eklampsia

21
EKLAMPSIA DEFINISI Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timb ul dengan tiba tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda- tanda pre-eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma.Eklampsia lebih sering pada prim igravida daripada multipara. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum (ekl ampsia antepartum), eklampsia parturientum (eklampsia intrapartum), dan eklampsia puerperale (eklampsia postpartum). Kebanyakan terjadi antepartum. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian.² Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh pre-eklampsia,tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu.² Eklampsia lebih sering terjadi pada :² 1)Kehamilan kembar 2)Hydramnion

Upload: hermayudi

Post on 01-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKLAMPSIA

EKLAMPSIA

DEFINISI

Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut

dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba tiba tanpa

didahului oleh tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada

umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda-tanda pre-

eklampsia. Pada

wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma.

Eklampsia lebih sering pada primigravida daripada multipara. Tergantung dari saa

t timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum (eklampsia antepartum),

eklampsia parturientum (eklampsia intrapartum), dan eklampsia puerperale

(eklampsia postpartum). Kebanyakan terjadi antepartum. Perlu dikemukakan

bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama

kemudian.²

Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh pre-

eklampsia,tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur,

sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu.²

Eklampsia lebih sering terjadi pada :²

1)Kehamilan kembar 

2)Hydramnion

3)Mola hydatidosa

FREKUENSI

Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dan yang lain. Frekuensi

rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal

yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup dan penanganan pre-

eklampsia yang sempurna.²

 Di negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% -

0,7%, sedang di negara-negara maju angka tersebut lebih kecil, yaiatu 0,05% -

0,1%.²

ETIOLOGI

Page 2: EKLAMPSIA

Sebab eklampsia belum diketahui benar. Salah satu teori yang dikemukakan

ialah bahwa eklampsia disebabkan ischemia rahim dan plasenta (ischaemia

uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak.¹

PATOFISIOLOGI

Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis Preeklampsi-eklampsi.

Vasokonstriksi

menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Ada

nya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat,

sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro

pada tempat endotel. Selain itu Hubel (1989) mengatakan bahwa adanya

vasokonstriksi arteri spiralis akan

menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan

menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/anoksia jaringan merupakan

sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri

memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan

mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses

oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan

hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila

keseimbangan antara perok-sidase terganggu, dimana peroksidase dan oksidan leb

ih domi-nan, maka akan timbul keadaan yang disebut stess oksidatif.³

Pada Preeklampsi-eklampsi serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta

menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil

normal,

serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebag

aianti

oksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui

ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen

sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-

sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara

lain :³

•adesi dan agregasi trombosit,

Page 3: EKLAMPSIA

•gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma

•terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat

dai rusaknya trombosit

produksi prostasiklin terhenti

•terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan

terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lema

GEJALA DAN TANDA

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya pre-eklampsia dan

terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,

mual keras,nyeri di epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal

dan tidak segera diobati, akan timbul kejangan; terutama pada persalinan

bahaya ini besar. Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yaitu :²

1.Tingkat awal atau aura (Tingkat Invasi).

Keadaan ini berlangsung kira-kira 30detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat,

kelopak mata bergetar demikian pulatangannya, dan kepala diputar ke kanan atau

ke kiri.²

2. Kemudian timbul tingkat kejangan tonik (Tingkat Kontraksi)

Yang berlangsung

kurang lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya

kelihatan kaku, tangan menggenggam, dan kaki membengkok ke dalam.

Pernapasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.²

3. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejangan klonik (Tingkat Konvulsi)

yang berlangsung antara 1 – 2 menit. Spasmus tonik menghilang. Semua otot

berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan

menutup dan lidahdapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut ke luar

ludah yang berbusa, muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi

tak sadar. Kejang klonik ini

dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya.

