ekonomi makro

26
TUGAS KELOMPOK EKONOMI MAKRO OLEH: BERTO REKARAYA (09 40 1523) DIKE LYSTIANI (09 40 1543) FRISCA ANGELRIANA (09 40 1576) MEY SURYANINGSIH(09 40 1621) RICCA ARISANDI (09 40 1656) DOSEN: Prof. Dr. Mashudi

Upload: umppon

Post on 30-Jun-2015

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ekonomi Makro

TUGAS KELOMPOK

EKONOMI MAKRO

OLEH:

BERTO REKARAYA (09 40 1523)DIKE LYSTIANI (09 40 1543)FRISCA ANGELRIANA (09 40 1576)MEY SURYANINGSIH (09 40 1621)RICCA ARISANDI (09 40 1656)

DOSEN: Prof. Dr. Mashudi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ‘INDONESIA’PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2010/1011

Page 2: Ekonomi Makro

KEBIJAKAN PEMERINTAHDALAM

BIDANG EKONOMI

Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang digunakan Bank Indonesia

sebagai otoritas moneter, untuk mengendalikan atau mengarahkan perekonomian pada

kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan mengatur jumlah uang yang beredar

(JUB) dan tingkat suku bunga. Kebijakan moneter tujuan utamanya adalah

mengendalikan jumlah uang yang beredar (JUB).

Kebijakan moneter mempunyai tujuan yang sama dengan kebijakan ekonomi

pemerintah lainnya. Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya. Jika dalam

kebijakan fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah

maka dalam kebijakan moneter Bank Sentral (Bank Indonesia) mengendalikan jumlah

uang yang beredar (JUB).

Melalui kebijakan moneter, Bank Sentral dapat mempertahankan, menambah,

atau mengurangi JUB untuk memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus

mempertahankan kestabilan harga-harga. Berbeda dengan kebijakan fiskal, kebijakan

moneter memiliki selisih waktu (time lag) yang relatif lebih singkat dalam hal

pelaksanaannya. Hal ini terjadi karena Bank Sentral tidak memerlukan izin dari DPR

dan kabinet untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi masalah yang

sedang dihadapi dalam perekonomian.

Kebijakan moneter memiliki tiga instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open

market operation), kebijakan tingkat suku bunga (discount rate policy) dan rasio

cadangan wajib (reserve requirement ratio). Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Operasi pasar terbuka ( open market operation )

Yaitu kebijakan pemerintah mengendalikan jumlah uang yang beredar

dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah. Di

Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan dengan menjual atau membeli

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU).

Page 3: Ekonomi Makro

2. Fasilitas Diskonto ( Discount Rate )

Salah satu fasilitasnya yaitu adanya tingkat bunga diskonto yang

maksudnya adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank

umum yang meminjam ke bank sentral.

Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka

pemerintah melakukan suatu cara yaitu menurunkan tingkat bunga pinjaman

(tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih murah, maka

keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih

besar, sehingga jumlah uang yang beredar bertambah dan sebaliknya.

3. Rasio Cadangan Wajib ( Reserve Requirement Ratio )

Penetapan ratio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang yang

beredar. Jika rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank

memberikan kredit akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya.

Selain ketiga instrumen yang bersifat kuantitatif tersebut, pemerintah

dapat melakukan himbauan moral (moral suasion). Misalnya untuk

mengendalikan jumlah uang beredar (JUB) di masyarakat, Bank Indonesia

melalui Gubernur Bank Indonesia memberi saran supaya perbankan mengurangi

pemberian kredit ke masyarakat atau ke sektor-sektor tersebut.

Kebijakan moneter dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan

moneter ekspansif dilakukan pemerintah jika ingin menambah jumlah uang

beredar di masyarakat atau yang lebih dikenal kebijakan uang longgar (easy

money policy). Sebaliknya, jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang

beredar di masyarakat, kebijakan moneter yang ditempuh adalah kebijakan

moneter kontraktif atau yang lebih dikenal kebijakan uang ketat (tight money

policy). Selain itu dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Sentral dapat

menggunakan tiga instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market

operation), kebijakan tingkat suku bunga (discount rate policy) dan rasio

cadangan wajib (reserve requirement ratio).

