ehrria winastyo
DESCRIPTION
Jurnal hubungan pola asuh orangtua dengan konsumsi sayuran pada anak usia prasekolahTRANSCRIPT
Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Konsumsi Sayuran pada Anak Usia Prasekolah di TK Islam Terpadu As Salam Malang
Kumboyono, Setyoadi, Ehrria Winastyo
ABSTRAK
Dalam ranah pemberian makanan pola asuh demokrasi merupakan gaya pengasuhan
yang paling seimbang karena orangtua memberikan pilihan menu makanan pada anak. Dengan menggunakan pola asuh yang tepat diharapkan anak usia prasekolah dapat meningkatkan konsumsi sayuran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola asuh orangtua dengan konsumsi sayuran pada anak usia prasekolah di TK Islam Terpadu As-Salam Malang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan Cross Sectional terhadap 84 orangtua murid di TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang. Sampel dipilih menggunakan teknik sampling simple random sampling. Variabel yang diukur adalah pola asuh orangtua dan konsumsi sayuran pada anak usia prasekolah. Uji statistik menggunakan korelasi Koefisien Kontingensi dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pola asuh orangtua dengan konsumsi sayuran pada anak usia prasekolah, dengan kekuatan korelasi sedang yaitu 0,526. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan pola asuh orangtua yang tepat maka konsumsi sayuran pada anak usia prasekolah akan meningkat. Dengan demikian perlunya tindak lanjut dari orangtua khususnya ibu dalam menyediakan menu makanan khususnya sayuran secara variatif dan menarik dirumah agar menstimulasi perilaku anak mengkonsumsi sayuran. Selain itu perlunya pendampingan ibu pada saat anak sedang makan.
Kata kunci: pola asuh orangtua, konsumsi sayuran, anak prasekolah
ABSTRACT
Parenting style is used in a way to try a variety of strategies to encourage their children to reach the desired goal. Where the purpose of knowledge, moral values, and standards of conduct that must be owned by the child when it grows up. By using appropriate parenting preschoolers are expected to increase the consumption of vegetables. This study aimed to analyze the relationships parenting style with vegetable consumption in preschool children in TK Islam Terpadu As-Salam Malang. This research is a descriptive analytic study with cross sectional review of 84 parents of students in TK Islam Terpadu As Salam Malang. The sample was selected using simple random sampling technique. The measured variable is the parenting styles and vegetable consumption in children of preschool age. Statistical tests using correlation coefficient with a contingency level of 95%. Results of the bivariate analysis showed a statistically significant association between parenting style with vegetable consumption in children of preschool age, with moderate correlation strength is 0,526. The conclusion of this study is the use of proper parental upbringing, the consumption of vegetables in preschool-aged children will increase. Thus the need for follow-up of parents especially mothers in providing a menu of food especially vegetables are varied and interesting behavior of children at home in order to stimulate the consumption of vegetables. Mother is important to accompany her children when the child was eating. Keyword: parenting style, vegetable consumption, preschool children
PENDAHULUAN
Pola asuh orangtua merupakan hal yang
paling fundamental dalam pembentukan
karakter anak-anaknya. Merujuk pada teori Urie
Bronfenbrenner (Papalia&Olds, 2008), bahwa
individu akan berkembang dalam suatu
lapisan-lapisan kondisi sosial kehidupannya
yang ada di sekitarnya. Keluarga, terutama
orangtua, merupakan lingkungan terdekat
pertama yang akan mempengaruhi
pembentukan karakter anak (Siti Nurina, 2012).
Dampak pola asuh pada anak terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu
memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
yang optimal (Siti Aisyah, 2010). Pola asuh
orangtua sangat mempengaruhi pemberian
asupan gizi dan nutrisi yang baik pada anak
(Muthmainnah, 2012).