Akhirnya, kejangan terhenti dan penderita menarik napas secara mendengkur.²

4. Sekarang ia memasuki tingkat koma

Page 4: EKLAMPSIA

Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama secara perlahan-lahan penderita

menjadi sadar lagi, Kalau pasien sadar kembali makaia tidak ingat sama sekali apa

yang telah terjadi, lamanya coma dari beberapa menit sampai berjam-jam, akan

tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan yang

berulang, sehingga ia tetap dalam koma.²

Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meningkat sampai

40 derajat Celcius. Sebagai akibat serangan dapat terjadi komplikasi-komplikasi

seperti

(1) lidah tergigit; perlukaan dan fraktura;

(2) gangguan pernapasan;

(3) solusio plasenta;dan

(4) perdarahan otak.²

Sebab kematian eklampsia ialah : oedeme paru-paru, apoplexia dan accidosis.

Atau pasien mati setelah beberapa hari karena pneumonia aspirasi, kerusakan hati

dan gangguan faal ginjal. Kadang-

kadang terjadi eklampsia tanpa kejang, gejala yang menonjol adalah

koma. Eklampsia semacam ini disebut ”eclampsia sine eclampsi”, dan terjadi pada

kerusakan hati yang berat. Pernafasan biasanya cepat dan berbunyi, pada

eklampsia yang berat ada cyanosis. Setelah persalinan keadaan pasien berangsur

baik, kira-kira dalam 12-24 jam.Juga kalau anak mati di dalam kandungan sering

kita lihat bahwa beratnya penyakit akan berkurang. Proteinuri hilang dalam 4-5

hari sedangkan tensi normal kembali kira-kira 2 minggu.

DIAGNOSIS

Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan adanya tanda

dan gejala pre-eklampsia yang disusul oleh serangan kejangan seperti telah

diuraikan, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan. Walaupun demikian,

eklampsia harus dibedakan dari

(1) epilepsi; dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil

atau pada hamil-muda dan tanda pre-eklampsia tidak ada; 

Page 5: EKLAMPSIA

(2) kejang karena obat anestesia; apabila obat anestesia lokal tersuntik kan ke

dalam vena, dapat timbul kejang;

(3) koma karena sebab lain, seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis,

ensefalitis, uremia, keracunan.²

 

KOMPLIKASI

Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah

melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia.

Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat

dan eklampsia.²

1.Solusio plasenta

Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderitahipertensi akut dan lebih

sering terjadi pada pre-eklampsia. Di Rumah Sakit Dr. CiptoMangunkusumo

15,5% sulusio plasenta disertai pre-eklampsia.²

2.Hipofibrinogenemia

Pada pre-eklampsia berat Zuspan (1978) menemukan

23% bipofibrinogenemia, maka dari itu penulis menganjurkan pemeriksaan kadar

fibrinogen secara berkala.²

3. Hemolisis

Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik

hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini

merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.

Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia 

dapat menerangkan ikterus tersebut.²

4.Perdarahan otak 

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita

eklampsia.²

5. Kelainan mata

Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai

seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina; hal ini

merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.²

Page 6: EKLAMPSIA

6.Edema paru-paru

Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus eklampsia, hal ini

disebabkan karena payah jantung.²

7.Nekrosis hati

Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia merupakan akibat

vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi

ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui

dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.²

8.Sindroma HELLP 

. Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet count.²

9.Kelainan ginjal 

Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel

endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat

timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.²

10.Komplikasi lain

Lidah tergigit, trauma dan frakura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia

aspirasi, dan DIC (disseminated intravascular coogulation).²

11.Prematuritas, dismaturitas dan kematian jani intra-uterin.²

 

PROGNOSIS

Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta

korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman, diketahui kematian

ibu berkisar antara 9,8% - 25,5% sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni

42,2% --

48,9%. Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil. Tingginya

kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan oleh

kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan nata; penderita-

penderita eklampsia sering

terlambat mendapat pengobatan yang tepat. Kematian ibu biasanya disebabkan ole

h perdarahan otak, dekompensasio kordis dengan edema paru-paru, payah-ginjal, 

dan masuknya isi lambung ke dalam jalan pernapasan waktu kejangan.²

Page 7: EKLAMPSIA

Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia intrauterin dan prematuritas.