Page 4: Ekonomi Makro

Kebijakan Perdagangan Luar Negeri

Kebijakan Perdagangan Luar Negeri merupakan salah satu bagian kebijakan

ekonomi makro. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri adalah peraturan yang dibuat

oleh pemerintah yang mempengaruhi struktur atau komposisi dan arah transaksi

perdagangan serta pembayaran internasional. Karena merupakan salah satu bagian

dari kebijakan ekonomi makro maka kebijakan perdagangan internasional bekerja

sama dengan baik dengan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.

Tujuan dari kebijakan perdagangan luar negeri yaitu sebagai berikut :

1. Melindungi kepentingan nasional dari pengaruh negatif yang berasal dari luar

negeri seperti dampak inflasi di luar negeri terhadap inflasi di dalam negeri

melalui impor atau efek resesi ekonomi dunia (krisis global) pertumbuhan ekspor

Indonesia.

2. Melindungi industri nasional dari persaingan barang-barang impor.

3. Menjaga keseimbangan neraca pembayaran sekaligus menjamin persediaan valuta

asing (valas) yang cukup, terutama untuk kebutuhan impor dan pembayaran

cicilan serta bunga utang luar negeri.

4. Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil.

5. Meningkatkan kesempatan kerja.

Kebijakan perdagangan luar negeri terbagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor

Tujuan Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor adalah untuk

mendukung dan  meningkatkan pertumbuhan ekspor. Tujuan kebijakan ini dapat

dicapai dengan berbagai kebijakan, antara lain kebijakan perpajakan dalam

berbagai bentuk, misalnya pembebasan atau keringanan pajak ekspor dan

penyediaan fasilitas khusus kredit perbankan bagi eksportir.

2. Kebijakan Proteksi atau Kebijakan Impor

Kebijakan Proteksi atau Kebijakan Impor bertujuan untuk melindungi industri

di dalam negeri dari persaingan barang-barang impor. Kebijakan proteksi dapat

diterapkan dengan berbagai instrumen, baik yang berbentuk tarif maupun non

tarif. Proteksi-proteksi yang dilakukan dengan tidak menggunakan tarif disebut

non-tariff barriers. Hambatan yang termasuk ke dalam hambatan non-tarif, antara

lain kuota, subsidi, diskriminasi harga, larangan impor, premi, dan dumping.

Page 5: Ekonomi Makro

Pada intinya, masalah-masalah dalam bidang ekonomi yang dihadapi

pemerintah bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi kita sebagai

warga negara yang baik semestinya ikut membantu dalam mengatasinya. Banyak

cara yang dapat diupayakan dimulai dengan melakukan program-program serta

kebijakan-kebijakan. Hal tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa kerja

sama masyarakatnya. Untuk itu, masyarakat semsetinya sudah dapat

memposisikan dirinya untuk membantu supaya pembangunan yang dilakukan

pemerintah tersebut berjalan dengan baik dengan cara tidak menjadi beban atau

kendala bagi pemerintah.

Page 6: Ekonomi Makro

Salah satu contoh kasus yang dapat diambil yaitu krisis ekonomi global yang

terjadi baru-baru ini. Tanggal 15 September 2008 menjadi catatan kelam sejarah

perekonomian Amerika Serikat, kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah

satu perusahaan investasi atau bank keuangan senior dan terbesar ke 4 di Amerika

serikat menjadi awal dari drama krisis keuangan di negara yang mengagung-agungkan

sistem kapitalis tanpa batas. Siapa yang menyangka suatu negara yang merupakan

tembok kapitalis dunia akan runtuh .Celakanya apa yang terjadi di Amerika Serikat

dengan cepat menyebar dan menjalar keseluruh dunia. Hanya beberapa saat setelah

informasi runtuhnya pusat keuangan dunia di Amerika, transaksi bursa saham

diberbagai belahan dunia seperti Hongkong, China, Australia, Singapura, Korea

Selatan, dan Negara lainnya mengalami penurunan drastis, bahkan Bursa Saham

Indonesia (BEI) harus disuspend selama beberapa hari, pemerintah Indonesia pun

kelihatan panik dalam menyikapi permasalahan ini, peristiwa ini menandai fase awal

dirasakannya dampak krisis ekonomi global yang pada mulanya terjadinya di

Amerika dirasakan oleh negara Indonesia.

