peran pengasuh dalam pembinaan kemandirian anak …€¦ · jahanam oleh sebab anak-anak mereka,...
TRANSCRIPT
PERAN PENGASUH DALAM PEMBINAAN
KEMANDIRIAN ANAK YATIM DI RUMAH
YATIM AR-ROHMAN BINTARO
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Muhammad Irfan Najmi
NIM. 1113052000011
JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
PERAN PENGASUH DALAM PEMBINAAN
KEMANDIRIAN ANAK YATIM DI RUMAH
YATIM AR-ROHMAN BINTARO
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Sosial (S.Sos)
Oleh
Muhammad Irfan Najmi
NIM. 1113052000011
Pembimbing,
Prof. Dr. H. Daud Efendi, AM
NIP. 19490504 197703 1001
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan
untuk memenuhi salah satu persaratan memperoleh gelar
Strata I di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini
telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan
hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari
karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Agustus 2018
Muhammad Irfan Najmi
i
ABSTRAK
Muhammad Irfan Najmi, NIM: 1113052000011, Peran
Pengasuh dalam Pembinaan Kemandirian Anak Yatim di
Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro, di bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Daud Efendi, AM. NIP: 19490504 197703 1001
Anak merupakan potensi dan modal bagi pembangunan
bangsa, karena anak adalah penerus perjuangan yang akan
menghadapi tantangan masa depan. Pada tahapan perkembangan
Psikososial anak belajar menjadi makhluk sosial yang
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan
tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan kerja sama. Keluarga merupakan Lembaga
Pendidikan yang bersifat informal. Dari lingkungan keluarga
yang harmonis akan mampu memberikan keteladanan kepada
anak, maka akan tumbuh anak yang memiliki kepribadian dengan
pola yang mantap. Akan tetapi, dengan kehilangan kedua orang
tua maka berdampak negatif bagi pertumbuhan anak. Dibutuhkan
tempat untuk membina dan mengasuh anak-anak yang kehilangan
keluarga guna membantu meningkatkan perkembangan diri dan
sebuah Yayasan Rumah Yatim yang menampung anak-anak
tersebut
Penelitian ini dilakukan di Rumah Yatim Ar-rohman
sekaligus menjawab rumusan masalah yakni bagaimana peran
Pengasuh dalam pembinaan kemandirian anak yatim disana.
Metode penelitian menggunaka pendekatan kualitatif, dengan
jenis deskriptif. Informan dalam penelitian ini berjumlah tujuh
orang, empat orang anak Yatim, satu orang staff, dan dua orang
orang tua asuh. Teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa peran
pengasuh dapat dilihat dari indikator peran yang terdiri dari
aturan, orang yang memahami aturan dan tindakan. sejauh ini,
peranan yang diberikan pengasuh setiap hari secara konsisten,
anak-anak pun mulai berkembang kemandirian mereka dari aspek
Psikologis dan Sosial.
Kata Kunci: Peran, Pembinaan, dan Kemandirian.
ii
KATA PENGANTAR
الر حمن الر حيمبسم اهلل
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wata’ala, atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran
Pengasuh dalam Pembinaan Kemandirian Anak Yatim di
Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian
syarat memperoleh gelar sarjana Sosial bagi mahasiswa program
S1 pada program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karenanya, tidak ada hal lain yang lebih utama
melainkan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terutama kedua orang tua
penulis Ayahanda (Jazuli Mukhtar) dan Ibunda (Nurhasanah) atas
do’a semangat, kasih sayang pengorbanan dan ketulusan dalam
mendampingi penulis. Serta Kakak (Abduh Hasan Khaerullah
dan Siti Hajar Afifah) yang selalu mampu membuat penulis
termotivasi dan melepas penat yang luar biasa. Selain itu tentu
penulis juga sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam penelitian ini diantaranya kepada:
1. Dr. Arief Subhan., MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi. Suparto., M. Ed, Ph.D selaku Wakil
iii
Dekan Bidang Akademik, Dr. Hj. Raudhonah., M. Ag selaku
Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi., M.Si
selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan
Kerjasama.
2. Dra. Rini Laili Prihatini., M.Si selaku Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Ir. Noor Bekti Negoro., SE, selaku Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. Prof. Dr. Daud Efendi., AM, Selaku Dosen pembimbing
skripsi yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan fikiran
untuk memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan
skripsi.
5. Seluruh Dosen dan staff di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik dan memberikan
ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Teruntuk seluruh sahabat dan kerabat penulis Taufiq, Niko
Afriayandi, Hajarul Aswad Harahap, Adam Yuliawan, Kosbi
Alfi Syahid, Ahmad Ulan Fakhri, Muhammad Chotib Iqbal,
dan tidak lupa juga seluruh teman-teman BPI 2013.
7. Seluruh keluarga besar BPI terimakasih buat dukungan dan
doanya serta motivasi terutama seluruh senior-senior BPI yang
memberikan masukannya.
8. Untuk Arief Pangestu, Fajar Romdhoni dan seluruh teman-
teman Daar El-Qolam angkatan 38 dan para ustadz
terimakasih buat dukungan serta doanya kepada penulis
iv
semoga persaudaraan yang kita jalin selama ini dapat terus
terjaga dengan baik.
9. Buat teman-teman di lingkungan Perumahan Paku Jaya
Permai, para tetangga yang turut mendukung skripsi penulis
dan saudara-saudara saya di Jakarta Barat yang turut
mendorong penulis untuk selalu bersemangat.
10. Teristimewa kepada Siti Sarah yang selalu memberikan
semangat dan tidak pernah lelah mengingatkan penulis.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala
bantuan dan dukungannya kepada penulis.
Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari
sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca
khususnya segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
Ciputat, 6 Agustus 2018
Penulis
Muhammad Irfan Najmi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………... i
KATA PENGANTAR ………………………………………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………………... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………….. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah …….…………………….. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………6
D. Metodologi Penelitian ……………………………………. 8
1. Pendekatan dan Metode Penelitian …………………… 8
2. Jenis Penelitian ……………………………………….. 9
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………… 10
4. Subjek dan Objek Penelitian ……………..………….. 10
5. Teknik Pengumpulan data …………………………… 11
6. Sumber Data …………………………………………. 15
7. Teknik dan Pemeriksaan Keabsahan Data …………… 16
8. Teknik Analisis Data ………………………………… 17
9. Teknik Penulisan …………………………………….. 19
E. Tinjauan Pustaka ………………………………………... 19
F. Sistematika Penulisan …………………………………... 23
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian peran ………………………………………… 24
B. Pengertian Pengasuh ……………………………………. 28
C. Pengertian Pembinaan …………………………………... 30
D. Pengertian Kemandirian ………………………………… 33
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ……….. 37
F. Pengertian Anak Yatim …………………………………. 40
G. Pandangan Islam terhadap Anak Yatim ………………… 42
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Rumah Yatim ………………………. 47
B. Visi dan Misi ……………………………………………. 51
C. Struktur Organisasi Yayasan ……………………………. 52
D. Sarana dan Prasarana …………………………………… 52
E. Program-program Yayasan ……………………………... 55
F. Kegiatan Rutinitas Yayasan …………………………….. 57
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Data Informan …………………………………………... 58
1. Pengasuh …………………………………………….. 58
2. Staff ………………………………………………….. 61
3. Anak Yatim ………………………………………….. 62
B. Peran Pengasuh dalam Pembinaan Kemandirian ……….. 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………... 77
B. Saran ……………………………………………………. 79
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………... 80
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap. Bagi anak kedua orang tua
mereka ialah panutan yang mereka miliki hingga mereka
tumbuh dewasa dan sampai lanjut usia bahkan hingga
meninggal. Orang tualah yang menjadikan seperti apa anak-
anaknya nanti, mendidik anak-anaknya hingga mereka bisa
sukses melebihi kedua orang tuanya.
Anak adalah salah satu amanah yang diberikan Allah
SWT. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran:
ت خي عند رب ك يا وٱلبقيت ٱلص لح ٱلمال وٱلب نون زينة ٱلي وة ٱلدن
٤٦ ث وااب وخي أمال
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia
tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik
pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan” (Al-Kahfi: 46)
Anak sebagai potensi dan modal pembangunan dan
perkembangan serta tumbuhnya sering mengalami
penghambatan. Anak tumbuh dari awal yang lemah dan perlu
2
bimbingan dan arahan dari generasi sebelumnya yaitu orang
tua, guru, dan lingkungan sosial atau teman bermain.1
Maka, menyia-nyiakan anak berarti menyia-nyiakan
amanah Allah. Banyak Orang Tua yang dilemparkan ke neraka
jahanam oleh sebab anak-anak mereka, walaupun Orang Tua
tersebut seorang yang bertaqwa sekalipun.2 Ada beberapa
faktor sosial yang merugikan untuk anak dan salah satunya
yaitu anak-anak yatim. Islam mengajarkan agar anak-anak
kurang mampu diasuh sebaik-baiknya baik yang menyangkut
perkembangan kejiwaannya maupun kebutuhan jasmaninya.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 35
tahun 2014 tentang perlindungan anak, anak adalah seorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih di dalam kandungan.3 Dalam undang-undang
tentang perlindungan anak tahun 2002 dijelaskan juga bahwa
anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-
cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan
mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan
eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.
Proses perkembangan yang dialami anak akan
menimbulkan permasalahan bagi mereka sendiri dan bagi
1 Ririen Agustiningsih, Pembinaan Moral Anak di Panti
Pamardi Putra Mandiri, (Semarang: Universitas Negri Semarang,
2005), h. 12. 2 Muhammad Muhyidin, Bijak Mendidik Anak & Cerdas
Memahami Orang Tua, (Jakarta : Lentera Basritama, 2003), h. 56. 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.
3
mereka yang berada di dekat dengan lingkungan hidupnya.4
Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
pada era global saat ini terasa sekali pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat, khususnya dalam bidang Pendidikan,
sosial dan budaya.5
Dalam hal perkembangan anak terdapat beberapa aspek
mendasar yaitu psikologi (jiwa) dan sosial, anak akan
menyesuaikan dengan lingkungan yang tidak lepas dari apa
yang diajarkan oleh kedua orang tuanya bahkan, mereka dapat
berpengaruh dengan lingkungannya pada usia saat masih
duduk di bangku sekolah.
Seorang anak memerlukan seorang ayah dan ibu, namun
apabila salah satu dari kedua orang tua telah tiada, mereka
akan kehilangan seorang tokoh panutan dan tempat
pengaduan. Pada umumnya pengalaman hidup yang dijalankan
ketika dewasa sangat di tentukan oleh keadaan mereka
diwaktu kecil Bersama orang tuanya.
Keluarga juga merupakan Lembaga Pendidikan yang
bersifat informal. Dalam keluarga seorang anak mendapatkan
Pendidikan dan pembinaan yang pertama kalinya. Dari
lingkungan keluarga yang harmonis akan mampu memberikan
4 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet ke-1, h. 76. 5 Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta:
Gunung Mulia, 2004), hal. 3.
4
keteladanan kepada anak-anak, maka akan tumbuh anak-anak
yang memiliki kepribadian dengan pola yang mantap.6
Sebagaimana Danny I Yatim menyatakan “orang tua
adalah figur yang bertanggung jawab dalam proses
pembentukan kepribadian remaja, sehingga diharapkan dapat
memberikan arah memantau, mengawasi dan membimbing
perkembangan remaja kea rah memadai”.7
Dengan kehilangan salah satu orang tua maka anak
tersebut tergolongkan Yatim atau Piatu, dengan kata lain anak
tersebut kehilangan panutan untuk hidup hingga tumbuh
dewasa. Di Indonesia terdapat beberapa tempat seperti yayasan
atau Lembaga yang secara relawan dan tanpa pamrih
menerima dan mengasuh anak yang ditinggalkan oleh orang
tua mereka atau Yatim.
Anak yang masih berkembang, berubah dan masih
memiliki sifat ketergantungan kepada orang lain. Serta
keadaaannya secara mutlak masih membutuhkan bantuan,
bimbingan dari orang tua, keluarga atau pengganti dari orang
tua dan keluarganyalah untuk menyelenggarakan hidup dan
kehidupannya. Disnilah tugas orang tua dan keluarga menjadi
tanggung jawab untuk membimbing, mendidik dan
mengarahkan kedewasaan jasmani dan rohaninya sehingga
6 Singgih D. Gunarsa, Dasar Teori Perkembangan Anak,
(Jakarta: Gunung Mulia, 1998). 7 Pny. Danny I Yatim & Irwanto, Kepribadian Keluarga dan
Narkotika, Tinjauan Sosial Psikologis, (Jakarta: Arcan, 1993), Cet. 4
h. 81.
5
anak menjadi manusia yang mampu hidup mandiri di dalam
menjalani kehidupannya.8
Terdapat beberapa tempat yang peduli dengan keadaan
anak-anak yang kehilangan orang tuanya salah satunya adalah
Rumah Yatim Ar-Rohman, tempat yang letaknya berada di
Bintaro. Mereka menerima anak-anak tersebut, mendidik,
membimbing serta mambina dari segi kemandirian dan
keagaamaan anak-anak tersebut. Dengan memiliki visi dan
misi yang berfokus terhadap Pendidikan formal dan nonformal
dan juga keagamaan serta menjadi Lembaga yang
menyalurkan dana untuk memenuhi kebutuhan anak-anak
Yatim dari donator-donatur di Indonesia.
Program kemandirian yang menjadi unggulan Rumah
Yatim menjadikan peneliti tertarik meneliti tentang
perkembangan anak Yatim di Rumah Yatim Ar-Rohman
dengan adanya cabang hampir di seluruh Jabodetabek
menjadikan peneliti ingin mengetahui kegiatan dan aktivitas
seperti apa yang diterapkan di dalam asrama serta Rumah
Yatim juga termasuk salah satu Yayasan terbesar di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dan pembahasan dengan judul
“Peran Pengasuh dalam Pembinaan Kemandirian Anak
Yatim di Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro”
8 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet 1 h, 76.
6
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk menghindari kesalah pahaman serta mencapai
kesamaan presepsi dalam masalah yang hendak penulis bahas
dalam skripsi ini, berpijak dari latar belakang masalah tersebut
diatas, maka peneliti akan membatasi permasalahan pada
peran pengasuh yang dikhususkan dalam upaya pembinaan
kemandirian terhadap anak Yatim di Rumah Yatim Ar-
Rohman Bintaro.
2. Rumusan Masalah
Dengan adanya beragam program-program untuk anak
Yatim yang dilakukan serta pembatasan masalah diatas,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana peran pengasuh dalam pembinaan
kemandirian anak yatim Ar-Rohman Bintaro, Tangerang
selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di
atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana peran pengasuh dalam
pembinaan kemandirian pada anak Yatim di Rumah
Yatim Ar-Rohman Bintaro, Tangerang.
7
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dapat dilihat dari beberapa
segi, yaitu:
a. Manfaat Akademis
1) Penelitian ini di harapkan dapat bermanfat bagi Fakultas
Ilmu Dakwah dan Komunikasi, khususnya bagi Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam dalam pengembangan
kurikulum tentang psikologi keluarga, koseling keluarga,
dan psikologi sosial.
2) Sebagai referensi tempat untuk pelaksanaan mata kuliah
Praktikum Profesi Mikro dan Makro Jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan:
1) Untuk bahan evaluasi dan memberikan masukan serta
peninjauan kembali dalam pembinaan kemandirian anak
Yatim di Rumah Yatim Ar-Rohman.
2) Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti
secara langsung di lapangan melalui kegiatan penelitian
ini.
3) Menambah referensi kajian tentang peranan pengasuh
dalam pembinaan kemandirian anak Yatim.
8
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif. Adapun penelitian kualitatif menurut Bogdan dan
Taylor dikutip oleh Meleong adalah penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9
Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik
analisa datanya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka. Semua data tersebut menjadi kunci terhadap apa yang
sudah diteliti.10
Menurut Creswell, penelitian kualitatif adalah suatu
proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk
memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial
dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks
yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para
sumber informasi serta dilakukan dalam setting yang alamiah
tanpa adanya intervensi apapun dari peneliti.11 Penelitian
kualitatif dilakukan di lingkungan dan situasi kondisi yang
alami tanpa dibuat-buat atau tanpa ada manipulasi
sebelumnya.
9 Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3. 10 Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 6. 11 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif:
Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012),
h. 8.
9
Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus terjun
langsung dan harus mengenal subjek penelitian yang
bersangkutan secara personal dan tanpa perantara. Pemisah
(gap) antara peneliti dengan subjek yang diteliti semaksimal
mungkin harus dihilangkan atau diminimalisasi agar peneliti
dapat benar-benar memahami sudut pandang dan perasaan
subjek penelitian dengan optimal.12 Peneliti dalam penelitian
kualitatif sebisa mungkin tidak menciptakan penghalang yang
membuat jarak dengan subjek.
Desain deskriptif dalam penelitian ini dengan melakukan
survei yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap
sekelompok objek dalam waktu tertentu dengan tujuan menilai
kondisi atau penyelenggara suatu program dan hasil
penelitiannya digunakan untuk menyusun suatu perencanaan
demi perbaikan program tersebut.13
Dalam hal ini peneliti fokus pada peran pengasuh dalam
pembinaan kemandirian anak Yatim di Rumah Yatim Ar-
Rohman Bintaro, serta apa faktor pendukung dan penghambat
bagi pengasuh dalam pembinaan kemandirian anak Yatim.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian lapangan
atau (field reseach), peneliti terjun langsung dilapangan yakni
di Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro agar memperoleh data
12 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif:
Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Cet ke-3, h. 7. 13 B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet ke-1, h. 111.
10
yang akurat dan dapat dipahami yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Yatim Ar-Rohman
Bintaro, JL. Cut Mutia II Blok FG 2 No 38 sektor 7,
Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten 15221. Adapun penelitian ini dimulai dari bulan
Febuari sampai dengan bulan Agustus 2018.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini ditentukan secara
sengaja dengan teknik purposive sampling. Purposive
sampling merupakan teknik yang berdasarkan pada ciri-ciri
yang dimiliki oleh subyek yang dipilih oleh peneliti karena
ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan
dilakukan.14 Dengan demikian, penetapan subyek didasarkan
atas kesengajaan karena kriteria-kriterianya sudah ditentukan
oleh peneliti.
Metode yang penulis gunakan berkaitan dengan teknik
purposive sampling dalam penelitian ini adalah metode non-
random sampling atau dikenal juga dengan non-probability
sampling. Non-probability sampling merupakan metode
sampling yang setiap individu atau unit dari populasi tidak
memiliki kemungkinan (non-probability) yang sama untuk
14 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif:
Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012),
h. 106.
11
terpilih sebagai subyek penelitian.15 Dengan demikian, peneliti
tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
subyek penelitian.
Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah 4 anak
Yatim, 1 orang staff dan 2 Pengasuh di Rumah Yatim Ar-
Rohman Bintaro yang dijadikan sumber informasi.
Sedangkan objek penelitian ini adalah program
pembinaan kemandirian di Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh keakuratan data atau informasi yang
sesuai dengan penelitian ini, maka dalam hal ini peneliti
menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang
paling tua yang digunakan sepanjang sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan. Observasi berasal dari bahasa latin yang
berarti memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan
mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan
sistematis sasaran perilaku yang dituju. Cartwright
mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat,
mengamati dan mencermati serta ‘merekam’ perilaku
15Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif:
Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Cet ke-3, h. 106.
12
secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.16 Teknik
observasi mutlak dilakukan oleh peneliti kualitatif karena
data yang dihasilkan dari observasi merupakan data primer
atau data utama.
Observasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk
melakukan pengukuran, dan merupakan usaha pengamatan
dengan menggunakan indera pengelihatan.17 Sedangkan
dalam arti luas tidak hanya terbatas pada pengamatan
langsung dan tidak langsung. Dalam melakukan observasi
dalam penelitian ini peneliti memperhatikan, mencermati
dan mencatat fenomena yang muncul dan hubungannya
dengan aspek penelitian tersebut.
Penulis menggunakan teknik observasi dalam
penelitian ini untuk mencari dan mengumpulkan data yang
dibutuhkan dengan cara mengunjungi, meninjau,
mengamati dan merekam segala kegiatan yang dilakukan
subjek penelitian.
b. Wawancara
Menurut Lexy Meleong, wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
16 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif:
Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012),
h. 131. 17 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, h. 69.
13
itu.18 Dalam penelitian, yang bertindak sebagai
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
adalah peneliti/ penulis, sedangkan pihak yang dijadikan
sebagai terwawancara (interview) yang memberikan
jawaban adalah subjek penelitian.
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.19
Peneliti menggunakan alat bantu tulis dan handphone
guna merekam dan menulis hasil wawancara agar tersusun
dan tersimpan dengan rapih, adanya alat bantu wawancara
tersebut membantu penulis dalam melakukan pencatatan
dan perekaman wawancara.
Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilakukan
kepada subyek penelitian, yakni orang yang terlibat dalam
program pembinaan kemandirian di lokasi penelitian yaitu
4 anak binaan, 1 orang staff dan kedua pengasuh. Teknik
ini dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan dan
akan digunakan penulis sebagai sumber data utama.
Adapun teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah
wawancara terstruktur, yang mana peneliti sudah membuat
list pertanyaan wawancaranya terlebih dahulu.
18 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet
ke-26 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 186. 19 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung:
ALBETA, cv, 2010), Cet, Ke-6, h. 72.
