salinan lembaran daerah kabupaten bandung filemewujudkan manusia indonesia yang beriman, bertaqwa,...

30
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 24 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 4 TAHUN 2004 LAMPIRAN : III (TIGA) TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. bahwa tujuan penyelenggaran pendidikan adalah untuk mewujudkan manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa, berbudi luhur, menguasai ilmua, teknologi dan seni, berwawasan masa depan dan global, berbasiskan nilai-nilai luhur budaya lokal dan kebangsaan serta nerwatak demokratis dan mandiri;; b. bahwa berdasarkan kewenangan, kebutuhan, kemampuan dan tanggungjawab Pemerintah Daerah, perlu dibangun dan dikembangkan komitmen bersama di antara pemangku penyelenggaraan Sistem Pendidikan secara Demokratis, Terbuka, Partisipatif, Bermartabat, dan Bertanggungjawab; c. bahwa untuk menunjang hal tersebut di atasm serta menjamin Landasan Hukum demi keadilan, kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Sistem Pendidikan di Kabupaten Bandung; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); SALINAN

Upload: dinhngoc

Post on 17-Jun-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

LEMBARAN DAERAHKABUPATEN BANDUNG

NOMOR : 24 TAHUN : 2004 SERI : D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

NOMOR : 4 TAHUN 2004LAMPIRAN : III (TIGA)

TENTANG

PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKANDI KABUPATEN BANDUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANDUNG

Menimbang : a. bahwa tujuan penyelenggaran pendidikan adalah untukmewujudkan manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa,berbudi luhur, menguasai ilmua, teknologi dan seni,berwawasan masa depan dan global, berbasiskan nilai-nilailuhur budaya lokal dan kebangsaan serta nerwatakdemokratis dan mandiri;;

b. bahwa berdasarkan kewenangan, kebutuhan, kemampuandan tanggungjawab Pemerintah Daerah, perlu dibangun dandikembangkan komitmen bersama di antara pemangkupenyelenggaraan Sistem Pendidikan secara Demokratis,Terbuka, Partisipatif, Bermartabat, dan Bertanggungjawab;

c. bahwa untuk menunjang hal tersebut di atasm sertamenjamin Landasan Hukum demi keadilan, kepastianhukum dan perlindungan hukum dalam penyelenggaraanSistem Pendidikan, perlu ditetapkan Peraturan Daerahtentang Penyelenggaraan Sistem Pendidikan di KabupatenBandung;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentangPemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan JawaBarat (Berita Negara Tahun 1950);

SALINAN

2

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041)sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor43 Tahun 1999 (Lembaran Negara tahun 1999 Nomor 69,tambahan lembaran Negara Nomor 3390);

3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danDaerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Programpembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000 – 2004(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 206, TambahanLembaran Negara Nomor 4013);

6. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentangDisiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun1980 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Nomor3176);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 tentangPendidikan Prasekolah (Lembaran Negara Tahun 1990Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3411);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentangPendidikan Dasar (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3412)sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintahnomor 55 Tahun 1998 Lembaran Negara Tahun 1998Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3763);

10. Peraturan Pemerintah nomor 29 Tahun 1990 tentangPendidikan Menengah (Lembaran Negara Tahun 1990Nomor 37 , Tambahan Lembaran Negara Nomor 3413),sebagaimana telah diubah dengan Peraturan PemerintahNomor 56 ahun 1998, Lembaran Negara Tahun 198 Nomor91);

3

11. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 tentangPendidikan Luar Biasa (Lembaran Negara tahun 1991Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1991Nomor 3460);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentangPendidikan Luar Sekolah (Lembaran Negara Tahun 1991Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3461);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentangTenaga Kependidikan (Lembaran Negara Tahun 1992Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3641)sebagaimana telah diubah dengan Peraturan PemerintahNomor 39 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3974);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 tentang PeranSerta Masyarakat dalam Pendidikan nasional (LembaranNegara Tahun 1992 Nomor 69);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentangJabatan Fungsional Guru (Lembaran Negara Tahun 1994Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara 3547);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagaiDaerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentangPengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam JabatanStruktural (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 33,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4194);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentangPedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran NegaraTahun 2003 Nomor 14, Tambahan Lembaran negaraNomor 4262);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentangWewenang Pengangkatan, Pemindahan dan PemberhentianPegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2003Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4263);

20. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor162/U/2003 tentang Pedoman Penugasan Guru SebagaiKepala Sekolah;

4

21. Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2000 tentang Tata CaraPembentukan dan Teknis Penyusunan Peraturan Daerah(Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 35 Seri D);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 13 Tahun2001 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Tahun 2001– 2003 (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 40 Seri D);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 14 Tahun2001 tentang Program Pembangunan Daerah KabupatenBandung (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 41 SeriD);

24. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 15 Tahun2001 tentang Rencana Strategis Kabupaten Bandung(Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 51 Seri D);

25. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 7 Tahun2002 tentang Kewenangan Kabupaten Bandung (LembaranDaerah Tahun 2002 Nomor 35 Seri D);

26. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 9 Tahun2002 tentang Pembentukan Dinas Daerah KabupatenBandung (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 37 SeriD).

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN BANDUNG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNGTENTANG PENYELENGGARAAN SISTEMPENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah adalah Pemerintah Kabupaten Bandung.

2. Daerah adalah Kabupaten Bandung.

5

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lainsebagai badan Eksekutif Daerah.

4. Bupati adalah Bupati Bandung.

5. Keputusan Bupati adalah Keputusan Bupati Bandung.

6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.

7. Dewan Pendidikan adalah Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung.

8. Komite Sekolah adalah Komite-komite Sekolah yang terdapat di SatuanPendidikan yang ada di Kabupaten Bandung.

9. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensidirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukandirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

10. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan adalah pengelolaan pendidikan yangmencakup seluruh kegiatan pendidikan formal dan pendidikan non formal sesuaikewenangan daerah.

11. Kelembagaan dan Manajemen Pendidikan adalah seperangkat pengaturanmengenai pendirian dan pengelolaan satuan pendidikan pada jalur pendidikanformal dan non formal.

12. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi danbahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraankegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

13. Kurikulum Nasional adalah kurikulum yang berlaku secara nasional yangditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.

14. Kurikulum Lokal adalah kurikulum yang disusun oleh daerah yang disesuaikandengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas daerah pada satuanpendidikan.

15. Standar kompetensi adalah kemampuan minimal yang diharapkan dapat dicapaipeserta didik melalui pendidikan dalam satuan pendidikan tertentu.

16. Akreditasi sekolah adalah suatu kegiatan penilaian suatu sekolah berdasarkankriteria yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah yanghasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan.

17. Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri, yangdiangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.

6

18. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,konselor,`pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebautanlain yang sesuai dengan kekhususan serta berpartisipasi dalam penyelenggaraansistem pendidikan.

19. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensidiri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur jenis dan jenjangpendidikan tertentu.

20. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersetruktur dan berhenjang yangterdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

21. Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yangdapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

22. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

23. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepadaanak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.

