-
PENGUASAAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK
USIA 4-5 TAHUN
SUATU STUDI KASUS
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Anastasia Juwita Asih Pangesti
NIM: 011114042
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
-
ii
-
iii
-
iv
MOTTO
Jangan pernah menyesali hidup saat ini.
Jalanilah sekalipun itu hanya untuk satu hari.
Hari-hari baik mendatangkan KEBAHAGIAAN,
hari-hari yang kurang baik memberi PENGALAMAN.
Kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.
-
v
PERSEMBAHAN
Teriring ucapan terimakasih, skripsi ini ku persembahkan kepada :
Allah Bapa yang selalu ada dalam hatiku yang membuatku mampu
menyelesaikan skripsi ini.
Kedua orangtuaku: Yohanes Eddy Supeno dan Ignatia Hertati
Ketiga adikku : Agnes Asa Paramita, Lucia Imaniastri dan
Margaretha Panca Wardhani.
Kekasihku Sehelbert Leo
Dan
Taman Asuhan Anak Pertiwi
-
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Juli 2008
Penulis
Anastasia Juwita Asih Pangesti
-
vii
ABSTRAK
PENGUASAAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN
SUATU STUDI KASUS
Anastasia Juwita Asih Pangesti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini mengenai Penguasaan Tugas Perkembangan Anak. Subjek
penelitian ini adalah seorang anak bernama Dewi (bukan nama sebenarnya) yang berusia 4 tahun, dan pada saat ini sedang dititipkan di Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji Jakarta Pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tugas perkembangan apa saja yang belum terpenuhi oleh subjek yang dititipkan di Taman Asuhan Anak, untuk mengetahui latar belakang permasalahan mengapa subjek belum dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik dan memberikan bantuan kongkret pada subjek agar dapat memenuhi tugas perkembangannya.
Jenis penelitian ini adalah deskritif kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, metode wawancara informatif dan studi dokumentasi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa subjek belum mampu memenuhi Tugas Perkembangan anak usia 4-5 tahun, sehingga berdampak dalam perkembangan diri subjek selanjutnya dan membuat subjek tidak bahagia, kurang diterima dalam lingkungan masyarakat dan kesulitan dalam memenuhi tugas perkembangan selanjutnya. Hal ini dikarenakan subjek dikondisikan oleh orang tuanya untuk tidak memenuhi Tugas Perkembangannya sehingga subjek merasa tidak perlu menyelesaikan Tugas Perkembangannya.
Mengingat pentingnya menyelesaikan Tugas Perkembangan maka diambil langkah-langkah sebagai berikut : (1) memanggil orang tua subjek untuk meminta kesediannya bekerjasama agar subjek mampu menyelesaikan Tugas Perkembangannya. (2) melatih Toilet Training pada subjek, dan setelah 5 minggu berhasil membantu subjek menyelesaikan Tugas Perkembangannya. (3) mengambil langkah- langkah kongkret lain untuk membantu subjek memenuhi Tugas Perkembangan lain yang belum dapat dipenuhi oleh subjek sehingga subjek mampu menyelesaikan Tugas Perkembangannya yang lain. Langkah- langkah yang diambil demi membantu subjek memenuhi Tugas Perkembangannya cukup berhasil membantu subjek menyelesaikan Tugas Perkembangannya sehingga subjek menjadi lebih percaya diri dan ceria.
-
viii
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF TASK MASTERY OF 4-5 YEAR OLD CHILD
A CASE STUDY
Anastasia Juwita Asih Pangesti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
This research was about The Development of task masteryof 4-5 year old
child. This research subject was a girl name Dewi (not the real name) ages 4 years old and this time is being entrusted at Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji, central Jakarta. This research aimed to know all about domination of assignment that is fulfilled yet at The place, to know what the problems background why this subject cannot finish her development better and give a concrete helps to the subject so she can fulfill her development.
This research was Descriptive Qualitative with design case study research. The collecting data method used to observe were interview informative method, documentation study and home visit. From this result the subject was not capable to fulfill the child growth of age 4 years old, so affecting the subject then and make the subject unhappy, not quite accepted in the society and difficulty to fulfill next assignment. It is because the subject has been conditioned by her parents not to fulfill her assignment so she feels that is no need to finish it.
Considering the importance to finish her assignment, that were taken steps as follow : (1) invite her parents to ask their cooperation so the subject capable to finish her assignment. (2) Train the Toilet Training to the subject and after 5 weeks it can be done. (3) Take another concrete step to help her to fulfill another assignment. The step that has beentaken to help subject to fulfill her assignment wasquite successful so she can more self confidence and more cheerful.
-
ix
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Bapa di surga atas segala rahmat, karunia dan bimbingan
mulai dari awal kehidupan hingga saat ini, sehingga skripsi yang berjudul
"Penguasaan Tugas Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun Suatu Studi Kasus"
telah dapat diselesaikan. Puji syukur atas kesempatan untuk dapat menyelesaikan
studi hingga perguruan tinggi. Menyadari bahwa jalan kehidupan masih panjang
membentang, dan memerlukan proses belajar yang terus menerus, tidak cukup
sampai di sini, maka pada kesempatan ini ingin berbagi kebahagiaan atas
selesainya proses penyusunan skripsi dengan menghaturkan terima kasih kepada:
1. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., sebagai dosen pembimbing I yang berkenan
memberikan pengarahan, dukungan dan menjadi teman diskusi dalam proses
penyusunan skripsi.
2. Drs. T.A. Prapancha Hary, M.Si., dosen pembimbing II yang berkenan
memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Drs. Wens Tanlain, M.Pd., selaku dosen penguji III yang berkenan
menyediakan waktu dalam pelaksanaan ujian skripsi.
6. Seluruh dosen prodi BK dan karyawan Universitas Sanata Dharma atas
bimbingan dan kerja sama selama proses studi.
-
x
7. Bapak dan ibu tercinta (Yohanes Eddy Supeno & Ignatia Hertati) yang
berkenan menjaga, merawat, membesarkan, membimbing, dan menyediakan
segala fasilitas hingga saat ini. Terimakasih untuk semuanya.
8. Ketiga adikku (Asa, Iim & Reta) tempatku berbagi kasih. Terimakasih untuk
dukungan serta doa untukku.
9. Teman teman yang selalu mendukungku dalam Studi : Nur, Endra, Agus dan
Desy terima kasih untuk persahabatan yang indah dan dukungan.
10. Alfon, Deni, Arny, Sipry, Paul Tere, U-nee, Sr Floren, Bety, yang telah
memberikan masukan, dukungan dan doa untukku.
11. Semua teman prodi BK angkatan 2001 kelas A dan B. Terima kasih telah
menjadi sahabat dan saudara untuk saling memperkembangkan.
12. Ibu Kost yang selalu mendukung dan mendorongku dengan banyak nasehat
dan petuah untuk menyelesaikan skripsi ini dan teman-teman kost di Bener 3
Tegal Rejo : Epi, Ica, Ila, Shinta, Adel, Lia yang telah dan akan tetap menjadi
keluargaku.
13. Sahabat-sahabatku di Bekasi : Ica, Nona, Ndoenk, Mario, Hans, Rika, Lim.
Terima kasih atas dukungan dan persahabatan yang indah dan selalu siap sedia
mendengar semua keluh kesahku.
14. Keluarga Om Yossy& Tante Lina Kemitbumen. Terima kasih atas tempat
tinggal selama 3 tahun selama kuliah di Jogja serta dukungan dan doanya.
15. Keluarga besar Pakde Tik dan Bude Yanti Sidoarum. Terimaksih atas
dukungan, doa dan tempat tinggal selama mengurus skiripsi sampai selesai.
-
xi
16. Sehelbert Leo yang selalu menungguku dengan setia dan mendukungku selalu
dalam setiap keputusan yang kupilih. Terima kasih untuk semua kesabaran
dan kasih sayang untukku.
17. Keluarga Besar TAA Pertiwi Sangaji : Ibu Fatmawati, Ibu Sri, Ibu Dirah, Ibu
Deby, Ibu Ema, Pak Topo, Mba Midah, Mba Rahma, Mas Elan dan Mas
Jalmo yang telah memberi informasi saat penyusunan skripsi. Terimakasih
untuk semuanya.
18. Untuk semua murid-muridku di TAA Pertiwi yang aku sayangi : Kristine,
Diva, Thoriq, Zia, Vira, Ikke, Helwa, Kanz, yang telah membuat hari-hariku
semakin berwarna. Terimakasih untuk semuanya.
19. Semua pribadi dan pihak yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu.
Terima kasih. Tuhan memberkati.
Penulis menyadari bahwa “tak ada gading yang tak retak”, demikian juga
dengan skripsi ini. Semoga hasil karya pemikiran ini berguna bagi pribadi-pribadi
yang berkenan membacanya.
Penulis
-
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... . i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
E. Batasan Istilah .......................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................ 7
A. Perkembangan Anak ................................................................................ 7
1. Pengertian ……………………………………….…………….……. 7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak ………… 9
-
xiii
B. Tugas Perkembangan Anak ...................................................................... 19
1. Pengertian ............................................................................................. 19
2. Sumber-sumber Tugas Perkembangan ……………………………….. 21
3. Tugas perkembangan Anak …………………..………………………… 23
4. Tujuan Tugas Perkembangan Anak……………………………………. 31
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penguasaan Tugas Perkembangan... 32
6. Bahaya Tugas Perkembangan………………………………………….. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 35
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 35
B. Subjek Penelitian ...................................................................................... 36
C. Sumber Data ............................................................................................. 36
D. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 36
E. Analisis Data……. .................................................................................... 37
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 42
A. Observasi.................................................................................................... 42
B. Studi Dokumentasi ………………………………………………………. 53
C. Wawancara Informasi ……………………………………………………. 54
D. Kunjungan Rumah………………………………………………………… 60
E. Analisis Masalah …………………………………………………………. 61
F. Penyelesaian Masalah …………………………………………………….. 64
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 69
A. Ringkasan ................................................................................................. 69
B. Kesimpulan ............................................................................................... 71
-
xiv
C. Saran ......................................................................................................... 71
Daftar Pustaka
Lampiran
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini perkembangan individu mulai dari periode pralahir sampai
masa puber semakin disoroti oleh berbagai kalangan, terutama para pendidik, ahli
psikologi dan orangtua. Perkembangan individu meliputi berbagai aspek dan
melalui tahapan yang sama dengan mengikuti pola-pola yang dapat diramalkan
dan mempengaruhi kehidupan individu. Para orangtua dewasa ini juga mulai
memberikan perhatian yang lebih besar pada perkembangan anak-anak mereka
terutama pada fase-fase awal. Orangtua menginginkan anak-anaknya tumbuh dan
berkembang dengan wajar, dalam arti sesuai dengan standar sosial dalam
lingkungan mereka.