Dalam hal ini peran aktif orangtua sangat
diperlukan terhadap perkembangan anak-
anak,terutama pada anak dibawah usia 5
tahun. Fenomena kurangnya konsumsi sayuran
pada anak ternyata tidak hanya terjadi di
Indonesia namun hal serupa juga terjadi di
Amerika, Australia, Eropa, Meksiko dan bahkan
seluruh dunia. Hal ini terbukti dalam jurnal
(American Dietetic Association, 2010) oleh
Teresia yang menyatakan bahwa anak-anak di
negara tersebut mengkonsumsi sayuran dan
buah kurang dari yang dianjurkan perhari. Pola
konsumsi sayur dan buah pada penduduk
Indonesia memang masih rendah daripada
jumlah yang dianjurkan. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa sekitar 90% anak
mengkonsumsi sayur dan buah dengan ukuran
<3 porsi/hari (Ratu, 2011). Di Semarang
konsumsi sayuran pada anak masih kurang
dari anjuran yaitu 73,5 gram/hari (Melati, 2010).
Untuk meningkatkan anak mengkonsumsi
sayuran, maka diperlukan penerapan pola asuh
yang tepat. Pemberian sayuran pada anak usia
4-6 tahun secara berulang-ulang oleh orangtua
di rumah akan meningkatkan konsumsi
sayuran. Efektivitas pola asuh orangtua
merupakan langkah penting dalam
mempromosikan asupan sayuran pada anak
usia prasekolah (Cooke, 2003). Karena dalam
fase ini anak membutuhkan sayuran salah satu
nya untuk memperbaiki daya tahan tubuh
(O’Conell, 2012).
Pada anak usia prasekolah, sayuran
membantu pertumbuhan tulang dan membuat
gigi kuat. Membangun kebiasaan makan
sayuran sejak dini merupakan awal yang baik
dalam kehidupan. Sehingga orangtua
sebaiknya membangun kebiasaan makan
sayuran sejak dini karena dapat memberikan
diet yang sehat sepanjang hidup mereka.
Apabila anak sudah dibiasakan makan sayuran
yang merupakan sumber serat bagi tubuh
maka anak akan menyukai sayuran menurut
Cullen dalam (Franchini , 2011).
Banyaknya anak yang mengalami
kelebihan berat badan saat berusia 4-5 tahun
merupakan tanda anak memiliki kebiasaan
konsumsi makanan yang kurang sehat dengan
kandungan kalori tinggi tanpa disertai makan
sayur dan buah yang cukup sebagai sumber
serat (Ratu, 2011). Selain itu sayuran juga
dapat mengurangi resiko terkena penyakit
diabetes, kanker dan penyakit jantung yang
saat ini sering terjadi di Indonesia saat ini
(Hernawati, 2008). Sehingga dalam hal ini
perlunya tenaga kesehatan khususnya perawat
untuk mempromosikan kepada orangtua
mengenai pentingnya sayuran.
Pola asuh orang tua dapat didefinisikan
sebagai pola yang berarti susunan, model,
bentuk, tata cara, gaya dalam melakukan
sesuatu. Sedangkan mengasuh berarti,
membina interaksi dan komunikasi secara
penuh perhatian sehingga anak tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang dewasa
serta mampu menciptakan suatu kondisi yang
harmonis dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat (Ebin, 2005). Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi pola asuh yaitu tingkat
pendidikan, lingkungan dan budaya (Edward,
2006). Jenis pola asuh orangtua menurut
Baumrind (1974) ada 4 yaitu demokratis,
otoriter, permisif dan pengabaian.
Dalam ranah pemberian makanan pola
asuh demokrasi merupakan gaya pengasuhan
yang paling seimbang karena orangtua
memberikan pilihan menu makanan pada anak.
Namun orangtua tetap mendorong dan
mengarahkan anak untuk memakan makanan
yang bergizi khusus nya sayuran. Menu
ditentukan oleh orangtua akan tetapi orangtua
tetap memberikan kesempatan untuk anak
memilih makanan yang telah ditentukan oleh
orangtua (Bliset, 2011).
Pola asuh orangtua tipe otoriter dalam hal
pemberian makanan pada anak memegang
peranan penting dalam penentuan menu yang
akan disajikan dan waktu makan yang
menentukan yaitu orangtua. Orangtua dengan
pola asuh orangtua tipe otoriter cenderung
memiliki anak sangat baik dalam
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Sehingga gizi sayuran pada anak usia
prasekolah yang di asuh dengan pola asuh
otoriter akan terpenuhi (Bliset, 2011).