24. Evaluasi adalah kegiatan pengendalian, penjaminan dan penerapan mutupendidikan terhadap proses belajar, hasil belajar, kinerja tenaga kependidikan dankelembagaan.

25. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakanpendidikan jalur formal, non formal, dan informal.

26. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang terdiri dari Pendidikan dasar,Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi.

27. Wajib Belajar adalah Program Pendidikan Dasar 9 tahun yang harus diikuti oolehwarga masyarakat Kabupaten Bandung.

28. Manajemen Berbasis Sekolah merupakan model penyelenggaraan pendidikanyang sesuai dengan potensi masyarakat.

29. Pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah satuan pendidikan yangdidirikan dan diselenggarakan oleh unsur masyarakat organisasi atau yayasanyang berbadan hukum.

30. Pendidikan khusus merupakan layanan pendidikan bagi peserta didik yangmemiliki kebutuhan khusus karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, danatau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

31. Pendidikan layanan khusus merupakan program pendidikan tinggi bagi pesertadidik di daerah terpencil, dan atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dantidak mampu dari segi ekonomi.

32. Akselerasi adalah jenis pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memilikikemampuan dan kecerdasan luar biasa.

7

33. Eskalasi adalah jenis pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memilikikemampuan dan kecerdasan luar biasa melalui penajaman mental peserta didikyang bersangkutan.

34. Pendidikan Inklusif adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkinmengakomodasi semua anak didik termasuk anak yang berkebutuhan khusus disekolah atau lemabaga pendidikan atau tempat lain (diutamakan yang terdekatdengan tempat tinggal anak didik) bersama teman-teman sebayanya denganmemperhatikan perbedaannya.

35. Prestasi kerja adalah hasil kerja yang diperlihatkan seseorang dalammelaksanakan tugas, tanggung jawab dan kewenangannya.

36. Pengembangan karir merupakan upaya yang dilakukan seseorang dalammeningaktkan prestasi kerja yang disertai dengan kesadaran, kearifan, kejujurandan kedisiplinan.

BAB II

PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Pasal 2

(1) Pendidikan diselenggarakan sebagai investasi sumber daya manusia jangkapanjang.

(2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik, terbuka,demokratis, dan adil melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan masyarakatmeliptui penyelenggaraan dan pengendalian layanan mutu pendidikan.

(3) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan,menjunjung tinggi hak azasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, lingkungandan kemajemukan bangsa yang berlangsung sepanjang hayat.

(4) Pendidikan diselenggarkan dengan mengembangkan budaya membaca, menulisdan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

(5) Pengelolaan pendidikan harus berdasarkan penerapan prinsif-prinsif manajemenpendidikan yang aktual.

(6) Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas penyelenggaraan satuan pendidikanpada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

(7) Pemerintah Daerah memfasilitasi terselenggaranya satuan pendidikan padajenjang pendidikan tinggi dan sekolah luar sekolah.

8

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

DAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 3

(1) Setiap Warga Negara mempunyai hak dan kedudukan yang sama untukmemperoleh pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip penyelenggaraanpendidikan.

(2) Guna mendukung terlaksananya sistem pendidikan yang bermutu,masyarakatberhak dan berkewajiban berpartisipasi dengan kemajuan pendidikan termasukdukungan sumber daya.

(3) Pemerintah Daerah menjamin terlaksananya sistem pendidikan yang berkualitasmelalui berbagai layanan dan kemudahan serta mengawasi penyelenggaraanpendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

PESERTA DIDIK

Bagian PertamaHak dan Kewajiban

Pasal 4

(1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak ;

a. Mendapat pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianut dan diajarkanoleh pendidik yang seagama serta memperoleh jaminan untuk menjalankanibadah agama yang dipeluknya dan dilaksanakan minimal dengan rombonganbelajar 10 ( sepuluh ) orang.

b. Mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dankemampuannya termasuk peserta didik luar biasa.

c. Mendapat beasiswa bagi peserta didik yang berprestasi baih di bidangakademik maupun non akademik.

d. Mendapat bantuan biaya pendidikan bagi orang tuanya yang tergolongkeluarga pra KS dan KS I.

e. Menyelesaikan batas waktu program pendidikan sesuai dengan kecepatanbelajar masing-masing dengan tidak menyimpang dari batas waktu yang telahditentukan maupun perpindahan ke program pendidikan pada jalur dan satuanpendidikan lain yang setara.

(2) Setiap peserta didik berkewajiban untuk mematuhi norma-norma pendidikanmelalui proses pembelajaran yang sungguh-sungguh pada setiap programpembelajaran.

9

(3) Warga Negara Asing dapat :a. Menjadi peserta didik dala Satuan Pendidikan yang diselenggarakan di

wilayah Kabupaten Bandung.b. Pindah ke dalam Satuan Pendidikan yang diselenggarakan di wilayah

Kabupaten Bandung setelah mengikuti tes penempatan yang dilaksanakan olehDinas.

Bagian Kedua

Penerimaan dan Heregistrasi

Pasal 5

(1) Penerimaan peserta didik dilaksanakan oleh Pengelola/Penyelenggaran SatuanPendidikan sesuai dengan gaya tampung satuan pendidikan di bawah koordinasiDinas Pendidikan.

(2) Sistem dan mekanisme penerimaan peserta didik dilaksanakan melalui seleksiapabila jumlah pendaftar melebihi kapasitas daya tampung.

(3) Heregistrasi dilakukan terhadap peserta didik yang naik kelas dengan ketentuanbesarnya heregistrasi maksimal satu kali iuran bulanan peserta didik.

Bagian Ketiga

Mutasi

Pasal 6

(1) Mutasi peserta didik dapat dilakukan dalam jenjang Pendidikan yang setara olehPengelola/Penyelenggara Satuan Pendidikan di bawah koordinasi Dinas.

(2) Peserta didik yang berasal dari luar daerah, mempunyai hak dan kewajiban yangsama untuk mengikuti pendidikan pada Satuan Pendidikan dan Jalur pendidikanlain yang setara.

BAB V

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN FORMAL

Bagian KesatuManajemen dan Kelembagaan

Paragraf 1Tanggung Jawab Pemerintah Daerah

Pasal 7

(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan Pendidikan Dasardan Menengah di Daerah meliputi ; pengadaan, pendayagunaan

(2) Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati bertanggung jawab atas penyelenggaraanSatuan Pendidikan yang berada di tingkat Kecamatan dan atau gabungan beberapaKecamatan.

10

Paragraf 2Tanggung Jawab Masyarakat, Organisasi dan Yayasan

Pasal 8

Masyarakat , Organisasi atau Yayasan yang berbadan hukum yang mendirikan danmenyelenggarakan Satuan Pendidikan, bertanggung jawab atas pengadaan sarana danprasarana, proses pembelajaran, dan mutu di Satuan Pendidikan yang dipimpinnya.

Pasal 9

Kepala Satuan pendidikan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pendidikan,administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan, penggunaan sertapemeliharaan sarana dan prasarana, proses pembelajaran, dan mutu di SatuanPendidikan yang dipimpinnya.