Standart sosial yang dimaksud ini adalah tugas perkembangan yang terjadi
tiap tahapan hidup manusia. Misal saja pada usia 2 tahun anak dapat berbicara
atau berceloteh walaupun belum jelas, sehingga bila ada anak yang belum dapat
berbicara atau berceloteh maka anak tersebut tidak memenuhi standart sosial
dalam masyarakat / Tugas Perkembangan. Apabila standart sosial dalam
masyarakat / Tugas Perkembangan tersebut belum terpenuhi maka dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif dalam diri anak, yaitu : anak menjadi
kurang percaya diri, memiliki konsep diri yang rendah, dikucilkan dari
lingkungan, dicemooh dan kesulitan dalam memenuhi standar sosial yang lain.
Tugas perkembangan menurut Havigurst (Hurlock, 1978; 40) adalah tugas yang
-
2
timbul pada / sekitar kehidupan individu tertentu, keberhasilan melakukannya
menimbulkan kebahagian dan keberhasilan pelaksanaan tugas lainnya kelak,
sedangkan kegagalan menimbulkan ketidakbahagiaan, ketidaksetujuan
masyarakat, dan kesulitan dalam pelaksaan tugas lainnya kelak.
Tugas Perkembangan yang hadir berikutnya adalah lanjutan dari tugas
perkembangan sebelumnya. Misal saja seorang anak tidak akan bisa berjalan
apabila anak belum pernah merangkak dan rambatan, atau seorang anak tidak
akan bisa membaca apabila anak belum dapat mengenal huruf. Jadi apabila anak
belum dapat memenuhi Tugas Perkembangan pada awal kehidupannya maka akan
mengalami kesulitan dalam memenuhi tugas perkembangan tahap selanjutnya.
Dewi (bukan nama sebenarnya) adalah seorang anak berusia 4 tahun yang
masih belum mampu mengontrol saat buang air besar dan air kecil dan masih
menggunakan pampers. Dewi juga masih belum dapat berbicara dengan lancar.
Pada umumnya seorang anak usia 4 tahun sudah tidak menggunakan pampers dan
mampu mengontrol pembuangan tubuh dengan baik. Hal lain yang ditemukan
pada Dewi adalah Dewi seorang anak yang tidak ceria seperti anak-anak pada
umumnya. Dewi lebih banyak diam dan suka melamun baik saat bermain maupun
saat belajar dikelas.
Ketidak mampuan Dewi untuk mengontrol pembuangan fisiologik dalam
dirinya menimbulkan dampak yang negatif bagi Dewi yaitu mengganggu Dewi
dalam kehidupan sosialnya dikarenakan Dewi sering mendapat olok-olok dari
teman sebayanya kerena masih suka buang air besar dan buang air kecil di celana.
-
3
Dewi menjadi kurang percaya diri, kurang ceria dan banyak melamun karena
tidak mendapat penerimaan sosial yang baik dari lingkungan sosialnya.
Ketertarikan mengangkat masalah ini adalah karena keingintahuan untuk
mengetahui tugas perkembangan apa yang sudah terpenuhi dan belum terpenuhi
oleh Dewi. Mengetahui lebih dalam hal yang melatarbelakanginya dan keinginan
untuk membatu Dewi agar mampu memenuhi Tugas perkembangannya. Sehingga
pada akhirnya dapat membantu anak-anak lain yang dititipkan di TAA Pertiwi
untuk memenuhi tugas perkembangannya dengan baik sehingga anak-anak tidak
tertekan karena belum dapat menyelesaikan tugas perkembangannya, dalam hal
ini terutama Dewi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Tugas perkembangan mana sajakah yang belum diselesaikan oleh Dewi, yang
dititipkan di Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji Jakarta Pusat?
2. Apakah penyebab utama Dewi belum dapat menyelesaikan tugas
perkembangannya?
3. Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan oleh penulis untuk membantu Dewi
agar dapat memenuhi tugas perkembangannya?
-
4
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tugas perkembangan apa saja yang belum terpenuhi oleh Dewi
yang dititipkan di Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji Jakarta Pusat.
2. Mengetahui latar belakang permasalahan yang menyebabkan Dewi belum
dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik.
3. Memberikan bantuan konkret pada Dewi agar dapat memenuhi tugas
perkembangannya.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Guru :
a. Mengetahui lebih dalam tentang tugas perkembangan anak dan
permasalahan yang timbul akibat belum terpenuhinya Tugas
Perkembangan dan penyebabnya.
b. Berlatih mengaplikasikan ilmu untuk membantu subjek menyelesaikan
Tugas Perkembangannya.
2.Bagi Orangtua :
a. Menambah wawasan tentang Tugas Perkembangan dan masalah-masalah
yang timbul akibat belum terpenuhinya Tugas Perkembangan.
b. Mampu mengambil tindakan apabila timbul masalah serupa.
-
5
3. Bagi Taman Asuhan Anak Pertiwi :
a. Menjadi semakin tahu bahwa belum terpenuhinya Tugas Perkembangan
mampu menimbulkan masalah pada anak dan mempengaruhi pemenuhan
Tugas perkembangan selajutnya.
b. Menambah wawasan tentang Tugas Perkembangan pada masa kanak-
kanak awal.
c. Mampu mengambil tindakan apabila timbul masalah serupa di lain waktu.
E. BATASAN ISTILAH
1. Tugas Perkembangan adalah : tugas-tugas yang harus dilakukan, dipecahkan
dan diselesaikan oleh individu dalam tahap-tahap perkembangannya agar
individu bahagia dan tidak dikucilkan dari lingkungannya.
2. Studi Kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan
perkembangan seseorang individu secara utuh dan mendalam dengan tujuan
memahami keberadaan dirinya dengan lebih baik dan membantunya dalam
perkembangan selanjutnya.
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Anak
1. Pengertian
Perkembangan yang terjadi pada manusia merupakan akibat dari proses
kematangan dan pengalaman yang terjadi pada serangkaian perubahan yang
progresif, sistematis, dan berkesinambungan. Perkembangan dapat disebut sebagai
suatu proses yang mengarah ke depan dan tidak akan kembali atau tidak begitu
saja dapat diulang kembali (Baradja, 2005: 1-2). Menurut Chaplin (dalam Mubin
dan Cahyadi, 2006: 2) perkembangan diartikan sebagai perubahan yang
berkesinambungan dan progresif dalam organisme dari lahir sampai mati;
pertumbuhan; perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian
jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional; dan kedewasaan atau kemunculan
pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Baradja (2005: 3) juga mengungkapkan bahwa perkembangan dapat
dikatakan proses yang tetap dan kekal, yaitu tetap dalam arti bahwa setiap
individu akan dan pasti melakukan atau melalui proses perkembangan yang
menuju kepada tingkatan integrasi yang lebih tinggi. Kekal disini berarti bahwa
jika perkembangan tersebut telah berjalan maka tidak akan kembali atau mundur
ke belakang.
-
7
Menurut Hurlock perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif
yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Sedangkan
Van den Daele (dalam Hurlock, 1978: 2) mengatakan bahwa perkembangan
berarti perubahan secara kualitatif. Perkembangan bukan sekedar penambahan
beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan
seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang
kompleks. Perkembangan pada manusia tidak dapat dipisahkan dari adanya
pertumbuhan. Keduanya memiliki persamaan, yaitu keduanya mengalami
perubahan secara kualitatif dan kuantitatif. Namun keduanya juga memiliki
perbedaan yaitu; pertumbuhan dikhususkan pada perubahan fisik dan bentuk
tubuh, sedangkan untuk perkembangan lebih difokuskan pada perubahan yang
bersifat psikologis.
Perkembangan berlangsung melalui sejumlah tahapan, dimana masing-
masing tahapan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan. Beberapa teori
menekankan tahapan seluruh bidang perkembangan anak yang dapat diramalkan,
sementara yang lain membatasi diri pada bidang perkembangan tertentu (Hurlock,
1978: 5). Perkembangan terjadi secara bertahap dengan pola-pola yang dapat
diramalkan. Ericson (dalam Hurlock, 1978: 5) berpendapat serupa tentang anak
bahwa perkembangan ego setiap anak tumbuh melalui tahapan yang dapat
diramalkan dan tahapan ini tidak terbatas pada masa kanak-kanak tetapi berlanjut
sampai usia tua.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah
serangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat proses kematangan dan
-
8
pengalaman yang terjadi dalam diri manusia secara terus-menerus ke arah depan
dan tidak dapat begitu saja kembali ke belakang, dalam hal ini lebih banyak
bersifat kualitatif karena berkenaan dengan aspek kejiwaan.
Para ahli psikologi perkembangan (Baradja, 2005: 3) mengungkapkan
bahwa manusia berkembang sesuai dengan proses yang terjadi pada individu itu
sendiri dan lingkungannya. J.P Chaplin (dalam Baradja, 2005: 3) mengungkapkan
bahwa psikologi perkembangan mempelajari proses perubahan dan kematangan
perilaku pada individu sebelum kelahiran maupun setelah kelahiran.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Setiap makhluk hidup yang berkembang akan mengalami perubahan dari
rendah menjadi tinggi, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.
Perubahan didasari oleh proses yang terjadi dalam diri dan proses pembelajaran
yang dialami dari luar diri individu. Seberapa cepat dan besarnya proses
perkembangan itu berpengaruh dari faktor hereditas dan faktor lingkungan.
a. Faktor Hereditas
Hereditas merupakan suatu faktor bawaan individu yang diperoleh dari
orangtua kandung. Dalam hal ini hereditas diturunkan oleh orangtua kepada
anak melalui struktur genetik. Hereditas berasal dari hasil pembuahan yang
terjadi dari perpaduan atau pertemuan antara kromosom. Ada perbedaan
kromosom pada laki-laki dan perempuan, pada laki-laki terdapat kromosom
"XY" sedangkan pada perempuan terdapat kromosom "XX".
-
9
Dari sel-sel yang membentuk kromosom itulah yang diwariskan dari
orangtua kepada anaknya yaitu sifat-sifat, bakat dan bentuk fisik. Kromosom ibu
dan kromosom ayah melebur saat terjadi pembuahan dalam rahim yaitu saat sel
telur bertemu dengan sel sperma. Peleburan antara kromosom ayah dan
kromosom ibu itulah yang diwariskan kepada anaknya. Kromosom tersebut
mengandung bagian-bagian yang lebih kecil lagi yang akan membawa faktor
keturunan yang sesungguhnya, bagian itu disebut gen.