Dalam pemberian makanan pada anak,
pola asuh permisif cenderung banyak
digunakan oleh orangtua saat ini. Karena
makanan yang sehat ataupun tidak dipilih
sesuai dengan keinginan anak, sehingga
kontrol terhadap gizi anak di kendalikan oleh
anak tersebut. Para orangtua dapat memilih
makanan cepat saji karena tuntutan anak
tersebut. Pada akhirnya anak dengan gaya
pengasuhan permisif dua kali lebih beresiko
terkena obesitas (Christin, 2011).
Pola asuh pengabaian memiliki kehangatan
rendah dan kontrol rendah, orangtua
memberikan kebebasan dan individualitas yang
tinggi antara anak dengan orangtua. Orangtua
tidak memperdulikan keadaan anak dan tidak
memberikan tuntutan-tuntutan kepada anak,
selain itu kesejahteraan fisik dan emosi anak
tidak diberikan. Sehingga pola asuh ini
orangtua sama sekali tidak menentukan menu
makanan pada anak dan membiarkan anak
memilih menu makanannya sendiri tanpa ada
batasan. Pada pola asuh ini kontrol orangtua
terhadap anak rendah sekali (Markum, 1996).
Berdasarkan gambaran masalah di atas,
konsumsi sayuran pada anak membutuhkan
penggunaan pola asuh orangtua yang tepat.
Dalam hal ini keluarga terutama orangtua,
merupakan lingkungan terdekat pertama yang
akan mempengaruhi pembentukan karakter
dan kebiasaan anak mengkonsumsi sayuran
sehingga anak terbiasa mengkonsumsi
sayuran sejak dini. Oleh karena itu, penulis
bermaksud untuk meneliti tentang hubungan
pola asuh orangtua dengan konsumsi sayuran
pada anak usia prasekolah di TK Islam
Terpadu As Salam Malang.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan rancangan
deskriptif korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Teknik sampling yang digunakan
adalah simple random sampling. Dalam
penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 84
orangtua di TK Islam Terpadu As Salam Malang.
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan
di TK Islam Terpadu As Salam dengan
penandatanganan informed consent, kontrak
waktu dan tempat pada saat responden mengisi
kuesioner. Pengambilan data dilakukan pada
bulan Maret-April 2013.
Variabel pola asuh orangtua diukur dengan
kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti
yaitu sejumlah 16 pertanyaan dengan
memperhatikan aspek kontrol, komunikasi,
hukuman dan disiplin. Variabel konsumsi
sayuran pada anak usia prasekolah diukur
dengan menggunakan kuisioner Food
Frequency Questionairre sejumlah 18
pertanyaan. Kedua kuisioner telah diuji validitas
menggunakan teknik korelasi Pearson Product
Momen dan reliabilitas dengan menggunakan
Alpha Cronbach dengan perhitungan dibantu
dengan program SPSS 16.0 for Windows.
Untuk mengetahui adanya hubungan antara
pola asuh orangtua dengan konsumsi sayuran
pada anak usia prasekolah menggunakan uji
korelasi Coefficient Contingency dibantu
dengan program SPSS 16.0 for Windows,
dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).
Jika hasil uji statistik menunjukkan nilai p value
< alpha 0,05, berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara pola asuh orangtua dengan
konsumsi sayuran pada anak usia prasekolah.
HASIL PENELITIAN
Berikut akan disajikan hasil penelitian
hubungan pola asuh orangtua dengan konsumsi
sayuran pada anak usia prasekolah di TK Islam
Terpadu As Salam Malang.
a. Karakteristik Pengisi Kuesioner
Gambar 1 Distribusi Karakteristik Pengisi
Kueisoner
Gambar 1 diatas menunjukkan dari 84
responden responden yang diteliti diperoleh
data pengisi kuesioner di TK Islam Terpadu As
Salam 82% Ibu dan 18% Bapak.
b. Karakteristik Usia Responden
Gambar 2 Distribusi Karakteristik Usia
Responden
Gambar 2 di atas menunjukkan dari 84
responden, usia paling muda yaitu 28 tahun,
usia paling tua yaitu 43 tahun dan usia paling
banyak yaitu 35 tahun.