Berlawanan dengan yang sering diduga, pre-eklampsia dan eklampsia tidak

menyebabkan hipertensi menahun. Oleh penulis-penulis tersebut ditemukan

bahwa pada penderita yang mengalami eklampsia pada kehamilan pertama,

frekuensi hipertensi 15 tahun kemudian atau lebih tinggi daripada mereka yang

hamil tanpa eklampsia.²

Prognosa kurang baik untuk Ibu dan anak. Prognosa bagi multipaara lebih buruk,

dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau umur melebihi 35 tahun dan juga oleh

keadaan waktu masuk Rumah Sakit.Jika diuresis lebih dari 800 cc dalam 24 jam

atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik. Oliguri dan anuri merupakan

gejala yang buruk. Gejala-gejala lain memberatkan prognosa dikemukakan oleh

Eden :

1)Coma yang lama

2)Nadi > 120 x/menit

3)Suhu > 39°C

4)TD > 200 mmHg

5)> 10 serangan

6)Proteinuti 10 gr sehari atau lebih

7)Tidak adanya oedem

PENCEGAHAN

Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah, atau frekuensinya dikurangi.

Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi eklampsia terdiri atas :²

1. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar sem

ua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil-muda

2. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre-eklampsia dan mengobatinya

segara apabila ditemukan;

3. Mengakhiri kehamilan sedapat

dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat tanda-tanda

pre-eklampsia tidak juga dapat dihilangkan.²

 

PENANGGULANGAN

Page 8: EKLAMPSIA

Terapi profilaksis ialah dengan pencegahan, diagnosis dini dan terapi yang

cepatdan intensif dari pre-eklampsia.²

Tujuan utama pengobatan eklampsia ialah menghentikan berulangnya

serangankejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman

setelah keadaan ibu mengizinkan.²

Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan penderit

a eklampsia, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada pengangkutan

kerumah sakit diperlukan obat penenang yang cukup untuk menghindarkan timbul

nya kejang; penderita dalam hal ini dapat diberi diazepam 20 mg 1M. Selain itu,

penderita harus disertai seorang tenaga yang trampil dalam resusitasi dan yang

dapat mencegah terjadinya trauma apabila terjadi serangan kejang.²

Tujuan pertama pengobatan eklampsia ialah menghentikan kejang mengurangi

vasospasmus, dan meningkatkan diuresis. Dalam pada itu, pertolongan yang perlu

diberikan jika timbul kejang ialah mempertahankan jalan pernapasan bebas

(Bersihkan mulut yang mungkin berisi bahan-

bahan hasil regurgitasi dari lambung, intubasiendotrakeal), menghindarkan

tergigitnya lidah (tong spatel dililit dengan kain, penyumbat

mulut, dompet), pemberian oksigen, dan menjaga agara penderita tidak mengalam

itrauma (Kepala pasien diganjal dengan sesuatu: handuk, sweater), Baringkan

pasien padasisi kiri (posisi tredelenburg) untuk mengurangi risiko aspirasi. Untuk

menjaga jangan

sampai terjadi kejang lagi yang selanjutnya mempengaruhi gejala-gejala lain, dapa

t diberikan beberapa obat, misalnya :²

1.Sodium pentothal 

sangat berguna untuk menghentikan kejang dengan segera bila

diberikan secara intravena. Akan tetapi, obat ini mengandung bahaya yang

tidak kecil. Mengingat hal ini, obat itu hanya dapat diberikan di rumah sakit denga

n pengawasan yang sempurna dan tersedianya kemungkinan untuk intubasi dan

resusitasi. Dosis inisial dapat diberikan sebanyak 0,2-0,3 g dan disuntikkan perlah

an-lahan.²

2.Sulfas magnesicus

Page 9: EKLAMPSIA

yang mengurangi kepekaan saraf pusat pada hubungan

neuromuskuler tanpa mempengaruhi bagian lain dari susunan saraf. Obat ini

menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan diuresis,

dan menambah aliran darah ke uterus. Dosis inisial yang diberikan ialah 8 g dalam