Pembawaan anak tergantung pada kromosom mana yang lebih dominan.
Penurunan gen tersebut tidak hanya sebatas fisik saja dan bukan berlaku pada
tingkah laku yang berasal dari pengalaman dan proses belajar. Seperti telah
diketahui bahwa perkembangan fisik individu sangat dipengaruhi oleh faktor
hereditas, namun tidak dipungkiri ada pengaruh dari luar individu pada masa
konsepsi. Pengaruh dari luar juga dapat menghambat perkembangan individu.
Aliran Navitisme ini berpendapat bahwa perkembangan individu itu
semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Para ahli
aliran navitisme (dalam Mubin dan Cahyadi, 2006: 33) berpendapat bahwa
setiap individu yang dilahirkan dibekali (membawa) bakat-bakat, baik yang
berasal dari orangtuanya, nenek moyang, atau jenisnya. Jika pembawaannya itu
baik maka akan baik pula anak itu kelak, demikian juga sebaliknya.
Menurut anggapan aliran ini segala pengaruh lingkungan atau
pendidikan tidaklah akan berarti apa-apa, karena segala bakat atau pembawaan
itu akan berkembang dengan sendirinya tanpa dapat dirubah (Mubin dan
Cahyadi, 2006: 34). Faktor genetik tidak hanya menurunkan fisik saja tetapi
-
10
juga bakat, minat dan sifat. Contoh yang nyata dalam kehidupan adalah adanya
kemiripan dalam bentuk fisik yaitu kemiripan pada wajah dan bentuk tubuh.
Selain itu apabila ayah atau ibu seorang seniman maka ada dari anaknya yang
juga menjadi seniman. Jadi anggapan bahwa faktor genetik hanya menurunkan
fisik saja itu tidak benar karena ada sifat, bakat dan minat yang diturunkan oleh
orangtua kepada anaknya melaui genetik.
b. Faktor Lingkungan
Menurut paham empirisme yang menentukan kehidupan dan pola hidup
manusia serta perkembangannya adalah lingkungan. Paham tersebut
berpendapat bahwa lingkungan sangat mempengaruhi proses perkembangan
individu. Salah satu tokoh paham empirisme adalah Watson yang menyatakan
"berikan seribu anak akan saya bentuk seribu manusia". (dalam Baradja, 2005:
68) hal ini membuktikan bahwa kepribadian seseorang dapat dibentuk melalui
lingkungan.
Selain itu John Locke (dalam baradja, 2005: 68) yang berpendapat
bahwa manusia dapat dibentuk sesuai dengan keinginan kita, menyatakan bahwa
manusia itu bagaikan kertas putih, jika diberi warna merah maka akan jadi
merah, teori ini dikenal dengan nama Tabularasa. Lingkungan tidak hanya
mempengaruhi perkembangan individu tetapi individu yang ada juga
mempengaruhi lingkungannya. Sehingga akan terjadi hukum alam yaitu saling
mempengaruhi.
-
11
Faktor lingkungan terdiri dari :
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang bersifat universal,
maksudnya adalah lingkungan ini ada dalam masyarakat luas (Baradja, 2005:
68). Keluarga memberikan pengaruh besar dalam kehidupan individu dan
merupakan lingkungan sosial yang utama (kelompok primer) bagi individu.
Keluarga sangat mempengaruhi perkembangan individu karena keluarga yang
memberikan stimulus pada individu untuk berkembang. Setiap kondisi yang
kurang baik dalam hubungan keluarga akan menyebabkan bahaya psikologis
dengan akibat yang serius dan luas terutama dalam kepribadian individu.
Keluarga merupakan tempat individu untuk mengembangkan jasmani,
afektif dan psikomotor karena dalam keluarga individu memperoleh
pemenuhan kebutuhan secara fisik dan psikis (Baradja, 2005: 69). Keluarga
merupakan penetapan dasar dalam hidup individu dalam keluarga individu
diperkenalkan dengan nilai agama, nilai moral, budaya dan keterampilan hidup.
Keluarga memberikan penanaman, pembimbingan, dan membiasakan individu
hidup dalam nilai yang di pegang teguh oleh keluarga yang merupakan
pendidikan awal dalam hidup individu. Dengan menanamkan nilai-nilai hidup
ini keluarga khususnya orangtua berharap individu (anak) menjadi pribadi
sesuai dengan harapan keluarga.
Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005: 55) keluarga merupakan tempat
dimana anak diasuh dan dibesarkan. Keluarga sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Kondisi ekonomi rumah tangga serta
-
12
tingkat kemampuan orangtua dalam merawat anak sangat mempengaruhi
pertumbuhan jasmani anak. Anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan
kondisi ekonomi yang cukup umumnya sehat dan cepat pertumbuhannya
dibandingkan dengan anak dari keluarga kurang mampu. Demikian pula anak
yang orangtuanya berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan
pula.
Hal lain lagi yang mempengaruhi perkembangan individu yang berasal
dari keluarga adalah cara bersosialisasi atau bergaul, baik dengan orangtua,
saudara kandung ataupun dengan anggota keluarga lainnya. Selain
bersosialisasi dengan anggota keluarga yang lain individu juga belajar untuk
bertanggung jawab, bekerjasama, bertoleransi dan menghargai orang lain
melalui keluarga.
Jadi keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan
individu karena melalui keluarga individu belajar banyak hal utama dari
keluarga. Mulai dari agama sampai cara bergaul yang pada akhirnya
membantu individu dalam rentang kehidupan selanjutnya. Selain itu keluarga
juga membentuk kepribadian individu.
2) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap perkembangan individu
karena di sekolah individu mendapatkan pendidikan formal. Di sekolah
individu mendapatkan bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang berguna
untuk mengembangkan potensi dasar yang dimiliki individu (Baradja, 2005:
74).
-
13
Lingkungan sekolah berpengaruh pada pengenalan diri dan
pembentukan konsep diri individu (Baradja, 2005: 75). Sekolah memberikan
proses identifikasi individu melalui berbagai kegiatan yang mampu
mengembangan potensi dasar yang ada dalam diri individu. Pada
perkembangan selanjutnya individu mencontoh hal-hal yang diajarkan dan
dilatihkan di sekolah, kemudian individu memproses dengan identitas dirinya.
Dengan demikian lingkungan sekolah membantu anak untuk mengenal dirinya
dan mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri individu dengan lebih
baik.
Menurut Havighurs (dalam Baradja, 2005: 75) sekolah mempunyai
peranan atau tanggung jawab dalam membantu anak mencapai kematangan
tugas perkembangannya. Untuk mencapai kematangan perkembangan maka
sekolah menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan potensi
dasar yang ada dalam diri individu dengan cara mengembangkan kreativitas.
Sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong perkembangan
individu, karena sekolah merupakan pengaruh pembanding atas pengaruh
perkembangan anak dalam lingkungan keluarga. Pendidikan yang di terima
oleh individu di rumah akan di bandingkan dengan pendidikan yang
didapatkan di sekolah dan pada akhirnya individu menentukan sendiri
pilihannya dan diterapkan dalam hidupnya.
-
14
Menurut Yusuf (2006: 54) sekolah merupakan faktor penentu bagi
perkembangan kepribadian anak baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun
cara berprilaku. Menurut Yusuf ada beberapa alasan sekolah memainkan peran
penting dalam perkembangan kepribadian anak, yaitu:
a) Para siswa harus hadir di sekolah
b) Sekolah memberikan pengaruh pada anak secara dini, seiring
dengan perkembangan "konsep diri" anak
c) Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dari pada
di tempat lain di luar rumah
d) Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih
sukses
e) Sekolah memberi kesempatan pertama kepada anak untuk menilai
dirinya dan kemampuanya secara realistik.
Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005: 55-56) sekolah merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
terutama untuk kecerdasannya. Individu yang tidak sekolah akan tertinggal
dalam berbagai hal, karena sekolah berperan dalam meningkatkan pola pikir
individu. Melalui sekolah individu dapat belajar berbagai ilmu pengetahuan
yang turut menentukan pola pikirnya. Individu yang kuliah di Fakultas
Keguruan akan berbeda kepribadiannya dengan individu yang kuliah di
Fakultas Teknik. Demikian pula individu yang tamat dari sekolah tinggi akan
berbeda pola pikirnya dengan individu yang tidak sekolah.
-
15
3) Lingkungan Teman Sebaya
Teman sebaya menurut Baradja (2005: 76) membantu individu untuk
menyatukan perasaan, pemikiran motif dan tingkah laku dirinya dengan orang
lain. Teman sebaya memungkinkan individu untuk menjalin hubungan sosial,
antara satu dengan lainnya dan pada akhirnya akan saling mempengaruhi.
Dorongan untuk menjadi sama antara satu dengan yang lain sesuai dan
seragam akan menimbulkan konformitas, agar dapat diterima dalam kelompok
sebaya.
Teman sebaya lebih berpengaruh dari pada lingkungan keluarga
terutama orangtua. Alasannya adalah (Baradja, 2005: 76-77) :
a) Mempunyai kesamaan dalam perasaan, pikiran dan tingkah laku antara
satu dengan yang lain. Tumbuhnya rasa saling mengerti dan
memahami.
b) Komunikasi dengan teman sebaya, terdapat interaksi yang nyata dan
saling menanggapi tanpa adanya perintah dan tekanan.
c) Munculnya keinginan yang sama sesuai dengan perkembangan dan
usianya, sama-sama mempunyai kebutuhan yang sesuai dengan
perkembangannya.
d) Teman sebaya melakukan pola tingkah laku yang meminta individu
untuk mengikuti dan melakukannya.
-
16
Menurut Yusuf (2006: 59) kelompok teman sebaya sangat
mempengaruhi kepribadian anak terlihat dari beberapa aspek :
a) Social Cognition yaitu kemampuan untuk berpikir tentang pandangan,
perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang lain karena adanya
kesamaan usia. Kemampuan ini berpengaruh kuat terhadap minatnya
untuk bergaul atau membentuk persahabatan dengan teman sebayanya.
b) Konformitas yaitu motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam dengan
nilai-nilai kebiasaan, kegemaran, (hobi) atau budaya teman sebayanya.
4) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat menurut Ahmadi dan Soleh (2005: 56) adalah lingkungan
tempat tinggal anak mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah.
Kondisi orang-orang di desa atau di kota tempat tinggal juga turut
mampengaruhi perkembangan jiwanya.