14
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah kata dokumen yang
berasal dari bahasa latin yaitu decore, berarti mengajar.
Pengertian dari kata dokumen ini menurut Bungin teknik
dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri
data historis.20
Teknik dokumentasi adalah salah satu teknik
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek
sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Teknik
dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran
dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan
dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh
subjek yang bersangkutan.21
Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi untuk memperoleh data yang telah
didokumentasikan oleh pihak Yayasan Rumah Yatim di
Bintaro.
20 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan
Praktek, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet, Ke-1, h.177. 21 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif:
Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012),
h. 143.
15
6. Sumber Data
Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam
penelitian. Apabila ada kesalahan dalam menggunakan atau
memahami sumber data, maka data yang diperoleh juga
akan meleset dari yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti
harus mampu memahami sumber data mana yang mesti
digunakan dalam penelitiannya itu. Ada dua jenis sumber
data yang biasanya digunakan dalam penelitian sosial, yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder.22
Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data
adalah sebagai berikut:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh peneliti melalui
observasi langsung, sebagai pengamat dan wawancara
langsung kepada informan. Sumber data primer adalah
data yang bersumber langsung dari data asli dan tidak
melalui perantara. Dalam penelitian ini, sumber data
primer merupakan hasil pengumpulan data melalui
proses wawancara langsung dan proses pengamatan
langsung/ observasi yaitu Anak Yatim dan Pengasuh di
Rumah Yatim Ar-Rohman.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak
langsung, yakni melalui perantara dan merupakan data
22 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial &
Ekonomi (Jakarta: Kencana, 2013), h. 129.
16
pendukung. Dalam penelitian ini, sumber data sekunder
diperoleh dari buku-buku dan internet serta dari data-
data yang dimiliki lembaga tempat dilangsungkannya
penelitian ini, data yang diperoleh peneliti melalui
catatan pribadi, dokumen yang berkaitan dengan
penelitian ini baik dari referensi buku, jurnal dan yang
berkaitan dengan pembahasan penelitan ini.
7. Teknik dan Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik dan pemeriksaan keabsahan data yang di
gunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu
Perpanjangan Pengamatan, Ketekunan pengamatan.
a. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan ini di lakukan pada
kedalaman, keluasan dan kepastian data. Kedalaman
artinya peneliti menggali data sampai pada tingkat
makna artinya melihat langsung yang di rasakan oleh
residen. Keluasan berarti pada banyak atau sedikitnya
informasi yang di peroleh. Kepastian, data yang pasti
adalah data yang valid yang sesuai dengan apa yang
terjadi.
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam
pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya
dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan
waktu perpanjangan keikutsertaan pada latar peneliti.23
b. Ketekunan Pengamatan
23 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi
(Mixed Methodes), (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 366.
17
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang
relevan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memasukan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.24
Ketekunan pengamatan berarti melakukan pengamatan
secara cermat dan berkesinambungan untuk
mendapatkan kepastian data.
8. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisa data dari hasil observasi dan
wawancara, peneliti menginterprestasikan catatan lapangan
yang ada kemudian menyimpulkan. Setelah itu menganalisa
kategori-kategori yang tampak pada data tersebut. Dimana
seluruh data yang peneliti peroleh dari hasil pengamatan
dan wawancara, lebih dahulu penulis kelompokkan sesuai
dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu
menganalisanya secara sistematis.
Menurut Lexy Moleong, analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.25 Inti dari analisis data adalah
mengurai dan mengolah data mentah menjadi data yang
dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik dan
24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
Kombinasi (Mixed Methodes), h. 368. 25 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet
ke-26 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 280
18
diakui dalam suatu perspektif ilmiah yang sama, sehingga
hasil dari analisis data yang baik adalah data olah yang
tepat dan dimaknai sama atau relatif sama dan tidak bias
ataupun menimbulkan perspektif yang berbeda di mata
orang lain.26
Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik
analisisi data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-
menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum
data benar-benar terkumpul.
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik
analisis data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.
Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik
analisis data kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan
ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi
kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk
26 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif:
Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012),
h. 158.
19
penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk
catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari
teknik analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah
hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil
tindakan.
9. Teknik Penulisan
Dalam penelitian ini peneliti berpedoman dan
mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh
CeQDA Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2013/2014.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan
pustaka terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian. Ada sebuah hasil penelitian
yang hampir sama dengan penelitian ini. Maka, penulis akan
menjadikan beberapa skripsi terdahulu untuk menjadi bahan
perbandingan, diantaranya:
1. Peran Pembimbing Agama dalam Membina Akhlak
Remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak Jakarta
20
Selatan. Ditulis oleh Muhammad Dhano Purwanto tahun
2015 Program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dijelaskan oleh penulis
bahwa pembimbing agama adalah seorang yang paling
berpengaruh dalam program-program yang menunjang
pembinaan akhlak para remaja yang ada di Yayasan
tersebut. Dengan sedemikian analisis dan temuan yang
dilakukan selama meneliti, penulis menyimpulkan bahwa
betapa pentingnya pembinaan akhlak terutama bagi anak
bangsa yang masih mencari jati diri mereka dan disanalah
tanggung jawab pembimbing agama di Rumah Yatim
Arrohman Cilandak, karena akhlak merupakan gambaran
diri seseorang yang sesuai dan menjawab rumusan masalah
di skripsi. Metodologi yang digunakan oleh penulis adalah
kulaitatif deskriptif yaitu metode dengan membuat
gambaran suasana secara sistematis, faktual dan akurat.
2. Peran Orang Tua Asuh dalam Mendukung
Perkembangan Kemandirian Remaja Putus Sekolah di
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta
Timur. Ditulis oleh Maygie Priayundana tahun 2014
Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis meneliti tentang pentingnya
peran orang tua asuh dalam mendukung perkembangan
kemandirian remaja di PSBR Bambu Apus, penulis juga
menjelaskan seperti apa pola-pola peran orang tua asuh
21
untuk membantu dan mendukung perkembangan
kemandiran para remaja disana karena setiap penerima
manfaat mempunyai kebutuhan yang berbeda. Maka dari
itu orang tua asuh harus memiliki strategi dan metode guna
membangun pribadi yang lebih baik dari aspek kemandirian
para remaja disana. Dengan rumusan masalah tentang pola
pengasuhan dan peran yang diterapkan orang tua asuh,
penulis mendapatkan jawaban sesuai dengan metodologi
yang diterapkan yaitu kualitatif deskriptif.
3. Upaya Pembinaan Kepribadian dan Kemandirian Anak
Asuh dalam Pelayanan Kesejahteraan Sosial pada
PSAA Al-Khairyah Cilandak Barat. Ditulis oleh Syamsu
Bahri tahun 2017 Program Studi Kesejahteraan Sosial
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini membahas tentang upaya
pembinaan kepribadian dan kemandirian anak Yatim.
Penulis menjelaskan bahwa pelayanan utama difokuskan
terhadap pengasramaan dan Pendidikan agar dapat menjadi
orang yang bermanfaat bagi orang lain. Adapun hambatan
dari pembinaan itu adalah sarana prasarana dan tenaga kerja
berbasis Bahasa, lalu faktor pendukungnya adalah
mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat yang
menghasilkan tenaga kerja berbasis skill dan juga
pendanaan terkait pembangunan asrama.
4. Peranan Pembimbing Agama dalam Mewujudkan
Kemandirian bagi Anak-anak Yatim di Pondok
Pesantren Yatim Al-Akhyar Kelurahan Beji Kota
22
Depok. Ditulis oleh Sofhal Jamil tahun 2009 Program Studi
Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menjelaskan peranan Pembimbing Agama untuk
menumbuhkana kemandirian anak Yatim akan tetapi ada
hambatan yang dihadapi yaitu kurangnya tenaga pengajar di
bidang agama yang professional dalam keilmuannya dan
juga tidak adanya bimbingan kepada keterampilan para
anak, dan ada pun faktor pendukung salah satunya donator
tetap sehingga pihak pesantren dapat mengelola pesantren
dalam segi sarana dan infrastruktur.
5. Manajemen Strategi Pengembangan Potensi Anak
Yasyasan Rumah Yatim Ar-Rohman Indonesia
Pamulang, Tangerang Selatan. Ditulis oleh Aldi Ryan
Yudistira tahun 2014 Program Studi Kesejahteraan Sosial
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini meneliti manajemen
strategi dalam proses pengembangan potensi anak yang di
dalamnya ada 3 tahapan proses manajemen strategi yang
pertama, tahapan perumusan strategi yang menentukan
obyektif jangka Panjang, kedua ialah implementasi strategi
dan yang terakhir evaluasi strategi. Seiring penelitian ini
berlangsung ada beberapa faktor hambatan yang ditemukan
oleh peneliti yaitu minimnya pekerja profesional dalam
meningkatkan potensi anak dan tidak terjangkaunya
beberapa tempat pelosok di daerah-daerah kota untuk
menyantuni anak-anak yatim.
23
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN. Berisi Latar Belakang Masalah,
Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI. Menjelaskan Pengertian peran,
pengertian pengasuh, pengertian pembinaan,
pengertian kemandirian, faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian, pengertian anak yatim
dan pandangan Islam terhadap anak yatim.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN.
Memuat gambaran umum objek penelitian yaitu
Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro. Yang meliputi:
Sejarah, Visi dan Misi, Struktur Jabatan Lembaga,
sarana dan prasarana serta program-program dan
Kegiatan-kegiatan Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman
Bintaro.
BAB IV HASIL PENELITIAN. Merupakan bab hasil dari
penelitian. Pada bab ini akan dideskripsikan tentang
Peran pengasuh dalam Pembinaan Kemandirian Anak
Yatim di Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro.
BAB V PENUTUP. Merupakan bab penutup yang berisikan
Saran-saran dan kesimpulan.
24
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Peran
Sering kita mendengar tentang kata peran atau peranan
dalam kehidupan sehari-hari, namun belum tentu semua orang
mengerti arti tersebut, berbagai definisi tentang arti kata
peranan telah dikemukakan oleh para ahli.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, “peran adalah
bagian dari tugas utama yang dilaksanakan.”1 Sedangkan
menurut N. Grass W Massan dan A. W. Mc Eachen
sebagaimana dikutip David Berry mendefinisikan “peran
sebagai seperangkat harapan-harapan yang di kenalkan pada
individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.”2
Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Sosiologi, berpendapat Peranan (role) merupakan
aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Pembeda
antara kedudukan dari peranan, adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, keduanya tak dapat dipisahkan oleh karena yang
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 100. 2 N. Grass, W. S. Masson and A. W. Mc. Eachern, Exploration
Role Analysis, dalam David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam
Sosiologi, (Jakarta: 1995), h. 100.
25
satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya juga demikian
tak ada peranan tanpa atau kedudukan tanpa peranan.3
Mengenai peran tentu tidak terlepas dari pembahasan
mengenai kedudukan (status) keduanya memiliki hubungan,
itu semua karena peran merupakan aspek dinamis dari
kedudukan (status) manusia. Manusia adalah makhluk sosial
yang artinya kehidupannya bergantung dengan orang lain dan
tidak dapat dijalani seorang diri. Pada keadaan seperti ini
manusia sangat berperan dalam menentukan kelompok sosial
dalam suatu lingkungan.
Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan
perpaduan berbagai teori, orientasi. Dalam teori Biddle dan
Thomas,”teori mengenai peran dibagi menjadi empat tipe,
yakni:
a) Orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
b) Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
c) Kedudukan orang dalam perilaku.
d) Kaitan antara orang dan perilaku.”4
Sarlito Wirawan Sarwono sebagaimana dikutip oleh Fitri
Rachmawati dalam skripsinya yang berjudul Peran Pekerja
Sosial dalam Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial, “mengemukakan hal yang sama bahwa harapan tentang
peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya
3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1982), Ed. Ke-1, h. 99. 4 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), Cet ke-7, h. 215.
26
tentang perilaku-perilaku yang pantas, yang seyogyanya di
tentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.”5
Sedangkan, Abu Ahmadi mendefinisikan “peran sebagai
suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya
individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu
berdasarkan ststus dan fungsi sosialnya.”6
Dan Abu Ahmadi menerangkan bahwa “peran adalah
suatu penghargaan manusia terhadap cara individu harus
bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status
dan fungsi sosialnya, walaupun kedudukannya ini berbeda
antara satu dengan yang lainnya tersebut, akan tetapi masing-
masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.”7
Peran (Role) merupakan aspek dinamis dari status yang
artinya seseorang telah menjalankan hak dan kewajiban sesuai
kedudukan, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu
peran. Oleh sebab itu, keduanya tidak dapat dipisahkan karena
satu dengan yang lainnya saling saling tergantung artinya jika
tidak ada peran tanpa status dan tidak ada status tanpa peran.
“Di dalam peranannya terdapat dua macam harapan
yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap
5 Fitri Rachmawati, Peran pekerja Sosial dalam Penanganan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Panti Asuhan Bina Insan
Bangun Daya I Kedoya Jakarta Barat, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
(Jakarta: Perpustakaan Utama, 2012), h. 116-117. 6 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
Cet ke-1, h. 115. 7 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
h. 14.
27
pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh
pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemengang
peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang
berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau
kewajiban-kewajibannya.”8
Dari definisi tentang peran diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa peran adalah sesuatu yang berkaitan
dengan kehidupan seseorang yang mempunyai status,
seseorang dapat dikatakan berperan jika memiliki status. Peran
seseorang adalah tanggung jawab tersendiri bagi individu
seseorang misal, ketua kelas yang mempunyai peran sebagai
pemimpin dan sekaligus bertanggung jawab atas segala
perilaku dan kejadian-kejadian di dalam kelas.
Setiap individu mempunyai peranan masing-masing
yang memiliki manfaat yaitu proses sosialisasi, dapat
menyatukan kelompok, pewarisan nilai, tradisi, norma serta
kepercayaan, membangun kepercayaan diri, membuka
kesempatan dalam memecahkan masalah.
Dan dari beberapa konsep diatas juga dapat diambil
pengertian bahwa peran merupakan penilaian sejauh mana
fungsi seseorang atau kelompok orang dalam suatu kedudukan
(status) sebagai bagian dalam menunjang usaha pencapaian
tujuan yang ditetapkan.
8 N.Grass W.S Massan dan A.W MC Eachern, exploration Role
Analysis dalam David Barry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet ke-3, h. 104.
28
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dikatakan ketika
berbicara peran selalu terkait dengan aturan, pihak atau orang
yang memahami aturan dan aksi atau tindakan.
B. Pengertian Pengasuh
Dalam penelitian ini, pengasuh disini adalah yang
mengasuh keseharian anak-anak yang bukan anaknya sendiri,
mendidik karakter dan ilmu agar bermanfaat bagi orang lain
dan menjadi penerus bangsa yang berilmu dan bekarakter
mulia. Selain itu orang tua asuh juga merupakan panutan bagi
anak-anak yang mereka asuh, menjadi tempat pengaduan anak,
hingga segala kejadian yang terjadi pada anak adalah tanggung
jawab mereka juga.
Pengasuhan atau mengasuh adalah menjaga dan
memelihara anak kecil, membimbing agar bisa mandiri.
Pengasuhan anak ditunjukan kepada anak yang orang tuanya
tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar,
baik fisik, mental, spirirtual, maupun sosial.9 Pengasuhan anak
tersebut, dilakukan oleh Lembaga yang mempunyai
kewenangan untuk itu. Dalam hal ini Lembaga harus
berdasarkan agama, karena anak yang diasuh harus seagama
dengan agama yang menjadi landasan Lembaga yang
bersangkutan.
9 Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak
di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 75.
29
Pengasuhan anak oleh Lembaga dapat dilakukan di
dalam atau di luar panti sosial. Perorangan yang ingin
berpartisipasi dapat melalui Lembaga-lembaga tersebut diatas.
Pengasuhan tersebut melalui bimbingan, pemeliharaan,
perawatan dan Pendidikan secara berkesinambungan, serta
dengan memberikan bantuan biaya atau fasilitas lain untuk
menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik,
mental, spiritual maupun sosial tanpa mempengaruhi agama
yang dianut anak.10
Berdasarkan definisi diatas pengasuh adalah perorangan,
keluarga atau masyarakat yang mampu dan siap mengasuh
anak-anak asuh yang kurang mampu atau memiliki
kesenjangan sosial.
Pengasuhan bertujuan untuk menciptakan lingkungan
yang aman dan ramah bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak agar dapat terpenuhi kebutuhan fisik (kehangatan,
kebersihan, ketenangan, dan kepuasan), emosi (merasa
dihargai, merasa dicintai, memperoleh kesempatan untuk
menentukan pilihan dan untuk mengetahui resikonya), dan
sosial (tidak merasa terasing).
Pengasuhan memiliki fungsi sebagai pengganti orang tua
boilogis atau kandung yang mana orang tua mempunyai peran
utama untuk merawat, melindungi dan mengarahkan dalam
10
Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak
di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 76.
30
setiap tahap perkembangan anak sehingga anak akan mampu
bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.
C. Pengertian Pembinaan
Salah satu unit pengamatan dalam identifikasi masalah
sosial adalah individu. “Dalam hal ini ada atau tidak adanya
gejala yang dianggap sebagai masalah sosial dilihat dari orang
per orang sebagai anggota masyarakat. Sudah barang tentu
yang dimaksud adalah perilakunya. Dengan mengamati
perilaku individu dapat diidentifikasi apakah telah terjadi
penyimpangan terhadap norma dan nilai sosial serta standar
sosial yang berlaku.”11
Dari kutipan diatas dibutuhkan suatu pembinaan agar
tidak terjadinya penyimpangan norma-norma dan nilai sosial.
Kata pembinaan telah dibakukan ke dalam Bahasa Indonesia
menjadi “bina” kata “pembinaan” yang mendapatkan akhiran
“an” berasal dari “bina” yang berarti bangun, memperbaiki
atau memperbaharui.12
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kata “pembinaan mengandung arti penyempurnaan,
pembaharuan usaha, tindakan dan persiapan yang akan
11
Drs. Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, (Jakarta:
PT. Dunia Pustaka Jaya 1995), Cet ke-1, h. 69. 12
Departemen Sosial R.I, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial,
(Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial, 2010), h. 117.
31
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil berguna untuk
memperoleh hasil yang baik.”13
“Arti pembinaan menurut terminologi yaitu: Pembinaan
ialah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang
berguna, mengarahkan hati lewat berbagai zikir serta
memompa dan menguatkan lewat intropeksi diri.”14
“Pembinaan ialah segala upaya pengelolaan berupa
merintis, meletakan dasar, melatih, membiasakan, memelihara,
mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan serta
mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan
dan menggunakan segala dana dan daya yang dimiliki.”15
Yang dimaksud dari pembinaan ialah tindakan dan usaha
dalam pembaharuan untuk menjadi lebik baik sesuai target
yang ingin dituju oleh individu, kelompok atau masyarakat
yang sudah berkomitmen akan keinginan mereka untuk
berubah menjadi lebih baik.
Meurut Mangunhardjana, “pembinaan adalah suatu
proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki
dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan
tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk
membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan
13
Poerdaminta W.J.S, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1978), Cet ke-3, h. 23. 14
Majdi Al-Hilali, 38 Sifat Generasi Unggulan, (Jakarta: Gemz
Insasi Press, 1999), h. 138. 15
BP4, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 1994), h. 3.
32
kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan
dan kecakapan yang baru untuk mencapai tujuan hidup dan
kerja yang sedang dijalani secara lebih efektif.”16
“Unsur dari pembinaan adalah mendapatkan sikap
(attitude) dan kecakapan (skill). Menurut Mangunhardjana,
pembinaan merupakan terjemahan dari kata Inggris training
yang berarti latihan, pedidikan, pembinaan. Di dalam
pembinaan terdapat fungsi pokok yang mencakup tiga
pengembangan sikap, serta latihan dan pengembangan
kecakapan serta keterampilan.”17
“Dalam hal pembinaan, orang tua hendaknya dapat
membantunya dalam mempertahankan atau menciptakan
kesehatan jasmaninya dengan makanan yang bergizi baik,
serta hidup teratur, dalam segi makan, tidur, istirahat dan
bermain wajar. Tentu orang tua mempunyai bekal yang cukup
untuk itu.”18
Dalam pelaksanaan konsep pembinaan hendaknya
didasarkan pada hal bersifat efektif dan pragmatis dalam arti
dapat memberikan pemecahan persoalan yang dihadapi dengan
sebaik-baiknya, dan pragmatis dalam arti mendasarkan fakta-
fakta yang ada sesuai dengan kenyataan sehingga bermanfaat
karena dapat diterapkan dalam praktik.
16
Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, (Jakarta:
Kanisius, 1989), h.12. 17
Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, (Jakarta:
Kanisius, 1989), h.11. 18
Dzakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1977), h. 118.
33
Dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu usaha
atau tindakan untuk memperbarui dan memperbaiki dari segi
sikap ataupun kecakapan yang efektif karena didasari kemauan
dan komitmen individu, kelompok ataupun masyarakat yang
melakukan pembinaan.
Karena pembinaan dapat diartikan sebagai
penyempurnaan, maka pembinaan bisa disebut proses
pembelajaran untuk mengetahui hal-hal baru dan merubah
individu atau kelompok ke dalam hal yang positif dengan
sedemikian proses-proses yang dilakukan.