82%
18%
Ibu
Bapak
c. Karakteristik Tingkat Pendidikan
Responden
Gambar 3 Distribusi Karakteristik Tingkat
Pendidikan Responden
Gambar 3 di atas menunjukkan dari 84
responden, didapatkan bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pendidikan
perguruan tinggi, yaitu 75%. Sedangkan tingkat
pendidikan responden yang paling kecil yaitu
lulusan SMP yaitu sebanyak 5%.
d. Karakteristik Pekerjaan Responden
Gambar 4 Distribusi Karakteristik Pekerjaan Responden
Gambar 4 diatas menunjukkan dari 84
responden, didapatkan bahwa sebagian besar
responden memiliki pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga, yaitu 44%.
e. Karakteristik Jumlah Anak
Gambar 5 Distribusi Karakteristik Jumlah Anak
Gambar 5 diatas menunjukkan bahwa dari
84 responden, didapatkan data sebagian besar
memiliki jumlah anak 2 yaitu 55%.
f. Karakteristik Umur Anak
Gambar 6 Distribusi Karakteristik Umur Anak
Gambar 6 diatas menunjukkan bahwa dari
84 responden, didapatkan data sebagian besar
responden yang diteliti umur anak terbanyak
adalah 6 tahun, yaitu 39%.
g. Jenis Kelamin Anak
Gambar 7 Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Anak
Berdasarkan gambar 7 didapatkan hasil
bahwa sebagian anak berjenis kelamin laki-laki
yaitu 49%.
h. Pola Asuh Orangtua
Gambar 8 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orangtua di
TK Islam Terpadu As Salam Malang
Berdasarkan gambar 8 diatas dari 84
responden yang menggunakan pola asuh
75%
20%
5%Perguruan Tinggi
SMA
SMP
4% 1% 11%
44%
13%
14%13% Dokter
Dosen
Guru
IRT
23%
55%
15%6% 1%
1
2
3
4
5
29%
32%
39%4
5
6
49%51% Laki-Laki
Perempuan
46%
27%
17%10%
Demokratis
Otoriter
Permisif
Pengabaian
n= 84
n= 84
n= 84
n= 84
n= 84
n= 84
orangtua demokratis 39 responden (46%), pola
asuh orangtua tergolong otoriter 23 responden
(27%), pola asuh permisif 14 responden (17%)
dan pola asuh pengabaian 8 responden (10%).
i. Konsumsi Sayuran Pada Anak Usia
Prasekolah
Gambar 9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Sayuran Pada
Anak Usia Prasekolah di TK Islam Terpadu As
Salam Malang
Berdasarkan gambar 9 didapatkan
hasil sebagian besar responden yang
mengkonsumsi sayuran kurang, yaitu 52 anak
(62%), dan yang mengkonsumsi sayuran
cukup, yaitu 32 anak (38%).
ANALISIS DATA
Tabel 5.1 Uji Korelasi Coefficient Contingency antara Pola
Asuh Orangtua dengan Konsumsi Sayuran
Hasil uji korelasi Coefficient Contingency
menunjukkan bahwa besar korelasi (r) adalah
0,526 dan nilai signifikansi (p) 0,000. Hasil p <
0,05 tersebut berarti bahwa terdapat hubungan
signifikan antara pola asuh orangtua dengan
konsumsi sayuran pada anak usia prasekolah
di TK Islam Terpadu As Salam Malang.
62%
38%Kurang
Cukup
Pola_Asuh_Ortu * Konsumsi_Sayuran_Anak
Crosstabulation
Konsumsi_Sayur
an_Anak
Total Kurang Cukup
Pola_Asuh
_Ortu
Demokr
atis
Count 12 27 39
Expected
Count 24.1 14.9 39.0
Otoriter Count 18 5 23
Expected
Count 14.2 8.8 23.0
Permisif Count 14 0 14
Expected
Count 8.7 5.3 14.0
Pengab
aian
Count 8 0 8
Expected
Count 5.0 3.0 8.0
Total Count 52 32 84
Expected
Count 52.0 32.0 84.0
Symmetric Measures
Valu
e Approx. Sig.