Anak-anak yang dibesarkan di kota akan berbeda pola pikirnya dengan
anak-anak yang dibesarkan di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap
dinamis dan aktif dibanding dengan anak desa yang cenderung bersikap statis
dan lamban. Anak kota lebih berani mengungkapkan pendapatnya, ramah dan
luwes sikapnya dalam pergaulan sehari-hari. Bertolak belakang dengan anak
kota, anak desa umumnya kurang berani mengeluarkan pendapat, pemalu, agak
penakut dan kaku dalam pergaulan. Semua perbedaan sikap dan pola pikir
diatas adalah akibat pengaruh dan lingkungan masyarakat yang berbeda antara
kota dan desa.
-
17
5) Keadaan alam Sekitar
Keadaan alam sekitar tempat tinggal juga berpengaruh bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Keadaan alam sekitar adalah lokasi
tempat anak bertempat tinggal, di kota atau di desa, di pantai atau di
pegunungan (Ahmadi dan Soleh, 2005: 56).
Menurut John Locke dan diperkuat oleh Sigaud dan Mac Aulife ada
beberapa tipe manusia berdasarkan hasil bentukan lingkungan tempat
tinggalnya (dalam Mubin dan Cahyadi, 2006: 36-37), yaitu :
a) Tipe Muskuler adalah orang yang hidup di daerah-daerah yang sukar
(pegunungan, desa terpencil, pulau kecil yang jauh dari kota besar)
memiliki otot dan anggota badan yang kuat.
b) Tipe Respiratoris adalah orang yang hidup di daerah pertanian, yang
mempunyai dada bidang dan rongga yang besar.
c) Tipe Digestif adalah orang yang kaya atau tuan-tuan tanah, yang
mempunyai perut gendut, mata kecil, leher pendek dan rahang besar.
d) Tipe Cerebral adalah orang yang hidup di kota besar yang banyak
memerlukan kerja dengan otak penuh dengan problem-problem
kehidupan, memiliki dahi menonjol ke depan, rambut jarang bahkan
botak, telinga lebar, mata bersinar,kaki dan tangan kecil.
Lingkungan sangat besar artinya bagi setiap pertumbuhan fisik. Sejak
individu berada dalam konsepsi, lingkungan telah ikut mengambil andil bagi
proses pembuahan / pertumbuhan. Suhu, makanan, keadaan gizi, vitamin,
-
18
mineral, kesehatan jasmani, aktivitas dan sebagainya sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan. Antara Hereditas dan lingkungan terjadi hubungan atau
interaksi, yaitu sama-sama menyumbangkan bagi pertumbuhan fisiologis dan
tingkah laku individu secara bersama-sama. (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 57-58)
B. Tugas Perkembangan Anak
1. Pengertian
Dalam perkembangan individu pada setiap tahapannya terdapat harapan
sosial yang harus dipenuhi oleh individu. Harapan sosial tersebut disebut tugas
perkembangan. Menurut Havighurst tugas perkembangan adalah tugas yang
timbul pada atau sekitar periode kehidupan individu tertentu dalam rentang
kehidupan individu, keberhasilan melakukannya menimbulkan kebahagiaan dan
keberhasilan pelaksanaan tugas berikutnya kelak, sedangkan kegagalan
menimbulkan ketidakbahagiaan, ketidaksetujuan masyarakat dan kesulitan dalam
pelaksanaan tugas lainnya kelak (Hurlock, 1978: 40). Achdiyat (1981: 1)
mengungkapkan kembali pendapat Havighurst tentang tugas perkembangan.
Menurut Achdiyat tugas perkembangan adalah suatu atau sejumlah tugas yang
timbul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu, keberhasilannya
dalam menunaikan tugas itu dapat membawa kebahagiaan dalam menunaikan
tugas-tugas berikut, sedangkan bilamana gagal dalam menunaikan tugas itu, maka
yang diperoleh adalah ketidakbahagiaan, kekecewaan, dicela oleh masyarakat, dan
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
-
19
Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan erat dengan perubahan
kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya
sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya bila dilihat dari
prespektif psikososial (Yusuf, 2006: 65). Tugas perkembangan ini berkaitan
dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang sebaiknya dimiliki oleh individu,
sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Mubin dan Cahyadi (2006: 34)
berpendapat tugas perkembangan adalah tugas yang harus dilakukan, dipecahkan,
dan diselesaikan oleh setiap inividu dalam tahap-tahap perkembangannya agar
individu tersebut menjadi bahagia. Tugas perkembangan menuntut adanya
korelasi antara potensi diri dan pendidikan yang diterima anak, serta norma-norma
sosial budaya yang ada. Sebab konsep diri dan harga diri seseorang akan dianggap
turun jika tidak dapat melaksanakan tugas perkembanganya dengan baik.
Tugas perkembangan menurut Ahmadi dan Soleh (2005: 67) dipengaruhi
oleh daya dinamis yang mendasari perkembangan anak, sehingga anak mau aktif
dalam mengadakan percobaan-percobaan. Anak akan berusaha mencoba segenap
potensinya untuk mencari pengalaman baru, sebab dengan banyaknya pengalaman
yang dimiliki maka anak akan tumbuh dan berkembang jiwanya secara cepat dan
sehat.
Menurut Kartono (1995: 245) Tugas Perkembangan adalah tugas-tugas
khusus yang harus dilakukan oleh sebab didorong oleh kemasakan pribadi dan
didorong oleh tekanan-tekanan sosial (norma-norma sosial) agar individu yang
bersangkutan bisa mempertahankan perkembangan yang normal sebagai makhluk
sosial di tengah masyarakat. Tugas Perkembangan tersebut dengan sendirinya
-
20
mempunyai masa-masa kematangan dan masa pekanya, yang harus dimanfaatkan
sebaik mungkin. Misal saja bila anak mulai mencoret sebaiknya diarahkan untuk
menggambar benang kusut dengan menggunakan crayon sehingga secara tidak
langsung anak diperkenalkan dengan menggambar dan mewarnai.
Tugas perkembangan yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Bila
terpenuhi maka akan menimbulkan perasaan bahagia. Sedangkan bila tidak
terpenuhi maka akan menimbulkan perasaan rendah diri dan mendapat kecaman
dari masyarakat dan perasaan sedih.
2. Sumber-sumber Tugas Perkembangan
Individu yang tumbuh akan menemukan dirinya memiliki sumber-sumber
kekuatan yang baru, baik dari fisik maupun dari psikis yang memungkinkan
individu untuk belajar. Individu juga menemukan bahwa dirinya memiliki
tantangan dan harapan-harapan baru dari masyarakat sekitar. Kekuatan dari dalam
dan luar individu inilah yang menempatkan individu pada serangkaian tugas-tugas
perkembangan yang harus dikuasai agar individu dapat menjadi manusia yang
berhasil.
Tugas-tugas perkembangan menurut Havighurs ini muncul dari (Achdiyat,
1981: 2-3) :
a. Kematangan fisik
Kematangan fisik adalah kematangan pada otot-otot tangan dan kaki
sehingga mampu menerima rangsangan dan menjalankan fungsinya.
Misalnya, anak yang akan berjalan jika tangan dan kakinya telah kuat
-
21
mengangkat badannya. Selain itu jika ingin berdiri diawali dengan duduk
terlebih dahulu untuk melatih keseimbangan yang baik, selanjutnya baru
bisa mulai belajar berjalan.
b. Tuntutan kultural dari masyarakat
Setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai
keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang
disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Seringkali tugas
perkembangan ini akan dipengaruhi oleh tuntutan masyarakat, sehingga
anak tidak boleh melakukan aktivitas tertentu sebelum mencapai usia
tertentu. Sehingga tugas perkembangan mengalami perbedaan antara
budaya satu dengan budaya lainnya. Contoh: membaca, menulis, berjalan,
memakan-makanan, berbicara dan sebagainya.
c. Nilai-nilai dan aspirasi individual yang merupakan bagian kepribadiannya
Salah satu sumber dari munculnya tugas perkembangan adalah adanya
tuntutan dari dalam diri individu untuk menyelesaikan tugas
perkembangannya berdasarkan potensi yang dimiliki dan sesuai dengan
kepribadiannya. Contoh : memilih pekerjaan dan memilih jodoh.
-
22
3. Tugas Perkembangan Anak
a. Tugas Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun dirumuskan oleh Baradja
(2005: 83-85) :
1) Secara Fisik
a) Dapat berdiri dan melompat dengan satu kaki
Adanya kematangan pada otot kaki, tulang dan syaraf-syaraf pada kaki
untuk menopang berat badan dan menjaga keseimbangan.
b) Menangkap bola yang dipantulkan dilantai
Kemampuan motorik dan koordinasi tubuh (mata, tangan dan kaki)
untuk menangkap dan melempar bola/benda yang lain.
c) Mengayuh dengan baik sepeda roda tiga
Kemampuan pada otot kaki untuk menggoes sepeda dan tangan serta
mata untuk mengendalikan laju sepeda.
d) Naik dan turun tangga tanpa berpeganggan
Memiliki keseimbangan dan koordinasi gerak yang baik pada saat naik
dan turun tangga tanpa pegangan.
e) Belajar memakai dan melepas pakaian sendiri
Kemampuan motorik untuk dapat memakai dan melepas pakaian
sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
f) Belajar buang air kecil dan buang air besar
Kesiapan dan kemampuan otot-otot dibagian pembuangan untuk
mengendalikan pembuangan.
-
23
g) Belajar memakan makanan padat
Kemampuan untuk mencerna makanan padat dimulai dari proses
mengunyah sampai penyerapan makanan dalam tubuh.
h) Belajar berbicara
Kemampuan untuk mengeluarkan suara-suara yang dapat dimengerti
oleh orang lain sebagai respon dari stimulus (suara-suara) yang
diberikan oleh orang lain.
2) Secara Emosional
a) Sedikit sulit membedakan antara khayalan dan kenyataan
Memiliki khayalan yang berasal dari hal-hal yang pernah dilihat atau
didengar tetapi dianggap nyata.
b) Membayangkan bayangan aneh tak dikenal sebagai monster
Memiliki rasa takut yang berasal dari hal-hal yang tidak diketahui
dengan jelas.
c) Marah atau mengamuk bila keinginannya tidak terpenuhi
Mampu mengekspresikan rasa marah dengan cara menangis atau
ngambek.
d) Dapat merundingkan pemecahan masalah
Kemampuan untuk membuat kesepakatan dengan orang lain.
e) Menjadi semakin mandiri
Mulai memiliki rasa percaya diri sehingga mampu melakukan
beberapa kegiatan sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
-
24
f) Mampu mengadakan hubungan emosional dengan orangtua, saudara
dan orang lain.