Paragraf 3

Pendirian Satuan Pendidikan

Pasal 10

(1) Pemerintah Daerah, masyarakat, organisasi atau Yayasan yang berbadan hukumdapat mendirikan satuan pendidikan formal.

(2) Sesuai dengan kewenangannya Bupati menetapkan pendirian dan pengintegrasianSatuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupunYayasan/masyarakat.

Pasal 11

(1) Untuk mendirikan Satuan Pendidikan Formal, harus didasarkan atas kebutuhanmasyarakat dan perencanaan pengembangan pendidikan secara lokal , regional,nasional, dan internasional.

(2) Selain memperhatikan ketentuan ayat (I) pasal ini, pendirian Satuan PendidikanFormal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut; hasil studi kelayakan,Rencana Induk Pengembangan pendidikan Sekolah ( RIPS ), sumber pesertadidik, tenaga kependidikan, tenaga non-kependidikan, kurikulum/programkegiatan belajar, sumber pembiayaan ,sarana dan prasarana, dan penyelenggaraansekolah.

(3) Untuk mendirikan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) selainharus memenuhi ketentuan ayat (2) pasal ini memenuhi persyaratan sebagaiberikut;a. Adanya potensi lapangan kerja yang sesuai dengan kemampuan tamatan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang akan didirikan denganmempertimbangkan pemetaan satuan pendidikan sejenis di wilayah tersebut.

b. Adanya dukungan masyarakat termasuk Dunia Usaha/Dunia Industri dan unitProduksi yang dikembangkan di Satuan Pendidikan tersebut.

11

(4) Tata cara dan syarat-syarat teknis pendirian satuan pendidikan formal, diaturkemudian dengan Keputusan Bupati.

Pasal 12

(1) Satuan Pendidikan Formal, yang diintegrasikan harus memenuhi ketentuansebagai berikut ;a. Penyelenggara Satuan Pendidikan formal tidak mampu

menyelenggarakankegiatan pembelajaran.b. Jumlah Peserta Didik tidak memenuhi ketentuan minimal.c. Satuan Pendidikan yang diintegrasikan harus sesuai dengan jenjang dan

jenisnya.d. Jarak antar Satuan Pendidikan yang berdekatan.

(2) Satuan Pendidikan formal yang diintegrasikan mengalihakan tanggung jawabEdukatif dan administratif peserta didik dan tenaga kependidikan kepada Satuanhasil integrasi.

(3) Tata cara dan syarat teknis pegintegrasian Satuan Pendidikan Formal, diaturkemudian dengan Keputusan Bupati.

Paragraf 4

Penutupan Satuan Pendidikan

Pasal 13

(1) Penutupan Satuan Pendidikan Formal dapat berupa penghentian kegiatanpembelajaran atau penghapusan Satuan Pedidikan.

(2) Penutupan Satuan Pendidikan Formal dilakukan apabila Satuan Pendidikan tidaklagi memenuhi persyaratan pendirian da tidak lagi menyelenggarakan kegiatanpembelajaran.

(3) Perubahan nama Satuan Pendidikan Formal dapat berupa perubahan nomenklaturSatuan Pendidikan akibat pengembangan wilayah atau perubahan Badan Hukum,dan terlebih dahulu dikoordinasikan oleh Dinas.

Bagian KeduaKurikulum

Pasal 14

(1) Pelaksanaan kurikulum pendidikan formal mengacu pada stsndar Nasional dandimungkinkan untuk menerapkan Standar Internasional sesuai dengan KetentuanPeraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(2) Diversifikasi kurikulum pada setiap Satuan Pendidikan Formal disesuaikandengan peserta didik dan potensi yang dimiliki Daerah sesuai kewenangan.

12

(3) Setiap Jenjang Pendidikan dapat menyusun Kurikulum Muatan lokal BerbasisKompetensi dengan memperhatikan peningkatan iman dan taqwa, pengembanganpotensi dan minat peserta didik,keragaman potensi daerah dan lingkungan,tuntutan pembangunan daerah, tuntutan dunia kerja,perkembangan ilmupengetahuan teknologi dan seni budaya, agama, dinamika perkembngan global,serta persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

(4) Pengembangan mata pelajaran Muatan Lokal diserahkan kepada SatuanPendidikan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan kemampuanpeserta didik serta sumber daya yang dimiliki oleh Satuan Pendidikan yangbersangkutan.

(5) Dalam rangka mengacu kepada visi Kabupaten Bandung, khusus mata pelajaranPendidikan Agama ditambah aloksi waktunya yang pelaksanaanya diaturkemudian dengan Keputusan Bupati.

(6) Dalam penjabaran kurikulum harus sesuai target waktu yang sudah ditentukandan hal tersebut menjadi tanggungjawab tenaga pendidik.

Bagian Ketiga

Bahasa Pengantar

Pasal 15

(1) Bahasa Pengantar dalam Pendidikan Nasional adalah Bahasa Indonesia.

(2) Bahasa Sunda digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan.

(3) Pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah mata pelajaran Bahasa sunda wajibdiajakan.

(4) a. Bahasa inggris dapat diajarkan pada Satuan Pendidikan Taman kanak-kanakdan SD di Kabupaten Bandung.

b. Untuk Satuan Pendidikan SMA dan SMK, Bahasa Inggris dapat digunakansebagai bahasa pengantar guna mendukung sekolah yang berstandar nasionaldan internasional.

c. Bahasa asing lainnya dapat dikembangkan pada satuan pendidikan tertentu.

(5) Bahasa Sunda wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam I (satu) minggu I(satu) hari pada semua jenis dan jenjang Satuan Pendidikan.

BAB VIPENDIDIKAN NON FORMAL

Bagian KesatuManajemen dan Kelembagaan

Pasal 16

(1) Pendidikan non formal dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah ataumasyarakat, organisasi non yayasan yang berbadan hukum.

13

(2) Penyelenggaraan pendidikan non formal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerahdilaksanakan melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

(3) Pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat berbentukkursus-kursus, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kelompok Belajardan Satuan Pendidikan sejenis lainnya.

(4) Manajemen pendidikan non formal melibatkan unsur Pembina, penyelenggara,Tenaga pendidik, {enilik, Peserta Didik, dan Tenaga Kependidikan.

(5) Lembaga Penyetaraan yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah melakukan prosespenilaian terhadap Satuan Pendidikan dengan mengacu kepada Standar Nasional.

Pasal 17

(1) Pendidikan non formal diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukanlayanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan ataupendukung pendidikan formal dalam rangka pendidikan sepanjang hayat.

(2) Pendidikan non formal bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didikdengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsionalserta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

(3) Penyelenggaran kursus dan program yang berhubungan dengan pendidikan nonformal dan atau yang bersifat komersial harus mendapat ijin Pemerintah Daerah.

