eklampsia

25
Eklampsia Pendahuluan Eklampsia dan pre-eklampsia dulunya dikenal dengan istilah toksemia gravidarum, karena diperkirakan adanya racun dalam aliran darah. Namun istilah ini sudah tidak dipakai lagi karena mencakup berbagai penyakit hipertensif dalam kehamilan dengan etiologi berbeda-beda. Di Indonesia eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan perinatal yang tinggi. Oleh karena itu, diagnosis dini pre-eklampsia perlu dilaksanakan untuk menurunkan angka mortalitas ibu dan anak. Anamnesis Sebelum melakukan pemeriksaan yang melibatkan sesuatu tindakan fisikal terhadap pasien, dokter haruslah terlebih dahulu melakukan anamnesis. Anamnesis adalah pengambilan riwayat kesehatan dari seorang pasien yang merupakan informasi yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan jawaban yang sesuai. Sekiranya pasien berada di dalam keadaan yang mengakibatkan dia sukar untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, seorang dokter mampu menggunakan alloanamnesis, cara menanyakan tertentu kepada orang yang terdekat pada pasien dalam tujuan untuk mengobati pasien. Anamnesis merupakan suatu proses yang amat penting dalam mendapatkan diagnosis yang tepat. Seorang dokter biasanya akan berusaha memperoleh informasi: 1