Dilihat dari faktor penyebabnya, krisis Ekonomi global pada saat ini berbeda

dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih kurang satu dasawarsa lalu,

yang mana pada saat itu krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih disebabkan

oleh ketidakmampuan Indonesia menyediakan alat pembayaran luar negeri, dan tidak

kokohnya struktur perekonomian Indonesia, tetapi krisis keuangan global pada tahun

2008 ini berasal dari faktor-faktor yang terjadi di luar negeri. Tetapi kalau kita tidak

hati-hati dan waspada dalam menyikapi permasalahan ini, tidak mustahil dampak

krisis keuangan global pada tahun 2008 ini akan sama atau bahkan lebih buruk jika

dibandingkan dengan dampak dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, selain menyebabkan volume

perdagangan global pada tahun 2009 merosot tajam, juga akan berdampak pada

banyaknya industri besar yang terancam bangkrut, terjadinya penurunan kapasitas

produksi, dan terjadinya lonjakan jumlah pengangguran dunia. Bagi negara-negara

berkembang dan emerging markets, situasi ini dapat merusak fundamental

perekonomian, dan memicu terjadinya krisis ekonomi.

Kekhawatiran atas dampak negatif pelemahan ekonomi global terhadap

perekonomian di negara-negara emerging markets dan fenomena flight to quality dari

Page 7: Ekonomi Makro

investor global di tengah krisis keuangan dunia dewasa ini, telah memberikan tekanan

pada mata uang seluruh dunia, termasuk Indonesia dan mengeringkan likuiditas dolar

Amerika Serikat di pasar domestik banyak negara. Hal ini menyebabkan pasar valas

di negara-negara maju maupun berkembang cenderung bergejolak di tengah

ketidakpastian yang meningkat.

Sebagai negara dengan perekonomian terbuka, meskipun Indonesia telah

membangun momentum pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tidak akan terlepas

dari dampak negatif perlemahan ekonomi dunia tersebut. Krisis keuangan global yang

mulai berpengaruh secara signifikan dalam triwulan III tahun 2008, dan second round

effectnya akan mulai dirasakan meningkat intensitasnya pada tahun 2009,

diperkirakan akan berdampak negatif pada kinerja ekonomi makro Indonesia dalam

tahun 2009 baik di sisi neraca pembayaran dan neraca sektor riil, maupun sektor

moneter dan sektor fiskal (APBN).

Dampak negatif yang paling cepat dirasakan sebagai akibat dari krisis

perekonomian global adalah pada sektor keuangan melalui aspek sentimen psikologis

maupun akibat merosotnya likuiditas global. Penurunan indeks harga saham di Bursa

Efek Indonesia (BEI) mencapai sekitar 50,0 persen, dan depresiasi nilai tukar rupiah

disertai dengan volatilitas yang meningkat. Sepanjang tahun 2008, nilai tukar rupiah

telah terdepresiasi sebesar 17,5 persen. Kecenderungan volatilitas nilai tukar rupiah

tersebut masih akan berlanjut hingga tahun 2009 dengan masih berlangsungnya upaya

penurunan utang (deleveraging) dari lembaga keuangan global.

Seluruh dunia telah diliputi oleh krisis financial (krisis ekonomi global),

seluruh negara-negara di dunia baik itu negara maju maupun negara berkembang telah

terjebak dalam kesulitan yang sangat rumit. Beberapa negara yang sebelumnya

menikmati kondisi ekonomi yang kuat yang mempunyai teknologi yang canggih

dalam hal ilmu pengetahuan, pangan, senjata, obat-obatan terlihat hancur

perekonomiannnya. Fakta dari masalah tersebut adalah bahwa ekonomi negara-negara

tersebut ditopang oleh kebijakan yang sangat rapuh yang meyebabkan collaps terkena

dampak krisis ekonomi global.

Krisis finansial global yang menyebabkan menurunnya kinerja perekonomian

dunia secara drastis pada tahun 2008 diperkirakan masih akan terus berlanjut, bahkan

Page 8: Ekonomi Makro

akan meningkat intensitasnya pada tahun 2009. Perlambatan pertumbuhan ekonomi

dunia, selain menyebabkan volume perdagangan global pada tahun 2009 merosot

tajam, juga akan berdampak pada banyaknya industri besar yang terancam bangkrut,

terjadinya penurunan kapasitas produksi, dan terjadinya lonjakan jumlah

pengangguran dunia. Bagi negara-negara berkembang dan emerging markets, situasi

ini dapat merusak fundamental perekonomian, dan memicu terjadinya krisis ekonomi.