larutan 40% secara intramuskulus; selanjutnya tiap 6 jam 4g, dengan syarat bahwa

refleks patella masih positif, pernapasan 16 atau lebih per menit, diuresis harus

melebihi 600 ml per hari; selain intrarnuskulus, sulfas magnesikus dapat diberikan

secara intravena;dosis inisial yang diberikan adalah 4 g 40% Mg S04 dalam

larutan 10 ml intravenasecara pelahan-lahan, diikuti 8 g IM dan selalu disediakan

kalsium glukonas 1 gdalam 10 rnl sebagai antidotum. Bahaya sulfas magnesicus

ialah dapat melumpuhkan diafragma hingga pasien berhenti bernafas, malahan

kontraksi jantung berhenti. Maka untuk menjauhi bahaya tersebut di atas sebelum

menyuntikkan sulfas magnesicus harus diperiksa : refleks lutut dan pernafasan

tidak boleh < 16 x/menit. Sebagai antidotum selalu harus tersedia gluconas

calcicus 1 gr dalam 10 cc dan bantu dengan ventilator.²

3.Lyric cocktail 

yang terdiri atas petidin 100 mg, kiorpromazin 100 mg, dan prometazin 50 mg

dilarutkan dalam glukosa 5% 500 ml dan diberikan secara infus intravena. jumlah

tetesan disesuaikan dengan keadaan dan tensi penderita. Maka dari itu, tensi dan

nadi diukur tiap 5 menit dalam waktu setengah jam pertama dan bila keadaan

sudah stabil, pengukuran dapat dijarangkan menurut keadaan penderita.²

Di sini ditekankan bahwa pemberian obat-obat tersebut disertai dengan pengawasa

n yang teliti dan terus-menerus. Jumlah dan waktu pemberian obat disesuaikan

dengan keadaan penderita pada tiap-tiap jam demi keselamatannya dan sedapat-

dapatnya juga demi keselamatan janin dalam kandungan.²

Sebelum diberikan obat penenang yang cukup, maka penderita eklampsia

harusdihindarkan dari semua rangsang yang dapat menimbulkan kejang,

seperti keributan,injeksi, atau pemeriksaan dalam.²

Penderita dirawat dalam kamar isolasi yang tenang, tekanan darah, nadi, pernapas

an dicatat tiap 30 menit pada suatu kertas grafik; suhu dicatat tiap jam secara

rektal. Bila penderita belum melahirkan, dilakukan pemeriksaan obstetrik untuk m

Page 10: EKLAMPSIA

engetahui saat permulaan atau kemajuan persalinan. Untuk melancarkan

pengeluaran sekret dari jalan pernapasan pada penderita dalam koma penderita

dibaringkan dalam letak Trendelenburg dan selanjutnya dibalikkan ke sisi kiri dan

kanan tiap jam

untuk menghindarkan dekubitus. Alat penyedot disediakan untuk membersihkan j

alan pernapasan, dan oksigen diberikan pada sianosis. Dower catheter dipasang un

tuk mengetahui diuresis dan untuk menentukan protein dalam air kencing secara

kuantitatif.Balans cairan harus diperhatikan dengan cermat. Pemberian cairan

disesuaikan dengan jumlah diuresis dan air yans hilang melalui kulit dan paru-

paru; pada umumnya dalam 24 jam diberikan 2000 nil. Balans cairan dinilai dan

disesuaikan tiap 6 jam.²

Kalori yang adekuat diberikan untuk menghindarkan katabolisme jaringan danasid

osis. Pada penderita koma atau kurang sadar pemberian kalori dilakukan dengan

infus

dekstran, glukosa 10%, atau larutan asam amino, seperti Aminofusin. Cairan Yan

g terakhir ini, selain mengandung kalori cukup, juga berisi asam amino yang

diperlukan.²

 B.I. Perawatan Aktif 

Pengobatan Medisinal

1) Segera rawat di ruangan yang terang dan tenang (ICU), terpasang infus Dx/RL

dari IGD.

2) Total bed rest dalam posisi lateral decubitus.

3) Diet cukup protein, rendah KH-lemak dan garam.