Upload: aflianmengko

Post on 12-Sep-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah HIV

TRANSCRIPT

Eklampsia PendahuluanEklampsia dan pre-eklampsia dulunya dikenal dengan istilah toksemia gravidarum, karena diperkirakan adanya racun dalam aliran darah. Namun istilah ini sudah tidak dipakai lagi karena mencakup berbagai penyakit hipertensif dalam kehamilan dengan etiologi berbeda-beda. Di Indonesia eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan perinatal yang tinggi. Oleh karena itu, diagnosis dini pre-eklampsia perlu dilaksanakan untuk menurunkan angka mortalitas ibu dan anak.AnamnesisSebelum melakukan pemeriksaan yang melibatkan sesuatu tindakan fisikal terhadap pasien, dokter haruslah terlebih dahulu melakukan anamnesis. Anamnesis adalah pengambilan riwayat kesehatan dari seorang pasien yang merupakan informasi yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan jawaban yang sesuai. Sekiranya pasien berada di dalam keadaan yang mengakibatkan dia sukar untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, seorang dokter mampu menggunakan alloanamnesis, cara menanyakan tertentu kepada orang yang terdekat pada pasien dalam tujuan untuk mengobati pasien. Anamnesis merupakan suatu proses yang amat penting dalam mendapatkan diagnosis yang tepat.Seorang dokter biasanya akan berusaha memperoleh informasi: Identitas Pasien Nama/Kelamin/Umur Perkawinan Nama Suami/keluarga terdekat Alamat Pekerjaan/pendidikan terakhir Suku bangsa Keluhan yang harus ditanya berkaitan : Haid Kapan hari pertama haid terakhir Umur terjadinya menarche Haid teratur atau tidak teratur Berapa lama Nyeri semasa haid Kehamilan Berapa kali hamil Komplikasi pada kehamilan terdahulu Pernah terjadi keguguran atau tidak, berapa kali dan pada umur ketika terjadi. Persalinanan Persalinan ke berapa Cara persalinan terdahulu (jika Sectio Caesarea apakah alasannya) Riwayat Perkahwinan Berapa kali bernikah Pernikahan sekarang sudah berapa lama. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga Status Perkawinan Jumlah Saudara Status Ekonomi Keluarga Kondisi Rumah Riwayat ginekologis dahuluHal-hal yang harus ditanyakan menjurus kepada keadaan pre-eklampsia berat: Apakah ada gejala-gejala disfungsi sistem saraf pusat, seperti sakit kepala berat yang menetap, penglihatan kabur. Apakah ada gejala peregangan kapsul hati, misal nyeri epigastrium menetap. Pertanyaan untuk menyingkirkan penyebab lain: Apakah sebelum hamil pasien memiliki riwayat hipertensi Apakah pasien memiliki riwayat epilepsi Apakah pasien pernah mengalami trauma kepala Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit serebrovaskular Apakah pasien memiliki riwayat tumor serebri atau meningitis maupun ensefalitisPemeriksaan Fisik1. Tekanan darahPada masa pertengahan kehamilan, hasil pemeriksaan mungkin lebih rendah pada keadaan tidak hamil. Hipertensi dalam kehamilan bias dibagi ke dalam beberapa klasifiksai yaitu: Hipertensi gestasionalBila tekanan darah sistolik (TDS) 140mmHg dan tekanan darah diastolic (TDD) 90 mmHg, yang pertama terjadi setelah minggu ke-20 dan tanpa proteinuria. Hipertensi kronisBila TDS 140 mmHg dan TDD 90 mmHg sebelum kehamilan, sebelum minggu ke-20 dan setelah kelahiran minggu ke-12. Pre-eklampsiaBila TDS 140mmHg dan TDD 90 mmHg setelah minggu ke-20 dan dengan proteinuria.2. Tinggi badan dan berat badanData ini digunakan untuk mengukur Body mass Index (BMI). Penurunan berat badan trimester pertama tidak boleh lebih dari 5% dari berat badan prapartum. Bila ditemukan keadaan dimana terdapat penurunan berat badan lebih dari 5% maka diduga ibu hamil mengalami hiperemesis gravidarum.3. Inspeksi WajahAdakah edema pada muka, pucat atau merah. Memeriksa pada wajah apakah ada kloasma atau bercak-bercak kecoklatan pada wajah atau tidak. Diperiksa apakah ada udema pada wajah pada usia kehamilan diatas 24 minggu karena dapat merupakan pertanda adanya hipertensi gestasional. Periksa mata apakah ada tanda-tanda anemia pada keamilan atau tidak. Leher Apakah terdapat pembesaran tyroid atau kelenjar limfe DadaBentuk payudara, pada inspeksi ditemukan pola vena yang terlihat jelas, puting dan areola tampak lebih gelap dan kelenjar montgomeri tampak lebih menonjol. Selama kehamilan bila dilakukan palpasi pada payudara maka terdapat nyeri tekan dan teraba nodul atau benjolan. Dan dapat juga dipijat pada putting susu untuk melihat apakah ada kolustrum yang keluar atau tidak. PerutPerlu diperhatikan bentuk, pembesaran, pergerakan pernapasan, kondisi kulit (tebal, kriput dan striae), jaringan parut operasi. VulvaKeadaan perineum, varises atau condyloma.4. PalpasiTujuan pemeriksaannya ialah untuk menentukan : Besarnya rahim dan dengan ini bisa menentukan umur kehamilan. Menentukan letak anak dalam rahim.Sebelum dilakukan, kandung kemih dikosongkan terlebih dahulu, karena kandung kemih yang penuh akan teraba seperti kista. Jikalau perlu pasien disuruh buang air kecil terlebih dahulu. Beritahu pasien bahwa perutnya akan diperiksa sehingga perut pasien tidak menegang dan bernapas biasa, kedua tungkai ditekuk sedikit dan pasien disuruh bernapas dalam. Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri dari 4 bagian :1. Leopold I Pasien tidur telentang dengan lutut ditekuk Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien menghadap kearah kepala pasien Uterus dibawa ketengah (kalau posisinya miring) Dengan kedua tangan tentukan tinggi fundus Dengan satu tangan tentukan bagian apa dari anak yang terletak dalam fundus (Kepala berbentuk bulat, keras dan ada ballottement. Bokong konsistensinya lunak, tidak begitu bulat dan tidak ada ballottement. Pada letak lintang, fundus kosong)

Gambar 1: Leopold I

2. Leopold II Posisi pasien dan pemeriksa tetap. Kedua tangan pindah kesamping uterus. Dengan kedua belah jari-jari uterus ditekan ketengah untuk menentukan dimana letak punggung anak : kanan atau kiri. (Punggung anak memberikan tahanan terbesar) Pada letak lintang dipinggir kanan kiri uterus terdapat kepala atau bokong.