(4) Persyaratan, penilaian, kelayakan dan tata cara memperoleh Ijin dan atauRekomendasi penetapannya, diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Bagian Kedua

Jenis Pendidikan Non Formal

Pasal 18

(1) Pendidikan non formal meliputi Pendidikan Masyarakat dan Pelatihan kerja,Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, PendidikanKeaksaraan, dan Pendidikan Kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukanuntuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

(2) Jenis pendidikan non formal pelaksanaannya diprioritaskan pada kebutuhanmasyarakat dan dunia usaha serta dunia industri.

(3) Pemerintah memberikan peluang dan dukungan untuk mengembangkan jenis danprogram pendidikan non formal unggulan.

(4) Tata cara dan/atau pengelolaan pendidikan non formal akan diatur lebih lanjutdengan Keputusan Bupati.

14

Bagian Ketiga

Kurikulum

Pasal 19

(1) Kurikulum pendidikan non formal merupakan kegiatan bibingan pengajaran, danatau pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai Standar Kompetensi.

(2) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini mengacu kepadaStandar Kompetensi Nasional.

(3) Penyusunan dan pengembanghan isi Kurikulum Muatan Lokal diatur lebih lanjutdengan Keputusan Bupati.

Pendidikan KedinasanPasal 20

(1) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan dandibiayai oleh Pemerintah Daerah.

(2) Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilandalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi Pegawai dan Calon Pegawai Negeri SipilDinas, badan, Kantor, atau Lembaga Pendidikan Teknis Daerah.

(3) Ketentuan pelaksanaan kedinasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) padapasal ini, diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

BAB VII

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Pasal 21

(1) Pendidikan Usia Dini diberikan kepada anak yang berusia 0 (nol) samai dengan 6(enam) tahun sebelum jenjang pendidikan dasar.

(2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal,non formal, da atau informal.

(3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), atau bentuk lain yang sederajat.

(4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompokbermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.

(5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikankeluarga, atu pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

15

BAB VIII

PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS

Pasal 22

(1) Pendidikan khusus merupakan layanan pendidikan bagi peserta didik yangmemiliki kebutuhan khsus karena kalinan fisik, emosional, mental, sosial, danatau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

(2) Pendidikan khusus dapat berbentuk pendidikan inklusif, program akselerasi danprogram eskalasi.

(3) Pendidikan layanan khusus merupakan program pendidikan bagi peserta didik didaerah terpencil, dan atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidakmampu dari segi ekonomi.

BAB IX

PENDIDIKAN KEAGAMAAN

Pasal 23

(1) Pendidikan keagamaan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah dan atau dapatdiselenggarakan oleh kelompok masyarakat dari pemeluk agama sesuai denganKetentuan Peraturan Perundang-undangan.

(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggotamasyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya danatau menjadi ahli ilmu agama.

(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal,nonformal dan informal.

(4) Bentuk pendidikan keagamaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

BAB XKETENAGAAN

Paragraf KesatuJenis dan Tugas Tenaga Kependidikan

Pasal 24

(1) Tenaga kependidikan pada jalur pendidikan formal terdiri atas Pendidik,Pengelola Satuan Pendidikan, Pustakawan, Laboran dan Pengawas.

(2) Tenaga Pendidik bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,menilai dan melaporkan hasil pembelajaran tepat waktu sesuai kalenderpendidikan, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta mengembangkanpenelitian.

16

Paragraf KeduaPengangkatan Tenaga Kependidikan dan kepala Sekolah

Pasal 25

(1) Untuk diangkat sebagai tenaga pendidik pada Satuan Pendidikan Formal yangdiselenggarakan Pemerintah Daerah, calon tenaga kependidikan yangbersangkutan harus memiliki kualifikasi sebagai tenaga pendidik sesuai denganketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(2) Untuk dapat diangkat sebagai guru pendidikan agama, selain harus memenuhipersyaratan sebagai tenaga pendidik, juga harus menganut agama sesuai denganagama yang diajarkan.

(3) Pengangkatan dan penempatan tenaga kependidikan pasa Satuan PendidikanFormal yang tidak berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) diselenggarakan olehPemerintah Daerah dan atau Pengelola Satuan Pendidikan.

(4) Pemerintah Daerah mengupayakan bantuan tenaga pendidik pada SatuanPendidikan yang diselenggarakan masyarakat dengan mengangkat danmenempatkan tenaga pendidik yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) untukkurun waktu tertentu berdasarkan permintaan Satuan Pendidikan yangbersangkutan.

(5) Guru yang diberi tugas tambahan dan diangkat sebagai Kepala Sekolah, harusmemenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus sebagai berikut :1) Persyaratan umum meliputi :

a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;b. Usia setinggi-tingginya 56 tahun.c. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan dari dokter.d. Tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang dan berat sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.e. Aktif mengajar dan/atau membimbing sekurang-kurangnya 5 tahun pada

sekolah yang setingkat dan sejenis dengan sekolah yang akan menjaditempat bertugas.

f. DP3 serendah-rendahnya memperoleh nilai amat baik untuk unsurkesetiaan dan nilai baik untuk unsur penilaian lainnya dalam 2 (dua) tahunterakhir.

2) Persyaratan khusus meliputi :a. Calon Kepala TK serendah-rendahnya Diploma II PGTK atau yang

sederajat dan telah memiliki jabatan Guru Muda.b. Calon Kepala SD berijazah serendah-rendahnya Diploma IIPGSD atau

yang sederajat dan telah memiliki Jabatan Guru Muda Tingkat I.c. Calon Kepala SLTP berijazah serendah-rendahnya Sarjana (S1) dan

memiliki Jabatan Guru Muda.d. Calon Kepala SMA, berijazah serendah-rendahnya Sarjana (S1) dan

memiliki Jabatan Guru Dewasa.e. Calon SMK :

1. Berijazah serendah-rendahnya Sarjana (S1) dan memiliki Jabatan GuruDewasa.

17

2. memiliki pengetahuan tentang hubungan kerja dan kerjasama dengandunia usaha dan/atau dunia industri.

3. memiliki wawasan tentang unit kerja.

f. Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam butir 2 dan 3huruf e, calon Kepala SMA dan SMK diutamakan bagi mereka yang dapatberkomunikasi dalam bahasa Inggris dan/atau bahasa asing.

(6) Mekanisme pengangkatan guru yang diberi tugas tambahan sebagai KepalaSekolah :1) Guru yang akan diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah diusulkan oleh

Kepala Sekolah pada Satuan Pendidikan yang bersangkutan, berdasarkanpenilaian kinerja dan rekomendasi Pengawas Sekolah.

2) Guru yang akan diberi tugas tambahan kepala sekolah harus mengikuti danlulus seleksi calon Kepala Sekolah yang diselenggarakan oleh DinasPendidikan sesuai dengan kewenangannya.

3) Penetapan kelulusan Kepala Sekolah berdasarkan hasil akhir penilaian seleksi.4) Penilaian seleksi pengangkatan guru yang diberi tugas tambahan dengan

kepala sekolah dilaksanakan oleh Tim Pertimbangan Pengangkatan KepalaSekolah, yang keanggotaannya terdiri dari unsur-unsur Komite Sekolah yangbersangkutan, Pejabat Pengelola Kepegawaian pada Pemerintah Daerah,Pengurus Sekolah dan Kepala Dinas yang susunan keanggotaan danmekanisme kerjanya ditetapkan kemudian oleh Keputusan Bupati.

