ekma4111_pengantar bisnis_modul 4.pdf

25
PENGANTAR BISNIS (EKMA4111) Modul 4: Motivasi, Kepemimpinan, dan Hubungan Industrial Oleh: OlivicaPriyono

Upload: api-248753242

Post on 20-Oct-2015

252 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

  • PENGANTAR BISNIS (EKMA4111)Modul 4: Motivasi, Kepemimpinan, dan Hubungan

    Industrial

    Oleh : Olivica Priyono

  • MODUL 4 MOTIVASI, KEPEMIMPINAN, DAN HUBUNGAN

    INDUSTRIAL

    Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Kegiatan Belajar 2: Hubungan Industrial

    Content

  • Kekuatan psikologis yang menentukan arah, intensitas / tingkat usaha, dan

    tingkat ketekunan (persistance) seorang individu (pegawai) dalam mencapai

    tujuannya sehingga memunculkan perilaku tertentu.

    Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Pada umumnya motivasi dapat dibagi ke dalam 2 kelompok :

    a. Motivasi Ekstrinsik, motivasi yang datang dari luar diri para pekerja.

    Bentuknya dapat berupa imbalan ataupun hukuman (reward and

    punishment).

    b. Motivasi Intrinsik, motivasi yang datang dari dalam diri pekerja. Misalnya,

    para pekerja sangat ingin mengembangkan perusahaannya dan ingin

    melihat perusahaannya maju.

    Motivasi

  • 1. Teori Motivasi Klasik (Frederick Taylor)

    Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Teori ini menitikberatkan pada anggapan bahwa uang atau imbalan merupakan faktor

    utama yang bisa memotivasi karyawan untuk bekerja dengan baik.

    Sumber-Sumber Motivasi

    2. Teori Perilaku (Hawthorne)

    Teori ini menyatakan bahwa kecenderungan meningkatnya produktivitas adalah ketika

    karyawan merasa yakin bahwa mereka akan menerima perhatian khusus dari

    manajemen (atasan).

    3. Teori Motivasi Kontemporer

    Menitikberatkan pada human relation (hubungan atasan bawahan) dalam memotivasi

    kinerja karyawan. Terbagi dalam :a. Awal 50-an : Teori Hierarki Kebutuhan-Abraham Maslow, Teori X dan Y -McGregor, Teori

    Dua Faktor -Frederick Herzberg.

    b. Terbaru : ERG Theory Clayton Alderfer, Theory of Needs - McClelland, Expectancy Theory

    (Teori Ekspektasi), Equity Theory (Teori Keseimbangan), dan Goal Setting Theory (Teori

    Penetapan Tujuan)

  • Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Sumber-Sumber Motivasi

    3. Teori Motivasi Kontemporer [kelanjutan]

    a. Teori Hierarki Kebutuhan (Maslow)

    Kebutuhan tersebut bersifat hierarki (bertingkat) karena kebutuhan pada tingkat yang

    lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum seseorang berusaha untuk

    memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi

  • Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Sumber-Sumber Motivasi

    3. Teori Motivasi Kontemporer [kelanjutan]

    b. Teori X dan Y (Douglas McGregor)

    Motivasi : imbalan atau hukuman memotivasi diri (self-motivated)

    dan terdorong untuk produktif.

  • Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Sumber-Sumber Motivasi

    3. Teori Motivasi Kontemporer [kelanjutan]

    c. Two-Factor Theory/Motivation-Hygiene Theory (Hezberg)

    Kepuasan kerja tergantung pada 2 faktor :

    1) faktor motivasi (penghargaan kerja) yang bersifat intrinsik berkaitan dengan

    kepuasan kerja, contoh : prestasi kerja (achievement), penghargaan (recognition)

    2) faktor kondisi kerja (hygiene) yang bersifat ekstrinsik berkaitan dengan

    ketidakpuasan, contoh : status gaji (salary status), hubungan dengan rekan

    kerja/supervisor/bawahan (relation with peers/supervisor/ subordinate),dan kondisi

    kerja (work condition).

    Dengan memenuhi faktor ekstrinsik maka kondisi dissatisfaction atau ketidakpuasan

    dapat diobati menjadi kondisi no dissatisfaction (tidak mengecewakan).

    Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa teori dua faktor ini lebih efektif berlaku pada

    golongan profesional, akan tetapi kurang efektif untuk diterapkan pada golongan pegawai

    biasa (clerical) dan pekerja pabrik. Selain itu, yang menjadi faktor hygiene bagi seseorang,

    mungkin saja merupakan faktor motivasi bagi orang lain.

  • Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Sumber-Sumber Motivasi

    3. Teori Motivasi Kontemporer [kelanjutan]

    d. ERG Theory (Alderfer) modifikasi Maslow

    Terdapat 3 kelompok kebutuhan inti (core needs), yaitu sebagai berikut:

    1) Existence Needs, yaitu kebutuhan dasar manusia agar dapat bertahan hidup,

    seperti kebutuhan atas makanan, air, pakaian, serta lingkungan yang aman

    2) Relatedness Needs, yaitu kebutuhan untuk menjalin hubungan interpersonal yang

    penting. Kebutuhan sosial dan status tersebut memasyarakatkan adanya interaksi

    dengan orang lain. Kebutuhan ini juga terkait dengan kebutuhan sosial dan

    komponen eksternal (esteem needs dalam Maslows Hierarchy of Needs Theory).

    3) Growth Needs, yaitu keinginan intrinsik untuk mengembangkan diri, mengerjakan

    hal-hal kreatif dan menjadi produktif (kebutuhan esteem dan self actualization needs

    dalam Maslows Theory).

    Perbedaan utama di antara kedua teori tersebut, yaitu kontras dengan Maslow, Teori

    ERG menunjukkan bahwa:

    1) Seseorang dapat memiliki lebih dari satu level kebutuhan secara bersamaan;

    2) Apabila kebutuhan yang levelnya lebih tinggi sulit dipenuhi, keinginan untuk

    memenuhi kebutuhan yang levelnya lebih rendah akan meningkat.

  • Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Sumber-Sumber Motivasi

    3. Teori Motivasi Kontemporer [kelanjutan]

    e. Theory of Needs (McClelland)

    Teori ini berpendapat bahwa karyawan memiliki cadangan energi potential, bagaimana

    energi itu dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi dan

    situasi dan peluang yang tersedia.

    Energi ini akan dimanfaatkan oleh karyawan karena didorong oleh :

    1)kekuatan motif dan kekuatan dasar yang terlibat;

    2)harapan keberhasilannya

    3)nilai intensif yang melekat pada tujuan.

    McClelland mengelompokkan 3 kebutuhan manusia yang memacu gairah bekerja :

    1) Need for Achievement/nAch (kebutuhan akan prestasi)

    2) Need for Affiliation/nAff (kebutuhan akan afiliasi) : sense of belonging, sense of

    importance, sense of achievement, sense of participation

    3) Need for Power/nPow (kebutuhan akan kekuasaan)

  • Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Sumber-Sumber Motivasi

    3. Teori Motivasi Kontemporer [kelanjutan]

    g. Equity Theory

    Menyatakan seseorang akan mengevaluasi apa yang mereka lakukan dan peroleh pada

    perusahaan tempat bekerja dengan membandingkan perlakuan di tempat lain

    h. Goal Setting Theory

    Menggunakan pendekatan kognitif yang menyatakan bahwa penetapan goal (tujuan)

    secara spesifik yang memberikan tantangan dan disertai dengan respons balik terhadap

    setiap usaha pencapaian tujuan akan lebih memotivasi karyawan dan meningkatkan kinerja.

    Terdapat 2 hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu

    a. Self efficacy(keyakinan individu bahwa ia mampu dalam menjalankan tugas)

    b.Teori ini terbatasi oleh budaya (cultural bond)

  • Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Strategi Peningkatan Kepuasan dan Motivasi Kerja

    1. Teori Penguatan/Modifikasi Perilaku

    Teori yang menyatakan bahwa perilaku dapat dikembangkan atau tidak melalui pemberian

    imbalan atau penerapan hukuman.

    Penerapan jam kerja dan Minggu kerja yang berbeda

    Memodifikasi jadwal kerja :

    1) Program Pembagian Kerja (Work-Share Programs/Job Sharing) : memberi kebebasan dua

    atau lebih karyawan untuk saling berbagi satu bentuk pekerjaan full-time

    2) Program Waktu Fleksibel dan Strategi Alternatif Tempat Kerja (Flexitime Programs and

    Alternative Workplace Strategies) : memberi kebebasan pada karyawan untuk melakukan

    penyesuaian jadwal kerja harian atau mingguan

    2. Modified Work Schedules

  • Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Strategi Peningkatan Kepuasan dan Motivasi Kerja

    Karyawan dapat lebih termotivasi jika mereka memainkan peranan yang lebih besar dalam

    perusahaan, apakah lebih dilibatkan dalam pengambilan keputusan (manajemen partisipatif)

    maupun diberikan tanggung jawab/wewenang yang lebih besar (empowerment).