4) Antasida.

5) Anti kejang:

a)Sulfas Magnesikus (MgSO4)

Syarat: Tersedia antidotum Ca. Glukonas 10% (1 amp/iv dalam 3 menit).

Reflek  patella (+) kuat, Rr > 16 x/menit, tanda distress nafas (-), Produksi urine >

100 cc dalam 4 jam sebelumnya.

Cara Pemberian:

Page 11: EKLAMPSIA

Loading dose secara intravenas: 4 gr/MgSO4 20% dalam 4 menit, intramuskuler:

4 gr/MgSO4 40% gluteus kanan, 4 gr/ MgSO4 40% gluteus kiri. Jika ada tanda

impending eklampsi LD diberikan iv+im, jika tidak ada LD cukup im saja.

Maintenance dose diberikan 6 jam setelah loading dose, secara IM 4

gr/MgSO440%/6 jam, bergiliran pada gluteus kanan/kiri.

Penghentian SM :

Pengobatan dihentikan bila terdapat tanda-tanda intoksikasi, setelah 6 jam

pasca persalinan, atau dalam 6 jam tercapai normotensi. 

b)Diazepam: 

digunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat pemberian MgSO4tidak

dipenuhi. Cara pemberian: Drip 10 mg dalam 500 ml, max. 120 mg/24 jam.Jika

dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada pemberian, alih rawat R. ICU.6) Diuretika

Antepartum: manitol Postpartum: Spironolakton (non K release), Furosemide

(Krelease). Indikasi: Edema paru-paru, gagal jantung kongestif, Edema

anasarka7) Anti hipertensiIndikasi: T > 180/110 Diturunkan secara bertahap.

Alternatif:antepartum

Adrenolitik sentral:- Dopamet 3X125-500 mg.- Catapres drips/titrasi 0,30 mg/500

ml D5 per 6 jam : oral 3X0,1 mg/hari.

Post partum

ACE inhibitor: Captopril 2X 2,5-25 mg dan Ca Channel blocker: Nifedipin 3X5-

10mg.8) Kardiotonika , Indikasi: gagal jantung9) Lain-lain: Antipiretika, jika suhu

>38,5 °C Antibiotika jika ada indikasi Analgetika

Anti Agregasi Platelet: Aspilet 1X80 mg/hari Syarat: Trombositopenia

(<60.000/cmm)(7).

Pengobatan obstetrik  

1) Belum inpartua) Amniotomi & Oxytocin drip (OD), Syarat: Bishop score

>8, setelah 3 menit tx.Medisinal. b) Sectio Caesaria, Syarat: kontraindikasi

oxytocin drip 12 jam OD belum masuk fase aktif.

2) Sudah inpartu Kala I Fase aktif: 6 jam tidak masuk f. aktif dilakukan SC. Fase

laten: Amniotomy saja, 6 jam kemudian pembuatan belum lengkap lakukan SC

(bila perlu drip oxytocin).Kala II Pada persalinan pervaginam, dilakukan partus

Page 12: EKLAMPSIA

buatan VE. Untuk kehamilan < 37 minggu, bila memungkinkan terminasi ditunda

2X24 jam untuk maturasi paru janin.

 B.II. Perawatan konservatif 

Perawatan konservatif kehamilan preterm <37 minggu tanpa disertai tanda-tanda

impending eklampsia, dengan keadaan janin baik. Perawatan tersebut terdiri dari:

SM Therapy: Loading dose: IM saja. Maintenance dose: sama seperti di

atas.Sulfas Magnesikus dihentikan bila sudah mencapai tanda Preeklampsia

ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.

Terapi lain sama seperti di atas.

Dianggap gagal jika > 24 jam tidak ada perbaikan, harus diterminasi.

Jika sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan, diberikan SM 20% 2 gr/IV

dulu.

Penderita pulang bila: dalam 3 hari perawatan setelah penderita

menunjukkantanda-tanda PER keadaan penderita tetap baik dan stabil.

