ek. publik - barang swasta

15
1 TEORI BARANG SWASTA Makalah Ini Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Ekonomi Publik Dosen : Zaenal Muttaqin, MPP Oleh: Indah Sukma Ramdhini 109084000005 Wildan Aryo Bimantoro 109084000026 Wulan Fauzyni109084000030 Hikmah Nur Azza - 109084000042 IESP 5A JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Upload: hikmah-nur-azza

Post on 21-Jul-2015

3.275 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

TEORI BARANG SWASTAMakalah Ini Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Ekonomi PublikDosen : Zaenal Muttaqin, MPP

Oleh:Indah Sukma Ramdhini 109084000005 Wildan Aryo Bimantoro 109084000026 Wulan Fauzyni 109084000030 Hikmah Nur Azza - 109084000042 IESP 5A

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 20111

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kecerdasan kepada kami para umatnya. Shalawat serta salam kami limpahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para pengikutnya yang telah membawa kita keluar dari zaman jahiliyah menuju zaman pencerahan. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Zaenal Muttaqin, MPP selaku dosen pembimbing. Yang telah bersedia membimbing dalam Mata Kuliah Ekonomi Publik Tahun Ajaran 2010/2011 Semester V. Semoga Makalah yang berjudul Peranan Pemerintah dalam Ekonomi Publik dapat diterima oleh Bapak dan dapat dikoreksi untuk pembuatan resume selanjutnya. Semoga resume ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang Ekonomi Pendidikan dan kepustakaan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta. Demi menyempurnakan makalah ini yang masih jauh dari sempurna, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna makalah-makalah berikutnya. Terima Kasih

Jakarta, September 2011

Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....2 DAFTAR ISI..... 3 BAB I Pendahuluan...4 1.1 Latar Belakang...4 1.2 Rumusan Masalah..4 1.3 Tujuan Penulisan5 BAB II Pembahasan......6 2.1 Barang Swasta........7 2.2 Efisiensi Konsumen.......9 2.3 Kondisi Pareto Optimum Bagi Konsumen................ 2.4 Efisiensi Prosusen.................. 2.5 Kriteria Kompensasi.......................... BAB III Penutup..... 3.1 Kesimpulan..................................................................................DAFTAR PUSTAKA..

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Sebelum membahas lebih jauh mengenai barang swasta beserta komponen-

komponennya, ada baiknya dibahas dulu hubungan antara mekanisme pasar dalam pemenuhan berbagai barang dan jasa bagi masyarakat dan hubungnnya dengan efisisensi sumber-sumber ekonomi. Mekanisme pasar, jika memenuhi asumsi asumsinya, terutama adanya kebebasan berusaha sehingga jumlah penjual menjadi banyak dan jumlah pembelinya juga banyak, maka akan diperoleh harga yang tepat bagi suatu barang. Harga tersebut tidak terlalu rendah sehingga penggunaan sumber ekonomi akan menjadi boros, karena memproduk terlalu banyak. Demikian juga harga tidak terlalu tinggi, sehingga potensi daya beli akan terakumulasi di tangan penjual, sebagaimana terjadi dalam kasus monopoli. Dalam kasus monopoli harga ditentukan terlalu tinggi, daya beli konsumen akan beralih ke penjual, kemudian monopolis mencetak barang terlalu sedikit. Beralihnya daya beli konsumen disertai pengurangan kepada pembelian barang yang lain, di sana barang dan jasa yang ditawarkan tidak terbeli dan terjadilah kemunduruan, akhirnya terjadi pengangguran atau hilangnya sumber pendapatan.

1.2

Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Masalah-masalah dalam efisiensi alokasi sumber-sumber ekonomi Pemerintah tidak ikut campur tangan dalam sistem pasar Terjadinya monopoli harga oleh produsen Turunnya/beralihnya daya beli konsumen

4

1.3

Tujuan Penulisan Makalah Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan efisiensi alokasi sumber-sumber ekonomi 2. Menjelaskan peran pemerintah 3. Menjelaskan monopoli harga yang dilakukan produsen 4. Menjelaskan perlakuan konsumen