    Contoh : Management by Objective (MBO) yang merupakan seperangkat prosedur yang

    melibatkan manajer & bawahannyadalam menetapkan tujuan dan mengevaluasi kemajuannya

    3. Participative Management and Empowerment

  • Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Kepemimpinan

    1. Pendekatan Gaya Manajerial (Managerial Style)

    Pola perilaku yang dilakukan manajer dalam berhubungan dengan bawahan :

    a. Gaya Otokratis (Autocratic Style) memberi perintah dan menuntut bawahan untuk

    mematuhi tanpa banyak bertanya.

    b. Gaya Demokratis (Democratic Style) meminta masukan dan pendapat dari bawahan,

    tetapi keputusan akhir tetap berada di tangan manajer.

    c. Gaya Free-rein (Free-rein Style) berfungsi dengan bertindak sebagai penasihat bagi bawahan,

    di mana bawahan memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan.

    Setiap gaya manajerial memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga banyak manajer yang

    melakukan respons yang berbeda dalam kondisi yang berbeda.

    Pendekatan kontinjensi : meningkatkan apresiasi (perhatian) pada kompleksitas masalah

    manajerial dan penyelesaiannya.

    Misalnya, menaikkan gaji akan menurunkan turnover pada perusahaan yang memberikan gaji

    sangat rendah.

    2. Pendekatan Kontinjensi Kepemimpinan (The Contigency Approach)

    Suatu proses memotivasi pihak lain untuk bekerja sesuai tujuan tertentu

  • Kegiatan Belajar 1: Motivasi dan Kepemimpinan

    Motivasi dan Kepemimpinan pada Abad XXI

    1. Perubahan Pola Motivasi (Changing Pattern of Motivation)

    Kecenderungan yang terjadi, karyawan mengharapkan adanya reward yang berbeda dari

    generasi sebelumnya. Contoh : reward uang tidak lagi menjadi motivator utama.

    Memotivasi karyawan untuk memberikan kinerja yang lebih tinggi membutuhkan

    perhatian dan keahlian manajer yang lebih tinggi pula

    Seiring dengan makin mendatar atau flatnya organisasi dan karyawan yang makin berdaya,

    menunjukkan bahwa manajer tidak lagi dapat menerapkan gaya autokrat (otoriter).

    Sebaliknya, gaya manajerial makin mengarah pada gaya demokratis yang berfungsi sebagai

    pelatih (pembimbing) daripada sebagai bos

    2. Perubahan Pola Kepemimpinan (Changing Pattern of Leadership)

  • Kegiatan Belajar 2: Hubungan Industrial

    Hubungan Industrial merupakan suatu subjek yang membahas sikap dan

    perilaku orang-orang dalam organisasi kerja (perusahaan) dan mencari

    sebab-sebab yang menentukan terjadinya perilaku tersebut, serta

    mencarikan jawaban terhadap penyimpangan yang terjadi

    Hubungan Industrial Pra-kemerdekaan

    Hubungan Industrial Pasca kemerdekaan

    Pengusaha sebagai pihak penjajah

    dan pekerja sebagai pihak terjajah

    Berdasarkan UUD 45 dan Pancasila

  • Sekelompok orang yang bekerja samauntuk mencapai tujuan hubunganketenagakerjaan, seperti kenaikan gaji,pengurangan jam kerja, peningkatankeamanan kerja, peningkatan tunjanganatau peningkatan kondisi kerja

    Serikat Pekerja

    Griffin, 2002

    Organisasi pekerja yang menggunakan

    tindakan kolektif untuk memenuhi

    keinginan anggotanya, meliputi upah

    dan kondisi kerja

    Secara General

    Kegiatan Belajar 2: Hubungan Industrial

    Tipe serikat pekerja :

    a. Industrial union (serikat pekerja industri) beranggotakan semua pekerja padaperusahaan atau industri apa pun pekerjaannya.

    b. Craft union (serikat pekerja keahlian atau profesional) meliputi pekerja di bidangkeahlian atau yang terkait dengan kelompok yang memiliki jabatan (posisi)dalam perusahaan. Misalnya pekerjalokal seperti guru, pemadam kebakaran danpolisi.