D. Pengertian Kemandirian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “mandiri adalah
keadaan dapat berdiri sendiri atau tidak bergantung pada orang
lain. Sedangkan kemandirian adalah hal atau keadaan dapat
berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.”19
Agar kita dapat memahami apa yang dimaksud dengan
kemandirian ada baiknya kita ulas terlebih dahulu apa
pengertian dari kemadirian. Ada beberapa ahli berpendapat
atau mendefinisikan tentang kemandirian, diantaranya:
Menurut Elkind dan Weiner mendefinisikan
“kemandirian sebagai kebebasan bertindak, tidak bergantung
pada individu lain, tidak terpengaruh lingkungan dan bebas
19
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001, h. 710.
34
mengatur kebutuhan sendiri.”20
Dalam hal ini Elkind dan
Weiner mengatakan kebebasan itu tidak bergantung terhadap
orang lain, jadi bisa dikatakan segala kegiatan dan aktivitasnya
bisa dilakukan dengan diri sendiri bukan berarti tidak
membutuhkan orang lain karena manusia makhluk sosial.
“Berfikir secara mandiri dalam kehidupan budaya dan
masyarakat, dalam proses belajar dirintis melalui metode yang
mantap dalam swakarya (kegiatan sendiri). Swakarya sebagai
prinsip belajar adalah spontanitas yang didasari kemandirian
dan kepribadian. Maka itu bagi Gaudig dan para ahli yang
menginginkan perubahan dalam pedagogik waktu itu,
swakarya bukan hanya kegiatan yang dapat dilihat dari luar
saja, melainkan juga kegiatan belajar mandiri, yang untuk itu
harus diberikan kemungkinannya.”21
Secara hakiki, “perkembangan kemandirian individu
sesungguhnya merupakan perkembangan hakikat eksistensial
manusia. Penghampiran terhadap kemandirian dengan
menggunakan prespektif yang berpusat pada masyarakat
cenderung memandang bahwa lingkungan masyarakat
merupakan kekuatan luar biasa yang menetukan kehidupan
individu. Dari sudut pandang ini, seolah-olah individu itu tidak
memiliki kekuatan apa-apa untuk menentukan perbuatannya
20
S. Nuryoto, Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap
Perkembangan, Jenis Kelamin, dan Peran Jenis (Anima Indonesia
Psychological Journal no. 2), (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada,
1993), h. 51. 21
Herman Holstein, Murid Belajar Mandiri, (Bandung: Remadja
karya, 1987), h. 1.
35
sendiri. Pandangan yang berpusat pada masyarakat akan
cenderung memposisikan Pendidikan sebagai proses transmisi
budaya yang lebih menekankan pada proses penanaman
harapan dan aturan masyarakat.”22
“Istilah kemandirian sering disebut dengan autonomy
atau independency. Autonomy merupakan suatu tendensi untuk
mencapai sesuatu, mengatasi sesuatu, bertindak secara efektif
terhadap lingkungan dan merencanakan serta mewujudkan
rencana dan harapan-harapannya. Sedangkan independency
menurut Batia yang dikutip dari buku Masrun diartikan
sebagai perilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri,
tidak mengahrapkan penghargaan dari orang lain, bahkan
mencoba menyelesaikan dan memecahkan masalahnya sendiri
tanpa bantuan orang lain.”23
“Martin dan Stendler menyatakan bahwa kemandirian
ditujukan dengan kemampuan seseorang berdiri di atas kaki
sendiri, mengurus diri sendiri dalam semua aspek
kehidupannya, ditandai dengan adanya inisiatif, kepercayaan
diri dan kemapuan mempertahankan diri dan hak miliknya.”24
Bernadib yang dikutip dari Yulianti mengartikan
“kemandirian sebagai suatu keadaan jiwa seseorang yang
22
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV.
Wacana Prima, 2009), h. 128-129. 23
Masrun, Sikap Mandiri Anak Kost, (Bandung: Tarsito, 1986),
h. 8. 24
T. Afiatin, Presepsi Pria dan Wanita dalam Kemandirian
(Anima Indonesia Psycological Journal No. 2), (Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada, 1993), h. 8.
36
mampu memilih norma dan nilai-nilai atas keputusannya
sendiri, mampu bertanggung jawab atas segala perilaku dan
perbuatan individu yang bersangkutan. Kemandirian yang
dimiliki menjadikan ketergantungan kepada pihak lain yang
sangat minimal.”25
Aspek kemandirian untuk anak usia sekolah yaitu:
1. Aspek psikis yaitu ditunjukan dengan kemampuan untuk
mengatur dan mengendalikan emosi, perilaku dan
kedisiplinan anak.
2. Aspek sosial yaitu ditunjukan dengan kemampuan anak
untuk beradaptasi di lingkungan luar dan menjadi orang
yang dapat diandalkan orang lain.
Dari penjelasan diatas dapat dismpulkan bahwa
kemandirian merupakan suatu bentuk dari rasa percaya diri
akan segala hal di setiap individu lakukan, berusaha
melakukan dan menyelesaikan segala perilaku dan masalahnya
sendiri tanpa bantuan orang lain.
Meskipun mandiri bisa dikatakan individualis, akan
tetapi manusia juga makhluk sosial yang dimana setiap orang
membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya. Tolak ukur
mandiri sendiri adalah orang yang bisa mengatur segala aspek
kehidupannya, mengedepankan kebutuhan daripada keinginan
dan tahu mana benar mana salah.
25
P.D. Yulianti, Perbedaan Kemandirian Ditinjau dari Pola
Asuh Orang tua dan Jenis Kelamin pada Siswi Kelas 1 SMU Negri 1
Ungaran Tahun Ajaran 2003/2004, (UKSW: 2004), h. 9.
37
Individu tersebut dapat bertanggung jawab dengan
perilaku dan sikapnya di depan masyarakat umum dan tidak
adanya ketergantungan terhadap orang lain dari aspek emosi,
ekonomi, intelektual dan sosial. Individu dapat dikatakan
mandiri jika mereka sudah dapat mempertanggung jawabkan
perilaku mereka, menjadi panutan dan dapat diandalkan serta
tidak menggantung hidup mereka dengan orang lain.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Dalam kehidupan masyarakat kita, metode
“mempengaruhi” adalah metode yang penting digunakan baik
melalui radio, telvisi, dan majalah. Oleh karena itu sejumlah
penyebab yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Individu sering mencari sumber informasi yang mendukung
pendapatnya yang sudah ada.
b. Banyak informasi melalui media cetak (massa) tidak datang
secara langsung kepada kita, tetapi disampaikan oleh
pemimpin opini dalam kelompok tempat kita bergabung.
c. Informasi yang menyimpang kerap kali diubah bentuknya
sedemikian rupa.26
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kemandirian seseorang terbentuk antara lain:
26
Samsunu Wijyanti Mar’at dan Lieke Indieningsih Kartono,
Prilaku Manusia Pengantar Singkat Psikologi, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2006), h. 65.
38
a. Faktor Internal
“Faktor-faktor internal di dalam diri sendiri, yaitu selektifitas,
daya pilihan, atau minat perhatiannya untuk menerima dan
mengelola pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya
adalah:
1) Faktor Pengembangan dan Kemandirian dan
Kematangan.
Seiring dengan pertumbuhan usia dan keterkaitan
kematangannya, manusia memasuki tahap
perkembangan dan tugas perkembangan yang berbeda
secara psikologis, sehubungan dengan perkembangan
tersebut manusia yang dewasa dan matang harus
menjadi pribadi yang mandiri.
2) Faktor Jenis Kelamin
Laki-laki dituntut untuk mandiri daripada
perempuan, karena sebagian masyarakat menganggap
bahwa anak laki-laki memiliki tanggung jawab yang
besar terhadap masa depan kehidupan keluarganya.”27
b. Faktor Eksternal
Dalam faktor eksternal ini faktor berasal dari yang
mempengaruhi kemandirian seseorang, salah satu sumber
penting yang jelas-jelas membentuk sikap kita dari orang lain
melalui proses pembelajaran-pembelajaran ini terjadi melalui
beberapa proses yaitu:
27
Tina Afiatin, “Presepsi Pria dan Wanita terhadap
Kemandirian,” Jurnal Psikologi thnXX no.1 (1993), Yogyakarta:
Fakultas PSikologi UGM, h. 4.
39
1) Pembelajaran berdasarkan asosiasi prinsip dasar
psikologi bahwa ketika stimulus muncul berulang-ulang
diikuti stimulus yang lain, maka stimulus pertama akan
segera dianggap sebagai tanda-tanda berbagai
munculnya stimulus yang mengikutinya. Classical
Conditioning yang terjadi melalui penampilan stimulus
dibawah ambang kesadaran orang.
2) Belajar untuk mempertahankan pandangan yang benar,
bentuk dasar dari pembelajaran dimana respon yang
menimbulkan hasil positif atau mengurangi hasil negatif
diperkuat.
3) Pembelajaran berdasarkan observasi, belajar dari contoh
salah satu bentuk dasar belajar dimana individu
mempelajari tingkah laku atau pemikiran baru melalui
observasi terhadap orang lain.
4) Perbandingan sosial dan pembentukan sikap, sebuah
proses untuk pembelajaran melaui observasi. Proses
dimana kita membandingan diri kita dengan orang lain
untuk menentukan apakah pandangan kita terhadap
kenyataan sosial benar atau salah.
Karena ada beberapa pendapat tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi kemadirian, jadi pada dasarnya
kemandirian tumbuh dari dalam diri sendiri didasari atas
kedewasaan individu, ada pula faktor lingkungan yang
menuntut individu agar menjadi mandiri setelah individu
tersebut mengalami masalah terburuk yang pernah mereka
alami namun mereka menyelesaikannya dengan sangat baik.
40
F. Pengertian Anak Yatim
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak yatim
ialah anak yang tidak beribu atau tidak berayah disebabkan
karena ditinggal mati.28
Anak yatim adalah orang yang
ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum dewasa (baligh).
Hal ini didasarkan pada hadits nabi yang menyebutkan “tidak
disebut yatim jika sudah dewasa” (HR. Ibnu Saburah dan
Dahak).
Di dalam Al-Quran sendiri menyebut kata yatim dalam
beberapa kesempatan, yang semua merujuk pada nuansa
muram seperti: ketidakberdayaan, kelemahan, ketersisihan,
dan memang dalam praktiknya hak-hak anak yatim seringkali
terlanggar. Harta mereka dirampas dan menjadi rebutan,
bahkan oleh keluarga mereka sendiri. Ini terjadi karena tidak
adanya lagi pelindung dan pengayom kehidupan yaitu ayah
mereka.
Secara etimologis, kata “yatim” merupakan kata serapan
dari Bahasa Arab yaitu yutma – yatama – yatma yang artinya
infirad (kesendirian). Kata yatim berasal dari Bahasa Arab
yang merupakan isim Fail (menunjukan Pelaku) sebagai
bentuk jamaknya adalah yatama atau aitam. Kata ini
mencakup pengertian semua anak yang bapaknya telah
meninggal, sedangkan “piatu” adalah seseorang yang tidak
28
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994)
41
memiliki ibu karena telah meninggal dunia ketika individu
belum beranjak dewasa, baik mereka kaya atau miskin, baik
laki atau perempuan maupun beragama Islam atau NonIslam.
Untuk mengetahui tanda-tanda baligh dan batas umur
seorang anak masuk ke dalam kategori anak yatim, penulis
akan mengemukakan tanda-tanda tersebut sesuai dengan yang
tertera dalam kitab Matan Safinatun Naja Fi Ushuluddin Wal
Fiqhil sebagai berikut:29
a. Genap usianya mencapai 15 tahun
b. Telah mengalami mimpi basah (keluar air mani) bagi lelaki
c. Telah haid bagi perempuan pada usia 9 tahun.
Sedangkan menurut ilmu psikologi, diungkapkan bahwa
siklus kehidupan manusia khususnya pada tingkatan masa
kanak-kanak menuju masa yang dapat dikatakan dewasa itu
diantaranya sudah melewati masa kanak-kanak dan masa
remaja. Adapun masa kanak-kanak dan remaja adalah terdiri
dari masa kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir, lalu
remaja awal, madya dan remaja akhir.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang anak
yatim diantaranya, menurut Peter Salim dan Yeni Salim dalam
kamus Bahasa Indonesia kontemporer mengatakan bahwa
“tidak beribu atau tidak berbapak, atau tidak mempunyai ibu
29
Syeikh Salim bin Al Hadromi dan Abdullah, Safinatun Naja
Fi Ushuluddin Wal Fiqhil, (Jakarta: PT Sa’diah Putra), h. 3.
42
dan bapak, tetapi sebagian menyebutkan sebutan untuk anak
yatim ialah untuk anak yang bapaknya meninggal.”30
Menurut Hasan Shadaly di dalam Ensiklopedia
Indonesia. Beliau menegaskan bahwa “yatim adalah anak yang
belum dewasa dan tidak berbapak lagi.”31
Dapat disimpulkan
arti yatim dari beberapa penjelasan dan pendapat dari beberapa
ahli bahwasannya yatim itu adalah individu yang tidak
mempunyai seorang ayah yang telah tiada atau meninggal
dalam keadaan belum menginjak usia baligh. Dalam Islam
baligh ialah usia seorang yang beranjak dari tahapan anak-
anak kepada masa usia dewasa.
G. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim
Keutamaan yang bisa didapat dengan menyantuni anak
Yatim adalah memperoleh kedekatan dengan Rasulullah SAW
di surga sedekat antara jari telunjuk dengan jari tengah.
Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan orang yang
menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”
kemudian beliau Shallallahu’alaihi wa sallam mengisyaratkan
jari telunjuk dan jari tengah beliau Shallallahu’alaihi wa
sallam, serta agak merenggangkan keduanya” (HR. Bukhari,
Shahih Buhkari, Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy: 5304).
30
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia
Kontenporer, (Jakarta: Modern English, 1991), h. 1727. 31
Hasan Shadaly, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ihktisar
Baru Van Hoeve, 1984). Jilid ke-7, h. 3977.
43
Dalam Islam, “perintah untuk bersikap dermawan
dengan melakukan kebijakan dalam bidang ekonomi kepada
orang yang membutuhkan didasarkan pada pemikiran bahwa
tindakan itu untuk memenuhi hak orang lain, dan bukan hanya
sebagai kedermawanan terhadap pengemis.”32
“Pandangan Islam mengenai kemiskinan merupakan
refleksi dan konsekuensi dari sistem kepercayaan ajaran Islam
tentang Tauhid, yang memutlakkan Allah sebagai pemilik dan
pencipta alam semesta. Kepemilikan harta oleh seseorang
hanya bersifat relatif dengan aturan yang dikehendaki-Nya.”33
“Masyarakat Islam adalah masyarakat yang membela
kaum yang lemah, fakir dan msikin. Islam menyerukan kepada
pemeluknya untuk membela kepentingan kaum dhuafa, kaum
yang lemah, kaum fuqara dan masakin, anak-anak yatim, dan
sebagainya.”
“Mengapa kamu tidak mau berjuang di jalan Allah dan
(membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita
maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami dari yang zalim penduduknya dan
berikanlah kami seorang pemimpin dari sisi Engkau, dan
berilah kami seorang penolong dari sisi Engkau.” (An-Nisaa:
75).
32
Muhammad fazlur Rahman Anshari, Konsepsi Masyarakat
Islam Modern, (Bandung; Risalah, 1983), hal. 177-178. 33
Ahmad Sanusi, Agama di Tengah Kemiskinan, (ciputat: PT
Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet ke-1, hal. 76.
44
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah
bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dalam shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan
menolong dengan barang yang berguna.” (Al-Maa’muun: 1-
7).
Anak yatim adalah anak yang perlu dan patut
diperhatikan dan dikasihani serta disayangi terutama mereka
yang mempunyai keluarga kurang mampu. Sebab mereka yang
telah kehilangan kasih saying dan perhatian perhatian dari
seorang ayah yang telah tiada, sedangkan mereka benar-benar
membutuhkan bimbingan dan perhatian serta pengawasan
untuk kemajuan hidupnya dimasa yang akan datang.
Penyebab kemiskinan juga dapat disimpulkan dari
beberapa anjuran, peringatan dan larangan Allah dalam Al-
Quran dan sabda Rasulullah dalam kehidupan bermasyarakat.
Di antaranya adalah seperti disimpulkan Jalaluddin Rahmat,
bahwa “Allah menyebutkan penyebab kemiskinan adalah
karena kecenderungan untuk tidak memuliakan anak yatim,
tidak adanya usaha bersama untuk membela orang miskin,
kecenderungan untuk menggunakan sumber-sumber daya
45
secara rakus dan kecintaan yang berlebih-lebihan kepada harta
benda.”34
Allah memerintahkan umat islam tidak hanya untuk
memperhatikan mereka tetapi juga memelihara anak yatim,
agar merekapun masih bisa tetap merasakan kebahagiaan
layaknya anak yang masih mempunyai keluarga atau orang
tua.
Menurut As Sayyid Ahmad mengungkapkan dalam
kitabnya Tarjamatu Mukhtaril Ahadist bahwa Nabi SAW
pernah bersabda dari Annas Ra ia berkata: “orang yang paling
baik terhadap anak yatim laki atau perempuan, maka saya
dengan orang itu dikemudian hari di dalam surga seperti
begini (jari tengah dan telunjuk)”. (HR, Hakim dari Annas).35
Dalam agama Islam, ada suatu keharusan sesama umat
manusia untuk membantu anak yatim dan menyantuninya
sampai anak-anak yatim tumbuh dewasa dan mandiri lalu
dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Kondisi ini sangat berat jika menyantuni anak yatim,
akan tetapi lebih berat lagi jika tidak di santuni dan
mendiamkan atau menelantarkan mereka. Ada beberapa janji
Allah jika kita menyantuni anak yatim ialah surga-Nya.
34
Jalaluddin Rahmat, “Kunci Surga yang Terbuang”, Pengantar
dalam, Nabil Subhi ath-Thawil, Kemiskinan dan Keterbelakangan di
Negara-negara Muslim, (Bandung: Mizan, 1983), hal. 15. 35
As Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Tarjamatu Mukhtaril Ahadist,
Hikamil Muhammadiyah, (Bandung: Al-Ma’arif, 1996), Cet ke-6, h.
734.
46
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa anak
yatim adalah mereka yang kehilangan sosok tulang punggung
di keluarga yaitu ayah dan mereka anak yatim sangat
dimuliakan di Islam, serta bagi siapapun yang memelihara,
menjaga dan memuliakan para anak Yatim sudah disediakan
tempat baginya di Surga, karena banyak janji Allah SWT
tentang memuliakan anak Yatim.
47
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro
Rumah Yatim adalah Lembaga Sosial Nasional
sekaligus sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional, didirikan
di Bandung pada Bulan Mei 2007 dengan basis program
peningkatan kualitas dan kuantitas IPM Umat di bidang
pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi
produktif bagi para dhuafa. Sebagai lembaga yang berawal
dari kepedulian terhadap anak Yatim dhuafa di Indonesia,
Rumah Yatim juga memiliki fokus program dibidang
pengelolaan dan pemberdayaan anak Yatim dan dhuafa
melalui program boarding (asrama) dan pengembangan
potensi anak.
Berawal pada tahun 1997, ada seorang pria benama
Abdullah meninggal dunia, penyakit ginjalnya yang sudah
akut memisahkannya dari kehidupan di dunia dan
meninggalkan seorang istri dan empat buah hatinya yang
masih anak-anak. Keempat anak yang ditinggalinya M. Iqbal
(5 tahun), Aty Nuraini (3,5 tahun), M. Faruq Waliullah (2
tahun) dan Salma Hannifah (5 bulan) harus menerima
kenyataan menghadapi dan menjalani kehidupan tanpa kasih
sayang dan bimbingan sang ayah. Kondisi tersebut membuat
sekelompok orang yang ada disekitarnya prihatin.
48
Tak terbayangkan bagaimana sang ibu bernama Zainah
Hayati (36 tahun) harus berjuang untuk membesarkan dan
memberikan bekal terbaik untuk masa depan keempat buah
hatinya. Bekal yang ditinggalkan almarhum pun tidaklah
terlalu besar dan tentu akan sangat minim untuk membiayai
dan memenuhi segala kebutuhan mereka.
Kemudian ada sekelompok orang yang tergerak untuk
membantu memenuhi kenutuhan ibu Zainah dan anak-anaknya
yang sedang mengalami kondisi yang sangat sulit. Secara
bersama, sekelompok orang tersebut mengontrak sebuah
rumah sederhana untuk tempat tinggal ibu Zainah sekeluarga
dan mengupayakan anak-anaknya dapat bersekolah
sebagaimana layaknya.
Tanpa diduga, para tetangga yang tinggal di sekitar
rumah yang di kontrak oleh sekelompok tersebut menaruh
perhatian dan menunjukan rasa simpatinya atas apa yang
kelompok tersebut lakukan. Mereka dengan sukarela
memberikan sumbangsihnya kepada anak-anak yatim yang
kelompok tersebut asuh. Seiring waktu terus berjalan, para
dermawan di sekitar pun ikut berbagi dan peduli dengan nasib
anak-anak yatim itu.
Dengan kebutuhan anak-anak yatim yang semakin
meningkat dan terus bertambahnya permintaan dari anak-anak
yatim yang lain untuk diasuh dengan kelompok tersebut,
akhirnya mereka terinspirasi untuk membentuk Lembaga
formal yang bisa lebih baik lagi dalam upaya memberikan
49
asuhan bagi anak-anak yatim dan dhuafa. Kemudian di tahun
2006, lahirlah sebuah yayasan sosial bernama Rumah Yatim –
Arrohman Indonesia yang bertujuan menampung dan
mengasuh anak-anak yatim yang tinggal di daerah Bandung
dan sekitarnya.