Memiliki keterikatan batin dengan orang-orang terdekat (rasa
sayang, tergantung, percaya dan aman.)
g) Mampu mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti
mengembangkan kata hati
Kemampuan untuk berteman atau bersosialisasi dengan orang lain
setelah mengadakan pengamatan atau penilaian pada orang lain.
3) Secara Kecerdasan
a) Mulai menyalin huruf besar
Kemampuan untuk membuat huruf sesuai dengan contoh.
b) Dapat membedakan beberapa warna
Kemampuan untuk membedakan dan mengenal warna
c) Mengetahui sejumlah bilangan
Kemampuan untuk mengenal angka dan berhitung.
d) Mulai memiliki konsep waktu
Memahami dan mampu membedakan siang dan malam berdasarkan
ciri-cirinya.
e) Dapat bercerita
Mampu menceritakan kejadian yang telah terjadi atau menjelaskan
sesuatu hal.
-
25
f) Mengenal perbedaan jenis kelamin
Mampu membedakan laki-laki dan perempuan berdasarkan ciri-
cirinya.
b. Tugas Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun dirumuskan oleh Baradja
(2005: 83-85)
1) Secara fisik
a) Melompat-lompat kecil ditempat
Adanya kematangan pada otot kaki, tulang dan syaraf-syaraf pada
kaki untuk menopang berat badan dan menjaga keseimbangan dan
dilakukan secara berulang-ulang.
b) Menggantung, berayun dan memanjat.
Kemampuan motorik tubuh untuk melakukan gerakan menggantung,
berayun, dan memanjat.
c) Dapat berguling kedepan
Kemampuan untuk menggulingkan tubuh ke depan dengan
koordinasi yang baik dari seluruh bagian tubuh sehingga mampu
melakukan gerakan tersebut.
d) Dapat berdiri satu kaki selama beberapa saat
Kemampuan untuk menjaga keseimbangan kemampuan salah satu
kaki untuk menopang berat badan dan menjaga keseimbangan
selama beberapa saat.
-
26
e) Suka menyanyi dan menari
Kemampuan untuk menggerakan anggota tubuh mengikuti suara
musik sambil bernyanyi.
2) Secara Emosional
a) Ingin menenangkan teman dan atau ingin bersama dengan teman
Keinginan untuk bersosialisasi dengan teman sebaya.
b) Lebih siap untuk mengikuti peraturan
Lebih siap dan mampu memahami dan mematuhi peraturan.
c) Dapat ditinggal pergi oleh orangtuanya tanpa menangis
Mulai mandiri dan tidak takut di tinggal.
d) Dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan
Mulai realistis sehingga mulai mampu membedakan khayalan dan
kenyataan.
e) Murung dan gelisah saat menghadapi masalah
Merasa tidak nyaman apabila memiliki masalah, misal saat
bertengkar.
f) Kadang sangat keras kepala dan sangat menuntut
Memiliki rasa egois dan ingin selalu merasa nyaman.
3) Secara kecerdasan
a) Memahami konsep waktu dengan baik
Semakin mampu dapat membedakan siang dan malam berdasarkan
cirinya.
-
27
b) Memahami konsep berhitung dengan lebih baik
Semakin mampu berhitung dan mengenal angka.
c) Dapat membaca huruf dengan mengeja
Semakin mampu mengenal dan menghafal huruf sehingga mampu
mulai membaca.
d) Melakukan permainan dengan kartu atau dengan papan
Misalnya : mampu menyusun puzzle.
e) Dapat menggunakan sendok dan garpu
Kemampuan untuk mengkoordinasi kedua tangan sehingga semakin
mampu menggunakan sendok dan garpu secara bersamaan
c. Tugas Perkembangan Masa Anak-Anak Awal dirumuskan oleh Achdiyat
(1981: 4-8)
1) Belajar berjalan
Pada usia 9 bulan sampai 15 bulan, kebanyakan anak secara fisik telah
siap untuk belajar berjalan. Tulang, otot dan syaraf kaki telah siap
untuk belajar dan menerima rangsangan dari luar untuk berjalan.
2) Belajar mencerna makanan padat
Sistem mencerna makanan pada diri individu berangsur-angsur
tumbuh dan siap untuk mencerna dan mengasimilasi macam-macam
makanan. Di samping pertumbuhan alat mencerna makanan alat
penguyah juga tumbuh menjelang tahun kedua (gigi) sehingga individu
mampu mencerna makanan padat.
-
28
3) Belajar berbicara
Pada hakikatnya tugas perkembangan ini adalah membuat suara-suara
yang bermakna untuk berkomunikasi dengan orang lain.
4) Belajar mengontrol pengurangan kelebihan fisiologis
Tugas perkembangan ini menuntut individu mampu buang air pada
waktu dan tempat yang diterima masyarakat. Tugas perkembangan ini
berkaitan dengan perkembangan sistem syaraf dan pembiasaan dari
orangtua.
5) Belajar membedakan jenis kelamin
Anak mampu mengenal jenis kelamin manusia dengan cara mengamati
bentuk fisik dari laki-laki dan perempuan serta mampu
membedakannya.
6) Pencapaian stabilitas fisiologis
Tugas perkembangan ini berkaitan sepenuhnya secara biologis yaitu
mampu menjaga temperatur tubuhnya tanpa terpengaruh rangsangan
dari luar.
7) Pembentukan konsep-konsep realitas sosial dan fisik
Tugas perkembangan ini menuntut individu mampu mengenal dan
membuat kelompok berdasarkan bentuk dan rupanya. Contoh :
binatang, manusia, gambar, buah, dan lain-lain.
-
29
8) Belajar berhubungan secara emosional dengan orangtua, teman
sekampung dan orang lain.
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan adanya ikatan emosional
antara individu satu dengan individu lain, baik dengan orang terdekat
ataupun dengan masyarakat sekitar.
9) Belajar membedakan benar dan salah serta perkembangan kata hati.
Tugas perkembangan ini menekankan bahwa hal yang menyenangkan
adalah baik dan hal yang menyakitkan adalah buruk. Individu
diharapkan mampu membedakan benar dan salah melalui pengamatan
dan mengembangkan kata hatinya.
d. Tugas Perkembangan Menurut Havighurst (Hurlock, 1978: 40)
1) Belajar makan makanan padat.
2) Belajar berjalan.
3) Belajar berbicara.
4) Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh.
5) Mempelajari perbedaan seks dan tata caranya.
6) Mempersiapkan diri untuk membaca.
7) Belajar membedakan benar dan salah dan mulai mengembangkan hati
nurani.
-
30
Dari sekian banyak pendapat tentang macam-macam Tugas Perkembangan
menurut beberapa ahli maka dapat disimpulkan Tugas Perkembangan anak usia 4-
5 Tahun adalah sebagai berikut:
a. Belajar makan makanan padat.
b. Belajar mengatur pembuangan kotoran tubuh
c. Belajar membedakan Jenis Kelamin.
d. Dapat berjalan
e. Dapat berbicara
f. Belajar membedakan benar dan salah dan mulai mengembangkan hati
nurani.
g. Pembentukan konsep-konsep realitas sosial dan fisik
h. Mempersiapkan diri untuk membaca
4. Tujuan Tugas Perkembangan
Menurut Hurlock (1978: 9) ada 3 tujuan dalam Tugas Perkembangan, yaitu :
a. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui yang diharapkan
masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Misal saja, orangtua
mengajari anaknya berbicara dan makan sendiri dengan menggunakan
sendok. Dengan pengertian bahwa masyarakat mengaharapkan anak-anak
mampu berbicara dan mampu makan dengan menggunakan sendok sendiri
pada usia balita.
-
31
b. Memberi motivasi pada individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari
mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan
mereka.
c. Untuk menunjukan kepada setiap individu tentang hal-hal yang akan mereka
hadapi dan tindakan apa yang di harapkan dari mereka kalau sampai pada
tingkat perkembangan berikutnya.
5. Faktor- faktor yang mempengaruhi Penguasaan Tugas Perkembangan
Untuk memenuhi Tugas Perkembangan sangat dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat dimana kedua hal ini sangat
mempengaruhi penguasaan Tugas Perkembangan seseorang (Hurlock, 1978: 11).
a. Faktor Penghambat :
1) Tingkat perkembangan yang mundur
2) Tidak ada kesempatan untuk mempelajari Tugas–tugas Perkembangan
atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya.
3) Tidak ada motivasi
4) Kesehatan yang buruk
5) Cacat Tubuh
6) Tingkat kecerdasan yang rendah.
b. Faktor Pendukung
1) Tingkat perkembangan yang normal atau dapat di akselerasi
2) Kesempatan-kesempatan untuk mempelajari Tugas-tugas dalam
perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya
-
32
3) Adanya motivasi
4) Kesehatan yang baik dan tidak cacat tubuh
5) Tingkat kecerdasan yang tinggi
6) Kreativitas yang tinggi
6. Bahaya Tugas Perkembangan
Menurut Hurlock (1978: 9) ada 3 bahaya Tugas Perkembangan, yaitu :
a. Harapan-harapan yang kurang tepat. Sebagai contoh anak pada usia 4-5
tahun diharapkan sudah mengenal angka atau huruf sehingga anak sudah
mulai dapat belajar membaca. Tetapi tidak semua anak mulai belajar
membaca pada usia tersebut. Ada anak yang mampu membaca pada usia
kurang dari 4 tahun ada juga yang baru dapat membaca pada usia lebih dari 5
tahun, sehingga apabila belum dapat membaca maka akan mendapat cap
buruk dan dikucilkan oleh masyarakat.
b. Melangkah tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan
menguasai Tugas Perkembangan sebelumnya. Sebagai contoh seorang anak
belum dapat berbicara padahal usianya sudah cukup untuk mampu berbicara
tetapi karena belum dapat berbicara sehingga anak tersebut melangkah pada
tugas selanjutnya yaitu mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan
untuk permainan-permainan yang umum sebagi silih dari Tugas
Perkembangan yang belum dapat dipenuhinya.
c. Bahaya potensial lain yang muncul dari Tugas Perkembangan adalah krisis
yang dialami individu ketika melangkah dari satu tingkatan ketingkat yang
-
33
lain. Sebagai contoh ketika anak ingin mempelajari keterampilan fisik
(berlari dan melompat) tetapi anak tersebut belum dapat berjalan maka anak
tersebut agak lama memenuhi Tugas Perkembangan ini karena ada rasa
kurang percaya diri bahwa dia belum mampu berjalan dengan lancar,
sehingga sedikit menghambat pemenuhannya.
-
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang merupakan penelitian
kualitatif. Menurut Furchan (1982: 416) studi kasus adalah suatu penyelidikan
intensif tentang seorang individu. Studi kasus ini merupakan studi yang mendalam
tentang individu yang berjangka waktu relatif lama, terus menerus dan
menggunakan subjek tunggal, yang berarti kasus yang dialami oleh satu orang.
Sedangkan menurut Yin (2006: 21) studi kasus merupakan suatu cara penelitian
terhadap masalah empiris dengan mengikuti rangkain prosedur yang telah
dispesifikasikan sebelumnya.
Studi kasus ini bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari suatu
objek. Hal ini berarti data dan informasinya diperoleh melalui wawancara dan dan
observasi secara mendalam. Penelitian ini bersifat deskriptif karena tujuannya
adalah mendeskripsikan tugas perkembangan yang dialami oleh seorang anak.
-
35
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Dewi seorang siswa TAA Pertiwi. Dewi adalah
anak yang berusia 4 tahun dan tinggal di Salemba Jakarta Timur dan di titipkan di
TAA Pertiwi.
C. Sumber Data
Beberapa orang yang dianggap relevan di minta untuk memberi informasi
dalam penelitian ini. Selain itu data diperoleh dari data siswa yang ada di TAA
Pertiwi.
Sumber informasi tersebut adalah :
1. Orangtua Subjek
2. Staf TAA Pertiwi
3. Data siswa TAA Pertiwi ( Buku induk )
D. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara informatif
Peneliti mengadakan persiapan-persiapan bidang-bidang atau hal-hal yang
akan ditanyakan. yaitu bidang pribadi dan sosial. Dengan data yang lengkap
dari setiap bidang akan sangat membantu dalam menganalisis masalah.
2. Observasi
Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan pengamatan langsung saat klien sedang beraktivitas di TAA Pertiwi.
Observasi sangat penting pengaruhnya dalam kegiatan studi kasus terutama
-
36
karena klien masih berusia 4 tahun sehingga tidak mungkin melaksanakan
wawancara konseling pada klien. Jadi observasi merupakan bagian penting
dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang lebih lengkap tentang
tingkah laku subjek..
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan untuk menunjang penelitian. Studi
dokumentasi ini berasal dari data-data yang ada di TAA Pertiwi.
4. Kunjungan Rumah
Winkel (1997: 298) mengemukakan bahwa kunjungan rumah adalah salah
satu alat nontes yang mempunyai tujuan untuk lebih mengenal lingkungan
hidup (fisik, sosial, budaya) subjek sehari-hari. Dengan tujuan tersebut
diadakan kunjungan rumah ke tempat tinggal keluarga subjek.
E. Analisis Data
Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan prosedur laporan
studi kasus yang dikembangkan oleh Winkel, 1997. Prosedur studi kasus meliputi:
1. Penghimpunan Data
a. Deskripsi umum kasus, nama subjek (boleh nama samaran), umur, alamat
(boleh samaran), sekolah, jenis kelamin, penampilan, nama orantua/wali
(boleh samaran), sumber-sumber informasi. Kemudian disajikan
berbagai gejala yang menandakan adanya masalah yang perlu diatasi.
Masalah itu hendaknya dirumuskan secara operasional (apa yang
-
37
dilakukan oleh subjek dan jelas tampak), sehingga perubahan kelak
dapat diamati dengan serba jelas juga.
b. Analisis, yaitu disajikan data serta fakta yang terhimpun tentang :
1) Latar belakang kehidupan keluarga
a) Susunan anggota keluarga dan daftar anggota keluarga, disertai
informasi usia, jenis kelamin, urutan kelahiran dan taraf kesehatan.
Diperlukan juga informasi tentang bakat, minat, hobi dan cita-cita yang
dimiliki, data ini menyangkut orangtua dan orang dewasa yang
berperan dalam keluarga. Status sosial keluarga dalam masyarakat
setempat dan corak hubungan dengan masyarakat sekitar, taraf
pendidikan keluarga pada umumnya dan sikap keluarga terhadap
pendidikan sekolah
b) Lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan sosio kultural, yang meliputi
deskripsi singkat tentang lingkungan masyarakat dimana subjek hidup,
dahulu dan saat ini, deskripsi tempat tinggal subjek serta keadaan
ekonomi dan kultural di tempat tinggal tersebut.
2) Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan, yaitu selama masa bayi,
masa anak-anak. Arsip kesehatan, bila tersedia akan dapat memberikan
banyak informasi. Dilukiskan keadaan fisik subjek pada saat sekarang
dan staminanya terhadap berbagai sumber gangguan kesehatan.
3) Perkembangan kognitif, yaitu riwayat pendidikan, taraf keberhasilan
dalam berbagai bidang studi yang pokok, hasil testing kemampuan
intelektual dan bakat seandainya pernah mengikuti test, dan indikasi lain
-
38
tentang perkembangan kognitif (seperti kursus, pengalaman belajar
informal)
4) Perkembangan sosial dan status sosial saat ini, yaitu riwayat
perkembangan sosial dalam berinteraksi dengan orang dewasa dan
teman sebaya, status sosial (bukan ekonomis) dalam kalangan sebaya
(tinggi-rendah), keterampilan sosial, kemampuan bekerja sama,
kemampuan memimpin, kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai
tuntutan kehidupan sosial, dan lain- lain yang relavan.
5) Ciri-ciri kepribadian, yaitu sikap dan sifat yang tampak dalam perilaku.
penghayatan nilai-nilai kehidupan, kematangan emosional, konsep diri
yang ideal dan riil, berbagai minat dan hobi, cita-cita masa depan
mengenai pendidikan serta pekerjaan, kebutuhan dalam hidup yang
diprioritaskan, dan lain sebagainya. Ditinjau pula konflik yang dialami
subjek dengan berbagai pihak, frustasi yang dihadapi dan tekanan yang
menjadi beban batin.
6) Lain-lain yang dianggap relevan yang belum tercantum diatas.
c. Sintesis yaitu suatu deskripsi kaseluruhan yang menggabungkan data dan
fakta yang terhimpun dalam analisis diatas.
2. Diagnosis dan Prognosis
a. Diagnosis, yaitu menentukan apakah masalah yang dihadapi subjek
termasuk dalam ragam karier, bimbingan akademik, atau pribadi sosial.
Kemudian dirumuskan perkiraan tentang faktor-faktor penyebab pokok
(serta faktor tambahan kalau ada) yang mendasari timbulnya kasus seperti
-
39
ini. Dikatakan "perkiraan" karena bisa saja ada kemungkinan akan muncul
data dan fakta baru di kemudian hari yang memaksa untuk mengubah
diagnosis yang telah ditentukan.
b. Prognosis, yaitu melaporkan sejauh mana dapat diharapkan terjadi suatu
perubahan bermakna dalam perilaku subjek dan apa yang mendasari
terjadinya perubahan itu. Dalam prognosis diperkirakan pula berapa lama
atau berapa waktu yang dibutuhkan untuk sampai pada suatu perubahan
selanjutnya. Hal ini dilaksanakan menurut suatu rencana tertentu yang
meliputi sejumlah langkah kerja sesuai dengan hasil. Prognosis
sebagaimana dijelaskan diatas merupakan persiapan bagi treatment yang
akan menyusul. Meskipun ada kemungkinan treatment itu tidak dapat
dilaksanakan seluruhnya karena keterbatasan waktu yang tersedia untuk
proyek "studi kasus" ini atau karena kendala lain, namun dapat direfer
kepada ahli lain yang berkompeten, sejauh subjek setuju.
3. Treatment (Perlakuan)
Merupakan laporan apa yang terjadi dan terlaksana selama fase
pelaksanaan dari rencana kerja yang telah dibuat, baik dalam berhubungan
langsung dengan subjek, dalam bentuk wawancara dengan subjek sekian kali
dengan hasil apa, maupun dalam berurusan dengan orang lain yang ikut
terlibat. Laporan tentang pelaksanaan ini mengikuti urutan langkah kerja yang
telah direncanakan, sehingga jelas hasil apa yang diperoleh tiap langkah.
Perubahan terhadap rencana yang telah dibuat itu tetap dimungkinkan, asal
dijelaskan atas dasar pertimbangan apa perubahan itu diadakan dan kapan itu
-
40
terjadi, misalnya timbul data atau fakta baru yang memaksa untuk mengubah
diagnosis sehingga treatment ikut berubah.
4. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Dalam tahap ini, dijelaskan pada saat kapan fase treatment ini dianggap
telah berakhir, perlu dilihat sejauh mana telah tampak hasil yang diharapkan
(evaluasi), kemudian ditentukan tindak lanjut apa yang sekiranya masih
diperlukan dan bagaimana pelaksanaanya, hal ini semakin perlu bila rangkaian
langkah kerja yang telah direncanakan ternyata belum seluruhnya terlaksana.
-
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil pelaksanan penelitian sebagaimana
diungkapkan pada bab sebelumnya, bahwa data yang sudah diperoleh dianalisis.
Data-data yang hendak disajikan adalah data-data mentah dari hasil wawancara
informatif dan hasil observasi terhadap subjek saat di Taman Asuhan Anak
Pertiwi.
Dalam penyajian data ada beberapa bagian yang dirahasiakan demi
menjaga kerahasiaan subjek dan orangtua. seperti nama dan alamat tinggal.
A. OBSERVASI
1. Observasi Awal
Subjek pertama kali datang ke Taman Asuhan Anak Pertiwi bersama
dengan ibunya pada tanggal 16 Mei 2006. Ibu subjek berencana akan menitipkan
subjek di Taman Asuhan Anak Pertiwi dengan alasan agar subjek bisa mandiri
dan dirawat dengan baik karena ibu subjek bekerja dan subjek tidak ada yang
mengurus dirumah. Subjek terlihat seperti anak biasa tidak menangis saat
ditinggalkan ibunya pergi. Hal ini merupakan hal yang wajar karena usia subjek
hampir 4 (empat) tahun. Hal aneh yang ditemui adalah subjek masih
menggunakan pampers.
Beberapa hari berikutnya (22 Mei 2006) subjek diminta tidak
menggunakan pampers selama di Taman Asuhan Anak Pertiwi. Alasan yang
-
42
dikemukakan adalah malu dengan teman-teman dan subjek sudah besar sehingga
tidak perlu menggunakan pampers lagi. Saat itu subjek menurut, 2 jam berikutnya
subjek mengompol. Hal ini dimaklumi karena subjek masih baru dan subjek
diminta untuk ke kamar mandi agar dapat membersihkan diri dan subjek diminta
untuk bicara pada penulis atau guru yang lain apabila ingin buang air lagi
sehingga tidak buang air di celana.