5

BAB II PEMBAHASAN

Mekanisme pasar yang bersaing kompetitif akan menjamin alokasi yang tepat dari berbagai sumber ekonomi. Alokasi yang tepat tersebut dikatakan sebagai alokasi sumber yang efisien. Akan tetapi pasar seringkali tidak memenuhi asumsi-asumsinya, antara lain adanya kebebasasan keluar masuk pasar/kebebasan berusaha sehingga pengusaha akan menjadi banyak, adanya informasi barang dan jasa yang penuh, misalnya berapa biaya produksi yang sebenarnya, berapa penjualnya dan seterusnya. Asumsi lainnya bahwa para penjual tidak melakukan kompromi untuk memperdaya konsumen. Asumsi mekanisme pasar sebagaimna disebut di atas sering tidak terjadi. Pasar sering dapat dimainkan oleh aktor-aktor, misalnya, kapan membeli secara besar-besaran dengan demikian harga akan naik, dan kapan akan menjual secara besar-besaran dan dengan demikian harga akan turun. Untuk mendorong penanaman produk pertanian para aktor sering membeli dengan harga tinggi, petani sering menanggapinya secara massal, menanam secara massal dan kemudin pada saat panen harga turun. Kebebasan pasar di negara sedang berkembang untuk mata uang, dan saham-saham sering menjadi sasaran permainana seperi ini (Stiger, 2001; Susan, 1999). Pasar juga mengasumsikan adanya increasing cost, untuk memproduk yang makin banyak biaya biaya akan meningkat. Misalnya ketika kebutuhan pangan hanya 1000 ton maka tanah tanah subur saja yang digunakan. Ketika kebutuhan produksi pangan meningkat menjadi 10.000 ton maka tanah-tanah yang tandus juga harus ditanami. Produksi yang terakhir ini memerlukan biaya makin tinggi. Akan tetapi, karena adanya penemuaan-penemuan baru, menyebabkan biaya produksi akan makin rendah. Byte dalam komputer biaya persatuannya makin turun, biaya software juga makin turun ketika digunakan oleh semakin besar konsumen. Makin besar lagi konsumen biaya hampir tidak bertambah. Kurva biaya marginal bukannya meningkat tetapi menurun. Hal ini mengakibatkan tidak pernah bertemunya biaya marginal dan harga yang merupakan syarat keseimbangan di pasar.

6

Musgrave, meringkas 3 hal sebab-sebab kegagalan pasar. a. Pasar tidak dapat berfungsi dengan adanya ekternalitas. Ekternalitas adalah dampak baik positif maupun negatif yang dialami atau diakibatkan oleh konsumen dan produsen. Produsen yang menghasilkaan limbah beracun, sebenarnyaa untuk menghasilkan produknya memiki biaya yang lebih besar dari yang dibukukan. Ikan dan sawah yang mati milik para petani juga merupakan biaya sosial yang semestinya diperhitungkan. b. Pasar hanya merespon permintaan efektif dari hasil distribusi pendapatan yang terjadi. Distribusi tersebut seringkali tidak sesuai harapan atau tujuan bersama suatau masyarakat, di mana pendapatan negara terdistribusi secara menceng, misalnya, sedikit orang saja memiliki kekayaan sampai setengah dari PDB dan sebagian besar rakyat berposisi sebagai petani kecil, pekerja informal, dan buruh yang miskin. c. Pasar tidak bekerja otomotais ketika ada pengangguran, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi yang kurang.

Ketiga hal tersebut memerlukan campur tangan pemerintah untuk melakukan perbaikan distribusi pendapatan (supaya harta tidak beredar hanya di antar orang kaya), pemerintah juga dapat mendenda atau mensubsidi adanya eksternalitas yang merugikan atau menguntungkan masyarakat. Terakhir, pemerintah bisa memainkan budget yang dimilikinya untuk mendorong produksi, menurunkan harga, dan sekaligus mengurangi penganguran. Campur tangan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan seluruh rakyat inilah ang kemudian menjadi prnsip welfare state, negara kesejahteraan. 2.1 BARANG SWASTA Barang swasta dan pasar. Barang swasta adalah barang yang dapat diperoleh dengan membayar di pasar. Barang tersebut memiliki ciri excludability dan rivalry. Excludablity adalah prinsip hak milik atau property right, orang lain yang tidak membayar dapat di exclude atau dikeluarkan dari memilikinya, dan tidak berhak menjualnya. Rivalry adalah prinsip di mana manfaat diinternalisasi atau dipribadikan. Orang lain yang ikut mengkonsumsi barang tersebut akan mengurangi hak atau manfaat orang pertama. Sepotong ikan yang dibeli di pasar akan berkurang manfaatnya jika orang lain ikut memakannya.7