Hingga saat ini, Rumah Yatim telah menjadi sebuah
institusi sosial yang legal dan professional yang mencoba
memberikan pelayanan dan pengasuhan terbaik untuk anak-
anak yatim dan dhuafa agar mereka tidak kehilangan kawalan
dalam meraih masa depan yang lebih cemerlang.1
Saat ini Rumah Yatim 47 kantor cabang dan 31
cabangnya adalah asrama tempat tinggal anak Yatim yang
berjumlah 335 orang. Rumah Yatim telah berada di 14
provinsi di Indonesia dengan jumlah total pengelolaan
program yang diperuntukan bagi 60.325 Yatim Dhuafa,
714.585 orang tidak mampu dan membantu serta membina
105 lembaga sosial dan Lembaga pendidikan pra
sejahtera.2
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendegar lagi Maha
Mengetahui.” (At-Taubah: 103).
1 Buku Profil Lembaga Rumah Yatim 2017.
2 Profil Lembaga Rumah Yatim. Artikel diambil dari http://rumah-
yatim.org/web/?/sejarah/
50
“aku dan pemelihara anak yatim disurga seperti ini
“(dan beliau memberi isyarat dengan telunjuk dan jari
tengahnya lalu beliau merenggangkannya).” (HR. Bukhori).
Rumah Yatim adalah lembaga Amil Zakat sekaligus
Lembaga sosial tingkat nasional yang berkhidmat secara
profesional dalam membantu meningkatkan kualitas IPM umat
dan menjadi Lembaga sosial terdepan dalam pengasuhan dan
pemberdayaan anak yatim dan dhuafa di Indonesia.
Sebgai organisasi sosial yang amanah, akuntable dan
professional, sejak berdiri tahun2007 sampai saat ini kami
senantiasa mengadakan audit keuangan setiap tahun yang
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) independent
dengan hasil Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Atas dukungan dan kepercayaan masyarakat Indonesia,
kini Rumah Yatim telah tersebar di 14 Provinsi dengan 40
kantor cabang dan asrama. Pertumbuhan organisasi terus
berkembang sejalan dengan meningkatnya jumlah muzaki atau
donatur dan mustahik atau penerima manfaat, sampai saat ini
Rumah Yatim telah mengelola dan membantu tidak kurang
dari 52.753 anak yatim dan dhuafa dan 30.257 orang mustahik
zakat lainnya.3
3 Brosur Rumah Yatim Ar-Rohman 2017.
51
B. Visi dan Misi Rumah Yatim Ar-Rohman
Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman diselenggarakan
dengan maksud menjadi organisasi yang mandiri dalam
pengelolaan dan pengasuhan anak-anak yatim dan dhuafa.
Selain itu, Pendidikan dan kesejahteraan anak-anak yatim dan
dhuafa dapa lebih intensif dan terpantau dari waktu ke waktu
sehingga yang dimiliki oleh setiap anak-anak dapat
teroptimalkan dan berdaya guna.
Lebih jauh dari itu yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman
melakukan berbagai cara agar potensi dan sumber daya anak-
anak yatim yang diasuh bisa berkembang lebih baik dan lebih
unggul, baik aspek Pendidikan, kesehatan, agama,
keterampilan dan aspek-aspek lainnya.4
1. Visi Rumah Yatim Ar-Rohman
Menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional yang mampu
mewujudkan peningkatan IPM (Indeks Pembangunan
Manusia) umat dan terunggul dalam penerimaan,
pengadministrasian dan penyaluran dana ZISWAHIB di
Indonesia.
2. Misi Rumah Yatim Ar-Rohman
a. Membantu menigkatkan kualitas Pendidikan umat.
b. Membantu meningkatkan kesehatan umat.
c. Membantu meningkatkan kualitas ekonomi umat.
4 Visi dan misi Rumah Yatim Ar-Rohman. Artikel diambil dari
http://rumah-yatim.org/web/?/visimisi/
52
d. Menjadi Lembaga Amil Zakat terunggul dalam
penerimaan, pengelolaan dan penyaluran dana
ZISWAHIB.5
C. Struktur Organisasi Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman
Pola kepengurusan Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman
bersifat terpusat dimana asrama yang ada di 13 kota di
Indonesia dipimpin oleh Kepala Asrama. Setiap Kepala
Asrama Area yang kemudian bertanggung jawab kepada
Dewan Pembina.
Berikut adalah struktur kepengurusan Yayasan Rumah
Yatim Ar-Rohman Indonesia di cabang Jabodetabek:
1. MANAGER: Tsani
2. HRD: Firman
3. FRONT OFFICE: Agus
4. KEUANGAN: Nursidiq
5. PEMBERDAYAAN: Muslih
6. STAFF PANDING: Dadan
7. OPEN TABLE: Dasep
8. KOORDINATOR ASRAMA: Mustofa6
D. Sarana dan Prasarana
Hingga tahun 2015 Yayasan rumah Yatim Ar-Rohman
Indonesia telah membuka 20 asrama putra dan putri di-13 kota
5 Brosur Rumah Yatim Ar-Rohman 2017.
6 Wawancara Pribadi dengan Salwa pada Rabu, 07-03-2018.
53
di Indonesia. Adapun kota-kota dimana asrama Rumah Yatim
Ar-Rohman berada meliputi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten,
Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung, Kalimantan
Selatan, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Nangroe Aceh
Darussalam, dan Nusa Tenggara Barat.
Sarana dan prasarana yang ada di asrama dapat
memenuhi kebutuhan dari anak-anak yatim dan dhuafa yang
tinggal disana. Saran dan prasarana yang ada di Yayasan
Rumah Yatim Ar-Rohman Indonesia meliputi:
1. Pakaian
Terdapat beberapa pakian yang formal yang
disediakan yayasan yang meliputi, baju sehari-hari,
seragam sekolah, seragam anak yatim, dan terkadang ada
juga yang diberikan oleh donator.
2. Tunjangan pendidikan
Di Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman cabang
Jabodetabek ini ada tunjangan pendidkan yaitu berupa
biaya sekolah penuh dari SD (Sekolah Dasar) hingga lulus
SMA (Sekolah Menengah Akhir).
3. Tunangan kesehatan
Ada pula tunjangan kesehatan yang dimana Yayasan
Rumah Yatim ini membiayai semua keperluan kesehatan
anak yatim dari segi P3K atau bahkan biaya ke Rumah
Sakit jikalau ada hal yang tidak diinginkan dari para anak-
54
anak yatim terjadi, seperti sakit yang mengharuskan berobat
bahkan dirawat dan juga ada kecelakan atau musibah yang
menimpa anak-anak.
4. Ruang tidur
Terdapat ruang tidur dan tempat tidur diantaranya
adalah tempat tidur bertingkat disetiap tempat tidur terdapat
sepasang bantal dan guling. Disetiap kamar juga terdapat
lemari pakaian untuk anak-anak.
5. Dapur
Terdapat ruang dapur yang terletak dibelakang. Dapur
terdiri dari cucian piring dan berbagai alat dapur serta
sebuah kulkas.
6. Kamar mandi
Terdapat kamar mandi yang di dalamnya terdapat
toilet, bak untuk mandi dan alat-alat mandi.
7. Ruang tamu dan ruang kumpul
Terdapat ruangan besar yang biasanya digunakan oleh
anak-anak untuk berkumpul dan belajar. Ruangan
digunakan sebagai ruang tamu. Ruangan ini cukup besar
didalamnya terdapat satu meja dan tiga sofa untuk
menerima tamu dan sebuah meja serta satu set computer
dan sebuah lemari file. Diruangan ini juga terdapat sebuah
papan tulis putih berukuran sedang untuk belajar Bersama.
55
8. Taman
Taman yang kosong yang terdapat didepan asrama
lumayan luas dan biasanya digunakan untuk tempat parkir
bagi staff, donator, tamu ataupun terkadang digunakan
anak-anak untuk bermain.7
E. Program-program Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman
Indonesia.
1. Program Kemanusiaan
a. Pemberian bantuan biaya hidup
b. Bantuan sembako
c. Bantuan peduli sesama
d. Bantuan perbaikan saran publik
e. Penanganan bencana
f. Bantuan masjid atau madrasah
g. Santunan Da’i
h. Sinergi Kemitraan
2. Program Kemandirian Yatim dan Dhuafa
a. Pendidikan yatim dan dhuafa
b. Kesehatan yatim dan dhuafa
c. Pengembangan potensi anak
d. Pemenuhan nutrisi atau gizi
e. Pemenuhan sandang
f. Operasional Asrama
7 Wawancara Pribadi dengan Ganes pada Rabu, 07-03-2018.
56
g. Program yatim Suriah
h. Pemenuhan sarana bermain dan rekreasi
3. Program Pendidikan
a. Beasiswa kuliah
b. Pendidikan formal
c. Beasiswa guru
d. Bimbel gratis
e. Rumah Qur’an
f. Beasiswa dhuafa
g. Sarana dan prasarana sekolah
h. Penyelenggaraan kegiatan sekolah
4. Program Ramadhan
a. Indahnya Ramadhan Bersama yatim
b. Buka dan sahur bersama yatim
c. Buka dan sahur bersama yatim suriah
d. Lebaran bersama yatim
e. THR Da’i
f. Mudik Mustahik8
8 Buku Profil Lembaga Rumah Yatim 2017
57
F. Kegiatan Rutinitas Yayasan
NO Waktu NAMA KEGIATAN
1 3:00 Sholat Tahajud
2 3:15 Sahur Puasa Sunah
3 4:15 Sholat Shubuh Berjamaah
4 4:30 Muroja.ah Al-Qur'an
5 Juz 30
6 Juz 1
7 5:00 Piket & MCK
8 6:15 Berangkat Sekolah
9 11:45 Sholat Dzuhur Berjamaah
10 12:00 Makan Siang & Istirahat
11 14:30 Asmaul Husna & Nama-Nama Surat
12 15:00 Sholat Ashar Berjamaah
13 15:30 Dzikir Petang
14 15:30 Piket & MCK
15 16:15 Tadarus Al Kahfi
16 16:30 Doa Buat Donatur & Buka Puasa
17 17:00 Sholat Maghrib Berjamaah
18 17:15 Makan Malam
19 17:30 Diniyah
20 18:30 Sholat Isya Berjamaah
21 18:15 Diniyah & Belajar Buat Sekolah
22 21:30 Baca Al Mulk Sebelum Tidur
58
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Pada bab ini penulis akan membahas tentang peran
pengasuh dalam pembinaan kemandirian anak yatim yang di
terapkan di Yayasan Anak Yatim Ar-Rohman Bintaro. Analisis
dilakukan dengan menggabungkan dan mengkaji antara temuan
hasil wawancara. Observasi dan dokumentasi dengan teori-teori
yang dijelaskan pada Bab II. Dari hasil penelitian, penulis
menemukan beberapa hal mengenai peran pengasuh dalam
pembinaan kemandirian anak yatim dan juga pola pembinaan
kemandirian itu sendiri di Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman
Bintaro.
A. Data Informan Penelitian
1. Pengasuh
Pengasuh mereka yang membina kemandirian anak
Yatim di Yayasan, mereka terdiri dari Abi dan Umi.
Pengasuh bertugas membina keseharian anak Yatim yang
memberikan binaan kemandirian anak.
Pengasuh disini adalah yang mengasuh keseharian anak-
anak yang bukan anaknya sendiri, mendidik karakter dan
ilmu agar bermanfaat bagi orang lain dan menjadi penerus
bangsa yang berilmu dan bekarakter mulia. Selain itu
pengasuh juga merupakan panutan bagi anak-anak yang
mereka asuh, menjadi tempat pengaduan anak, hingga
59
segala kejadian yang terjadi pada anak adalah tanggung
jawab mereka juga.
Berdasarkan hasil penelitian data yang dikumpulkan
penulis akan mendeskripsikan profil dari kedua pengasuh
yang menjadi peserta penelitian:
Nama Informan : Dedi Jimah
Usia : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bandung
Tempat wawancara : Di Yayasan Rumah yatim Bintaro
Dedi adalah seorang Yatim juga yang kebetulan
salah satu bagian dari Yayasan Yatim yang bertempat di
Bandung, selama pendidikannya Dedi bersekolah di SD,
SMP dan SMA saja di salah satu sekolah di
Bandung.setelah menyelesaikan pendidikannya Dedi
mengabdi di Yayasan Rumah Yatim tersebut yang tidak
lain tempat ia dibesarkan hingga menjadi salah satu ketua
asrama disana. Dedi yang sudah tidak memiliki saudara dan
orang tua kandung lagi selalu mendapatkan perhatian lebih
dari pihak Yayasan Rumah Yatim. Pada tahun 2013
didirikan cabang dari Yayasan Rumah Yatim di Bintaro.
Pada tahun 2015 Dedi mendapatkan tugas dan mandat dari
kepala Yayasan untuk menjadi kepala asrama di Bintaro.
Dengan bekal dari Yayasan selama ia hidup, Dedi biasa
60
membina anak asuhnya dengan baik dan bertugas di
Bintaro sampai saat ini.1
Nama Informan : Salwa
Usia : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Garut
Tempat wawancara : Di Yayasan Rumah yatim Bintaro
Salwa adalah salah satu staff di Yayasan Rumah
Yatim di Bandung, ia melamar kerja sebagai staff setelah
lulus dari SMA di Garut, Salwa bukan salah satu bagian
dari anggota di Rumah Yatim. Ia memiliki Pendidikan
normal dari SD, SMP dan SMA namun tidak melanjutkan
ke jenjang kuliah dikarenakan adanya permasalahan
ekonomi keluarga dan juga Salwa yang perhatian terhadap
lingkungan serta rajin dan memiliki prestasi yang cukup
bagus di sekolah, oleh karena itu ia diberi tawaran dari
Yayasan untuk menjadi staff.
Pada tahun 2015 ia ditempatkan di Yayasan Rumah
Yatim Bandung yang menjadi pusat dari semua cabang
Yayasan lalu pada tahun 2017 ia diberi tanggung jawab
untuk mengurus dan sekaligus menjadi Umi di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro. Hingga saat ini ia masih menjadi
pengasuh anak-anak Yatim di Yayasan. Dengan latar
1 Wawancara pribadi dengan Dedi Jimah (Pengasuh di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018.
61
belakang keluarga yang kurang mampu dalam segi ekonomi
Salwa mempunyai pengalaman dalam mengasuh anak.2
2. Staff
Staff di Yayasan Rumah Yatim Bintaro mereka yang
menjadi bagian dari struktur Yayasan yang bekerja di
kantor. Mereka yang menerima para tamu yang datang ke
Yayasan, segala birokrasi mengenai Yayasan Rumah Yatim
di Bintaro diproses melalui staff yang sudah dibagikan
tugas masing-masing.
Mereka menerima segala bantuan dari para donator
ataupun segala hal yang bersangkutan dengan Yayasan
Rumah Yatim, mereka yang mengolah segala pendanaan
dari sebuah anggaran yang didapat serta mereka yang
mendapat tanggung jawab untuk membuat laporan rutin
kepada kepala Yayasan Rumah Yatim Pusat di Bandung.
Nama Informan : Ajeng Laras Nurbaiti
Usia : 18 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cianjur
Tempat wawancara : Di Yayasan Rumah yatim Bintaro
Ajeng adalah anak dari sepasang orang tua yang
masih mampu dari segi perekonomian, sejak sekolah dari
2 Wawancara pribadi dengan Salwa (Pengasuh di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018.
62
mulai SMP dan SMA pun ia mengikuti berbagai organisasi
seperti Osis. Aktifnya ia di sekolah menjadi perhatian dari
pihak Yayasan Rumah Yatim di Bandung.
Sebelum Ajeng lulus dari SMA, ia sempat magang di
Rumah Yatim cabang Cianjur dan pada akhirnya ia
dipanggil kembali setelah ia lulus dari SMA. Ajeng
mempunyai potensi, ia cekatan dan bertanggung jawab
dengan pekerjaan yang ia dapatkan dari para ketua dan
pengurus Yayasan dan staff. Selama masa pendidikannya
Ajeng merasa puas dengan apa yang ia punya dan apa yang
ia raih selama ini.3
3. Anak Yatim
Yatim itu adalah individu yang tidak mempunyai
seorang ayah yang telah tiada atau meninggal dalam
keadaan belum menginjak usia baligh. Dalam Islam baligh
ialah usia seorang yang beranjak dari tahapan anak-anak
kepada masa usia dewasa. Anak yatim adalah anak yang
perlu dan patut diperhatikan dan dikasihani serta disayangi
terutama mereka yang mempunyai keluarga kurang mampu.
Sebab mereka yang telah kehilangan kasih saying dan
perhatian perhatian dari seorang ayah yang telah tiada,
sedangkan mereka benar-benar membutuhkan bimbingan
dan perhatian serta pengawasan untuk kemajuan hidupnya
dimasa yang akan datang.
3 Wawancara pribadi dengan Ajeng Laras N. (Staff di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018.
63
Di Yayasan Rumah Yatim, Anak Yatim sendiri
mereka adalah penerima manfaat dari Program Pembinaan
Kemandirian, mereka belajar mandiri dari keseharian yang
membentuk pribadi yang lebik baik, Islami dan dapat
bersaing dengan anak-anak lainnya serta menjadi anak yang
berguna bagi bangsa dan negara.
Lebih jauh dari itu yayasan Rumah Yatim Ar-
Rohman melakukan berbagai cara agar potensi dan sumber
daya anak-anak yatim yang diasuh bisa berkembang lebih
baik dan lebih unggul, baik aspek Pendidikan, kesehatan,
agama, keterampilan dan aspek-aspek lainnya.4
Nama Informan : Naila
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cianjur
Tempat wawancara : Di Yayasan Rumah yatim Bintaro
Naila anak yang masih duduk di bangku SMP ini
harus kehilangan seorang tulang punggung yaitu Ayahnya,
ia hidup penuh dengan keterbatasan dari segi ekonomi sejak
umur tujuh tahun. Ia merupakan anak semata wayang yang
tinggal di Cianjur bersama ibunya di sebuah rumah yang
sangat sederhana. Pada bulan selanjutnya setelah kepergian
ayahandanya ia mendapatkan perhatian khusus dari para
4 Visi dan misi Rumah Yatim Ar-Rohman. Artikel diambil dari
http://rumah-yatim.org/web/?/visimisi/
64
tetangganya dan pada akhirnya diberikan sebuah tawaran
untuk melanjutkan pendidikannya di Yayasan Rumah
Yatim di Bandung. Bermodalkan apa adanya sang ibu
mengantarnya ke Yayasan Rumah Yatim di Bandung. Lalu
pada tahun 2016 ia dipindahkan di cabang Bintaro yang
kebetulan asrama putri. Hingga saat ini Naila masih berada
di Yayasan Rumah Yatim di Bintaro.5
Nama Informan : Annisa
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bandung
Tempat wawancara : Di Yayasan Rumah yatim Bintaro
Berbeda dengan Naila, Annisa sudah ditinggalkan
oleh ayahandanya sejak lahir, Ibunya yang menjadi tulang
punggung keluarga tidak menyanggupi untuk menafkahi
seorang diri, Annisa mulai masuk di Yayasan Rumah Yatim
sejak tahun 2016 dan langsung ditempatkan di Bintaro
Bersama Naila yang kebetulan waktunya bersamaan.
Namun pendidikan Annisa sempat terputus selama satu
tahun lamanya dikarenakan perekonomian yang tidak
memadai, seorang ibu yang menafkahi tiga orang anak
sekaligus, alasan itulah mengapa Annisa yang menjadi anak
terkahir dimasukkan ke Yayasan Rumah Yatim ini. Dengan
5 Wawancara pribadi dengan Naila (Anak Yatim di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018.
65
berat hati sekali Annisa harus mengulang Pendidikan lagi
dan sekarang duduk di bangku SMP kelas tujuh.6
Nama Informan : Zahra Salsabila
Usia : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bandung
Tempat wawancara : Di Yayasan Rumah yatim Bintaro
Sejak kecil Zahra sudah kehilangan kedua orang
tuanya dan juga sudah diasuh dan dididik oleh Yayasan
sejak kecil. Masa pendidikannya diberikan oleh Yayasan
dari mulai formal sampai nonformal yang juga dibiayai
pihak Yayasan, lalu setelah didirikannya asrama dan kantor
Yayasan di Bintaro Zahra dipindahkan ke Bintaro dari
Bandung hingga saat ini.
Nama Informan : Wina
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bandung
Tempat wawancara : Di Yayasan Rumah yatim Bintaro
Wina anak yang anak sebatang kara dari pasangan
suami istri sekaligus menjadi korban broken home di rumah
tangganya. Sejak umur 5 tahun Wina ditinggalkan oleh
6 Wawancara pribadi dengan Annisa (Anak Yatim di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018.
66
kedua orang tuanya karena cerai dan akhirnya seorang
tetangganya menyerahkan Wina ke Yayasan Ar-Rohman
cabang Bandung melewati terapi karena trauma yang
mendalam bagi sang anak. Sebulan lamanya ia terapi dan
setelah itu Wina di tempatkan di asrama putri Bandung.