Kekhawatiran atas dampak negatif pelemahan ekonomi global terhadap

perekonomian di negara-negara emerging markets dan fenomena flight to quality dari

investor global di tengah krisis keuangan dunia dewasa ini, telah memberikan tekanan

pada mata uang seluruh dunia, termasuk Indonesia dan mengeringkan likuiditas dolar

Amerika Serikat di pasar domestik banyak negara. Hal ini menyebabkan pasar valas

di negara-negara maju maupun berkembang cenderung bergejolak di tengah

ketidakpastian yang meningkat.

Sebagai negara dengan perekonomian terbuka, meskipun Indonesia telah

membangun momentum pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tidak akan terlepas

dari dampak negatif perlemahan ekonomi dunia tersebut. Krisis keuangan global yang

mulai berpengaruh secara signifikan dalam triwulan III tahun 2008, dan second round

effectnya akan mulai dirasakan meningkat intensitasnya pada tahun 2009,

diperkirakan akan berdampak negatif pada kinerja ekonomi makro Indonesia dalam

tahun 2009 baik di sisi neraca pembayaran dan neraca sektor riil, maupun sektor

moneter dan sektor fiskal (APBN).

Dampak negatif yang paling cepat dirasakan sebagai akibat dari krisis

perekonomian global adalah pada sektor keuangan melalui aspek sentimen psikologis

maupun akibat merosotnya likuiditas global. Penurunan indeks harga saham di Bursa

Efek Indonesia (BEI) mencapai sekitar 50,0 persen, dan depresiasi nilai tukar rupiah

disertai dengan volatilitas yang meningkat. Sepanjang tahun 2008, nilai tukar rupiah

telah terdepresiasi sebesar 17,5 persen. Kecenderungan volatilitas nilai tukar rupiah

tersebut masih akan berlanjut hingga tahun 2009 dengan masih berlangsungnya upaya

penurunan utang (deleveraging) dari lembaga keuangan global.

Page 9: Ekonomi Makro

Krisis keuangan Amerika Serikat menyebabkan masalah global keuangan

dunia, untuk mengatasi hal tersebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah

mengeluarkan sepuluh arahan: (1) semua kalangan tetap optimis, dan bersinergi

menghadapi krisis keuangan, (2) tetap pertahankan nilai pertumbuhan enam persen,

(3) optimalisasi APBN 2009, (4) dunia usaha khususnya sektor riil harus tetap

bergerak, (5) semua pihak agar cerdas menangkap peluang, (6) galakkan kembali

penggunaan produk dalam negeri, (7) tingkatkan sikap profesionalisme, (8) kerja

sama dalam menghadapi masalah, (9) tidak melakukan langkah non partisan, (10)

komunikasi yang bijak. Sementara itu Mudrajad Kuncoro (2008) mengatakan

bahwa setidaknya ada dua langkah strategis dalam mengatasi dampak krisis keuangan

global, yaitu Demand pull strategy dan supply push strategy. Demand pull strategy

mencakup strategi perkuatan sisi permintaan, yang bisa dilakukan dengan perbaikan

iklim bisnis, fasilitasi mendapatkan HAKI (paten), fasilitasi pemasaran domestik dan

luar negeri dan menyediakan peluang pasar. Langkah strategis lainnya adalah supply

push strategy yang mencakup strategy pendorong sisi penawaran, ini bisa dilakukan

dengan ketersediaan bahan baku, dukungan permodalan, bantuan

teknologi/mesin/alat, dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia.

Page 10: Ekonomi Makro

PENYEBAB KRISIS EKONOMI GLOBAL

Di tengah dinamika ekonomi global yang terus-menerus berubah dengan

akselerasi yang semakin tinggi sebagaimana digambarkan di atas, Indonesia

mengalami terpaan badai krisis yang intensitasnya telah sampai pada keadaan yang

nyaris menuju kebangkrutan ekonomi.