Semua barang yang bersifat swasta yaitu bersifat excludability dan rivarly dapat disedikan di pasar. Barang barang ini dapat mewujudkan harga, yaitu, berasal dri tarik menarik dari kepentingan konsumen dan produsen. Jika barang barang ini disediakan oleh banyak

produsen, maka produsen akan ditekan oleh kompetisi dan menawarkan harga yang serendah mungkin. Demikianlah ide dari bekerjanya pasar. Harga sudah tepat jika besarnya sama dengan biaya marginal1 untuk menghasilkannya. Pada harga itu jumlah yang ingin diproduksi oleh seluruh produsen sama dengan jumlah yang ingin dibeli oleh seluruh konsumen yang memiliki daya beli. Barang barang nonrival. Jika suatu barang berisfat nonrival, maka jika ada orang lain yang ikut menggunakan barang itu, tidak mengurangi manfaat orang yang pertama. Contoh, seseorang yang menikmati lampu jalan, tidak berkurang mnfaatnya ketika orang lain ikut menikmatinya, tentu saja asal tidak padat sekali. Orang yang lewat di jalan tidak berkurang manfaatnya ketika orang lain juga ikut lewat. Biaya marginal untuk menyediakan satu

konsumen tambahan adalah nol, di mana menurut hukum harga sama dengan biaya marginal, maka harga di pasar juga nol. Walaupun biaya tmabahan yang diperlukan untuk bertambahnya satu konsumen nol, tetapi pengadaan pertamanya tetap memerlukan biaya yang mungkin besar. Contoh jalan raya dibangun dengan biaya awal yang besar, walaupun tidak setiap tambahan satu orang lewat perlu disediakan tamabahan biaya. Dalam pembahasan ini, kita membagi analisis menjadi 2,yaitu efisiensi konsumen dan efisiensi produsen. Jadi kita anggap bahwa masyarkat dapat dibagi menjadi 2 golongan konsumen dan golongan produsen.

1

Biaya marginal adalah tambahan biaya per satuan yang diperlukan untuk memproduksi barang pada kapasitas persuhaan yang terakhir. Karena adanya hukum atau kebiasaan produksi yang berubah hasil totalnya dengn bertmbahnya input maka biaya marginal mula-mula turun dan kemudian terus meningkat.

8

2.2

EFISIENSI KONSUMEN Dalam perekonomian yang menggunakan sistem pasar, harga barang dan jasa, upah dan

sebagainya ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Bagi seorang konsumen, permintaannya akan suatu barang hanya merupakan sebagian kecil dibandingkan dengan permintaan seluruh konsumen, sehingga ia tidak dapat mempengaruhi tingkat harga suatu barang dengan merubah permintaannya akan barang tersebut, walaupun konsumen secara berkelompok dapat mempengaruhi tingkat harga. Dalam analisa efisiensi konsumen, ada beberapa asumsi yank digunakan untuk mempermudah analisis,yaitu: 1. Dalam masyarakat hanya ada 2 orang konsumen, A dan B 2. Hanya ada 2 barang swasta yang tersedia,makanan dan pakaian 3. Distribusi pendapatan sudah tertentu

Setiap konsumen dalam menentuka berapa jumlah barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh harga barang-barang dan tingkat pendapatannya.

Diagram 2.1 sebelah kiri menunjukan kurva indeferens bagi A sedangkan diagram sebelah kanan menunjukan hal yang sama bagi B. apabila A menggunakan seluruh pendapatannya untuk membeli makanan,ia akan memperoleh OMo unit makanan. Apabila ia membeli pakaian dengan seluruh pendapatannya,ia akan memperoleh OPo unit pakaian. Setiap titik pada garis lurus PoMo menunjukan kombinasi pakaian dan makanan yang dapat diperoleh dengan pendapatannya.

9

Jumlah seluruh pakaian yang ada dalam perekonomian sebanyak OPa+OPb sedangkan seluruh makanan yang ada dalam perekonomian sebanyak OMa+OMb. Kurva 2.2 diperoleh dengan membalikan sumbu diagram B pada diagram 2.1. pada diagram ini berguna untuk menganalisis alokasi makanan dan pakaian yang didapat oleh masing-masing konsumen. Pada titik T, kurva indeferens A (Ka2) berpotongan dengan kurva indeferens B (Kb3),dimana individu A memperoleh pakaian sebanyak OaP1 unit sedangkan B mendapat pakaian sebanyak P1Pe unit. Pada titik T, A mendapat makanan sebanyak OaP2 unit sedangkan B mendapat makanan sebanyak P2Me unit. Titik T bukan merupakan titik optimum, sebab dengan mengubah kombinasi makanan dan pakaian, kedua konsumen (A dan B) dapat memperoleh kepuasan yang lebih tinggi. Pada titik D, konsumen A mempunyai lebih sedikit pakaian dan lebih banyak makanan dibandingkan pada titik T, akan tetapi kepuasan A di titik D lebih besar daripada kepuasa A di titik T oleh karena titik D terletak pada kurva indeferens yang lebih tinggi (Ka3) dapada titik T yang terletak pada kurva indeverens Ka2. Pada titik D kepuasan B tidak berubah dibandingkan pada titik T oleh kerena keduatitik tersebut terletak pada kurva indeferens yang sama (Kb3). Sebaliknya perpindahan posisi dari titik T ke titik F menyebabkan kepuasan B menjadi lebih besar (dari Kb3 ke Kb4) sedangkan kepuasan A tidak berubah, tetap pada kurva indeferens Ka2. Pada titik Ob alokasi kedua barang juga sangat efisien tetapi distribusi kedua barang tersebut sangat tidak merata oleh karena konsumen A memiliki semua makanan dan pakaian sedangkan B tidak mengkonsumsikan apa-apa. Begitu juga pada titik optimum Oa,efisiensi alokasi pakaian dan makanan tercapai,tetapi B memiliki semua pakaian dan makanan yang ada sedangkan A tidak memiliki apa-apa hal ini juga menunjukkan ketidakmerataan.