Pada awal masuk ke asrama Wina susah beradaptasi dengan
teman-temannya yang berada di asrama, namun lambat laun
ia bias beradaptasi. Pada tahun 2016 Wina dipindahkan ke
Bintaro Bersama teman-temannya hingga sekarang.
B. Peran Pengasuh dalam Pembinaan Kemandirian Anak
Yatim di Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro
Peran pengasuh dalam pembinaan kemandirian anak
yatim di Yayasan Rumah Yatim sangat penting guna
membantu unuk memaksimalkan perkembangan kepribadian
mereka. pengasuh walaupun bukan orang tua kandung anak-
anak yatim di Yayasan tetap akan menjadi panutan serta
contoh bagi para anak asuhnya, merekalah tempat bernaung
setiap anak-anak yang mereka asuh. Setiap pengasuh harus
memiliki pengetahuan yang menjadi kebutuhan anak-anak,
dari segi akademisi dan agama.
Berdasarkan hasil penelitian, pihak yayasan memberikan
aturan secara garis besar tentang program dan kegiatan yang
menunjang pembinaan kemandirian anak yatim secara terus-
menerus. Di dalam peran terdapat indikator yaitu aturan, orang
yang memahami aturan dan aksi atau tindakan untuk seorang
pengasuh agar dapat memenuhi syarat menjadi seorang
67
pengasuh yang benar. Aturan untuk pengasuh tidak terdapat di
Rumah Yatim yang artinya mereka dilihat dari segi
pengalaman, kontribusi dan latar nelakang yang mereka punya
di Rumah Yatim, pihak Yayasan memberikan kebebasan
untuk membimbing dan membina anak Yatim yang ada di
asrama melalui kreativitas pengasuh untuk menunjang
keseharian dan menjalankan program pembinaan kemandirian.
Sedangkan program itu sendiri dibekali, di fasilitasi dan
diawasi langsung pihak petinggi Yayasan. Aturan dibuat oleh
para petinggi dari pusat Yayasan yang berada di Bandung dan
wajib dipahami oleh semua pihak yang bersangkutan dengan
Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman. Salah satu pihak yang
wajib memahaminya adalah Pengasuh anak-anak.
Setiap pengasuh wajib melakukan apa yang diberikan
kepada mereka untuk memberikan pembinaan yang terbaik
kepada anak-anak dan semua anak yang berada di asrama
wajib mengikuti perintah yang diberikan pengasuh.
Metode yang diterapkan pengasuh dalam membina anak
Yatim yaitu menggunakan metode pengajaran dan
memberikan contoh yang baik yang terdapat di dalam program
pembinaan kemandirian dengan harapan dapat melakukan apa
yang dilakukan pengasuh. Selanjutnya kontrol yang dilakukan
oleh pengasuh ialah pengecekan berkala serta bimbingan
belajar yang sudah diajarkan dari sekolah.
Adapun bagi anak yang melanggar diberikan sebuah
hukuman dengan berbagai macam dari mulai hukuman ringan
dan berat, misal ketika seorang anak minum dengan kondisi
68
berdiri akan diberi hukuman ringan seperti membersihkan
halaman asrama dan ketika anak mengambil yang bukan
miliknya akan diberikan hukuman berat seperti meghaflakan
surat Al-Quran selain Juz Amma atau beberapa Hadits,
sebaliknya ada juga yang memiliki prestasi dan kelakuan baik
yang diberikan hadiah atau reward, misal seorang anak yang
berprestasi di sekolah yang mendapatkan nilai tinggi, dari
pihak Yayasan memberikan hadiah juga.7
“kami membiasakan anak dengan peraturan
yang berlaku dengan adanya hukuman dan
Reward atau hadiah, jikalau mereka melakukan
kesalahan, mereka akan menerima hukuman
yang sudah ada dan berlaku, dan sebaliknya
jika ada anak yang berprestasi di asrama
maupun di sekolah, kami juga menyiapkan
hadiah untuk mereka.”8
Pengasuh di Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman adalah
mereka yang dewasa bukan hanya dari sisi umurnya saja, akan
tetapi dewasa dari segi sifat dan akal fikirannya yang sukarela
untuk mengasuh anak yatim dan juga memiliki pengalaman
dalam mengasuh anak-anak, karena sifat dan sikap dari setiap
anak berbeda-beda.9
Para pengasuh membiasakan mereka dengan kegiatan
rutinitas atau formalitas yang sudah biasa diterapkan, mulai
dari pagi hari, anak-anak dibiasakan bangun dari pukul 03.30
7 Observasi pada tanggal 02 Maret 2018
8 Wawancara pribadi dengan Dedi Jimah (Pengasuh di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018. 9 Wawancara pribadi dengan Ajeng Laras N. (Staff di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018.
69
untuk solat Tahajjud dan Taddarus bersama hingga solat
subuh. Pada pukul 06.00 mereka piket dengan jadwal yang
tertera dan bergilir setiap harinya lalu mereka mandi dan pada
pukul 07.00 mereka berangkat kesekolah.
“anak-anak sudah dibiasakan dari awal masuk
ke asrama dengan bangun pagi pada jam
setengah 4 untuk melaksanakan solat Tahajjud
bersama dan dilanjutkan dengan Tadarrus
hingga Solat Subuh berjamaah. Lalu mereka
piket dan sarapan dengan jadwal piket yang
tertera dan mandi hingga jam 7 bersiap-siap
berangkat ke sekolah.”10
Selama berjalannya waktu sekolah mereka hanya fokus
dengan kegiatan di sekolah, pendidikannya dan ekskul di
sekolah. Ada beberapa anak yang duduk di bangku sekolah
SD dan SMP. Pada pukul 11.30 mereka yang SD pulang dan
pukul 14.00 SMP pulang ke Yayasan, mereka pulang dari
sekolah dijemput oleh para Abi nya yaitu Dedi.
“saya menjemput mereka menggunakan
kendaraan inventaris yang disiapkan dari
Yayasan untuk menunjang aktivitas anak-anak
sehari-hari. Yang SD pulang sekitar jam
setengah 12 dan yang SMP jam 2, saya
menjemput sendiri, karena Uminya (Salwa)
menyiapkan makan untuk anak-anak.”11
Sepulangnya mereka dari sekolah mereka solat Dzuhur
lalu bersih-bersihnya dan mereka istirahat hingga Solat Ashar.
Pada pukul 16.00 mereka piket lagi dengan jadwal yang sudah
10
Wawancara pribadi dengan Salwa (Pengasuh di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018. 11
Wawancara pribadi dengan Dedi Jimah (Pengasuh di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018.
70
di gilir, piket terbagi menjadi 3 tempat, di ruang tengah atau
Mushola, halaman depan dan kamar hingga menjelang
magrib. Setelah selesai mereka bersih-bersih mandi dan
bersiap untuk solat Magrib lalu dilanjutkan dengan hafalan
surat Al-Quran dan Hadits sampai menjelang solat Isya.
Sehabis solat Isya berjamaah mereka makan malam lalu
melanjutkan kegiatan yaitu Murroja’ah atau pengulangan
pelajaran yang disampaikan di sekolah dan mengerjakan
Pekerjaan Rumah bersama hingga pukul 21.30 dan setelahnya
istirahat.
“pulang dari sekolah anak-anak bersih-bersih
solat Dzuhur dan istirahat hingga solat Ashar.
Lalu mereka piket lagi dan seperti biasa dan
mandi hinggal menjelang solat Magrib. Setelah
solat Magrib mereka hafalan surat Al-Quran
dan Hadits hingga solat Isya. Setelah itu
mereka makan malam dan melanjutkan
kegiatan Murroja’ah dan mengerjakan PR
hingga jam setengah 10 lalu istirahat.”12
Program yang bersifat kegiatan nonformal yang
menunjang pembinaan kemandirian seperti puasa Sunnah
setiap Senin dan Kamis, kegiatan weekend yaitu seperti
pengisian materi dari pengajar Yayasan yang disediakan dari
pusat ataupun dari para donator dan waktunya kondisional.
Materi yang diberikan ada dari segi akademis seperti
matematika, IPA dan lain-lain. Ada juga pengisian softskill
seperti menjahit, menggambar, design dan lainnya yang
12
Wawancara pribadi dengan Dedi Jimah (Pengasuh di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018.
71
menjadi hobi anak-anak disana. Ada juga para donator yang
mengajarkan hal-hal yang Islami seperti ceramah dan kajian
Al-Quran.
“kegiatan yang bersifat nonformal untuk
program kami seperti puasa Sunnah senin dan
kamis, pemateri untuk mengisi kekosongan di
hari weekend dari bidang akademisi, Islami dan
Softskill. Para pemateri banyak dari Yayasan
yang sudah disiapkan dari pusat dan juga para
donator untuk menunjang perkembangan
kemandirian mereka.”13
Dengan sedemikian proses pada pembinaan
kemandirian mulai dari program unggulan mereka hingga ke
aktivitas sehari-hari baik itu formal maupun non formal
membuat diri anak-anak menjadi disiplin dan berakhlak baik
hingga pada akhirnya membantu dalam mendukung
perkembangan kemandirian mereka.14
Hal yang diungkapkan oleh salah satu anak Yatim yang
tinggal disana yaitu Anaisa, dari setiap program dan kegiatan
yang didapatkan Annisa di Yayasan, ia mengaku bahwa sudah
mendapatkan beberapa pengalaman dan pelajaran yang
berharga yang belum pernah ia dapatkan, baik itu di sekolah
atau lingkungan rumahnya. Awal Annisa masuk ke Yayasan
ini dengan keadaan yang belum terbiasa dengan sistem yang
tegas dan menekankan kedisiplinan, maka wajar Annisa tidak
betah. Akan tetapi seiring berjalannya waktu Annisa pun
13
Wawancara pribadi dengan Ajeng Laras N. (Staff di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018. 14
Wawancara pribadi dengan Dedi Jimah (Pengasuh di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018.
72
mulai memahami betapa pentingnya kedisiplinan dan
pengalaman serta pelajaran yang di terapkan oleh pihak
Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman. Dengan sedeikian pula
aturan-aturan lain yang dibuat oleh pengasuhnya yang harus
ditaati sangat berpengaruh pada sikap dan perilaku untuk
menunjang kemandiriannya walau terkadang ia merasa Lelah
dan terkadang ia harus disuruh terlebih dahulu baru bergerak.
Hal ini diungkapkan oleh Annisa:
“pertama masuk kesan saya memang sedikit
takut dan tidak betah. Tapi lama-lama saya
suka dan betah, tapi kadang kalau saya lagi
capek saya masih suka nunggu disuruh sama
Abi dan Umi.”15
Berdasarkan penjelasan yang diungkapkan oleh Annisa,
penulis menganalisa bahwa pembinaan kemandirian yang
ditanamkan oleh pengasuh terhadap anak-anak yatim adalah
dari aspek kemandirian perilaku dan kedisiplinan. Aspek ini
ditandai dengan kemampuan anak beradaptasi dengan
lingkungannya, mengambil keputusan dan siap menerima
konsekuensinya. Dapat di contohkan dari keseharian jikalau
anak buang sampah sembarangan, suatu keputusan yang salah
dan mereka harus siap menerima hukuman dari pengasuhnya,
akan tetapi seiring berjalannya waktu mereka mulai
beradaptasi dengan aturan-aturan di Yayasan dan tanpa
diingatkan mereka sudah terbiasa dengan membuang sampah
pada tempatnya.
15
Wawancara pribadi dengan Annisa (Anak Yatim di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018.
73
Dari penelitian yang dilakukan, pengasuh juga
memberikan contoh yang baik dan menjadi teladan buat anak-
anak agar mereka dapat menjadi orang yang baik dan menjadi
pribadi yang baik. Hal ini sangatlah penting dikarenakan
anak-anak tidak memiliki panutan lagi selain pengasuh, maka
dari itu memberikan contoh teladan yang baik adalah salah
satu hal yang sangat diperlukan dalam menunjang pembinaan
kemandirian. Menjadi teladan yang baik sebenarnya sudah
dijelaskan oleh Al-Ouran yang menggambarkan keteladanan
Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
أسوة حسنة لمه كان يرجوا لقد كان لكم في رسول ٱلل
كثيرا وٱليوم ٱلخر وذكر ٱلل ٱلل
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia menyebut Allah.” (Q.S Al-Ahzab: 21)
Dari situ dapat dikatakan jika pengasuh harus memiliki
akhlak yang baik yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama
Islam. Dan bukan hanya tentang agama saja, pengasuh juga
harus mengajarkan kehidupan sosial dan Pendidikan lainnya
agar seimbang dunia dan akhirat lalu kelak menjadi anak yang
berguna bagi negara dan agamanya.
“Abi sama Umi itu orang tua anak-anak disini,
jadi mereka harus siap mencontohkan yang
baik-baik. Diluar agama, mereka juga harus
siap dengan kebutuhan anak-anak yang beda-
74
beda karenanya tidak sembarangan aorang bias
menjadi orang tua asuh disini.”16
Dari wawancara itu penulis menemukan sesuatu bahwa
peran pengasuh terhadap perkembangan kemandirian anak-
anak dari sisi perilaku kedisiplinan dan emosi ditandai dengan
kemapuan mereka mengambil keputusan dengan
pertimbangan yang matang dan siap menerima konsekuensi
dan menjalankan atau melaksanakan keputusan mereka
masing-masing.
“Aku merasa lebih baik kak dari awal masuk
kesini sampai sekarang, karena Abi dan Umi
selalu mencontohkan hal-hal yang baik, walau
terkadang aku Lelah dan dimarahi tapi aku
suka. Dan akhirnya saya sudah mengerti untuk
apa semuanya walaupun terkadang aku kena
hukuman juga kak.”17
Dalam memahami perkembangan anak asuhnya,
pengasuh sangat ekstra dalam memahami karakter setiap anak
asuhnya dengan karakter anak yang berbeda-beda yang
ditinjau dari emosi dan sifat mereka. Semua dapat dipahami
oleh pengasuh dari Bahasa tubuh dan kebiasaannya setiap
hari. Sesuai dengan visi misi dari Yayasan yang tertera di bab
III pembinaan kemandirian bertujuan untuk meningkatkan
kualitas Pendidikan, kesehatan jasmani dan rohani, serta
perekonomiannya. Pendidikan yang akademisi dan kecerdasan
16
Wawancara pribadi dengan Ajeng Laras N. (Staff di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018. 17
Wawancara pribadi dengan Naila (Anak Yatim di Yayasan
Rumah Yatim Bintaro), Bintaro 18 Juni 2018.
75
spriritual yang Islami didapatkan dari sekolah dan Pendidikan
nonformal, kesehatan dengan kedisiplinan sehari-hari dan
perekonomian mereka dengan menggali potensi lewat
softskill.
Berikut adalah temuan penelitian mengenai kemandirian
yang berkembang pada anak-anak Yatim di Yayasan Rumah
Yatim Ar-Rohman Bintaro:
Dari aspek psikis, mereka sudah terbiasa dengan
contoh-contoh yang diberikan dari pengasuh dan semua yang
diberikan oleh Yayasan serta peraturan yang mengikat anak-
anak untuk menjadi lebih baik dan semuanya terdapat
beragam peraturan yang diuat dan juga beragam hukuman dan
hadiah buat mereka yang melanggar atau menaati peraturan.
Anak-anak juga diajarkan agar dapat menilai mana baik
dan mana buruk bagi dirinya. Aspek ini menjelaskan seberapa
besar perkembangan kedewasaan mereka karena banyak hal
yang akan mereka hadapi diluar nanti setelah mereka keluar
dari Yayasan dan juga pengaruh dari apa yang dicontohkan
dari pengasuh.
Dan terakhir anak-anak diajarkan untuk siap mengadapi
dunia luar dengan baik dan sudah tidak bergantung dengan
pengasuh, seperti halnya mereka mempunyai prestasi yang
baik dari segi pendidikannya dan memiliki softskill atau suatu
ketertarikan dengan hobi dan sudah mengembangkannya
dengan baik. Sisanya seperti apa yang sudah diajarkan
Yayasan seperti menyuci baju sendiri, memasak sendiri, dan
lain-lain.
76
Aspek sosial, aspek ini adalah merupakan hal yang tidak
kalah penting untuk kemandirian anak-anak karena aspek ini
berpengaruh dengan pergaulan mereka di dalam Yayasan dan
juga di dunia luar. Mereka sangat dituntun dan diajarkan
berprilaku yang baik dan benar sesuai aturan agama Islam
yang sudah di proses dan di olah oleh pihak Yayasan dan
Pengasuh. Sebagai contoh yaitu memberikan salam untuk
menyapa orang, salam dengan cium tangan kepada orang
yang lebih tua dan lain-lain.
Berdasarkan penelitan dan Analisa diatas dapat
disimpulkan bahwa peran pengasuh sangatlah penting di
Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro guna membina
kemandirian dari aspek kedisiplinan, perilaku dan emosi anak-
anak yatim disana. Pengasuh adalah teladan dan contoh bagi
anak yatim serta panutan untuk menggapai dan meraih masa
depan yang lebih baik lalu bersaing dengan anak-anak
lainnya.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan penelitian dengan tema Peran
Pengasuh dalam Pembinaan Kemandirian Anak Yatim di
Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro, Tangerang
Selatan, Banten. Berdasarkan pertanyaan pada rumusan
masalah diperoleh kesimpulan bahwa peran pengasuh dalam
pembinaan kemandirian anak yatim itu cukup berperan dengan
melihat perkembangan anak yang terlihat. Dengan tidak
adanya peraturan atau tata cara mengasuh di Rumah Yatim
yang artinya mengandalkan kreativitas dan inovasi yang
dimiliki dari seorang pengasuh.
Pengasuh di Rumah Yatim harus memiliki pengalaman
besar di Rumah Yatim serta kontribusi dan latar belakang yang
berkaitan dengan Rumah Yatim tersebut. Dapat dikatakan
mereka yang sudah tinggal lama dari mereka diasuh hingga
dewasa dapat menjadikan mereka sebagai pengasuh
dikarenakan memiliki kebiasan dan mengetahui pengetahuan
mendalam tentang Rumah Yatim Ar-Rohman.
Program pembinaan kemandirian dilaksanakan dengan
landasan aturan yang tertera di Asrama, tidak lepas dari itu
para pengasuh juga memiliki tanggung jawab dengan aturan
sendiri dan aturan terhadap program pembinaan kemandirian
anak-anak di Asrama. Sebelum melaksanakan program yang
78
ada, pengasuh harus bertindak sesuai aturan yang berlaku
untuknya dan peneliti mengamati tindakan pengasuh sebagai
sosok pengasuh yang cukup ideal menurut aturan yang
terdapat pada aturan.
Selanjutnya hasil dari penelitian ini mengungkapkan
bahwa mereka mulai menunjukan perkembangan kemandirian
mereka dari aspek psikis dan sosial. Mereka sudah terbiasa
dengan kegiatan rutinitas yang padat, disisi lain anak-anak
dapat menilai hal yang baik dan buruk bagi mereka dan siap
menerima konsekuensinya ketika melaksanakan dan
menjalankan pilihan mereka, serta secara tidak sadar mereka
sudah dapat melakukan banyak hal tanpa bantuan orang lain
atau terkadang tanpa bergantung dengan pengasuh, walaupun
tidak terlihat jelas karena masih membutuhkan proses dan juga
mendapatkan contoh dari pengasuh untuk sehari-hari di
asrama dan di luar asrama juga menunjang kemandirian
mereka dalam bersosial.
Anak-anak mendapat kontrol yang intens dengan
pengasuh selama 24 jam dan juga menadapat bimbingan setiap
waktu dari verbal maupun nonverbal serta bagi anak yang
memiliki pilihan tindakan yang baik mereka akan diberikan
sebuah hadiah atau sebuah reward dan bagi mereka yang
melanggar apa yang diarah dari pengasuh akan mendapatkan
sebuah hukuman yang membuat jera mereka akan tetapi
bermanfaat.
79
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah peneliti dapat,
peneliti memiliki beberapa saran yang akan disampaikan
kepada pembaca dan pihak Yayasan Rumah Yatim Ar-
Rohman Bintaro, antara lain:
1. Untuk para pengasuh di Yayasan Rumah Yatim Bintaro
disarankan agar lebih mengembangkan aspek-aspek
kemandirian agar anak-anak dapat memaksimalkan segala
perkembangan dan pembinaan yang diterima mereka serta
lebih memperhatikan anak-anak dari sisi kebutuhan dan
keakraban anak asuh.
2. Tambahkan sumber daya manusia yang lebih memahami
baik itu pelajaran di sekolah, tentang agama dan juga dari
softskill atau hal-hal kesukaan (hobi) untuk menjadi
pemateri demi menunjang masa depan anak-anak.
3. Kepada anak-anak asuh di Yayasan untuk lebih giat lagi
belajar baik itu di sekolah maupun di asrama, karena ilmu
itu tidak memandang tempat dan juga hilangkan rasa malas
untuk menjalani program atau kegiatan yang ada.
4. Kepada pihak asrama dan staff yang ada di Yayasan
disarankan agar membuat standar pembinaan kemandirian
yang lebih konsisten dan bersinergi dengan apa yang
dibutuhkan masing-masing anak di Yayasan.
80
DAFTAR PUSTAKA
Afiatin, Tina, “Presepsi Pria dan Wanita terhadap
Kemandirian,” Jurnal Psikologi thn XX no.1 (1993),
Yogyakarta: Fakultas PSikologi UGM.
Agustiningsih, Ririen. Pembinaan Moral Anak di Panti Pamardi
Putra Mandiri. Semarang: Universitas Negri Semarang,
2005.
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Al-Hasyimi As Sayyid, Ahmad, Tarjamatu Mukhtaril Ahadist,
Hikamil Muhammadiyah, Bandung: Al-Ma’arif, 1996.
Al-Hilali, Majdi, 38 Sifat Generasi Unggulan, Jakarta: Gemz
Insasi Press, 1999.
Asrori, Mohammad, Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV.
Wacana Prima, 2009.
Assamarqondi, Abullaits, H. Salim Bahreis, Tanbihul Ghofilin,
Jakarta: Sa’diyah Putra, 1984.
B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2006.
BP4, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, Jakarta: Prestasi
Pustaka, 1994.
Bungin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi
Jakarta: Kencana, 2013.
81
Daradjat, Dzakiah, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang,
1977.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Departemen Sosial R.I, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial,
Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial, 2010.
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010.
Gunawan Ary, H. Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia,
Jakarta: Bumi Askar, 1986.
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek,
Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk
Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Holstein, Herman, Murid Belajar Mandiri, Bandung: Remadja
karya, 1987.
Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, Jakarta:
Kanisius, 1989.
Masrun, Sikap Mandiri Anak Kost, Bandung: Tarsito, 1986.
Meleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2000.
Muhyidin, Muhammad, Bijak Mendidik Anak & Cerdas
Memahami Orang Tua, Jakarta: Lentera Basritama, 2003.
82
N. Grass, W. S. Masson and A. W. Mc. Eachern, Exploration
Role Analysis, dalam David Berry, Pokok-pokok Pikiran
dalam Sosiologi, Jakarta: 1995.
Nuryoto, S. Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap
Perkembangan, Jenis Kelamin, dan Peran Jenis Anima
Indonesia Psychological Journal no. 2), (Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada, 1993.
Pny. Danny I Yatim & Irwanto, Kepribadian Keluarga dan
Narkotika, Tinjauan Sosial Psikologis, Jakarta: Arcan,
1993.
Poerdaminta, W.J.S, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Bulan Bintang, 1978.
Rachmawati, Fitri, Peran pekerja Sosial dalam Penanganan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Panti
Asuhan Bina Insan Bangun Daya I Kedoya Jakarta Barat,
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Perpustakaan
Utama, 2012.
Rahman Anshari, Muhammad fazlur, Konsepsi Masyarakat Islam
Modern, Bandung; Risalah, 1983.
Rahmat, Jalaluddin, “Kunci Surga yang Terbuang”, Pengantar
dalam, Nabil Subhi ath-Thawil, Kemiskinan dan
Keterbelakangan di Negara-negara Muslim, Bandung:
Mizan, 1983.
Salim, Peter dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia
Kontenporer. Jakarta: Modern English, 1991.
Samsunu, Wijyanti Mar’at dan Lieke Indieningsih Kartono,
83
Prilaku Manusia Pengantar Singkat Psikologi, Bandung:
PT. Refika Aditama, 2006.
Sanusi, Ahmad, Agama di Tengah Kemiskinan, ciputat: PT Logos
Wacana Ilmu, 1999.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Shadaly, Hasan, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: Ihktisar Baru
Van Hoeve, 1984.
Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial,Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: CV.
Rajawali, 1982.
Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, Jakarta: PT. Dunia
Pustaka Jaya 1995.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: ALBETA,
cv, 2010.
Syeikh Salim bin Al Hadromi dan Abdullah, Safinatun Naja Fi
Ushuluddin Wal Fiqhil, Jakarta: PT Sa’diah Putra.
Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, Jakarta: Gunung
Mulia, 2004.
Yulianti P.D. Perbedaan Kemandirian Ditinjau dari Pola Asuh
Orang tua dan Jenis Kelamin pada Siswi Kelas 1 SMU
Negri 1 Ungaran Tahun Ajaran 2003/2004, UKSW: 2004.
PEDOMAN OBSESRVASI
Nama :
Tanggal :
Jam :
Wawancara ke :
Tempat :
Catatan Lapangan
1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran
pihak lain)
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek
3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara
(volume suara, intonasi, penekanan kata, gerak tubuh,
antusiasme, sikap interview, kontak mata, keterbukaan
subyek dll)
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara
5. Catatan khusus selama wawancara
HASIL OBSESRVASI
Nama : Dedi Jimah
Tanggal : 18 Juli 2018
Jam : 08:00 WIB
Wawancara ke : 1
Tempat : Mushola Yayasan Rumah Yatim Ar-
Rohman Bintaro
Catatan Lapangan
1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran
pihak lain)
Pagi hari bertepatan dengan jam istirahat Yayasan, dalam
keadaan cuaca yang terik dan adanya teman saya bernama
taufiq disebelah kiri saya guna membantu saya untuk
mendokumentasikan ketika saya wawancara. Pada saat itu
Bapak Dedi seang membuat laporan bulanan asrama.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek
Bapak Dedi Jimah memiliki tinggi badan sekitar 170 cm,
dengan wajah kelihatan cukup ceria dan rambut klimis
hitam mengkilap. Bapak Dedi berpakaian kemeja abu-abu
dan celana bahan hitam sambil duduk di mushola Yayasan
dan persis di hadapannya ada sebuah laptop.
3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara
(volume suara, intonasi, penekanan kata, gerak tubuh,
antusiasme, sikap interview, kontak mata, keterbukaan
subyek dll)
Pada saat wawancara berlangsung Bapak Dedi
menanggapi dan memberikan jawaban dengan jelas dan
ringkas. Suaranya yang tegas membuat saya tidak
kesulitan dalam wawancara. Pada saat itu Bapak Dedi
antusias akan tetapi tidak banyak gerak, tidak menunjukan
gerak tubuh, kontak mata sangat jelas dan sangat terbuka
selama berjalannya proses wawancara.
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara
Wawancara berlangsung dengan lancar karena anak-anak
sedang sekolah.
5. Catatan khusus selama wawancara
Fokus terhadap dengan apa yang diwawancarai terutama
bagian hal-hal yang penting karena data informasi yang
diberikan hanya pneliti yang tahu.
HASIL OBSESRVASI
Nama : Salwa
Tanggal : 18 Juli 2018
Jam : 09:30 WIB
Wawancara ke : 2
Tempat : Kantor Yayasan Rumah Yatim Ar-
Rohman Bintaro
Catatan Lapangan
1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran
pihak lain)
Ketika saya ingin wawancara Salwa berada dikantor
bersama seorang staff bernama Ajeng dan saya
mewawancarai Salwa bersama rekan saya Taufiq. Cuaca
saat itu sangat cerah, tenang dan pada saat wawancara
Salwa memaparkan penjelasan dengan rinci dengan suara
yang keras. Akan tetapi Salwa terburu-buru dikarenakan
sudah mendekati waktu pulang sekolah.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek
Salwa mengenakan baju gamis merah dan kerudung
merah, tinggi badan sekitar 163 Cm dan berkulit putih.
Pada saat itu Salwa sedang berbincang dengan Ajeng
yang duduk di sampingnya.
3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara
(volume suara, intonasi, penekanan kata, gerak tubuh,
antusiasme, sikap interview, kontak mata, keterbukaan
subyek dll)
Salwa memiliki nada suara yang tinggi dan lembut
sehingga memudahkan saya untuk melakukan wawancara,
gerak tubuh Salwa sangat aktif dan sangat antusias,
namun kontak mata dan keterbukaannya sangat minim.
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara
Kontak mata dan keterbukaannya yang minim dan waktu
yang singkat dikarenakan anak-anak akan pulang dari
sekolah.
5. Catatan khusus selama wawancara
Banyak hal penting yang di dapatkan dari Salwa, karena
anak-anak yatim di Yayasan mayoritas perempuan dan
salwapun lebih memahami keseharian anak-anak.
HASIL OBSESRVASI
Nama : Ajeng Laras Nurbaiti
Tanggal : 18 Juli 2018
Jam : 13.30 WIB
Wawancara ke : 3
Tempat : Kantor Yayasan Rumah Yatim Ar-
Rohman Bintaro
Catatan Lapangan
1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran
pihak lain)
Ketika wawancara sudah siang hari dan Ajeng berada di
ruamgan kantor Yayasan, cuaca cerah dan ada Salwa
disamping Ajeng, keadaan sudah ramai dengan anak-anak
serta ada rekan saya juga yaitu Taufiq
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek
Ajeng adalah staff di Yayasan, dia memiliki tinggi badan
sekitar 160 cm dan berkulit sawo matang. Pada saat
wawancara Ajeng mengenakan baju berwarna cokelat tua
dan rok hitam dengan kerudung cokelat muda.
3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara
(volume suara, intonasi, penekanan kata, gerak tubuh,
antusiasme, sikap interview, kontak mata, keterbukaan
subyek dll)
Ajeng termasuk orang yang pemalu akan tetapi aktif,
suaranya yang rendah ketika wawancara berlangsung
membuat saya melakukan pengulangan karena kurang
jelas apa yang diucapkannya, karena pemalu Ajeng tidak
begitu menunjukan gerak tubuh dan kontak mata yang
banyak. Antusias Ajeng termasuk tinggi karena dia
banyak menjelaskan apa yang ditanyakan.
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara
Informan terlalu pemalu, keadaan sudah ramai dan berisik
dikarenakan anak-anak sudah di Yayasan
5. Catatan khusus selama wawancara
Banyak hal yang dibicarakan Ajeng mengenai Yayasan
yang tidak banyak saya ketahui
HASIL OBSESRVASI
Nama : Naila
Tanggal : 18 Juli 2018
Jam : 17.00 WIB
Wawancara ke : 4
Tempat : Halaman depan Yayasan
Catatan Lapangan
1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran
pihak lain)
Pada saat itu cuaca mendukung untuk melakukan
wawancara akan tetapi sangat ramai karena tempat
wawancara di halaman Yayasan, ramai dari suara
kendaraan dan pada saat berlangsung terdapat rekan saya
Taufiq dan teman Naila yang bernama Annisa
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek
Naila yang masih duduk dibanku SMP dengan tinggi
badan 145 cm dan berkulit putih sedang duduk dilantai
halaman Yayasan bersama Annisa. Dia masih
mengenakan mukena karena baru selesai sholat ashar.
3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara
(volume suara, intonasi, penekanan kata, gerak tubuh,
antusiasme, sikap interview, kontak mata, keterbukaan
subyek dll)
Naila anak yang tegas, pada saat wawancara berlangsung
Naila memiliki suara yang tinggi dengan menggunakan
kata-kata seadanya yang dia ketahui, gerak tubuhnya
sangat aktif ketika di wawancarai serta antusias dia yang
tinggi lalu kontak mata dan keterbukan subyek yang
bagus untuk ukuran anak-anak
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara
Karena ada temannya, terkadang Naila bercanda dan jadi
kehilangan fokus terhadap wawancara akan tetapi Naila
sangat memahami wawancara dan suara yang berisik dari
suara kendaraan yang melewati Yayasan
5. Catatan khusus selama wawancara
Karena Naila termasuk penerima manfaat, jadi banyak
catatan tentang penelitian yang saya buat dikarenakan dia
salah satu perwakilan yang mewakili anak-anak disana.
HASIL OBSESRVASI
Nama : Annisa
Tanggal : 18 Juli 2018
Jam : 17.00 WIB
Wawancara ke : 5
Tempat : Halaman depan Yayasan
Catatan Lapangan
1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran
pihak lain)
Sama dengan keadaan saat mewawancarai Naila, cuaca
mendukung untuk melakukan wawancara akan tetapi
sangat ramai karena tempat wawancara di halaman
Yayasan, ramai dari suara kendaraan dan pada saat
berlangsung terdapat rekan saya Taufiq dan teman Annisa
yang bernama Naila
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek
Annisa duduk dibangku SMP sama dengan Naila namun
Annisa lebih muda setahun dari pada Naila, memiliki
tubuh yang gemuk, berkulit putih, dan memiliki tinggi
badan 145 cm. Pada saat Annisa di halaman dia
mengenakan baju kaos lengan panjang dan celana training
3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara
(volume suara, intonasi, penekanan kata, gerak tubuh,
antusiasme, sikap interview, kontak mata, keterbukaan
subyek dll)
Berbeda dengan Naila, Annisa lebih ke pemalu dan sering
bercanda, namun ketika wawancara berlangsung Annisa
menanggapi pertanyaan yang saya tanyakan dengan jelas
walaupun terkadang bercacnda, antusiasnya tergantung
Naila, suaranya yang samar-samar membuat saya
kesulitan merekamnya serta kontak mata dan keterbukaan
yang minim
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara
Annisa pemalu, sering bercanda ketika wawancara
berlangsung dan suara yang samar-samar serta suara
kendaraan yang berisik
5. Catatan khusus selama wawancara
Sama seperti Naila, apa yang dijelaskan Annisa adalah hal
baru dan penting juga yang harus dicatat oleh saya
dikarenakan penelitian ini sangat membutuhkan informasi
dari penerima manfaat walaupun terkadang dia bercanda.
HASIL OBSERVASI
Nama : Zahra Salsabila
Tanggal : 23 Desember 2018
Jam : 13.00 WIB
Wawancara ke : 6
Tempat : Aula Yayasan
Catatan Lapangan
1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran
pihak lain)
Cuaca pada saat wawancara sedikit mendiung dan gerimis
kecil, karena di dalam ruangan jadi tidak terdengar suara
berisik dan hanya ada peneliti, Zahra dan Wina selaku
informan.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek
Baru duduk di bangku SMP Zahra anak yang tergolong
tinggi dari pada teman-temannya, berkulit sawo matang
dan mengenakan kaos lengan Panjang, bergo dan
mengenakan training hitam.
3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara
(volume suara, intonasi, penekanan kata, gerak tubuh,
antusiasme, sikap interview, kontak mata, keterbukaan
subyek dll)
Suara dari Zahra sangat keras dan cempreng akan tetapi
mempunyai logat sunda halus, Zahra tidak banyak
bertingkah pada saat wawancara, sering melakukan
kontak mata dengan peneliti akan tetapi kurang
keterbukaan.
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara
Selama wawancara tidak ada gangguan sama sekali dan
berjalan sesuai apa yang diinginkan.
5. Catatan khusus selama wawancara
Karena kurang terbuka, Zahra tidak memberikan sama
sekali kata kunci atau sesuatu yang baru dari pada
informan yang sebelumnya.
HASIL OBSERVASI
Nama : Wina
Tanggal : 23 Desember 2018
Jam : 13.30 WIB
Wawancara ke : 7
Tempat : Aula Yayasan
Catatan Lapangan
1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran
pihak lain)
Kondisi saat wawancara sama dengan Zahra, yang
membedakan saat mewawancarai Wina, peneliti hanya
berdua dengan informan karena Zahra pergi untuk
melanjutkan kegiatan yang berlangsung di Yayasan.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek
Wina mempunyai kulit yang putih dan tinggi yang standar
dengan teman-temannya, pada saat wawancara Wina
menggunakan mukena dikarenakan baru saja hafalan
Hadits dengan Abi.
3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara
(volume suara, intonasi, penekanan kata, gerak tubuh,
antusiasme, sikap interview, kontak mata, keterbukaan
subyek dll)
Tidak banyak yang dikatakan oleh Wina mengingat dia
anak yang tertutup dan kurang antusias, jarang melakukan
kontak mata dengan peneliti.
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara
Kurang komunikatif selama wawancara berlangsung
5. Catatan khusus selama wawancara
Terdapat catatan khusus dari apa yang disampaikan Wina
yaitu, Abi dan Umi sering memberikan perhatian kepada
anak yang lebih pintar atau dengan kata lain pilih kasih.
PEDOMAN WAWANCARA
Peran Pengasuh dalam Pembinaan Kemandirian Anak Yatim
di Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro
A. Wawancara (anak yatim)
1. Sejak kapan kamu berada di Yayasan Rumah Yatim?
2. Apakah kamu merasa nyaman tinggal di Rumah Yatim?
3. Apa saja aktivitas kamu selama berada di Rumah Yatim?
4. Bagaimana menurut kamu tentang kegiatan sehari-hari
dilakukan di asrama bersama orang tua asuh?
5. Dari semua aktivitas yang ada, apakah kamu merasa itu
semua menumbuhkan kemandirian kamu?
6. Apa saja perkembangan yang kamu rasakan selama berada
di Rumah Yatim?
7. Seberapa besar peran pengasuh dalam pembinaan
kemandirian kamu sampai saat ini?
8. Bagaimana menurut kamu tentang program pembinaan
kemandirian di Rumah Yatim?
B. Wawancara (staff)
1. Bagaimana pembinaan kemandirian yang menjadi salah
satu program unggulan yayasan?
2. Apa saja yang dikembangkan dari program pembinaan
kemandirian terhadap anak?
3. Siapa saja yang berhak untuk menjadi pengasuh?
4. Bagaimana hubungan pengasuh dengan anak-anak?
C. Wawancara (Pengasuh)
1. Apa saja peran anda dalam program pembinaan
kemandirian anak?
2. Apa saja upaya anda dalam memahami perkembangan
anak?
3. Aktivitas apa saja yang anda berikan untuk membentuk
kemandirian anak?
4. Dalam melaksanakan kegiatan, jika anak melanggar aturan
apa hukuman yang diberikan pengasuh?
5. Dari semua program yang dijalankan di Rumah Yatim, apa
saja faktor penghambat dan pendukung yang anda rasakan
selama mengasuh anak?
6. Dari semua faktor-faktor yang ada apakah berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan pembinaan kemandirian
terhadap anak?
7. Sampai saat ini, apa ada hasil yang terlihat dari anak-anak
setelah menerima program pembinaan kemandirian?
HASIL WAWANCARA
A. Pengasuh
Nama Informan : Dedi Jimah
Usia : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bandung
1. Apa saja peran anda dalam program pembinaan
kemandirian anak?
Kami para pengasuh sangat berperan penting dalam
program ini, terlebih anak-anak yang mukim tidak punya
orang tua kandung lagi, jadi ya, mau gamau saya harus siap
menjadi sosok orang tua buat mereka. Nah program
unggulan kami tentang pembinaan kemandirian itu banyak,
dari keseharian mereka di asrama sampai kegiatan mereka
sekolah kita harus mendampingi mereka.
2. Apa saja upaya anda dalam memahami perkembangan
anak?
Kalau perkembangan kami melihat ke semua peraturan-
peraturan yang kami buat, anak-anak sudah bisa untuk biasa
dalam menjalankan semua peraturan atau tidak, banyak sih
yang sudah memahami dan beradaptasi dengan perarturan,
tapi terkadang mereka juga masih suka lupa dan
melanggarnya.
3. Aktivitas apa saja yang anda berikan untuk membentuk
kemandirian anak?
Kami memberikan kegiatan sehari-hari yang konsisten,
mulai dari bangun pagi, tahajud sampai mereka tidur
malam. Kebiasaan yang kami kasih juga secara bertahap
karena pribadi anak-anak tuh kan beda-beda, ada yang
bandel juga ada juga yang nurut, tapi mereka mulai terbiasa
dan akhirnya sudah mulai beradaptasi lagi dengan kegiatan-
kegiatan disini mas.
4. Dalam melaksanakan kegiatan, jika anak melanggar aturan
apa hukuman yang diberikan pengasuh?
Hukuman pasti ada, kami menyebutnya punishmen contoh
kecil kaya misalkan dia minum berdiri dan berbicara kasar
kami menghukumnya dengan skotjam ringan karena
perempuan dan jika pelanggaran berat seperti mengambil
yang bukan miliknya kita hukum dengan menghafal surat
dan hadits lalu minta maaf ke pemiliknya.
5. Dari semua program yang dijalankan di Rumah Yatim, apa
saja faktor penghambat dan pendukung yang anda rasakan
selama mengasuh anak?
Pasti yang kita butuhkan akomodasi mas. Karena disini
kurang akomodasinya dan untuk tenaga kerja disini minim
mas soalnya banyak kebutuhan yang kurang terpenuhi, tapi
kita sering sharing dengan cabang-cabang ditempat lain
juga kok.
6. Dari semua faktor-faktor yang ada apakah berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan pembinaan kemandirian
terhadap anak?
Berpengaruh banget mas, karena jadi penghambat
perkembangan mereka. ada beberapa kebutuhan yang
terlambat datang karena anak-anak disini masih harus diberi
perhatian lebih mas. Tapi staff disini juga membantu kami
dan selalu berkoordinasi dengan yang ada di cabang lain.
7. Sampai saat ini, apa ada hasil yang terlihat dari anak-anak
setelah menerima program pembinaan kemandirian?
Alhamdulillah mas, semejak dari adanya cabang disini
sampai sekarang itu sudah kisaran 7 tahunan lah mas, saya
pribadi sudah merasakan perubahan dari diri mereka. anak-
anak juga mulai mandiri sekarang sudah tidak terlalu manja
lagi sama kami, walaupun terkadang mereka
menyembunyikan masalah, nah disana kami harus
mengetahui apa yang mereka sembunyikan mas
Nama Informan : Salwa
Usia : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Garut
1. Apa saja peran anda dalam program pembinaan
kemandirian anak?