Krisis ekonomi – yang dipicu oleh krisis moneter – beberapa waktu yang lalu,

paling tidak telah memberikan indikasi yang kuat terhadap tiga hal. Pertama,

kredibilitas pemerintah telah sampai pada titik nadir. Penyebab utamanya adalah

karena langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dalam merenspons krisis selama

ini lebih bersifat “tambal-sulam”, ad-hoc, dan cenderung menempuh jalan yang

berputar-putar.

Selain itu, seluruh sumber daya yang dimiliki negeri ini dicurahkan

sepenuhnya untuk menyelamatkan sektor modern dari titik kehancuran. Sementara itu,

sektor tradisional, sektor informal, dan ekonomi rakyat, yang juga memiliki eksistensi

di negeri ini seakan-akan dilupakan dari wacana penyelamatan perekonomian yang

tengah menggema.

Kedua, rezim Orde Baru yang selalu mengedepankan pertumbuhan (growth)

ekonomi telah menghasilkan crony capitalism yang telah membuat struktur

perekonomian menjadi sangat rapuh terhadap gejolak-gejolak eksternal. Industri

manufaktur yang sempat dibanggakan itu ternyata sangat bergantung pada bahan baku

impor dan tak memiliki daya tahan. Sementara itu, akibat “dianak-tirikan”, sektor

pertanian pun juga tak kunjung mature sebagai penopang laju industrialisasi. Yang

saat itu terjadi adalah derap industrialisasi melalui serangkaian kebijakan yang

cenderung merugikan sektor pertanian. Akibatnya, sektor pertanian tak mampu

berkembang secara sehat dalam merespons perubahan pola konsumsi masyarakat dan

memperkuat competitive advantage produk-produk ekspor Indonesia.

Salah satu faktor terpenting yang bisa menjelaskan kecenderungan di atas

adalah karena proses penyesuaian ekonomi dan politik (economic and political

adjustment) tidak berlangsung secara mulus dan alamiah. Soeharto-style state-assisted

capitalism nyata-nyata telah merusak dan merapuhkan tatanan perekonomian.

Memang di satu sisi pertumbuhan ekonomi yang telah dihasilkan cukup tinggi, namun

Page 11: Ekonomi Makro

mengakibatkan ekses yang ujung-ujungnya justru counter productive bagi

pertumbuhan yang berkelanjutan.

Ketiga, rezim yang sangat korup telah membuat sendi-sendi perekonomian

mengalami kerapuhan. Secara umum, segala bentuk korupsi akan mengakibatkan arah

alokasi sumber daya perekonomian menjurus pada kegiatan-kegiatan yang tidak

produktif dan tidak memberikan hasil optimum. Dalam kondisi seperti ini

pertumbuhan ekonomi memang sangat mungkin terus berlangsung, bahkan pada

intensitas yang relatif tinggi. Namun demikian, sampai pada batas tertentu pasti akan

mengakibatkan melemahnya basis pertumbuhan.

Selanjutnya, praktik-praktik korupsi secara perlahan C tapi pasti C telah

merusak tatanan ekonomi dan pembusukan politik yang disebabkan oleh perilaku

penguasa, elit politik, dan jajaran birokrasi. Keadaan semakin parah ketika jajaran

angkatan bersenjata dan aparat penegak hukum pun ternyata juga turut terseret ke

dalam jaringan praktik-praktik korupsi itu.

Hancurnya kredibilitas pemerintah yang dibarengi dengan tingginya

ketidakpastian itu telah menyebabkan terkikisnya kepercayaan (trust). Yang terjadi

dewasa ini tidak hanya sekadar pudarnya trust masyarakat terhadap pemerintah dan

sebaliknya, melainkan juga antara pihak luar negeri dengan pemerintah, serta di antara

sesama kelompok masyarakat. Yang terakhir disebutkan itu tercermin dengan sangat

jelas dari keberingasan massa terhadap simbol-simbol kekuasaan serta kemewahan

dan terhadap kelompok etnis Cina, seperti yang dikenal dengan peristiwa Mei 1998.

Sementara itu, krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat dilihat

dari respons masyarakat yang kerap kali berlawanan dengan tujuan kebijakan yang

ditempuh pemerintah. Misalnya, kebijakan pemerintah yang seharusnya berupaya

menggiring ekspektasi masyarakat ke arah kanan, justru telah menimbulkan respons

masyarakat menuju ke arah kiri, dan sebaliknya. Faktor lainnya adalah semakin

timpangnya distribusi pendapatan dan kekayaan, sehingga mengakibatkan lunturnya

solidaritas sosial.