10

Jadi dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa mekanisme pasar tanpa adanya campur tangan pemerintah dapat menyebabkan alokasi barang-barang yang efisien diantara para konsumen akan tetapi tidak dapat memecahkan masalah distribusi barang yang dianggap adil sehingga pemerintah harus campur tangan dalam menagani masalah distribusi

2.3

KONDISI PARETO OPTIMUM BAGI KONSUMEN

2.4

EFISIENSI PRODUSEN

11

2.5

KRITERIA KOMPENSASI

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pasar persaingan sempurna akan menyebabkan terjadinya pareto optimum bagi konsumen dan produsen. Dalam hal ini, setiap perubahan dari kondisi pareto optimum tersebut akan menyebabkan inefisiensi alokasi sumber-sumber ekonomi. Jelas bahwa definisi pareto yang demikian itu sangatlah sempit, sebab setiap perubahan pasti ada pihak yang untung dan ada pihak yang rugi. Oleh karena itu, apakah setiap kondisi berarti telah tercapai kondisi pareto optimum? Kaldor dan Hicks menyatakan bahwa setiap perubahan tetap akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat apabila pihak yang dirugikan dapat memperoleh kompensasi atas kerugiannya tersebut sehingga ia berada pada tingkat kepuasan yang sama sedangkan pihak yang untung mengalami kenaikan kesejahteraan. Ini disebut dengan kriteria Kaldor-Hicks: suatu alokasi sumber ekonomi baik bagi seluruh masyarakat apabila pihak yang untung dapat memberikan kompensasi kepada pihak yang dirugikan dan tetap lebih baik keadaannya pada situasi sebelum alokasi sumber ekonomi tersebut. Scitovsky kemudian menyatakan bahwa sebaliknya dapat juga terjadi, yaitu pihak yang dirugikan pleh suatu alokasi sumber ekonomi (perubahan) dapat membayar kepada pihak yang diuntungkan dengan perubahan tersebut agar tidak melakukan perubahan. Sorman menyatakan bahwa kriteria Scitovsky tersebut dapat menimbulkan inkosistensi. Misalnya terdapat empat kemungkinan alokasi sumber ekonomi, A, B, C dan D yang kita bandingkan secara berpasangan. Maka kriteria Scitovsky dapat menimbulkan kesimpulan bahwa A lebih baik dari B, B lebih baik dari C, C lebih baik dari D, dan D lebih baik dari A. Kesimpulan tersenut menjadi tidak konsisten sebab seharusnya A lebih baik dari D, dan bukannya D lebih

12

baik dari A. Oleh karena itu, kriteria kompensasi dasar dalam prakteknya tidak banyak digunakan. Jadi dari analisa di atas dapat disimpulkan bahwa pada sistem pasar persaingan sempurna, mekanisme harga dapat menjamin tercapainya efisiensi dalam alokasi barang konsimen dan alokasi faktor produksi. Akan tetapi dapat pula disimpulkan bahwa mekanisme pasar tidak dapat memecahkan masalah keadilan dalam distribusi konsumsi barang, oleh karena efisiensi yang dicapai mungkin menyebabkan seorang konsumen mendapatkan semua barang sedangkan konsumen lainnya tidak mendapatkan satu barang pun, yaitu apanila titik berada pada OA atau OB. Sehingga beberapa ahli ekonomi berpendapat bahwa masalah distribusi bukanlah wewenang ahli ekonomi, akan tetapi menjadi wewenang para ahli filosof.

13

BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan

14

DAFTAR PUSTAKAMangkoesoebroto, Guritno. (2001). Ekonomi Publik, Edisi 3. Yogyakarta: BPFE

Public Finance in Theory and Practice, 1989, McGraw-hill, Inc.

15