Gambar 2: Leopold II4

3. Leopord III Posisi pasien dan pemeriksa tetap. Pemeriksa memakai satu tangan menentukan apa yang menjadi bagian bawah (kepala atau bokong). Bagian bawah coba digoyangkan, apabila masih bisa, berarti bagian tersebut belum terpegang oleh panggul. (bagian terbesar kepala belum melewati pintu atas panggul).

Gambar 3: Leopold III

4. Leopold IV Posisi pasien tetap, pemeriksa menghadap kearah kaki pasien. Dengan kedua belah tangan ditentukan seberapa jauh kepala masuk kedalam panggul. Bila posisi tangan konvergen, berarti baru sebagian kecil kepala masuk panggul. Bila posisi tangan sejajat, berarti separuh dari kepala masuk kedalam rongga panggul. Bila posisi tangan divergen, berarti sebagian besar kepala sudah masuk panggul. Leopold 4 tidak dilakukan kalau kepala masih tinggi.

Gambar 4: Leopold IV

Diraba dari luar : Akhir bulan ke-3 (12 mg) F.U 1-2 Jari diatas symphisis Pertengahan antara sympisis dengan pusat = 16 mg 3 jari dibawah pusat = 20 minggu pusat procesus xympoideus = 32 Minggu Sampai arcus costa atau 3 jari dibawah proc. Xympoideus = 36 minggu pusat procesus xympoideus = 40 Minggu5. AuskultasiDilakukan dengan menggunakan stetoskop fetal heart detector (Doppler). Pada auskultasi bisa didengar bermacam bunyi : Dari anak : bunyi jantung, bising tali pusat, gerakan anak. Dari ibu : bising a. uterina, bising aorta, bising usus. Bunyi jantung anak dengan Doppler dapat didengar sejak umur kehamilan 12 minggu sedang dengan stetoskop baru didengar pada umur kehamilan 26 minggu. Frekuensi bunyi jantung anak antara 120 - 140 per menit. Frekuensi jantung orang dewasa antara 60-80 per menit. Gambar 5: Stetoskop fetal heart detector (Doppler).

Pemeriksaan GCSGCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 6 tergantung responnya.Eye (respon membuka mata) :(4) spontan(3) dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).(2) dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)(1) tidak ada responVerbal (respon verbal) :(5) orientasi baik(4) bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.(3) kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)(2) suara tanpa arti (mengerang)(1) tidak ada responMotor (respon motorik) :(6) mengikuti perintah(5) melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)(4) withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)(3) flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).(2) extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).(1) tidak ada responPemeriksaan PenunjangTest DiagnostikPenjelasan

Hemoglobin dan hematokrit 1Peningkatan Hb dan Ht berarti : 1. Adanya hemokonsentrasi yang mendukung diagnosis PE2. Menggambarkan beratnya hipovolemia3. Nilai ini akan menurun bila terjadi hemolisis

Morfologi sel darah merah pada apusan darah tepi 1Untuk menentukan : adanya mikroangiopatik hemolitik anemia -Morfologi abnormal eritrosit : schizocytosis dan spherocytosis

Trombosit 2Trombositopenia menggambarkan Preeklampsia berat

Protein dalam urin 3Dalam urin terdapat protein menggambarkan eklampsia

Kreatinin serum Asam Urat serum Nitrogen Urea Darah (BUN) Peningkatan menggambarkan : Beratnya hipovolemia Tanda menurunnya aliran darah ke ginjal Tanda Pre eklampsia berat

Transaminase serum Peningkatan Transaminase serum menggambarkan gangguan fungsi hepar

Lactic Acid Dehidrogenase (LDH) Menggambarkan adanya hemolisis

Albumin serum dan faktor koagulasi Menggambarkan kebocoran endotel dan kemungkinan koagulopati

Tabel 1: Pemeriksaan Laboratorium pada Wanita hamil Working Diagnosis (Eklampsia)Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan preeclampsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal yang lain. Kejangnya bersifat grand mal dan mungkin timbul sebelum, selama atau setelah persalinan. Daripada anamnesis dan pemeriksaan dapat ditegakkan bahawa pasien menderita eklampsia. Differential DiagnosisPenyakit Eclampsia Chronic Hypertension Meningitis/ Encephalitis Epilepsy

Riwayat Hipertensi -+--

Hipertensi ++--

Kejang +-++

Nyeri kepala ++++/-

Takikardia +++/-+/-

Udema ++/---

Proteinuria +---

Gangguan Penglihatan ++/---

Tabel 2: Diagnosis Banding EklampsiaEpidemiologiDi usia kehamilan eklampsia terjadi pada satu dari 2.000 kelahiran, di negara miskin dan menengah terjadi 1 dari 100 dan 1 dari 1.700 kelahiran. Eklampsia menyebabkan 50.000 kematian/tahun di seluruh dunia, 10% dari kematian maternal.EtiologiSehingga kini penyebab pasti dari eklampsia masih belum diketahui. Namun ada beberapa teori yang kontraversial mencoba menjelaskan perkiraan dari kelainan yang terjadi yang disebut sebagai the diseases of theory.Teori-teori tersebut antara lain:1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan.Pada PE-E didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

2. Peran Faktor Imunologis.Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen placenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada penderita PE-E:a) Beberapa wanita dengan PE-E mempunyai komplek imun dalam serum.b) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada PE-E diikuti dengan proteinuri.Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan bahwa sistem imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi pada PE-E, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imunologi bisa menyebabkan PE-E.3. Peran Faktor Genetik/Familial Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE-E antara lain:a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak-anak dari ibu yang menderita PE-E.c. Kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka.

4. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)Faktor risiko Primigravida Partner laki yang pernah menikah wanita yang kemudian hamil dan mengalami preeclampsia Pemaparan terbatas terhadap sperma Inseminasi donor dan donor oocyte Mola Hidatidosa Kehamilan multiple Infeksi saluran kencing pada kehamilan Hydrops fetalis Riwayat pernah preeclampsia Obesitas PatofisiologiVasokonstriksi merupakan dasar patogenesis pre-eklampsia. Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu Hubel mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/ anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara peroksidase terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut stess oksidatif. 4Pada pre-eklampsia serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain:

a) adhesi dan agregasi trombositb) gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma.c) terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat dari rusaknya trombosit.d) produksi prostasiklin terhenti.e) terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan.f) terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak.

Gambar 6: Patofisiologi Eklampsia

Manifestasi KlinisEklampsia dapat terjadi saat antepartum, intrapartum atau postpartum (48 jam postpartum). Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering mendekati aterm. Terdapat 4 fase eklampsia: 4 Premonitory stageGejala seperti preeklampsia berat. Tonic stageSerangan kejang biasanya dimulai disekitar mulut dalam bentuk kedutan-kedutan (twitching) wajah. Setelah beberapa detik, seluruh tubuh menjadi kaku dalam suatu kontraksi otot generalisata. Fase ini dapat menetap selama 15 sampai 20 detik. Clonic stage Mendadak rahang mulai membuka dan menutup secara kuat, dan segera diikuti oleh kelopak mata. Otot-otot wajah yang lain dan kemudian semua otot melakukan kontraksi dan relaksasi bergantian secara cepat. Secara bertahap gerakan otot menjadi lebih lemah dan jarang sampai akhirnya tidak bergerak. Sepanjang serangan, diafragma terfiksasi dan pernapasan tertahan. Selama beberapa detik, akan menjadi seolah-olah sekarat akibat henti napas, tetapi kemudian ia menarik napas dalam, panjang dan berbunyi lalu kembali bernapas. Fase ini dapat berlangsung selama satu menit. Stage of coma Ia kemudian mengalami koma dan tidak akan mengingat serangan kejang tersebut maupun kejadiaan sesaat sebelum atau sesudah bangkitan kejang. Namun, seiring waktu ingatan itu akan pulih kembali.

PenatalaksanaanTujuan pengobatan eklampsia: Untuk menghentikan dan mencegah kejang Pengelolaan airway, breathing, circulation Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat Medikamentosa Secara umum dapat disimpulkan penangan pasus eklamsia adalah sebagai berikut: Hindari dari trauma saat kejang. Monitor kebutuhan oksigen ibu dan janin. beri oksigen 8-10 L/menit. monitor oksigenasi dan status metabolik dengan transcutaneous pulse oximetry atau dengan pemeriksaan gas darah arteri. Minimalisasi aspirasi. Posisi lateral decubitus sinistra Hisap bahan lambung dan sekret oral Lakukan pemeriksaan x-ray dada setelah kejang untuk melihat apakah terjadi aspirasi atau tidak. Pemberian MgSO4 untuk mencegah kejang berulang. Kontrol hipertensi dengan obat antihipertensi jika tekanan diastolik >110 mmHg Jika terjadi intoksikasi diberikan antidotum kalsium glukonat 1 gr dalam larutan 10% secara perlahan. Segera lakukan persalinan.

Anti KovulsiMagnesium sulfat, MgSO4 (obat pilihan) 6 Mekanismenya kejang berulang adalah kontroversial tetapi efektif dan mempertahankan aliran darah rahim dan janin dengan menghambat pelepasan asetilkolin dan mempunyai efek langsung pada otot rangka berdasarkan efek kompetitif antagonis dengan kalsium. Diberikan baik IV dan IM. Rute intravena lebih disukai daripada rute IM karena administrasi lebih mudah dikontrol dan waktu untuk tingkat terapeutik yang lebih pendek. Intramuskular magnesium sulfat cenderung lebih menyakitkan dan kurang nyaman. Diberikan IV 2 gr secara perlahan dilanjutkan (1-2 gr)/jam/infus. Lanjutkan pemberian hingga 24 pascapersalinan. Baringkan pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi isi lambung. Semua pemberian dengan syarat frekuensi nafas minimal 16/menit. Refleks patella +, urin minimal 30 ml/jam. Tidak terpenuhi dihentikan.

Diazepam Jika MgSO tidak tersedia Resiko depresi nafas janin karena dapat bebas melintasi plasenta dan berakumulasi dalam sirkulasi janin. Dosis awal 10 mg IV secara perlahan selama 2 menit, jika kejang berulang ulangi dosis awal. Dosis konservatif diberikan 40 mg dalam 500 ml Ringer Laktat per infus. Depresi nafas ibu boleh terjadi jika dosis >30 mg/jam. Jangan berikan 100 mg/24 jam. Jika IV tidak memungkinkan per rektal boleh diberi dengan dosis 20 mg dalam semprit tanpa jarum, Jika masih tidak dapat diatasi 10 menit beri tambahan 10 mg/jam (bergantung pada berat badan pasien & respon klinik)

Anti Hipertensi Metildopa (obat pilihan) 6 menurunkan resistensi vascular tanpa banyak mempenaruhi frekuensi & curah jantung. Obat ini masih merupakan pilihan utama pada hipertensi dalam kehamilan karena terbukti aman untuk janin. Dosis maksimal yaitu 3 g per hari. Efek samping yang paling sering adalah sedasi,hipotensi, pusing, mulut kering dan sakit kepala, jarang terjadi anemia hemolitik, trombositopenia. Penghentian mendadak dapat menyebabkan fenomena rebound berupa peningkatan tekanan darah mendadak. Pemberian besi bisa mengurangi absorbsi

Pencegahan Pemeriksaan prenatal, antenatal dan postnatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin. Ubah gaya hidup yang sehat. Nutrisi yang adekuat dan diet yang seimbang pada prenatal dan antenatal. Suplemen.

KomplikasiPada Ibu Solusio plasenta. Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia Hipofibrinogenemia. Hemolisis.Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada penderita autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut. Perdarahan otak. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara bisa terjadi selama seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina akan terjadinya apopleksia serebri. Edema paru-paru. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Sindroma HELLP, yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet. Kematian Ibu atau janin Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra-uterin. Pada Anak Prematuritas Gawat janin IUGR (Intra.Uterine Growth Retardation) Kematian janin dalam rahim PrognosisPrognosis baik dengan penanganan yang cepat dan betul. Namun dapat terjadi pada kehamilan akan datang. KesimpulanBerdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan tersebut dengan gejala klinik berikut dapat ditegakkan bahwa pasien ini menderita Eklampsia.