Selama 1 minggu (29 Mei – 2 Juni 2006) subjek berada di TAA Pertiwi
dalam sehari kira-kira subjek mengompol sebanyak 1 kali saat bermain dan 2-3
kali saat sedang tidur. Sehingga pakaian dan sprei yang digunakan subjek basah
semua bahkan terkadang rambut subjek basah terkena ompol subjek, bahkan
sampai mengucur ke lantai karena terlalu banyak air yang dikeluarkan. Subjek
seringkali dibangunkan karena terlalu basah dan takut subjek masuk angin,
sehingga tidur siang subjek terganggu. Pagi hari saat subjek diantar ibunya ke
Taman Asuhan Anak Pertiwi subjek selalu menggunakan pampers. Ketika ditanya
alasan subjek masih menggunakan pampers ibu subjek menjawab agar subjek
tidak mengompol di jalan, sehingga tidak perlu repot mengganti baju di jalan.
Pada tanggal 12 Juni 2006 subjek tidak mau tidur. Susu telah diminum
oleh subjek sejak awal masuk kamar tidur meskipun telah ditemani subjek bahkan
selama 1 jam subjek tetap tidak mau tidur. Akhirnya subjek di tinggal sendiri di
kamar. Subjek terjaga sendiri di kamar karena teman-teman yang lain sudah tidur.
Saat dimandikan petugas mengatakan pada penulis bahwa subjek buang air besar
di celana. Setelah penulis tahu subjek buang air besar di celana maka penulis
langsung menegur subjek, dengan harapan subjek tidak mengulangi.
-
43
Tanggal 23 Juni 2006, menurut jadwal yang berlaku di TAA Pertiwi
adalah mewarnai. Saat sebelum peralatan dibagi subjek terlihat sangat antusias
dengan pelajaran ini. Tetapi saat diminta menggambar subjek hanya melamun
melihat teman-temannya mengerjakan tugas yang diberikan. Subjek diminta untuk
mulai mewarnai gambar yang telah ditentukan. Saat diperintah subjek mulai
mengerakan crayonnya, tetapi saat penulis mengalihkan perhatian dari subjek,
subjek mulai melamun kembali. Subjek terlihat tidak bersemangat dalam
mengerjakan tugasnya. Tangan subjek bergerak sebentar lalu berhenti dan mulai
melamun lagi. Subjek terlihat tidak fokus dan tidak bersemangat. Berkali-kali
subjek ditegur tetapi subjek tidak merespon dengan baik teguran dari penulis dan
guru yang lain. Awalnya penulis dan staf yang lain beranggapan subjek belum
terbiasa dan kurang motivasi tetapi semakin sering diberi tugas semakin terlihat
kalau subjek tidak memiliki motivasi untuk menyelesaikan tugasnya. Jika
dibandingkan dengan anak yang lain yang usianya sama dengan subjek sangat
terlihat perbedaan yang mencolok antara subjek dengan anak yang lain. Anak
yang lain sangat bersemangat jika diberi tugas walaupun usianya lebih kecil dari
pada subjek. Bila diminta menyelesaikan tugas, mereka dapat mengerjakannya
walaupun hasilnya kurang baik tetapi bila dilihat dari usia hasil dari tugas tersebut
cukup baik.
Tanggal 2 Juli 2006 setelah selesai sarapan subjek tidak mau masuk kelas.
Saat ditanya ada apa subjek diam saja. Setelah melihat kotoran dilantai, subjek
terlihat agak takut ternyata subjek buang air besar di celana sampai kotorannya
-
44
jatuh di lantai. Setelah subjek selesai dibersihkan petugas, subjek di periksa apa
subjek sakit perut tapi subjek diam saja. Subjek dinasehati agar lain kali bila ingin
pup harus dikamar mandi dengan petugas, karena malu dengan teman yang lain.
Subjek hanya mengangguk saja.
Tanggal 3 Juli 2006 saat pelajaran olahraga terlilhat bahwa gerak motorik
subjek masih seperti anak umur 1 tahun. Karena masih sangat tidak stabil dan
subjek sering sekali jatuh saat berlari dan berjalan cepat. Saat melakukan Senam
Ceria untuk anak-anak subjek terlihat kurang konsentrasi sehingga tidak mampu
mengikuti senam dengan baik. Perkembangan bicara subjek juga belum jelas,
walaupun kosa kata subjek sudah banyak dan mampu merangkai kalimat dengan
baik.
Tanggal 12 Juli 2006 saat pelajaran mengenal warna subjek seringkali
melamun sehingga kurang mampu menghafal 2 warna yang diajarkan oleh Guru.
Anak-anak lain yang mengikuti pelajaran tersebut mampu menghafal minimal 1
warna, walaupun tidak harus mampu menghafal warna tersebut tetapi anak-anak
diharapkan mengenal nama warna.
Tanggal 10 Agustus 2006. Saat sedang latihan menghadapi perlombaan
Tujuh belasan yang akan dilaksanakan di Cipayung subjek banyak melamun dan
tidak mengerti apa yang harus dilakukan saat lomba walaupun sudah di jelaskan
berulang-ulang. Setelah melihat teman-temannya melakukan latihan barulah
subjek mau latihan tetapi tidak melawan teman-teman yang seumur tetapi anak
yang lebih kecil, karena subjek tidak mau latihan bila melawan teman yang
sebaya.
-
45
Tanggal 14 Agustus 2006 diadakan latihan lanjutan. Saat latihan yang
kedua ini subjek masih banyak melamun tetapi tidak seperti latihan pada hari
pertama. Hal yang menjadi catatan penting adalah gerakan subjek sangat lambat
dan terlihat seperti tidak ada motivasi untuk menang.
Tanggal 16 Agustus 2006 pada saat perlombaan subjek diminta untuk ikut
berlomba tetapi subjek tidak mau meskipun sudah dibujuk. Subjek justru
menangis dengan keras sambil menyiratkan ketakutan. Saat acara sudah selesai,
subjek ditanya mengapa sampai menangis dan takut. Menurut subjek, subjek takut
bila ada banyak orang tidak dikenal karena takut diculik. Subjek menceritakan
bahwa ibu subjek melarang subjek bermain di tempat ramai yang belum pernah
dikunjungi subjek dan ibunya. Menurut ibu subjek ditempat ramai ada banyak
penculik anak.
2. Observasi Saat Treatment
Tanggal 4 September 2006 mulai dilaksanakan Toilet Training (tabel).
Pada saat mulai melaksakan program ini subjek kurang antusias seperti biasa
subjek terlihat masa bodoh dan banyak melamun saat dijelaskan harus bicara saat
ingin buang air. Saat diajak untuk ke kamar mandi subjek seringkali menolak
karena tidak ingin buang air. Subjek saat dikamar mandi memang seringkali tidak
buang air tetapi bermain air yang bak.
Tanggal 20 September 2006 saat sedang bermain di ruang bermain subjek
diajak ke kamar mandi tetapi subjek tidak mau saat di minta berdiri ternyata
celana subjek sudah basah. Ekspresi wajah subjek sangat takut karena ketahuan
sudah mengompol. Saat itu subjek langsung ditegur oleh petugas. Subjek kali ini
-
46
menunjukan rasa menyesal pada penulis dan mengatakan akan menurut apabila
dia ajak kekamar mandi.
Tanggal 12 Oktober 2006 pada hari ini pelajaran olahraga ditiadakan
diganti dengan eksplorasi lingkungan di Taman Monas. Sebelum berangkat subjek
ditanya apa mau memakai pampers tetapi subjek menolak dengan mengatakan
subjek sudah besar dan pintar sehingga tidak perlu menggunakan pampers lagi.
Mendengar subjek bicara demikian penulis kaget dan memberi kepercayaan pada
subjek. Setelah itu subjek diajak ke kamar mandi untuk buang air dahulu sebelum
berangkat. Setelah sampai di Taman Monas Subjek dan anak-anak lain boleh
bermain bebas sampai pukul. 10.30. Saat sedang bermain subjek menghampiri
penulis dan menagatakan ingin buang air lalu subjek diantar ke toilet terdekat,
setelah sampai subjek segera membuka celananya. Subjek terlihat terburu-buru
sehingga celana subjek basah karena baru turun setengah tetapi sudah buang air.
Nampaknya sudah mulai ada motivasi dari diri subjek untuk tidak mengompol
lagi, subjek juga terlihat sangat merasa bersalah dan meminta maaf. Hal ini
menunjukan bahwa subjek merasa bersalah bila masih mengompol dan mengerti
bahwa mengompol adalah perbuatan yang tidak diterima oleh lingkungannya.
Selain itu subjek juga menunjukan sikap positif saat mengatakan akan buang air
dan meminta diantar ke toilet. Sikap positif yang ditunjukan subjek di dorong oleh
motivasi yang kuat untuk tidak buang air di celana lagi.
-
47
Tanggal 20 Oktober 2006 sepertinya subjek telah terbiasa dengan ritual
toilet training sehingga subjek jarang sekali mengompol dan pup di celana lagi.
Hari ini subjek terlihat lebih ceria walaupun sesekali masih terlihat melamun. Saat
ditanya subjek mengatakan sedang rindu pada Papanya yang ada di Kota S dan
sudah lama belum pulang.
Tanggal 2 November 2006 pada hari ini diadakan pelajaran menulis angka
1. Pada awalnya subjek terlihat sangat antusias dan segera ingin mulai menulis
tetapi saat mulai dibagikan, subjek malah asik mengobrol dan bercanda dengan
anak-anak yang lain. Ketika diminta mulai mengerjakan subjek terlihat mulai
serius tetapi tidak mulai mengerjakan tugasnya saat dibantu mengerjakan subjek
baru mau mulai menggerakan tangannya. Sikap subjek menunjukan subjek hanya
akan melakukan tugas bila di bantu. Subjek memang belum terbiasa melakukan
kegiatan ini, karena tidak diperkenalkan oleh ibunya di rumah, sehingga subjek
terlihat tidak memiliki motivasi untuk menulis.