  • Alasan Bergabung/Membentuk Serikat Pekerja

    Kegiatan Belajar 2: Hubungan Industrial

    a. Jaminan kerja (job Security)

    b. Kondisi Kerja yang aman dan Sehat

    c. Jalur (sarana) komunikasi kepada pihakmanajemen

    d. Kompensasi yang adil

    Respon Seharusnya Manajemen Terhadap Serikat Pekerja

    a. Jangan bersikap transaksional dan berperilaku mekanistik di dalam hubungan kerja.

    b. Manajemen perlu memahami penyebab munculnya tuntutan pekerja.

    c. Manajemen perlu berinisiatif untuk memperbaiki peraturan kerja sebelum timbulkonflik di tempat kerja.

    d. Manajemen perlu bernegosiasi dengan jujur dan beritikad baik.

    e. Manajemen perlu menanggapi suara kritikan dari pekerja dengan sikap terbuka dankepedulian yang tinggi.

    f. Manajemen perlu menganggap kesejahteraan fisik dan psikososial pekerja sebagaisalah satu ukuran keberhasilan perusahaan.

  • Kegiatan Belajar 2: Hubungan Industrial

    Secara internasional, faktor pendorong terjadinya perubahan dalam kondisi serikat

    pekerja di Asia :

    a. Pergeseran tenaga kerja dari pertanian dan industri (manufacturing) menuju

    ekonomi berbasis jasa, pengetahuan dan informasi.

    b. Meningkatnya persaingan dalam pasar global.

    c. Melambatnya atau berkurangnya kebutuhan dari para pekerja yang bukan

    anggota serikat kerja dalam membentuk perwakilan buruh.

    d. Meningkatnya jumlah pekerja yang bersatu dalam serikat pekerja dan

    meningkatnya jumlah pekerja asing (ekspatriat).

  • Kegiatan Belajar 2: Hubungan Industrial

    TAWAR-MENAWAR KOLEKTIF/COLLECTIVE BARGAINING

    Proses di mana pekerja dan manajemen menegosiasikan kondisi ketenagakerjaan

    untuk pekerja yang diwakili oleh serikat kerja (Griffin, 2002).

    Faktor yang Mempengaruhi Proses Tawar-Menawar

  • Kegiatan Belajar 2: Hubungan Industrial

    TAWAR-MENAWAR KOLEKTIF/COLLECTIVE BARGAINING

    Tipe dasar tawar-menawar kolektif :

    a. Tawar-menawar distributif Situasi Menang-kalah (win-lose solution)

    b. Tawar-menawar integratif menciptakan/mencari solusi menang-menang (win-

    win solution)

    c. Tawar-menawar konsesi (Persetujuan) Konsesi dapat berupa pemotongan

    gaji, pembekuan gaji berdasar kenaikan negosiasi sebelumnya

  • Kegiatan Belajar 2: Hubungan Industrial

    TAWAR-MENAWAR KOLEKTIF/COLLECTIVE BARGAINING

    Tahapan yang berlangsung dalam tawar-menawar kolektif :

    1. Pra-Negosiasi

    2. Memilih Negosiator

    3. Menetapkan Strategi Tawar-Menawar

    4. Menggunakan Taktik Terbaik

    Conflict Based (berdasarkan konflik) tidak berkompromi

    Armed truce (gencatan senjata) melihat pihak lain sebagai lawan

    Power bargaining (kekuatan tawar-menawar) melihat sebagai posisi seimbang

    Acomodation (akomodasi) menyesuaikan tuntutan dengan pihak lain

    Cooperation (Kerjasama) menerima pihak lain sebagai rekan kerja

    5. Mencapai Kesepakatan Kontrak Formal

    6. Mengesahkan Kontrak

  • Kegiatan Belajar 2: Hubungan Industrial

    Strategi Apabila Tidak Diperoleh Kesepakatan :

    Serikat Pekerja :

    a. Mogok

    b. Boikot

    c. Mempublikasikan tuntutan

    Manajemen :

    a. Lockouts (larangan bekerja)

    b. Penggantian permanen

    c. Intervensi Pihak Ketiga

    1) Mediasi

    2) Fact Finding merekomendasikan penyelesaian terbaik

    3) Arbitrase para pihak memberikan kewenangan kepada arbiter untuk

    memberikan keputusan atas sengketa pada tingkat pertama dan terakhir.

  • Kegiatan Belajar 2: Hubungan Industrial

    Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Indonesia

    Lembaga yang biasa

    menyelesaikan perselisihan

    Hubungan Industrial adalah

    Lembaga Kerja Sama Bipartit

    (LKS Bipartit)

  • Rifelly Dewi Astuti, 2007, Pengantar Bisnis, Universitas

    Terbuka, Jakarta.

    Literatur

  • Terima kasih