5) Pengangkatan dan penetapan Guru yang diberi tugas tambahan sebagai KepalaSekolah dilakukan oleh Bupati.

Pasal 26

(1) Tugas Tambahan sebagai Kepala Sekolah diberikan untuk satu masa tugas selama4 (empat) tahun.

(2) Masa tugas tambahan Kepala Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapatdiperpanjang dan diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa tugas.

(3) Guru yang melaksanakan tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah yang telah 2(dua) kali masa tugas berturut-turut, dapat ditugaskan kembali menjadi KepalaSekolah apabila :a. Telah melewati tenggang waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) kali masa tugas;

ataub. Memiliki prestasi yang istimewa, dengan tanpa tenggang waktu dan

ditugaskan di sekolah lain.

(4) Kepala Sekolah yang masa tugasnya berakhir dan atau tidak lagi diberikan tugassebagai kepala sekolah, tetap melaksanakan tugas sebagai guru sesuai denganjenjang jabatannya dan berkewajiban melaksanakan proses belajar mengajar ataubimbingan dan konseling sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

18

Paragraf KetigaPemindahan dan Penempatan Tenaga Kependidikan

Pasal 27

(1) Pemindahan tenaga kependidikan yang berkedudukan sebagai Pegawai NegeriSipil dari satuan pendidikan ke satuan pendidikan yang lain atas dasarpermohonan yang bersangkutan atau kepentingan dinas dilakukan oleh Bupati.

(2) Pemindahan tenaga kependidikan yang berkedudukan sebagai tenaga pendidikdari jenjang pendidikan yang satu ke jenjang pendidikan yang lain, dapatdilaksanakan sepanjang tenaga kependidikan yang bersangkutan memiliki potensidan kemampuan yang sangat dibutuhkan serta memenuhi ketentuan, dilakukanoleh Bupati.

(3) Pemindahan tenaga kependidikan yang berstatus Guru Bantu/Kontrak dari satuanpendidikan formal ke satuan pendidikan formal lainnya dilakukan oleh Bupatisesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Untuk memenuhi kekurangan tenaga pendidik, Pemerintah Daerah dapatmengangkat tenaga pendidik yang baru atau menempatkan Pegawai Negari Sipillainnya yang memiliki akta kependidikan.

(5) Pemindahan dan penempatan tenaga kependidikan didasarkan pada azaspemerataan, domisili dan formasi.

Paragraf KeempatPengembangan Karir Tenaga Kependidikan

Pasal 28

(1) Pengembangan karir tenaga kependidikan berdasarkan prestasi kerja.

(2) Dalam rangka pengembangan karir, tenaga kependidikan yang berprestasidilakukan promosi ke dalam jenjang jabatan sepanjang memenuhi persyaratanjabatan.

(3) Tenaga pendidik dapat diberi tugas tambahan dalam kedudukan sebagai KepalaSekolah, Wakil Kepala Sekolah/Pembantu Kepala Sekolah, Ketua BidangKeahlian/Kepala Instalasi, Ketua Program Keahlian/Kepala Bengkel/KepalaLaboratorium, Kepala Program Satu/Ketua Jurusan, Wali Kelas, Instruktur, GuruInti, Pemandu Mata Pelajaran, Koordinator Program Diklat/Mata Pelajaran, dantugas tambahan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

(4) Ketentuan pangkat dan jabatan tenaga kependidikan diatur sesuai peraturanperundang-undangan yang berlaku.

(5) Tenaga Pendidik yang mendapat tugas tambahan sebagaimana dimaksud ayat (3)pasal ini mendapat tunjangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

19

(6) Jabatan tenaga kependidikan yang tidak berkedudukan sebagai Pegawai NegeriSipil pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat ditentukanoleh penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan

Pasal 29

(1) Tenaga kependidikan wajib mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuaidengan standar kompetensi profesi, ilmu pengetahuan dan teknologi sertapembangunan Nasional dan Daerah.

(2) Pengelola satuan pendidikan berkewajiban dalam memberikan kesempatan kepadatenaga kependidikan untuk mengembangkan kemampuan profesional masing-masing.

(3) Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam peningkatan kemampuan profesitenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan tenaga kependidikan dalammencapai standar profesi. Dalam memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksudpada ayat (3) pasal ini Bupati memberdayakan peran dinas, lemabaga pinjamanmutu, organisasi profesi, serta lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya secaraoptimal.

(4) Dalam rangak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasalini, Bupati memberdayakan peran Dinas/Badan/Lembaga Penjamin Mutu,Organisasi Profesi, Lembaga Pendidikan dan pelatihan lainnya secara optimal.

(5) Untuk menunjang pengembangan kemampuan profesi tenaga kependidikansebagaimana dimaksud ayat (3) akan diatur kemudian dengan Keputusan Bupati.

Paragraf KelimaHak, Tunjangan/bantuan Tenaga Kependidikan

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan bantuan, tunjangan, insentif, dankesejahteraan lain kepada tenaga kependidikan yang memenuhi persyaratan baikyang berstatus Pegawai Negeri Sipil maupun yang tidak berstatus Pegawai NegeriSipil sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

(2) Penyelenggaran atau yayasan berkewajiban memberikan gaji dan tunjangankepada tenaga kependidikan yang berstatus Pegawai tetap Yayasan atau tenagahonorer secara berkala.

(3) Tenaga kependidikan baik yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan nonPegawai Negeri Sipil (PNS) berhak memperoleh perlindungan hukum, pelayananpendidikan dan pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

(4) Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan tunjangan khusus kepada tenagakependidikan yang bertugas di daerah terpencil.

20

Paragraf KeenamKedudukan Tenaga Kependidikan pada Satuan Pendidikan

Pasal 31

(1) Pada Satuan Pendidikan prasekolah sekurang-kurangnya terdapat kedudukantenaga kependidikan yang meliputi Kepala Taman Kanak-kanak (TK) atausederajat, Guru dan Pegawai Tata Usaha.

(2) Pada Satuan Pendidikan Sekolah dasar (SD) sekurang-kurangnya terdapatkedudukan tenaga kependidikan meliputi Kepala Sekolah, Guru Kelas, Guru MataPelajaran dan Pegawai Tata usaha serta dapat diadakan guru bimbingan danpenyuluhan/konselor, pustakawan, laboran, serta teknisi sumber belajar.

(3) Pada Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajatsekurang-kurangnya terdapat kedudukan tenaga kependidikan yang meliputiKepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Pembantu Kepala Sekolah, Wali kelas,Guru Mata Pelajaran/Rumpun Mata Pelajaran, Guru BimbinganKonseling/Konselor, Guru Khusus, Kepala Tata Usaha, Pegawai Tata Usaha,Pustakawan dan Laboran, dapat diadakan kordinator mata pelajaran dan teknisisumber belajar.