TINDAKAN OBSTETRIK

Setelah kejang dapat diatasi dan keadaan umum penderita diperbaiki, maka

direncanakan untuk mengakhiri kehamilan atau mempercepat persalinan dengan c

ara yang aman. Apakah pengakhiran kehamilan dilakukan dengan seksio sesarea

atau dengan induksi persalinan per vaginam, hal tersebut tergantung dari

banyak faktor, seperti

keadaan serviks, komplikasi obstetrik, paritas, adanya ahli anestesia, tidak terdapa

t koagulopati dan sebagainya.²

Persalinan per vaginam merupakan cara yang paling baik bila dapat dilaksanakan

cepat tanpa banyak kesulitan. Pada eklampsia gravidarum perlu diadakan induksi

dengan amniotomi dan infus pitosin, setelah penderita bebas dari serangan kejang

selama 12 jam

dan keadaan serviks mengizinkan. Tetapi, apabila serviks masih lancip dan tertutu

p terutama pada primigravida, kepala janin masih tinggi, atau ada persangkaan

disproporsi sefalopelvik, sebaiknya dilakukan seksio sesarea.²

Jika persalinan sudah mulai pada kala I, dilakukan amniotomi untuk

mempercepat partus dan bila syarat-syarat telah dipenuhi, dilakukan ekstraksi

Page 13: EKLAMPSIA

vakum atau cunam.

Pilihan anestesia untuk mengakhiri persalinan pada eklampsia tergantung dari

keadaan umum penderita dan macam obat sedativa yang telah dipakai. Keputusan

tentang hal ini sebaiknya dilakukan oleh ahli anestesia. Anestesia lokal dapat

dipakai bila sedasi

sudah berat. Anestesia spinal dapat menyebabkan hipotensi yang berbahaya pada

eklampsia; jadi sebaiknya jangan dipergunakan.²

Pengalaman menunjukkan bahwa penderita eklampsia tidak seberapa tahan

terhadap perdarahan postpartum atau trauma obstetrik; keduanya dapat

menyebabkan syok, Maka dari itu, semua tindakan obstetrik harus dilakukan

seringan mungkin, dan

selalu disediakan darah. Ergomettin atau metergin boleh diberikan pada perdaraha

n postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri, tetapi jangan diberikan secara

rutin tanpa indikasi.²

Setelah kelahiran, perawatan dan pengobatan intensif diteruskan untuk 48 jam

Bila tekanan darah turun, maka pemberian obat penenang dapat dikurangi setelah

24 jam postpartum untuk kemudian lambat laun dihentikan. Biasanya diuresis

bertambah 24 - 48 jam setelah kelahiran dan edema serta proteinuria berkurang.²

Perawatan post partum : antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum

ataukejang terakhir, teruskan antihipertensi jika tekanan diastolik masih > 110

mmhg, pantau urin.²

Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdapat oliguria (< 400 ml/24 jam),

terdapat sindrom HELLP, koma berlanjut > 24 jam sesudah kejang.²

DAFTAR PUSTAKA

1.Mose C, Johanes. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi,Ed.

2, Gestosishal 68 – 81, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

UniversitasPadjajaran Bandung. EGC. Jakarta: 20052.Wiknjosastro. H, Prof,

dr, SpOG. Ilmu Kebidanan. Ed.3, Cet. 8. Yayasan BinaPustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta: 2006. Hal 281 – 300

Page 14: EKLAMPSIA

3.Rambulangin, John, Penanganan Pendahuluan Prarujukan Penderita

PreeklampsiaBerat dan Eklampsia, Cermin Dunia Kedokteran;

2003

.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_139_kebidanan_dan_penyakit_kandun

gan.pdf   )

4.Sudhaberatha, Ketut.Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia, UPF:

IlmuKebidanan dan Penyakit Kandungan, Rumah Sakit Umum TarakanKalimanta

nTimur; 15 Juni 2008.http://www.sidenreng.com/2008/06/penanganan-

preeklampsia-berat-dan- eklampsia/#more-37

5.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. 2006.Preeklma

psia Berat dan Eklampsia Hal M-38. Ed.1, Cet. 11. Jakarta: YayasanBina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo