan dan kaki

    sehingga mampu menerima rangsangan dan menjalankan fungsinya.

    Misalnya, anak yang akan berjalan jika tangan dan kakinya telah kuat

  • 21

    mengangkat badannya. Selain itu jika ingin berdiri diawali dengan duduk

    terlebih dahulu untuk melatih keseimbangan yang baik, selanjutnya baru

    bisa mulai belajar berjalan.

    b. Tuntutan kultural dari masyarakat

    Setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai

    keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang

    disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Seringkali tugas

    perkembangan ini akan dipengaruhi oleh tuntutan masyarakat, sehingga

    anak tidak boleh melakukan aktivitas tertentu sebelum mencapai usia

    tertentu. Sehingga tugas perkembangan mengalami perbedaan antara

    budaya satu dengan budaya lainnya. Contoh: membaca, menulis, berjalan,

    memakan-makanan, berbicara dan sebagainya.

    c. Nilai-nilai dan aspirasi individual yang merupakan bagian kepribadiannya

    Salah satu sumber dari munculnya tugas perkembangan adalah adanya

    tuntutan dari dalam diri individu untuk menyelesaikan tugas

    perkembangannya berdasarkan potensi yang dimiliki dan sesuai dengan

    kepribadiannya. Contoh : memilih pekerjaan dan memilih jodoh.

  • 22

    3. Tugas Perkembangan Anak

    a. Tugas Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun dirumuskan oleh Baradja

    (2005: 83-85) :

    1) Secara Fisik

    a) Dapat berdiri dan melompat dengan satu kaki

    Adanya kematangan pada otot kaki, tulang dan syaraf-syaraf pada kaki

    untuk menopang berat badan dan menjaga keseimbangan.

    b) Menangkap bola yang dipantulkan dilantai

    Kemampuan motorik dan koordinasi tubuh (mata, tangan dan kaki)

    untuk menangkap dan melempar bola/benda yang lain.

    c) Mengayuh dengan baik sepeda roda tiga

    Kemampuan pada otot kaki untuk menggoes sepeda dan tangan serta

    mata untuk mengendalikan laju sepeda.

    d) Naik dan turun tangga tanpa berpeganggan

    Memiliki keseimbangan dan koordinasi gerak yang baik pada saat naik

    dan turun tangga tanpa pegangan.

    e) Belajar memakai dan melepas pakaian sendiri

    Kemampuan motorik untuk dapat memakai dan melepas pakaian

    sendiri tanpa bantuan dari orang lain.

    f) Belajar buang air kecil dan buang air besar

    Kesiapan dan kemampuan otot-otot dibagian pembuangan untuk

    mengendalikan pembuangan.

  • 23

    g) Belajar memakan makanan padat

    Kemampuan untuk mencerna makanan padat dimulai dari proses

    mengunyah sampai penyerapan makanan dalam tubuh.

    h) Belajar berbicara

    Kemampuan untuk mengeluarkan suara-suara yang dapat dimengerti

    oleh orang lain sebagai respon dari stimulus (suara-suara) yang

    diberikan oleh orang lain.

    2) Secara Emosional

    a) Sedikit sulit membedakan antara khayalan dan kenyataan

    Memiliki khayalan yang berasal dari hal-hal yang pernah dilihat atau

    didengar tetapi dianggap nyata.

    b) Membayangkan bayangan aneh tak dikenal sebagai monster

    Memiliki rasa takut yang berasal dari hal-hal yang tidak diketahui

    dengan jelas.

    c) Marah atau mengamuk bila keinginannya tidak terpenuhi

    Mampu mengekspresikan rasa marah dengan cara menangis atau

    ngambek.

    d) Dapat merundingkan pemecahan masalah

    Kemampuan untuk membuat kesepakatan dengan orang lain.

    e) Menjadi semakin mandiri

    Mulai memiliki rasa percaya diri sehingga mampu melakukan

    beberapa kegiatan sendiri tanpa bantuan dari orang lain.

  • 24

    f) Mampu mengadakan hubungan emosional dengan orangtua, saudara

    dan orang lain.

    Memiliki keterikatan batin dengan orang-orang terdekat (rasa

    sayang, tergantung, percaya dan aman.)

    g) Mampu mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti

    mengembangkan kata hati

    Kemampuan untuk berteman atau bersosialisasi dengan orang lain

    setelah mengadakan pengamatan atau penilaian pada orang lain.

    3) Secara Kecerdasan

    a) Mulai menyalin huruf besar

    Kemampuan untuk membuat huruf sesuai dengan contoh.

    b) Dapat membedakan beberapa warna

    Kemampuan untuk membedakan dan mengenal warna

    c) Mengetahui sejumlah bilangan

    Kemampuan untuk mengenal angka dan berhitung.

    d) Mulai memiliki konsep waktu

    Memahami dan mampu membedakan siang dan malam berdasarkan

    ciri-cirinya.

    e) Dapat bercerita

    Mampu menceritakan kejadian yang telah terjadi atau menjelaskan

    sesuatu hal.

  • 25

    f) Mengenal perbedaan jenis kelamin

    Mampu membedakan laki-laki dan perempuan berdasarkan ciri-

    cirinya.

    b. Tugas Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun dirumuskan oleh Baradja

    (2005: 83-85)

    1) Secara fisik

    a) Melompat-lompat kecil ditempat

    Adanya kematangan pada otot kaki, tulang dan syaraf-syaraf pada

    kaki untuk menopang berat badan dan menjaga keseimbangan dan

    dilakukan secara berulang-ulang.

    b) Menggantung, berayun dan memanjat.

    Kemampuan motorik tubuh untuk melakukan gerakan menggantung,

    berayun, dan memanjat.

    c) Dapat berguling kedepan

    Kemampuan untuk menggulingkan tubuh ke depan dengan

    koordinasi yang baik dari seluruh bagian tubuh sehingga mampu

    melakukan gerakan tersebut.

    d) Dapat berdiri satu kaki selama beberapa saat

    Kemampuan untuk menjaga keseimbangan kemampuan salah satu

    kaki untuk menopang berat badan dan menjaga keseimbangan

    selama beberapa saat.

  • 26

    e) Suka menyanyi dan menari

    Kemampuan untuk menggerakan anggota tubuh mengikuti suara

    musik sambil bernyanyi.

    2) Secara Emosional

    a) Ingin menenangkan teman dan atau ingin bersama dengan teman

    Keinginan untuk bersosialisasi dengan teman sebaya.

    b) Lebih siap untuk mengikuti peraturan

    Lebih siap dan mampu memahami dan mematuhi peraturan.

    c) Dapat ditinggal pergi oleh orangtuanya tanpa menangis

    Mulai mandiri dan tidak takut di tinggal.

    d) Dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan

    Mulai realistis sehingga mulai mampu membedakan khayalan dan

    kenyataan.

    e) Murung dan gelisah saat menghadapi masalah

    Merasa tidak nyaman apabila memiliki masalah, misal saat

    bertengkar.

    f) Kadang sangat keras kepala dan sangat menuntut

    Memiliki rasa egois dan ingin selalu merasa nyaman.

    3) Secara kecerdasan

    a) Memahami konsep waktu dengan baik

    Semakin mampu dapat membedakan siang dan malam berdasarkan

    cirinya.

  • 27

    b) Memahami konsep berhitung dengan lebih baik

    Semakin mampu berhitung dan mengenal angka.

    c) Dapat membaca huruf dengan mengeja

    Semakin mampu mengenal dan menghafal huruf sehingga mampu

    mulai membaca.

    d) Melakukan permainan dengan kartu atau dengan papan

    Misalnya : mampu menyusun puzzle.

    e) Dapat menggunakan sendok dan garpu

    Kemampuan untuk mengkoordinasi kedua tangan sehingga semakin

    mampu menggunakan sendok dan garpu secara bersamaan

    c. Tugas Perkembangan Masa Anak-Anak Awal dirumuskan oleh Achdiyat

    (1981: 4-8)

    1) Belajar berjalan

    Pada usia 9 bulan sampai 15 bulan, kebanyakan anak secara fisik telah

    siap untuk belajar berjalan. Tulang, otot dan syaraf kaki telah siap

    untuk belajar dan menerima rangsangan dari luar untuk berjalan.

    2) Belajar mencerna makanan padat

    Sistem mencerna makanan pada diri individu berangsur-angsur

    tumbuh dan siap untuk mencerna dan mengasimilasi macam-macam

    makanan. Di samping pertumbuhan alat mencerna makanan alat

    penguyah juga tumbuh menjelang tahun kedua (gigi) sehingga individu

    mampu mencerna makanan padat.

  • 28

    3) Belajar berbicara

    Pada hakikatnya tugas perkembangan ini adalah membuat suara-suara

    yang bermakna untuk berkomunikasi dengan orang lain.

    4) Belajar mengontrol pengurangan kelebihan fisiologis

    Tugas perkembangan ini menuntut individu mampu buang air pada

    waktu dan tempat yang diterima masyarakat. Tugas perkembangan ini

    berkaitan dengan perkembangan sistem syaraf dan pembiasaan dari

    orangtua.

    5) Belajar membedakan jenis kelamin

    Anak mampu mengenal jenis kelamin manusia dengan cara mengamati

    bentuk fisik dari laki-laki dan perempuan serta mampu

    membedakannya.

    6) Pencapaian stabilitas fisiologis

    Tugas perkembangan ini berkaitan sepenuhnya secara biologis yaitu

    mampu menjaga temperatur tubuhnya tanpa terpengaruh rangsangan

    dari luar.

    7) Pembentukan konsep-konsep realitas sosial dan fisik

    Tugas perkembangan ini menuntut individu mampu mengenal dan

    membuat kelompok berdasarkan bentuk dan rupanya. Contoh :

    binatang, manusia, gambar, buah, dan lain-lain.

  • 29

    8) Belajar berhubungan secara emosional dengan orangtua, teman

    sekampung dan orang lain.

    Tugas perkembangan ini berkaitan dengan adanya ikatan emosional

    antara individu satu dengan individu lain, baik dengan orang terdekat

    ataupun dengan masyarakat sekitar.

    9) Belajar membedakan benar dan salah serta perkembangan kata hati.

    Tugas perkembangan ini menekankan bahwa hal yang menyenangkan

    adalah baik dan hal yang menyakitkan adalah buruk. Individu

    diharapkan mampu membedakan benar dan salah melalui pengamatan

    dan mengembangkan kata hatinya.

    d. Tugas Perkembangan Menurut Havighurst (Hurlock, 1978: 40)

    1) Belajar makan makanan padat.

    2) Belajar berjalan.

    3) Belajar berbicara.

    4) Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh.

    5) Mempelajari perbedaan seks dan tata caranya.

    6) Mempersiapkan diri untuk membaca.

    7) Belajar membedakan benar dan salah dan mulai mengembangkan hati

    nurani.

  • 30

    Dari sekian banyak pendapat tentang macam-macam Tugas Perkembangan

    menurut beberapa ahli maka dapat disimpulkan Tugas Perkembangan anak usia 4-

    5 Tahun adalah sebagai berikut:

    a. Belajar makan makanan padat.

    b. Belajar mengatur pembuangan kotoran tubuh

    c. Belajar membedakan Jenis Kelamin.

    d. Dapat berjalan

    e. Dapat berbicara

    f. Belajar membedakan benar dan salah dan mulai mengembangkan hati

    nurani.

    g. Pembentukan konsep-konsep realitas sosial dan fisik

    h. Mempersiapkan diri untuk membaca

    4. Tujuan Tugas Perkembangan

    Menurut Hurlock (1978: 9) ada 3 tujuan dalam Tugas Perkembangan, yaitu :

    a. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui yang diharapkan

    masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Misal saja, orangtua

    mengajari anaknya berbicara dan makan sendiri dengan menggunakan

    sendok. Dengan pengertian bahwa masyarakat mengaharapkan anak-anak

    mampu berbicara dan mampu makan dengan menggunakan sendok sendiri

    pada usia balita.

  • 31

    b. Memberi motivasi pada individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari

    mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan

    mereka.

    c. Untuk menunjukan kepada setiap individu tentang hal-hal yang akan mereka

    hadapi dan tindakan apa yang di harapkan dari mereka kalau sampai pada

    tingkat perkembangan berikutnya.

    5. Faktor- faktor yang mempengaruhi Penguasaan Tugas Perkembangan

    Untuk memenuhi Tugas Perkembangan sangat dipengaruhi oleh dua faktor

    yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat dimana kedua hal ini sangat

    mempengaruhi penguasaan Tugas Perkembangan seseorang (Hurlock, 1978: 11).

    a. Faktor Penghambat :

    1) Tingkat perkembangan yang mundur

    2) Tidak ada kesempatan untuk mempelajari Tugas–tugas Perkembangan

    atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya.

    3) Tidak ada motivasi

    4) Kesehatan yang buruk

    5) Cacat Tubuh

    6) Tingkat kecerdasan yang rendah.

    b. Faktor Pendukung

    1) Tingkat perkembangan yang normal atau dapat di akselerasi

    2) Kesempatan-kesempatan untuk mempelajari Tugas-tugas dalam

    perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya

  • 32

    3) Adanya motivasi

    4) Kesehatan yang baik dan tidak cacat tubuh

    5) Tingkat kecerdasan yang tinggi

    6) Kreativitas yang tinggi

    6. Bahaya Tugas Perkembangan

    Menurut Hurlock (1978: 9) ada 3 bahaya Tugas Perkembangan, yaitu :

    a. Harapan-harapan yang kurang tepat. Sebagai contoh anak pada usia 4-5

    tahun diharapkan sudah mengenal angka atau huruf sehingga anak sudah

    mulai dapat belajar membaca. Tetapi tidak semua anak mulai belajar

    membaca pada usia tersebut. Ada anak yang mampu membaca pada usia

    kurang dari 4 tahun ada juga yang baru dapat membaca pada usia lebih dari 5

    tahun, sehingga apabila belum dapat membaca maka akan mendapat cap

    buruk dan dikucilkan oleh masyarakat.

    b. Melangkah tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan

    menguasai Tugas Perkembangan sebelumnya. Sebagai contoh seorang anak

    belum dapat berbicara padahal usianya sudah cukup untuk mampu berbicara

    tetapi karena belum dapat berbicara sehingga anak tersebut melangkah pada

    tugas selanjutnya yaitu mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan

    untuk permainan-permainan yang umum sebagi silih dari Tugas

    Perkembangan yang belum dapat dipenuhinya.

    c. Bahaya potensial lain yang muncul dari Tugas Perkembangan adalah krisis

    yang dialami individu ketika melangkah dari satu tingkatan ketingkat yang

  • 33

    lain. Sebagai contoh ketika anak ingin mempelajari keterampilan fisik

    (berlari dan melompat) tetapi anak tersebut belum dapat berjalan maka anak

    tersebut agak lama memenuhi Tugas Perkembangan ini karena ada rasa

    kurang percaya diri bahwa dia belum mampu berjalan dengan lancar,

    sehingga sedikit menghambat pemenuhannya.

  • 34

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang merupakan penelitian

    kualitatif. Menurut Furchan (1982: 416) studi kasus adalah suatu penyelidikan

    intensif tentang seorang individu. Studi kasus ini merupakan studi yang mendalam

    tentang individu yang berjangka waktu relatif lama, terus menerus dan

    menggunakan subjek tunggal, yang berarti kasus yang dialami oleh satu orang.

    Sedangkan menurut Yin (2006: 21) studi kasus merupakan suatu cara penelitian

    terhadap masalah empiris dengan mengikuti rangkain prosedur yang telah

    dispesifikasikan sebelumnya.

    Studi kasus ini bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari suatu

    objek. Hal ini berarti data dan informasinya diperoleh melalui wawancara dan dan

    observasi secara mendalam. Penelitian ini bersifat deskriptif karena tujuannya

    adalah mendeskripsikan tugas perkembangan yang dialami oleh seorang anak.

  • 35

    B. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian adalah Dewi seorang siswa TAA Pertiwi. Dewi adalah

    anak yang berusia 4 tahun dan tinggal di Salemba Jakarta Timur dan di titipkan di

    TAA Pertiwi.

    C. Sumber Data

    Beberapa orang yang dianggap relevan di minta untuk memberi informasi

    dalam penelitian ini. Selain itu data diperoleh dari data siswa yang ada di TAA

    Pertiwi.

    Sumber informasi tersebut adalah :

    1. Orangtua Subjek

    2. Staf TAA Pertiwi

    3. Data siswa TAA Pertiwi ( Buku induk )

    D. Metode Pengumpulan Data

    1. Wawancara informatif

    Peneliti mengadakan persiapan-persiapan bidang-bidang atau hal-hal yang

    akan ditanyakan. yaitu bidang pribadi dan sosial. Dengan data yang lengkap

    dari setiap bidang akan sangat membantu dalam menganalisis masalah.

    2. Observasi

    Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan

    dengan pengamatan langsung saat klien sedang beraktivitas di TAA Pertiwi.

    Observasi sangat penting pengaruhnya dalam kegiatan studi kasus terutama

  • 36

    karena klien masih berusia 4 tahun sehingga tidak mungkin melaksanakan

    wawancara konseling pada klien. Jadi observasi merupakan bagian penting

    dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang lebih lengkap tentang

    tingkah laku subjek..

    3. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dilakukan untuk menunjang penelitian. Studi

    dokumentasi ini berasal dari data-data yang ada di TAA Pertiwi.

    4. Kunjungan Rumah

    Winkel (1997: 298) mengemukakan bahwa kunjungan rumah adalah salah

    satu alat nontes yang mempunyai tujuan untuk lebih mengenal lingkungan

    hidup (fisik, sosial, budaya) subjek sehari-hari. Dengan tujuan tersebut

    diadakan kunjungan rumah ke tempat tinggal keluarga subjek.

    E. Analisis Data

    Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan prosedur laporan

    studi kasus yang dikembangkan oleh Winkel, 1997. Prosedur studi kasus meliputi:

    1. Penghimpunan Data

    a. Deskripsi umum kasus, nama subjek (boleh nama samaran), umur, alamat

    (boleh samaran), sekolah, jenis kelamin, penampilan, nama orantua/wali

    (boleh samaran), sumber-sumber informasi. Kemudian disajikan

    berbagai gejala yang menandakan adanya masalah yang perlu diatasi.

    Masalah itu hendaknya dirumuskan secara operasional (apa yang

  • 37

    dilakukan oleh subjek dan jelas tampak), sehingga perubahan kelak

    dapat diamati dengan serba jelas juga.

    b. Analisis, yaitu disajikan data serta fakta yang terhimpun tentang :

    1) Latar belakang kehidupan keluarga

    a) Susunan anggota keluarga dan daftar anggota keluarga, disertai

    informasi usia, jenis kelamin, urutan kelahiran dan taraf kesehatan.

    Diperlukan juga informasi tentang bakat, minat, hobi dan cita-cita yang

    dimiliki, data ini menyangkut orangtua dan orang dewasa yang

    berperan dalam keluarga. Status sosial keluarga dalam masyarakat

    setempat dan corak hubungan dengan masyarakat sekitar, taraf

    pendidikan keluarga pada umumnya dan sikap keluarga terhadap

    pendidikan sekolah

    b) Lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan sosio kultural, yang meliputi

    deskripsi singkat tentang lingkungan masyarakat dimana subjek hidup,

    dahulu dan saat ini, deskripsi tempat tinggal subjek serta keadaan

    ekonomi dan kultural di tempat tinggal tersebut.

    2) Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan, yaitu selama masa bayi,

    masa anak-anak. Arsip kesehatan, bila tersedia akan dapat memberikan

    banyak informasi. Dilukiskan keadaan fisik subjek pada saat sekarang

    dan staminanya terhadap berbagai sumber gangguan kesehatan.

    3) Perkembangan kognitif, yaitu riwayat pendidikan, taraf keberhasilan

    dalam berbagai bidang studi yang pokok, hasil testing kemampuan

    intelektual dan bakat seandainya pernah mengikuti test, dan indikasi lain

  • 38

    tentang perkembangan kognitif (seperti kursus, pengalaman belajar

    informal)

    4) Perkembangan sosial dan status sosial saat ini, yaitu riwayat

    perkembangan sosial dalam berinteraksi dengan orang dewasa dan

    teman sebaya, status sosial (bukan ekonomis) dalam kalangan sebaya

    (tinggi-rendah), keterampilan sosial, kemampuan bekerja sama,

    kemampuan memimpin, kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai

    tuntutan kehidupan sosial, dan lain- lain yang relavan.

    5) Ciri-ciri kepribadian, yaitu sikap dan sifat yang tampak dalam perilaku.

    penghayatan nilai-nilai kehidupan, kematangan emosional, konsep diri

    yang ideal dan riil, berbagai minat dan hobi, cita-cita masa depan

    mengenai pendidikan serta pekerjaan, kebutuhan dalam hidup yang

    diprioritaskan, dan lain sebagainya. Ditinjau pula konflik yang dialami

    subjek dengan berbagai pihak, frustasi yang dihadapi dan tekanan yang

    menjadi beban batin.

    6) Lain-lain yang dianggap relevan yang belum tercantum diatas.

    c. Sintesis yaitu suatu deskripsi kaseluruhan yang menggabungkan data dan

    fakta yang terhimpun dalam analisis diatas.

    2. Diagnosis dan Prognosis

    a. Diagnosis, yaitu menentukan apakah masalah yang dihadapi subjek

    termasuk dalam ragam karier, bimbingan akademik, atau pribadi sosial.

    Kemudian dirumuskan perkiraan tentang faktor-faktor penyebab pokok

    (serta faktor tambahan kalau ada) yang mendasari timbulnya kasus seperti

  • 39

    ini. Dikatakan "perkiraan" karena bisa saja ada kemungkinan akan muncul

    data dan fakta baru di kemudian hari yang memaksa untuk mengubah

    diagnosis yang telah ditentukan.

    b. Prognosis, yaitu melaporkan sejauh mana dapat diharapkan terjadi suatu

    perubahan bermakna dalam perilaku subjek dan apa yang mendasari

    terjadinya perubahan itu. Dalam prognosis diperkirakan pula berapa lama

    atau berapa waktu yang dibutuhkan untuk sampai pada suatu perubahan

    selanjutnya. Hal ini dilaksanakan menurut suatu rencana tertentu yang

    meliputi sejumlah langkah kerja sesuai dengan hasil. Prognosis

    sebagaimana dijelaskan diatas merupakan persiapan bagi treatment yang

    akan menyusul. Meskipun ada kemungkinan treatment itu tidak dapat

    dilaksanakan seluruhnya karena keterbatasan waktu yang tersedia untuk

    proyek "studi kasus" ini atau karena kendala lain, namun dapat direfer

    kepada ahli lain yang berkompeten, sejauh subjek setuju.

    3. Treatment (Perlakuan)

    Merupakan laporan apa yang terjadi dan terlaksana selama fase

    pelaksanaan dari rencana kerja yang telah dibuat, baik dalam berhubungan

    langsung dengan subjek, dalam bentuk wawancara dengan subjek sekian kali

    dengan hasil apa, maupun dalam berurusan dengan orang lain yang ikut

    terlibat. Laporan tentang pelaksanaan ini mengikuti urutan langkah kerja yang

    telah direncanakan, sehingga jelas hasil apa yang diperoleh tiap langkah.

    Perubahan terhadap rencana yang telah dibuat itu tetap dimungkinkan, asal

    dijelaskan atas dasar pertimbangan apa perubahan itu diadakan dan kapan itu

  • 40

    terjadi, misalnya timbul data atau fakta baru yang memaksa untuk mengubah

    diagnosis sehingga treatment ikut berubah.

    4. Evaluasi dan Tindak Lanjut

    Dalam tahap ini, dijelaskan pada saat kapan fase treatment ini dianggap

    telah berakhir, perlu dilihat sejauh mana telah tampak hasil yang diharapkan

    (evaluasi), kemudian ditentukan tindak lanjut apa yang sekiranya masih

    diperlukan dan bagaimana pelaksanaanya, hal ini semakin perlu bila rangkaian

    langkah kerja yang telah direncanakan ternyata belum seluruhnya terlaksana.

  • 41

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini akan diuraikan hasil pelaksanan penelitian sebagaimana

    diungkapkan pada bab sebelumnya, bahwa data yang sudah diperoleh dianalisis.

    Data-data yang hendak disajikan adalah data-data mentah dari hasil wawancara

    informatif dan hasil observasi terhadap subjek saat di Taman Asuhan Anak

    Pertiwi.

    Dalam penyajian data ada beberapa bagian yang dirahasiakan demi

    menjaga kerahasiaan subjek dan orangtua. seperti nama dan alamat tinggal.

    A. OBSERVASI

    1. Observasi Awal

    Subjek pertama kali datang ke Taman Asuhan Anak Pertiwi bersama

    dengan ibunya pada tanggal 16 Mei 2006. Ibu subjek berencana akan menitipkan

    subjek di Taman Asuhan Anak Pertiwi dengan alasan agar subjek bisa mandiri

    dan dirawat dengan baik karena ibu subjek bekerja dan subjek tidak ada yang

    mengurus dirumah. Subjek terlihat seperti anak biasa tidak menangis saat

    ditinggalkan ibunya pergi. Hal ini merupakan hal yang wajar karena usia subjek

    hampir 4 (empat) tahun. Hal aneh yang ditemui adalah subjek masih

    menggunakan pampers.

    Beberapa hari berikutnya (22 Mei 2006) subjek diminta tidak

    menggunakan pampers selama di Taman Asuhan Anak Pertiwi. Alasan yang

  • 42

    dikemukakan adalah malu dengan teman-teman dan subjek sudah besar sehingga

    tidak perlu menggunakan pampers lagi. Saat itu subjek menurut, 2 jam berikutnya

    subjek mengompol. Hal ini dimaklumi karena subjek masih baru dan subjek

    diminta untuk ke kamar mandi agar dapat membersihkan diri dan subjek diminta

    untuk bicara pada penulis atau guru yang lain apabila ingin buang air lagi

    sehingga tidak buang air di celana.

    Selama 1 minggu (29 Mei – 2 Juni 2006) subjek berada di TAA Pertiwi

    dalam sehari kira-kira subjek mengompol sebanyak 1 kali saat bermain dan 2-3

    kali saat sedang tidur. Sehingga pakaian dan sprei yang digunakan subjek basah

    semua bahkan terkadang rambut subjek basah terkena ompol subjek, bahkan

    sampai mengucur ke lantai karena terlalu banyak air yang dikeluarkan. Subjek

    seringkali dibangunkan karena terlalu basah dan takut subjek masuk angin,

    sehingga tidur siang subjek terganggu. Pagi hari saat subjek diantar ibunya ke

    Taman Asuhan Anak Pertiwi subjek selalu menggunakan pampers. Ketika ditanya

    alasan subjek masih menggunakan pampers ibu subjek menjawab agar subjek

    tidak mengompol di jalan, sehingga tidak perlu repot mengganti baju di jalan.

    Pada tanggal 12 Juni 2006 subjek tidak mau tidur. Susu telah diminum

    oleh subjek sejak awal masuk kamar tidur meskipun telah ditemani subjek bahkan

    selama 1 jam subjek tetap tidak mau tidur. Akhirnya subjek di tinggal sendiri di

    kamar. Subjek terjaga sendiri di kamar karena teman-teman yang lain sudah tidur.

    Saat dimandikan petugas mengatakan pada penulis bahwa subjek buang air besar

    di celana. Setelah penulis tahu subjek buang air besar di celana maka penulis

    langsung menegur subjek, dengan harapan subjek tidak mengulangi.

  • 43

    Tanggal 23 Juni 2006, menurut jadwal yang berlaku di TAA Pertiwi

    adalah mewarnai. Saat sebelum peralatan dibagi subjek terlihat sangat antusias

    dengan pelajaran ini. Tetapi saat diminta menggambar subjek hanya melamun

    melihat teman-temannya mengerjakan tugas yang diberikan. Subjek diminta untuk

    mulai mewarnai gambar yang telah ditentukan. Saat diperintah subjek mulai

    mengerakan crayonnya, tetapi saat penulis mengalihkan perhatian dari subjek,

    subjek mulai melamun kembali. Subjek terlihat tidak bersemangat dalam

    mengerjakan tugasnya. Tangan subjek bergerak sebentar lalu berhenti dan mulai

    melamun lagi. Subjek terlihat tidak fokus dan tidak bersemangat. Berkali-kali

    subjek ditegur tetapi subjek tidak merespon dengan baik teguran dari penulis dan

    guru yang lain. Awalnya penulis dan staf yang lain beranggapan subjek belum

    terbiasa dan kurang motivasi tetapi semakin sering diberi tugas semakin terlihat

    kalau subjek tidak memiliki motivasi untuk menyelesaikan tugasnya. Jika

    dibandingkan dengan anak yang lain yang usianya sama dengan subjek sangat

    terlihat perbedaan yang mencolok antara subjek dengan anak yang lain. Anak

    yang lain sangat bersemangat jika diberi tugas walaupun usianya lebih kecil dari

    pada subjek. Bila diminta menyelesaikan tugas, mereka dapat mengerjakannya

    walaupun hasilnya kurang baik tetapi bila dilihat dari usia hasil dari tugas tersebut

    cukup baik.

    Tanggal 2 Juli 2006 setelah selesai sarapan subjek tidak mau masuk kelas.

    Saat ditanya ada apa subjek diam saja. Setelah melihat kotoran dilantai, subjek

    terlihat agak takut ternyata subjek buang air besar di celana sampai kotorannya

  • 44

    jatuh di lantai. Setelah subjek selesai dibersihkan petugas, subjek di periksa apa

    subjek sakit perut tapi subjek diam saja. Subjek dinasehati agar lain kali bila ingin

    pup harus dikamar mandi dengan petugas, karena malu dengan teman yang lain.

    Subjek hanya mengangguk saja.

    Tanggal 3 Juli 2006 saat pelajaran olahraga terlilhat bahwa gerak motorik

    subjek masih seperti anak umur 1 tahun. Karena masih sangat tidak stabil dan

    subjek sering sekali jatuh saat berlari dan berjalan cepat. Saat melakukan Senam

    Ceria untuk anak-anak subjek terlihat kurang konsentrasi sehingga tidak mampu

    mengikuti senam dengan baik. Perkembangan bicara subjek juga belum jelas,

    walaupun kosa kata subjek sudah banyak dan mampu merangkai kalimat dengan

    baik.

    Tanggal 12 Juli 2006 saat pelajaran mengenal warna subjek seringkali

    melamun sehingga kurang mampu menghafal 2 warna yang diajarkan oleh Guru.

    Anak-anak lain yang mengikuti pelajaran tersebut mampu menghafal minimal 1

    warna, walaupun tidak harus mampu menghafal warna tersebut tetapi anak-anak

    diharapkan mengenal nama warna.

    Tanggal 10 Agustus 2006. Saat sedang latihan menghadapi perlombaan

    Tujuh belasan yang akan dilaksanakan di Cipayung subjek banyak melamun dan

    tidak mengerti apa yang harus dilakukan saat lomba walaupun sudah di jelaskan

    berulang-ulang. Setelah melihat teman-temannya melakukan latihan barulah

    subjek mau latihan tetapi tidak melawan teman-teman yang seumur tetapi anak

    yang lebih kecil, karena subjek tidak mau latihan bila melawan teman yang

    sebaya.

  • 45

    Tanggal 14 Agustus 2006 diadakan latihan lanjutan. Saat latihan yang

    kedua ini subjek masih banyak melamun tetapi tidak seperti latihan pada hari

    pertama. Hal yang menjadi catatan penting adalah gerakan subjek sangat lambat

    dan terlihat seperti tidak ada motivasi untuk menang.

    Tanggal 16 Agustus 2006 pada saat perlombaan subjek diminta untuk ikut

    berlomba tetapi subjek tidak mau meskipun sudah dibujuk. Subjek justru

    menangis dengan keras sambil menyiratkan ketakutan. Saat acara sudah selesai,

    subjek ditanya mengapa sampai menangis dan takut. Menurut subjek, subjek takut

    bila ada banyak orang tidak dikenal karena takut diculik. Subjek menceritakan

    bahwa ibu subjek melarang subjek bermain di tempat ramai yang belum pernah

    dikunjungi subjek dan ibunya. Menurut ibu subjek ditempat ramai ada banyak

    penculik anak.

    2. Observasi Saat Treatment

    Tanggal 4 September 2006 mulai dilaksanakan Toilet Training (tabel).

    Pada saat mulai melaksakan program ini subjek kurang antusias seperti biasa

    subjek terlihat masa bodoh dan banyak melamun saat dijelaskan harus bicara saat

    ingin buang air. Saat diajak untuk ke kamar mandi subjek seringkali menolak

    karena tidak ingin buang air. Subjek saat dikamar mandi memang seringkali tidak

    buang air tetapi bermain air yang bak.

    Tanggal 20 September 2006 saat sedang bermain di ruang bermain subjek

    diajak ke kamar mandi tetapi subjek tidak mau saat di minta berdiri ternyata

    celana subjek sudah basah. Ekspresi wajah subjek sangat takut karena ketahuan

    sudah mengompol. Saat itu subjek langsung ditegur oleh petugas. Subjek kali ini

  • 46

    menunjukan rasa menyesal pada penulis dan mengatakan akan menurut apabila

    dia ajak kekamar mandi.

    Tanggal 12 Oktober 2006 pada hari ini pelajaran olahraga ditiadakan

    diganti dengan eksplorasi lingkungan di Taman Monas. Sebelum berangkat subjek

    ditanya apa mau memakai pampers tetapi subjek menolak dengan mengatakan

    subjek sudah besar dan pintar sehingga tidak perlu menggunakan pampers lagi.

    Mendengar subjek bicara demikian penulis kaget dan memberi kepercayaan pada

    subjek. Setelah itu subjek diajak ke kamar mandi untuk buang air dahulu sebelum

    berangkat. Setelah sampai di Taman Monas Subjek dan anak-anak lain boleh

    bermain bebas sampai pukul. 10.30. Saat sedang bermain subjek menghampiri

    penulis dan menagatakan ingin buang air lalu subjek diantar ke toilet terdekat,

    setelah sampai subjek segera membuka celananya. Subjek terlihat terburu-buru

    sehingga celana subjek basah karena baru turun setengah tetapi sudah buang air.

    Nampaknya sudah mulai ada motivasi dari diri subjek untuk tidak mengompol

    lagi, subjek juga terlihat sangat merasa bersalah dan meminta maaf. Hal ini

    menunjukan bahwa subjek merasa bersalah bila masih mengompol dan mengerti

    bahwa mengompol adalah perbuatan yang tidak diterima oleh lingkungannya.

    Selain itu subjek juga menunjukan sikap positif saat mengatakan akan buang air

    dan meminta diantar ke toilet. Sikap positif yang ditunjukan subjek di dorong oleh

    motivasi yang kuat untuk tidak buang air di celana lagi.

  • 47

    Tanggal 20 Oktober 2006 sepertinya subjek telah terbiasa dengan ritual

    toilet training sehingga subjek jarang sekali mengompol dan pup di celana lagi.

    Hari ini subjek terlihat lebih ceria walaupun sesekali masih terlihat melamun. Saat

    ditanya subjek mengatakan sedang rindu pada Papanya yang ada di Kota S dan

    sudah lama belum pulang.

    Tanggal 2 November 2006 pada hari ini diadakan pelajaran menulis angka

    1. Pada awalnya subjek terlihat sangat antusias dan segera ingin mulai menulis

    tetapi saat mulai dibagikan, subjek malah asik mengobrol dan bercanda dengan

    anak-anak yang lain. Ketika diminta mulai mengerjakan subjek terlihat mulai

    serius tetapi tidak mulai mengerjakan tugasnya saat dibantu mengerjakan subjek

    baru mau mulai menggerakan tangannya. Sikap subjek menunjukan subjek hanya

    akan melakukan tugas bila di bantu. Subjek memang belum terbiasa melakukan

    kegiatan ini, karena tidak diperkenalkan oleh ibunya di rumah, sehingga subjek

    terlihat tidak memiliki motivasi untuk menulis.

    Tanggal 7 November 2006 menurut jadwal yang berlaku di TAA Pertiwi

    hari ini adalah pelajaran mewarnai. Saat diminta mewarnai gambar subjek hanya

    diam dan menatap dengan tatapan kosong seperti tidak mengerti tugas yang di

    berikan setelah dijelaskan subjek hanya mengangguk tetapi tidak ada respon yang

    lain selain anggukan mata subjek terlihat melirik temannya dan tidak

    memperdulikan tugas yang diberikan pada subjek. Saat teman-teman subjek yang

    lain mulai mengerjakan tugasnya subjek masih saja melamun dan hanya

    memegang crayon tanpa menggerakannya sama sekali mata subjek masih saja

    melihat teman-temannya yang sedang mengerjakan tugas. Ketika teman-teman

  • 48

    subjek telah menyelesaikan tugasnya subjek belum menghasilkan apa-apa selain

    beberapa coretan seperti benang kusut dan keluar dari garis gambar. Teman-teman

    subjek yang telah selesai mewarnai diminta keluar dari kelas sedangkan subjek

    tetap tinggal dikelas. Subjek diminta menyelesaikan tugasnya mewarnai gambar

    yang telah disediakan walaupun tinggal subjek saja yang tinggal di kelas.

    Tanggal 9 November 2006 menurut jadwal yang berlaku adalah pelajaran

    mengenal angka 1 dan menuliskannya. Subjek pada awal pelajaran sangat berisik.

    Subjek terus bernyanyi dengan teman-temannya sambil berteriak. Subjek terlihat

    sangat gembira. Diawal pelajaran selalu diisi dengan bernyanyi sambil bertepuk

    tangan. Saat lagu selesai anak-anak diminta untuk duduk dengan tenang dan tidak

    boleh membuka mulut, setelah itu masing-masing di bagi buku dan pensil untuk

    berlatih menulis. Ekspresi wajah subjek mulai berubah saat melihat buku dan

    pensil ada diatas meja subjek. Setelah itu subjek dan anak-anak yang lain diminta

    untuk menuliskan angka 1, subjek mulai terlihat melamun lagi seakan-akan tidak

    mengerti apa yang harus dilakukan meskipun sebelumnya sudah dijelaskan apa

    yang harus dilakukan. Seperti biasanya subjek mendapat bimbingan ekstra dari

    para guru dan pengasuh, karena usia subjek sudah 4 tahun sehingga sangat

    diprioritaskan untuk dapat menulis. Ini kedua kalinya subjek diminta menulis

    angka 1 (satu). Kali ini subjek terlihat lebih serius karena subjek tidak mau

    tertinggal lagi dikelas dalam pelajaran hari ini. Subjek langsung mengerjakan

    tugasnya walaupun masih sambil melamun dan banyak bertanya kepada

    pembimbing yang ada disebelah subjek. Subjek akhirnya mampu menyelesaikan

  • 49

    tugasnya dengan baik walaupun masih terlambat dari pada teman-teman yang

    lain.

    Tanggal 22 November 2006 hari ini pelajaran olah raga. subjek dan anak-

    anak yang lain diminta untuk mengikuti gerakan senam yang dicontohkan

    didepan. Subjek masih terlihat seperti anak yang bingung saat meniru gerakan

    senam. Gerak motorik sujek terlihat kurang lincah. Gerak motorik subjek memang

    seperti anak berumur 2 tahun. Sepertinya subjek kurang banyak bergerak sehingga

    gerakan motorik subjek kurang lincah.

    Tanggal 29 November 2006 pelajaran olah raga tidak menggunakan senam

    tetapi anak-anak diminta melakukan gerakan motorik yang lebih aktif. Hal ini

    dilakukan agar membantu subjek semakin mampu menggerakan morotik

    tubuhnya dengan lebih baik. Anak-anak diminta untuk berlari, merangkak, lompat

    kodok, berjalan sambil jongkok dan melompat. Subjek selalu berada diurutan

    paling belakang dibanding anak-anak yang lain, meskipun sudah diberi dukungan

    dengan cara terus berteriak agar subjek semakin semangat. Subjek saat itu terlihat

    berkeringat dan sangat lelah tetapi subjek terlihat sangat senang. Subjek juga

    mengatakan akan menceritakan pada mama dirumah bahwa subjek tadi berlomba

    lari tetapi kalah.

    Tanggal 4 Desember 2006 subjek setelah selesai sarapan subjek

    mengatakan ingin buang air kecil dikamar mandi dan diawasi oleh pengasuh.

    Menurut pengasuh subjek sudah mampu menahan buang air sampai di kamar

    mandi dan memakai celana sendiri walaupun agak lama. Hal ini membuktikan

    bahwa Toilet Training berhasil.

  • 50

    Tanggal 5 Desember 2006, subjek nampaknya telah terbiasa dengan acara

    belajar dikelas hal ini terbukti dengan subjek lebih berkonsentrasi saat diberi

    tugas. Contohnya hari ini pelajaran mewarnai, subjek diminta mewarnai gambar

    topi dibuku. Saat diberi tugas subjek sudah mampu mendengarkan dan tidak

    banyak melamun lagi. Hasil gambar subjek belum terlalu baik tetapi subjek

    mampu mengerjakannya sendiri tanpa banyak mendapat bantuan dari pengasuh.

    Tanggal 13 Desember 2006 pada hari ini subjek diperkenalkan pada warna

    dan bentuk. Jenis warna yang diajarkan adalah merah, biru dan hijau. Sedangkan

    bentuk yang diajarkan adalah segitiga dan lingkaran. Subjek terlihat sangat sulit

    untuk menghafal warna dan bentuk, tatapi karena baru diperkenalkan sehingga

    subjek tidak dipaksa untuk hafal semua.

    Tanggal 18 Desember 2006 hari telah dibuatkan jadwal khusus bagi subjek

    untuk mempersiapkan subjek masuk TK (Taman Kanak-kanak) yaitu

    menghafalkan warna Merah dan Biru setelah 20 menit belajar, konsentrasi subjek

    mulai terpecah dengan suara anak-anak lain yang bersiap-siap untuk makan buah.

    Subjek sempat beberapa saat mengalihkan pandangan dan posisi duduk subjek

    mulai terlihat tidak nyaman lagi karena sudah ingin ikut bermain dengan anak-

    anak yang lain. Subjek akhirnya diijinkan keluar kelas setelah menghafal kedua

    warna tersebut.

    Tanggal 21 Desember 2006 hari ini dilanjutkan kembali menghafalkan

    warna untuk memantapkan pelajaran minggu yang lalu. Setelah subjek berhasil

    menghafal warna merah dan biru, ditambah lagi warna hijau. Diharapkan subjek

  • 51

    mampu menghafal lebih banyak warna lagi. Pelajaran kali ini subjek semakin

    semangat dan lebih memiliki motivasi untuk menghafalkan warna. Subjek

    sepertinya sudah dapat lebih mengerti waktu untuk belajar. Setiap kali subjek

    dapat menyebutkan warna yang ditunjuk dengan benar maka subjek mendapat

    pujian apabila menyebutkan dengan salah subjek tidak mendapat pujian. Pelajaran

    dialukukan hanya 30 menit saja karena apabila dipaksakan lebih dari itu maka

    konsentrasi subjek akan buyar dan kurang bersemangat.

    Tanggal 4 Januari 2007 pada pelajaran yang terakhir subjek telah mampu

    menghafal warna merah, biru, kuning, hitam, putih, hijau dan coklat. Sehingga

    tinggal melancarkan saja warna-warna yang telah di hafalkan. Setelah

    mengahafalkan warna subjek diminta mewarnai gambar sambil menyebutkan

    warna yang dipakai.

    Tanggal 9 Januari 2007 subjek difokuskan untuk menghafalkan angka dan

    menuliskannya. Dalam hal ini subjek dibantu untuk mempersiapkan diri sekolah

    TK (Taman Kanak-kanak) dengan cara diperkenalkan dengan huruf dan angka.

    Dimulai dengan pengenalan angka terlebih dahulu. Subjek telah mengenal angka

    1-3 sehingga tinggal melanjutkan menghafal angka yang lain. Subjek selanjutnya

    diperkenalkan pada angka 4-6 setelah mengenal subjek diminta untuk

    menuliskannya pada buku latihan. Pada saat belajar subjek terlihat lebih

    termotivasi dan bersemangat. Subjek sepertinya telah terbiasa dengan belajar

    dikelas.

  • 52

    3. Observasi Setelah Treatment

    Tanggal 11 Januari 2007 hari ini subjek terlihat lebih ceria. Saat bermain

    subjek terlihat semakin percaya diri karena tidak diolok-olok lagi oleh teman-

    temannya. Subjek sangat bersemangat saat diajak eksporasi lingkungan ke Taman

    Monas. Dalam perjalanan ada beberapa spanduk besar di jalan dan subjek mampu

    menyebutkan beberapa huruf yang ada di spanduk tersebut.

    Tanggal 24 Januari 2007 hari ini saat pelajaran olahraga subjek terlihat

    lebih bersemangat dan menikmati pelajaran ini walaupun gerakan subjek kurang

    lincah tetapi subjek mau mengikuti gerakan senam.

    Tanggal 15 Februari 2007 hari ini subjek membuktikan bahwa subjek telah

    mampu menghafal seluruh huruf meskipun belum mampu membaca rangkaian

    huruf yang dibentuk menjadi kata.

    B. STUDI DOKUMENTASI

    1. Nama subjek : Dewi (bukan nama sebenarnya)

    2. Tanggal Lahir : 27 Maret 2002

    3. Alamat : Salemba Jakarta Pusat

    4. Sekolah : Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji Jakpus

    5. Jenis kelamin : Perempuan

    6. Nama Orangtua : Ayah : FG , Ibu : DS

    7. Gejala-gejala timbulnya masalah :

    a. Subjek masih mengompol dan terkadang pup dicelana.

  • 53

    b. Subjek sering melamun dan tidak fokus pada tugas yang diberikan.

    c. Belum dapat berjalan dengan baik (masih seperti bayi yang baru bisa jalan).

    d. Bicara belum jelas.

    8. Latar belakang kehidupan keluarga

    Anggota keluarga terdiri dari ayah ibu dan subjek. Tetapi ayah subjek tidak

    tinggal bersama subjek. Menurut ibu subjek ayah subjek berada di kota

    Semarang beliau bekerja disana sebagai Pengacara.

    Keterangan Ayah Ibu

    Usia 45 Tahun 40 Tahun

    Pekerjaan Pengacara PNS

    Taraf kesehatan Baik Baik

    Pendidikan S1 Hukum S1 Hukum

    Alamat Semarang Salemba Jakarta Pusat

    C. WAWANCARA INFORMASI

    Wawancara informasi dilakukan pada 2 orang yaitu : Ibu Subjek dan Staf

    TAA Pertiwi.

    1. Ibu Subjek

    Data yang didapat dari ibu subjek sangat terbatas karena ibu subjek selalu

    terburu-buru baik saat mengantar maupun saat menjemput subjek sehingga

    penulis melakukan wawancara sekitar 5-10 menit setiap kali bertemu untuk

    mendapat informasi tentang subjek saat dirumah. Pertemuan juga tidak dapat

    dilakukan setiap kali ibu subjek datang, karena saat ibu subjek datang penulis

  • 54

    belum datang begitu juga saat sore hari penulis sudah pulang saat ibu subjek

    datang.

    Saat wawancara dengan ibu subjek