Page 12: Ekonomi Makro

DAMPAK YANG DITIMBULKAN OLEH KRISIS EKONOMI GLOBAL

1.Dampak Perekonomian Global terhadap APBNP 2008

Asumsi inflasi dalam APBNP 2008 yang ditetapkan sebesar 6,5%, menurut

Adiningsih (Ekonom dari Universitas Gajah Mada) dalam harian Suara Karya (16/4-

08), dapat melebihi 10% akibat tekanan berat dari kondisi perekonomian global yang

berada di luar kendali pemerintah. Adiningsih mengemukakan bahwa seharusnya

pemerintah menyusun APBN secara konsevatif , karena apabila APBN dirubah terus,

tentu akan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat. Dia juga mengungkapkan

bahwa dunia usaha juga tergantung pada pengelolaan dan realisasi APBN. Apabila

APB tidak konsisten, dipastikan dunia usaha akan sulit tumbuh, sehinga sulit

diharapkan pertumbuhan ekonomi yang tiggi. Mengenai besaran asumsi inflasi dalam

APBNP, menurutnya tidak masuk akal, karena pada akhir tahun 208 terdapat

beberapa hari raya yang sudah pasti akan memicu inflasi lebih tinggi. Disamping itu

harga minyak mentah yang masih akan melambung dan harga pangan dunia yang

meroket. Hal ini akan mempengaruhi harga komoditias di dalam negeri. Tidak semua

komoditas dapat dikendalikan oleh pemerintah. Tambahan lagi, banyak barang impor

termasuk yang illegal masuk ke ke pasar Indonesia. Hinga akhir tahun ini

diperkirakan gejolak pasar Keuangan dunia belum akan reda. Seandainya Amerika

Serikat meningkatkan suku bunga kredit, akan berdampak terhadap Indonesia dan

dikhawatirkan inflasi akan melebihisatudigit.

Dalam menghadapi situasi perekonomian global yang tidak pasti, Raden

Pardede (salah satu calon gubernur BI yang ditolak DPR) mengemukakan

pendapatnya bahwa pemerintah harus membatasi besaran anggaran untuk subsidi.

Menurutnya, dengan asumsi harga minyak mentah sebesar US$ 95 per barel, total

subsidi mencapai sekitar Rp 33 triliun. Jika harga minyak ternyata lebih dri U$$ 100

per barel, diperkirakan lebih dari 30% anggaran belanja habis untuk subsidi,

bagaimana dengan sektro yang lain, katanya.

Berkaitan dengan kekurangan dana dalam APBN pasti dicarikan melalui

pembiayaan yang salah satunya adalah dengan penerbitan Suat Utang Negara (SUN)

disesuaikan dengan melihat kemampuan pasar untuk menyerapnya. Tetapi, jika

Page 13: Ekonomi Makro

subsidi tidak dibatasi, investor akan khawatir mengnenai kemampuan negara dalam

melakukan pembayaran. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpastian dan rendahnya

daya serap SUN.

Pendapat dari kedua pengamat ekonomi tersebut perlu diperhatikan sebagai

informasi untuk mewaspadai bahwa kondisi perkonomian dunia yang saat ini sedang

bergolak penuh ketidak pastian akan berdampak terhadap tingkat inflasi, alokasi

anggaran untuk subsidi dan daya serap SUN untuk pembiayaan deficit APBN. Namun

demikian, apabila dalam perjalanannya asumsi-asumsi dalam APBNP 2008 meleset

jauh dari kenyataan, pengamat ekonomi tidak seharusnya semata-mata menyalahkan

pemerintah, karena APBN-P 2008 tersebut merupakan hasil pembahasan dan

kesepakatan antara pemerintah dengan DPR. Tambahan lagi, jika asumsi dalam

APBNP tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi perekonomian, mau tidak

mau APBNP 2008 harus direvisi kembali.

2. Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perekonomian Indonesia

Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat sudah terlihat tanda-tandanya beberapa waktu

yang lalu, Tetapi baru dianggap serius oleh pemerintah Indonesia sejak tanggal 8 Oktober

2008 saat IHSG di BEI turun tajam sampai 10,38 % dan mengharuskan pemerintah

menghentikan kegiatan di pasar bursa modal beberapa hari.

Sebenarnya banyak akibat yang dirasakan oleh Indonesia dengan adanya krisis

keuangan di Amerika serikat , baik akibat positif seperti turunnya harga minyak dunia

yang menembus $ 61 per barel dan akibat negative seperti turunnya nilai rupiah,

berkurangnya nilai export, turunnya investasi atau terjadi flyingout , namun demikian

akibat negatif lebih banyak dirasakan bagi perekonomian Indonesia terutama bagi

sektor riil yang mempunyai pangsa export, pemerintah harus sungguh-sungguh

menangani masalah ini karena pada akhirnya apabila tidak tertangani dengan benar

akan mengakibatkan distabilitas negara atau sering orang bilang akan terjadi Krisis

seri kedua.

Lebih lanjut Ridwan (dosen Ek. Pembangunan UJB)menegaskan , bahwa harus ada

langkah-langkah antisipasi menghadapi krisis keuangan global anatara lain, tetap

menjaga independensi pengambil keputusan, sebisa mungkin mempertahankan tingkat

Page 14: Ekonomi Makro

suku bunga yang ada saat ini, peningkatan pagu jaminan simpanan pada Lembaga

Keuangan Nasional, Penginjeksian secara besar-besaran likuiditas ke dalam perbankan

nasioanal, pemberlakuan kontrol devisa terbatas , pembentukan lembaga procurement

untuk mengatur transaksi devisa BUMN, keharusan izin bank sentral bagi transaksi

arus ke luar modal dalam jumlah tertentu. Disamping itu diskusi juga

merekomendasiakan : Penyiapan satu skema social safety net yang komprehensif

untuk mengantisipasi full-blown crisis , pemerintah daerah secara lebih erat sebagai

mitra dan pelaksana berbagai kebijakan yang ditetapkan, mewaspadai politik

dumping , menyiapakan insentif bagi pengusaha lokal untuk menggarap pasar

domestik, dan merekomendasikan untuk mengkaji ulang sistem ekonomi yang selama

ini mengekor pada sistem ekonomi kapitalis.

Page 15: Ekonomi Makro

CARA MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL

Mengatasi Penyebab dan Dampak Krisis Ekonomi Global masih menjadi

berita hangat tanpa melewati 1 (satu) hari pun dalam bulan-bulan terakhir ini.

Berbicara krisis ekonomi adalah bukan berbicara tentang nasib 1 (satu) orang bahkan

lebih dari itu semua karena ini menyangkut nasib sebuah bangsa. Berbagai argument

dan komentar pun dilontarkan di berbagai media yang selalu memojokkan

pemerintahan Yudhoyono dan BI (Bank Indonesia) Di salah satu media menyatakan

bahwa Presiden Yudhoyono menyampaikan 10 langkah untuk menghadapi masalah

tersebut. Empat di antaranya:

1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri

2. Memanfaatkan peluang perdagangan internasional

3. Menyatukan langkah strategis Pemerintah dengan Bank Indonesia (BI)

4. Menghindari politik non partisan untuk menghadapi krisis.

Kedengarannya memang masuk akal tapi untuk menghadapi krisis itu

bukanlah semata adalah tugas pemerintah dan Bank Indonesia tapi badai krisis ini

perlu dihadapi bersama jangan sampai kejadian Krisis Ekonomi Global Part II ini

lebih dahsyat meluluh-lantakkan Perekonomian Indonesia seperti yang telah terladi

pada Badai Krisis Moneter Part I di Era Soeharto.

Sadar atau pun tidak sadar Akibat Krisis Ekonomi Global kali in sudah sangat

jauh merambah dalam berbagai strata masyarakat. Dimana-mana pengangguran

semakin bertambah Income perkapita drastis menurun karena beberapa industri mulai

merampingkan tenaga-kerja atau mulai meliburkan tenaga kerja tanpa batas waktu.