(4) Pada Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat, sekurang-kurangnya terdapat kedudukan tenaga kependidikan yang meliputi KepalaSekolah, Wakil Kepala Sekolah, Pembantu Kepala Sekolah, Wali Kelas, GuruMata Pelajaran/Rumpun Mata Pelajaran, Guru Bimbingan DanKonseling/Konselor, Guru Khusus, Pustakawan, Laboran, Kepala Tata Usaha danPegawai Tata Usaha, serta dapat pula diadakan koordinator mata pelajaran teknisisumber belajar.

(5) Pada Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau sederajat,sekurang-kurangnya terdapat kedudukan tenaga kependidikan yang meliputiKepada Sekolah, Wakil Kepada Sekolah/Pembantu Kepala Sekolah, Ketua BidangKeakhlian/Kepala Instalasi/Ketua Jurusan, Ketua Program Keahlian/KepalaBengkel/Kepala Laboratorium, Guru Bimbingan Konseling/BimbinganKarir/Konselor, Guru Program Diklat, Guru Khusus, Pustakawan, Teknisi.ToolMan, Kepala Tata Usaha dan pegawai tata usaha serta dapat pula diadakan gurukoordinator mata pelajaran dan kepala asrama.

(6) Tipologi satuan pendidikan, struktur, siswa dan jumlah tenaga kependidikan,diatur kemudian dengan Keputusan Bupati.

Pasal 32

(1) Tenaga kepentingan dapat membentuk dan ikut bergabung ke dalam organisasiprofesi pendidikan yang diakui dan berbadan hukum sebagai wahana pembinaanprofesional, pengabdian, dan perjuangan.

(2) Organisasi profesi pendidikan merupakan mitra pemerintah daerah dalammencapai tujuan pendidikan.

21

(3) Ketentuan mengenai tujuan, peran, fungsi, tata kerja organisasi profesi, diaturdalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga.

BAB XIEVALUASI AKREDITASI DAN PENGAWASAN

Bagian KesatuEvaluasi

Paragraf KesatuTujuan dan Sasaran Evaluasi

Pasal 33

(1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan sertamemperoleh masukan guna pengembangan pendidikan selanjutnya dan sebagaibentuk akuntabilitas publik.

(2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, tenaga kependidikan, lemabaga danprogram pendidikan pada semua jenjang, satuan dan jenis pendidikan.

Paragraf KeduaEvaluasi Belajar

Pasal 34

(1) Evaluasi belajar peserta didik menjadi tanggung jawab guru pada satuanpendidikan yang bersangkutan, yang meliputi proses dan hasil belajar denganmenerapkan prinsip ketuntasan belajar secara berkesinambungan.

(2) Jenis evaluasi hasil belajar pada satuan pendidikan meliputi penilaian kelas, ujianakhir, test kemampuan dasar dan penilaian mutu.

(3) Evaluasi peserta didik dilakukan secara berkala, menyeluruh, transparan dansistemik untuk mencapai standar kompetensi tertentu.

(4) Peserta didik berhak mendapat sertifikasi atas dasar evaluasi yang dilakukan.a. Sertifikasi berbentuk ijazah dan sertifikasi kompetensi.b. Lembaga pendidikan yang terakreditasi berhak memberi ijazah kepada peserta

didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatusatuan pendidikan setelah lulus dalam ujian.

c. Penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan berhak memberikansertifikat kompetensi kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagaipengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelahlulus uji kompetensi.

22

Paragraf KetigaEvaluasi Kinerja

Pasal 35

(1) Evaluasi kinerja tenaga kependidikan menjadi tanggung jawab atasan langsung,yang meliputi evaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, perbaikandan pengayaan serta analisis hasil belajar dalam rangka meningkatkan mutupelayanan pendidikan.

(2) Evaluasi kinerja tenaga kependidikan dilakukan secara berkala, menyeluruh,transparan dan sistemik.

(3) Tes kompetensi dan sertifikasi tenaga kependidikan merupakan salah satu bentukevaluasi kinerja tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan danpengembangan tenaga kependidikan.

Bagian KeduaAkreditasi

Pasal 36

(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pada jalurpendidikan formal dan non formal di setiap jenjang dan jenis pendidikan.

(2) Akreditasi terhadap satuan pendidikan dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah(BAS).

(3) Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat transparan, objektif, danakuntabel yang meliputi aspek, administrasi sekolah, kelembagaan, ketenagaan,kurikulum, siswa, sarana dan prasarana, serta setuasi umum.

(4) Satuan pendidikan yang telah diakreditasikan berhak mendapat sertifikat dariBadan Akreditasi Sekolah (BAS) sesuai dengan tingkat kelayakannya.

(5) Keanggotaannya Badan Akreditasi Sekolah (BAS) terdiri dari unsur-unsur DinasPendidikan, Dewan Pendidikan, PGRI, Badan Musyawarah Perguruan Swasta(BMPS), Pengawas, dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang bergerak dibidang pendidikan, dengan susunan keanggotaan ditetapkan kemudian denganKeputusan Bupati.

(6) Tingkat kelayakan sebagaimana dimaksud ayat 4 (empat) berdasarkan tipe satuanpendidikan yang bersangkutan ditetapkan sebagai berikut :a. Tipe A (Amat Baik), memiliki kewenangan :

1. Sebagai tempat “bench marking“ bagi sekolah sekitarnya dalam halmanajerial dan teknis.

2. Menyelenggarakan diklat atau pendidikan keahlian bagi masyarakat.3. Dapat menjadi sekolah penyelenggara Ujian Akhir Nasional.4. Dapat menyelenggarakan Uji Kompetensi bekerjasama denga

asosiasi/lembaga terkait.5. Dapat menampung siswa sebanyak-banyaknya 27 rombongan belajar.

23

b. Tipe B (Baik) memiliki kewenangan :1. Menyelenggarakan diklat atau pendidikan keahlian bagi masyarakat.2. Dapat menjadi sekolah penyelenggara Ujian Akhir Nasional .3. Dapat menyelenggarakan Uji Kompetensi bekerjasama dengan

asosiasi/lembaga terkait.4. Dapat menampung siswa sebanyak-banyaknya 18 rombongan belajar.

c. Tipe C (Cukup) memiliki kewenangan :1. Dapat menjadi sekolah penyelenggara Ujian Akhir Nasional2. Dapat menampung siswa sebanyak-banyaknya 9 rombongan belajar.

d. Tipe D (Tidak terakreditasi) memiliki kewenangan :1. Tidak dapat menjadi sekolah penyelenggara Ujian Akhir Nasional2. Dapat menampung siswa sebanyak-banyaknya 3 rombongan belajar.

(7) Kedudukan Tenaga kependidikan pada satuan pendidikan disesuaikan dengan tipesatuan pendidikan sebagimana tercantum dalam lampiran peraturan daerah ini.

Bagian KetigaParagraf 1

Kepengawasan

Pasal 37

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan PendidikanDasar dan Menengah serta Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olah Raga.