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient .526 .000
N of Valid Cases 84
n= 84
PEMBAHASAN
Pola Asuh Orangtua dengan Anak Usia
Prasekolah di TK Islam Terpadu As Salam
Malang
Hasil penelitian pola asuh orangtua
dengan anak usia prasekolah di TK Islam
Terpadu As-Salam Malang menunjukkan
bahwa sebagian besar responden
menggunakan pola asuh demokratis (39
responden atau 46%), kemudian 23 responden
atau 27% menggunakan pola asuh otoriter, lalu
pola asuh permisif 14 responden atau 17% dan
orangtua yang menggunakan pola asuh
pengabaian yaitu 8 responden atau 10%.
Berdasarkan hasil diatas, dapat diketahui
bahwa sebagian besar orangtua di TK Islam
Terpadu As-Salam menggunakan pola asuh
demokratis. Orangtua yang menerapkan pola
asuh demokratis memiliki sikap yaitu kontrol
tinggi, bersikap responsif terhadap kebutuhan
anak, mendorong anak menyatakan pendapat
dan memberikan penjelasan mengenai dampak
perbuatan yang baik dan buruk. Selain itu pola
asuh ini biasanya orangtua lebih
memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi
juga tidak ragu-ragu untuk mendisiplinkan
anak.
Dalam penelitian ini, didapatkan pula hasil
bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat pendidikan perguruan tinggi (75%).
Hasil yang didapatkan peneliti sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Dian (2004) yang
meneliti tentang hubungan pola asuh orangtua
dengan terjadinya School Phobia pada anak
prasekolah yang mendapatkan hasil sebagian
besar tingkat pendidikan orangtua adalah
sarjana dengan prosentase 63%. Data tersebut
sesuai dengan pendapat Markum (2004),
bahwa tingkat pendidikan tinggi lebih siap
dalam mengasuh anak dan mempunyai
pengetahuan yang luas tentang perkembangan
anak, orangtua dengan pendidikan rendah
memiliki pengetahuan dan pengertian yang
kurang terhadap anak.
Rata-rata usia orangtua pada penelitian
ini yaitu 35 tahun. Sedangkan pada penelitian
Dian (2004) sebagian besar responden
memiliki frekuensi usia terbanyak pada usia 31-
35 tahun. Hal ini didukung pernyataan pada
periode dewasa tengah ini biasanya individu
telah mencapai kematangan dalam berfikir dan
bersikap sehingga dapat mempengaruhi
orangtua dalam mendidik dan mengasuh putra-
putri mereka sehingga jika anak mendapatkan
pola pengasuhan yang benar dari orangtua
maka anak mampu mandiri dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri (Supartini, 2004).
Selain faktor tingkat pendidikan dan
usia, faktor jenis kelamin juga mempengaruhi
pola pengasuhan pada anak, data yang
didapatkan sebagian besar orangtua yang
menjadi responden yaitu 69 orang (82%)
berjenis kelamin perempuan. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu cukup berperan dalam
proses pengasuhan anak. Sesuai dengan
pendapat Syafei (2002) bahwa ibu memiliki
peran besar dalam proses pengasuhan,
pendidikan dan pembentukan kepribadian.
Faktor lain yang berperan dalam pengasuhan
adalah pekerjaan orangtua. Data yang
didapatkan menunjukkan bahwa orangtua
siswa di TK Islam Terpadu As-Salam Malang
memiliki pekerjaan yang beragam. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan Supartini (2004),
mengatakan bahwa pekerjaan orangtua
merupakan sumber penghasilan bagi keluarga
yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
psikologis. Jika orangtua memiliki pekerjaan
yang mapan maka kesejahteraan keluarga juga
meningkat dan peran pengasuhan pun dapat
terlaksana dengan baik.
Faktor terakhir yang berperan dalam
gaya pengasuhan adalah jumlah anak.