Kalau disini peran kami mencakupi semuanya mas, apalagi
untuk anak-anak yang mukim atau yang tinggal di asrama
karena rata-rata mereka umur sekolah SMP dan SD
ditambah mereka sudah tidak ada orang tua lagi mas. Gini
mas kalau dibilang peran kami itu lebih ke membina
mereka dari mereka bangun tidur hingga tidur lagi, jadi
aktivitas dan kegiatan-kegiatan mereka kita yang mantau.
Dan lagi mereka kan perempuan semua pasti saya yang
harus ekstra perhatian sama mereka karena kalau sama
abinya suka nutup-nutupin mas.
2. Apa saja upaya anda dalam memahami perkembangan
anak?
Kalau standar dari Yayasan sendiri si, bisa menjadi anak
yang berguna dan bermanfaat dan sesuai sama visi misi,
tapi kalau saya pribadi melihat perkembangan mereka dari
sikap mas, ya karena saya punya pengalaman dulu di
Rumah Yatim di pusat Bandung mas. Terus mereka juga
memiliki kebutuhan masing-masing yang berbeda mas gitu
aja si yang sudah saya lakukan selama disini.
3. Aktivitas apa saja yang anda berikan untuk membentuk
kemandirian anak?
Wah banyak mas, saya ga detail banget ya mas, dari bangun
tidur itu setengan 4 pagi dilanjutkan solat Tahajjud, selesai
solat kita menghafal Ayat Al-Quran atau Hadits hingga
masuk waktu solat Subuh lalu solat berjamaah. Abis solat
kita setoran hafalan deh yang tadi dihafalin, beres sekitar
jam setengah 6 kita ada jadwal piket mas, masing-masing
dibagi tanggung jawab di halaman, diasrama dan diaula itu
selalu bergilir sambilan saya masak dibantu dengan anak-
anak yang tidak kebagian jadwal piket. Selesai piket anak-
anak mandi dan siap-siap ke sekolah tapi mereka makan
dulu sebelum berangkat. Berangkat deh mereka ke sekolah
yang nganterin ke sekkolah abinya dan beberapa staff disini
tapi bolak-balik jadinya hehe. Jam 12 anak-anak yang SD
sudah pulang dan mereka bersih-bersih dulu setelah itu
solat Dzuhur sambilan saya masak bersama mereka. Jam 2
siang yang SMP pulang mas dan kita makan bersama-sama
sampi selesai dan istirahat. Jam setengah 4 sore kita bangun
untuk melaksanakan solat Ashar berjamaah dan dilanjut
lagi dengan piket seperti pagi hingga menjelang Magrib.
Abis itu solat berjamaah deh terus mereka Taddarus sampe
waktu solat Isya karena waktunya ga lama. Abis solat
berjamaah kita siap-siap untuk murroja’ah seperti
pengulangan pelajaran di sekolah dan juga mengerjakan PR
bersama dan makan malam lalu tidur kembali.
4. Dalam melaksanakan kegiatan, jika anak melanggar aturan
apa hukuman yang diberikan pengasuh?
Hukuman ya mas, saya yarang menghukum mereka si
karena kalau ada yang melanggar saya bawa ke abinya, tapi
yang sering saya lihat mereka terkadang menghafal Hadits,
kalau saya sendiri kadang saya suruh menulis Surat Al-
baqarah di buku tulis dan dikasih waktu 5 jam hehe.
5. Dari semua program yang dijalankan di Rumah Yatim, apa
saja faktor penghambat dan pendukung yang anda rasakan
selama mengasuh anak?
Nih mas saya suka kasian sama Abinya dan staff yang
nganter setiap pagi, kita kurang dikendaraan dan akomodasi
yang lainnya si, koordinasi dari pusat suka terlambat dan
juga sama tenaga kerja disini, kalau pendukungnya itu
banyak donatur yang datang dan sukarela untuk
mengajarkan anak-anak tentang beberapa mata pelajaran
atau bemberikan pelajaran seni atau yang lainnya yang
menjadi hobi anak-anak.
6. Dari semua faktor-faktor yang ada apakah berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan pembinaan kemandirian
terhadap anak?
Ya berpengaruh sekali apalagi kalau yang penting-penting
mas, kaya misalkan tenaga kerja, kami pengasuh juga
punya batasan untuk mereka apalagi kebutuhan mereka
banyak dan beda-beda.
7. Sampai saat ini, apa ada hasil yang terlihat dari anak-anak
setelah menerima program pembinaan kemandirian?
Saya merasakan ada perubahan yang cukup signifikan dari
mereka si, walaupun tidak semua tapi mereka berprosesnya
bagus mas, karena mereka suka melakuakn semua cekatan
tanpa disuruh dan kita tegur. Terus mereka udah mulai
mandiri, kaya masak kadang saya disuruh istirahat sama
mereka dan mereka yang masak.
B. Staff
Nama Informan : Ajeng Laras Nurbaiti
Usia : 18 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cianjur
1. Bagaimana pembinaan kemandirian yang menjadi salah
satu program unggulan yayasan?
Pembinaan disini kak kita sering melakukan kegiatan yang
membentuk mereka agar menjadi lebih mandiri, dan itu ada
aspek-aspeknya kak mungkin kakak sudah banyak baca di
buku profil kami, disitu yang kita tekankan untuk mereka
kak.
2. Apa saja yang dikembangkan dari program pembinaan
kemandirian terhadap anak?
Nah kak kaya yang ada di buku profil kak kaya dari sisi
Pendidikan, Kesehatan, Pengembangan potensi anak,
Pemenuhan sandang, Operasional Asrama, Pemenuhan
sarana bermain dan rekreasi
3. Siapa saja yang berhak untuk menjadi pengasuh?
Kita memilih dari cara pengasuhan mereka kak, ada yang
udah menikah ada yang belum juga. Ya semuanya
tergantung sama potensi mereka untuk menghadapi anak-
anak yang banyak dan lagi di Rumah Yatim tergantung
sama asramanya, kalua misalkan disini asrama puteri jadi
kegiatannya lebih memberatkan ke Uminya dan sebaliknya
kak.
4. Bagaimana hubungan pengasuh dengan anak-anak?
Cukup dekat dan emang harus dekat kak, harus harmonis
mau bagaimanapun apalagi mereka enggak punya orang tua
disini, makanya mereka kami seleksi untuk dari segi potensi
untuk mengasuh anak. Disini asrama puteri lebih diberatkan
ke Uminya tapi kalau kegiatan diluar asrama Abinya yang
paling ekstra, maka dari itu di setiap asrama baik itu putera
atau puteri pasti harus ada kedua orang tua mereka.
C. Anak Yatim
Nama : Naila
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cianjur
1. Sejak kapan kamu berada di Yayasan Rumah Yatim?
Aku disini dari tahun 2016 kak kalau di Tangerang, tapi di
Bandung sudah lama kak dari kecil.
2. Apakah kamu merasa nyaman tinggal di Rumah Yatim?
Nyaman di Tangerang kak, Cuma awal kesini bener-bener
suka nangis kak hehe. Karena kangen sama Ibu di rumah
dan aku dipindahin jauh dari rumah kak. Tapi sekarang
sudah betah kok kak.
3. Apa saja aktivitas kamu selama berada di Rumah Yatim?
Kegiatan yang aku suka tuh memasak sama Umi kak,
banyak si kegiatan-kegiatannya setiap hari, apalagi kalau
ada donatur ngajak kita pergi terus ada gamesnya sambal
sedikit bantu kita ngerjain PR.
4. Bagaimana menurut kamu tentang kegiatan sehari-hari
dilakukan di asrama bersama pengasuh?
Abi sering mondar mandir melulu kak, urusannya banyak
apalagi kalau udah bikin laporan bulanan, tapi Abi selalu
nganterin kita kalau mau kemana-mana kak, kalau Umi
selalu ada buat kita setiap hari, paling kalau lagi marah
karena ada yang ngelanggar Umi sama Abi jadi galak kak
hehe. Cuma pas di sekolah aja mereka ga ada.
5. Dari semua aktivitas yang ada, apakah kamu merasa itu
semua menumbuhkan kemandirian kamu?
Aku belum ngerasa yang kaya gitu kak. Tapi kata Umi kita
semua sudah mulai bisa mengandalkan diri sendiri dan aku
seneng kak apalagi semua yang jd aktivitas kita padet kak.
Yang aku rasa sekarang, aku bisa lakuin kebiasaan sehari-
hari tanpa disuruh tapi kadang masih suka cape dan pernah
sekali males gitu kak.
6. Apa saja perkembangan yang kamu rasakan selama berada
di Rumah Yatim?
Kata Abi si kita udah bisa melakukan semua sendiri tanpa
disuruh dan tau mana yang baik dan benar gitu kak,
walaupun masih belum cukup dewasa kata Abi, kalau aku
ngerasa lebih ke niatan untuk terus belajar aja kak.
7. Seberapa besar peran pengasuh dalam pembinaan
kemandirian kamu sampai saat ini?
Aku kurang paham kak, yang jelas yang aku rasa setiap aku
butuh mereka pasti ada walaupun kadang Abinya lagi pergi
adanya Umi aja di asrama, gitu kak
8. Bagaimana menurut kamu tentang program pembinaan
kemandirian di Rumah Yatim?
Aku Cuma mau bilang kegiatan disini padet dan bagus buat
aku apalagi kalau buat ngelakuin hobi-hobi aku, tapi
kadang kasihan sama Umi sama Abi aja karena setiap hari
ngurus kita yang banyak. Tapi aku liat-liat kayanya demi
menjalankan kegiatan-kegiatan ini mereka rela gitu, jadi
menurut aku penting banget deh kak.
Nama : Annisa
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bandung
1. Sejak kapan kamu berada di Yayasan Rumah Yatim?
Aku sama kaya Naila kesini mah, Cuma kalau di Bandung
aku dari umur 7 tahun kak.
2. Apakah kamu merasa nyaman tinggal di Rumah Yatim?
Betah banget kaka apalagi banyak temen disini jadi ga
berasa udah umur segini, di sekolah aja kadang ga suka
sama temen-temen disana.
3. Apa saja aktivitas kamu selama berada di Rumah Yatim?
Kalau aktivitas sama aja kak kaya Naila, tapi aku paling
suka masak kak makanya suka ikut Umi kalau masak di
dapur sambilan bantuin. Ada lagi kak sama kalau setiap
minggu kadang kumpul dari asrama lain itu kadang kita
menggambar atau yang lain sesuai sama hobi kita sih kak.
4. Bagaimana menurut kamu tentang kegiatan sehari-hari
dilakukan di asrama bersama pengasuh?
Kalau kegiatan sehari-hari bener-bener padet kak, tapi aku
nikmatin aja walaupun kadang diawal aku ga suka dan
males tapi klalau begitu suka dimarahin dan sekarang aku
udah terbiasa sama kegiatannya. Abi sama Umi kan
niatnya baik ke kita begitu hehe
5. Dari semua aktivitas yang ada, apakah kamu merasa itu
semua menumbuhkan kemandirian kamu?
Aku ngerasa lebih cekatan kak, kaya misalkan Umi mau
masak aku langsung ke dapur deh, terus piket juga dan
walaupun kita suka dikatain di sekolah sama temen-temen
tapi kita ga bales apa-apa kok soalnya banyak yang nangis
juga kalau dikatain kak, tau kok kalau itu ga baik apalagi
sampe di bales kak, terus tanpa dibantu aku udah bisa
lakuin semuanya sendiri sekarang kak.
6. Apa saja perkembangan yang kamu rasakan selama
berada di Rumah Yatim?
Lebih ngerasa mandiri aja si, dulu aku takutan kalau mau
ngapa-ngapain harus ditemenin Umi terus, sekarang
alhamdulillah bisa sendiri kecuali kalau emang bener-
bener ga bisa
7. Seberapa besar peran pengasuh dalam pembinaan
kemandirian kamu sampai saat ini?
Karena aku ngerasa mereka kaya orang tua aku ya besar
banget deh, walaupun sekarang kalau ada yang ngelanggar
satu orang jadi semua orang kena
8. Bagaimana menurut kamu tentang program pembinaan
kemandirian di Rumah Yatim?
Kalau liat Umi sama Abi tuh kita ngerasa penting banget
karena disini ada hal yang belum pernah aku temuin
dimana aja kak, teman-teman yang berbeda-beda dan
kegiatan yang padet ya walaupun padet tau kok kalau itu
baik buat kita, jadi walaupun males aku tetep ngerasa
penting semuanya yang dilakukan disini kak.
Nama : Zahra Salsabila
Usia : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bandung
1. Sejak kapan kamu berada di Yayasan Rumah Yatim?
Aku dari kecil kak karena emang ngga punya orang tua
2. Apakah kamu merasa nyaman tinggal di Rumah Yatim?
Betah kak, tapi kadang bosen si soalnya udah lama disinya
kak
3. Apa saja aktivitas kamu selama berada di Rumah Yatim?
Kalau aktivitas sama aja kak kaya yang lainnya tapi aku
paling suka ngejait kak, apalagi ada yang ngajarin aku dari
relawan yang suka dating buat ngajarin cara ngejait biar
bisa bagus, sama suka menggambar kak tapi ga ada yang
bisa ngajarin hehe
4. Bagaimana menurut kamu tentang kegiatan sehari-hari
dilakukan di asrama bersama pengasuh?
Kegiatan sehari-hari padet kak, ya tapi kan aku udah biasa
juga disini jadi udah ngerasa itu kebiasaan aja makanya
jadi biasa aja, kegiatannya juga kaya anak-anak biasa kok
kak
5. Dari semua aktivitas yang ada, apakah kamu merasa itu
semua menumbuhkan kemandirian kamu?
Sampe sekarang aku ngerasa kak, karena waktu masih di
Bandung aku suka nangis karena ga tahan di asrama, tapi
ngga lama kok lagian orang-orang di Yayasan baik-baik
kak.
6. Apa saja perkembangan yang kamu rasakan selama
berada di Rumah Yatim?
Lebih ngerasa mandiri aja si, dulu cengeng banget dan
kadang juga masih suka ikut sama Umi kemana-mana,
tapi aku jadi suka kemana-mana sendiri. Ditambah banyak
kegiatan yang bikin aku ngembangin ngejait.
7. Seberapa besar peran pengasuh dalam pembinaan
kemandirian kamu sampai saat ini?
Besar atau ngganya aku ga tau kak, soalnya aku liat ya
semua berjalan biasa aja.
8. Bagaimana menurut kamu tentang program pembinaan
kemandirian di Rumah Yatim?
Kalo program mah udah ngerasa biasa aja kak, Cuma kalo
hari Raya Islam suka ada momen untuk kumpul sama
yang lainnya.
Nama : Wina
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bandung
1. Sejak kapan kamu berada di Yayasan Rumah Yatim?
Dari umur SD kak
2. Apakah kamu merasa nyaman tinggal di Rumah Yatim?
Biasa aja, kadang ngerasa ga betah aja
3. Apa saja aktivitas kamu selama berada di Rumah Yatim?
Aktivitas sama aja kak kaya yang lainnya
4. Bagaimana menurut kamu tentang kegiatan sehari-hari
dilakukan di asrama bersama pengasuh?
Kegiatannya aku nikmatin aja walaupun penuh dengan
kegiatan sehari-hari.
5. Dari semua aktivitas yang ada, apakah kamu merasa itu
semua menumbuhkan kemandirian kamu?
Masih kurang ngerasa kak, soalnya kadang Umi pilih
kasih sama anak yang lebih pinter
6. Apa saja perkembangan yang kamu rasakan selama
berada di Rumah Yatim?
Belum ngerasain apa-apa kak karena aku suka ga betah
7. Seberapa besar peran pengasuh dalam pembinaan
kemandirian kamu sampai saat ini?
Kurang tau kak masalah itu.
8. Bagaimana menurut kamu tentang program pembinaan
kemandirian di Rumah Yatim?
Program mah udah ngerasa biasa aja kak, gitu-gitu aja.
KEPUTUSAN KETUA YAYASAN RUMAH YATIM
ARROHMAN INDONESIA
Nomor : …/SK/RY…./…/20…
TENTANG
TATATERTIB ASRAMA YAYASAN RUMAH YATIM
ARROHMAN INDONESIA
Bismillahirahmanirrohim
Dengan senantiasa berserah diri dan mengharap ridho Allah
SWT, Ketua Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia ;
MENIMBANG : a. Untuk mengefektifkan upaya
peningkatan disiplin bagi anak asuh
mukim, perlu dilakukan pembinaan
dan bimbingan kepada setiap anak
asuh mukim.
b. Untuk melakukan pembinaan dan
bimbingan bagi setiap anak asuh
mukim, perlu dibuat Tata Tertib
Asrama.
c. Tata Tertib Asrama sebagaimana
tersebut diatas perlu dituangkan
dalam surat keputusan Ketua
Yayasan Rumah Yatim Arrohman
Indonesia.
MENGINGAT : a. Undang-undang Nomor 16 tahun
2001 tentang Yayasan sebagaimana
diubah menjadi Undang-undang
Nomor 28 tahun 2004;
b. Undang-undang Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak;
c. Undang-undang Nomor 11 Tahun
2009 Tentang Kesejahteraan Sosial;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2005 Tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal
e. Peraturan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 129/HUK/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Sosial Daerah
Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota
f. Keputusan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 1980
Tentang Organisasi Sosial
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Tatatertib Asrama ini, yang dimaksud dengan :
1. Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia adalah organisasi
sosial yang berbentuk yayasan;
2. Direktorat Kemandirian Yatim Dhuafa adalah bagian dari
Yayasan Rumah Yatim Indonesia yang bergerak di bidang
social (PSAA) yang bertujuan untuk membantu anak – anak
yatim dan dhuafa dalam meraih masa depannya.
3. Area / Cabang adalah bagian dari struktur organisasi pada
yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia yang terdiri dari
Manajer Area / Kepala Cabang, para Kasie, Kepala Asrama
dan staf-staf lainnya;
4. Kepala Asrama adalah pegawai yayasan Rumah Yatim
Arrohman Indonesia yaitu mereka yang telah memenuhi
syarat yang telah ditentukan dalam peraturan dan ketentuan
yang berlaku untuk memimpin sebuah asrama;
5. Anak Asuh Mukim berarti Seluruh anak – anak yang tinggal di
asrama Rumah Yatim pada usia jenjang sekolah dan terdaftar
di Rumah Yatim dibuktikan dengan kartu identitas anak
asuh mukim yang masih berlaku;
6. Penghuni Asrama berarti orang yang tinggal di asrama yang
terdiri dari anak asuh dan pengurus asrama;
7. Hak adalah kewenangan yang dimiliki anak asuh mukim
dalam mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
8. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh anak
asuh mukim demi tercapainya tujuan sesuai dengan Visi dan
Misi Rumah Yatim;
9. Tata Tertib Asrama berarti aturan-aturan tentang hak dan
kewajiban, pelanggaran dan sanksi bagi anak asuh mukim
asrama Rumah Yatim;
10. Pelanggaran Tata Tertib adalah setiap ucapan, tulisan,
perbuatan, dan sikap (perilaku) anak asuh mukim yang
melanggar ketentuan tatatertib asrama;
11. Sangsi adalah hukuman yang diberikan kepada seorang anak
asuh karena melanggar tatatertib asrama;
12. Pihak yang berwenang adalah pihak yang menurut aturan
berlaku mempunyai hak menetapkan dan menjatuhkan sanksi
terhadap pelanggaran Kode Etik dan Tata Tertib ini.
PERATURAN UMUM
Pasal 2
1. Standar Pakaian adalah meliputi :
a. Baju seragam sekolah
i. Sepatu adalah sepatu standar berwarna hitam
ii. Jumlah pakaian sesuai ketentuan dari masing-masing
sekolah
b. Pakaian harian adalah pakaian yang telah ditentukan
jumlah stelan dengan ketentuan;
Laki – laki:
i. Pakaian acara 2 setel (batik khas RY dan Koko warna
putih bawahan hitam)
ii. Pakaian tidur 1 setel
iii. Pakaian santai 3 setel (kaos yang sopan, kemeja,
training)
iv. Pakaian untuk bepergian 2 setel
v. Perlengkapan Ibadah 1 paket (sajadah, peci, sarung,
baju koko)
vi. Pakaian dalam minimal 12 buah (CD, kaos dalam)
dan kaos kaki 3 buah
vii. Sandal 2 pasang (1 untuk kegiatan acara dan 1 untuk
kegiatan harian)
Perempuan:
i. Pakaian acara 2 setel (batik khas RY dan gamis
warna disesuaikan per area dan cabang)
ii. Pakaian tidur 2 setel
iii. Pakaian santai 3 setel
iv. Pakaian untuk bepergian 2 setel
v. Perlengkapan Ibadah 1 paket (sajadah, mukena)
vi. Pakaian dalam minimal 12 buah (CD, kaos dalam),
training 3 buah, bra 6 buah dan kaos kaki 12 buah
vii. Sandal 2 pasang (1 untuk kegiatan acara dan 1 untuk
kegiatan harian)
viii. Jilbab adalah jilbab standar petak dan atau jeblosan
lebar dengan tidak beraksesoris yang berlebihan.