Tanggal 7 November 2006 menurut jadwal yang berlaku di TAA Pertiwi
hari ini adalah pelajaran mewarnai. Saat diminta mewarnai gambar subjek hanya
diam dan menatap dengan tatapan kosong seperti tidak mengerti tugas yang di
berikan setelah dijelaskan subjek hanya mengangguk tetapi tidak ada respon yang
lain selain anggukan mata subjek terlihat melirik temannya dan tidak
memperdulikan tugas yang diberikan pada subjek. Saat teman-teman subjek yang
lain mulai mengerjakan tugasnya subjek masih saja melamun dan hanya
memegang crayon tanpa menggerakannya sama sekali mata subjek masih saja
melihat teman-temannya yang sedang mengerjakan tugas. Ketika teman-teman
-
48
subjek telah menyelesaikan tugasnya subjek belum menghasilkan apa-apa selain
beberapa coretan seperti benang kusut dan keluar dari garis gambar. Teman-teman
subjek yang telah selesai mewarnai diminta keluar dari kelas sedangkan subjek
tetap tinggal dikelas. Subjek diminta menyelesaikan tugasnya mewarnai gambar
yang telah disediakan walaupun tinggal subjek saja yang tinggal di kelas.
Tanggal 9 November 2006 menurut jadwal yang berlaku adalah pelajaran
mengenal angka 1 dan menuliskannya. Subjek pada awal pelajaran sangat berisik.
Subjek terus bernyanyi dengan teman-temannya sambil berteriak. Subjek terlihat
sangat gembira. Diawal pelajaran selalu diisi dengan bernyanyi sambil bertepuk
tangan. Saat lagu selesai anak-anak diminta untuk duduk dengan tenang dan tidak
boleh membuka mulut, setelah itu masing-masing di bagi buku dan pensil untuk
berlatih menulis. Ekspresi wajah subjek mulai berubah saat melihat buku dan
pensil ada diatas meja subjek. Setelah itu subjek dan anak-anak yang lain diminta
untuk menuliskan angka 1, subjek mulai terlihat melamun lagi seakan-akan tidak
mengerti apa yang harus dilakukan meskipun sebelumnya sudah dijelaskan apa
yang harus dilakukan. Seperti biasanya subjek mendapat bimbingan ekstra dari
para guru dan pengasuh, karena usia subjek sudah 4 tahun sehingga sangat
diprioritaskan untuk dapat menulis. Ini kedua kalinya subjek diminta menulis
angka 1 (satu). Kali ini subjek terlihat lebih serius karena subjek tidak mau
tertinggal lagi dikelas dalam pelajaran hari ini. Subjek langsung mengerjakan
tugasnya walaupun masih sambil melamun dan banyak bertanya kepada
pembimbing yang ada disebelah subjek. Subjek akhirnya mampu menyelesaikan
-
49
tugasnya dengan baik walaupun masih terlambat dari pada teman-teman yang
lain.
Tanggal 22 November 2006 hari ini pelajaran olah raga. subjek dan anak-
anak yang lain diminta untuk mengikuti gerakan senam yang dicontohkan
didepan. Subjek masih terlihat seperti anak yang bingung saat meniru gerakan
senam. Gerak motorik sujek terlihat kurang lincah. Gerak motorik subjek memang
seperti anak berumur 2 tahun. Sepertinya subjek kurang banyak bergerak sehingga
gerakan motorik subjek kurang lincah.
Tanggal 29 November 2006 pelajaran olah raga tidak menggunakan senam
tetapi anak-anak diminta melakukan gerakan motorik yang lebih aktif. Hal ini
dilakukan agar membantu subjek semakin mampu menggerakan morotik
tubuhnya dengan lebih baik. Anak-anak diminta untuk berlari, merangkak, lompat
kodok, berjalan sambil jongkok dan melompat. Subjek selalu berada diurutan
paling belakang dibanding anak-anak yang lain, meskipun sudah diberi dukungan
dengan cara terus berteriak agar subjek semakin semangat. Subjek saat itu terlihat
berkeringat dan sangat lelah tetapi subjek terlihat sangat senang. Subjek juga
mengatakan akan menceritakan pada mama dirumah bahwa subjek tadi berlomba
lari tetapi kalah.
Tanggal 4 Desember 2006 subjek setelah selesai sarapan subjek
mengatakan ingin buang air kecil dikamar mandi dan diawasi oleh pengasuh.
Menurut pengasuh subjek sudah mampu menahan buang air sampai di kamar
mandi dan memakai celana sendiri walaupun agak lama. Hal ini membuktikan
bahwa Toilet Training berhasil.
-
50
Tanggal 5 Desember 2006, subjek nampaknya telah terbiasa dengan acara
belajar dikelas hal ini terbukti dengan subjek lebih berkonsentrasi saat diberi
tugas. Contohnya hari ini pelajaran mewarnai, subjek diminta mewarnai gambar
topi dibuku. Saat diberi tugas subjek sudah mampu mendengarkan dan tidak
banyak melamun lagi. Hasil gambar subjek belum terlalu baik tetapi subjek
mampu mengerjakannya sendiri tanpa banyak mendapat bantuan dari pengasuh.
Tanggal 13 Desember 2006 pada hari ini subjek diperkenalkan pada warna
dan bentuk. Jenis warna yang diajarkan adalah merah, biru dan hijau. Sedangkan
bentuk yang diajarkan adalah segitiga dan lingkaran. Subjek terlihat sangat sulit
untuk menghafal warna dan bentuk, tatapi karena baru diperkenalkan sehingga
subjek tidak dipaksa untuk hafal semua.
Tanggal 18 Desember 2006 hari telah dibuatkan jadwal khusus bagi subjek
untuk mempersiapkan subjek masuk TK (Taman Kanak-kanak) yaitu
menghafalkan warna Merah dan Biru setelah 20 menit belajar, konsentrasi subjek
mulai terpecah dengan suara anak-anak lain yang bersiap-siap untuk makan buah.
Subjek sempat beberapa saat mengalihkan pandangan dan posisi duduk subjek
mulai terlihat tidak nyaman lagi karena sudah ingin ikut bermain dengan anak-
anak yang lain. Subjek akhirnya diijinkan keluar kelas setelah menghafal kedua
warna tersebut.
Tanggal 21 Desember 2006 hari ini dilanjutkan kembali menghafalkan
warna untuk memantapkan pelajaran minggu yang lalu. Setelah subjek berhasil
menghafal warna merah dan biru, ditambah lagi warna hijau. Diharapkan subjek
-
51
mampu menghafal lebih banyak warna lagi. Pelajaran kali ini subjek semakin
semangat dan lebih memiliki motivasi untuk menghafalkan warna. Subjek
sepertinya sudah dapat lebih mengerti waktu untuk belajar. Setiap kali subjek
dapat menyebutkan warna yang ditunjuk dengan benar maka subjek mendapat
pujian apabila menyebutkan dengan salah subjek tidak mendapat pujian. Pelajaran
dialukukan hanya 30 menit saja karena apabila dipaksakan lebih dari itu maka
konsentrasi subjek akan buyar dan kurang bersemangat.
Tanggal 4 Januari 2007 pada pelajaran yang terakhir subjek telah mampu
menghafal warna merah, biru, kuning, hitam, putih, hijau dan coklat. Sehingga
tinggal melancarkan saja warna-warna yang telah di hafalkan. Setelah
mengahafalkan warna subjek diminta mewarnai gambar sambil menyebutkan
warna yang dipakai.
Tanggal 9 Januari 2007 subjek difokuskan untuk menghafalkan angka dan
menuliskannya. Dalam hal ini subjek dibantu untuk mempersiapkan diri sekolah
TK (Taman Kanak-kanak) dengan cara diperkenalkan dengan huruf dan angka.
Dimulai dengan pengenalan angka terlebih dahulu. Subjek telah mengenal angka
1-3 sehingga tinggal melanjutkan menghafal angka yang lain. Subjek selanjutnya
diperkenalkan pada angka 4-6 setelah mengenal subjek diminta untuk
menuliskannya pada buku latihan. Pada saat belajar subjek terlihat lebih
termotivasi dan bersemangat. Subjek sepertinya telah terbiasa dengan belajar
dikelas.
-
52
3. Observasi Setelah Treatment
Tanggal 11 Januari 2007 hari ini subjek terlihat lebih ceria. Saat bermain
subjek terlihat semakin percaya diri karena tidak diolok-olok lagi oleh teman-
temannya. Subjek sangat bersemangat saat diajak eksporasi lingkungan ke Taman
Monas. Dalam perjalanan ada beberapa spanduk besar di jalan dan subjek mampu
menyebutkan beberapa huruf yang ada di spanduk tersebut.
Tanggal 24 Januari 2007 hari ini saat pelajaran olahraga subjek terlihat
lebih bersemangat dan menikmati pelajaran ini walaupun gerakan subjek kurang
lincah tetapi subjek mau mengikuti gerakan senam.
Tanggal 15 Februari 2007 hari ini subjek membuktikan bahwa subjek telah
mampu menghafal seluruh huruf meskipun belum mampu membaca rangkaian
huruf yang dibentuk menjadi kata.
B. STUDI DOKUMENTASI
1. Nama subjek : Dewi (bukan nama sebenarnya)
2. Tanggal Lahir : 27 Maret 2002
3. Alamat : Salemba Jakarta Pusat
4. Sekolah : Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji Jakpus
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Nama Orangtua : Ayah : FG , Ibu : DS
7. Gejala-gejala timbulnya masalah :
a. Subjek masih mengompol dan terkadang pup dicelana.
-
53
b. Subjek sering melamun dan tidak fokus pada tugas yang diberikan.
c. Belum dapat berjalan dengan baik (masih seperti bayi yang baru bisa jalan).
d. Bicara belum jelas.
8. Latar belakang kehidupan keluarga
Anggota keluarga terdiri dari ayah ibu dan subjek. Tetapi ayah subjek tidak
tinggal bersama subjek. Menurut ibu subjek ayah subjek berada di kota
Semarang beliau bekerja disana sebagai Pengacara.
Keterangan Ayah Ibu
Usia 45 Tahun 40 Tahun
Pekerjaan Pengacara PNS
Taraf kesehatan Baik Baik
Pendidikan S1 Hukum S1 Hukum
Alamat Semarang Salemba Jakarta Pusat
C. WAWANCARA INFORMASI
Wawancara informasi dilakukan pada 2 orang yaitu : Ibu Subjek dan Staf
TAA Pertiwi.
1. Ibu Subjek
Data yang didapat dari ibu subjek sangat terbatas karena ibu subjek selalu
terburu-buru baik saat mengantar maupun saat menjemput subjek sehingga
penulis melakukan wawancara sekitar 5-10 menit setiap kali bertemu untuk
mendapat informasi tentang subjek saat dirumah. Pertemuan juga tidak dapat
dilakukan setiap kali ibu subjek datang, karena saat ibu subjek datang penulis
-
54
belum datang begitu juga saat sore hari penulis sudah pulang saat ibu subjek
datang.
Saat wawancara dengan ibu subjek