Didapatkan data dari penelitian bahwa 55%
responden memiliki jumlah anak 2 orang. Dari
hasil penelitian Dini (2007) dari 35 orangtua
didapatkan 51% atau 18 orang responden
memiliki jumlah anak 2 orang. Sehingga dari
data penelitian didapatkan bahwa
kecenderungan pola asuh demokratis sebagian
besar diterapkan oleh orangtua yang memiliki
anak 2. Data ini tidak sesuai dengan
pernyataan Watson (1970) dalam petranto
(2006) yang menyatakan bahwa orangtua yang
hanya mempunyai 2-3 anak akan menunjukkan
pola asuh otoriter, dengan digunakannya pola
asuh ini orangtua beranggapan tercipta
ketertiban rumah tangga. Selain itu menurut
Supartini (2004), bahwa orangtua yang telah
mempunyai pengalaman sebelumnya dalam
merawat anak akan lebih siap menjalankan
peran pengasuhan. Selain itu, mereka akan
lebih mampu mengamati tanda-tanda
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan
baik.
Sehingga menurut Rachel (2006) cara
orangtua mempraktikkan konsumsi sayuran
dan menyajikan sayuran akan berdampak pada
perilaku makan anak-anak. Secara khusus,
sikap makan dan praktik orangtua
mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi
anak. Penelitian juga menunjukkan bahwa
tingkat kontrol orangtua kepada anak juga
dipengaruhi oleh usia, oleh sebab itu biasanya
orangtua memeriksa dan memastikan makanan
yang mereka konsumsi.
Konsumsi Sayuran pada Anak Usia
Prasekolah di TK Islam Terpadu As Salam
Malang
Hasil penelitian konsumsi sayuran pada
anak usia prasekolah di TK Islam Terpadu As
Salam Malang menunjukkan bahwa sebagian
besar responden masih kurang mengkonsumsi
sayuran yaitu (62% atau 52 anak) dan yang
cukup (38% atau 32 anak). Salah satu sumber
bahan pangan yang baik untuk memperoleh zat
gizi adalah buah dan sayur (Hardinsyah &
Martianto 1988). Piramida kesehatan manusia
menyebutkan perlunya mengonsumsi buah dan
sayur. Menurut Almatsier (2004) porsi buah
yang dianjurkan sehari adalah sebanyak 200-
300 gram atau 2-3 potong sehari sedangkan
porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang
dianjurkan sehari adalah 150-200 gram. Data
terbaru menunjukkan bahwa anak usia
prasekolah hanya mengkonsumsi sayuran 40%
dari yang direkomedasikan dan memiliki
kandungan yang rendah dalam mengkonsumsi
sayuran vitamin A dan C namun anak justru
lebih memilih makanan yang tinggi asupan
lemak serta natrium (IOM, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian diatas,
dapat diketahui bahwa sebagian besar anak di
TK Islam Terpadu As Salam Malang
mengkonsumsi sayuran kurang dari kebutuhan.
Menurut (Jeniffer, 2008) kontrol orangtua yang
berlebihan dan tekanan kepada anak akan
mempengaruhi asupan makanan dan
mengganggu perilaku asupan makanan pada
anak. Dari hasil studi longitudinal didapatkan
hasil bahwa tingkat kontrol dan tekanan yang
keras dari orangtua kepada anak justru
konsumsi sayurannya akan lebih rendah.
Selain itu, dalam sebuah studi praktik
pemberian makanan pada anak-anak, anak
yang ditekan untuk menghabiskan sayuran
yang telah disajikan di meja makan justru akan
dihabiskan oleh anak tetapi untuk jangka
panjang akan menyebabkan anak tidak
menyukai sayuran tersebut. Pada usia
prasekolah anak cenderung mulai memilih-milih
makanan yang ingin ia makan. Oleh karena itu
dibutuhkan sikap dari orangtua untuk
mengarahkan anak untuk mengkonsumsi
sayuran (Nakita, 2012).
Menurut Judarwanto (2009), karena
besarnya variasi kebutuhan makanan pada
masing-masing anak, maka dalam memberikan
nasehat makanan pada anak tidak boleh terlalu
kaku. Pemberian makanan pada anak tidak
boleh dengan kekerasan tetapi dengan
persuasif dan monitoring terhadap tumbuh
kembang anak. Anak-anak tidak boleh dipaksa
untuk makan. Mereka perlu diberi kebebasan
dan identitas yang berasingan daripada
orangtua mereka. Dengan kata lain, anak-anak
perlu diberi kebebasan untuk memilih tanpa
paksaan orangtua. Tidak ada satu bahan
makanan yang benar-benar esensial dalam
diet.
Hasil penelitian terkait usia pada anak
juga mempengaruhi anak dalam
mengkonsumsi sayuran ini disebabkan karena
anak mulai sering terpapar sayuran dalam
menu makanannya sehari-hari sehingga seiring
betambahnya usia anak, anak sudah mulai
terbiasa mengkonsumsi sayuran (Finkell,
2008). Hasil yang diperoleh peneliti sesuai
dengan penelitian Finkell (2008) yang meneliti
hubungan usia anak dengan konsumsi
sayuran. Pada penelitian ini usia tertinggi dan
terbanyak terdapat 39% atau 33 orang anak.
Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan
Konsumsi Sayuran pada Anak Usia
Prasekolah di TK Islam Terpadu As Salam
Malang
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan korelasi Coefficient Contingency,
diperoleh nilai korelasi antara variabel 1 dan 2
sebesar 0,526 dan nilai signifikansi (p) sebesar
0,000. Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
pola asuh orangtua dengan konsumsi sayuran
pada anak usia prasekolah di TK Islam
Terpadu As Salam Malang. Hasil penelitian ini
sejalan dengan pernyataan (Theresa, 2009)
yang menjelaskan bahwa konsumi sayuran
sejak dini terbukti dapat menurunkan resiko
terkena penyakit kronis. Pada anak konsumsi
sayuran dipengaruhi oleh ketersediaan, variasi
dan paparan yang sering.
Dalam hal ini faktor lingkungan sangat
mempengaruhi konsumsi sayuran pada anak.
Lingkungan rumah dan pengaruh orangtua
diakui sangat berkontribusi terhadap kebiasaan
makan anak (Edward, 2006). Dengan
perlakuan yang sesuai anak akan merasa
nyaman dan akan dengan senantiasa
menghabiskan makanannya tanpa ada
paksaan. Terbukti lebih memiliki efek positif
untuk jangka panjangnya. Menurut (Sochib,
2000) pola asuh yang demokratis yang di
tandai dengan adanya pendiskusian antara
makanan apa saja yang tidak disukai dan
disukai anak, akan lebih efektif tetapi dalam hal
ini orangtua harus tetap meperhatikan
kebutuhan keseimbangan gizi pada anak agar
anak dapat medapat pertumbuhan yang ideal.
Oleh karena itu perlakuan yang tepat sangat
dibutuhkan agar anak dapat mengkonsumsi
sayur dengan senang dan tanpa paksaan.
Menurut (Bliset, 2011) pola asuh orangtua
dalam hal pemberian makanan pada anak
memegang peranan penting dalam penentuan
menu yang akan disajikan dan waktu makan
yang menentukan yaitu orangtua.
Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa pelaksanaan
penelitian ini masih banyak kekurangan, hal ini
disebabkan karena:
1. Pada penelitian ini pengukuran pola asuh
orangtua dengan konsumsi sayuran pada
anak dilakukan satu kali dengan tidak
melakukan validasi hasil meragukan atau
abnormal sehingga langsung disimpulkan
hanya dalam satu kali pengisian kuisioner.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pola asuh orangtua yang paling banyak
digunakan pada anak usia prasekolah di
TK Islam Terpadu As-Salam Malang, pola
asuh demokratis sebanyak 46%.
2. Konsumsi sayuran pada anak usia
prasekolah di TK Islam Terpadu As-
Salam Malang sebagian besar adalah
kurang yakni 62%.