(2) Pengawasan bidang teknis edukatif dilakukan oleh tenaga fungsional PengawasanProfesional yang terdiri dari Pengawas TK/SD, Pengawas Rumpun MataPelajaran, Pengawas Bimbingan Konseling serta dilaporkan secaraberkala/triwulan) kepada Kepala Dinas Pendidikan.

(3) Pengawasan Pendidikan Non Formal dilakukan oleh Penilik Pendidikan LuarSekolah.

(4) Pengawasan bidang administratif manajerial dilaksanakan oleh PemerintahDaerah.

(5) Pada setiap Satuan Pendidikan terdapat Fungsi Pengawasan Melekat.(6) Dewan Pendidikan melakukan Evaluasi dan Pengawasan terhadap kebijakan,

Program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan.(7) Komite Sekolah melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan,

program penyelenggaraan, keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Paragraf 2Kedudukan Tugas Pokok dam Fungsi Pengawas

Pasal 38

(1) Pengawas Sekolah adalah Pejabat Fungsional yang berkedudukan sebagaipelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlahsekolah yang ditunjuk/ditetapkan.

(2) Pengawas sekolah sebagimana dimaksud dalam ayat (1) diangkat dari jabatanfungsional guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepada sekolah.

24

(3) Pengawas sekolah mempunyai tugas pokok menilai dan membinapenyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupunswasta yang menjadi tanggjawabnya.

(4) Tugas pokok pengawas sekolah sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) meliputibidang pengawas Taman Kanak-Kanak, Sekolah dasar, pengawas rumpun matapelajaran/mata pelajaran dan pengawas bimbingan konseling.

(5) Pengaturan tentang jenis pengawas sesuai dengan tugas pokok sebagaimanadimaksud dalam ayat (4) dan sejumlah sekolah yang diawasi ditetapkan olehkeputusan Bupati.

Paragraf 3Tanggungjawab dan Wewenang

Pengawas Sekolah

Pasal 39

(1) Tanggungjawab Pengawas Sekolah :a. Melaksanakan Pengawasan pada Penyelenggaraan Pendidikan di sekolah

sesuai dengan penugasannya pada taman Kanak-Kanak, Sekolah dasar,Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah MenengahKejuruan dan Bimbingan konseling.

b. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar/bimbingan dan hasil prestasibelajar/bimbingan siswa dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.

(2) Wewenang pengawas sekolah adalah :a. Memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal

dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuyai dengan kode etikprofesi.

b. Menetapkan tingkat kinerja guru dan guru yang diberi tugas tambahan sebagaikepala sekolah serta faktor-faktor yang mempengaruhi.

c. Menentukan dan atau mengusulkan program pembinaan serta melakukanpembinaan

d. Menilai dan menandatangani daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan jabatanfungsional guru dan guru yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah.

Paragraf 4Kualifikasi

Pengawas Sekolah

Pasal 40

(1) Kualifikasi Pengawas Sekolah adalah :

1. Syarat Umum yaitu :a. Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan bidang

pengawasan yang akan dilakukan.b. Berkedudukan dan berpengalaman sebagai guru atau guru yang diberi

tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah dan melaksanakan kewajibannyasecara berturut-turut.

25

c. Telah mengikuti Pendidikan dan pelatihan kedinasan di bidangPengawasan sekolah dan mendapat Surat Tanda Tamat Pendidikan danPelatihan.

d. Setiap unsur penilaian pekerjaan dalam Daftar Penilaian PelaksanaanPekerjaan sekurang-kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir.

e. Usia setinggi-tingginya 5 (lima) tahun sebelum mencapai batas usiapensiun jabatan pengawas sekolah.

2. Syarat Khusus yaitu :a. Bagi Pengawas Sekolah Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar :

a.1. Pendidikan Strata Satu (S1) atau Strata Satu (S1) Kependidikan yangbersertifikasi Akta IV.

b.2. Berkedudukan serendah-rendahnya Guru Madya.b.3. Berpengalaman sebagai Guru Taman Kanak-kanak/Sekolah Dasar.

b. Bagi Pengawas Sekolah rumpun Mata pelajaran/mata pelajaran di SekolahMenengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengahkejuruan :b.1. Pendidikan serendah-rendahnya Strata satu (S1) atau Strata satu (S1)

Kependidikan yang bersertifikasi Akta IV.b.2. Berkedudukan serendah-rendahnya Guru Dewa.b.3. Memilikisalah satu spesialisasi mata pelajaran dalam rumpun mata

pelajaran yang sesuai.c. Bagi Pengawas Sekolah Bimbingan Konseling :

c.1. Pendidikan Strata Strata satu (S1) atau Strata satu (S1) Kependidikanyang bersertifikasi Akta IV.

c.2. Berkedudukan serendah-rendahnya Guru Dewasa.c.3. Memiliki spesialisasi atau jurusan/program atau keahlian dalam

Bimbingan dan Konseling atau Bimbingan dan Penyuluhan.

BAB XIIWAJUIB BELAJAR

Pasal 41

Pemerintah Daerah menjamin setiap anak mendapatkan kesempatan belajar mulai dariSekolah Dasar atay yang sederajat sampai Pendidikan Sekolah Menengah Pertama(SMP) atau yang sederajat.a. Pemerintah Daerah wajib membebaskan biaya pendidikan dasar bagi wajib belajar

pada jenjang pendidikan dasar 9 tahun yang tidak mampu sebagaimana dimaksudpada pasal 4 ayat 1 huruf d.

b. Pelayanan program wajib belajar mengikutsertakan semua lembaga pendidikanyang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun lembaga pendidikan yangdiselenggarakan oleh masyarakat.

BAB XIIIPARTISIPASI MASYARAKAT

Pasal 42

(1) Masyarakat dapat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yangmeliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan, serta

26

pengembangan sarana prasarana melalui melalui dewan pendidikan, komitesekolah yayasan penyelenggara pendidikan.

(2) Dunia usaha dan dunia industri wajib membantu penyelenggaraan pendidikanuntuk pencapaian standar kemampuan sesuai dengan tuntutan jabatan pekerjaanatau profesi tertentu yang berlaku di lapangan kerja dan memberi kemudahandalam proses pembelajaran yang terkait dengan industri, pelaksanaan praktekkerja industri/prakerin/pendidikan sistem ganda serta membantu menyalurkanlulusan.

(3) Dunia usaha dan dunia industri wajib membina perkembangan unit produksi disatuan pendidikan.

(4) Dunia usaha dan dunia industri, dinas tenaga kerja, kamar dagang dan industridaerah, asosiasi dan organisasi profesi berkewajiban membantu satuan pendidikandalam perencanaan, proses, pelaksanaan dan memberi pengakuan sertifikasiprofesi sesuai progam keahlian yang ada pada satuan pendidikan.

Pasal 43

(1) Dewan pendidikan adalah badan yang membawahi peran serta masyarakat dalamrangka peningkatan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikandaerah.

(2) Dewan pendidikan bertujuan ;a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan dan program pendidikan.b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran aktif dari seluruh lapisan mayarakat

dalam penyelenggaraan pendidikan.c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis

dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu.