Senada dengan hal itu investor-investor lokal dan Asing pun mulai  menarik saham

dalam industri-industri di Indonesia. Dari kejadian kejadian itu akan menjadikan

peluang untuk Angka Kriminalitas akan melonjak naik Grafiknya di tanah air belum

lagi kasus-kasus korupsi terbaikan karena bangsa ini telah disibukkan dengan masalah

yang lebih di prioritaskan sehingga dengan bebasnya para koruptor meneruskan

aksinya ditiap jenjang. “Selamat buat para koruptor Anda bisa keluar dari

persembunyain untuk sementara Waktu. How pity a Country !”

Page 16: Ekonomi Makro

Memang sangat Ironis di satu sisi Indonesia yang dikenal sebagai negara

Agraris tapi disisi lain beberapa item bahan pokok masih mengandalkan hasil import

dari negara tetangga. Yah ini mungkin salah satu kelemahan dari bangsa kita bahkan

diri kita yang sebagai rakyat yang kurang berusaha secara profesional dalam

mengelola asset-asset yang ada dalam lahan-lahan indonesia. Lihat saja kekayaan

Alam Indonesia mulai dari hasil laut belum dapat dikelola dengan baik karena

Fasilitas-fasilitas nelayan kurang memadai sehingga negara-negara lain meraup

keuntungan dari hasil menangkap hasil laut dengan cara yang tidak fair. Belum lagi

persediaan minyak yang semakin lama semakin menipis serta Tambang-tambang

Emas yang masih dikuasai negara asing. Jadi sangat disayangkan Punya Harta yang

sangat berlimpah ruah tapi tidak dapat dinikmati secara maksimal oleh bangsa ini.

Jadi memanglah pas ketika Ketua Presidium Persatuan Alumni Gerakan

Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI ) menyatakan bahwa Krisis ekonomi global

telah terjebak pada sistem kapitalisme internasional sehingga sampai saat ini

sepertinya tak ada persiapan jelas menghadapi krisis keuangan global yang berawal

dari runtuhnya industri keuangan di Amerika Serikat. Mereka yang krisis kita yang

”hancur-hancuran” seperti pada bursa saham sehingga menghentikan operasionalnya.

Dan kesimpulannya Indonesia belum siap menghadapi Dampak Krisis

Ekonomi Global yang di motori oleh Negara Super itu. Mungkin dari beberapa uraian

diatas dapat memberi gambaran bahwa kita punya potensi menghadapi krisis ini jika

kita meningkatkan kesadaran sebagai masyarakat indonesia termasuk element

pemerintah berikut departement terkait untuk meningkat pengelolaan sumber daya

secara profesional sehingga bangsa ini menjadi produktif dalam penyediaan hasil

bumi dan dapat mandiri serta terbebas sebagai negara importir bahan pangan dan

minyak bumi terbesar yang akan membalikkan keadaan menjadi negara “Pengekspor

Terbesar”.

Page 17: Ekonomi Makro

DAFTAR PUSTAKA

Bisnis Indonesia, 17 Juni 2009 hal 7, “Boediono, demokrasi, dan ekonomi”

Bisnis Indonesia, 6 Juni 2009 hal 1, “IMF: Ekonomi RI membaik”

Bisnis Indonesia, 6 Juni 2009 hal 1, “Rupiah Tembus Level 9.000/US$”

Bisinis Indonesia, 8 Juni 2009 hal 2, “Indonesia Cepat Lalui Krisis”

Kompas, 15 Juni 2009 hal 21, “Kebijakan Moneter Belum Cukup Longgar”

Bisnis Indonesia, 3 Juni 2009 hal 4, “Kredit Mulai Tumbuh”

http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=DAMPAK%20KRISIS%20EKONOMI%20GLOBAL%20TERHADAP%20KONDISI%20SOSIAL%20EKONOMI%20DI%20PROVINSI%20KEPULAUAN%20BANGKA%20BELITUNG&nomorurut_artikel=273

http://bagkeu-bppk.net/content/mengatasi-dampak-krisis-global-melalui-program-stimulus-fiskal-apbn-09

http://www.ekonomirakyat.org/edisi_3/artikel_4.htm

http://www.depkeu.go.id/ind/Data/Artikel/dampak_perekonomian.htm

http://metris-community.com/dampak-krisis-ekonomi-global/

http://www.janabadra.ac.id/id/index.php?option=com_content&view=article&id=219:dampak-krisis-keuangan-global-terhadap-perekonomian-indonesia&catid=61:fakultas-ekonomi