3. Pada selang kepercayaan 95%
didapatkan hasil, ada hubungan
significant dengan (p-value)= 0,000 dan
Contingency Coefficient menunjukkan
nilai korelasi (r) = 0,526 yang berarti arah
korelasi positif dengan kekuatan korelasi
‘sedang’
Saran
Bagi Institusi Terkait
Meningkatkan asuhan keperawatan terkait
pemberian pendidikan kesehatan pada
orangtua dengan anak usia prasekolah di TK
Islam Terpadu As Salam Malang. Pendidikan
kesehatan yang diberikan pada orangtua yaitu
terkait manfaat dan pentingnya konsumsi
sayuran pada anak usia prasekolah.
Bagi Penelitian Selanjutnya
1. Pada penelitian selanjutnya dapat
dilakukan penelitian serupa dengan lokasi
yang berbeda.
2. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya
lebih diperhatikan metode pengumpulan
data yaitu dengan menggunakan
instrumen yang dapat mengukur pola
asuh orangtua secara objektif
dikarenakan penelitian ini hanya
mengukur pola asuh dengan satu kali
pengambilan data sehingga hasilnya
diperkirakan berubah apabila dilakukan
pengambilan data secara berulang
dengan responden yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. 2010 .Kontribusi Pola Asuh
Orangtua Terhadap Tingkat Agresivitas Anak. Jurnal MEDTEK, Vol .2(1)
Ayu, Ratu. 2011. Faktor Risiko Obesitas Pada
Anak 5-15 Tahun di Indonesia, Makara Kesehatan. Vol.5(1):37-43
Blisset, J. 2011. Relationship Between
Parenting Style, Feeding style and Feeding
Practices and Fruit and Vegetable Consumption in early childhood. (Online) , www.ncbi.nlm.nih.gov diakses 18 September 2012
Christin, L dan Seher. 2011. Parent-Child
Interaction During Feeding. (Online). http://www.todaysdietitian.com/newarchives/040511p32.shtml diakses 10 Oktober 2012
Cooke, L. J. 2003. Demographic, Familial and
Trait Predictors of Fruit and Vegetable Consumption by Pre-school Children. Public Health Nutrition, (Online), http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15003137 diakses 21 April 2013
Ebin, S. 2005. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua
Dengan Kedisiplinan Siswa Kelas I dan II di SMU Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2004/2005, Medan: Skripsi Unimed
Edwards, Drew. 2006. Ketika Anak Sulit Diatur,
Bandung; PT Mizan Pustaka Franchini, Bela. 2011. Association Between
Parenting Styles and Own Fruit and Vegetable Consumption among Portuguese Mothers of School Children, British Journal of Nutrition
Hernawati. 2008. Tingkat Pengetahuan Anak
SD tentang Manfaat Konsumsi Sayuran. (Online), http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31337/2/Reference.pdf diakses 19 September 2012
Ika, Melati. 2010. Konsumsi Sayur dan Buah
Pada Anak Prasekolah Terkait Dengan Pengetahuan Gizi dan Sikap Ibu. Abstract. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang
[IOM] Institute of Medicine. 2005. Dietary
reference intakes for water, potassium, sodium, chloride, and sulfate. http://www.nap.edubooks0309091691html diakses 10 Mei 2013
Markum, A.H. 2004. Ilmu Kesehatan anak Jilid
I. Jakarta: FKUI Muthmainnah. 2012. Kontribusi Pola asuh
Orangtua (Parenting Style) dalam Pendidikan
Karakter.(Online)http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132309078/kontribusi%20PolaAsuh.pdf, diakses 28 September 2012
Nurina, Siti. 2012. Peran Orangtua dalam
Membentuk Karakter Anak. www.publikasiilmiah.ums.ac.id, diakses 25 September 2012
O'Connell, Meghan, L., Henderson,
Kathryn,E., Luedicke., Joerg, Schwartz. dkk. .2012. Repeated Exposure in a Natural Setting: A Preschool Intervention to Increase Vegetable Consumption.(online), http://www.yaleruddcenter.org, diakses 27 September 2012
Papalia, Diana., W. Sally., Old, and RD., Ruth
Feldman. 2008. Ninth Edition. Human Development. McGraw Hill Companies.
Telah disetujui oleh,
Pembimbing I
Ns. Kumboyono, S.Kep, M.Kep, Sp.Kom NIP.19750222 200112 1 005