(3) Untuk mencapai tujuannya Dewan Pendidikan berfungsi ;a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu,b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat, pemerintah, dan DPRD berkenaan

dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan

pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada Pemerintah

Daerah mengenai ; kebijakan dan program pendidikan, kriteria kerja daerahdalam bidang pendidikan, kriteria tenaga pendidikan, khususnya guru kepalasatuan pendidikan, serta kriteria fasilitas pendidikan.

e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan gunamendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

(4) Tata kerja Dewan Pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan.

27

Pasal 44

(1) Komite sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakatdalam rangka peningkatan mutu,pemerataan, dan efisiensi pengelolaanpendidikan, baik pada pendidikan prasekolah maupun pada pendidikan sekolah.

(2) Komite sekolah bertujuan untuk :a. Mewadahi serta menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

melahirhan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuanpendidikan.

b. Meningkatkatkan tanggungjawab dan peran serta masyarakat dalampenyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan.

c. Menciptakan suasana dan kondisi transfaran, akuntabel, dan demokratisdalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuanpendidikan.

(3) Untuk mencapai tujuan di atas, komite sekolah berfungsi ;a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.c. Menampung dan menganlisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan

pendidikan yang diajukan masyarakat.d. Memberikan masukan pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan

pendidikan mengenai ; kebijakan dan program pendidikan, AnggaranPendidikan dan Belanja Sekolah, kriteria kinerja satuan pendidikan, sertakriteria fasilitas pendidikan.

e. Mendorong orang tua siswa dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikanguna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

(4) Tata kerja Komite Sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan.

BAB XIVPENDANAAN PENDIDIKAN

Pasal 45

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, bersama masyarakat bertanggungjawab ataspebiayaan yang diperlukan bagi penyelenggaraan pendidikan.

(2) Pemerintah daerah menetapkan biaya pendidikan selain gaji tenagakependidikan dan biaya pendidikan kedinasan minimal 20% dari AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan dilakukan secara bertahap.

(3) Komponen yang dibiayai meliputi kegiatan yang berhubungan dengankesejahteraan tenaga kependidikan, penyelenggaraan pendidikan, saranaprasarana, dan proses belajar mengajar yang mengacu pada peningkatan mutupendidikan.

28

(4) Penentuan besarnya biaya penyelenggaraan pendidikan yang bersumber darimasyarakat antara lain biaya Dana Sumbangan Pendidikan tahun ajaran baru,iuran sekolah dan lain sebagainya ditentukan berdasarkan musyawarah orangtua dengan organisasi komite sekolah dengan pimpinan satuan pendidikan sertamendapatkan pengawasan dari Pemerintah Daerah.

(5) Sumber dana yang diperkenankan ditarik siswa baru dimusyawarahkan denganorang tua siswa, hanya diperuntukan bagi pelaksanaan dan pengembangankurikulum.

(6) Sumber sumber dari pemerintah, pemerintah daerah, dan orang tua pesertadidik, yayasan, donasi, dan hibah harus dilaporkan secara transparan.

(7) Pengelolaan biaya pendidikan dipertanggungjawabkabn secara transparan danakuntabel kepada masyarakat serta kepada pihak yang berkepentingan dan wajibbekerjasama dengan Bank Persepsi.

(8) Setiap satuan pendidikan wajib menyusun Anggaran Pendapatan dan BelanjaSekolah (APBS) dengan melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah danmasyarakat atau komite sekolah atau sebutan lain dan orang tua siswa.

(9) Satuan pendidikan dapat mengembangkan program yang menghasilkan sumberdana pendidikan (income generating program) dalam bentuk kerjasama unitproduksi dan program lain yang sejenis dengan memperhatikan ketentuan yangberlaku.

(10) Dana bantuan pengembangan satuan pendidikan baik dari pemerintah maupunpemerintah daerah, pelaksanaannya dilakukan secara swakelola.

(11) Tenaga kependidikan pada satuan pendidikan tidak diperkenankan menarik danadi luar ketentuan yang sudah ditetapkan.

BAB XVKETENTUAN PIDANA

Pasal 46

(1) Barangsiapa terbukti bersalah melanggar ketentuan-ketentuan, Pasal 5 ayat (3),Pasal 10,11,12,13, Pasal 24 ayat (2), pasal 34 ayat (1), pasal 35, pasal 36 ayat (3),pasal 39, dan pasal 45 ayat (11) Peraturan Daerah ini diancam pidana kurunganpaling lama 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,- (lima jutarupiah).

(2) Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 Peraturan daerah ini disetorkan keKas Daerah.

29

BAB XVIPENYIDIKAN

Pasl 47

(1) Penyidikan Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberiwewenang khusus sebagai Penyidik untuk penyidikan terhadap PidanaPelanggaran Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangNomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Untuk mendukung pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat (1), secara taktisoperasional dilapangan berkoordinasi dengan unsur Kepolisian.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan

yang berkenaan dengan tindakan pidana pelanggaran agar keterangan ataulaporan tersebut menjadi lengkap dan jelas.

b. Meneliti, mencari dan mengumpulan keterangan mengenai seorang atauBadan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengantindakan pidana pelanggaran.

c. Meminta keterangan dan barang bukti dari seseorang atau badan sehubungandengan tindak pidana pelanggaran.

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lainberkenaan dengan tindak pisana pelanggaran.

e. Melakukan penggeledehan untuk mendapat barang bukti, penyitaan terhadapbarang bukti tersebut.

f. Meminta bantuan tenaga akhli dalam rangka melaksanakan Tugas penyidikanTindak Pidana Pelanggaran.

g. Memotret seseorang yang berkaitan tindak pidana pelanggaran.h. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat

pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang danatau dokumen yang dibawa sebagaimana yang dimaksud pada huruf e.

i. Memanggil seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana pelanggaran.j. Menghentikan penyidikan.k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran Penyidikan Tindak

Pidana pelanggaran menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(4) Penyidik Pejabat PNS tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berwenang :a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang suatu

pelanggaran.b. Melakukan pemeriksaan terhadap pihak-pihak yang diduga melakukan

pelanggaran.c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum.d. Melakukan pemeriksaan atau menyita bahan atau barang bukti.e. Melakukan pemeriksaan atas surat atau dokumen lain.f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas.g. Menghentikan pemeriksaan apabila tidak terdapat cukup bukti yang

membuktikan tentang adanya tindak pelanggaran.h. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak

pelanggaran menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

30

BAB XVIISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 48

Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini khusus bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)dikenakan pula sanksi administrasi sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS).

BAB XVIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 49

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknispelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 50

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanDaerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bandung.

Ditetapkan di SoreangPada tanggal 1 Juni 2004

BUPATI BANDUNG

ttd

OBAR SOBARNA

Diundangkan di SoreangPada tanggal 1 Juni 2004SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN BANDUNG

ttd

Drs. H. ABUBAKARPembina Tk INIP. 010 072 603

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNGTAHUN 2004 NOMOR 24 SERI D