2. Standar waktu meliputi:
a. Jam Tidur : 22;00 WIB
b. Jam Bangun : 03;00 WIB
c. Jam Makan
i. Sarapan Pagi : 06.00 – 07.30 WIB
ii. Makan Siang : 13.00 – 14. 00 WIB
iii. Makan Sore : 16.00 – 16.30 WIB
d. Jam Kegiatan
i. Tadarus : 04.00 –
04.15 & 18.15 – 18.30 WIB
ii. Sholat berjamaah : Magrib, Isya’ dan
Subuh
iii. Tahfidz dan Muroja’ah : 18.30 –
19.00 WIB
iv. Belajar : 19.30 – 22.00 WIB
v. Piket : 16.30 – 17.45 WIB
vi. Mencuci pakaian :
vii. MCK : 05.00 – 06.00 &
16.45 – 17.45 WIB
viii. Pembinaan dan motivasi : Sabtu dan Ahad,
jam 18.30 – 21.00 WIB
3. Standar kepulangan anak asuh mukim
a. Ketentuan dari Direktorat KYD (jadwal yang
sudah ditentukan)
b. Ketika Orang Tua meminta secara langsung ke
Kepala Asrama yang sifatnya sangat penting
(salah satu anggota keluarga meninggal,
pernikahan kakak, khitanan adik dan orang tua
sakit)
c. Lamanya ijin maksimal 3 hari.
4. Standar Libur anak asuh mukim
a. Ketentuan dari Direktorat KYD (jadwal yang
sudah ditentukan)
i. Libur semester selama 1 minggu sudah
termasuk perjalanan pulang dan pergi
ii. Libur Hari Raya Idul Fitri selama 2
minggu sudah termasuk perjalanan pulang
dan pergi
b. Ketentuan liburan di isi dengan kegiatan. (sesuai
dengan kepentingan program asrama).
BAB II
TUJUAN DAN FUNGSI
Pasal 3
1. Tujuan Tata Tertib ini adalah tercapainya suasana asrama
yang kondusif bagi terlaksananya kegiatan dan program
asrama.
2. Fungsi Tata Tertib adalah :
a. Menjadi peraturan atau petunjuk, mengenai hak,
kewajiban, pelanggaran, dan sanksi yang berlaku
bagi anak asuh mukim Rumah Yatim.
b. Membantu tegaknya peraturan dan ketertiban di
lingkungan asrama Rumah Yatim.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN ANAK ASUH MUKIM
Hak Umum
Pasal 4
Setiap anak asuh mukim Rumah Yatim berhak :
1. Memperoleh hak pendidikan di sekolah yang ditentukan,
pengajaran, bimbingan, dan pengarahan dari Kepala
Asrama dan staf pembantunya sesuai dengan bakat, minat,
potensi, dan kemampuan dalam rangka peningkatan
pemahaman diniyah, skill dan akademik.
2. Memperoleh pelayanan di bidang pangan, sandang,
papan, pendidikan, kesehatan dan rekreasi.
3. Memanfaatkan fasilitas Asrama dalam rangka
menjalankan kegiatan asrama sesuai ketentuan yang
berlaku.
4. Memperoleh penghargaan dari Yayasan Rumah Yatim
Arrohman Indonesia atas prestasi yang dicapai sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
Hak Penggunaan Barang Inventaris Yayasan Rumah Yatim
Arrohman Indonesia
Pasal 5
Setiap organisasi anak asuh di asrama dapat mengajukan
permohonan peminjaman inventaris milik Yayasan Rumah Yatim
Arrohman Indonesia dengan ketentuan yang berlaku :
1. Bahwa kegiatan yang dilakukan dalam penggunaan
inventaris Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia
mempunyai hubungan dengan peningkatan/ penunjang
kegiatan program asrama.
2. Organisasi anak asuh melalui Kepala Asrama wajib
mengajukan surat permohonan atau proposal kegiatan
yang disahkan oleh Kasie Asrama dan Manajer
Area/kepala cabang.
3. Permohonan penggunaan inventaris Yayasan Rumah
Yatim Arrohman Indonesia akan dipenuhi selama
dimungkinkan
KEWAJIBAN ANAK ASUH MUKIM
Kewajiban Umum
Pasal 6
Anak asuh Rumah Yatim Arrohman Indonesia berkewajiban :
1. Memenuhi syarat dan ketentuan sebagai anak asuh mukim
dengan melengkapi dokumen yang telah ditentukan,
termasuk no alat komunikasi keluarga.
- Formulir Pendaftaran
- Poto Copy Akte Kelahiran
- Poto CopyKTP
- Poto Copy KK
- Surat Kematian (bagi yatim)
- SKTM (bagi duafa)
- Surat Keterangan Sehat
- Poto Copy Raport Terakhir
- Past Photo 2X4 2 buah
- Surat Pindah sekolah
2. Menjunjung tinggi ajaran islam dan berakhlak mulia
3. Menjaga ketertiban, kesopanan, ketenangan, keamanan,
perasaan sesama anak asuh dan pengurus Asrama maupun
di lingkungan masyarakat sekitar
4. Menjaga dan memelihara nama baik Rumah Yatim
Arrohman Indonesia
5. Mentaati semua ketentuan penyelenggaraan kegiatan
program asrama
6. Saling menghormati sesama anak asuh dan bersikap sopan
terhadap Kepala Asrama, staf pembantu dan karyawan.
7. Menjaga kebersihan kamar, kamar mandi, dapur, dan
lingkungan sekitarnya baik secara perorangan maupun
bersama-sama secara gontong royong sesuai jadwal piket
yang telah ditentukan.
8. Tidak menerima tamu wanita / pria yang bukan
muhrimnya di dalam kamar. Apabila ada anggota
keluarga / teman yang akan bermalam harus memberi
tahukan pada Kepala Asrama dan ditembuskan ke Kepala
Cabang / Manajer Area, sehingga kecurigaan pada orang
yang tidak dikenal dapat diatasi demi keamanan bersama.
9. Mengikuti jam malam yaitu setelah pukul 22.00 WIB.
Penghuni Asrama bersama-sama menciptakan suasana
ketenangan (karena sudah masuk waktu istirahat / tidur).
10. Aktifitas dimulai dari pukul 03.00 WIB.
11. Melakukan penghematan penggunaan daya listrik untuk
menghindari tingginya pembayaran tagihan setiap bulan.
12. Melakukan penghematan penggunaan air, dengan tidak
membiarkan air kran mengalir tidak berguna
Kawajiban Khusus
Pasal 7
Anak Asuh Rumah Yatim Arrohman Indonesia berkewajiban :
1. Mengikuti proses kegiatan program asrama dengan
memperhatikan adab – adabnya.
2. Memupuk semangat belajar dan memupuk ketekunan agar
dapat menyelesaikan program asrama dengan baik
3. Berpakaian sopan, bersih, rapi, dan menutup aurat dalam
setiap kegiatan program asrama dan ketika berurusan
dengan Kepala Asrama, Staf pembantu, karyawan, dan
lain-lain di lingkungan Asrama.
4. Khusus bagi anak asuh putri diwajibkan berbusana
muslimat sesuai dengan syariat islam tidak ketat, dan
tidak transparan serta memakai kaos kaki.
BAB IV
TATATERTIB ASRAMA
Pasal 8
1. Seusai pelajaran di Sekolah, setiap anak asuh
mukim segera pulang ke Asrama.
2. Bagi anak asuh asrama yang sepulang sekolah ada acara dan
atau keperluan lain sehingga
tidak dapat pulang langsung ke asrama sesuai jam yang
ditentukan, diharuskan memberitahu kepada Kepala Asrama
atau pengurus yang ditunjuk.
3. Anak asuh mukim yang akan berlibur atau berekreasi di akhir
pekan atau pada saat hari libur
sekolah lainnya, diharuskan mengajukan form permohonan
ijin kepada Kepala Asrama.
4. Bagi Anak asuh mukim yang mendapatkan kunjungan
mendadak dari pihak keluarga untuk meminta anak tersebut
untuk menghadiri acara keluarga yang bersifat insidentil
maka diharuskan
meminta ijin dan memberitahukan alamat lengkap keluargany
a tersebut kepada penanggung jawab Asrama sesuai dengan
waktu yang telah di tentukan oleh manajement selama 3 hari
(2 x 24 jam)
5. Bagi Anak asuh
mukim tidak diijinkan menerima tamu di kamar, dengan anak
asuh mukim yang
bersangkutan. Asrama menyediakan ruang tamu untuk keperl
uan menerima tamu.
6. Setiap Penghuni asrama wajib menjaga citra dan nama baik
Asrama Rumah Yatim Arrohman Indonesia.
7. Setiap Penghuni asrama wajib berperilaku, bersikap, bertutur
kata serta berpakaian yang sopan dan sesuai syari’at,
menjunjung tinggi etika, tata krama terhadap sesama.
8. Setiap Penghuni asrama
dilarang membuat gaduh atau keributan yang dapat
mengganggu sesama penghuni asrama dan
lingkungan sekitarnya.
9. Anak asuh mukim tidak diperbolehkan membawa alat
elektronika seperti : Hand Phone, Radio, Mp3 dan lain – lain,
10. Mengucapkan salam dan menjawabnya bila bertemu dengan
karyawan, Donatur, teman, atau orang lain yang ada di
lingkungan asrama.
11. Berusaha untuk selalu hemat dalam setiap pemakaian energi
listrik dengan memadamkan / matikan seperti :
lampu, radio, TV atau alat elektonik lainnya yang tidak
diperlukan atau telah selesai menggunakannya.
KEAMANAN, KENYAMANAN ASRAMA
Pasal 9
1. Tidak diperbolehkan membawa, menyimpan, memiliki atau
menggunakan barang – barang terlarang (seperti : Narkoba,
Rokok, Miras, dan sejenisnya)
2. Setiap Anak asuh mukim ikut berpartisipasi aktif setiap
kegiatan serta bertanggungjawab menjaga dan memelihara
keamanan dan kenyamanan di asrama.
3. Setiap Anak asuh mukim secara bergilir
melakukan kebersihan, pemeriksaan pintu – pintu / kunci –
kunci dan jendela – jendela serta sarana umum lainnya yang
ada di asrama.
4. Setiap tamu yang datang
agar ditanyakan terlebih dahulu identitas, maksud dan
tujuannya untuk dilaporkan kepada Kepala Asrama untuk
diterima atau tidaknya.
KEBERSIHAN, KERAPIAN, KEINDAHAN
Pasal 10
1. Setiap penghuni asrama wajib menjaga dan memelihara keber
sihan, kerapian dan keindahan Asrama.
2. Secara bergilir atau bersama – sama, para penghuni asrama di
wajibkan berpartisipasi aktif ikut melakukan
kegiatan kebersihan, kerapihan dan keindahan Asrama.
3. Setiap pnghuni asrama diwajibkan menjaga barang – barang
inventaris asrama maupun sarana umum asrama lainnya.
4. Penghuni asrama bertanggung jawab atas kebersihan, kerapih
an dan keindahan kamar masing – masing.
PEMAKAIAN TELEPON
Pasal 11
1. Penghuni asrama dapat menggunakan telepon asrama apabila
dibutuhkan untuk keperluan yang penting, atau emergency.
2. Penggunaan telepon Asrama untuk keperluan tersebut di atas
harus mendapat ijin dari Kepala Asrama.
WAKTU BELAJAR
Pasal 12
1. Anak asuh mukim
hendaknya memanfaatkan waktu untuk belajar sebaik dan
semaksimal mungkin untuk kemajuan dan kesuksesan dalam
menempuh pendidikan.
2. Waktu / jam belajar bisa diatur sendiri, kesepakatan antara
Kepala asrama dengan anak asuh asrama
yang bersangkutan antara jam 16.00 – 22.00 WIB (diselingi
ibadah / sholat / makan) dan selanjutnya penghuni asrama
hendaknya menggunakan waktu untuk istirahat dan tidur
sebaik – baiknya demi kesehatan dan kebugaran.
3. Pada waktu jam / waktu belajar, setiap penghuni
asrama dilarang melakukan hal – hal atau melakukan aktifitas
yang dapat mengganggu orang / pihak lain yang sedang
belajar.
MAKAN
Pasal 13
1. Bagi mereka yang karena alasan kesehatan mempunyai panta
ngan / larangan terhadap makanan
tertentu, agar memberitahukan kepada Kepala Asrama, Ibu
asrama untuk mendapat perhatian dan tindak lanjut.
2. Anak asuh mukim tidak diperkenankan makan di kamar
KESEHATAN
Pasal 14
Bagi penghuni
asrama yang menderita sakit dan memerlukan perawatan Dokter,
dapat memberitahukan kepada Kepala Asrama untuk segera
ditindaklanjuti sesuai prosedur penanganan anak sakit.
PELANGGARAN
Pelanggaran Ringan
Pasal 15
1. Melanggar tata tertib asrama yang berlaku dimasing –
masing tingkat pendidikan
2. Memakai kaos oblong atau gambar bercorak tengkorak
atau semisalnya, group band, dan tulisan dengan kata –
kata tidak baik, celana jean, celana sobek dan celana
pendek selama ada di lingkungan Asrama
3. Menggunakan, menyimpan, dan membawa telpon
genggam saat tinggal di asrama.
Kondisi dibolehkan menggunakan Telpon genggam;
a. Rekomendasi dari Direktorat KYD
b. Rekomendasi dari sekolah
c. Berkomunikasi dengan pihak keluarga dan sekolah
(guru) dengan cara meminjam hp inventaris
asrama/wali di asrama.
d. Orang tua dipersilahkan menghubungi anak asuh
via telepon seminggu sekali
4. Mengakses media sosial dengan alasan apa pun.
5. Berdandan yang berlebihan bagi anak asuh Putri
6. Menggunakan alat/fasilitas Asrama secara tidak
bertanggung jawab
7. Tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh Kepala
Asrama
8. Tidak izin kepada Kepala Asrama/Staf Pembantu jika
keluar lingkungan Asrama
9. Tidak sholat berjamaah di Masjid bagi laki-laki, di asrama
bagi perempuan
Pelanggaran Sedang
Pasal 16
1. Berpakaian ketat, tidak memakai jilbab, tembus pandang,
atau baju lengan pendek bagi anak asuh putri baik di
lingkungan asrama maupun diluar kecuali di ruang privasi
2. Memakai ikat pinggang dan atau perlengkapan pakaian
lain yang berbentuk asesories yang berlebihan
3. Mencukur rambut dengan model yang berlebihan dalam
pandangan Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia.
4. Mengganggu ketenangan proses kegiatan program
asrama.
5. Memakai kalung, gelang, anting, tato dan berambut
panjang bagi anak asuh putra
Pelanggaran Berat
Pasal 17
1. Membawa senjata tajam dan atau senjata api
2. Memiliki, membawa, mengedarkan, dan mempergunakan,
narkotika, alcohol, psikotropika, dan zat adiktif (nazpa)
atau narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba)
3. Berboncengan antara laki-laki dan perempuan yang bukan
mahram (berpacaran) dan bercumbu rayu baik di dalam
dan di luar Asrama.
4. Melakukan provokasi dan tindakan lain yang dapat
mencemarkan nama baik Yayasan Rumah Yatim
Arrohman Indonesia
5. Merokok ketika masih berstatus anak asuh Rumah Yatim
6. Tidur/menginap diasrama lain, atau rumah teman dengan
alasan apa pun.
7. Melakukan perkelahian dan tawuran
8. Memiliki, membawa, meminjam, meminjamkan, menjual,
mengedarkan dan menyewakan media pornografi
9. Demonstrasi yang anarkis
10. Memalsukan bukti transaksi dari sekolah atau
memalsukan kegiatan sekolah.
11. Melakukan perusakan, perampasan, dan pencurian
barang-barang baik milik Yayasan Rumah Yatim
Arrohman Indonesia maupun milik personal anak asuh
atau pun karyawan.
12. Minum minuman keras baik di dalam atau diluar Asrama.
13. Melakukan perzinaan atau kumpul kebo.
14. Melakukan tindakan pidana yang terindikasi akan dijatuhi
hukuman penjara dan mempunyai kekuatan hukum tetap
Pelanggaran-pelanggaran lain
Pasal 18
Melanggar tata tertib yang berlaku di masing-masing jenjang
pendidikan yang kualisifikasinya tergantung kepada aturan yang
berlaku pada masing-masing tingkat pendidikan.
BAB VI
SANKSI-SANKSI
Ketentuan Sanksi
Pasal 19
1. Sanksi diberikan kepada anak asuh yang tidak
melaksanakan kewajiban atau melanggar aturan
sebagaimana tertuang dalam kode etik dan tata tertib ini
2. Pemberian sanksi ditentukan setelah melalui penelitian
dan pertimbangan secara cermat dan teliti oleh pihak yang
berwenang di Yayasan Rumah Yatim Arrohman
Indonesia.
Jenis Sanksi
Pasal 20
Sanksi yang akan diberlakukan terdiri atas beberapa jenis sesuai
dengan tingkat pelanggaran yang meliputi : sanksi ringan, sanksi
menengah, dan sanksi berat.
Sanksi Ringan
Pasal 21
1. Nasihat dan teguran, baik secara lisan maupun secara
tertulis.
2. Denda baik berupa barang atau uang setinggi-tingginya
senilai Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah)
3. Sanksi material berupa ganti rugi atas barang yang rusak
atau hilang
4. Tidak diperkenankan mengikuti kegiatan asrama.
5. Membersihkan halaman Asrama
6. Skorsing maksimal 3 (tiga) hari
7. Menulis ayat Al Qur’an maksimal 20 ayat
Sanksi Menengah
Pasal 22
1. Teguran kepada orang tua / wali baik secara lisan atau
tertulis.
2. Denda baik berupa barang atau uang setinggi-tingginya
senilai Rp 25.000 (duapuluh lima ribu rupiah)
3. Skorsing Maksimal 1 (satu) minggu
4. Dilaporkan kepada pihak yang berwajib
Sanksi Berat
Pasal 23
1. Mengganti barang yang dirusak, dirampas, atau dicuri
2. Skorsing minimal 2 (dua) minggu
3. Denda baik berupa barang atau uang setinggi-tingginya
senilai Rp 100.000 (seratus ribu rupiah)
4. Pemberhentian anak asuh dengan surat pencabutan hak
asuh
5. Pemberhentian dengan tidak hormat, tanpa surat
keterangan apapun dari Yayasan Rumah Yatim arrohman
Indonesia.
6. Penarikan kembali segala penghargaan yang pernah
diterima oleh anak asuh dari Yayasan Rumah Yatim
arrohman Indonesia.
Pihak yang berhak menjatuhkan sanksi
Pasal 24
Pihak yang berwenang menjatuhkan sanksi adalah :
1. Direktur KYD, berwenang menjatuhkan sanksi berat
2. Manajer Area / Kepala Cabang, berwenang menjatuhkan
sanksi menengah
3. Kepala Asrama berwenang menjatuhkan sanksi ringan
Tata cara Penjatuhan sanksi
Penjatuhan sanksi dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
1. Penjatuhan sanksi oleh Direktur KYD
a. Direktur KYD menjatuhkan sanksi kepada anak
asuh atas usulan Kepala Cabang / Manajer Area
yang tembusannya disampaikan kepada anak asuh
yang bersangkutan.
b. Anak asuh diberi hak untuk mengajukan keberatan
melalui kepala Cabang / Manajer Area.
c. Penjatuhan sanksi berat ditetapkan dengan surat
keputusan Direktur KYD Yayasan Rumah Yatim
arrohman Indonesia
2. Penjatuhan sanksi oleh Kepala Cabang / Manajer Area
a. Kepala Cabang / Manajer Area menjatuhkan
sanksi berdasarkan usulan Kepala Asrama
b. Penjatuhan sanksi kepada anak asuh ditetapkan
berdasarkan surat keputusan kepala cabang /
manajer area diketahui Manajer Program Asrama.
3. Penjatuhan sanksi oleh Kepala Asrama
Kepala asrama menjatuhan sanksi berdasarkan hasil temuan
langsung terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anak asuh
atau laporan sumber lain yang dapat dipercaya dan dapat
dipertanggung jawabkan
4. Pembelaan
Anak asuh berhak membela diri jika sanksi yang dijatuhkan
dipandang tidak sesuai dengan rasa keadilan dan tidak ada dalam
kode etik dan tata tertib ini.
Ketentuan Penutup
Pasal 25
Dengan berlakunya Kode Etik dan Tata Tertib anak asuh
Yayasan Rumah Yatim arrohman Indonesia ini, maka segala tata
tertib yang diterbitkan sebelumnya dianggap tidak berlaku
Pasal 26
Apabila terdapat kekeliruan dalam Kode Etik dan Tata Tertib
anak asuh Yayasan Rumah Yatim arrohman Indonesia ini akan
diperbaiki kemudian.
Pasal 27
Hal-hal yang belum diatur dalam Kode Etik dan Tata Tertib anak
asuh Yayasan Rumah Yatim arrohman Indonesia ini akan
ditetapkan tersendiri
Pasal 28
Kode Etik dan Tata Tertib anak asuh Yayasan Rumah Yatim
arrohman Indonesia ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Bandung,
Pada tanggal 26 September 2007
Tedi Hendarsah
Direktur KYD
DOKUMENTASI
Foto wawancara dengan Dedi Jimah (Orang Tua Asuh (Abi))
Foto wawancara dengan Salwa (kerudung merah(Umi)) dan
Ajeng Laras Nurbaiti (kerudung cokelat)
Foto wawancara dengan anak Yatim Naila (kerudung abu-abu)
dan Annisa (mukena)
Foto Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro
Foto kegiatan Bersama donatur, belajar bersama (atas) dan Hajat
(bawah)
Foto Murroja’ah rutin setiap malam
Foto menghafal Al-Quran dan Hadits setiap sebelum Solat Subuh
Foto sharing bersama dengan asrama-asrama Rumah Yatim
cabang lain dan berbagi Ilmu bersama